studi ekspolratif terhadap potensi bubble...

118
STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh Effa Safirah NIM: 11140840000068 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018 M

Upload: others

Post on 24-Jan-2020

24 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP

DIGITAL DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh

Effa Safirah

NIM: 11140840000068

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2018 M

Page 2: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

i

Page 3: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

ii

Page 4: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

iii

Page 5: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

iv

Page 6: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

v

DAFTAR RIWAYAH HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Effa Safirah

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Mei 1996

3. Alamat : Dasana Indah, UC 6/11 Kel. Bojong

Nangka, Kec. Kelapa Dua, Kab. Tangerang 15821

4. Telepon : 0878-8438-1807

5. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Sunan Bonang Tahun 2002-2008

2. SMP Manbaul Ulum

Ponpes Asshiddiqiyah Jakarta Tahun 2008-2011

3. MAN Tangerang Tahun 2011-2014

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014-2018

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Madrasah Diniyah Ponpes

Asshiddiqiyah Jakarta Tahun 2008-2011

2. Nurul Fikri Course Tahun 2013-2014

3. Latanza English Course Tahun 2014-2015

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

2009-2010 : Koordinator Bidang Pendidikan (OSIS) SMP

Manbaul Ulum Ponpes Asshiddiqiyah

2009-2010 : Anggota Paskibra SMP Manbaul Ulum Ponpes

Asshiddiqiyah

2014-2015 : Anggota Keilmuan FEB LDK Syahid

2015-2016 : Anggota Keilmuan FEB LDK Syahid

2015-2016 : Koordinator Internal HMJ Ekonomi Pembangunan

Page 7: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

vi

2016-2017 : Ketua Bidang Eksternal dan Internal HMJ

Ekonomi Pembangunan

2016-2017 : Anggota Riset Lingkar Studi Ekonomi Syariah

UIN Jakarta

V. PRESTASI

1. 2016 : Juara 2 Lomba Debat Microekonomi Universitas

Serang Raya Banten

2. 2017 : Finalis Lomba Business Case Competition

Universitas PGRI Kediri

3. 2017 : Finalis Lomba Business Plan Universitas Budi

Luhur

4. 2017 :Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Universitas

Muhammadiyah Makassar

VI. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Ale Abdullah

2. Tempat, Tanggal Lahir : Ciamis, 16 Desember 1957

3. Ibu : Siti Muyasaroh

4. Tempat, Tanggal Lahir : Nganjuk, 20 Mei 1961

5. Alamat : Dasana Indah UC 6/11 Kel. Bojong

Nangka, Kec. Kelapa Dua, Kab. Tangerang 15821

6. Telepon : (021) 5464423

7. Anak Ke Dari : 3 dari 3 bersaudara

Page 8: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

vii

ABSTRACT

The development of digital startups in Indonesia has been experiencing rapid

growth in the past 9 years which is marked by the achievement of the largest

investment reaching 1.5 billion USD in 2018, as well as the number of digital

startups that have reached 519 startups in the same year.

The startup development is supported by internet users in Indonesia who have

been experiencing an increase in the number of users that reached 143 million in

2017. But there are major challenges faced by the digital startup industry in

Indonesia, namely the threat of bubble startup in the future.

This study using exploratory qualitative approach by examining aspects of bubble

startup to predict future conditions. An explorative qualitative approach is used so

that the research can be more flexible and the researcher can continue to evolve

along with the development of research results which can be a reference for

research further. The study shows that there has been a startup bubble in 2014-

2016 as evidenced by the peak increase in the number of startups in 2015 as many

as 119 startups compared to the year before and after.

Keyword: Digital Startup, Startup Bubble, Explorative Study

Page 9: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

viii

ABSTRAK

Perkembangan startup digital di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang

sangat pesat dalam kurun waktu 9 tahun terakhir yang ditandai dengan pencapaian

investasi terbesar mencapai 1.5 milyar USD pada tahun 2018 serta jumlah startup

digital yang telah mencapai 519 startup pada tahun yang sama.

Perkembangan tersebut didukung pula oleh pengguna internet di Indonesia yang

mengalami peningkatan jumlah pengguna dimana pada tahun 2017 mencapai 143

juta pengguna. Namun terdapat tantangan besar yang harus dihadapi industri

startup digital di Indonesia yaitu ancaman bubble startup yang dapat terjadi di

masa depan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitaif eksploratif dengan meneliti

aspek-aspek bubble startup digital untuk memprediksi kondisi di masa depan.

Pendekatan kualitatif eksploratif digunakan agar penelitian yang dilakukan lebih

fleksibel dan dapat terus berkembang seiring dengan perkembangan penelitian,

sehingga hasil yang diperoleh dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya terkait

dengan bubble startup digital di Indonesia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah

telah terjadi bubble startup pada tahun 2014-2016 yang dibuktikan dengan puncak

peningkatan jumlah startup pada tahun 2015 sebanyak 119 startup dibandingkan

tahun sebelum dan sesudahnya.

Kata Kunci: Startup Digital, Startup Bubble, Studi Eksploratif

Page 10: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hiraabil „alamin

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia diberikan

sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Potensi Bubble Economics Pada Bisnis Startup Digital di Indonesia”. Shalawat

serta salam yang selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW

yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang

terang benderang.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan

program sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikanya skripsi ini tentu dengan

dukungan, bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang

ada di sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu

penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua penulis yaitu bapak Ale Abdullah dan ibu Siti Muyasaroh

yang terus memberikan bantuan baik dari sisi finasial maupun dukungan

batin berupa doa dan semangat. Hingga akhirnya penulis semakin

semangat untuk dapat menyelesaikan skripsi ini agar tidak lagi ditanyai

setiap pulang kerumah “Dek kapan lulus? Mama udah beli baju buat

wisuda dede”.

2. Kedua kakak saya Mas Irfan Nurrahman dan Mbak Ulya Marfuah yang

selalu memberikan semangat dan motivasi agar semakin melampaui

mereka. Terima kasih juga atas asupan gizi yang diberikan walaupun

jarang-jarang setidaknya penulis merasa bahagia.

3. Bapak Pheni Chalid, SF, MA, Ph.D selaku dosen pembimbing saya yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk dapat membantu

saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu

melimpahkan kesehatan dan umur panjang kepada bapak agar dapat selalu

memberikan ilmu yang bermanfaat bagi banyak mahasiswa lainnya.

Page 11: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

x

4. Bapak Arief Fitrijianto M.Si dan bapak Sofyan Rizal selaku Ketua Jurusan

dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembagunan. Terimakasih banyak atas

waktu, saran dan semangat yang di berikan.

5. Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga mahasiswa FEB semakin

diberikan dukung penuh untuk dapat mengikuti perlombaan yang

berhubungan dengan akademik atau penelitian ilmiah.

6. Seluruh Dosen Ekonomi Pembangunan, terima kasih banyak atas ilmu

yang diberikan selama 4 tahun penulis menjalankan perkuliahan.

7. Kepada teman zigot saya Marifah Istiqomah yang selalu mau diajak jalan-

jalan oleh penulis apabila penulis mengalami sakit kepala akibat

mengerjakan skripsi.

8. Kepada teman-teman kosanku tersayang Ananda Rakhmatul Ummah,

Rosty Kaafitriana, Rohmah Adhawati, Nur Solekhatun Maryam, Amimatul

Iklillah, Kak Shefa Tarlan, Kak Haryati dan Mbak Anifah.

9. Sahabatku di Ekonomi Pembangunan yaitu Ajelita Suherman, Ulyatin

Tidhomah, Imroatul Khusna, Yushi Septiana, Astrid Nadya, Nurul

Istiqomah, Nurul Fauziah, Ramadhian Wijayanti, Choirunnisa, Gita

Apsari, Kak Aprian Subhan yang telah memberikan ide untuk

mengembangkan skripsi dan teman sejurusan lainnya.

10. Kepada sahabatku di pondok pesantren Maelawati Syafitri, Zakiyah Jamil

dan Neilla Dian terima kasih sudah mau menemani mahasiswa yang selalu

minta makan setiap datang ke rumah.

11. Teman-teman KKN Cinema 21 yaitu Avivah Hazanah dan Qory Nur

Islamiati dan khususnya anggota kopi royco Saniyyah Algadri, Humairah,

Tubagus Nabiel, Wahid Nugraha dan Akbar Ali.

12. Kepada teman-teman di Startup Scholabro, Om Ikono, Dewi Qadar,

Aisyah, dan teman-teman lainnya yang telah membantu saya untuk dapat

melengkapi keperluan penelitian terkait startup digital.

Page 12: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

xi

Akhir kata, penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penelitian ini

namun diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya selain itu kritik dan

saran sangat diperlukan agar penelitian ini dapat menjadi lebih baik.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Jakarta, 5 September 2018

Effa Safirah

Page 13: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .... Error! Bookmark not defined.ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv

DAFTAR RIWAYAH HIDUP .............................................................................. i

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ....................................................................................9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ...............................................................13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 15

A. Deskripsi Teori ..........................................................................................15

1. Start-Up Digital di Indonesia ................................................................ 15

1.1 Pengertian Start-Up Digital ............................................................15

1.2 Sektor-Sektor Startup Digital di Indonesia ..................................16

1.3 Teknologi Finansial (Financial Technology) di Indonesia ..........21

1.4 Tahap-Tahap Pendanaan dalam Startup Digital .........................23

1.5 Contoh Startup Digital Edutech Scholabro ................................. 25

2. Bubble Economics ................................................................................. 27

2.1 Sejarah Bubble Economics.............................................................27

2.2 Pengertian Bubble Economics .......................................................31

2.3 Jenis-Jenis Bubble Economics ....................................................... 32

2.4 Faktor-Faktor Penyebab Bubble Economics ............................... 34

2.5 Kasus Bubble Yang Terjadi di Indonesia .....................................36

Page 14: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

xiii

B. Kerangka Berpikir ....................................................................................39

C. Hipotesis Penelitian ...................................................................................41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................42

A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................42

B. Pendekatan Penelitian...............................................................................43

C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................43

D. Jenis Data ...................................................................................................44

E. Metode Analisis Data ................................................................................45

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 46

A. Aspek-Aspek Bubble Startup Digital ........................................................46

1. Perilaku Pengguna Internet di Indonesia ...........................................46

2. Jumlah Startup Digital di Indonesia Tahun 2009-2018 ..................... 51

3. Investasi Startup Digital di Indonesia Tahun 2009-2018 ...................62

4. Nilai dan Estimasi Penjualan E-Commerce Terhadap PDB

Indonesia ....................................................................................................... 69

5. Jumlah Startup Digital Yang Tutup di Indonesia .............................. 70

6. Estimasi Perkembangan E-Commerce di Indonesia Pada Tahun 2025

................................................................................................................ 74

7. Kebijakan Pemerintah ......................................................................... 75

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 81

A. Kesimpulan ................................................................................................81

B. Saran ...........................................................................................................82

1. Saran Praktis ........................................................................................ 82

2. Saran Teoritis ........................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 83

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 91

Page 15: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 ..................................................................................................................1

Tabel 1. 2 ................................................................................................................12

Tabel 2. 1 ................................................................................................................22

Tabel 4. 1 ................................................................................................................74

Tabel 4.2 ................................................................................................................. 69

Page 16: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 ..............................................................................................................4

Gambar 1. 2 ..............................................................................................................5

Gambar 1. 3 ..............................................................................................................6

Gambar 1. 4 ............................................................................................................10

Gambar 1. 5 ............................................................................................................10

Gambar 4. 1 ............................................................................................................47

Gambar 4. 2 ............................................................................................................48

Gambar 4. 3 ............................................................................................................50

Gambar 4. 4 ............................................................................................................52

Gambar 4. 5 ............................................................................................................53

Gambar 4. 6 ............................................................................................................55

Gambar 4. 7 ............................................................................................................57

Gambar 4. 8 ............................................................................................................58

Gambar 4. 9 ............................................................................................................60

Gambar 4. 10 ..........................................................................................................61

Gambar 4. 11 ..........................................................................................................63

Gambar 4. 12 ..........................................................................................................66

Gambar 4. 13 ..........................................................................................................67

Gambar 4. 14 ..........................................................................................................68

Gambar 4. 15 ..........................................................................................................69

Gambar 4. 16 ..........................................................................................................71

Gambar 4. 17 ..........................................................................................................73

Gambar 4.18 .......................................................................................................... 73

Page 17: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Startup Digital Di Indonesia .................................................... 92

Lampiran 2: Hasil Wawancara Dengan Startup Digital Scholabro ....................... 97

Lampiran 3: Surat Keterangan Magang/Penelitian ............................................... 99

Lampiran 4: Surat Keterangan Perpanjangan Waktu Magang/Penelitian

............................................................................................................................. 100

Lampiran 4: Foto Dokumentasi........................................................................... 101

Page 18: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan teknologi di Indonesia yang telah memasuki era digital saat ini

menjadi faktor pendukung untuk dapat mengembangkan investasi dan bisnis,

dengan segala kemudahan, efisiensi dan kenyamanan dalam berbelanja menjadi

salah satu misi utama bagi pengembangan bisnis startup di Indonesia. Bisnis

startup merupakan suatu usaha rintisan yang berada pada tahap pengembangan

dan disertai dengan riset pasar (Calopa, Horvat & Lalic, 2014: Hal 19-20). Bisnis

startup sendiri dapat memberikan keuntungan apabila pengusaha mampu untuk

menciptakan inovasi teknologi serta menjadikan produk tersebut dapat dipasarkan

(Drnovsek, Wincent & Cardon, 2010: Hal 336-337).

Tabel 1. 1

Kondisi E-Commerce di Indonesia Tahun 2015

Demografi

Populasi 255.832.018 jiwa

Produk Domestik Bruto US$ 872.600.000.000

PDB Per Kapita US$ 3.416

E-Commerce and Retail

2015 e-commerce sales US$ 3.220.000.000

2015 e-commerce growth 65.6 %

2015 retail sales US$ 376.877.000.000

E-Commerce as a portion of retail 0.85 %

Internet

Jumlah pengguna internet 83.600.000

Jumlah pengguna mobile phone 55.400.000

Jumlah pembeli online 5.900.000

Sumber: Asia 500 Report Internet Retailer, 2016

Page 19: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

2

Berdasarkan data yang ditunjukkan pada tabel diatas jumlah pengguna

internet yang mencapai 83 juta pengguna, serta jumlah pengguna belanja online

yang mencapai 5.9 juta pengguna. Menunjukkan potensi yang sangat besar akan

peningkatan perkembangan startup digital yang ditunjang dengan populasi yang

dimiliki Indonesia pada tahun 2015 yaitu sebesar 255 juta jiwa, dimana masih

terdapat setengah dari jumlah populasi di Indonesia atau sebesar 127 juta

pengguna yang dapat dikembangkan untuk menjadi pengguna internet serta

konsumen barang dan jasa online.

Selain melihat dari besarnya potensi yang dimiliki dari konsumen di

Indonesia, perkembangan tersebut dapat dilihat melalui sisi produsen startup

digital yang ditunjukkan dengan besarnya penjualan yang diperoleh dari sektor e-

commerce yaitu sebesar US$ 3.2 miliar serta pertumbuhan e-commerce di

Indonesia yang mencapai 65 persen, selain itu e-commerce juga sebagai

penyumbang sektor retail di Indonesia sebesar 0.85 persen. Respon postif dari

konsumen serta produsen dalam perkembangan startup digital di Indonesia baik

dari sisi penawaran produk oleh produsen serta permintaan dari konsumen

memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan investasi serta bisnis di sektor

digital di Indonesia.

Startupbisnis.com menyebutkan ada empat tahapan yang dilakukan dalam

perkembangan startup, yaitu:

1. Tahap Pertama, yaitu tahap dimana seorang founder mulai memikirkan ide

apa yang akan dikeluarkan serta menggali potensi dan passion yang ada

pada dirinya untuk dapat dikembangkan disertai dengan market research

agar ide tersebut dapat dituangkan menjadi sebuah produk yang dapat

diterima pasar.

2. Tahap Kedua, yaitu tahap dimana founder harus mulai menggali

pengetahuan dari para ahli di bidang usaha yang akan dijalankan, seperti

ahli finance, marketing, teknologi, dll. Serta mulai membangun konsep

perusahaan seperti apa yang akan di rintis, sehingga para founder memiliki

perencanaan perkembangan perusahaan yang akan dibangun nanti.

3. Tahap Ketiga, yaitu tahap pembuatan/peluncuran serta uji coba (piloting)

terhadap produk yang dihasilkan. Dimana pada tahap ini mulai fokus

Page 20: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

3

untuk merealisasikan visi, misi, ide, dan mimpi founder untuk menjadikan

produk yang dihasilkan dapat diterima di pasaran serta menjadi produk

yang baik. Produk yang baik adalah produk yang didesain dengan baik dan

desain yang baik hanya bisa lahir dari visi yang jelas.

4. Tahap Keempat, yaitu pemasaran produk dan melihat bagaimana melihat

response pasar terhadap produk yang dijual. Pada tahap ini perusahaan

startup mulai berkompetisi untuk dapat survive pada usaha yang di

fokuskan, karena tidak sedikit startup company yang mulai tumbang pada

tahap ini dikarenakan timbulnya masalah baik dari dalam dan luar

perusahaan.

Bisnis startup digital di Indonesia yang mengandalkan kecanggihan teknologi

memberikan tujuan investasi serta investor baru yang menjadikan bisnis startup

ini sangat profitable untuk dijalankan. Kemudahan memperoleh informasi

mengenai produk yang dibutuhkan serta persaingan antara harga yang ditawarkan

dari setiap startup menjadi daya tarik tersendiri bagi para konsumen. Berdasarkan

inforgrafis masa depan bisnis startup di Indonesia oleh tech in asia, daily social

dan kumparan.com menyebutkan bahwa pada tahun 2016 terdapat 2.000 startup di

Indonesia dan diproyeksikan pada tahun 2020 jumlah startup di Indonesia

mencapai 13.000 startup, sehingga hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai

negara dengan jumlah startup lokal terbanyak di Asia Tenggara.

Page 21: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

4

Gambar 1. 1

Jumlah Investasi Startup di Indonesia

0 0 10 20

100

500

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Million U.S Dollar

Jumlah Pendanaan Start Up Indonesia

Sumber: Tech in Asia, 2017 (diolah)

Berdasarkan data investasi yang diperoleh dari Tech in Asia menunjukkan

peningkatan perolehan investasi yang ditujukan kepada bisnis startup di

Indonesia, peningkatan awal pada tahun 2014 disumbangkan oleh perolehan

investasi dari Tokopedia sebesar 100 juta US$ serta terjadi peningkatan yang

sangat signifikan pada tahun 2015 dimana Gojek mendapat suntikan modal

sebesar 200 juta US$ dan Mataharimall sebesar 500 juta US$. Perolehan besaran

investasi tersebut menjadi langkah awal semakin berkembangnya ekonomi digital

di Indonesia, sehingga semakin banyak masyarakat Indonesia berbondong-

bondong untuk ikut menciptakan startup dengan harapan mendapatkan banyak

kucuran dana dari para investor yang memang saat ini tengah banyak berinvestasi

pada bisnis startup di Indonesia. Lazada, Tokopedia, Blibli, Zalora, Shopee,

Bukalapak, dll menjadi segelintir startup di Indonesia yang kini tengah

memperoleh laba yang cukup besar dari bisnis tersebut.

Page 22: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

5

Gambar 1. 2

Penetrasi Dan Jumlah Pengguna Internet di Indonesia 2005-2017

Sumber: APJII & BPS, 2017 (diolah)

Selain dari tingginya investasi yang ditanamkan pada startup digital di

Indonesia, penetrasi pengguna internet di Indonesia juga mengalami peningkatan

setiap tahunnya. Penetrasi pengguna internet merupakan persentase jumlah

populasi dan jumlah pengguna internet di Indonesia. Peningkatan jumlah

pengguna internet yang terus meningkat setiap tahunnya menjadi peluang yang

besar bagi startup digital untuk menciptakan dan mengembangkan produk atau

jasa yang akan dipasarkannya, melihat dari besarnya angka penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi yang semakin berkembang di Indonesia.

Potensi jumlah pengguna internet yang besar dapat dijadikan peluang

dalam mendirikan startup digital di Indonesia, karena jumlah tersebut dapat

menjadi sumber konsumen potensial bagi perusahaan digital dalam memasarkan

serta mengembangkan produknya. Sehingga peluang perkembangan startup

digital di Indonesia tidak hanya berasal dari investasi yang ditanamkan saja,

namun faktor lain yang berasal dari jumlah pengguna internet di Indonesia yang

Page 23: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

6

cukup besar juga menjadi faktor pendorong untuk semakin pesatnya

perkembangan startup digital di Indonesia.

Gambar 1. 3

Perkembangan Pendanaan Startup di Indonesia

Sumber: Tech In Asia, The Jakarta Post & Daily Social, 2017

Infografis pendanaan startup digital di Indonesia pada tahun 2016 oleh

tech in asia, the Jakarta post dan daily social menyebutkan terdapat 88 startup

digital di Indonesia yang mendapatkan pendanaan, diantaranya sebesar 44 persen

merupakan pendanaan awal dan 22 persen merupakan pendanaan pada startup

digitallanjutan dan telah memiliki produk yang masuk di pasar. Pendanaan startup

digital pada tahun 2016 di dominasi oleh e-commerce dan financial technology

(fintech) yaitu sebesar 19 persen dan 13 persen. Perkembangan pendanaan

tersebut dapat terus meningkat dimana pada tahun 2017 pada quartal pertama

menunjukkan nilai pendanaan pada startup e-commerce sebesar 27.7 persen

disusul fintech sebesar 22.2 persen, pendanaan teratas banyak diberikan kepada

startup lanjutan dengan perolehan investasi sebesar 38.8 persen. Namun data

tersebut dapat berubah dikarenakan masih kurangnya transparansi investasi pada

perusahaan startup digital di Indonesia sehingga tidak semua startup dapat

diperoleh data secara rinci.

19%

27.7%

13%

22.2%

2016 2017

Perkembangan Pendanaan Startup di Indonesia

e-comm erce fintech

Page 24: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

7

Namun jumlah pendanaan awal startup digital pada kuartal pertama tahun

2017 mengalami penurunan dibanding tahun 2016 pada kuartal serupa, dimana

hanya terdapat 3 startup yang memperoleh tahap awal pada 2017 sedangkan pada

tahun 2016 terdapat 12 startup, hal tersebut menunjukkan bahwa investor yang

didominasi lebih mempercayakan kepada perusahaan startup yang memang sudah

berpengalaman dalam industri tersebut dengan perolehan keuntungan yang besar.

