studi kasus asuhan keperawatan nyeri akut · pdf filestudi kasus ... kadang masyarakat tidak...
TRANSCRIPT
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA Ny.M DENGAN
POST OPERASI HEMOROIDDEKTOMI HARI KE I
ATAS INDIKASI HEMOROID EKSTERNAL
DI RUANG MAWAR RSUD dr. SOEHADI
PRIJONEGORO SRAGEN
DI SUSUN OLEH :
ASRI WIJAYANTI
NIM : P10 009
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA Ny.M DENGAN
POST OPERASI HEMOROIDDEKTOMI HARI KE I
ATAS INDIKASI HEMOROID EKSTERNAL
DI RUANG MAWAR RSUD dr. SOEHADI
PRIJONEGORO SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
ASRI WIJAYANTI
NIM : P10 009
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
ii
SURAT PERNYATAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Asri Wijayanti
NIM : P. 10009
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATANNYERI AKUT
PADA Ny. M DENGAN POST OPERASI
HEMOROIDDEKTOMI HARI KE I ATAS
INDIKASI HEMOROID EKSTERNAL DI
RUANG MAWAR RSUD dr. SOEHADI
PRIJONEGORO SRAGEN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 2013
Yang Membuat Pernyataan
Asri Wijayanti
NIM. P. 10009
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : ASRI WIJAYANTI
NIM : P. 10009
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA Ny. M
DENGAN POST OPERASI HEMOROIDDEKTOMI HARI
KE I ATAS INDIKASI HEMOROID EKSTERNAL DI
RUANG MAWAR RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII KeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Sabtu, Juni 2013
Pembimbing : Setiyawan, S.Kep., Ns ( ………………… )
NIK.201084050
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA
Ny. M DENGAN POST OPERASI HEMOROIDDEKTOMI HARI KE I ATAS
INDIKASI HEMOROID EKSTERNAL DI RUANG MAWAR RSUD dr.
SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan,S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji
yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan,
inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.
vi
4. Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Tyas Ardi, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan membimbing dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orang tua ku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
serta dukungan untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Kakakkuyang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat serta
dukungan untuk menyelesaikan pendidikan.
9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husadayang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................... 4
C. Manfaat Penulisan .................................................................. 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. IdentitasKlien ......................................................................... 6
B. Pengkajian .............................................................................. 7
C. Perumusan Masalah Keperawatan ......................................... 10
D. Perencanaan Keperawatan ..................................................... 11
E. Implementasi Keperawatan .................................................... 12
F. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 14
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ............................................................................ 16
B. Simpulandan Saran ................................................................ 28
Daftar Pustaka
Lampiran
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran2 SuratKeteranganSelesaiPengambilan Data
Lampiran3 Format PendelegasianPasien
Lampiran4 Log Book
Lampiran5 LembarKonsultasiKaryaTulisIlmiah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Asri Wijayanti
Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 14 Mei 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Bakalan RT 05/2, Tlawong, Sawit, Boyolali
Riwayat Pendidikan : - TK PERTIWII TARUNA JAYA Lulus 1999
- SD NEGERI TEGALMUNCAR Lulus 2001
- SMP NEGERI 1 SAWIT Lulus 2007
- SMA NEGERI 3 BOYOLALI Lulus 2010
- DIII KeperawatanStikesKusumaHusada
Riwayat Pekerjaan : -
Riwayat Organisasi : -KarangTaruna
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan dalam masyarakat sangatlah penting dalam kehidupan. Petugas
kesehatan diharapkan menjadi sarana informasi dan sebagai pelayanan yang
baik. Kadang masyarakat tidak sadar dalam kehidupan sehari hari yang tidak
benar misalnya posisi buang air besar yang salah dan makan makanan yang
kurang serat merupakan salah satu penyebab dari hemoroid (Irawad, 2009).
Hemoroid penyakit yang sering dijumpai dan telah ada sejak jaman
dahulu. Sepuluh juta orang di Indonesia menderita hemoroid dengan prevalensi
lebih dari 4%. Umur rata-rata penderita hemoroid antara 45-65 tahun. Laki-laki
dan perempuan merupakan resiko yang sama. Rumah Sakit Cipto Mangun
Kusumio, jakarta tahun 2005 sekitar 39,6% mengalami hemoroid sedangkan di
Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang pada tahun 2008 terdapat 252
kasus hemoroid (Irawad, 2009).
