studi evaluasi pelaksanaan sistem informasi …
TRANSCRIPT
STUDI EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN PUSKESMAS DI PUSKESMAS
TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR
KARYA TULIS ILMIAH
INDRI OKTAFIANA NASRI
NIM 15.03.190
PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2019
ii
STUDI EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN PUSKESMAS DI PUSKESMAS
TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Disusun dan diajukan oleh
INDRI OKTAFIANA NASRI
NIM. 15.03.190
PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2019
vi
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil Alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “STUDI
EVALUASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS DI
PUSKESMAS TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR” Karya Tulis Ilmiah ini
disusun guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan dalam
program studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan di STIKES
Panakkukang Makassar.
Ucapan terimakasih yang tidak terhingga serta penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs. Nasri dan ibunda Ir. Hj.
Samsidarmi atas segala pengorbanan, cinta kasih, serta doa yang tiada putus –
putusnya kepada kami anak – anaknya. Serta kepada Bapak H. Muh. Thabran
Talib, SKM, MARS selaku pembimbing I dan Bapak Arief Azhari Ilyas, Amd.
RMIK, S.Tr.MIK selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam
memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan kepada penulis dari awal sampai akhir
penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Demikian pula ucapan terimakasih yang sebesar –
besarnya penulis haturkan kepada :
vii
1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM. M.Kes selaku Ketua Yayasan Perawat
Sulawesi Selatan.
2. Ibu Sitti Syamsiah, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua STIKES Panakkukang Makassar.
3. Bapak H. Muh. Thabran Talib, SKM., MARS selaku Ketua Prodi D3 Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan Makassar STIKES Panakkukang Makassar.
4. dr. Irma Kusuma Azis selaku Kepala Puskesmas Tamamaung Kota Makassar
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
5. Hj. St. Harmiah, SKM selaku Kepala Unit Rekam Medis dan seluruh petugas
rekam medis yang telah banyak membantu selama proses penelitian.
6. Seluruh Staf dan para dosen Prodi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
STIKES Panakkukang Makassar.
7. Sahabat – sahabat dan teman – teman khususnya angkatan 2015 RMIK D yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang berada di dalam maupun di luar
lingkungan kampus STIKES Panakkukang Makassar.
Akhirnya, peneliti berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca khususnya bagi peneliti sendiri dan menjadi
amal baik bagi pihak yang telah membantu penulis serta mendapat imbalan
berlimpah dari Allah SWT, aamiin.
Makassar, Agustus 2019
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PENGAJUAN JUDUL .................................................................................. ii
PENGESAHAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH ........................... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... v
PRAKATA ..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
ABSTRAK DAN KATA KUNCI .................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Tinjauan Teori ...................................................................................... 5
1. Tinjauan tentang Rekam Medis....................................................... 5
2. Tinjauan tentang Manajemen Kesehatan ......................................... 7
ix
3. Tinjauan tentang Sistem Informasi Manajemen Puskesmas ............. 8
4. Tinjauan tentang Pengetahuan ....................................................... 12
5. Tinjauan tentang Ketepatan Waktu Pelaporan SIMPUS .................. 14
6. Tinjauan tentang Evaluasi .............................................................. 15
B. Kerangka Konsep ................................................................................. 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Jenis Penelitian .................................................................. 23
B. Informan .............................................................................................. 23
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 24
D. Analisis Data ........................................................................................ 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi ................................................................................. 26
B. Gambaran Hasil Karya Tulis Ilmiah ..................................................... 29
C. Pembahasan Karya Tulis Ilmiah ........................................................... 37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 45
B. Saran .................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 48
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konsep.................................................................................... 23
Gambar 2. Data Sekunder Puskesmas Tamamung Kota Makassar .......................... 31
xi
ABSTRAK
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) diharapkan dapat meningkatkan
manajemen puskesmas secara lebih berhasil dan berdaya guna melalui pemanfaatan secara optimal
data Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dan informasi lainnya sebagai
dasar penyusunan perencanaan puskesmas. Puskesmas Tamamaung Kota Makassar merupakan salah
satu puskesmas yang bermasalah dalam bidang pelaksanaan SIMPUS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas
Tamamaung Kota Makassar dalam menghasilkan informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di puskesmas tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan wawancara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2019 sampai selesai. Informan
dalam penelitian ini berjumlah 5 orang. Data diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam
dengan menggunakan pedoman wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas Tamamaung Kota
Makassar masih belum maksimal. Pengumpulan data yang belum tepat waktu oleh pemegang program
kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap SIMPUS yang memberikan dampak pada proses
pengolahan data yaitu data yang diolah menjadi tidak tepat waktu dan pada akhirnya informasi yang
dihasilkan juga menjadi terlambat.
Disarankan kepada pihak Puskesmas Tamamaung Kota Makassar agar mengupayakan
pelatihan tentang SIMPUS kepada para petugas SP2TP serta mengupayakan fungsi manajemen bagi
Kepala Puskesmas berupa fungsi pengawasan kepada para pemegang program untuk lebih disiplin dan tepat waktu dalam mengumpulkan data kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap SIMPUS di
puskesmas.
Kata kunci : Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
xii
ABSTRACT
The Management Information System of Primary Health care was expected to improve the
management of primary health care to be more effective and efficient through the optimal utilization of
the Integrated Recording and reporting System of Primary Health Care data and other information as
the basis for preparation of the planning. Tamamaung Makassar Primary Health Care is one of
another primary health care in Makassar which is problematic in the implementation of management
information system. This study aims to find out how the implementation of management information system of
Tamamaung Makassar Primary Health Care in generating information used as basis for decision
making. The type of this research is qualitative research with interview approach. The research was
conducted in August 2019 until it was completed. Informants in this research amounted to 5 people.
Data were obtained by conducting in-depth interviews using interview guidelines.
The result showed that the implementation of management information system in Tamamaung
Makassar Primary Health Care was still not maximal. The data collection has not been timely by the
program holder to the officer of the Integrated Recording and Reporting System that gives impact on
the data processing that caused the data processing itself was not timely and the data collection
processing is delayed causing the information generated becoming late too.
It was suggested to the Primary Health Care Office of Tamamaung Makassar to seek training on Management Information System to the officers of Primary Health Care and to make management
function for the Primary Health Care leaders in the form of supervision function to the program
holders to be more disciplined and timely in collecting data to the Integrated Recording and Reporting
System officer of the Primary Health Care.
Keywords : Management Information System of the Primary Health Care
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan Indonesia,
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mengembangkan sistem
informasi kesehatan yang berjenjang. Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS) demi tersedianya informasi yang bermanfaat untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam melaksanakan program kesehatan. Kemudian
salah satu hal yang mendukung untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan Indonesia tersebut adalah pelayanan kesehatan primer yaitu
puskesmas.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelaksana pembangunan kesehatan
di daerah dalam menjalankan program – programnya membutuhkan
manajemen yang efektif mulai dari perencanaan, pelaksanaan pemantauan,
dan pengevaluasian program-program yang dijalankannya.
Untuk menunjang peningkatan program-program kesehatan tersebut.
Badan Usaha Sosial seperti puskesmas yang melayani masyarakat di bidang
kesehatan, sistem yang terkomputerisasi sangat diperlukan karena pelayanan
yang diberikan di puskesmas juga harus cepat (Cahyanti & Purnama, 2012).
Manajemen yang efektif dan efisien membutuhkan informasi, ketersediaan
informasi di puskesmas dihasilkan oleh sistem informasi manajemen yang
berbasis pelayanan puskesmas. Untuk itu Kementerian Kesehatan
2
mengeluarkan kebijakan Kepmenkes No. 128/Menkes/SK/II/2004
menyebutkan bahwa untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas
penyelenggaraan puskesmas, perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas
yang baik (Thenu, dkk. 2016).
Salah satu manajemen puskesmas tersebut dituangkan dalam
penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS). SIMPUS
merupakan suatu aplikasi manajemen puskesmas dimana fungsi utamanya
adalah memanage data pasien mulai dari pendaftaran, registrasi, pemeriksaan
(diagnosis) serta pengobatan pasien. Data yang sudah diinput ditampung
dalam sebuah database yang nantinya akan dikategorikan sesuai dengan
parameter untuk kebutuhan laporan, seperti laporan kunjungan harian, cara
pembayaran, jenis penyakit serta laporan lainnya yang dibutuhkan dalam
manajemen puskesmas, seperti SIMPUS.
SIMPUS sebagai sebuah sistem informasi juga mengalami siklus yang
disebut sistem yaitu membagi umur hidup sebuah sistem informasi kedalam 2
tahap yaitu (1) pengembangan sistem, (2) operasi dan perawatan sistem.