Investor lebih banyak berjaga-jaga untuk menghindari terjadinya kerugian

yang besar, melihat bahwa kasus peningkatan ekonomi digital secara besar-

besaran (dot-com) pernah terjadi di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1999

dimana pada tahun tersebut banyak sekali perusahaan startup bermunculan serta

tingginya iklim untuk berinvestasi pada perusahaan startup tersebut (Galbraith &

Hale, 2004, Hal: 2) yang didasari oleh kesuksesan dari Facebook dan Amazon

sehingga menjadi dasar dari munculnya gelembung spekulatif (bubble) pada

perusahaan startup di Amerika Serikat. Namun keuntungan besar yang diperoleh

perusahaan startup besar tersebut yaitu Facebook dan Amazon ternyata tidak serta

merta membuat semua bisnis startup memperoleh keuntungan yang sama

besarnya, sehingga menimbulkan terjadinya penarikan investasi besar-besaran

(burst) oleh para investor dikarenakan tidak diperoleh keuntungan dari startup

tersebut menjadikan pasar saham teknologi tinggi yang disebut NASDAQ terjun

bebas di pasar saham (Ofek & Richardson. 2003. Hal: 1113-1114).

Bubble economics merupakan suatu gelembung spekulatif yang didorong

oleh munculnya inovasi keuangan sehingga investor banyak melakukan pembelian

untuk asset ekonomi yang sedang booming (Guttmann. 2009. Hal: 49-53).

Gelembung ekonomi disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang berbondong-

bondong untuk menciptakan atau ikut serta dalam suatu trend bisnis disertai

dengan perolehan investasi yang sangat besar dan di dasari oleh motif spekulatif.

Sehingga gelembung spekulatif tersebut akan memicu krisis keuangan yang

sangat besar yang dapat terjadi cepat atau lambat (Minsky. 1986: Hal 7-8).

Kondisi tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan harga yang sangat

tinggi antara produk yang ditawarkan dengan nilai intrinsiknya.

Bubble economics terjadi pertama kali pada tahun 1636-1637

(Brunnermeier & Oehmke. 2012: Hal 7-8) yang terkenal dengan nama Tulipmania

Page 25: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

8

yang melanda negara Belanda pada saat itu, dimana permintaan akan bunga tulip

meningkat tajam (bubble) mengakibatkan harga bunga tulip yang ditawarkan pun

semakin meningkat, dimana peningkatan yang terjadi setara dengan 10 kali lipat

pendapatan pengerajin selama setahun. Karena terjadi perbedaan harga yang

sangat tinggi antara bunga tulip tersebut dengan nilai intrinsiknya, maka terjadi

ledakan (burst) penurunan harga bunga tulip hingga terjun bebas di pasaran.

Bubble economics juga dapat mengancam startup digital di Indonesia

apabila tidak disertai dengan perlindungan dari pemerintah serta kualitas strategi

keseluruhan dan inovasi perusahaan (Ayrer, Upper & Warner. 2002: Hal 2-3)

untuk dapat menarik pasar serta para investor. Pada saat ini semakin banyak

kemunculan startup-startup baru yang hanya berdasarkan memperoleh

keuntungan semata dengan maraknya investor yang berinvestasi pada startup

tersebut tanpa adanya perencanaan perkembangan strategi dan inovasi produk

yang dihasilkan perusahaan secara matang kedepannya serta belum adanya

kebijakan keuangan dan moneter yang dapat menyelesaikan kasus apabila

terjadinya gelembung ekonomi yang sangat berdampak bagi sektor keuangan

negara (Girdzijauskas, dkk. 2009: Hal 268).

Berdasarkan survei yang diperoleh Daily Social terhadap startup founders

tahun 2017 di Indonesia menyebutkan terdapat permasalahan yang masih

menghambat perkembangan bisnis startup di Indonesia diantaranya akuisisi bakat

(talent acquisition), regulasi pemerintah (government regulation) dan ketersediaan

modal (capital availability). Selain itu pada tahun yang sama terdapat lima

perusahaan startup yang tutup yaitu Bornevia, Lolalo.la, Wujudkan, Cipika dan

Guvera. Diantaranya terjadi karena tidak mencapai keuntungan yang diharapkan

oleh perusahaan dan investor, adanya perbedaan pendapat dalam internal

perusahaan, serta kurangnya inovasi yang dilakukan sehingga tidak dapat bersaing

oleh produk dari perusahaan startup lain. Perlu adanya kerjasama antar berbagai

pihak guna memperbaiki serta memperkuat iklim investasi startup di Indonesia

sehingga dapat mencegah potensi terjadinya bubble economics pada bisnis

tersebut.

Penelitian ini mencoba untuk memberikan gambaran mengenai bisnis

startup digital yang sedang booming di Indonesia apakah berpotensi terjadi bubble

Page 26: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

9

economics kedepannya dengan menggunakan studi literatur pada buku yang

membahas tentang bubble economics, jurnal, serta penelitian terdahulu, selain itu

dilakukan wawancara kepada perusahaan terkait guna menunjang penelitian

tersebut. Penelitian ini juga ingin melihat bagaimana kebijakan pemerintah dalam

memberikan perlindungan bagi konsumen dan pelaku startup di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

mengenai potensi terjadinya bubble pada startup digital di masa depan dengan

judul, “STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP

DIGITAL DI INDONESIA”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, bubble economics

dapat menjadi suatu ancaman bagi iklim bisnis startup digital di Indonesia apabila

penggelembungan tersebut terus terjadi tanpa disertai dengan prospek perolehan

keuntungan yang baik di perusahaan tersebut kedepannya, selain itu pemerintah

perlu untuk memperkuat iklim investasi pada startup company tersebut dengan

mengeluarkan kebijakan baru ataupun menyempurnakan kebijakan yang telah ada

sebelumnya sehingga dapat mencegah terjadinya penarikan investasi besar-

besaran (burst) yang dapat mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia.

Dengan begitu ancaman bubble economics dapat dihindari dengan adanya

kerjasama antara berbagai pihak

Page 27: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

10

Gambar 1. 4

Estimasi Pengguna Internet dan Digital Buyers 2016-2022

97.07

104.96

112.57

120

126.89

133.39

139.54

24.9

28.1

31.6

35.5

39.2

42.1

43.9

0 20 40 60 80 100 120 140 160

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

Digital Buyers Internet Users

Sumber: Statista, 2017 (diolah)

Gambar 1. 5

Estimasi Pertumbuhan Penjualan E-Commerce di Indonesia 2012-2022

85%

71%

45%

37%

26%22.1% 21.7% 20.7% 19% 16.8%

14.3%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

E-Commerce Sales Growth

Sumber: Statista, 2017 (diolah)

Page 28: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

11

Potensi terjadinya bubble dalam bisnis startup digital di Indonesia dapat

terlihat dari menurunnya pertumbuhan penjualan dari e-commerce namun terjadi

peningkatnya jumlah pengguna internet serta digital buyers yang merupakan

konsumen dari startup digital tersebut. Terjadinya peningkatan jumlah pengguna

internet dan digital buyers tidak sejalan dengan terjadinya penurunan

pertumbuhan dalam e-commerce yang mengindikasikan dapat terjadinya bubble

economics dalam startup digital yang berasal dari faktor lain, seperti investor serta

kegagalan startup tersebut untuk dapat survive dan mempertahankan jumlah

investasi serta konsumen mereka dalam sektor yang difokuskannya. Selain itu ada

indikasi lain konsumen atau jumlah digital buyers yang terus meningkat tersebut

memilih untuk menggunakan jasa atau produk dari startup digital luar negeri

sehingga terjadinya peningkatan jumlah digital buyers tidak mempengaruhi

peningkatan penjualan e-commerce tersebut.

Adanya resiko yang harus dihadapi bagi startup digital baru yang belum

memiliki kematangan model bisnis serta dalam memperluas jaringan

pemasarannya apabila memang bubble economics tersebut benar terjadi di masa

depan ialah semakin banyaknya startup digital yang tutup karena sulitnya

memperoleh investor serta penggunanya dan semakin tingginya biaya yang harus

dikeluarkan oleh startup tersebut untuk terus hidup serta menjalankan kegiatan

operasionalnya. Bubble economics dapat menurunkan kemampuan masyarakat

untuk membelanjakan pendapatannya serta menghambat sektor bisnis dalam

memperoleh investasi yang berasal dari investor asing dikarenakan kondisi

perekonomian di Indonesia yang tidak dapat menghasilkan keuntungan yang besar

apabila investor asing menanamkan modalnya pada startup digital yang sedang

mengalami kondisi bubble economics.

Startup digital di Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang cukup

besar bagi iklim bisnis tersebut dimana tantangan tersebut merupakan adanya

potensi kemunculan bubble economics di masa depan. Berdasarkan survei yang

dilakukan daily social dalam laporan tahunan startup merangkum tantangan yang

dihadapi oleh perusahaan tersebut yaitu:

Tantangan yang dihadapi startup digital tiga tahun terakhir diantaranya

akuisisi bakat (talent acquisition) atau pembelian hak paten terhadap suatu produk

Page 29: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

12

yang dikembangkan serta merupakan inovasi yang baru dilakukan oleh salah satu

startup digital sehingga diharapkan dengan memiliki paten pada inovasi yang

dikeluarkan tersebut tidak ada pesaing lain yang dapat masuk serta menjadi

pesaing sejenis yang dapat mengambil konsumen mereka.

Selain itu kekurangan tenaga ahli untuk mengembangkan startup yang

dimiliki karena dalam startup tersebut berbasis digital dan teknologi diperlukan

banyak insinyur informatika, sistem informasi dan web design sedangkan upah

yang harus dikeluarkan untuk mempekerjakan tenaga ahli dalam startup tersebut

harus besar tidak sesuai dengan modal awal yang dimiliki startup. Sehingga untuk

mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk mempekerjakan tenaga ahli biasanya

sang founder dan co-founder yang merangkap menjadi tenaga ahli di bidang

teknologi tersebut.

Selain itu tantangan lain yang menjadi highlight selama tiga tahun terakhir

lainnya yaitu terkait regulasi atau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah

(government regulation) dimana kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dirasa

belum cukup untuk melindungi pelaku bisnis startup digital untuk dapat

memajukan serta melindung inovasi yang mereka gagas dari segala bentuk plagiat

dan juga menghindari terjadinya praktik monopoli yang dapat terjadi pada startup

digital yang menjadi leader dalam sektor tertentu.

Tabel 1. 2

Issue and Challenge

2017 2016 2015

Talent Shortage Talent Acquisition Talent Acquisition

Regulatory Hurdles Capital Availability Capital Availability

Matchmaking between

Investors and Founders

Government

Regulation

Government Regulation

Paradox of Unicorn Infrastructure

Sumber: Daily Social Startup Report, 2017

Page 30: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

13

Tantangan lain juga berasal dari jumlah masyarakat Indonesia yang sangat

besar jumlahnya sebesar 262 juta jiwa pada tahun 2017 dengan jumlah pengguna

internet sebesar 143 juta jiwa. Sebanyak 119 juta jiwa masih belum menggunakan

intenet, potensi dari jumlah non pengguna internet tersebut perlu segera

dimanfaatkan agar startup digital di Indonesia dapat berkembang lebih baik

dengan pengguna internet yang sangat besar tersebut dapat memaksimalkan

keuntungan yang dapat diperoleh bagi startup digital, dikarenakan tanpa hadirnya

internet serta penggunanya startup digital tidak akan dapat tumbuh dan

berkembang di Indonesia.

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka diperoleh pertanyaan

penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana perkembangan startup digital di Indonesia dalam kurun waktu 9

tahun terakhir?

2. Apakah bubble startup digital dapat terjadi di Indonesia di masa depan?

3. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam memberikan pelindungan kepada

masyarakat sebagai konsumen dan tetap mendukung pertumbuhan dan

perkembangan startup digital?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui perkembangan startup digital di Indonesia dalam

kurun waktu 9 tahun terakhir.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya potensi bubble pada startup

digital di masa depan.

Untuk mengetahui peran pemerintah dalam memberikan pelindungan

kepada masyarakat sebagai konsumen dan tetap mendukung

pertumbuhan dan perkembangan startup digital.

Page 31: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

14

2. Manfaat Penulisan

Adapun penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada:

Pengambil Kebijakan

Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu

memberikan informasi mengenai bagaimana pencegahan terjadinya bubble

startup digital di Indonesia sehingga kedepannya para pengambil

kebijakan mampu menentukan kebijakan apa yang tepat untuk dapat

mendukung serta meningkatkan pemanfaatan startup sebagai peningkatan

investasi di Indonesia.

Ilmu Pengetahuan

Secara umum diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah

khasanah ilmu ekonomi khususnya dalam bidang ekonomi pembangunan.

Manfaat khusus bagi ilmu pengetahuan yakni dapat mengetahui langkah

untuk dapat mencegah terjadinya bubble startup digital di Indonesia serta

sebagai bahan acuan bagi penelitian-penelitian yang akan dilakukan

selanjutnya.

Pelaku Startup Digital di Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar

khususnya bagi pelaku startup digital di Indonesia, sehingga mereka dapat

lebih waspada akan segala kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan

serta turut serta dalam menciptakan iklim bisnis yang aman dan nyaman

agar semakin banyak investor baik dari dalam dan luar negeri yang

berinvestasi dalam startup digital di Indonesia.

Page 32: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Start-Up Digital di Indonesia

1.1 Pengertian Start-Up Digital

Startup atau Start-Up merupakan kata serapan yang berasal dari

bahasa inggris, dalam Kamus Oxford Advanced Learner kata “Start”

merupakan sebuah kata benda yang memiliki arti permulan dan kata “Up”

yang memiliki arti terus berkembang. Sehingga Start-up merupakan

perusahaan pemula atau perusahaaan rintisan yang terus berkembang

(Oxford Dictionary, Hal 11371). Pengertian Startup menurut Investopedia

yaitu “A startup a young company that is just beginning to develop” yang

memiliki arti bahwa startup merupakan sebuah perusahaan rintisan yang

baru akan memulai perkembangannya.

Dalam bukunya yang berjudul Zero to One, Peter Thiel yang juga

merupakan pendiri PayPal mendefinisikan Startup sebagai sekelompok

orang yang memiliki gagasan untuk menciptakan sesuatu yang baru guna

untuk pembangunan di masa depan, perubahan yang dimaksud adalah

inovasi secara vertikal yaitu suatu inovasi yang belum pernah diciptakan

sebelumnya dan bukan inovasi secara horizontal yaitu melanjutkan ciptaan

yang sudah ada sebelumnya (Thiel, 2014: Hal 4-5).

Kata “digital” yang ditambahkan untuk menunjukkan fokus dari

perusahaan yang dirintis adalah berbasis teknologi serta memanfaatkan

kemajuan dari teknologi informasi dan komunikasi yang sesuai dengan

perkembangan zaman. Sehingga perusahaan rintisan yang berbasis

teknologi kini disebut sebagai Startup Digital.

Kata “rintisan” memiliki arti memulai mengerjakan sesuatu atau

pelopor (Podo & Sullivan. 2005. Hal 1101), sehingga perusahaan rintisan

merupakan perusahaan yang baru menjalankan usahanya untuk menjadi

pelopor dalam bisnis yang akan digelutinya.

Page 33: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

16

1.2 Sektor-Sektor Startup Digital di Indonesia

Dalam mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan teknologi

yang mulai beralih secara online, semakin banyak perusahaan-perusahaan

lama yang juga ikut memasuki era digital serta mendirikan startup baru

yang merupakan anak dari perusahaan lama tersebut. Sehingga semakin

beragam sektor startup digital di Indonesia yang tidak semuanya

merupakan perusahaan pendatang baru.

Belum ada literatur resmi yang mengelompokkan startup digital

dalam beberapa sektor-sektor tertentu dikarenakan startup sendiri

merupakan perusahaan yang mengedepankan inovasi terbaru yang belum

pernah ada sebelumnya sehingga banyak sektor baru yang muncul atau

berkurang dalam startup digital setiap tahunnya.

Berdasarkan laporan tahunan startup di Indonesia yang dikeluarkan

oleh Daily Social dan Tech in Asia tahun 2016, beberapa sektor startup

digital di Indonesia diantaranya:

1) Financial Technology (FinTech)

Fintech merupakan startup yang bergerak dalam sektor keuangan

atau sistem pembayaran digital yang memanfaatkan serta

mengembangkan kemajuan teknologi untuk mempermudah aktivitas

transaksi pembayaran, penyimpanan uang serta kebutuhan dalam

permodalan untuk meningkatkan dan mempermudah aktivitas

perekonomian masyarakat.

Contoh dari produk yang ditawarkan dalam fintech ini diantaranya

ialah mata uang virtual (Bitcoin, Etherium, dll), pembayaran virtual

(Ovo, T-Cash, Go-Pay, dll) serta crowdfunding yang mengkhususkan

untuk menghimpun dana yang akan digunakan untuk kegiatan sosial.

2) E-Commerce

Merupakan suatu layanan jual beli online yang banyak terdapat

penjual dimana startup tersebut bertindak sebagai tangan kedua yang

menjadi penghubung antara pembeli dan penjual selain bertindak

Page 34: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

17

sebagai penghubung, startup dalam bidang e-commerce juga ada yang

bertindak sebagai penjual yang juga bertindak sebagai distributor

barang yang akan dikirimkan langsung kepada konsumen.

Dalam sektor e-commerce barang yang dijual dan ditawarkan dapat

bermacam-macam, ada startup yang ingin mengkhususkan untuk

menjual perlengkapan fesyen seperti Berrybenka, Zalora, Sale Stock,

dll. Ada pula startup lain yang menjual bermacam-macam barang yang

dibutuhkan dari mulai pakaian, kebutuhan rumah tangga, barang

elektronik, dan lain-lain seperti Lazada, Mataharimall, Tokopedia,

Bukalapak, Elevenia, dll.

3) On-Demand Services

Merupakan startup yang berfokus untuk menjawab kebutuhan

masyarakat, selain itu startup sektor ini juga memberikan pelayanan

yang sesuai dengan keinginan serta permintaan masyarakat. Saat ini

startup digital on-demand yang sedang berkembang di kalangan

masyarakat adalah transportasi online seperti Go-Jek dan Grab yang

menguasai pangsa pasar dalam sektor ini.

4) Media/Social Media Online

Merupakan startup digital yang bergerak pada pemberian konten

informasi dan berita secara online melalui web atau aplikasi. Sektor

media/social media online tidak hanya berfokus pada berita saja

namun dapat berupa komunitas-komunitas yang memberikan informasi

secara online mengenai kegiatan serta hobi mereka seperti dalam

bidang sepak bola, otomotif dan lain sebagainya. Contoh dari startup

sektor ini diantaranya Detik.com, Winpoin, Keepo, Pulsk dan lain-lain.

5) Travel

Merupakan jenis startup digital yang memberikan jasa dalam

merencanakan serta melakukan perjalanan baik dalam negeri maupun

luar negeri, jasa yang diberikan pada startup sektor ini dapat berupa

Page 35: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

18

pembelian tiket perjalanan seperti pesawat, kereta dan moda

transportasi lainnya serta memberikan pelayanan berupa jasa untuk

memudahkan dalam mencari dan melakukan pemesanan untuk tempat

menginap di lokasi yang akan dituju. Contoh dari startup sektor ini

diantaranya Traveloka, Pegipegi, Nusatrip, Trivago dan lain

sebagainya.

6) Games

Merupakan jenis startup digital yang meluncurkan game online

yang dapat berupa aplikasi atau melalui web. Startup ini mengelurkan

berbagai jenis game yang disesuaikan dengan permintaan pasar serta

isu-isu yang sedang berkembang saat ini, perolehan keuntungan yang

didapatkan yaitu dengan menjual fitur-fitur tambahan dalam setiap

karakter game yang dimainkan serta untuk dapat loncat ke level

tertentu akan dikenakan biaya.

7) Education Technology (EduTech)

Merupakan startup digital yang bergerak pada sektor pendidikan

namun tetap memanfaatkan kecanggihan teknologi, jasa yang

diberikan dalam sektor ini dapat berupa kursus pelajaran secara online

ataupun trik dan tips mengenai pelajaran serta informasi beasiswa dan

lain sebagainya. Selain itu, startup dalam sektor ini juga ada yang

berfokus di bidang penelitian dengan menyediakan jurnal-jurnal ilmiah

serta informasi mengenai penelitian yang sedang dilakukan oleh suatu

institusi atau individu. Contoh dari startup sektor ini adalah

Ruangguru, Neliti, Studilmu dan lain sebagainya.

8) Dating

Merupakan startup yang berfokus pada sektor online dating.

Startup disini bertindak dalam memberikan jasa sebagai fasilitator

antar individu dengan individu lainnya untuk saling mengenal satu

sama lain, seperti yang sudah berkembang di Amerika Serikat yaitu

Page 36: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

19

online dating Tinder. Indonesia juga memiliki startup yang berfokus

pada online dating yang merupakan produk lokal seperti Wavoo,

Setipe, Woo dan lain sebagainya.

9) Agriculture

Merupakan startup yang berfokus pada sektor pertanian baik

berupa tata cara dan pendidikan dalam bertani maupun penjualan hasil-

hasil pertanian untuk memutus rantai tengkulak sehingga petani dapat

memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sektor agriculture sangat

diharapkan untuk terus dikembangkan di Indonesia melihat dari

pesatnya perkembangan internet yang tidak sejalan dengan

pengetahuan yang dimiliki para petani sehingga pendapatan yang

mereka peroleh tidak maksimal. Startup digital yang bergerak dalam

sektor ini diantaranya iGrow, Sayurbox, Eragano, Kecipir, Tanihub

dan lain sebagainya.

10) Healthcare

Merupakan startup yang bergerak pada sektor kesehatan baik

konsultasi kesehatan dengan dokter secara online ataupun pembelian

alat-alat kesehatan yang diperbolehkan untuk diperjual belikan secara

bebas serta obat-obatan yang sebelumnya telah melalui resep dokter.