Hemoroid sering dianggap sebagai penyakit tumor anorectal yang tidak
berbahaya walapun diagnosa tersebut merupakan contoh namun sering tidak
tepat. Hemoroid merupakan penyakit yang cukup sering terjadi walaupun
patogenesisnya belum sepenuhnya dipahami tetapi peranan kerusakan
penyangga pembuluh darah hipertrofi sfinkter ani dan beberapa faktor pemburuk
yang menyebabkan peningkatan tekanan intrarektum mempunyai kontribusi
untuk terjadinya hemoroid. Lingkaran setan berupa protrusi pleksus hemorroid
2
yang akan meningkatkan tekanan sfinkter ani kemudian menambah kongesti
aliran darah dan menambah besar hemoroid (Djumhana, 2003). Hemoroid atau
dikenal pula dengan sebutan ambeien adalah suatu pelebaran pembuluh darah
balik (vena) pada anus atau dubur, teraba seperti bola atau benjolan kecil.
Hemoroid adalah pelebarabaran vena didalam pleksus hemorodialis yang
tidak merupakan keadaan patologik (Darmawan dan Rahayuningsih, 2010).
Hemoroid dibagi menjadi yaitu internal dan eksternal, eksternal yaitu varises
dibawah otot yang muncul diluar sfingter anal dan biasanya berhubungan
dengan vena rektalis inferior yang terletak dibawah dentura dan ditutupi oleh
epitel gepeng. Hemoroid ekternal dibagi menjadi dua yaitu hemoroid eksternal
akut, berupa bengkak bulat kebiruan pada pinggir anus dan sering terasa sakit
dan gatal sedangkan hemoroid eksternal kronis, hemoroid yang terjadi sudah
lama (Darmawan dan Rahayuningsih, 2010).
Manifestasi klinik dari hemoroid adalah perdarahan yang berwarana merah
terang saat defekasi, nyeri akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh
trombosis (hemoroid eskternal) dan rasa gatal pada daerah anus (Darmawan dan
Rahayuningsih, 2010). Penatalaksanaan pada hemoroid eksternal yang
mengalami trombosis keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya
tetapi merupakan trombosis V. Hemoroid eksternal yang terletak pada subkutan
didaerah kanalis anali sedangkan penatalaksanaan hemoroiddektomi terapi
bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat 3 dan 4 tetapi bedah juga dapat dilakukan pada
penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan
3
cara terapi lainnya dan pada hemoroiddektomi dilakukan sayatan dan jahitan
sehingga setelah operasi dapat menimbulkan nyeri yang terus menerus
(Sjamsuhidajat dan Jong, 2004).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri adalah alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Smeltzer dan Bare
2002). International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan
nyeri sebagai suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau
yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di mana terjadinya kerusakkan (Potter
dan Perry, 2005)
Nyeri dibagi menjadi dua, yaitu nyeri akut dan dan kronis. Nyeri akut
adalah nyeri seketika yang biasanya datangnya tiba-tiba dan bisanya berkurang
sejalan terjadinya penyembuhan (Judha, 2012), menurut Nanda (2009) memiliki
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang 6 bulan.
Adapun alasan pasien post hemoroiddektomi bisa terjadi nyeri akut karena
adanya rangsangan mekanik atau kimia pada daera kulit diujung-ujung syaraf
bebas yang disebut nosireseptor (Judha, 2012).
Berdasarkan hasil observasi di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
terdapat beberapa pasien dengan post operasi hemoroiddektomi dan salah
satunya yaitu Ny. M yang mengatakan nyeri yang seperti ditusuk-tusuk dan
terasa sakit pda saat istirahat dan duduk. Nyeri pada pasien post
4
Hemoroiddektomi harus dikelola agar tidak timbul nyeri akut lagi dengan terapi
hindari obstipasi dengan makan-makanan berserat dan harus ditangani hati-hati
secara konservatif yang apabila tidak dikelola akan menimbulkan tekanan darah
meningkat dan otot menegang (Judha, 2012).
Penulis saat melakukan praktek keperawatan diberbagai rumah sakit,
sebagian besar pasien dengan tindakan pembedahan mengakibatkan munculnya
masalah nyeri dan selama pengelolaan di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen,
penulis menjumpai pasien dengan post-operasi hemoroiddektomi hari ke I
dengan keluhan nyeri pada Ny. M didukung oleh data subyektif “Pasien
mengatakan nyeri dubur pada bagian yang habis dioperasi, nyeri terasa tertusuk-
tusuk, skala nyeri 5 nyeri yang dirasakan hilang timbul” dan data obyektif
“Pasien tampak meringis kesakitan”.