Dalam rangka memastikan keefektifan penerapan dan dampak positif yang
diberikan, dalam menghasilkan suatu informasi yang akurat, tepat waktu,
relevan dan ekonomis, maka evaluasi terhadap SIMPUS menjadi hal penting
untuk dilakukan (Thenu, dkk. 2016)
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa Puskesmas Tamamaung
adalah salah satu puskesmas yang berhasil menjalankan SIMPUS berbasis
3
web. Input data pertama kali dilakukan di bagian pendaftaran, seperti
identitas pasien, jenis pelayanan dan pemeriksaan. Kemudian data yang
diinput di bagian pendaftaran dapat langsung terintegrasi di poli umum, poli
KIA/KB, dan poli gigi. Pasien masuk ke poli yang diperintahkan oleh petugas
kemudian diperiksa oleh dokter atau bidan, setelah pemeriksaan selesai
dilakukan kemudian petugas memasukkan diagnosa, obat dan rujukan apabila
diperlukan. Namun, kendala yang sering terjadi adalah jaringan internet
seperti down server dan kesalahan-kesalahan dalam penginputan data.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Studi evaluasi pelaksanaan sistem informasi manajemen
pelayanan kesehatan di Puskesmas Tamamaung.”
B. Rumusan masalah
Bagaimana Studi Evaluasi Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas di Puskesmas Tamamaung?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengevaluasi Studi Evaluasi Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas di Puskesmas Tamamaung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetahuan pegawai yang bertanggung jawab terhadap
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS).
4
b. Mengetahui ketepatan waktu pelaporan terhadap Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas (SIMPUS).
c. Mengevaluasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
ditinjau dari sudut brainware, hardware, dan software.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
a. Bagi mahasiswa rekam medis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan bacaan untuk menanmbah wawasan dalam
hal sistem informasi manajemen pelayanan kesehatan di puskesmas.
b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dalam menambah ilmu pengetahuan,
pengalaman dan wawasan tentang sistem informasi manajemen
puskesmas.
2. Manfaat praktis
a. Bagi puskesmas, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dan tolak ukur dalam mendukung peningkatan mutu
pelayanan dan informasi kesehatan.
b. Bagi perekam medis, diharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang pelaksanaan sistem informasi manajemen pelayanan kesehatan
di puskesmas.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Tinjauan Teori
1. Tinjauan tentang Rekam Medis
a. Definisi Rekam Medis
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 Ayat 1, bahwa rekam medis
adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
diberikan kepada pasien. Selain itu rekam medis diartikan sebagai
keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas,
anamnese, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan
dan tindakan medis yang berkaitan kepada pasien dan pengobatan
baik rawat jalan, rawat inap, maupun rawat darurat. Sedangkan
kegiatan pencatatannya sendiri hanya salah satu dari kegiatan
penyelenggaraan rekam medis.
b. Tujuan Rekam Medis
Tujuan dibuatnya rekam medis adalah untuk menunjang
tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa dukungan suatu sistem
pengelolaan rekam medis baik dan benar tertib administrasi di rumah
sakit tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan
6
tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan
upaya pelayanan kesehatan rumah sakit.
c. Nilai Guna Rekam Medis
Rekam medis mempunyai nilai guna diantaranya sebagai
berikut (Rustiyanto, 2009:7) :
1) Bagi Pasien
a) Menyediakan bukti asuhan keperawatan/tindakan medis
yang diterima oleh pasien.
b) Menyediakan data bagi pasien jika pasien datang untuk yang
kedua kali dan seterusnya.
c) Menyediakan data yang dapat melindungi kepentingan
hukum pasien dalam kasus – kasus kompensasi pekerja
kecelakaan pribadi atau malpraktek.
2) Bagi Fasilitas Layanan Kesehatan
a) Memiliki data yang dipakai untuk pekerja profesional
kesehatan.
b) Sebagai bukti atas biaya pembayaran pelayanan medis
pasien.
c) Mengevaluasi penggunaan sumber daya.
3) Bagi Pemberi Pelayanan
a) Menyediakan informasi untuk membantu seluruh tenaga
profesional dalam merawat pasien.
7
b) Membantu dokter dalam menyediakan data perawatan yang
bersifat berksinambungan pada berbagai tingkatan
pelayanan kesehatan.
c) Menyediakan data – data untuk penelitian dan pendidikan.
2. Tinjauan tentang Manajemen Kesehatan
Manajemen kesehatan dalam kaitannya dengan kesehatan
masyarakat dapat didefinisikan sebagai: “suatu kegiatan atau seni untuk
mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan”. Dengan
kata lain, manajemen kesehatan masyarakat merupakan penerapan
manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat
sehingga yang menjadi suatu objek atau sasaran manajemen adalah sistem
pelayanan kesehatan masyarakat (Sulaeman, 2009).
Khusus untuk puskesmas, penerapan manajemen dapat dipelajari
melalui perencanaan yang disusun setiap 5 tahun (micro planning),
pembagian, dan uraian tugas staf puskesmas sesuai dengan masing –
masing tugas pokoknya.
Penerapan manajemen pada unit pelaksana teknis seperti
puskesmas merupakan upaya untuk memanfaatkan dan mengatur sumber
daya yang dimiliki oleh masing – masing unit pelayanan kesehatan
tersebut, yang diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif,
efisien, dan rasional.
8
Untuk mencapai status kesehatan yang baik dalam masyarakat,
usaha mengajak masyarakat untuk hidup sehat tidaklah cukup. Akan tetapi,
cara untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada dalam
mengatasi seluruh permasalahan kesehatan yang dihadapi perlu diterapkan
sehingga status kesehatan masyarakat yang optimal dapat tercapai.
3. Tinjauan tentang Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Sistem informasi manajemen adalah supaya organisasi dalam
memiliki suatu sistem yang dapat diandalkan dalam mengolah data
menjadi informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan
manajemen, baik yang menyangkut dalam pembuatan keputusan –
keputusan rutin maupun kepututan – keputusan strategis. Dengan
demikian sistem informasi manajemen adalah suatu sistem yang
menyediakan kepada pengelola organisasi data maupun informasi yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas – tugas organisasi. (Perwira, dkk.
2012). Adapun suatu sistem informasi manajemen yang ada di puskesmas
disebut dengan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS).
a. Pengertian Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
merupakan suatu tatanan atau peralatan yang menyediakan informasi
untuk membantu proses manajemen puskesmas dalam mencapai
sasaran kegiatannya (Depkes RI, 1997). SIMPUS diharapkan dapat
meningkatkan manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan
berdayaguna melalui pemanfaatan secara optimal dari Sistem
9
Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). SIMPUS
merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi
informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur
yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif
untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
b. Tujuan SIMPUS
Berikut ini merupakan tujuan SIMPUS, yang terdiri dari dua
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, antara lain (Wibisono &
Munawaroh, 2012):
1) Tujuan Umum : Meningkatkan kualitas manajemen puskesmas
secara lebih berhasil guna dan berdaya guna, melalui
pemanfaatan secara optimal data SP2TP maupun informasi
lainnya yang menunjang kegiatan pelayanan.
2) Tujuan Khusus
a) Sebagai pedoman penyusunan perencanaan tingkat
puskesmas (PTP) dan pelaksanaan kegiatan pokok
puskesmas melalui mini lokakarya.
b) Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
pelayanan puskesmas.
c) Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan program
pokok puskesmas.
10
c. Penyelenggaraan SIMPUS
1) Sumber informasi
Sebagaimana diketahui, SP2TP terdiri atas komponen
pencatatan dan komponen pelaporan. Namun, yang terutama
dibutuhkan untuk menunjang kegiatan manajemen puskesmas
adalah komponen pencatatannya. Hal ini dikarenakan informasi
yang dapat dihasilkan dari komponen tersebut lebih lengkap
dibandingkan dengan komponen pelaporannya. Pencatatan –
pencatatan yang utama, antara lain sebagai berikut:
a) Kartu individu, seperti kartu rawat jalan, kartu ibu, kartu tb,
dsb.
b) Register, seperti register kunjungan register KIA, register
posyandu, dll.
c) Laporan kejadian luar biasa dan pelaporan bulanan sentinel
d) Rekam kesehatan keluarga (RKK/Family folder) yang
diberikan khusus untuk keluarga berisiko, antara lain:
(1) Salah seorang anggota keluarga menderita TB paru
(2) Salah seorang anggota keluarga menderita kusta
(3) Salah seorang anggota keluarga mempunyai risiko
tinggi seperti ibu hamil, neonatus risiko tinggi (BBLR),
balita kurang energi kronis.