Sehingga masyarakat dapat semakin peduli dengan kesehatannya

apabila menemui gejala-gejala penyakit yang dirasakan namun takut

untuk memeriksakannya ke dokter maka dapat konsultasi melalui

dokter online untuk selanjutnya dapat ditindak secara medis apabila

diperlukan. Contoh dari startup yang bergerak dalam sektor kesehatan

ini diantaranya Aladokter, Dokter Sehat, Klikdokter dan lain

sebagainya.

Page 37: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

20

11) Software as a Service (SaaS)

Merupakan startup digital yang bergerak dalam penyedia

perangkat lunak (Software) berbentuk layanan khusus berlangganan,

seperti software khusus yang biasanya banyak digunakan sebagai

bentuk layanan costumer services dalam suatu perusahaaan. Dimana

bentuk dari software tersebut adalah menyediakan layanan chatbot

yaitu balasan otomatis yang diberikan kepada konsumen yang

menghubungi mereka melalui email ataupun message box yang

tersedia dalam situs resmi perusahaan mereka.

Berdasarkan (Dictio.id, 2016) SaaS merupakan layanan

pengembangan aplikasi web menggunakan perangkat lunak sehingga

dapat digunakan oleh pelanggannya melalui internet. Keuntungan yang

diperoleh startup ini berasal dari penjualan layanan yang menggunakan

sistem berlangganan dari jangka waktu perbulan ataupun pertahun.

Selain itu software layanan lain adalah kasir online atau biasanya

lebih dikenal dengan Point of Sale, dimana startup digital

menyediakan layanan software yang digunakan untuk dapat mengecek

penjualan secara online tanpa harus melalui cara penghitungan

tradisional. Hal tersebut dapat dilakukan karena software tersebut

menghubungkan sistem kasir yang dimiliki pengusaha dengan aplikasi

yang disediakan startup digital tersebut, sehingga perusahaan hanya

perlu mengunduh aplikasi tersebut dan menghubungkan dengan kasir

online serta langsung dapat mengecek penjualan dengan efektif dan

efisien.

12) Advertising

Merupakan startup digital yang bergerak di bidang khusus

platform periklanan. Namun periklanan yang disediakan oleh startup

di bidang ini sangat berbeda dengan iklan yang ditawarkan oleh

pengusaha tradisional. Dimana startup dalam sektor ini menawarkan

bentuk periklanan yang lebih fleksibel serta lebih efisien dalam

penggunaan bahan-bahan untuk periklanannya.

Page 38: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

21

Seperti periklanan dalam badan mobil ataupun bentuk monitor

LED yang terpasang dalam badan mobil sehingga lebih menarik serta

lokasi periklanannya yang sangat fleksibel. Selain itu keuntungan yang

diperoleh tidak hanya bagi startup saja namun juga bagi mitra

pengendara yang ikut bergabung menjadi agen iklan dengan

menggunakan kendaraan yang dimiliki.

1.3 Teknologi Finansial (Financial Technology) di Indonesia

Istilah penggunaan Teknologi Finansial atau Fintech menurut

International Organization of Securities Commisions (IOSCO)

digunakan untuk menggambarkan startup digital yang mengedepankan

model bisnis inovatif serta memanfaatkan teknologi baru dalam

penggunaannya sehingga berpotensi untuk dapat mengubah industri

jasa keuangan dimasa depan (IOSCO, 2017: Hal 4).

Dalam Peraturan Bank Indonesia Pasal 1 No 19/12/PBI tahun 2017

tentang Penyelengaraan Teknologi Finansial menyebutkan pengertian

dari Teknologi Finansial adalah penggunaan teknologi dalam sistem

keuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan/atau

model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas moneter,

stabilitas sistem keuangan, dan/atau efisiensi, kelancaran, kemanan,

dan keandalan system pembayaran.

Selain itu dalam Pasal 3 Peraturan Bank Indonesia juga disebutkan

mengenai kategori dari penyelengaraan Teknologi Finansial,

diantaranya:

a) Sistem pembayaran

b) Pendukung Pasar

c) Manajemen Investasi dan Manajemen Risiko

d) Pinjaman, pembiayaan, dan penyediaan modal

e) Jasa Finansial lainnya

Dalam Pasal 4 disebutkan mengenai kriteria dari Teknologi

Finansial tersebut, yaitu:

a) Bersifat inovatif

Page 39: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

22

b) Dapat berdampak pada produk, layanan, teknologi, dan/atau model

bisnis finansial yang telah eksis

c) Dapat memberikan manfaat bagi masyarakat

d) Dapat digunakan secara luas, dan

e) Kriteria lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Berdasarkan laporan mengenai Financial Technology yang

dilakukan oleh IOSCO tahun 2017 mengklasifikasikan Fintech dalam

delapan kategori, diantaranya:

Tabel 2. 1

Kategori dan Jasa dalam Financial Technology

No Kategori Services Nama Produk

1. Payments Electronic payment

processing (Chip

based)

BNI TapCash, Mandiri e-

money, BCA Flazz, Bank DKI

JakCard, BRI Brizzi

Digital money transfer

payments (Server

based)

T-cash, Go-Pay, TokoCash,

XL Tunai, Finapay,

Dompetku, Doku, Pundi

Pundi, DimoPay, PayAccess

2. Insurance Claims, Risk tools EFL, Premiro

3. Planning Personal Finance, Tax

and budgeting services

Ngatur Duit, Jurnal,

Jojonomic, Dompet Sehat,

Finansialku

4. Lending/

Crowdfunding

Peer to peer landing Uang Teman, Pinjam, Kredivo,

Modalku, Amartha

Crowdfunding

Platform

Wujudkan, Kita Bisa, Gandeng

Tangan, Akseleran, Indves

5. Blockchain Crypto Currency Bitcoin Indonesia, Quione,

Luno

6. Trading &

Investment

Trading platforms,

investment

management

Stockbit, Bareksa, CekAja,

Bibitnomic, IndoGold

Page 40: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

23

7. Data &

Analytics

big data solutions,

data providers

Kanopi

8. Security Digital identity,

cybersecurity, data

encryption

Sleekr, VeryFund

Sumber: IOSCO, 2017

1.4 Tahap-Tahap Pendanaan dalam Startup Digital

Dalam menjalankan sebuah startup digital diperlukan modal yang

besar untuk dapat memasarkan produk yang dihasilkan agar lebih

banyak digunakan dan dapat diterima masyarakat secara luas. Dalam

hal permodalan startup digital memiliki tahapan-tahapan pendanaan

yang disesuaikan dengan kebutuhan keberlangsungan usaha tersebut.

Dalam buku StartupPedia (Uzzaman, 2015: Hal 24-32) menyebutkan

beberapa tahapan dalam pendanaan dalam startup digital, diantaranya:

1) Putaran Pendanaan Tahap Awal (seed round)

Pendanaan tahap ini bertujuan untuk mencari tahu potensi dari

produk yang ditawarkan apakah akan diterima di masyarakat secara

luas serta bagaimana respon pasar terhadap produk tersebut. Rata-

rata pendanaan yang dikeluarkan investor pada tahap ini berkisar

antara Rp 500 juta sampai Rp 2.5 miliar tergantung biaya yang

diperlukan bagi operasional serta bentuk dasar (prototype) produk

mereka.

2) Putaran Angel Investor (angel round)

Setelah produk dasar (prototype) selesai dibuat yang bersumber

dari perolehan dana pada tahap sebelumnya, maka dilakukan uji

coba pemasaran produk tersebut untuk melihat respon pasar

Page 41: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

24

terhadap produk yang telah dibuat oleh perusahaan tersebut. Dalam

tahap ini dilakukan untuk dapat mengetahui apa kekurangan serta

kelebihan yang dimiliki oleh produk sehingga dapat dikembangkan

agar produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan

permintaan masyarakat di pasar.

3) Putaran Seri A (series A round)

Pada tahap ini produk sudah diproduksi dalam jumlah yang

sesuai dengan permintaan di pasar serta sudah mendapatkan

pengguna dalam jumlah tertentu. Selain itu pada tahap ini

dilakukan scaling terhadap produk mereka untuk dapat mengetahui

hal apa yang perlu ditambahkan serta jenis produk apa yang dapat

dikembangkan lagi untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar. Hal

tersebut dilakukan untuk mengetahui model bisnis yang tepat

dalam startup digital. Pada tahap ini modal yang diberikan sekitar

Rp 10 miliar hingga Rp 33 miliar atau lebih besar lagi tergantung

dari besarnya potensi yang dimiliki tiap startup tersebut.

4) Putaran Seri B (series B round)

Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari pendanaan dalam

sebuah startup digital, pendanaan dilakukan untuk memaksimalkan

model bisnis, ekspansi pasar serta konsumen yang luas. Pada tahap

ini, startup digital biasanya sudah berumur 2 sampai 4 tahun dan

sudah memiliki keuntungan serta jumlah pengguna yang besar.

Dana yang diberikan pada tahap ini berkisar dari Rp 20 miliar

sampai Rp 80 miliar atau lebih tergantung dari seberapa besar

jumlah permintaan terhadap produk tersebut di pasar.

5) Advance Round

Merupakan tahap dewasa dari startup digital tersebut, pada

tahap ini merupakan lanjutan dari putaran seri B yaitu seri C, seri

D, seri E, dan seri F sampai startup tersebut keluar (exit) dari tahap

Page 42: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

25

pendanaan untuk melakukan penawaran perdana di pasar publik

(IPO). Jumlah modal yang diperoleh lebih dari Rp 25 miliar serta

perusahaan sudah dapat melakukan ekspansi produk atau membuka

cabang perusahaan baik secara nasional maupun internasional.

1.5 Contoh Startup Digital Edutech Scholabro

1.5.1 Sejarah Pendirian Scholabro

Scholabro merupakan sebuah startup digital yang bergerak di

bidang pendidikan. Ide pembuatan startup tersebut bermula dari

sang founder Radyum Ikono yang memiliki keinginan untuk dapat

membantu mahasiswa Indonesia untuk dapat menikmati beasiswa

baik dalam maupun uar negeri. Sehingga ide tersebut berlanjut

dengan membangun sebuah komunitas yang bernama Sahabat

Beasiswa” pada tanggal 15 Desember 2013, dimana sang founder

bertindak sebagai Direktur Utama.

Dalam pelaksanaannya komunitas tersebut menjadi jembatan

antara pencari beasiswa dengan mahasiswa sudah menerima

beasiswa sebelumnya, baik mahasiswa yang sedang dalam masa

studi maupun mahasiswa yang sudah menyelesaikan studi.

Kegiatan yang dilakukan dalam organisasi tersebut selain aktif

dalam memberikan informasi seputar beasiswa melalui sosial

media adalah dengan mengadakan kegiatan seminar mengenai

bagaimana cara memperoleh beasiswa dalam negeri dan luar

negeri, info mengenai tips dan trik dalam menghadapi persyaratan

untuk memperoleh beasiswa (Curriculum Vitae, Motivation Letter,

TOEFL dsb) serta bagaimana mengatur keuangan selama

menjalani masa studi. Selain itu setiap setahun sekali diadakan

kegiatan pertemuan antara perwakilan setiap daerah pengurus

organisasi tersebut yang terdiri dari 30 perwakilan tiap wilayah dari

komunitas sahabat beasiswa yang tersebar di Indonesia.

Hingga akhirnya melihat banyaknya pelajar/mahasiswa yang

tertarik dalam komunitas tersebut serta semakin besarnya

Page 43: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

26

kebutuhan pendanaan dari operasional komunitas tersebut, maka

dicetuskannlah untuk mendirikan platform digital “Scholabro”

pada bulan Januari tahun 2018 dengan jumlah karyawan sebanyak

3 orang selain founder. Lokasi opeasional Scholabro masih

bertempat di rumah sang founder yaitu di Perumahan Pesona

Depok Estate, Kota Depok.

1.5.2 Kegiatan Pelaksanaan Scholabro dan Target Kedepannya

Dalam awal pelaksaannya sejak startup tersebut berdiri,

kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pendanaan adalah

dengan menjual buku seputar informasi beasiswa serta penjualan

kalender beasiswa. Kegiatan penjualan tersebut mendapat respon

yang cukup baik dari masyarakat dimana perolehan yang diperoleh

dari penjualan tersebut sebesar 200 juta rupiah. Hal tersebut dapat

terjadi dikarenakan sebelumnya Scholabro sudah memiliki nama

serta pangsa pasar tersendiri dari komunitas yang didirikan

sebelumnya.

Setelah memdapatkan respon yang baik di masyarakat,

Scholabro kedepannya akan mengumumkan peluncuran aplikasi

digital yang dapat diunduh di Smartphone android maupun iOS.

Pelayanan yang ditawarkan pun akan semakin beragam dimana

kedepannya Scholabro akan menyediakan jasa penerjemah

tersumpah untuk dapat membantu para pencari beasiswa dalam

memenuhi persyaratan berkas-berkas beasiswa yang mewajibkan

menggunakan bahasa Inggris tersumpah. Informasi mengenai tips

dan trik seputar beasiswa juga akan terus diperbanyak serta

dipermudah bagi pelajar pencari beasiswa untuk memudahkan

mereka mencerna informasi yang diperoleh dari Scholabro.

Page 44: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

27

1.5.3 Kendala dan Harapan Scholabro

Kendala yang dihadapi Scholabro saat ini adalah sama seperti

startup-startup yang baru berdiri pada umumnya yaitu terletak di

masalah pendanaan. Dimana pendanaan yang diperoleh merupakan

hasil dari perputaran penjualan namun masih belum dapat untuk

menutup serta mempersiapkan produk yang akan diluncurkan

kembali sehingga modal dari founder serta pengurus komunitas

juga masih diandalkan. Selain itu belum adanya badan hukum yang

resmi sehingga startup Scholabro belum dapat tercatat oleh

pemerintah sebagai suatu perusahaan yang memiliki izin resmi

terkait setiap kegiatan yang dilaksanakannya.

Serta masih kurangnya tenaga ahli dalam bidang tertentu yang

dimiliki oleh Scholabro, dimana pada saat ini startup tersebut

masih membutuhkan tenaga insinyur IT, desain grafis, desain

produk serta tenaga dibidang manajemen keuangan. Hal tersebut

masih terkendala karena kurangnya modal yang dimiliki untuk

dapat membayar tenaga ahli tersebut.

Harapan yang dimiliki oleh Scholabro adalah segera memiliki

badan hukum yang resmi sehingga pelaksanaan operasional startup

tersebut menjadi legal di mata hukum. Serta dapat meluncurkan

aplikasi Scholabro untuk Android dan iOS dengan lancar dan

mendapat respon yang baik dari masyarakat. Selain itu harapan

Scholabro adalah dapat menjadi startup unicorn dalam lima tahun

kedepan.

2. Bubble Economics

2.1 Sejarah Bubble Economics

2.1.1 Tulip Mania Bubble

Bubble economics terjadi pertama kali pada tahun 1636-1637

yang terkenal dengan nama Tulipmania yang melanda Belanda pada

saat itu. Bunga tulip berasal dari Turki yang kemudian menyebar

hingga ke Eropa Barat dan menjadi komoditas yang sangat tinggi

Page 45: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

28

permintaannya di Belanda dan kemudian kondisi tersebut mulai

dimanfaatkan untuk mulai diperdagangkan dalam jumlah besar dimana

dana asing mulai masuk ke negara tersebut untuk ikut dalam pasar

tulip (Garber, 1989: Hal 537- 538).

Harga bunga tulip yang kian melambung terjadi akibat pasokan

bunga tulip varietas baru yang sangat terbatas (Van Der Veen, 2012:

Hal 4). Semakin banyak para investor asing yang melikuidasi aset

mereka untuk ikut beralih ke pasar tulip dikarenakan tingginya

permintaan dan sebagian besar bunga tulip hanya dimiliki oleh

masyarakat golongan atas yang menjadikan bunga tulip memiliki

pengaruh bagi yang memilikinya dan juga melambangkan status sosial.

Permintaan akan bunga tulip meningkat tajam (bubble)

mengakibatkan harga bunga tulip yang ditawarkan pun semakin

meningkat, peningkatan yang terjadi setara dengan 10 kali lipat

pendapatan pengerajin selama setahun (Brunnermeier & Oehmke,

2012: Hal 7). Karena terjadi perbedaan harga yang sangat tinggi antara

bunga tulip tersebut dengan nilai intrinsiknya, maka terjadi ledakan

(burst) penurunan harga bunga tulip hingga terjun bebas di pasaran.

2.1.2 Mississippi Bubble

Bubble Economics tersebut berawal dari Prancis mengalami

kebangkrutan akibat perang Louis XIV yang menyebabkan tingginya

hutang yang dimiliki pemerintah sehingga tidak mampu untuk

melunasinya, pada tahun 1917 John Law mengeluarkan skema dengan

cara mengkonversikan utang pemerintah menjadi saham yang dapat

diperjualbelikan (Garber, 1990: Hal 42-43).

Mississippi Bubble terjadi di Prancis pada Pasar Saham Paris

pada Tahun 1719 sampai 1720 dimana terjadi penurunan nilai saham

akibat dari perlambatan masuknya arus modal sehingga untuk

menghadapi kondisi bubble economics tersebut. Pada tanggal 12

Februari Tahun 1720 John Law mengehentikan semua transaksi

saham, pengeluaran saham perbankan, serta valuta asing dalam upaya

Page 46: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

29

untuk memerangi inflasi dan spekulasi yang telah beredar dalam pasar

saham yang menyebabkan harga saham jatuh sangat drastis (Neal,

1985: Hal 10-14).

Penawaran saham dibuka pada bulan Maret 1720 dengan nilai

9000 lembar dan melonjak (bubble) pada bulan April menjadi 438 juta

lembar dalam kurun waktu satu bulan ledakan nilai saham tersebut

terjadi hanya dalam kurun waktu lima bulan dimana pada bulan

September terjadi ledakan (burst) nilai saham turun menjadi 2000

lembar dan Desember 1000 lembar serta jatuhnya nilai saham menjadi

500 lembar pada tahun 1921 (Garber, 2000: Hal 100-103).

2.1.3 South Sea Bubble

South Sea Bubble diambil dari nama perusahaan yang mengalami

fenomena bubble economics yaitu The South Sea Company yang

berdiri pada Tahun 1711 berbasis di Britania Raya, melakukan

perdagangan dengan Amerika dan Spanyol, namun perusahaan tersebut

lebih terlibat dalam urusan utang pemerintah dibandingkan dengan

urusan perdagangan luar negeri yang mereka lakukan (Taemin, 2004:

Hal 1655).

Hal tersebut terjadi karena utang pemerintah yang semakin besar

pada abad ke 18, maka South Sea Company menerbitkan saham ekuitas

yang merupakan hasil konversi dari utang pemerintah menjadi saham

perusahaan yang akan diperjualbelikan kepada pemegang saham

sehingga memberikan keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan

tersebut (Frehen. dkk, 2009: Hal 1).

Karena besarnya keuntungan yang diperoleh serta minat yang

besar akan saham yang diterbitkan dari utang pemerintah tersebut

menjadikan adanya peningkatan cepat terhadap harga saham yang

menjadikan awal terjadinya bubble economics akibat dari peningkatan

harga saham yang dikeluarkan oleh The South Sea Company tersebut.

Lonjakan saham (bubble) tersebut terjadi dari harga 745 menjadi

950 dan mengalami kenaikan nilai sebesar 1.000 Poundsterling per

Page 47: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

30

saham dalam kurun waktu 9 bulan pada Tahun 1720, namun pada

bulan Agustus terjadi ledakan harga saham (burst) dimana harga

saham jatuh drastis dari 775 menjadi 290 Poundsterling per saham

(Garber, 1990: Hal 50).

2.1.4 The Great Depression

Bubble Economics juga terjadi selama abad ke 19 di Amerika

Serikat, penggelembungan harga tanah ataupun obligasi menyebabkan

terjadinya krisis perbankan. Krisis tersebut terjadi selama periode

1921-1929, dimana aspek yang menjadi pemicu pecahnya krisis

menurut (Peicuti, 2014: Hal 55-56) diantaranya berasal dari sektor

perbankan baik kebijakan keuangan bank sentral maupun komersil

yang mempengaruhi sektor bisnis serta ekonomi secara global.

Selain itu hal tersebut berpengaruh kepada pasar saham yang

awalnya memiliki nilai jual yang sangat tinggi, penggelembungan

tersebut terus berlangsung hingga terjadinya ledakan pasar besar-

besaran (boom) pada tahun 1920 yang menyebabkan penurunan nilai

saham secara drastis pada perbankan dikenal dengan sebutan The

Great Depression (Brunnermeier & Oehmke, 2012: Hal 7-8).

Adanya perubahan fundamental keuangan telah memulai ledakan

saham serta faktor yang yang memicu ledakan ekonomi tersebut adalah

kemudahan kredit saham, dimana pembeli saham hanya memerlukan

sebagian dana saja yang perlu dipersiapkan dan sisanya dapat

diselesaikan melalui kredit sehingga mereka dapat menikmati

keuntungan dari kemudahan dana pinjaman tersebut (White, 1990: Hal

73-74).

2.1.5 Dot-com Bubble

Gelembung ekonomi yang terjadi pada pasar saham Internet di

Amerika Serikat, muncul karena banyak investor yang optimis dengan

keuntungan besar yang akan diperoleh dari perusahaan Internet

tersebut sehingga mereka berani untuk membayar dengan harga tinggi

Page 48: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

31

dan percaya bahwa harga saham internet tersebut akan terus naik, ada

pula investor yang pesimis dengan keuntungan yang akan diperoleh

apabila membeli saham dari perusahaan internet (Ofek, 2003: Hal

1116). Namun perbandingan investor yang optimis lebih besar dari

investor yang pesimis sehingga menyebabkan terjadinya valuasi yang

tinggi dari saham internet tersebut.

Hal tersebut menyebabkan ketidakstabilan yang terjadi pada

pasar saham Internet, selama Dotcom Bubble terjadi peningkatan harga

saham namun produktivitas agregat ekonomi menurun tajam, dimana

banyak perusahaan yang menginvestasikan modal mereka untuk saham

yang sedang naik sehingga dapat mengurangi pertumbuhan

produktivitas perusahaan mereka (Basco, 2014: Hal 22-23).

Peningkatan harga saham Internet pada awal 1999 berada di poin

2.000, namun pada tahun 2000 indeks saham gabungan NASDAQ

mengalami kenaikan menjadi 5.048 poin dan kembali ke poin awal

setelah tahun 2000 (Carvalho, 2017: Hal 2-3) dengan kemunculan

teknologi Internet ini juga banyak merubah struktur bisnis dan

berpengaruh pada perekonomian di negara tersebut.

2.2 Pengertian Bubble Economics

Bubble economics merupakan suatu gelembung spekulatif yang

didorong oleh munculnya inovasi keuangan sehingga investor banyak

melakukan pembelian untuk asset atau trend ekonomi yang sedang

booming (Guttmann, 2009: Hal 49-53). Dalam penelitiannya (Garber,

2000: Hal 4) menyebutkan bahwa gelembung ekonomi merupakan suatu

pergerakan harga asset yang bukan berasal dari variabel fundamental,

dimana variabel fundamental merupakan variabel yang mendorong harga

aset.

Gelembung ekonomi disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang

berbondong-bondong untuk menciptakan atau ikut serta dalam suatu trend

bisnis disertai dengan perolehan investasi yang sangat besar dan di dasari

oleh motif spekulatif. Sehingga gelembung spekulatif tersebut akan

Page 49: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

32

memicu krisis keuangan yang sangat besar yang dapat terjadi cepat atau

lambat (Minsky, 1986: Hal 7-8).

Kondisi tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan harga

yang sangat tinggi antara produk yang ditawarkan dengan nilai

intrinsiknya. Bubble economics terjadi karena adanya perbedaan harga

instrument dari nilai intrinsiknya, yang mana kondisi bubble tersebut

menyebabkan penurunan yang cukup tajam sehingga menimbulkan

permasalahan akibat kerugian yang dialami oleh investor (Manurung,

2012: Hal 1-2).

2.3 Jenis-Jenis Bubble Economics

Ada beberapa jenis gelembung ekonomi yang dipernah terjadi di

dunia dan dibedakan berdasarkan sektor mana yang mengalami gelembung

ekonomi tersebut, diantaranya Real Estate Bubble, Stock Market Bubble,

dan gelembung di pasar lain seperti logam mulia dan sektor sumber daya

energi (Girdzijauskas, dkk. 2009: Hal 269).

Namun selain jenis tersebut, pada era modern saat ini sektor

perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi menjadi sektor yang

berpotensi mengalami gelembung ekonomi karena pangsa pasar yang

sangat luas serta ketertarikan untuk berbisnis dalam sektor ini digital

teknologi sangatlah besar. Sehingga sektor digital teknologi dapat

dikategorikan dalam satu jenis lain dari bubble economics yang

berdasarkan pada sektor kemajuan teknologi/sumber daya buatan.

2.3.1 Real Estate Bubble

Perumahan menjadi sektor kebutuhan utama bagi masyarakat,

kenaikan harga perumahan semakin besar dan dipengaruhi oleh lokasi

perumahan tersebut berada semakin dekat dengan pusat pemerintahan

dan pusat bisnis maka semakin tinggi harga perumahan yang

ditawarkan (Himmelberg, 2005: Hal 1-2).

Gelembung harga perumahan terjadi ketika kenaikan harga

perumahan terjadi secara besar-besaran. Setelah tejadinya ledakan

Page 50: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

33

ekonomi pada sektor real estate tersebut diikuti dengan perlemahan

harga real estate yang secara drasis, hal tersebut sangat berdampak

pada peningkatan utang pemerintah dan perekonomian negara

dikarenakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam

menangani ledakan harga perumahan (Yin. dkk, 2017: Hal 132).

Seperti kasus real estate bubble yang terjadi di Amerika Serikat,

dimana pada tahun 1926 jatuhnya harga perumahan yang

menyebabkan penurunan investasi serta melemahnya neraca

pendapatan selain itu kondisi tersebut diperparah dengan adanya krisis

ekonomi Great Depression kala itu yang menyebabkan kondisi

perekonomian Amerika Serikat semakin terpuruk (White, 2008: Hal 1-

2).

2.3.2 Stock Market Bubble

Gelembung pasar saham ini terjadi pada pasar uang akibat dari

banyaknya spekulan yang membeli saham yang sedang mengalami

kenaikan secara besar-besaran sehingga harga saham pada sektor

tersebut mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi dan

menghasilkan perbedaan yang sangat tinggi antara harga saham dan

nilai saham yang di perjualbelikan.

Gelembung saham didefinisikan sebagai kondisi dimana nilai

spekulatif yang mengalir pada perusahaan lebih besar dibandingkan

nilai fundamental yang dimiliki sehingga terjadi kapitalisasi dalam

pasar (harga saham x jumlah saham yang diterbitkan) akibat tingginya

spekulatif tersebut (Mizuno. dkk, 2017: Hal 2). Gelembung yang

terjadi dalam pasar saham biasanya diikuti dengan jatuhnya harga

saham (Kaliva, 2006: Hal 2).

Situasi ini dapat terus berlanjut sehingga menyebabkan adanya

perlambatan ekonomi yang dapat memberikan dampak terburuk yaitu

munculnya Great Depression (Yanik, 2011: Hal 177) seperti yang

telah dialami Amerika Serikat pada periode 1920an. Ancaman

terjadinya ledakan gelembung ekonomi pada pasar saham terjadi akibat

Page 51: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

34

dari kepemilikan saham yang dimiliki secara luas sehingga apabila

harga mulai mengalami penurunan, potensi penarikan asset secara

besar-besaran dalam jangka waktu yang hampir bersamaan sangat

mungkin terjadi.

Di Jepang pada Tahun 1980an sampai 1990an bubble economics

pernah terjadi pada bisnis real estate dan pasar saham. Liberalisasi

keuangan yang mendukung terjadinya ekspansi kredit dalam Dollar AS

menjadikan peningkatan harga asset Nikkei hingga ke level tertinggi

(Allen & Gale, 2000: Hal 236-237), penurunan harga yang sangat

drastis tersebut terjadi pada tahun 1990 dimana harga saham Nikkei

anjlok ke level 20,222.

2.4 Faktor-Faktor Penyebab Bubble Economics

Menurut (Brunnermeier, 2008: Hal 1-2) bubble economics

merupakan suatu kondisi harga barang/asset yang lebih tinggi dari nilai

fundamentalnya, terjadinya bubble tersebut menghasilkan empat model

yaitu: (1) semua investor memiliki informasi yang sama (identical

information) dan harapan yang logis (rational expectations), (2) para

investor memiliki informasi yang tidak seimbang (asymmetric

information) sehingga kemunculan bubble tidak dapat diketahui secara

umum, (3) adanya interaksi antara pedangan yang berdasar pada logika/

kondisi logis dari kondisi perdagangan (rational trader) dan pedagang

yang motifnya dipengaruhi oleh perilaku bias psikologi mereka

(behavioral trader) dan bubble yang masih bertahan karena adanya batas

arbitrase yang tidak dapat dicegah oleh rational trader akibat dari

behavioral trader, (4) investor memiliki keyakinan yang beragam, adanya

potensi bias dalam kondisi psikologis mereka, dan pendapat mengenai

nilai fundamental.

Empat model tersebut dapat memicu munculnya bubble economics

pada bisnis startup di Indonesia, dimana kondisi perkembangan startup

sangat ditentukan oleh investor yang menanamkan modalnya pada bidang

tersebut. Sehingga kondisi investor sangat mempengaruhi startup digital di

Page 52: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

35

Indonesia, walaupun sebagian besar startup digital di Indonesia belum

memasuki pasar modal, namun sumber invesatasi mereka berasal dari

investor yang masuk dalam pasar modal sehingga secara tidak langsung

dapat berdampak kepada bisnis tersebut.

Bubble economics dapat terjadi karena adanya euphoria dari para

investor sehingga melemahkan sistem keuangan yang dimiliki, perilaku

yang tidak rasional tersebut memunculkan terjadinya penggelembungan

harga (bubble) yang tidak sesuai dengan nilai intrinsiknya (Raluca,

Witowschi & Cuza, 2010: Hal 34).

Bubble Economics merupakan suatu kondisi dari siklus ekonomi

yang terjadi secara cepat, namun adapula kondisi bubble economics yang

terjadi secara alami akibat dari siklus ekonomi yang didorong oleh

meningkatnya minat investor pada bisnis tersebut (Girdzijauskas, dkk.

2009: Hal 268). Investasi cenderung diberikan kepada bisnis yang

memiliki pertumbuhan yang sangat cepat seperti startup digital di

Indonesia, dimana pertumbuhan investasi startup digital di Indonesia pada

tahun 2012 sekitar 44 juta U.S Dollar maka pada tahun 2017 mengalami

peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar 3 miliar U.S Dollar

(Dailysocial, 2017) sehingga banyak investor yang tertarik untuk

berinvestasi dalam startup digital dalam jumlah yang terus meningkat

yang menyebabkan munculnya potensi penggelembungan (bubble).

Pada akhir dari siklus gelembung tersebut akan terjadi apabila

startup yang diberikan investasi tersebut tidak berhasil memperoleh laba

yang diharapkan investor maka investor akan berbondong-bondong

menarik investasinya (burst) dan menanamkan pada bidang usaha lain

yang sedang menjadi trend atau mengalami perkembangan yang pesat

sehingga menyebabkan harga saham turun secara drastis (Kindleberger.

2011: Hal 120-121).

Peningkatan harga asset juga menjadi satu faktor yang

menyebabkan penggelembungan harga (bubble) (Scheinkman & Xiong,

2003: Hal 1188). Federal Reserve Bank juga berpendapat bahwa sampai

saat ini belum ada cara untuk dapat mencegah terjadinya gelembung

Page 53: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

36

ekonomi sampai pada titik tertinggi sebelum ledakan terjadi, namun

kondisi tersebut dapat dipantau seperti kemungkinan besar apa yang dapat

terjadi akibat dari ledakan gelembung ekonomi tersebut terhadap sektor

keuangan dan moneter melalui implementasi kebijakan ekonomi sehingga

dampak yang dihasilkan dari ledakan ekonomi tersebut tidak terlalu besar.

2.5 Kasus Bubble Yang Terjadi Di Indonesia

2.5.1 Batu Akik

Tren batu akik di mulai meningkat ketika pertemuan Presiden

Indonesia dan Presiden Amerika Serikat pada tahun 2010, dimana

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan cinderamata batu

akik kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama (Merdeka.com,

2015). Setelah kejadian tersebut batu akik segera menjadi pembicaraan

dunia mengenai batu akik jenis apa yang digunakan oleh kedua

Presiden tersebut, dan diketahui jenis batu akik yang digunakan

keduanya adalah batu Bacan sehingga mulai saat itulah pelonjakan

harga batu akik jenis Bacan kian meroket tajam (Rizqita, 2015: Hal 1).

Fenomena peningkatan harga batu akik mencapai harga tertinggi

yaitu pada tahun 2014 sampai 2015. Peningkatan tertinggi terjadi pada

awal tahun 2015, dimana pedagang di Pasar Rawa Bening, sentra bantu

akik terbesar se-Asia Tenggara menyebutkan terjadi peningkatan harga

batu akik sehingga pedagang dapat mendapatkan untung dari 250

sampai 500 persen dari tahun sebelumnya (Kompasiana.com, 2015).

Namun harga batu akik yang meningkat secara drastis tersebut

tidak berlangsung dalam waktu yang sangat lama, tren peningkatan

harga batu akik yang dimulai pada tahun 2010 dan puncaknya pada

tahun 2014 dan awal tahun 2015. Batu akik mengalami penurunan

harga yang sangat drastis dari akhir tahun 2015 hingga awal tahun

2016, dimana para pedagang batu akik mengalami kerugian

dikarenakan harga batu akik yang mereka jual merosot tajam serta

peminat batu akik kian sepi, penurunan penjualan tersebut dapat

mencapai 50 persen atau bahkan 90 persen lebih rendah dari harga beli

Page 54: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

37

batu akik oleh penjual. Misalnya batu jenis Bacan yang dibeli seorang

pedagang di Pasar Cinde, Palembang seharga 10 juta rupiah namun

pada saat dijual kembali hanya laku seharga 200 ribu rupiah, sehingga

pedagang batu akik tersebut mengalami kerugian yang sangat besar

akibat penurunan harga besar-besaran yang dialami batu akik

(Kompas.com, 2015).

Hilangnya tren batu akik semakin terlihat dengan semakin sepinya

peminat batu akik yang terlihat dari banyaknya kios penjual batu akik

yang tutup seperti di pasar sentra batu akik yaitu Jakarta Gems Center

atau lebih dikenal dengan Pasar Rawa Bening, Jakarta Timur. Akibat

dari sepinya pembeli serta banyaknya penjual yang tutup di pasar

tersebut menyebabkan penjual lain yang masih bertahan menurunkan

harga besar-besaran batu akik yang dijualnya namun tetap tidak dapat

menarik konsumen untuk membeli batu akik tersebut. Fenomena

bubble yang terjadi pada batu akik menyebabkan harga batu akik

mengalami penurunan (burst) secara drastis bahkan saat ini batu akik

menjadi tidak berharga untuk digunakan sebagai alat investasi.

2.5.2 Tanaman Anthurium

Tanaman Anthurium atau lebih dikenal dengan Raja Daun

dikarenakan keunikan yang terletak pada bentuk daunnya pernah

mengalami masa kejayaan yaitu pada tahun 2007-2008, dimana harga

untuk tanaman ini melambung sangat tinggi di pasaran. Karena bentuk

daunnya yang sangat unik tanaman ini juga mendapat julukan

“gelombang cinta” atau “wave of love”.

Sebagai contoh seseorang membeli tanaman Anthurium seharga

750 ribu rupiah dan dalam dua bulan tanaman tersebut dapat dijual

dengan harga 12 juta rupiah. Pada masa tren tanaman Anthurium ini

terjadi peningkatan (bubble) harga secara besar-besaran dimana satu

batang tanaman tersebut dapat terjual mulai dari 250 juta sampai satu

milyar rupiah (Tribunnews.com, 2015).

Page 55: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

38

Melihat dari besarnya permintaan terhadap tanaman hias tersebut

menjadikan tanaman Anthurium banyak dimanfaatkan sebagai media

investasi pada saat itu. Peningkatan harga (bubble) yang terjadi besar-

besaran disebabkan oleh kepentingan segelintir pedagang dengan

tujuan memperoleh keuntungan yang sangat besar dari bisnis tanaman

hias tersebut (Harianriau.com, 2016).

Namun peningkatan harga tersebut tidak berlangsung lama, dan

hanya bertahan selama dua tahun. Dimana pada tahun berikutnya harga

tanaman Anthurium ini terjun bebas di pasaran, hal tersebut terjadi

karena masyarakat sudah tidak tertarik terhadap tanaman tersebut serta

semakin mudahnya perkembang biakan tanaman Anthurium yang

dapat dilakukan sendiri tanpa memerlukan biaya perawatan yang

cukup mahal. Semakin banyaknya masyarakat yang memiliki tanaman

ini juga menjadikan pembeli lain enggan untuk memiliki tanaman

sudah yang banyak dimiliki oleh orang lain. Fenomena bubble yang

terjadi pada tanaman hias Anthurium menyebabkan harga tanaman

tersebut sangat rendah di pasaran.

2.5.3 Ikan Louhan

Fenomena bubble economics pada ikan Louhan terjadi pada tahun

2002-2003, dimana pada tahun tersebut ikan Louhan menjadi tren di

kalangan masyarakat dan banyak diburu untuk dipelihara sebagai ikan

hias sehingga harganya meroket tajam mencapai ratusan juta rupiah.

Pada tahun 2002 satu ikan Louhan Kamfa dijual dengan harga 200 juta

rupiah atau seharga mobil baru pada saat itu (Tribunnews.com, 2017).

Meningkatnya permintaan akan ikan Louhan terjadi karena

banyaknya masyarakat yang mengikuti tren dikarenakan ikan Louhan

memiliki filosofi sebagai ikan pembawa keberuntungan bagi

pemiliknya. Penurunan harga ikan Louhan secara besar-besaran terjadi

mulai tahun 2004 sampai 2005, dimana harga ikan Louhan yang dulu

dapat terjual seharga 20 juta rupiah per ekor merosot tajam menjadi

500 ribu sampai satu juta rupiah per ekor (Kumparan.com, 2018).

Page 56: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

39

Fenomena pada ikan Louhan tersebut terjadi karena peralihan tren

masyarakat dipasaran akan ikan hias yang lain serta adanya

kekecewaaan dari para konsumen akibat adanya tindak kecurangan

dari para penjual, dimana harga ikan Louhan yang sebenarnya murah

dinaikkan tinggi harganya karena mengikuti tren yang sedang

berkembang akan permintaan ikan Louhan (Kumparan.com, 2018).

B. Kerangka Berpikir

Aspek-Aspek Startup Bubble Keterangan

1. Perilaku Pengguna Internet di

Indonesia

Waktu yang digunakan

Biaya yang dikeluarkan

Perangkat yang digunakan

2. Jumlah Startup Digital di Indonesia

Tahun 2009-2018

Jumlah per sektor

Jumlah per tahun

Berdasarkan status pendanaan dan nilai

investasi

3. Investasi Startup Digital di Indonesia

Tahun 2009-2018 Berdasarkan status pendanaan

Berdasarkan asal negara investor

Berdasarkan nilai investasi

4. Nilai dan Estimasi Penjualan E-

Commerce Terhadap PDB Indonesia Berdasarkan nilai total barang (Gross

Merchandise Value) dan pertumbuhan

total retail e-commerce

5. Jumlah Startup Digital yang Tutup

di Indonesia Jumlah per tahun

Berdasarkan lama operasional

6. Estimasi Perkembangan Startup

Digital di Indonesia Tahun 2025 Berdasarkan jumlah populasi

masyarakat Indonesia

Berdasarkan nilai total barang (Gross

Merchandise Value)

Berdasarkan pertumbuhan total retail

7. Kebijakan Pemerintah Kementerian Keuangan

Bank Indonesia

Studi Ekspolratif Terhadap Potensi Bubble Startup Digital Di Indonesia

Aspek Penelitian

Page 57: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

40

Kesimpulan: dapat menentukan ada atau tidaknya potensi bubble economics

pada bisnis startup digital di Indonesia

Pertanyaan Penelitian:

1. Bagaimana perkembangan startup digital di Indonesia dalam kurun waktu 9 tahun

terakhir?

2. Apakah bubble startup digital dapat terjadi di Indonesia di masa depan?

3. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada

masyarakat sebagai konsumen dan tetap mendukung pertumbuhan dan

perkembangan startup di Indonesia?

Perumusan Hipotesa Kerja

Pendekatan Penelitian Eksploratif Kualitatif

Hipotesis Penelitian:

Terjadinya percepatan perkembangan startup digital di Indonesia dalam 9 tahun

terakhir

Perkembangan startup digital di Indonesia berpotensi untuk terjadinya bubble di

masa depan.

Kebijakan pemerintah yang sesuai terhadap perkembangan bisnis startup digital

dapat mencegah munculnya bubble di masa depan.

Page 58: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

41

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang digunakan untuk dapat

membantu merumuskan permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut.

Terjadinya percepatan perkembangan startup digital di Indonesia dalam kurun

waktu 9 tahun terakhir.

Perkembangan startup digital di Indonesia berpotensi untuk terjadinya bubble

di masa depan..

Kebijakan pemerintah yang sesuai terhadap perkembangan bisnis startup

digital dapat mencegah munculnya bubble di masa depan.

Page 59: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan-batasan yang dilakukan

oleh penulis agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin di

capai serta memfokuskan terhadap aspek-aspek yang ada dalam penelitian.

Peneliti membatasi penelitian yang akan dilakukan agar hasil yang dicapai dapat

efektif sesuai dengan tujuan penelitian. Tujuan utama dari penelitian yang

dilakukan adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya potensi bubble pada bisnis

startup digital di Indonesia, selain itu mengetahui apakah resiko yang akan

dihadapi oleh startup digital yang baru menjalankan bisnisnya di Indonesia.

Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah aspek-aspek penelitian

bubble startup yang dikempokkan oleh peneliti sehingga diharapkan kesimpulan

yang diperoleh dari penelitian tersebut dapat menghubungkan fenomena antara

kemunculan startup digital dengan kondisi bubble yang terjadi bersumber dari

data yang telah diperoleh dari berbagai sumber penelitian terkait untuk

kedepannya.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan diharapkan

dapat memberikan perkiraan dari ada atau tidaknya potensi bubble pada bisnis

startup digital di Indonesia dalam jangka panjang sehingga investor, perusahaan,

pemerintah dan masyarakat dapat mempersiapkan upaya-upaya yang harus

dilakukan untuk menjaga iklim bisnis startup digital yang akan terus berkembang

agar tumbuh lebih baik dan juga membawa dampak positif bagi pertumbuhan

ekonomi Indonesia.

Page 60: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

43

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian eksploratif dimana hasil

dari penelitian yang diperoleh akan disajikan untuk menggambarkan suatu

fenomena yang terjadi sehingga dapat merumuskan hipotesis dan tidak bertujuan

untuk menguji hipotesis (Mudjiyanto. 2018. Hal 66). Pendekatan penelitian

eksploratif juga bertujuan untuk menggali lebih jauh mengenai rancangan

penelitian yang akan dilakukan serta mengamati sumber-sumber yang dapat

mendukung dalam pengumpulan data agar dapat digunakan dalam penelitian yang

hendak dilakukan (Herdiansyah. 2012. Hal 84). Tujuan dari digunakannya

pendekatan eksploratif dalam penelitian ini adalah agar peneliti dapat menggali

fenomena yang terjadi dengan lebih fleksibel sehingga hasil dari penelitian yang

diperoleh dapat digunakan untuk acuan penelitian selanjutnya.

C. Metode Pengumpulan Data

Data sangat diperlukan untuk mendukung dalam tercapainya tujuan

penelitian ini, sehingga data menjadi aspek utama yang diperlukan dalam

penelitian. Data dalam penelitian kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan atau

observasi oleh peneliti terkait aspek-aspek yang terkandung dalam penelitian baik

secara partisipatif maupun non partisipatif (Idrus. 2009. Hal 61-62). Berikut

merupakan tahap yang digunakan dalam melakukan penelitian ini:

1. Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipatif pasif

dimana peneliti hanya mengamati saja namun tidak terlibat dalam kegiatan

yang akan diteliti tersebut (Herdiansyah. 2015. Hal 127). Bentuk observasi

yang dilakukan adalah dengan mengamati satu contoh startup digital

berbasis teknologi pendidikan (edutech) yang baru mulai beroperasi.