(4) Salah satu anggota keluarga menderita gangguan jiwa
11
2) Mekanisme
a) Data SP2TP dan data lainnya diolah, disajikan dan
diiterpretasikan sesuai dengan petunjuk pengolahan dan
pemanfaatan data SP2TP serta petunjuk dari masing –
masing program yang ada (seperti program ISPA, malaria,
imunisasi, kesehatan lingkungan, KIA, gizi, perkemas, dll.)
b) Pengolahan, analisis, interpretasi dan penyajian dilakukan
oleh para penanggung jawab masing – masing kegiatan di
puskesmas dan pengelola program di semua jenjang
administrasi.
c) Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interpretasi
data SP2TP serta sumber lainnya dapat bersifat kualitatif
(seperti meningkat, menurun, atau tidak ada perubahan) dan
bersifat kuantitatif dalam bentuk angka, seperti jumlah,
presentase, dsb.
d. Jenis Data dalam SIMPUS
Adapun berbagai macam data yang ada dalam SIMPUS, antara lain:
1) Laporan data umum
2) LPLPO
3) LB/Tren/PMPTM
4) Peta penyakit
5) Cakupan pasien
6) Laporan Kunjungan pasien
12
7) Laporan kematian
8) Laporan KB
9) Laporan Lab
10) Laporan Khusus
4. Tinjauan tentang Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atas materi dapat mnejelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek
yang dipelajari.
13
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan
hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Peneliti melakukan pengukuran pengetahuan menggunakan
wawancara dengan skala Guttman. Skala pengukuran dengan tipe ini akan
14
didapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, positif
atau negatif, dan lain – lain.
5. Tinjauan tentang Ketepatan Waktu Pelaporan SIMPUS
Menurut Muninjaya (2004) berpendapat bahwa “untuk
pengembangan efektifitas sistem informasi manajemen puskesmas, standar
mutu (input, proses, lingkungan, dan output) perlu dikaji dan dirumuskan
kembali, masing – masing komponen terutama proses pencatatan dan
pelaporannya perlu ditingkatkan”.
Pencatatan dan pelaporan data di puskesmas disebut dengan sistem
pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas atau SP2TP. SP2TP adalah
kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga, dan upaya
pelayanan kesehatan di puskesmas yang ditetapkan melalui SK
Menkes/SK/II/1981. Sistem pelaporan ini diharapkan mampu memberikan
informasi baik bagi puskesmas maupun untuk jenjang administrasi yang
lebih tinggi, guna mendukung manajemen kesehatan.
Adapun beberapa jenis laporan dalam pelaksanaan SP2TP, yaitu:
a. Laporan bulanan, mencakup: Data kesakitan (LB1), data obat – obatan
(LB2), gizi, KIA, imunisasi, dan pengamatan penyakit menular (LB3)
serta data kegiatan puskesmas (LB4).
b. Laporan sentinel, mencakup: laporan bulanan sentinel (LB1S) dan
laporan bulanan sentinel (LB2S)
c. Laporan tahunan, mencakup: data dasar puskesmas (LT-1), data
kepegawaian (LT-2), dan data peralatan (LT-3).
15
Laporan Bulanan (LB) dilakukan setiap bulan dan paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan. Laporan Bulanan
Sentinel LB1S dan LB2S dilaporkan setiap tanggal 10 bulan berikutnya
dikirm ke Dinas Kesehatan dan Pusat (untuk LB1S dikirim ke Ditjen PPM
dan LB2S dikirim ke Ditjen Binkesmas), sedangkan Laporan Tahunan (LT)
dikirim selambat – lambatnya tanggal 31 Januari tahun berikutnya, khusus
untuk LT-2 (data kepegawaian) hanya diisi dibagian pegawai yang
baru/belum mengisi formulir data kepegawaian. Sesuai dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Nomor
590/BM/DJ/INFO/V/96 tentang Penyederhanaan Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) pasal 7 ayat 1, “Data yang dimaksud
dalam pasal 3 ayat (2).a dan pasal 4 ayat (2) dilaporkan secara bulanan,
selambat – lambatnya tanggal 10 bulan berikut dari bulan laporan.” Laporan
pada pasal 3 ayat (2).a yaitu LB1, LB2, LB3, dan LB4, serta pada pasal 4
ayat (2) yaitu LB1S dan LB2S.
Ada juga jenis laporan yang lain seperti laporan triwulan, laporan
semester dan laporan tahunan yang mencakup data kegiatan program yang
sifatnya lebih komprehensif disertai penjelasan secara naratif.
6. Tinjauan tentang Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang
sejauh mana suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih
antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila
dibandingkan dengan harapan – harapan yang ingin dicapai. Dalam
16
pengertian yang lain, evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk
menetukan atau membuat keputusan, sampai sejauh mana tujuan program
telah tercapai. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Wrighstone
(1956), yang menyatakan bahwa pengertian evaluasi adalah penaksiran
terhadap pertumbuhan dan kemajuan ke arah tujuan atau nilai – nilai yang
telah ditetapkan.
Evaluasi juga diartikan sebagai proses menilai sesuatu yang
didasarkan pada kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya
diikuti dengan pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi.
Sudijono (1996) mengemukakan bahwa pengertian evaluasi adalah
interpretasi atau penafsiran yang bersumber pada data kuantitatif,
sedangkan data kuantitatif merupakan hasil dari pengukuran.
Proses evaluasi pada umumnya memiliki tahapan – tahapannya
sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah
bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Salah satu
tahapan evaluasi yang umum digunakan yaitu menentukan apa yang akan
dievaluasi, merancang kegiatan evaluasi, pengumpulan data, pengolahan
dan analisis data, dan pelaporan hasil evaluasi.
Untuk mendapatkan suatu informasi perlu dilakukan sebuah
penelitian, penelitian tentang sistem informasi pada umumnya ditujukan
untuk mengevaluasi keberhasilan sistem informasi dalam suatu organisasi
(Vaidya, 2007). Menurut Surachman (2008) dan Vaidya (2007) bahwa
model dan metode yang digunakan untuk mengevaluasi penerapan sistem
17
informasi yang digunakan oleh sebuah organisasi atau instansi publik
diantaranya End User Computing Satisfaction (EUCS) dikembangkan oleh
Doll dan Torkzadel (1998), Task Technology Fit (TTF) dikembangkan oleh
Goodhe dan Thompson (1995), Technology of Acceptance Model (TAM)
dikembangkan oleh Davis (1989), dan Human Organization Technology
(HOT) Fit Model dikembangkan oleh Yusof et al. (2006). Berikut
penjelasan singkat mengenai masing – masing model evaluasi tersebut:
a. End User Computing Satisfaction (EUCS)
Pengukuran terhadap kepuasan telah mempunyai sejarah yang
panjang dalm disiplin ilmu sistem informasi. Dalam lingkup end-user
computing, sejumlah studi telah dilakukan untuk meng-capture
keseluruhan evaluasi dimana pengguna akhir telah menganggap
penggunaan dari suatu sistem informasi (misalnya kepuasan) dan juga
faktor – faktor yang membentuk kepuasan ini:
Adapun end-user diartikan dengan:
1) The ultimate source or destination of information flowing through a
system (sumber utama atau tujuan dari informasi yang mengalir
melalui sistem)
2) A person, process, program, device, or system that employs a user-
aplication network for the purpose of data processing and
information exchange (orang, proses, program, perangkat, atau
sistem yang menggunakan jaringan pengguna-aplikasi untuk tujuan
pengolahan data dan pertukaran informasi).
18
End-user Computing Satisfaction (EUCS) mengacu pada sistem
dimana non-programmer dapat membuat kerja aplikasi.
Evaluasi dengan menggunakan model ini lebih menekankan
kepuasan (satisfaction) pengguna akhir terhadap aspek teknologi,
dengan menilai isi, keakuratan, format, waktu dan kemudahan pengguna
dari sistem. Model ini telah banyak diujicobakan oleh peneliti lain untuk
menguji reliabilitasnya dan hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan
bermakna meskipun instrumen ini diterjemahkan dalam berbagai bahasa
yang berbeda.
b. Task Technology Fit (TTF)
Inti dari model Task Technology Fit adalah sebuah konstruk
formal yang merupakan kesesuaian dari kapabilitas teknologi untuk
kebutuhan tugas dalam pekerjaan yaitu kemampuan teknologi informasi
untuk memberikan dukungan terhadap pekerjaan. Model evaluasi ini
dikembangkan oleh Goodhue dan Thompson pada tahun 1995. Teori ini
berpegang bahwa teknologi informasi memiliki dampak positif terhadap
kinerja individu dan dapat digunakan jika kemampuan teknologi
informasi cocok dengan tugas – tugas yang harus dihasilkan oleh
pengguna. Karena keterbatasan model ini, Goodhue dan Thompson
telah mengusulkan sebuah model yang menggabungkan antara
utilization (pemanfaatan).
c. Technology Acceptance Model (TAM)
19
Technology Acceptance Model (TAM) adalah teori sistem
informasi yang membuat model tentang bagaimana pengguna mau
menerima dan menggunakan teknologi. Model ini mengusulkan bahwa
ketika pengguna ditawarkan untuk menggunakan suatu sistem yang baru,
sejumlah faktor mempengaruhi keputusan mereka tentang bagaimana
dan kapan akan menggunakan sistem tersebut, khususnya dalam hal
usefulness yaitu pengguna yakin bahwa dengan menggunakan sistem
ini akan meningkatkan kinerjanya, ease of use yaitu pengguna yakin
bahwa menggunakan sistem ini akan membebaskannya dari kesulitan,
dalam artian bahwa sistem ini mudah dalam penggunaannya.