Observasi dilakukan untuk melihat bagaimana startup digital memulai

bisnis dan operasionalnya serta investasi dari mana yang diperoleh

perusahaan untuk dapat mendanai operasional dan memperoleh

keuntungan mereka.

Page 61: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

44

a. Studi Dokumen

Peneliti mengumpulkan data berasal dari dokumentasi yang

berbentuk tulisan, gambar, peraturan dan kebijakan yang dapat

digunakan untuk melengkapi data yang telah diperoleh sebelumnya

dari kegiatan observasi yang dilakukan (Mulyana. 2013. Hal 195).

D. Jenis Data

1. Data Primer

Merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti yang

dilakukan dalam penelitian kualitatif yang bersifat eksploratif baik berupa

survei, wawancara maupun observasi (Hermawan. 2006. Hal 168). Namun

dalam penelitian ini data primer yang digunakan bersumber dari observasi

berbagai sumber digital yang sesuai dengan tema penelitian ini.

2. Data sekunder

Yaitu data primer yang berasal dari pihak kedua atau ketiga dan

diperoleh dari hasil survei lembaga penelitian ekonomi berbasis teknologi

digital serta penelitian yang dilakukan mengenai startup digital, e-

commerce dan bisnis berbasis digital teknologi lainnya. Serta data

sekunder sektor pemerintahan mengenai kondisi perekonomian Indonesia

(Badan Pusat Statistik).

a. Sumber tercetak

Data yang berasal dari instansi resmi dan sudah tercetak seperti laporan

Badan Pusat Statistik dan Peraturan Bank Indonesia.

b. Sumber digital

Data yang berasal dari website resmi serta berita/wawancara dengan

pihak yang terkait dengan penelitian yang dilakukan dimana sumber

data tersebut dapat diakses melalui jaringan internet.

3. Jurnal

Merupakan sumber data dalam penelitian kualitatif yang berupa hasil dari

penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli sehingga dapat mendukung

Page 62: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

45

topik dari penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis selanjutnya

(Sugiyono. 2017. Hal 124-125). Jurnal yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan jurnal dengan topik mengenai bubble economics dan

startup digital.

E. Metode Analisis Data

Analisis yang dilakukan adalah analisis kualitatif yang bersifat eksploratif

yaitu hasil dari data yang diperoleh dalam penelitian ini yang kemudian

dikembangkan untuk mengetahui bagaimana keterkaitan dari indikator-

indikator yang diteliti untuk dapat menentukan bagaimana startup digital di

Indonesia di masa depan.

Hasil dari penelitian tersebut akan dilakukan peramalan atau prediksi dari

suatu kejadian di masa mendatang dengan data-data yang berhasil dihimpun

oleh peneliti dari berbagai survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga

berbasis penelitian teknologi digital serta jurnal-jurnal terkait. Proses yang

dilakukan dengan model analisis eksploratif kualitatif adalah dengan menggali

secara luas dan mendalam mengenai tema penelitian yang diambil. Dimana

dalam penelitian ini mengambil tema mengenai startup digital di Indonesia,

langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1. Market Research

Merupakan metode dengan menggunakan hasil survei dipasar yang

dilakukan oleh tenaga peneliti terkait. Survei dihasilkan dari pendapat

konsumen, perusahaan terkait serta investor yang ikut masuk dalam iklim

bisnis dan juga regulasi pemerintah terkait kebijakan yang mempengaruhi

iklim tersebut.

2. Opini Eksekutif

Merupakan hasil analisis yang dilakukan oleh tenaga professional dari

perusahaan yang berhubungan dengan iklim bisnis untuk jangka panjang.

Dalam penelitian ini digunakan opini serta analisis dari tenaga professional

startup digital (founder dan tenaga ahli lain), tenaga professional dari

investor startup digital, serta tenaga ahli terkait dengan regulasi yang

dikeluarkan pemerintah.

Page 63: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

46

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Aspek-Aspek Bubble Startup Digital

Aspek-aspek untuk mengetahui potensi bubble startup digital di Indonesia dapat

dilihat dari adanya perilaku irrational exuberance masyarakat (Kindleberger,

2011: Hal 183) baik sebagai investor, founders dan konsumen startup digital. Hal

tersebut dapat dilihat dari perilaku konsumen, investor dan pelaku startup digital

yaitu jumlah startup digital yang muncul serta jumlah startup yang tutup setiap

tahunnya, seberapa lama startup tersebut dapat bertahan dalam sektor tersebut,

jumlah startup digital yang mendapatkan investasi mulai dari tahap seed hingga

advance.

1. Perilaku Pengguna Internet di Indonesia

1.1 Berdasarkan Biaya yang Dikeluarkan

Berdasarkan survei yang dilakukan Daily Social tahun 2017 terhadap

perilaku pengguna internet di Indonesia menunjukkan bahwa biaya yang

biasa dikeluarkan para pengguna internet setiap bulannya untuk konsumsi

internet mereka yaitu lebih dari 100.000 rupiah perbulan baik melalui

mobile internet ataupun home internet. Selain itu survei tersebut juga

menunjukkan lama penggunaan internet yang mereka lakukan lebih dari

lima jam sehari waktu yang mereka keluarkan untuk mengakses internet.

Tingginya biaya yang rela mereka keluarkan serta lama waktu

penggunaan internet dapat menjadi suatu potensi yang besar bagi para

startup digital untuk memanfaatkan peluang dan minat yang tinggi dari

para konsumen untuk meluncurkan produk-produk yang dapat mereka

peroleh dengan mudah. Hal tersebut juga menunjukkan tingginya

permintaan konsumen akan pemenuhan kebutuhan yang berbasis digital.

Page 64: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

47

1.2 Berdasarkan Waktu Penggunaan Internet

Berdasarkan survei yang diperoleh Asosiasi Pengguna Jasa Internet

Indonesia (APJII) terhadap waktu penggunaan internet yang digunakan

oleh masyarakat Indonesia mengelompokkan waktu penggunaan internet

berdasarkan per minggu dan per hari.

Gambar 4. 1

Waktu Penggunaan Internet Per Minggu

Sumber: APJII, 2017 (diolah)

Data tersebut menunjukkan waktu yang dihabiskan masyarakat

Indonesia dalam menggunakan internet dalam seminggu, dari 2.500

responden di Indonesia yang dilakukan oleh APJII pada tahun 2016 dan

2.000 responden pada tahun 2014 untuk mengetahui seberapa besar waktu

yang mereka alokasikan untuk mengunakan internet. Pada tahun 2014

diperoleh hasil sebesar 84% pengguna yang mengakses internet setiap hari

dalam seminggu.

Jumlah tersebut mengalami penurunan pada tahun 2016, dimana

pengguna internet setiap hari dalam seminggu mencapai 66%. Namun

terjadi peningkatan dalam jumlah pengguna internet yang mengalokasikan

84%

13%3%

2014

Setiap Hari

SekaliSeminggu

3-6 hari dlmseminggu

66%10%

24%

2016

Setiap Hari

SekaliSeminggu

3-6 hari dlmseminggu

Page 65: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

48

waktu 3-6 hari dalam seminggu untuk menggunakan internet, yaitu pada

tahun 2014 sebesar 3% dan pada tahun 2016 sebesar 24%.

Terlihat penggunaan internet dalam seminggu mulai dibatasi oleh para

pengguna, dikarenakan jumlah pengguna internet lebih banyak berasal dari

usia produktif termasuk pelajar sekolah menengah atas dan mahasiswa

masuk dalam kategori usia produktif. Pembatasan penggunaan internet

memang perlu dilakukan khususnya oleh para orang tua untuk dapat

memberikan edukasi kepada anak mereka agar dapat lebih bijak dalam

menggunakan dan memanfaatkan penggunaan internet.

Gambar 4. 2

Waktu Penggunaan Internet Per Hari

9%

24%

67%

2014

> 7 jam 4-7 jam 1-3 jam

Sumber: APJII, 2017 (diolah)

26%

30%

44%

2016

> 7 jam 4-7 jam 1-3 jam

Selain itu penyajian survei yang dilakukan oleh APJII juga

menghasilkan waktu penggunaan internet di Indonesia yang dilakukan

perhari, dimana waktu yang banyak dihabiskan masyarakat dalam

menggunakan internet selama 1-3 jam dalam sehari sebanyak 67% pada

tahun 2014 dan 44% pada tahun 2016. Angka tersebut mengalami

penurunan dikarenakan jumlah pengguna internet yang menghabiskan

Page 66: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

49

waktu penggunaan lebih dari 7 jam dalam sehari semakin besar pada tahun

2016 yaitu sebesar 26% dari sebelumnya pada tahun 2014 sebesar 9%.

Semakin besarnya waktu yang dihabiskan oleh masyarakat dalam

menggunakan internet menunjukkan bahwa internet sudah merupakan

kebutuhan pokok sehari-hari yang sangat penting dan tidak dapat

tertinggal. Pada era modern kini selain kebutuhan sandang, pangan dan

papan, internet juga menjadi kebutuhan pokok yang perlu ditambahkan

dari tiga kebutuhan primer tersebut. Kebutuhan masyarakat akan

penggunaan internet tidak dapat dihindarkan dan penggunaan serta

pemanfaatannya terus berkembang setiap tahun.

Jika dilihat dari alokasi waktu yang dihabiskan oleh pengguna internet

di Indonesia, maka potensi tersebut dapat dimanfaatkan oleh startup

digital untuk menciptakan produk sesuai dengan pangsa pasar. Namun hal

tersebut juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya bubble economics

pada startup digital dikarenakan jumlanya yang terus meningkat akibat

dari peningkatan penggunaan internet oleh masyarakat Indonesia yang

tidak pernah luput dalam kegiatan sehari-hari. Hal tersebut merupakan

sumber utama dalam peningkatan perluasan produk-produk startup digital.

1.3 Aktivitas Dalam Mengakses Internet

Hasil survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia (APJII) juga menyebutkan perolehan aktivitas yang dilakukan

masyarakat Indonesia kerika mengakses internet.

Page 67: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

50

Gambar 4. 3

Aktivitas Dalam Mengakses Internet

87.4%

68.7%

59.9%

11.0%

27.3%

10.1%

87.13%

74.84%

89.35%

40.31%

69.64%

54.13%

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0%100.0%

Social Media

Browsing

Instant Messaging

Online Shopping

Video Streaming

Game Online

2016 2014

Sumber: APJII, 2017 (diolah)

Data lain yang berhasil diperoleh ialah aktivitas yang dilakukan oleh

pengguna dalam mengakses internet. Pada tahun 2014 aktivitas paling

banyak yang dilakukan yaitu dalam social media sebesar 87.4%, social

media yang banyak dimanfaatkan dan digunakan antara lain Facebook,

Twitter, Instagram dan lain sebagainya. Angka tersebut tidak jauh berbeda

pada tahun 2016 yang menunjukkan penggunaan social media sebesar

87.13%. Namun pemanfaatan social media yang berasal dari dalam negeri

masih kurang diminati penggunaannya oleh masyarakat Indonesia.

Penggunaan game online mengalami peningkatan dari tahun 2014

sebesar 10.1% menjadi 54.13% pada tahun 2016. Jumlah peningkatan

tersebut terlihat dari semakin canggihnya perangkat yang dimiliki dan

digunakan untuk bermain game online serta akses jaringan internet yang

semakin baik di Indonesia. Game online tersebut banyak yang berasal dari

Indonesia, diantara startup digital yang fokus pada sektor gaming ialah

Agate Studio, Touchten, Mojiken Studio, Gambreng Games, dan lain

sebagainya.

Selain itu penggunaan online shopping juga mengalami peningkatan

dari tahun 2014 sebesar 11% menjadi 40.31% pada tahun 2016.

Peningkatan aktivitas jual beli online oleh para pengguna internet

Page 68: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

51

menunjukkan bahwa masyarakat semakin banyak yang percaya untuk

melakukan transaksi secara online. Kepercayaan (trust) tersebut

merupakan keputusan yang dilakukan untuk bertransaksi dan berlangsung

tanpa adanya kekhawatiran antara kedua belah pihak (Chalid. 2016: Hal 2-

5) yang dalam hal ini ialah penjual dan pembeli online.

Semakin besarnya kepercayaan antar pihak dalam bertransaksi secara

online dapat meningkatkan perkembangan startup digital di Indonesia

khususnya sektor e-commerce, on-demand services, fintech dan sektor lain

yang hampir keseluruhan transaksinya berbasis digital. Namun sebagian

besar semua sektor dalam startup digital memanfaatkan transaksi secara

online dan hanya dilandasi kepercayaan antara keduanya. Semakin

baiknya iklim jual beli online di Indonesia maka akan semakin

meningkatkan aktivitas pengguna internet dalam jual beli online serta

startup digital dalam sektor e-commerce di tahun-tahun kedepan.

2. Jumlah Startup Digital di Indonesia Tahun 2009-2018

2.1 Jumlah Startup Digital per Sektor

Jumlah startup digital yang berhasil dikumpulkan dari berbagai

sumber baik dari laporan tahunan mengenai startup yang dikeluarkan oleh

Daily Social serta media online yang berfokus tentang dunia startup dan

pendanaannya seperti Tech in Asia, Startup Ranking, Echelon 27, serta

Crunchbase.

Page 69: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

52

Gambar 4. 4

Jumlah Startup Digital per Sektor

Sumber: Tech in Asia & Dailysocial, diolah

Data diatas menunjukkan jumlah startup digital tiap sektor yang ada

di Indonesia selama 9 tahun terakhir, perolehan penelitian tersebut

menunjukkan bahwa jumlah startup digital terbesar berasal dari sektor

Financial Technology (Fintech) yang berjumlah 127 startup serta disusul

dari sektor on-demand services berjumlah 80 startup. Perolehan tersebut

menunjukkan startup digital dalam sektor Fintech menjadi sektor yang

banyak diminati oleh para founder serta masyarakat, dimana dalam sektor

Fintech tersebut berupa jasa kredit, galang dana, serta digital dan virtual

currency.

Dapat diperkirakan jumlah startup dalam sektor Fintech dalam dua

atau tiga tahun kedepan dapat mengalami peningkatan dan jasa/layanan

Fintech yang masih menjadi sektor favorit para founder dan masyarakat

berasal dari layanan kredit/cicilan yang dapat membantu masyarakat

untuk memperoleh kebutuhan peminjaman modal bagi kegiatan usaha

mereka. Selain dari sektor Fintech, sektor on-demand services juga

memiliki peluang yang besar untuk mengalami peningkatan dalam 5

tahun kedepan.

127

5364

80

41

2315

8

26 2433

18

0

20

40

60

80

100

120

140

Jumlah

Page 70: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

53

Hal tersebut diperkirakan dapat terjadi karena semakin beragamnya

permintaan kebutuhan dari masyarakat/konsumen sehingga dapat

mendorong industri startup digital untuk dapat menciptakan serta

meningkatkan pelayanan yang dimiliki agar dapat menjangkau berbagai

kebutuhan masyarakat.

2.2 Jumlah Startup Digital per Tahun

Selain jumlah startup digital berdasarkan 12 sektor di Indonesia,

penelitian ini juga berhasil menghimpun jumlah startup digital dari 12

sektor setiap tahunnya sehingga dapat mengetahui bagaimana

kemunculan startup digital di Indonesia setiap tahunnya.

Gambar 4. 5

Jumlah Startup Digital Tahun 2009 dan 2010

Sumber: Tech in Asia (diolah)

Dari total 16 startup digital yang berhasil dikumpulkan pada tahun

2009, sebanyak 25% atau sebesar 4 startup berasal dari sektor pembuatan

games. Games menjadi startup yang banyak didirikan serta

dikembangkan dikarenakan pada tahun tersebut merupakan tahun

peralihan penggunaan dari perangkat gaming tradisional ke perangkat

19%

9%

29%9%

19%

5%5%

5%Fintech

E-Commerce

Media/Social

On-demand

Travel

Games

Education

SaaS

2010

12%

13%

19%

25%

6%

13%

6%6%

E-Commerce

Media/Social

On-demand

Games

Education

Dating

Agriculture

SaaS

2009

Page 71: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

54

modern (digital) serta banyaknya startup games luar negeri yang juga

sudah menjual produk mereka di dalam negeri sehingga menjadi

dorongan tersendiri bagi industri game dalam negeri untuk menciptakan

produk games yang merupakan karya asli Indonesia.

Selain sektor gaming, sektor on-demand dan sektor e-commerce juga

mulai muncul pada tahun tersebut. Dimana startup digital dari sektor on-

demand services yang saat ini sudah menjadi startup yang memiliki nilai

valuasi yang tinggi (unicorn) yaitu Gojek mulai berdiri pada tahun 2009

dengan menawarkan layanan yang sangat berbeda dari sektor lain serta

layanan lain yang ditawarkan oleh startup lain.

Walaupun dengan jumlah total startup yang berdiri pada tahun

tersebut masih sangat terbatas, namun startup-startup besar mulai merintis

pada tahun 2009. Sehingga hal tersebut dapat membuktikan bahwa untuk

menjadi startup yang besar diperlukan waktu yang cukup matang untuk

dapat merancang dan terus memperbaiki produk yang dipasarkan agar

dapat diterima masyarakat luas.

Startup yang banyak didirikan pada tahun 2010 berasal dari sektor

media/social media. Dengan jumlah total startup digital pada tahun

tersebut sebesar 21 startup, sebesar 29% atau sebanyak 6 startup berasal

dari sektor media/social media. Kebutuhan masyarakat yang semakin

besar akan media/social media online seperti berita dan informasi yang

dapat dibaca serta komunitas online yang mulai banyak dibentuk untuk

dapat mendiskusikan serta berbagi pengalaman mengenai topik yang

sedang dibahas.

Selain itu sektor fintech dan travel online juga banyak didirikan pada

tahun 2010 yang menjadi awal mula perkembangan sektor fintech di

Indonesia. Kebutuhan akan kemudahan pada sektor keuangan menjadi

jawaban atas berdirinya sektor ini di tengah masyarakat. Sektor fintech

akan terus mengalami pertumbuhan hingga tahun-tahun kedepan dan

semakin canggih pelayanan serta produk-produk yang ditawarkan bagi

masyarakat untuk dapat menjawab setiap kebutuhan jasa keuangan dan

permodalan.

Page 72: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

55

Gambar 4. 6

Jumlah Startup Digital Tahun 2011 dan 2012

Sumber: Tech in Asia (diolah)

Dari jumlah 27 startup yang didirikan pada tahun 2011, sektor e-

commerce dan online travel menjadi sektor banyak didirikan pada tahun

2011 yaitu sebesar 26% atau sebanyak 7 startup. Pada tahun tersebut

menjadi awal perkembangan sektor e-commerce bagi startup digital di

Indonesia. Startup e-commerce yang saat ini sudah mengalami

pertumbuhan yang sangat besar yaitu BukaLapak dan Berrybenka dimana

kedua startup tersebut saat ini sudah memperoleh pendanaan hingga tahap

lanjutan yaitu seri D dan seri C. Pada tahun tersebut startup digital mulai

membangun kebutuhan masyarakat akan berbelanja online dengan

kemudahan dan kenyamanan yang didapatkan.

Selain itu sektor lain yang banyak didirikan pada tahun 2011 adalah

sektor travel online, dimana startup Tiket.com mulai berdiri pada tahun

tersebut. Saat ini Tiket.com telah diakuisisi oleh Blibli sehingga

pemasaran yang dilakukan juga semakin luas dan memperluas bisnis

hingga ke negara-negara lain di Asia Tenggara. Startup online travel

lainnya juga mulai berkembang pada tahun-tahun setelahnya, jasa serta

20%

18%

13%7%

13%

13%

4%

2%

2%4%

4%

Fintech

E-Commerce

Media/Social

On-demand

Travel

Games

Education

Dating

Healthcare

SaaS

Advertising

2012

15%

26%

11%11%

26%

3%4%

4%

Fintech

E-Commerce

Media/Social

Games

Travel

Agriculture

Healthcare

Advertising

2011

Page 73: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

56

pelayanan yang diberikan pun hampir serupa antara startup satu dan

lainnya yaitu penyediaan jasa pembelian tiket hotel dan transportasi

umum seperti kereta api dan pesawat terbang.

Jumlah startup digital yang berdiri pada tahun 2012 yaitu sebanyak

46 startup, sektor yang banyak didirikan pada tahun tersebut yaitu fintech

sebesar 20% atau sebanyak 9 startup. Perkembangan sektor fintech mulai

terlihat pada tahun tersebut, fokus dari jasa yang ditawarkan pun semakin

beragam. Startup fintech yang berdiri pada tahun 2012 diantaranya adalah

Crowdo dan AturDuit.

Selain fintech, startup lain yang banyak berdiri pada tahun 2012

berasal dari sektor e-commerce yaitu sebesar 18% atau sebanyak 8

startup. Startup yang berdiri pada tahun tersebut di dominasi oleh e-

commerce fashion seperti Zalora, Bobobobo dan Telunjuk. Sektor online

travel yang berdiri pada tahun ini yaitu Traveloka dan PegiPegi, kedua

startup tersebut saat ini sudah menjadi startup dengan nilai valuasi serta

jumlah pelanggan yang sangat besar.

Page 74: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

57

Gambar 4. 7

Jumlah Startup Digital Tahun 2013 dan 2014

Sumber: Tech in Asia (diolah)

Mulai tahun 2013 hingga tahun-tahun berikutnya, semakin beragam

sektor startup digital yang didirikan di Indonesia. Sebanyak 54 startup

yang berdiri pada tahun 2013, sebesar 15% berasal dari sektor fintech dan

media/social media. Sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 79 startup

yang berdiri pada tahun tersebut, sebanyak 22% berasal dari sektor e-

commerce dan 20% berasal dari sektor fintech. Sektor fintech yang

menggunakan mata uang virtual semakin dikembangkan oleh startup

digital di Indonesia yaitu dengan berdirinya startup Bitcoin pertama di

Indonesia dengan nama Bitcoin Indonesia (Indodax), yang memberikan

jasa pembelian dan penjualan mata uang virtual seperti bitcoin, etherium

dan lain-lain di Indonesia.

Mata uang virtual ini tidak melibatkan layanan perbankan dalam

setiap transaksi yang dilakukan sehingga lebih mudah untuk digunakan

dan lebih efisien karena penyimpanan uang tersebut berasal dari setiap

perangkat masing-masing pengguna. Namun penggunaan mata uang

virtual di Indonesia dilarang penggunaannya oleh Bank Indonesia

20%

22%

14%

12%

6%1%

6%

1%

5%

3%9%

1%

Fintech

E-Commerce

Media/Social

On-demand

Travel

Games

Education

Dating

Agriculture

Healthcare

SaaS

Advertising

2014

15%

9%

15%

9%7%

11%6%

7%

2%

4% 11%

4%

Fintech

E-Commerce

Media/Social

On-demand

Travel

Games

Education

Dating

Agriculture

Healthcare

SaaS

Advertising

2013

Page 75: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

58

dikarenakan kegiatan transaksi jual beli yang tidak dapat terpantau oleh

pihak manapun kecuali si penjual dan pembeli serta sangat rentan akan

aksi peretasan dari pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga

penggunaannya sangat tidak aman. Selain itu nilai tukar mata uang virtual

yang sangat fluktuatif dapat berubah sangat cepat tidak dalam hitungan

hari bahkan dalam hitungan jam, sehingga dapat mengancam sektor

keuangan di Indonesia.

Gambar 4. 8

Jumlah Startup Digital Tahun 2015 dan 2016

Sumber: Tech in Asia (diolah)

Sektor startup terbanyak yang berdiri pada tahun 2015 dan 2016

sama-sama berasal dari sektor fintech, dimana pada tahun 2015 sektor

fintech sebesar 25% dari total 119 startup yang berdiri pada tahun yang

sama. Tahun 2016 juga memperoleh persentase sebesar 25% dari total 91

startup yang berdiri pada tahun tersebut.

Sektor fintech mengalami peningkatan yang cukup besar setiap

tahunnya, dimulai pada tahun 2010 sampai 7 tahun kedepan sektor fintech

terus mengembangkan berbagai layanan keuangan yang ditawarkan.

25%

4%

9%

23%4%

7%

10%

10%

8%

Fintech

E-Commerce

Media/Social

On-demand

Travel

Agriculture

Healthcare

SaaS

Advertising

2016

25%

7%

13%

20%

7%

1%

1%

7%

7%

10%

2%

Fintech

E-Commerce

Media/Social

On-demand

Travel

Games

Education

Agriculture

Healthcare

SaaS

Advertising

2015

Page 76: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

59

Sektor fintech selalu menjadi perkiraan sektor yang akan mengalami

peningkatan setiap tahunnya dikarenakan masih banyaknya kebutuhan

permodalan dalam masyarakat, selain itu sektor ini juga mendorong

periaku masyarakat untuk mengurangi penggunaan uang tunai (cashless)

dengan menghadirkan layanan berupa mata uang digital yang

menggunakan kartu (chip based) ataupun QR Code sehingga dapat

memudahkan transaksi jual beli bagi konsumen. Layanan tersebut aman

digunakan karena masih melibatkan sektor perbankan dalam setiap

transaksi yang dilakukan sehingga masih dapat terlindungi dan terpantau

baik dari konsumen maupun perbankan.

Sektor lain yang banyak berdiri pada tahun 2015 dan 2016 berasal

dari sektor on-demand services yaitu sebesar 20% tahun 2015 atau

sebanyak 24 startup dan 23% tahun 2016 atau sebanyak 21 startup. Jasa

yang ditawarkan pada sektor on-demand services semakin beragam selain

ada transportasi online yang tumbuh semakin besar pada kedua tahun

tersebut, jasa lain seperti jasa tukang untuk memperbaiki kerusakan alat-

alat elektronik seperti kipas angin dan air conditioner dan juga perbaikan

kerusakan pada bagian-bagian rumah sudah dapat dipesan secara online.

Page 77: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

60

Gambar 4. 9

Jumlah Startup Digital Tahun 2017 dan 2018

*Kuartal Pertama

Sumber: Tech in Asia (diolah)

Sektor startup terbanyak yang berdiri pada tahun 2017 dan 2018

keduanya berasal dari sektor fintech, dimana pada tahun 2017 sektor

fintech sebesar 49% dari jumlah total 59 startup yang berdiri pada tahun

tersebut. Kemudian pada tahun 2018 yang merupakan kuartal pertama

dari tahun 2018, sektor fintech terdapat sebesar 55% dari total jumlah

startup yang berdiri pada tahun 2018 kuartal pertama yaitu sebanyak 11

startup.

Pada tahun 2017 sektor lain yang paling banyak berdiri berasal dari

sektor e-commerce, on-demand services dan media/social media yang

ketiganya sama-sama memiliki persentase sebesar 9% atau sebanyak 5

startup tiap sektor. Pada tahun 2018 sektor lain yang banyak berdiri

berasal dari sektor education sebesar 18% atau sebanyak 2 startup.

Namun diprediksi pada tahun 2018 kuartal selanjutnya sektor fintech dan

education masih dapat tumbuh dan semakin banyak berdiri startup baru

hingga akhir tahun 2018.

55%

9%

9%

18%

9%Fintech

E-Commerce

On-demand

Education

Agriculture

2018*

49%

9%

9%

9%

6%

2%

5%

2% 4%

5%

Fintech

E-Commerce

Media/Social

On-demand

Travel

Education

Agriculture

Healthcare

SaaS

Advertising

2017

Page 78: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

61

Sektor on-demand services yang mengalami peningkatan cukup besar

pada dua tahun sebelumnya, ditandai dengan banyaknya kemunculan

transportasi online yang ingin mengikuti kesuksesan Gojek. Namun

euphoria tersebut semakin terlihat dari tahun 2017 dimana jumlah

pendirian startup on-demand services yang semakin sedikit dan juga

merupakan tahun dimana terjadinya penurunan jumlah pendirian startup.

2.3 Jumlah Startup Digital berdasarkan Putaran Pendanaan dan

Nilai Investasi

Penelitian ini berhasil menghimpun data berupa jumlah total startup

digital yang ada di Indonesia serta jumlah startup digital yang

mengumumkan putaran pendanaan yang mereka peroleh serta jumlah

startup yang mengumumkan perolehan nilai investasi yang mereka

terima.

Gambar 4. 10

Jumlah Startup Digital berdasarkan Putaran Pendanaan dan Nilai Investasi

Sumber: Dailysocial, Tech in Asia & Crunchbase, diolah

Page 79: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

62

Dari data yang berhasil diperoleh yaitu tentang startup digital mulai

dari tahun 2009 sampai kuartal pertama tahun 2018, menunjukkan startup

digital yang berhasil dihimpun berjumlah 519 startup digital di Indonesia

namun hanya sebanyak 176 startup digital yang mengumumkan status

pendanaannya serta sebanyak 100 startup digital yang mengumumkan

nilai investasi yang diperoleh.

Berdasarkan data diatas menunjukkan rincian mengenai jumlah

startup digital yang baru muncul setiap tahunnya serta jumlah startup

yang mengumumkan status pendanaan dan nilai investasinya, seperti pada

tahun 2017 menunjukkan total startup digital yang baru muncul pada

tahun tersebut yaitu sebanyak 55 startup dan jumlah startup digital yang

mengumumkan status pendanaannya sebanyak 6 startup serta jumlah

startup digital yang mengumumkan perolehan nilai investasi yang

diterimanya sebanyak 2 startup.

Data tersebut juga menunjukkan terjadi peningkatan kemunculan

startup baru yang sangat signifikan pada tahun 2015, potensi bubble

startup yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun tersebut dapat terlihat

peningkatan startup pada tahun 2014 dan mencapai puncak pada tahun

2015 serta penurunan pada tahun 2017 dan 2018, namun adanya bubble

startup pada tahun tersebut tidak mengindikasikan adanya bubble

economics. Hal tersebut dapat terjadi karena iklim bisnis serta investasi

yang baik dan jumlahnya terus berkembang setiap tahunnya, semakin

banyaknya startup digital yang mampu memperluas jaringan bisnis

hingga ke mancanegara.

3. Investasi Startup Digital di Indonesia Tahun 2009-2018

3.1 Investasi Startup Digital Berdasarkan Putaran Pendanaan

Penelitian ini memperoleh jumlah startup digital berdasarkan putaran

pendanaan yang mereka peroleh setiap tahunnya, namun tidak semua

startup digtal di Indonesia yang mengumumkan putaran pendanaan yang

diperolehnya. Penelitian ini memperoleh 176 yang mengumumkan

putaran pendanaanya dari 473 startup digital di Indonesia.

Page 80: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

63

Gambar 4. 11

Investasi Startup Digital Berdasarkan Putaran Pendanaan

60%20%

20%

2011

Seed

Series A

Series B

56%33%

11%

2012

Seed

Series A

Series C

74%

9%

13%4%

2013

Seed

Series A

Series B

Series D

77%

19%

4%

2014

Seed

Series A

Series E

61%25%

12% 2%

2015

Seed

Series A

Series B

Series C65%

22%

7%4%

1%1%

2016

Seed

Series A

Series B

Series C

Series D

Series E

Page 81: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

64

48%

33%

14%

3%

1%1%

2017

Seed

Series A

Series B

Series C

Series D

Series F

44%

33%

17%

6%

2018 (Q1)

Seed

Series A

Series B

Series E

Sumber: Tech in Asia, Crunchbase, Echelon27 & DailySocial, diolah

Data dalam penelitian ini dapat menunjukkan pada putaran pendanaan

mana investor cenderung untuk berinvestasi. Dapat terlihat dari berbagai

tahapan pendanaan dalam gambar diatas, investor banyak menanamkan

modalnya pada putaran pendanaan tahap awal (seed) pada startup digital

disusul dengan putaran pendanaan tahap pertama (series A). Hal tersebut

dapat terjadi dikarenakan modal yang dikeluarkan untuk tahap awal dan

tahap pertama nilainya tidak terlalu besar sehingga investor cenderung

untuk berinvestasi pada putaran tersebut.

Selain itu modal lain yang dimiliki investor digunakan untuk

mendanai startup lain dengan putaran serupa sehingga dengan modal

yang tidak besar investor dapat melakukan investasi di banyak startup

digital di Indonesia dari berbagai sektor. Lain halnya apabila investor

menanamkan modalnya pada startup digital dengan putaran pendanaan

pada tahap selanjutnya (advance) modal yang dikeluarkan untuk

mendanai startup pada putaran ini sangat besar sehingga hanya sedikit

startup yang dapat mereka tanamkan modalnya.

Jumlah pendanaan pada putaran awal masih menjadi pendanaan yang

paling besar diantara putaran pendanaan lainnya, peningkatan paling

besar terjadi pada tahun 2016 dimana pada pembahasan sebelumnya

Page 82: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

65

diprediksi terjadi penggelembungan startup pada tahun 2014-2016

sehingga banyaknya startup yang muncul pada periode tersebut dan

membutuhkan pendanaan tahap awal.

Prediksi adanya penurunan jumlah startup setelah terjadinya

penggelembungan startup pada tahun 2014-2016 ditunjukkan dengan

jumlah startup yang semakin menurun. Data pada tahun 2018 merupakan

data kuartal pertama startup digital yang menunjukkan jumlah sebesar 18

startup, jumlah yang semakin menurun dibanding tahun sebelumnya

dalam kuartal yang sama yaitu tahun 2017 sebesar 27 startup dan 2016

sebesar 20 startup.

Namun pada tahap lanjutan (advance) hanya sedikit startup yang

memperoleh dana lanjutan dimana kebanyakan pada tahap lanjutan

investor cenderung melihat bagaimana perkembangan startup digital

tersebut dari mulai keuntungan yang diperoleh serta pengembangan

produknya. Hanya startup yang mampu bertahan saja yang dapat

memperoleh pendanaan lanjutan dari investor.

Pendanaan pada tahap lanjutan (advance) ini jumlahnya masih sangat

terbatas hanya startup-startup besar saja yang mampu bertahan dan

mampu untuk terus maju sampai tahap ini. Seperti startup digital Gojek

yang fokus pada sektor on-demand transportation mampu memperoleh

pendanaan sampai putaran series E disusul dengan Tokopedia yang

mampu sampai putaran series F.

3.2 Investasi Startup Digital Berdasarkan Asal Negara Investor

Data perolehan dalam penelitian ini juga menunjukkan jumlah investor

startup digital Indonesia yang berasal dari berbagai negara di dunia mulai

tahun 2011 sampai tahun 2018 pada kuartal pertama.

Page 83: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

66

Gambar 4. 12

Investor Startup Digital Berdasarkan Asal Negara Investor

Sumber: Crunchbase, Echelon27 & Angel.co, diolah

Gambar diatas menunjukkan Negara asal investor pada startup digital

di Indonesia. Penelitian ini menunjukkan investor terbesar berasal dari

wilayah Asia Tenggara yang didominasi oleh Indonesia dan Singapura,

wilayah Asia Timur yang didominasi oleh Jepang, China dan Korea

Selatan serta investor asal Amerika Serikat.

Namun pada awal-awal perkembangan startup digital di Indonesia

yaitupada tahun 2011-2013 investor asal Indonesia masih dalam jumlah

yang sedikit, seiring dengan perkembangan startup digital di Indonesia

semakin banyak pula jumlah investor asal Indonesia. Investor asal China

lebih cenderung berinvestasi pada sektor e-commerce sedangkan Jepang

lebih berfokus pada sektor healthcare dan agriculture.

Amerika Serikat dan negara Eropa lainnya lebih banyak berinvestasi

pada sektor fintech dan on-demand services. Kecanggihan pelayanan

teknologi serta keunggulan produk yang ditawarkan oleh startup yang

memiliki keunikan tersendiri menjadi daya tarik investor asal Negara

tersebut untuk menanamkan modalnya pada startup digital di Indonesia.

Page 84: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

67

3.3 Nilai Investasi Startup Digital di Indonesia

Perolehan data penelitian selanjutnya adalah nominan perolehan

investasi yang diterima oleh startup digital di Indonesia namun dari 176

startup yang mengumumkan status pendanaannya, hanya 100 startup yang

mengumumkan perolehan dana yang diterimanya. Kebanyakan perolehan

investasi yang diterima berasal dari putaran pendanaan tahap awal (seed).

Gambar 4. 13

Nilai Investasi Startup Digital Tahap Seed dan Series A (Juta U.S Dollar)

Sumber: Crunchbase & Echelon 27, diolah

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai investasi yang diperoleh

startup digital di Indonesia dari berbagai macam asal investor dari seluruh

dunia. Perolehan investasi pada putaran awal (seed) mengalami

peningkatan setiap tahunnya dan peningkatan terbesar yang diprediksi

merupakan puncak ternyadinya bubble pada startup yaitu pada tahun

2015-2016, namun perolehan tersebut semakin mengalami penurunan pada

tahun selanjutnya.

Dimana pada kuartal pertama tahun 2018 perolehan investasi pada

putaran awal ini sebesar 4.42 juta USD, perolehan tersebut merupakan

Page 85: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

68

akumulasi dari berbagai startup digital di Indonesia pada putaran awal

yang rata-rata perolehan investasinya sebsar 500 ribu sampai 1 juta USD.

Gambar 4. 14

Nilai Investasi Tahap Lanjutan Startup Digital (Juta USD)

51

644

106.5

550

0 0

147

0

1500

0

1100

00

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

2016 2017 2018 (Q1)

Series B Series D Series E Series F

Sumber: Crunchbase & Echelon 27, diolah

Selain itu penelitian ini juga menghasilkan nilai investasi tahap

lanjutan yang diperoleh oleh startup digital di Indonesia, dimana tahap

lanjutan pada putaran series B diperoleh akumulasi nilai investasi pada

tahun 2017 sebesar 644 juta USD dan nilai terbesar pada tahun 2016

berada pada putaran pendanaan series D sebesar 550 juta USD.

Nilai investasi terbesar berasal dari putaran tahap lanjutan yaitu series

E mendapatkan perolehan sebesar 1.5 milyar USD pada satu startup saja

yaitu Gojek. Dan perolehan investasi sebesar 1.1 milyar USD pada satu

startup yaitu Tokopedia. Investasi yang paling besar menyumbang dana

masuk ke dalam negeri berasal dari startup digital dengan putaran

pendanaan lanjutan karena perolehan dananya sebesar 100 juta sampai 1

milyar USD.

Page 86: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

69

4. Nilai dan Estimasi Penjualan E-Commerce Terhadap PDB Indonesia

Penelitian ini juga memperoleh data yang didapatkan dari Statista.com

mengenai estimasi penjualan e-commerce yang berasal dari nilai penjualan

tahun-tahun sebelumnya sehingga dapat dibuat prediksi untuk lima tahun

kedepan.

Gambar 4. 15

Nilai dan Estimasi Penjualan E-Commerce di Indonesia 2016-2022 (Juta

USD)

57807056

8591

10369

12341

14415

16475

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

E-Commerce Sales in million USD

Sumber: Statista, 2018 (diolah)

Tabel 4.1

Sumbangan Sektor Startup Digital Terhadap PDB Indonesia

Tahun PDB Kontribusi e-

commerce thdp

PDB

Fintech E-Commerce

2016 932.3 Milyar

USD (12.492

Triliun Rupiah)

3.61% 20.14 Triliun 77 Triliun

2017 999.1 Milyar

USD (13.588

Triliun Rupiah)

4% 25.97 Triliun 97 Triliun

Sumber: BPS, CIPS & Indef

Page 87: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

70

Berdasarkan gambar diatas diperoleh nilai penjualan e-commerce di

Indonesia serta dilakukan perkiraan nilai yang akan diperoleh empat tahun

kedepan, perkiraan tersebut diperoleh berdasarkan ekspektasi dari para

investor serta founder dari startup e-commerce tersebut. Berdasarkan data pada

Tabel 4.1 yang bersumber dari BPS, Center for Indonesian Policy Studies

(CIPS) dan Institute for Development of Economics and Finance (Indef)

menyebutkan kontribusi sektor ekonomi digital terhadap PDB Indonesia.

Kontribusi sektor ekonomi digital terhadap PDB Indonesia yaitu sektor e-

commerce dapat diprediksi dari nilai transaksi yang diperoleh setiap tahunnya,

dimana pada tahun 2016 nilai transaksi e-commerce sebesar 5.7 milyar USD

atau sebesar 77 triliun Rupiah. Jumlah tersebut meningkat pada tahun 2017

menjadi 7.1 milyar USD atau sebesar 97 triliun Rupiah.

Sektor e-commerce dan fintech berkontribusi terhadap PDB sebesar 3.61

% pada tahun 2016 dan meningkat sebesar 4% pada tahun 2017. Diprediksi

kontribusi sektor tersebut meningkat pada tahun 2018 menjadi 10%.

Kontribusi yang baru tercatat hanya berasal dari dua sektor tersebut dan

diharapkan sektor lain dalam startup digital juga dapat segera dicatatkan agar

dapat terakumulasi total kontribusi seluruh sektor dalam startup digital bagi

PDB Indonesia.

5. Jumlah Startup Digital Yang Tutup di Indonesia

Penelitian ini juga menunjukkan jumlah startup digital di Indonesia yang

tutup pada dari tahun 2014-2018, startup digital yang tutup pada tahun-tahun

tersebut merupakan startup yang kurang memperoleh pendanaan untuk

mengembangkan produk serta penjualan produk mereka di pasaran.

5.1 Jumlah Startup Digital Yang Tutup Tahun 2014-2018

Penelitian ini juga menampilkan jumlah startup digital yang menutup

bisnisnya. Data penutupan diperoleh mulai tahun 2014 hingga tahun 2018,

dimana penutupan tersebut berasal dari penggelembungan jumlah startup

digital pada tahun-tahun sebelumnya.

Page 88: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

71

Gambar 4. 16

Jumlah Startup Digital Yang Tutup Tahun 2014-2018

5

12

20

13

1

0

5

10

15

20

25

2018 2017 2016 2015 2014

2018 2017 2016 2015 2014

Sumber: Tech in Asia & DailySocial, diolah

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian tersebut, jumlah

startup digital yang mengakhiri bisnisnya paling banyak yaitu pada tahun

2016 dimana terdapat 20 startup digital yang menutup layanannya disusul

oleh tahun 2015 dengan jumlah startup digital yang tutup pada tahun

tersebut sebanyak 13 startup.

Sektor startup digital yang banyak mengalami penutupan berasal dari

sektor on-demand services, dimana pada tahun 2014-2016 banyak

kemunculan startup baru yang ingin mengikuti kesuksesan Gojek sehingga

banyak berdirinya startup baru dalam bidang online transportation seperti

Blu-jek, Lady-jek, Ojek Syari, Top-jek, Smart-jek dan lain sebagainya

tanpa adanya persiapan yang matang sebelum peluncuran produk mereka.

Penutupan startup digital tersebut kebanyakan terjadi karena kurannya

modal yang mereka terima serta tidak dapat menentukan bagaimana arah

bisnis yang mereka jalankan kedepannya demi meraih keruntungan yang

besar. Selain itu kurangnya pengetahuan dan pengalaman founder serta tim

yang bekerja di dalamnya mengenai sektor apa yang mereka dalami

sehingga tujuan dari pendirian bisnis tersebut tidak dapat tercapai serta

Page 89: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

72

didasari oleh adanya perbedaan pandangan antara founder dengan tim

eksekutif mereka.

Gambar 4.17

Jumlah Startup Digital Yang Tutup Per Sektor

Sumber: Tech in Asia & DailySocial, diolah

Jumlah startup digital yang tutup paling banyak berasal dari sektor e-

commerce yaitu sebanyak 15 startup diantaranya Shopious, Paraplou dan

Lolabox. Disusul penutupan startup sektor on-demand services yaitu

sebanyak 13 startup diantaranya berasal dari startup penyedia jasa

transportasi online yaitu Smart Jek, Call Jek, Jeger Taksi dan Ojek koe yang

hanya mampu bertahan selama 1 tahun dikarenakan adanya irrational

exuberance dari pendirinya.

Sektor lain yang juga banyak mengalami penutupan yaitu fintech

sebanyak 6 startup diantaranya Wujudkan, Inapay, dan Kreditaja. Startup

tersebut tidak mampu untuk terus bertahan dikarenakan tidak mampu

mendapatkan konsumen tetap dan kurangnya inovasi yang ditawarkan

sehingga tidak adanya perbedaan jasa yang diberikan antara satu startup

dengan startup lainnya.