Technology Acceptance Model (TAM) sebagai salah satu teori
evaluasi sistem informasi diperoleh berdasarkan dari 2 penelitian yang
dilakukan oleh Davis (1989) dengan melibatkan 152 pengguna dan 4
program aplikasi yang menemukan adanya 2 variabel penting untuk
menentukan penerimaan terhadap teknologi informasi yakni
kebermanfaatan dan kemudahan, disamping itu Davis menemukan
bahwa faktor kebermanfaatan secara signifikan berhubungan dengan
penggunaan sistem saat ini dan mampu memprediksi penggunaan yang
akan datang.
d. Organization Technology (HOT) Fit Model
Yusof et al. (2006) memberikan suatu kerangka baru yang dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi sistem informasi yang disebut
Organization Technology (HOT) Fit Model. Model ini menempatkan
20
komponen penting dalam sistem informasi yakin Human (Manusia),
Organization (Organisasi), Technology (Teknologi):
1) Komponen Manusia (Human) menilai sistem informasi dari sisi
penggunaan sistem (system use) pada frekuensi dan luasnya fungsi
dan penyelidikan sistem informasi. System use juga berhubungan
dengan siapa yang menggunakan (who use it), tingkat penggunanya
(level of user), pelatihan, pengetahuan, harapan dan sikap menerima
(acceptance) atau menolak (resistance) sistem. Komponen ini juga
menilai sistem dari aspek kepuasan pengguna (user satisfaction).
Kepuasan pengguna adalah keseluruhan evaluasi dari pengalaman
pengguna dalam menggunakan sistem informasi dan dampak
potensial dari sistem informasi. User satisfaction dapat
dihubungkan dengan persepsi manfaat (usefulness) dan sikap
pengguna terhadap sistem informasi yang dipengaruhi oleh
karakteristik personal.
2) Komponen Organisasi (Organization) menilai sistem dari aspek
struktur organisasi dan lingkungan organisasi. Struktur organisasi
terdiri dari tipe, kultur, politik, hierarki, perencanaan dan
pengendalian sistem, strategi, manajemen dan komunikasi.
Kepemimpinan, dukungan dari top manajemen dan dukungan staf
merupakan bagian yang penting dalam mengukur keberhasilan
sistem. Sedangkan lingkungan organisasi terdiri dari sumber
21
pembiayaan, pemerintahan, politik, kompetisi, hubungan
interorganisasional dan komunikasi.
3) Komponen Teknologi (Technology) terdiri dari kualitas sistem,
kualitas informasi, dan kualitas layanan. Kualitas sistem dalam
sistem informasi di institusi pelayanan kesehatan menyangkut
keterkaitan fitur dalam sistem termasuk performa sistem dan user
interface. Kemudahan penggunaan, kemudahan untuk dipelajari,
response time, usefulness, ketersediaan, fleksibilitas dan sekuritas
merupakan variabel atau faktor yang dapat dinilai dari kualitas
sistem. Kualitas informasi berfokus pada informasi yang dihasilkan
oleh sistem informasi termasuk rekam medis pasien, laporan dan
peresapan. Kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kualitas
informasi antara lain adalah kelengkapan, keakuratan, ketepatan
waktu, ketersediaan, relevansi, konsistensi, dan data entry.
Sedangkan kualitas layanan berfokus pada keseluruhan dukungan
yang diterima oleh service provider sistem atau teknologi. Services
quality dapat dinilai dengan kecepatan respon, jaminan, empati, dan
tindak lanjut layanan.
22
B. Kerangka Konsep
Dibawah ini merupakan sebuah kerangka konsep sebagai gambaran
untuk penelitian, yaitu sebagai berikut:
= Diteliti
= Tidak Diteliti
Gambar 1.
Kerangka Konsep
Dengan penyusunan kerangka konsep di atas, dapat diketahui jika
pelaksanaan sistem informasi manajemen pelayanan kesehatan seperti
SIMPUS, dipengaruhi oleh 3 (tiga) variabel pendukung yaitu tingkat
Pengetahuan pegawai yang
bertanggung jawab
Ketepatan waktu pelaporan
data
Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas
(SIMPUS)
Brainware, hardware, dan
software
23
pengetahuan pegawai tentang SIMPUS, ketepatan waktu pelaporan SIMPUS,
serta brainware, hardware, dan software.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Jenis Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan di unit Rekam Medis Puskesmas
Tamamaung, yang beralamat di Jl. Abdullah Daeng Sirua no. 158, Masale,
Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90231.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan wawancara.
B. Informan
1. Informan Kunci
Informan kunci adalah informan yang memiliki informasi secara
menyeluruh tentang permasalahan yang diangkat oleh peneliti.
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menjadikan seorang petugas
yang bertanggung jawab menangani program SIMPUS di unit rekam medis
dengan karakteristik berjenis kelamin perempuan, berlatar belakang
pendidikan keperawatan, menjadi pegawai di Puskesmas Tamamaung Kota
Makassar sekitar 8 tahun.
2. Informan Pendukung
Informan pendukung merupakan orang yang dapat memberikan
informasi tambahan sebagai pelengkap analisis dan pembahasan dalam jenis
penelitian kualitatif.
24
Dari pengertian diatas, peneliti menjadikan 3 (orang) pegawai di unit
rekam medis Puskesmas Tamamaung Kota Makassar sebagai informan
pendukung.
C. Metode Pengumpulan Data
Demi tercapainya kebutuhan informasi yang akan dijadikan bahan
penelitian, maka peneliti memilih metode pengumpulan data dengan cara
wawancara dan observasi.
D. Analisis Data
Pada penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di
lapangan bersamaan dengan pengumpulan data (Sugiyono, 2008). Tiga jalur
analisis data yang digunakan adalah dengan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
1. Reduksi data
Mereduksi data berarti memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan
pada hal – hal yang penting. Pada penelitian ini, reduksi data dilakukan
dengan memilah wawancara dan observasi sesuai dengan tema penelitian.
2. Penyajian data
Pada penelitian ini, penyajian data yang dilakukan berupa bentuk
uraian singkat.
25
3. Penarikan kesimpulan
Tahap akhir analisis data pada penelitian ini adalah menarik suatu
kesimpulan berdasarkan hasil yang telah direduksi dan disajikan
sebelumnya.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi
1. Sejarah Singkat Puskesmas
Keberadaan Puskesmas Tamamaung Kota Makassar tidak terlepas
dari perkembangan kondisi fasilitas kesehatan yang ada di Dinas Kesehatan
Kota Makassar, maupun perkembangan Kota Makassar pada masa lalu.
PuskesmasTamamaung Kota Makassar awalnya berupa puskesmas pembantu
(pustu) sebagai wilayah kerja dari Puskesmas Batua. Puskesmas Batua saat
itu memiliki 2 pustu, yaitu Pustu Tamamaung dan Pustu Pampang,
selanjutnya Pustu Pampang berkembang menjadi Puskesmas Pampang
dengan wilayah kerja (pustu) yaitu Pustu Tamamaung. Jadi selanjutnya tahun
1984 Pustu Puskesmas resmi menjadi Puskesmas Tamamaung.
Pada tahun 2016 puskesmas mengalami rehabilitasi total, dari
sebelumnya 1 lantai di renovasi menjadi 2 lantai dan awal tahun 2017
puskesmas telah berfungsi secara optimal. Gedung Puskesmas Tamamaung
Kota Makassar mempunyai luas tanah 322 m2 dan luas gedung 444 m
2.
Tahun 2017 telah dilaksanakan akreditasi Puskesmas Tamamaung Kota
Makassar, dengan status kelulusan Madya.