30%

12%

26%

4%

4%

10%

4% 10%

E-Commerce

Fintech

On-demand

Dating

Media/Social Media

SaaS

Games

Travel

Page 90: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

73

5.2 Lama Operasional Startup Digital Yang Tutup

Penelitian ini juga menghasilkan data mengenai waktu startup digital

tersebut dapat bertahan di industri teknologi yang merupakan hasil dari

pengembangan data sebelumnya yaitu jumlah startup digital yang tutup di

Indonesia.

Gambar 4. 17

Lama Operasional Startup Digital Yang Tutup

25

6

5

15

18

6 tahun 5 tahun 4 tahun 3 tahun 2 tahun 1 tahun

Sumber: Tech in Asia & Dailysocial, diolah

Berdasarkan data penelitian pada gambar diatas, diperoleh waktu

startup digital yang sudah menutup layanannya di Indonesia seberapa

lama mereka dapat bertahan dari mulai waktu pendirian startup sampai

waktu penutupan layanan. Data tersebut menunjukkan sebanyak 18 startup

yang tutup hanya mampu bertahan selama satu tahun dalam menjalankan

kegiatan operasional mereka.

Startup digital yang mendominasi waktu penutupan jangka waktu satu

tahun berasal dari sektor on-demand services yaitu online transportation

seperti Blu-jek, Smart-jek, Ojek Syari, Top-jek, Lady-jek, Bang-jek dan

ojek online lainnya. Mereka hanya mampu bertahan selama satu tahun

dikarenakan sepinya peminat akan jasa mereka dan brand mereka belum

banyak dikenal oleh masyarakat luas, masyarakat cenderung lebih memilih

Page 91: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

74

transportasi online dari Gojek maupun Grab karena sudah memiliki

banyak mitra dan lebih terjangkau oleh masyarakat.

Selain itu selama waktu 2 tahun berjumlah 15 startup yang mampu

bertahan pada waktu tersebut. Startup yang mampu bertahan selama dua

tahun kebanyakan berasal dari sektor e-commerce serta fintech

crowdfunding, dimana sektor e-commerce apabila tidak mampu

memperoleh keuntungan dari penjualan yang mereka tawarkan maka

startup tersebut tidak bisa bertahan dikarenakan tidak mampu untuk

menutupi modal yang terus mereka keluarkan untuk ketersediaan produk

yang ditawarkan.

Sektor fintech crowdfunding juga hanya mampu bertahan selama dua

tahun dikarenakan kegiatan penggalangan dana yang mereka tawarkan

tidak dapat mencapai target serta pihak yang menerima hasil dari

penggalangan dana juga tidak tepat sasaran sehingga tujuan dari

penggalangan dana tersebut tidak tercapai dan banyak pihak pemberi dana

yang merasa dirugikan akibat tidak tepat sasarannya campaign tersebut.

6. Estimasi Perkembangan E-Commerce di Indonesia Pada Tahun 2025

Penelitian ini juga memperoleh data prediksi mengenai perkembangan

sektor e-commerce pada tahun 2025 dilihat dari estimasi populasi,

pendapatan yang diterima perusahaan baik jumlah total pendapatan maupun

jumlah perkapita

Tabel 4. 2

Estimasi Perkembangan E-Commerce di Indonesia Tahun 2025

Population 294.000.000 jiwa

E-Commerce GMV US$ 46.000.000.000

E-Commerce % of total retail 8.0 %

E-Commerce GMV per kapita US$ 157

Sumber: eCommerceIQ, 2016

GMV atau Gross Merchandise Value merupakan nilai total barang yang

diperjualbelikan selama jangka waktu tertentu (Investopedia.com, 2017).

Page 92: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

75

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan perkiraan atau prediksi mengenai

perkembangan e-commerce di Indonesia pada tahun 2025, dimana jumlah

populasi yang diprediksi mencapai 294 juta jiwa atau mengalami peningkatan

sebesar 122% dalam kurun waktu 8 tahun kedepan dari jumlah populasi pada

tahun 2017 sebesar 262 juta jiwa atau peningkatan populasi sebesar 15.25%

setiap tahunnya.

Prediksi jumlah total retail atau barang yang ditawarkan pada sektor e-

commerce sebesar 8% pada tahun 2025. Jumlah barang tersebut diprediksi

naik seiring dengan prediksi kenaikan permintaan konsumen di Indonesia.

Total pendapatan startup digital dari sektor e-commerce diprediksi dapat

mencapai 46 milyar U.S Dollar pada tahun 2025 atau rata-rata pendapatan

yang diperoleh startup dari setiap orang adalah sebesar 157 USD. Hal

tersebut dapat diprediksi melihat dari semakin besarnya jumlah digital buyers

di Indonesia yang menghabiskan waktu dan uang yang mereka miliki dengan

berbelanja online.

Selain itu startup digital dari sektor e-commerce yang telah mendapatkan

putaran pendanaan pada tahap lanjutan memiliki peluang untuk semakin

memperluas jaringan bisnisnya serta dapat menjangkau berbagai kebutuhan

dan wilayah di Indonesia.

7. Kebijakan Pemerintah

7.1 Kebijakan Kementerian Keuangan

Kementerian Keungan Republik Indonesia melalui Direktorat Jendral

Pajak telah mengatur tentang perpajakan atas sektor e-commerce yang

telah diatur dalam Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-

62/PJ/2013 tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-

Commerce. Pengaturan tersebut melingkupi penghitungan pajak bagi

sektor e-commerce baik pajak penghasilan ataupun pajak pertambahan

nilai.

Kementerian Keungan mengklasifikasikan e-commerce menjadi 4

model berdasarkan transaksi yang dilakukan:

Page 93: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

76

1) Online Marketplace yaitu kegiatan jual beli berupa Toko ataupun

Mal yang berbasis online/internet dan menyediakan berbagai produk

didalamnya.

2) Classified Ads yaitu kegiatan menyediakan tempat untuk periklanan

barang/jasa yang ditujukan bagi pengguna iklan melalui situs yang

disediakan oleh penyelenggara Classified Ads.

3) Daily Deals yaitu kegiatan menyediakan tempat untuk menjual

barang/jasa kepada pembeli dengan menggunakan voucher sebagai

sarana pembayaran.

4) Online Retail yaitu kegiatan menjual barang/jasa oleh Penyelenggara

Online Retail kepada Pembeli dalam situs Online Retail.

Keempat model transaksi tersebut memiliki regulasi yang berbeda

terkait tata cara menghitung pajaknya. Namun sektor e-commerce telah

memiliki ketentuan yang jelas mengenai kewajiban pembayaran pajak bagi

penyelenggara startup digital e-commerce. Selain penyelenggara e-

commerce, pihak pembeli juga dikenakan pajak melalui pajak

pertambahan nilai (PPn) yang dibayarkan oleh pembeli setiap melakukan

transaksi melalui situs jual beli tersebut.

7.2 Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan

Kebijakan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan mengatur

tentang layanan peminjaman uang telah diatur dalam Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan No 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi Informasi, dimana dalam Pasal 1 ayat 3 lembaga

peminjam uang berbasis teknologi informasi yang dimaksud adalah

lembaga yang memberikan jasa untuk mempertemukan peminjam dan

pemberi pinjaman melalui sistem elektronik dan jaringan internet.

Kegiatan yang dimaksud sudah banyak dilakukan oleh startup digital di

Indonesia khususnya dalam sektor fintech dimana jasa yang diberikan

kebanyakan berupa jasa pinjam meminjam uang dan dompet elektronik.

Dalam peraturan tersebut mengatur tentang syarat bagi startup digital

yang ingin membuka usaha dalam sektor fintech ini yang memberikan jasa

Page 94: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

77

peminjaman uang yaitu harus memiliki modal awal sebesar 2.5 milyar

rupiah tercantum dalam Pasal 4 Ayat 3 dan nominal maksimal peminjaman

yang dapat diberikan kepada peminjam ialah sebesar dua milyar rupiah

dalam Pasal 6 Ayat 2.

Peraturan yang dikeluarkan OJK tersebut telah memberikan aturan

terperinci yang harus ditaati oleh startup fintech sebagai penyelenggara

jasa, calon peminjam dan pemberi pinjaman. Sehingga diharapkan dengan

dibuatnya peraturan tersebut dapat mendorong sektor usaha kecil dan

menengah serta menghindari terjadinya penipuan agar sektor bisnis dapat

berkembang dengan baik mengikuti perkembangan zaman yang serba

digital.

7.3 Kebijakan Bank Indonesia

Kebijakan mengenai startup fintech dikeluarkan oleh institusi Bank

Indonesia yang tercantum dalam Pasal 5 dan 6 mengenai perizinan yang

tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia No 18/40/PBI/2016 tentang

Penyelengaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran untuk mendirikan

penyelenggara jasa sistem pembayaran seperti yang saat ini banyak

dilakukan oleh startup fintech yaitu sebagai penyedia payment gateway

atau dompet elektronik.

Hal tersebut tertulis dalam Pasal 9 ayat 1 dimana startup yang ingin

menyelenggarakan jasa pembayaran payment gateway atau dompet

elektronik harus memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

a) Legalitas dan profil perusahaan

b) Hukum

c) Kesiapan operasional

d) Keamanan dan keandalan sistem

e) Kelayakan bisnis

f) Kecukupan manajemen risiko

g) Perlindungan konsumen

Aspek-aspek tersebut harus dapat dipenuhi oleh startup digital

khususnya dalam sektor fintech untuk dapat memperoleh izin operasional

Page 95: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

78

di Indonesia dan juga memiliki legalitas mengenai jenis usaha yang di

jalankannya. Persyaratan tersebut perlu dilakukan oleh startup untuk

melindungi konsumen dari segala jenis penipuan yang dapat terjadi di

kemudian hari.

Selain itu dalam Pasal 4 Peraturan Bank Indonesia No 19/12/PBI tahun

2017 tentang Penyelengaraan Teknologi Finansial mengatur tata cara

pendafaran, ruang uji coba (regulatory sanbox), perizinan serta

pengawasan terhadap startup fintech dimana bank Indonesia mewajibkan

bagi setiap startup fintech untuk mendaftarkan perusahaannya ke Bank

Indonesia agar dapat terpantau kegiatannya serta tidak merugikan

konsumen. Karena dalam implementasinya startup fintech tersebut harus

lolos dalam tahap uji coba sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh

Bank Indonesia untuk dapat beredar dipasaran.

Tata cara uji coba (regulatory sandbox) tersebut tercantum dalam Pasal

4 Peraturan Anggota Dewan 19/14/PADG tahun 2017 tentang ruang uji

coba terbatas (regulatory sandbox) teknologi finansial, dimana dalam uji

coba tersebut startup fintech diharuskan mempresentasikan mengenai

model bisnis serta produk yang ditawarkan kepada Bank Indonesia.

Selain itu, tata cara pelaksanaan pendaftaran startup fintech tercantum

dalam Peraturan Anggota Dewan No 19/15/PADG tahun 2017 tentang tata

cara pendaftaran, penyampaian informasi dan pemantauan penyelengara

teknologi finansial sudah jelas dipaparkan dalam peraturan tersebut

sehingga dapat memudahkan pelaku bisnis startup fintech untuk

mendapatkan status resmi dari pemerintah.

Kebijakan tersebut dilakukan pemerintah untuk menertibkan pelaku

bisnis startup digital untuk dapat terdata oleh pemerintah sehingga apabila

ada aduan dari masyarakat mengenai tindakan startup yang menyalahi

aturan serta undang-undang maka dapat diproses secara cepat dan

memiliki legalitas hukum yang jelas sehingga masyarakat atau konsumen

tidak dirugikan.

Page 96: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

79

7.4 Kebijakan Peraturan Presiden Republik Indonesia

Presiden Republik Indonesia telah mengeluarkan arahan dan langkah-

langkah dalam pelaksanaan transaksi yang berbasis elektronik melalui

Peraturan Presiden Republik Indonesia No 74 Tahun 2017 tentang Peta

Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Road Map E-

Commerce) Tahun 2017-2019 atau disebut Peta Jalan SPNBE 2017-2019.

Dalam Pasal 2 Ayat 2 menjelaskan mengenai program yang tekandung

dalam Peta Jalan SPNBE 2017-2019 yaitu:

a) Pendanaan

b) Perpajakan

c) Perlindungan konsumen

d) Pendidikan dan sumber daya manusia

e) Infrastruktur komunikasi

f) Logistik

g) Keamanan siber (cyber security) dan

h) Pembentukan Manajemen Pelaksana Peta Jalan SPNBE 2017-

2019.

Tujuan yang dari pelaksaan program ini tercantum dalam Pasal 3 Ayat

1 yaitu untuk memberikan arahan dan panduan strategis dalam percepatan

pelaksanaan e-commerce sampai tahun 2019. Dimana sasaran pelaksanaan

program ini ialah para stakeholders yang dapat mempercepat iklim

pertumbuhan e-commerce di Indonesia.

Page 97: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perkembangan startup digital di Indonesia dalam 9 tahun terakhir kini

telah memasuki babak baru, dimana semakin banyak startup yang mulai

memasuki pendanaan tahap lanjutan dan dapat melakukan memperluas

jaringan bisnis agar dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Selain itu setiap tahunnya startup digital baru terus tumbuh dan

berkembang dari berbagai fokus sektor, dengan semakin banyaknya

jumlah startup digital baru maka persaingan antar produk dan jasa yang

ditawarkan juga akan semakin besar sehingga produk-produk yang inovatif

akan terus bermunculan.

2. Bubble startup sudah terjadi di Indonesia, hal tersebut ditandai dengan

peningkatan jumlah startup digital yang sangat tajam ditunjukkan dari

peningkatan jumlah startup tahun 2012 sampai 2015 sebesar 158%. Pada

tahun 2012 jumlah startup digital sebanyak 46 startup dan semakin

bertambah hanya dalam waktu tiga tahun menjadi 119 startup yang

menjadi puncak dari bubble startup pada tahun 2015. Tingginya euphoria

untuk mendirikan startup semakin besar menjadikan banyaknya kemiripan

produk yang ditawarkan antara satu dengan lainnya. Sehingga startup

digital yang baru muncul serta hanya mengikuti startup lain yang sudah

lebih unggul tidak dapat bertahan lama dan akhirnya harus tumbang.

3. Kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah Indonesia masih bersifat

umum dan belum diatur secara spesifik tiap-tiap sektor yang ada dalam

startup. Belum adanya roadmap yang dikeluarkan khusus untuk

memperkuat ekosistem startup digital di Indonesia. Kebijakan yang

dikeluarkan sebagai bentuk dukungan agar startup digital dapat terus

tumbuh dan berkembang di Indonesia tanpa membatasi inovasi dan

kreatifitas yang dimiliki para tim namun lebih kepada melindung

masyarakat Indonesia sebagai konsumennya.

Page 98: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

82

B. Saran

1. Saran Praktis

Bagi pihak pengambil keputusan khususnya pmerintah dalam

mengeluarkan atau membuat regulasi yang berhubungan dengan iklim

bisnis startup digital di Indonesia agar memberikan kemudahan bagi

startup digital di Indonesia untuk memperoleh legalitas usaha yang

resmi dari pemerintah Indonesia dikarenakan sampai saat ini regulasi

yang ada belum terperinci dan lebih terfokus pada sektor fintech saja

sedangkan sektor startup digital di Indonesia memiliki berbagai

macam jenis.

Selain itu peraturan mengenai hak paten bagi ide-ide yang dikeluarkan

oleh startup digital di Indonesia perlu ditekankan dan diberikan

kemudahan bagi innovator dari startup digital untuk dapat

mendaftarkan patennya mengenai ide yang telah dibuat dan

dikembangkan agar startup digital di Indonesia dapat semakin

berkembang dengan sehat.

Bagi pihak startup digital di Indonesia untuk terus mengembangkan

ide serta inovasi yang dimiliki untuk dapat ikut serta membangun iklim

bisnis yang kuat di Indonesia dan dapat bersaing dengan startup digital

yang berasal dari negara lain. Sehingga investor asing semakin

berminat untuk dapat menanamkan modalnya di Indonesia.

2. Saran Teoritis

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan indikator

lain untuk dapat memprediksi kondisi startup digital di Indonesia

setelah tahun 2020 atau setelah Indonesia mencapai puncak bonus

demografi, dimana variable yang ditambahkan ialah tenaga kerja

Indonesia yang terserap oleh startup digital di Indonesia dan sektor

mana saja yang banyak menyerap tenaga kerja Indonesia.

Page 99: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

83

DAFTAR PUSTAKA

Buku Dan Jurnal Ilmiah

Allen, Franklin. Douglas Gale. (2000). Bubbles and Crises. The Economic

Journal: January 110, 236-255.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2014). Penggunaan Internet

Sektor Bisnis 2013.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2015). Profil Pengguna Internet

Indonesia 2014.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2016). Infografis Penetrasi &

Perilaku Pengguna Internet Indonesia Survey 2016.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2017). Infografis Penetrasi &

Perilaku Pengguna Internet Indonesia Survey 2017.

Basco, S. A. Crespo. (2014). Productivity and Asset Prices: An Empirical

Analysis of The Dot-Com Bubble. Universidad Carlos III de Madrid.

European University Institute.

Brunnermeier, Markus K. (2008). Bubbles. New Palgrave Dictionary of

Economics, Second Edition.

Brunnermeier, Markus K. M. Oehemke. (2012). Bubbles, Financial Crises, and

Systemic Risk.

Calopa, Marina Klacmer, Jelena Horvat, Maja Lalic. (2014). Analysis of

Financing Sources For Start-Up Companies. Management Journal: Vol.

19, pp. 19-44.

Carvalho, A.G., R.B. Pinheiro., J.O. Sampaio. (2017). Dotcom Bubble

Underpricing. School of Business at Sao Paulo, Federal Reserve Bank of

Cleveland, School of Economics at Sao Paulo. Social Science Research

Network.

Chalid, Pheni. (2016). Trust: Modal Transaksi Ekonomi dan Relasi Sosial.

Jakarta: Center for Social Economic Studies (CSES) Press.

Daily Social Annual Startup Report 2017.

Daily Social Annual Startup Report 2016. Indonesia Tech Startup Report 2016.

Daily Social. Indonesia Startup Report 2015. DS Annual Startup Report 2015.

Page 100: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

84

Frehen, R.G.P, W.N. Goetzmann, K.G. Rouenhorst. (2009). New Evidence on The

First Financial Bubble. Working Paper National Bureau of Economic

Research.

Garber, Peter. M. (1989). Tulipmania. The Journal of Political Economy, Vol. 97,

No. 3, pp 535-560. The University of Chicago Press.

______________ (1990). Famous First Bubble. The Journal of Economic

Prespectives, Vol. 4, No. 2, pp 35-54.

______________ (2000). Famous First Bubble: The Fundamentals of Early

Manias. The Massachusetts Institute of Technology Press, United States of

America.

Girdzijauskas, S, D. Streimikienė, J. Čepinskis, V. Moskaliova, E. Jurkonytė, R.

Mackevičius. (2009). Formation of Economic Bubbles: Causes and

Possible Preventions. Technological and Economic Development of

Economy. Baltic Journal on Sustainability Vol. 15 No. 2, pp 267-280

Guttman, Robert. (2009). Asset Bubbles, Debt Deflation, and Global Imbalances.

International Journal of Political Economy Vol. 38 No. 2, pp 45-68.

Herdiansyah, Haris. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit

Salemba Humanika.

_______________. (2015). Wawancara, Observasi, Dan Focus Groups: Sebagai

Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press.

Hermawan, Asep. (2006). Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).

Himmelberg, C. C. Mayer, T. Sinai. (2005). Assesing High House Prices:

Bubbles, Fundamentals, and Misperceptions. Federal Reserve Bank of

New York Staff Reports No. 218.

Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit

Erlangga

International Organization of Securities Commisions. (2017). IOSCO Research

Report on Financial Technology (Fintech)..

Kaliva, K. L. Koskinen. (2006). Stock Market Bubbles, Inflation, and Investment

Risk. Helsinki School of Economics, Helsinki, Finland.

Page 101: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

85

Kindleberger, Charles P. Robert Aliber. (2011). Manias, Panics, and Crashes: A

History of Financial Crises. England: Palgrave Macmillan.

Manurung, Adler Haymans. (2012). Bubble Prices: Money Market, Stock and

Property. Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara.

Minsky, H. (1986). Stabilizing An Unstable Economy. United States of America:

Yale University Press.

Mizuno, T, T. Ohnishi, T. Watanabe. (2017). Stock Market Bubble Detection

based on The Price Dispersion among similar listed Firms. Grant-in-Aid

for Scientific Research. Real Estate Markets, Financial Crisis, and

Economic Growth: An Integrated Economic Approach. Working Paper

Series No. 67.

Mudjiyanto, Bambang. (2018). Exploratory Research In Communication Study.

Jurnal Studi Komunikasi Dan Media Vol 22 No 1. Kementerian Kominfo.

Mulyana, Deddy. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Neal, Larry. Eric Schubert. (1985). The First Rational Bubbles: A New Look at

The Mississippi and South Sea Schemes. Faculty Working Paper No. 1188.

College of Commerce and Business Administration University of Illinois,

Urbana-Champaign.

Ofek, Eli. M. Richardson. (2003). DotCom Mania: The Rise and Fall of Internet

Stock Prices. The Journal of Finance, Vol. VIII, No. 3.

Oxford Advanced Learner Dictionary International Student’s Edition. England:

Oxford University Press

Peicuti, Christina. (2014). The Great Depression and The Great Recession: A

Comparative Analysis of their Analogies. The European Journal of

Comparative Economics, Vol. 11, No. 1, pp 55-78.

Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 19/14/PADG/2017 Tentang Ruang

Uji Coba Terbatas (Regulatory Sandbox) Teknologi Finansial. Bank

Indonesia.

Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 19/15/PADG/2017 Tentang Tata

Cara Pendaftaran, Penyampaian Informasi, dan Pemantauan

Penyelenggara Teknologi Finansial. Bank Indonesia.

Page 102: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

86

Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/2016 Tentang Penyelengaraan

Pemrosesan Transaksi Pembayaran. Bank Indonesia

Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Tentang Penyelengaraan

Teknologi Finansial. Bank Indonesia.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2017 Tentang Peta Jalan

Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Road Map E-

Commerce) Tahun 2017-2019.

Podo, Hadi. Joseph J. Sullivan. (2005). Pandai Berbahasa Inggris Kamus

Ungkapan Indonesia-Inggris. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal:

1101.

Putera, Nusa. (2012). Penelitian Kualitatif: Proses & Aplikasi. Jakarta: Penerbit

Indeks.