27
2. Data Wilayah
Luas wilayah kerja Puskesmas Tamamung 3,75 km², wilayah kerja
Puskesmas Tamamaung Kota Makassar terbagi dalam tiga kelurahan yaitu
Kelurahan Tamamaung, Pandang, dan Masale, dimana :
a. Puskesmas Tamamaung, luas wilayah 1,27 km², 8 RW, 62 RT
b. Kelurahan Pandang luas wilayah 1,16 km², 7 RW dengan 42 RT
c. Kelurahan Masale luas wilayah 1,32 km², 7 RW dengan 31 RT
Puskesmas Tamamaung Kota Makassar mempunyai batas wilayah
secara Administratif yang terbagi dalam :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Panaikang
b. Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Tello Baru
c. Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Kassi-Kassi
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Buakana
3. Data Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tamamaung Kota
Makassar tahun 2018 sebanyak 51.549 jiwa dengan distribusi penduduk
terbesar di tiga kelurahan, yaitu kelurahan Tamamaung sebanyak 28.388 jiwa,
kelurahan Pandang sebanyak 10.977 jiwa, dan kelurahan Masale sebanyak
12.164 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 25.239 jiwa, perempuan
sebanyak 26.310 jiwa,
28
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3
Tamamaung
Pandang
Masale
Jumlah
Gambar 2
Data Sekunder Puskesmas Tamamaung Kota Makassar
Data dari Gambar 2 di atas terlihat bahwa jumlah penduduk di 3
kelurahan wilayah kerja Puskesmas Tamamaung Kota Makassar mengalami
peningkatan tiap tahun. Tahun 2016 berjumlah 50.626 penduduk. Tahun 2017
berjumlah 51.194 penduduk dan tahun 2018 berjumlah 51.549 penduduk.
4. Visi, Misi dan Motto Puskesmas
VISI : Mewujudkan Puskesmas Tamamaung sebagai pusat
pelayanan kesehatan yang bermutu prima.
MISI :
a. Meningkatkan sarana dan prasarana.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan
29
c. Mengembangkan jenis layanan dan mutu pelayanan kesehatan
d. Meningkatkan ssstem informasi kesehatan dan manajemen puskesmas
e. Meningkatkan kemitraan lintas sektor dalam upaya peningkatan
kemandirian masyarakat.
MOTTO : Memberikan pelayanan prima dengan setulus hati.
B. Gambaran Hasil Karya Tulis Ilmiah
Hasil dari Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dilaksanakan dengan
menggunakan metode pengumpulan data wawancara dan observasi terhadap
informan kunci yaitu seorang pegawai yang bertanggung jawab terhadap
SIMPUS, serta informan pendukung yaitu 4 orang petugas di unit rekam medis
Puskesmas Tamamaung Kota Makassar.
1. Pengetahuan pegawai tentang SIMPUS
SIMPUS sebagai suatu tatanan sistem yang menyediakan informasi
demi membantu proses manajemen puskesmas, maka sangat penting untuk
mengetahui bentuk sederhana suatu sistem yang terdiri atas input, proses,
dan output. Adapun gambaran dari ketiga unsur ini di Puskesmas
Tamamaung Kota Makassar adalah sebagai berikut :
a. Input
Merupakan unsur masukan dari suatu sistem. Pada penelitian ini,
peneliti memfokuskan pada Sumber Daya Manusia (Penanggung jawab
SIMPUS), teknologi, dan data.
30
1) Sumber Daya Manusia
Sejak SIMPUS diterapkan di Puskesmas Tamamaung Kota
Makassar, petugas yang menjabat sekarang berlatar belakang
pendidikan keperawatan, sampai sekarang ia sudah menjabat selama
kurang lebih 8 tahun dan sudah pernah mengikuti pendidikan dan
pelatihan tentang SIMPUS. Berikut adalah hasil wawancara dengan
informan :
“Saya bekerja di Puskesmas Tamamaung ini sudah lumayan lama.
SIMPUS sendiri mulai dilaksanakan sekitar awal 2014 semenjak
adanya BPJS, SIMPUS sangat berperan dalam pelaksanaan SP2TP,
sebagai sumber informasi demi meningkatkan manajemen yang ada,
kemudian input datanya kan via online, jadi sekalian juga pencatatan
dan pelaporan Puskesmasnya juga online. Tetapi saya sendiri belum
pernah diberi pelatihan tentang penggunaan SIMPUS, melainkan
hanya sebatas sosialisasi saja tanpa ada pelatihan khusus. Jadi hanya
menyesuaikan saja terhadap tuntutan mengoperasikan komputer untuk
menginput data secara online.” (Penanggung Jawab SIMPUS)
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa penanggung
jawab SIMPUS yang menjabat sekarang memiliki latar pendidikan
keperawatan yang selama menjabat belum pernah mendapatkan
pelatihan tentang SIMPUS.
Perkembangan kemajuan teknologi dan informasi yang
semakin pesat, mendorong Puskesmas Tamamaung Kota Makassar
untuk menggunakan SIMPUS sejak tahun 2014. Alasan dari informan
dalam menggunakan SIMPUS adalah sebagai berikut :
”Karena adanya peraturan dari Dinas Kesehatan yang mengharuskan
pencatatan dan pelaporan dikumpul dalam bentuk laporan dan juga
dengan sistem online, jadi ya mau tak mau kita disini harus bisa
menyesuaikan dengan keterampilan kita dalam menggunakan
31
komputer untuk menginput data. Juga untuk menunjang manajemen
puskesmas.” (Penanggung jawab SIMPUS).
Pelaksanaan SIMPUS didasari oleh tuntutan perkembangan
kemajuan teknologi dalam menghasilkan informasi yang harus cepat,
akurat, dan up to date.
2) Teknologi
Pada dasarnya SIMPUS mudah untuk dipelajari bagi para
pengguna, walaupun terkadang masih ditemui masalah, masalah
tersebut masih bisa diatasi seperti yang diungkapkan oleh informan :
“Sejauh ini saya rasa mudah untuk dipelajari, meskipun pertama –
tama agak kesulitan, tetapi lama – kelamaan bisa menyesuaikan.
Tidak ada masalah dalam mengoperasikan sistem online-nya, waktu
pertama kali wajar saja masih bingung karena hal yang baru, tetapi
bisa diatasi. Memang butuh waktu agak lama karena kita harus teliti
agar tidak salah.” (Penanggung jawab SIMPUS)
3) Data
a) Jenis data
Beberapa jenis data yang ada dalam SIMPUS. Berikut
pernyataan yang informan terkait hal tersebut :
“Disini saya ada banyak data untuk diinput ke dalam SIMPUS,
seperti laporan bulanan, KB, ada juga laporan kunjungan pasien.”
(Penanggung jawab SIMPUS)
b) Pencatatan utama
Dalam proses penyelenggaraan SIMPUS, komponen
pencatatan yang dihasilkan lebih lengkap dibandingkan dengan
komponen pelaporannya. Dan berikut merupakan pencatatan –
32
pencatatan utama sesuai dengan pernyataan informan terkait hal
tersebut :
“Kalau untuk pencatatan, banyak macamnya, di puskesmas ini ada
kartu individu, register, kejadian luar biasa, dan Family Folder.”
(Penanggung jawab SIMPUS)
b. Proses
1) Pengumpulan data
Data – data yang berasal dari para pemegang program
diserahkan langsung kepada penanggung SIMPUS puskesmas berupa
laporan paling lambat sebelum tanggal 1 setiap bulannya. Laporan ini
berisikan data – data yang diisi sesuai dengan format dari masing –
masing pemegang program.
Masalah yang sering muncul pada proses pengumpulan data
ini adalah keterlambatan penyerahan data kepada penanggung jawab
SIMPUS dan format laporan oleh petugas kesling yang sering
mengalami kendala pada saat di lapangan, yaitu masyarakat yang
dikunjungi banyak yang mengadakan penolakan untuk disurvei. Hal
ini menyebabkan data yang terkumpul tidak lengkap. Berikut paparan
dari para informan :
“Pengumpulan data oleh para pemegang program terkadang masih
ada yang mengalami keterlambatan, terutama pada bagian petugas
kesling.” (Penanggung jawab SIMPUS)
“Kita dijadwalkan mengumpulkan laporan kalau bisa awal bulan
kepada penanggung jawab SIMPUS, setelah itu dia yang melaporkan.
Tetapi, memang dari kesling sendiri sering terjadi kendala pada saat
turun ke lapangan. Misalnya pada saat pemeriksaan rumah sehat
setiap minggunya, masyarakat banyak sekali yang tidak welcome
33
dengan kedatangan kita. Hal ini tentu memakan banyak waktu karena
kita harus mencari masyarakat lain yang bersedia untuk disurvei
sehingga dari kesling sendiri masih sering terlambat mengumpulkan
data.” (Petugas Kesling)
“Dari KIA sendiri kami tidak pernah mengalami kendala dalam
pengumpulan data. Kami selalu mengumpulkan data tepat waktu
sebelum tanggal 1 kepada penanggung jawab SIMPUS.” (Petugas
KIA)
“Sejauh kami mengumpulkan data tiap bulannya kami tidak
mengalami kendala keterlambatan. Hanya saja memang data yang
mau diisi diform memang banyak yaitu mengenai kasus yang
berhubungan dengan penyakit pada balita, tetapi karena para ibu
disini sangat berkoordinasi jadi pendataan yang dilakukan juga
mudah.” (Petugas Gizi)
“Kalau promkes kita langsung turun ke lapangan. Kita melihat PHBS
masyarakat dan juga pelaksanaan posyandu. Dari situ data yang kita
dapatkan dari lapangan misalnya kita melihat bagaimana PHBS di
masyarakat disitu kita mengisi sesuai form yang disediakan, setelah
itu data yang diperoleh kita rekapitulasi secara manual. Lalu kita
kumpulkan ke penanggung jawab SIMPUS pada awal bulan sebelum
tanggal 5 karena penanggung jawab SIMPUS kan juga mau merekap
datanya. Kami tidak mengalami kendala yang menyebabkan
keterlambatan pada saat pengumpulan data.” (Petugas Promkes)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses
pengumpulan data yang dilakukan oleh para pemegang program
kepada penanggung jawab yang harus diserahkan paling lambat
sebelum tanggal 1 setiap bulannya, akan tetapi, keterlambatan dalam
pengumpulan data masih sering terjadi, terutama pada bagian kesling
yang menghambat proses pengumpulan data.
34
2. Ketepatan waktu pelaporan SIMPUS
Dalam pelaksanannya SIMPUS terkadang mengalami masalah.
Masalah yang sering dihadapi adalah dengan adanya SIMPUS, seperti yang
disampaikan oleh informan sebagai berikut :
“Kita tetap dua kali kerja, satu secara manual baru kita input ke programnya,
agak ribet memang, apalagi peran jaringan komputer juga sangat penting,
karena kalau jaringan bagus laporan cepat sampainya dibanding dengan
manual.” (Penanggung jawab SIMPUS)
Ketepatan informasi yang dihasilkan dengan menggunakan SIMPUS
tergantung pada data yang dimasukkan ke dalamnya serta ketelitian petugas
dalam proses entry. Hal ini diungkapkan oleh informan sebagai berikut :
“Tergantung data yang diinput, kalau datanya yang direkap tepat dan benar,
hasilnya pun tentu benar, petugas juga berperan, kalau laporan yang diberikan
salah informasi yang dihasilkan juga salah.” (Penanggung jawab SIMPUS)
Di balik SIMPUS yang mudah untuk dipelajari dan data yang diolah
tergantung dengan data yang dimasukkan, namun dalam pelaksanaannya
masih ditemukan beberapa kendala yaitu berkaitan dengan input data secara
online yang memakan waktu lama, pekerjaan menjadi bertambah, karena
harus dua kali kerja (manual dan entry data secara online). Kondisi jaringan
yang tidak menentu juga menghambat cepat tidaknya laporan sampai kepada
pihak yang terkait, bahkan terkadang kondisi jaringan yang tidak bagus
menyebabkan halaman yang diakses tidak dapat muncul.
Akibat keterlambatan petugas kesling dalam pengumpulan data,
terkadang proses pengolahan juga menjadi terlambat bahkan ada laporan
yang tidak terekapitulasi, sehingga tidak masuk dalam laporan.
35
“Laporan telat masuk, tentu telat juga mengolahnya. Laporan dari petugas
kesling juga terkadang ada yang tidak kita masukkan. Tentu laporannya
menjadi kurang lengkap.” (Penanggung jawab SIMPUS)
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan di atas adalah proses
pengolahan dilakukan dengan dua cara, yaitu manual dan juga dengan
menggunakan komputer secara online. Akibat keterlambatan pengumpulan
data, hal tersebut juga menyebabkan keterlambatan proses pengolahan data,
bahkan data ada yang tidak diolah sama sekali.
Output yang dihasilkan berupa informasi yang harapannya informasi
tersebut tepat waktu. Informasi dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota
Makassar paling lambat tanggal 5 setiap bulannya. Permasalahan yang ada
berkaitan dengan keterlambatan dalam pengiriman data, disebabkan karena
proses pengumpulan data oleh pemegang yang tidak tepat waktu.
“Laporan ke Dinkes tanggal 5, pernah juga telat karena pengumpulan datanya
terlambat, maka laporannya juga terlambat.” (Penanggung jawab SIMPUS)
3. Evaluasi SIMPUS dari Segi Brainware, Hardware, dan Software.
a. Brainware
Brainware atau bisa disebut dengan Sumber Daya Manusia
(SDM) untuk pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS) di Puskesmas Tamamaung Kota Makassar yaitu seorang
pegawai yang bekerja di Puskesmas Tamamaung Kota Makassar dan
sekarang berada di unit rekam medis, berlatar belakang lulusan
keperawatan, dan belum pernah mengikuti pelatihan khusus untuk
pelaksanaan SIMPUS.
36
Menggunakan SIMPUS pada tahun 2014 sejak adanya BPJS,
frekuensi penggunaan sistem yaitu rutin dan setiap hari kerja puskesmas.
Bila ada pengembangan sistem maka sosialisasi dilakukan kepada kepala
puskesmas yang akan membagikan informasi tersebut kepada petugas
yang bertanggung jawab terhadap SIMPUS.
Informan pendukung mengatakan pengalaman mereka
menggunakan SIMPUS sangat mempermudah pekerjaan, namun untuk
rekapan laporan yang dalam bentuk print out, lumayan menyita waktu.
Berikut hasil wawancara yang telah dilakukan :
“Semenjak bekerja disini, dan sekarang bertugas untuk bertanggung
jawab pada SIMPUS ini. Namun, belum pernah saya ikuti pelatihan
khusus untuk pelaksanaan SIMPUS, kalau ada pembaruan biasanya
kepala puskesmas yang memberi tahu.” (Penanggung jawab SIMPUS)
“SIMPUS ini mudah untuk digunakan, juga mempermudah pekerjaan,
namun yang sulit hanya saat proses rekapan melalui bentuk print out
yang dikumpulkan ke penanggung jawab SIMPUS tiap tanggal 1 untuk
pelaporan ke Dinkes.” (Petugas Gizi)
b. Hardware
Hardware atau teknologi yang digunakan di unit rekam medis
dalam pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas Tamamaung Kota Makassar,
yaitu 3 buah komputer, 2 diantaranya merupakan komputer untuk
kebutuhan penerimaan pasien, serta menggunakan jaringan Wi-Fi untuk
koneksi internet, hal ini termasuk mudah untuk dijalankan sesuai dengan
pernyataan informan kunci dan informan pendukung bahwa SIMPUS
pada komputer mudah digunakan dan mudah untuk dipelajari. Berikut
pernyataan dari informan :
37
“Kalau dioperasikan, termasuk mudah dan saya cepat bisa menguasai.
Namun, terkadang masalah seperti jaringan yang kurang baik bisa
menghambat proses penginputan data.” (Penanggung jawab SIMPUS)
“Penggunaan teknologi untuk SIMPUS ini, bisa dikatakan baik, karena
saya sendiri bisa mengoperasikannya secara mandiri.” (Petugas Gizi)
“Kalau soal penginputan melalui komputer, saya bisa mengaktifkannya
dengan mudah” (Petugas KIA)
c. Software
Aplikasi SIMPUS ini dalam pelaksanaannya cukup mudah untuk
dipahami dan dijalankan, karena menurut informan aplikasi SIMPUS
yang digunakan di Puskesmas Tamamaung Kota Makassar tidak sulit.