Raluca, Irina. Busuioc Witowschi, Alexandru Ioan Cuza. (2010). Theories About

The Financial Crises. Studies and Scientific Researches, Economics

Edition No. 15.

Rizqita, A. N. (2015). Preferensi Konsumen Dan Daya Saing Bisnis Batu Akik:

Menghadapi Pasar Persaingan Kompetitif Asean 2015. UIN Jakarta.

Satori, Djam’an. Aan Komariah. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sceinkman, Jose A. Wei Xiong. (2003). Overconvidence and Speculative Bubbles.

Journal of Political Economy Vol. 111 No. 6. The University of Chicago.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE- 62/PJ/2013 Tentang Penegasan

Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-Commerce. Direktorat Jendral

Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Taemin, P, H.J. Voth. (2004). Riding The South Sea Bubble. The American

Journal Review, Vol. 94 No. 5 pp. 1654-1668.

Thiel,P. (2014). Zero To One: Notes on Startup or How to Build The Future. New

York: Crown Publishing Group. United States.

Uzzaman, Anis. (2015). StartupPedia: Panduan Membangun Startup ala Silicon

Valley. Yogyakarta: Penerbit Bentang.

Page 103: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

87

Van Der Veen, A. Maurits. (2012). The Dutch Tulip Mania: The Social

Foundations of a Financial Bubble. Department of Government. College

of William & Mary, Virginia, United States.

White, E.N. (1990). The Stock Market Boom and Crash on 1929 Revisited. The

Journal of Economic Perspectives, Vol. 4, No. 2, pp 67-83.

__________. (2008). The Great American Real Estate Bubble of The 1920s:

Causes and Consequences. Rutgers University and NBER, New

Brunswick, USA.

Yanik, S. Y. Ayturk. (2011). Rational Speculative Bubbles in Istanbul Stock

Exchange. The Journal of Accounting and Finance, Istanbul University.

Yin, Yip Chee. W.K. Hoong, O.K. Hoe, N.B. Aminaddin, N.B. Abu Hasan.

(2017). Boom-Bust Housing Price Dynamic: The Case of Malaysia.

International Journal of Economics and Financial Issues, Vol. 7, No. 4, pp

132-138.

Internet

https://id.techinasia.com/drama-yang-menimpa-sembilan-startup-indonesia-di-

2016 (diakses pada 23 Maret 2018 pukul 11.12 WIB).

https://dailysocial.id/post/5-startup-lokal-yang-menutup-layanan-di-tahun-2015

(diakses pada 23 Maret 2018 pukul 11.24 WIB).

https://id.techinasia.com/20-startup-gagal-asia-2015 (diakses pada 23 Maret 2018

pukul 11.30 WIB).

https://dailysocial.id/post/zeemi-ganti-model-bisnis-tutup-layanan-live-streaming-

berbasis-user-generated-content (diakses pada 23 Maret 2018 pukul 11.36

WIB).

https://dailysocial.id/post/layanan-pemesanan-hotel-budget-tinggal-dikabarkan-

segera-tutup-layanan/ (diakses pada 23 Maret 2018 pukul 11.45 WIB).

https://id.techinasia.com/aplikasi-kencan-wavoo-ditinggal-founder-bagaimana-

kelanjutannya (diakses pada 23 Maret 2018 pukul 16.20 WIB).

https://id.techinasia.com/cerita-pelajaran-tutupnya-valadoo (diakses pada 23

Maret 2018 pukul 16.34 WIB).

Page 104: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

88

https://dailysocial.id/post/rocket-internet-segera-tutup-layanan-marketplace-

lamido (diakses pada 23 Maret 2018 pukul 16.46 WIB).

https://dailysocial.id/post/penyedia-jasa-escrow-inapay-resmi-tutup-layanan

(diakses pada 23 Maret 2018 pukul 17.01 WIB).

https://dailysocial.id/post/penyedia-jasa-kurir-serba-bisa-handymantis-dikabarkan-

akan-tutup-layanan (diakses pada 25 Maret 2018 pukul 08.41 WIB).

https://dailysocial.id/post/online-beauty-shop-beautytreats-indonesia-might-have-

been-shut-down (diakses pada 25 Maret 2018 pukul 09.11 WIB).

https://id.techinasia.com/abraresto-runtuh-menelantarkan-pekerjanya (diakses

pada 25 Maret 2018 pukul 09.15 WIB).

https://www.techinasia.com/danny-taniwan-alikolo-startup-failure-indonesia

(diakses pada 25 Maret 2018 pukul 09.18 WIB).

https://dailysocial.id/post/foodpanda-indonesia-resmi-tutup-layanan (diakses pada

25 Maret 2018 pukul 09.25 WIB).

https://dailysocial.id/post/mendapat-pendanaan-tidak-menjamin-kebertahanan-

startup (diakses pada 25 Maret 2018 pukul 09.28 WIB).

https://id.techinasia.com/inilah-alasan-yang-menyebabkan-ensogo-kolaps (diakses

pada 25 Maret 2018 pukul 09.40 WIB).

https://dailysocial.id/post/umumkan-penutupan-layanan-lolabox-kesulitan-penuhi-

pengadaan-sampel-produk-kecantikan (diakses pada 25 Maret 2018 pukul

09.47 WIB).

https://dailysocial.id/post/penutupan-jade-dan-terhentinya-coral-tanda-persaingan-

industri-e-commerce-indonesia-semakin-ketat (diakses pada 25 Maret

2018 pukul 10.00 WIB).

https://id.techinasia.com/ensogo-tutup-semua-lini-marketplace-di-asia-tenggara

(diakses pada 10 April 2018 pukul 09.15 WIB).

https://dailysocial.id/post/situs-panduan-restoran-openrice-tutup-kantor-

perwakilannya-di-indonesia (diakses pada 10 April 2018 pukul 09.33

WIB).

https://id.techinasia.com/sukamart-hentikan-layanan-untuk-pelanggan-individual

(diakses pada 10 April 2018 pukul 09.40 WIB).

Page 105: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

89

https://id.techinasia.com/synergo-raih-pendanaan-awal (diakses pada 10 April

2018 pukul 09.46 WIB).

https://id.techinasia.com/tripal-platform-wisata-hubungkan-turis-dengan-

penduduk (diakses pada 17 April 2018 pukul 13.25 WIB).

https://id.techinasia.com/daftar-startup-teknologi-jasa-finansial (diakses pada 17

April 2018 pukul 13.36 WIB).

https://www.investopedia.com/ask/answers/12/what-is-a-startup.asp (diakses pada

17 April 2018 pukul 13.54 WIB).

https://www.statista.com/statistics/280925/b2c-e-commerce-sales-in-indonesia/

(diakses pada 10 Mei 2018, 11.59 WIB).

https://www.statista.com/statistics/254456/number-of-internet-users-in-indonesia/

(diakses pada 10 Mei 2018, pukul 12.13 WIB).

https://www.statista.com/statistics/251635/number-of-digital-buyers-in-indonesia/

(diakses pada10 Mei 2018, pukul 12.39 WIB).

https://www.statista.com/statistics/261334/b2c-e-commerce-sales-growth-in-

indonesia/ (diakses pada 10 Mei 2018, pukul 12.43 WIB).

https://dailysocial.id/post/investasi-startup-di-indonesia-tahun-ini-sudah-capai-40-

triliun-rupiah (diakses pada 15 Mei 2018 pukul 9.05 WIB).

https://id.techinasia.com/pundi-pundi-raih-pendanaan-rp53-miliar (diakses pada

18 Mei 2018 pukul 14.32 WIB).

http://fintechnews.sg/fintech-startups-in-indonesia/ (diakses pada 29 Mei 2018

pukul 14.24 WIB).

https://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-awal-mula-batu-akik-jadi-primadona-

di-indonesia.html (diakses pada 2 Juni 2018 pukul 18.30 WIB).

https://www.kompasiana.com/hasrulhoesein/fenomena-trend-sesaat-batu-akik-di-

indonesia_55530b33b67e61330b13096c (diakses pada 2 Juni 2018 pukul

18.35 WIB).

https://regional.kompas.com/read/2015/09/10/13534201/Harga.Batu.Akik.Terjun.

Bebas.Dibeli.Rp.10.Juta.Dijual.Rp.200.000 (diakses pada 2 Juni 2018

pukul 18.50 WIB).

Page 106: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

90

http://kaltim.tribunnews.com/2015/03/16/fenomena-batu-akik-mungkinkah-

berakhir-setragis-bisnis-anthurium?page=2 (diakses pada 2 Juni 2018

pukul 19.00 WIB).

http://harianriau.co/news/detail/16102/gelombang-cinta-yang-dulu-mahal-dan-

kini-tak-ada-harganya (diakses pada 2 Juni 2018 pukul 19.15 WIB)

http://style.tribunnews.com/2017/07/17/ternyata-ini-isi-benjolan-louhan-ikan-hias-

yang-harganya-setara-mobil-baru?page=1 (diakses pada 2 Juni 2018 pukul

19.20 WIB).

https://kumparan.com/@kumparanbisnis/tak-lagi-booming-dan-minim-peminat-

harga-ikan-louhan-menukik (diakses pada 2 Juni 2018 pukul 19.30 WIB).

https://kumparan.com/@kumparanbisnis/mengapa-bisnis-penjualan-ikan-louhan-

bisa-hancur-lebur-di-2005 (diakses pada 2 Juni 2018 pukul 19.45 WIB).

https://dailysocial.id/post/daftar-startup-fintech-di-indonesia (diakses pada

27/06/18 pukul 12.23 WIB).

https://id.techinasia.com/daftar-startup-teknologi-jasa-finansial (diakses pada

27/06/18 pukul 12.25 WIB).

https://www.investopedia.com/terms/g/gross-merchandise-value.asp (diakses pada

8/8/18 pukul 16.21 WIB)

Page 107: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

91

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 108: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

92

Lampiran 1: Data Startup Digital Di Indonesia

Sumber data: Tech in Asia, Daily Social, Crunchbase, Echelon 27, Angel.co, Startup Ranking

No Fintech E-Commerce Media/Social

Media

On-demand Travel SaaS

1 Yonk.io Tokopedia Mivo Hostnic.id Valadoo Gadjian

2 Mekar Pemmz The urban

mama

41studio 1001malam Eresto

3 Amartha Blibli Albumbaru.co

m

Tolongin Klikhotel Konektifa

4 Ngatur Duit Groupon

Indonesia

jagatReview Jagoan store Tiket2 Kofera

5 Sribu Evoucher Yangcanggih Waz8

Laundry

Airpaz Handl.in

6 Bistip Berrybenka Tech in Asia Gojek Yuktravel Gevv

7 Unipin Local brand Bitebrands.co Printerous Go Indonesia Turboly

8 Gerai Dana

Cepat

(GDC)

HijUp Maxmonroe FoodPanda Tiket.com Kirim.Email

9 Faspay Urban Indo JagatPlay Foliodeck Nusatrip Hello Bill

10 Wujudkan Bukalapak Pandit

Football

Pixtem Utiket Quintal

11 Mimopay Pink Emma Trackpacking Klik-eat ezytravel Nadi POS

12 Atur Duit Fitinline Liburan

anak.com

Bootstrapmad

e

PegiPegi Meeber

POS

13 Indo

Trading

Bobobobo gettinlow Westbike

Massenger

Darmawisata

Indonesia

JobSmart

14 Crowdo Lakubgt Pulsk Print on

demand

Triptrus Kerjabilitas

15 Midtrans Telunjuk Startupbisnis.c

om

Ninja Van Traveloka HaloDiana

16 Raja Premi Zalora

Indonesia

Kerjayuk Trivio

(Zanada)

Burufly Xohop

17 Espay Dimensi data kwikku Ojek Argo Catallya Studentjob

18 Ipaymu Jejualan Keepo Easy Parcel Arenatiket Kata.ai

(Yesboss)

19 Dompet

sehat

Shopious Duosia.id Pumasera Qraved Loncatin

20 Bareksa Blanja Gilabola Excite point Gogonesia Akuntansi

Online

21 KreditAja Pricebook Giladiskon Uber

Indonesia

Triptrus Amplifia

22 Stockbit Pembantu.com Winpoin Grab

Indonesia

Traveloista Omega POS

Cloud

23 Finansialku Elevenia Gadgetren Moka Travacello Deal POS

24 Bitcoin Cipika Dailymoslem Bornevia Gogonesia Smart

Page 109: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

93

Indonesia Presence

25 Dokuku Kudo Kancyl Dewaweb Kkday

(Taiwan)

Synergo

26 Kita Bisa SaleStock Qerja Pekku Wupi Sirclo

27 Cermati Dusdusan Beli mobil

baru

Talenta Befreetour GDI Lab

28 Q-Payment Ensogo Sebangsa Etobee Tripal Pawoon

29 Dimo Pay Labsatu Garyawan Olsera Yellowdoor Klakat

30 Ethis

Crowd

Creasi Phinemo Jarvis Store Pergi.com Cloudkilat

31 Xendit Shopback Pergi Kuliner Andalin Tinggal Foliodeck

32 Akulaku Ratakan Codepolitan MrSpeedy Zuzu Hotels Pixtem

33 Julo Bandros Jadwaltelevisi Hipcar Indonesia

flight

Lewat Mana

34 PinjemDok

u

Machtwatch Inigame Mister Kirim Tiketbusku

35 Tunaiku Arena leptop Otomonesia Themeson Mister Aladin

36 Ayo Peduli Bridestory The next

marketers

Servolia Travelio

37 Uangku Cek Aja Cakrawala Shipper Tiketbusku

38 Premiro Livaza Akupaham 8commerce Airy Rooms

39 Halo

Money

Moladin Padangkita.co

m

Iruna Red Doorz

40 Kredit

GoGo

Pasarwarga Qubicle Tulungin Zen Rooms

41 Duit Pintar Persebaya

store

Koneksia Ojek koe Nida Rooms

42 Pundi

Pundi

Duniamasak Labana.id Parsel Day

43 Terimakase Hargano Resep Koki Uprint.id

44 Finansial

Integrasi

teknologi

(FIT)

duniamasak Wincamp Jendela360

45 Tunai Kita Gotomalls Teknosid.com Indoworx

46 Tavest Tapp Market

(Finland)

Mediarga

event

Kemasaja

47 Indoalliz

(pede)

Nyewain Jejakwaktu Pop Box

48 Relasi Gimori Store Technologue Bluprin

49 Dana Kini Berkaos MasTekno On- Trucks

50 Qreditt Katalog.or.id Facetofeet Toptopick

51 Ammana Boneprice Kasurnet Paket.id

52 Wallezz Qlapa Detekno Anterin

53 Awan Lolalola Ngadem Teknojek

Page 110: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

94

Tunai

54 Infradigital Murdockcruz Tukang.com

55 Dana Pintar Dafunda Tukang.id

56 Kredito WinNetNews Ahli Jasa

57 Sofis Gamebrott Cari Truk

58 Duitku Zeemi Expedito

59 Akseleran Chromplex Crazy clean

60 Disitu Hitsss Kargo

61 Kpr.online Buzz Buddies Rukamen

62 Took

Crypto

Qureta Berdu

63 NaPro Beritagar Klik daily

64 Ovo mobile

payment

Kurio Arsitag

65 Disitu Blu-Jek

66 GoCash Lady Jek

67 Finmas BlackGarlic

68 Credit On Monolia

69 Toko

Modal

Pick Pack

70 Pinjaman

Go

Sister Ojek

71 Tokenomy Ojesy

72 Aktivaku Jeger taksi

73 Tanamduit Smart jek

74 Karapoto Bang jek

75 Digiro.in Blu-jek

76 Fintegra Lady jek

77 Kredivest Porter.id

78 Cicil Top jek

79 Dana Bijak Call jek

80 Artawana Seekmi

81 Cash

wagon

82 Davestpay

83 Gradana

84 Kredit

Cepat.id

85 Jojonomic

86 Dana Cepat

87 AyoPop

88 Duithape

Page 111: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

95

89 Xdana

90 Brankas

91 Koinworks

92 Modalku

93 Kliring.co.i

d

94 KlikACC

95 Paybill

96 Kredivo

97 Akun.biz

98 ShivApp

99 Jurnal

100 Triv

101 FinAccel

102 Kioson

103 uNIK

104 Kartoo

105 Doctor

Rupiah

106 TangBull

107 SerbaPay

108 Asuransiku.

id

109 Crowde

110 Taralite

111 Dana

mapan

112 Dana Didik

113 Indves

114 Pinjam

115 Gandeng

Tangan

116 SatuLoket

117 Doku

118 UangTema

n

119 Kapital

Boost

120 Online

Pajak

121 Luno

122 Kesles

123 Kinerjapay

Page 112: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

96

124 Investree

125 Flip

126 Amalan

127 Cashlez

No Edutech Dating Agriculture Healthcare Games Advertising

1 Brainly Ayo Nikah Agromaret Meet Doctor Toge

Production

Karta

2 Baca Asmara kita 8Villages Tanyadok Agate Studio KarAds

3 Kelas kita Waplog eFishery Insan Medika Garuda Studio DoQar

4 Nusaresear

ch

Setipe Pandawa Agri Dokter.id TouchTen Ubiklan

5 Squline Jomblo Sikumis Alodokter Nightspade

Studio

Stick Earn

6 Kata Anda Paktor CI-Agriculture Aladokter Duniaku.net Promogo

7 Wardaya

College

KelasCinta iGrow Homecare24 Mintsphere Stick Car

8 Qlue Wavoo Magalarva Haidokter Tinker Games Payride

9 Jakpat Etanee Pasienia Educa Studio Hadiah.me

10 Gudpoin Brambang Popokbanjar Tanoshii

Studio

IDAFF

11 Ruang guru i-ternak Gogobli Creacle Studio Iklanqu

12 Studilmu Panen.id Medicaboo Artoncode Adroady

13 Neliti Biteback

insect

Guesehat Agate Jogja Iklanraksasa

.com

14 Playable

Kids

Agroindustri.i

d

Go-dok HB Sense Access

Trade

15 IT-Jurnal GrowPal Medika App Firebeast

Studio

Grivy

16 Sayur Box Halo Doc Own Games Sociabuzz

17 Simbah Riliv Gambreng

Games

Ikamart

18 Angon Ovula Square Enix

Smileworks

Jakarta by

train

19 Jala Konsula Five Jack

20 Habibi garden Pesan Lab Ekuator games

21 Karsa Trust Medis Digital

Happines

22 Ternaknesia Lokadok Alkemis game

23 Tanihub Prosehat Mojiken Studio

24 Kecipir DokterSehat

25 Lima kilo

26 Eragano

Page 113: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

97

Lampiran 2: Hasil Wawancara Dengan Startup Digital Scholabro

Wawancara dilakukan oleh peneliti pada hari Selasa, 15 Mei 2018 dengan nara sumber Dewi

Qadarizka Salim selaku CTO Scholabro:

1. Bagaimana sejarah pendirian startup Scholabro?

Ide awal pembuatan startup berasal dari Pak Ikono dan teman-teman kuliahnya yang

punya keinginan untuk membantu mahasiswa Indonesia mencari beasiswa dalam dan luar

negeri. Kemudian ide tersebut berlanjut dengan membangun sebuah komunitas yang

bernama Sahabat Beasiswa” pada tanggal 15 Desember 2013, dan Pak Ikono sebagai

Direktur Utama.

2. Dimana lokasi startup Scholabro didirikan?

Lokasi awal pendirian Scholabro bertempat di rumah Pak Ikono yaitu di Perumahan

Pesona Depok Estate, Kota Depok. Tapi sekarang Scholabro sudah pindah ke tempat yang

lebih luas yaitu di Nano Center, Tangerang Selatan.

3. Berapa jumlah karyawan di Schlabro?

Jumlah karyawan Scholabro pada awal pendirian berjumlah 5 orang, termasuk Pak Ikono

dan 3 orang co-founder lainnya, ditambah 2 staff. Dan saat ini bertambah 2 karyawan di

bagian pemasaran dan desain.

4. Apa fokus usaha yang dijalankan Scholabro?

Sebagai penyedia informasi seputar beasiswa melalui sosial media, info mengenai tips

dan trik untuk memperoleh beasiswa seperti tips membuat Curriculum Vitae, Motivation

Letter, TOEFL dsb.

5. Produk apa yang ditawarkan Scholabro?

Produk yang ditawarkan yaitu kaos, buku seputar beasiswa, dan kalender beasiswa.

6. Berapa pendanaan awal yang diperoleh Scolabro dan sumber investasinya?

Pada awal pendiriannya masih menggunakan dana founder dan co-founder, setelah

operasional berlangsung memperoleh hasil penjualan sebesar 200 juta rupiah.

7. Apakah Scholabro sudah memiliki badan hukum yang resmi?

Untuk saat ini Scholabro belum memiliki badan hukum dan sedang mengurus untuk

perizinannya.

8. Apa pencapaian yang sudah didapatkan sejauh ini?

Page 114: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

98

Dari awal pendirian hingga 3 bulan berjalan, sudah memperoleh hasil penjualan awal

sebesar 200 juta. Dan Scholabro akan meluncurkan aplikasi digital yang dapat diunduh di

Smartphone android maupun iOS dengan rebranding “Schooters”.

9. Kendala apa yang dialami Scholabro sejauh ini?

Sejauh ini kendala pendanaan dan SDM terbatas yang dimiliki Scholabro karena belum

bisa menggaji karyawan tambahan. Dan profit yang dihasilkan masih setara dengan modal

yang dikeluarkan, jadi istilahnya “gali lubang tutup lubang”.

10. Apa harapan dan target kedepan untuk Scholabro?

Harapannya segera mendapat legalitas yang resmi, target kedepannya menjadi startup

unicorn dalam waktu lima tahun kedepan.

11. Menurut Scholabro apakah regulasi pemerintah sejauh ini membantu iklim bisnis

startup digital di Indonesia?

Sejauh ini kalo kita ngikutin peraturan yang dikeluarkan pemerintah masih oke saja.

Mungkin karena startup kita juga bergerak di bidang edutech jadi tidak begitu ribet

peraturannya.

Page 115: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

99

Lampiran 3: Surat Keterangan Magang/Penelitian

Page 116: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

100

Surat Keterangan Perpanjang Waktu Magang/Penelitian

Page 117: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

101

Lampiran 4: Dokumentasi

Page 118: STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46266...STUDI EKSPOLRATIF TERHADAP POTENSI BUBBLE STARTUP DIGITAL DI INDONESIA SKRIPSI

102