Menggunakan aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas versi 1.4,
dan melalui link https://e-sikda.kemkes.go.id. Berikut hasil wawancara
dengan informan tersebut :
“Kalau aplikasi SIMPUS-nya saya bisa menggunakannya dengan mudah
walaupun memang belum pernah mengikuti pelatihan khusus untuk
pelaksanaan SIMPUS itu sendiri. Tapi, hanya dari pemberitahuan oleh
kepala puskesmas.” (Penanggung jawab SIMPUS)
C. Pembahasan Karya Tulis Ilmiah
1. Pengetahuan pegawai tentang SIMPUS
Menurut Sutanta (2003), Sistem Informasi Manajemen (SIM)
merupakan kumpulan subsistem yang saling berhubungan, berinteraksi,
bekerjasama untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan
(input) berupa data – data, kemudian mengolahnya (processing) dan
menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar bagi
38
pengambilan keputusan. Sabarguna (2007) juga menyatakan bahwa bentuk
sederhana suatu sistem adalah masukan, proses dan keluaran.
a. Input
1) Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil wawancara oleh penanggung jawab
SIMPUS pemegang program SIMPUS di Puskesmas Tamamaung
Kota Makassar, sejauh ini laporan bulan yang dikirim ke Dinas
Kesehatan Kota Makassar dilakukan secara online dan juga
diserahkan dalam bentuk print out. Namun, mereka belum
mendapatkan pelatihan tentang SIMPUS. Walaupun sampai sejauh
ini kendala yang muncul masih bisa diatasi, pelatihan tentang
SIMPUS seharusnya ada karena sangat penting bagi petugas untuk
lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga kinerja
dan produktivitas petugas lebih lagi, seperti yang diungkapkan oleh
Siagian (2000), sumber daya manusia sebagai resource yang
strategis. Betapapun cermatnya prosedur kerja dirancang,
lengkapnya infrastruktur fisik, canggihnya teknologi perangkat
keras dan mutakhirnya perangkat lunak yang tersedia, pada analisis
terakhir kesemuanya itu sangat tergantung pada unsur manusia yang
memanfaatkan dan menggunakannya.
Ditambah lagi dengan para petugas yang tidak terlalu
menguasai IT, pelatihan tentang SIMPUS tentunya sangat
dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya, karena pendidikan dan
39
pelatihan merupakan upaya pembinaan dan pengembangan untuk
meningkatkan produktivitas, tingkat kinerja yang baik dan ini
adalah suatu bagian yang utama dalam manajemen yang strategis di
institusi pelayanan kesehatan (Hatta, 2008). Pembinaan dapat
dilakukan melalui kegiatan – kegiatan pelatihan, pengkajian,
bimbingan teknis dan kerja sama internal dan eksternal yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam memberikan
pelayanan informasi (Sutabri, 2005).
Penggunaan SIMPUS di Puskesmas Tamamaung Kota
Makassar didasari oleh tuntutan perkembangan kemajuan teknologi
dalam menghasilkan informasi yang harus cepat, akurat, dan up to
date. Ini sesuai dengan salah satu latar belakang SIMPUS (Sutanto
dalam Barsasella) : yaitu memasuki era otonomi daerah mutlak
diperlukan informasi yang tepat, akurat, dan up to date berkenaan
dengan data orang sakit, ketersediaan obat, jumlah ibu hamil,
masalah imunisasi dan lain – lain. Selain itu, hal tersebut juga
didukung oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten
atau Kota, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 511 tahun 2002
tentang Strategi Pengembangn Sistem Informasi Kesehatan
40
Nasional (SIKNAS), serta Keputusan Menteri Kesehatan No. 837
tahun 2007 tentang Pengembangan Jaringan Komputer Online
Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS Online).
2) Teknologi
Penerapan SIMPUS di Puskesmas Tamamaung Kota
Makassar memiliki kekurangan dan kelebihan. Berdasarkan hasil
wawancara, meskipun para petugas belum pernah mendapatkan
pelatihan, namun mereka dapat beradaptasi dengan sistem online
tersebut.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Barsella (2012), bahwa
salah satu keunggulan dari SIMPUS adalah mudah dipelajari.
Sejalan dengan itu Verbeek (2009) menyebutkan bahwa teknologi
dapat membantu kehidupan yang lebih baik. Pada dasarnya
teknologi sangat berpengaruh terhadap manusia terutama kondisi
emosional manusia. Semakin mudah teknologi untuk dipelajari dan
digunakan maka manusia akan semakin sering menggunakan
teknologi tersebut. Ketepatan data yang diolah oleh SIMPUS
tergantung dengan data yang dimasukkan, jika data yang
dimasukkan tepat maka hasil yang diperoleh juga tepat. Ketelitian
petugas memberi kontribusi terhadap ketepatan data yang
dimasukkan. Ini sesuai dengan pernyataan Sabarguna (2007) bahwa
salah satu manfaat SIM adalah ketepatan informasi yang didapat.
41
Dibalik kelebihannya, SIMPUS juga memiliki kelemahan
berupa kendala yang ditemukan saat pelaksanaan program tersebut,
diantaranya yaitu beban kerja menjadi bertambah, karena harus dua
kali kerja, petugas merekapitulasi data terlebih dahulu, lalu meng-
input nya secara online. Kondisi jaringan yang tidak bagus
menyebabkan halaman yang diakses tidak dapat muncul akibatnya
proses input data tidak dapat dilakukan.
Kenyataan ini tentunya bertolak belakang dengan pendapat
Sabarguna (2007) bahwa manfaat SIM yaitu kecepatan informasi
yang didapat, kemudahan pengoperasian, dan mengurangi beban.
3) Data
Menurut Hatta (2008), ketersediaan data dan informasi yang
akurat, terjangkau dan tepat waktu merupakan syarat mutlak
pengambilan keputusan manajemen (evidence-based decisi on
making). Weiskopf dan Weng (2013) mengidentifikasi dua dimensi
kualitas suatu data yaitu : lengkap dan tepat waktu. Berdasarkan
hasil penelitian didapat bahwa data :
a) Tepat waktu
Ketepatan waktu pengumpulan data masih kurang, hal
ini terlihat dalam proses pengumpulan data yang masih sering
terlambat tentunya akan berakibat pada keterlambatan proses
pengolahan yang pada akhirnya akan berlanjut pada
keterlambatan informasi yang dihasilkan.
42
b. Proses
Menurut Sutabri (2005), transformasi informasi adalah komponen
proses dalam pengelolaan sistem informasi yang berfungsi memproses
data menjadi informasi sehingga dapat dihasilkan produk informasi
yang diperlukan bagi para pemakai informasi. Terdiri dari :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilaksanakan sesuai dengan jenis data,
objek dan sumber data serta persiapan pengumpulan data. Cara
memperoleh data ialah bisa secara langsung ataupun tidak langsung
(Siagian, 2000).
Proses pengumpulan data dilakukan oleh sumber data (para
petugas pemegang program SIMPUS) kepada penanggung jawab
SIMPUS berupa laporan bulanan yang harus diserahkan paling
lambat tanggal 1 setiap bulannya. Berdasarkan teori di atas,
pengumpulan data sudah sesuai dengan objek dan sumber data
yaitu berasal dari para petugas pemegang program SIMPUS di
Puskesmas Tamamaung Kota Makassar. Proses pengumpulan data
dilaksanakan secara tidak langsung berupa pengisian form laporan.
Dalam pelaksanaannya berbagai kendala yang dihadapi diantaranya
pengumpulan data yang masih sering terlambat oleh petugas
pemegang program SIMPUS yang menyebabkan data yang
terkumpul tidak lengkap.
43
2. Ketepatan waktu pelaporan SIMPUS
Kualitas Output suatu informasi dapat diketahui melalui tepat
waktunya informasi tersebut untuk disampaikan atau dilaporkan.
Seharusnya informasi yang dihasilkan oleh SIMPUS dikirim ke Dinas
Kesehatan Kota setiap tanggal 5 tiap bulannya, akan tetapi dalam
pelaksanaannya pernah juga terjadi keterlambatan pengiriman informasi
akibat dari pengumpulan data yang tidak tepat waktu, kemudian petugas
tetap menunggu sampai data terkumpul dengan lengkap sehingga
menyebabkan proses pengolahan menjadi terlambat dan pada akhirnya
informasi yang dihasilkan menjadi terlambat, proses pengiriman juga
menjadi tidak tepat waktu.
Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan Kusumadewi (2009)
bahwa informasi yang datang pada si penerima tidak boleh terlambat, karena
informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi apalagi untuk
pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka akan
berakibat fatal bagi organisasi. Mahalnya informasi disebabkan karena harus
cepatnya informasi tersebut dikirim atau didapat sehingga diperlukan
teknologi mutakhir untuk mendapatkan, mengolah, dan mengirimkannya.
Pengumpulan data yang tidak tepat waktu tersebut juga tidak sesuai
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Nomor 590/BM/DJ/INFO/V/96 tentang Penyederhanaan Sistem Pencatatan
dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) pasal 7 ayat 1, “Data yang
dimaksud dalam pasal 3 ayat (2).a dan pasal 4 ayat (2) dilaporkan secara
44
bulanan, selambat – lambatnya tanggal 10 bulan berikut dari bulan laporan.”
Laporan pada pasal 3 ayat (2).a yaitu LB1, LB2, LB3, dan LB4, serta pada
pasal 4 ayat (2) yaitu LB1S dan LB2S.
3. Evaluasi SIMPUS dari Segi Brainware, Hardware dan Software
Dari hasil yang telah disajikan, dapat diketahui bahwa proses
pelaksanaan SIMPUS menurut SDM termasuk mudah digunakan dan
dijalankan menurut para informan.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Yusof at all bahwa kualitas suatu
sistem atau mutu sistem sering dikaitkan dengan kinerja sistem yaitu
kemudahan penggunaan dan kemudahan mempelajari.
Namun, dibalik baiknya proses menjalankan SIMPUS yang
terkomputerisasi tersebut, ada masalah lain seperti rekapan yang dalam
bentuk print out karena lebih menyita waktu dan tenaga sebab harus
dikerjakan secara teliti.
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengetahuan Pegawai tentang SIMPUS
Dalam proses pelaksanaan SIMPUS untuk menghasilkan
informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di
Puskesmas Tamamaung Kota Makassar, pengetahuan pegawai yang
bertanggung jawab terhadap SIMPUS bisa dikatakan baik, karena selama
proses menjalankan programnya pegawai tersebut melakukannya dengan
baik, serta dalam menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti pegawai
tersebut menjawabnya dengan baik pula. Namun, pegawai yang
bertanggung jawab tersebut belum pernah mendapatkan pelatihan khusus
terkait SIMPUS.
Teknologi komputer yang digunakan masih mengalami gangguan
konektivitas sehingga belum memberikan kemudahan seutuhnya terhadap
pengguna.
2. Ketepatan Waktu Pelaporan SIMPUS
Pengumpulan data yang belum tepat waktu oleh pemegang
program SIMPUS kepada penanggung jawab SIMPUS yang memberikan
dampak pada proses pengolahan data yaitu data yang diolah menjadi tidak
tepat waktu.
46
Proses pengumpulan data yang terlambat menyebabkan proses
pengolahan data ikut terlambat dan pada akhirnya informasi yang
dihasilkan juga menjadi terlambat.
3. Evaluasi SIMPUS dari Segi Brainware, Hardware dan Software
Dari segi brainware, pengguna terkait merasa cukup puas karena
aplikasinya mudah digunakan serta mudah untuk dipelajari jika ada
pembaruan.
Untuk hardware dari pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas
Tamamaung Kota Makassar, bisa dikatakan baik, karena teknologinya
mudah dijalankan, serta jika dilihat dari pengguna aplikasi SIMPUS
tersebut mengatakan tidak sulit karena telah dipelajari dan digunakan
hampir tiap hari selama bekerja.
Software dari SIMPUS di Puskesmas Tamamaung Kota Makassar
tidak sulit saat dioperasikan, walaupun informasi dari informan yakni
pegawai yang bertanggung jawab terhadap SIMPUS belum pernah
mengikuti pelatihan khusus untuk pelaksanaan SIMPUS.
B. Saran
1. Pengetahuan Pegawai tentang SIMPUS
Bagi pihak Puskesmas Tamamaung Kota Makassar agar mengupayakan
pelatihan tentang SIMPUS bagi para petugas SP2TP dalam meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan.
47
2. Ketepatan Waktu Pelaporan SIMPUS
a. Bagi Kepala Puskesmas Tamamaung Kota Makassar agar lebih
mengupayakan fungsi manajemen, salah satunya berupa fungsi
pengawasan kepada para pemegang program SIMPUS untuk lebih
disiplin dan tepat waktu dalam mengumpulkan data, karena proses
pengumpulan data yang terlambat akan menyebabkan proses
pengolahan data juga terlambat dan pada akhirnya informasi yang
dihasilkan juga terlambat bahkan bisa menjadi tidak lengkap.
b. Bagi para pemegang program SIMPUS di Puskesmas Tamamaung
Kota Makassar agar lebih mengupayakan tindakan disiplin dalam
mengumpulkan data kepada penanggung jawab SIMPUS selaku
penanggung jawab program, sehingga data yang dikumpulkan dapat
dikelola, serta informasi yang dihasilkan tepat waktu.
3. Evaluasi SIMPUS dari Segi Brainware, Hardware dan Software
a. Diharapkan untuk melakukan peningkatan kesadaran dan kedisiplinan
dalam menjaga kinerja sistem.
b. Lebih meningkatkan SIMPUS agar sistem yang sudah ada menjadi
lebih baik sesuai kebutuhan puskesmas, sehingga membantu kinerja
pegawai dalam memberikan pelayanan dan membantu puskesmas
untuk lebih meningkatkan manajemen yang baik.
c. Sebaiknya dilakukan evaluasi serta pemeliharaan sistem secara
berkala untuk memantau kinerja dan penggunaan sistem serta
pengaruhnya terhadap kegiatan manajemen puskesmas.
48
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Ratna. 2017. Landasan Teori Kualitas Informasi. Tugas Akhir.id, (online),
https://tugasakhir.id/landasan-teori-kualitas-informasi/, diakses 19 Juli
2019).
Cahyanti, Ana Nur, dkk. 2012. Pembangunan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas Pakis Baru Nawangan. Journal Speed – Sentra Penelitian
Engineering dan Edukasi, Vol. 4 (4): 17-21.
Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan Tahun 1997 tentang Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS).
Hatta, G. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: UI-Press dan PORMIKI.
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Nomor
590/BM/DJ/INFO/V/96 tentang Penyederhanaan Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).
Kusumadewi, 2009. Informatika Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Maxmonroe.com. 2019. Pengertian Evaluasi: Arti, Tujuan, Fungsi, dan Tahapan
Evaluasi, hlm. 1-5.
Muninjaya, A.A. Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nilawati, Lely Noor. 2015. Penerapan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS) Berbasis Web di Puskesmas Pajang Surakarta. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 Tahun 2008 tentang
Rekam Medis.
Perwira, Ervira Adhe Candra, dkk. 2012. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(Studi Kasus: Puskesmas Ngawen dan Puskesmas Jogonalan Kabupaten
Klaten). Journal of Informatics and Technology, (online), Vol. 1 No. 3,
(http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/joint ,diakses 10 Juni 2019).
49
Prisma, Dony. 2014. Evaluasi Sistem Informasi : TAM, EUC Satisfaction, TTF
Analysis, HOT Fit. Ilmu Perpustakaan, (online),
https://donyprisma.wordpress.com/2014/06/02/evaluasi-sistem-informasi-
tam-euc-satisfaction-ttf-analysis-hot-fit/, diakses 2 Juli 2019).
Rustiyanto, Ery. 2009. Etika Profesi: Perekam Medis Informasi Kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sabarguna, B.S. 2007. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Konosorium RS
Islam Jateng-DIY.
Siagian, Sondang P. 2000. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Sinar Grafika
Offset.
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.
Sulaeman, Endang Sutisna. 2009. Manajemen Kesehatan Teori dan Praktek di
Puskesmas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sutabri, T. 2005. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Andi.
Sutanta, Edhy. 2003. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Thenu, Viera Juniver, dkk. 2016. Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Guna Mendukung Penerapan SIKDA Generik Menggunakan Metode HOT
Fit di Kabupaten Purworejo. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, Vol.
4 (2): 129-138.
Wibisono, Setyawan. 2012. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(Simpuskesmas) berbasis Cloud Computing. Jurnal Teknologi Informasi
DINAMIK,Vol. 17(2): 141-146.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Indri Oktafiana Nasri, lahir di Pinrang pada tanggal 9
Oktober 1997 dari pasangan orang tua yang sangat luar
biasa yaitu Bapak Drs. Nasri dan Ibu Ir. Hj. Samsidarmi.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dan
yang kedua bernama Nugie Mildwyki Nasri. Bertempat
tinggal di Masolo 1, Kecamatan Patampanua, Kabupaten
Pinrang. Pengalaman menempuh jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar di SD
Negeri 113 Patampanua selama 6 (enam) tahun, setelah itu melanjutkan pendidikan
ketingkat Sekolah Menengah Pertama yaitu di SMP Negeri 1 Patampanua dengan
lama belajar 3 (tiga) tahun yaitu pada tahun 2009 hingga tahun 2012. Setelah lulus
dari Sekolah Menengah Pertama, melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah
Atas yaitu di SMA Negeri 1 Pinrang (sekarang SMA Negeri Model 1 Pinrang), mulai
dari tahun 2012 hingga tahun 2015. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas penulis
melanjutkan pendidikan di jenjang perguruan tinggi tepatnya di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Panakkukang Makassar pada Jurusan D3 Rekam Medis dan
Ilmu Kesehatan dengan lama kuliah selama empat tahun.