Berdasarkan data-data di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
pengelolaan yang ditujukan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny.M Dengan Post Operasi
Hemoroiddektomi Hari Ke I Atas Indikasi Hemoroid Eksternal Di Ruang
Mawar RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen .
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri pada Ny. M post operasi Hemoroid di RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen.
5
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. M dengan nyeri post
operasi Hemoroid.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. M dengan
nyeri post operasi Hemoroid.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Ny. M
dengan nyeri post operasi Hemoroid.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. M dengan nyeri post
operasi Hemoroid
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. M dengan nyeri post
operasi Hemoroid.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny. M
dengan nyeri post operasi Hemoroid.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Untuk memperoleh dan memperluas wawasan serta pengetahuan tentang
Penyakit Hemoroid beserta penatalakasanaan secara medis dan konsep
keperawatannya, sehingga dapat dijadikan sumber ilmu dan wawasan oleh
penulis.
2. Bagi profesi keperawatan
Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi laporan kasus
bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah
khususnya dalam bidang profesi keperawatan.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan yang dilakukan pada
Ny. M dengan Post operasi Hemoroid, dilaksanakan pada tanggal 25 sampai 27 April
2013. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi. Menggunakan metode auto anamnesa dan
allo anamnesa, mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik,
menelaah catatan medis dan catatan perawat.
A. Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 April 2013 jam 08.00 didapatkan
data pasien bernama Ny. M, umur 27 tahun, alamat Sragen, Jawa Tengah, jenis
kelamin perempuan, pekerjaan wiraswasta, pendidikan terakhir SLTP, yang
mulai periksa rawat jalan di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada tanggal
22 April 2013, kemudian atas saran dokter pasien dikehendaki opname untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pembedahan, karena pasien didiagnosa
mempunyai penyakit Hemoroid, dokter yang menangani pasien yaitu Dr. W,
SpB. Adapun yang bertanggung jawab kepada pasien adalah Tn. S, umur 37
tahun, alamat Sragen, Jawa Tengah dan hubungan dengan pasien sebagai suami.
7
B. Pengkajian
Riwayat kesehatan sekarang, keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu
merasakan nyeri dengan skala 5 pada post operasi dan pasien tampak lemah dan
meringis kesakitan. Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien
mengeluh anus nyeri seperti panas selama 4 bulan dan sakit saat buang air besar.
Sehingga pada tanggal 22 April 2013 pasien mulai periksa rawat jalan dan
akhirnya opname diruang Mawar RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dan
tanggal 24 April 2013 jam 09.00 dilakukan operasi dengan metode
Hemoroiddektomi untuk menangani kasus Hemoroid. Pengkajian dilakukan
pada tanggal 25 April 2013 jam 07.30.
Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan belum pernah mengalami
penyakit yang dideritanya sekarang. Tidak pernah mengalami kecelakaan, tidak
mempunyai riwayat pembedahan sebelumnya dan pasien tidak mempunyai
riwayat terhadap alergi makanan dan obat. Pada riwayat kesehatan keluarga,
pasien dan keluarga mengatakan tidak ada penyakit keturunan seperti Asma,
Diabetes Militus, Hipertensi dan lain-lain. Pada riwayat kesehatan lingkungan,
keluarga mengatakan bahwa lingkungan tempat tinggalnya bersih, tidak ada
penyakit menular dan lain-lain. Genogram: Pasien merupakan ibu rumah tangga
dan pasien tinggal dengan suami dan anak laki-lakinya.
Menurut Gordon, pola kesehatan fungsional terdiri dari 11 yang terdiri dari
pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan eliminasi, pola
eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat tidur, pola kognitif dan
perseptul, pola persepsi dan konsep diri, pola hubungan dan peran, pola
seksualitas dan reproduksi, pola mekanisme koping, dan pola nilai dan
keyakinan.
8
Pada pengkajian pola kesehatan fungsional menurut Gordon, pola persepsi
dan pemeliharaan kesehatan, pasien mengatakan bahwa kesehatan itu penting
dan sakit membuatnya tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, keluarga pasien
juga mengatakan bahwa pasien tidak pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan
dan pasien menyatakan bahwa nyeri setelah operasi ambeyen, seperti tertusuk-
tusuk, nyeri pada anus, skala 5, dan nyeri hilang timbul.
Pada kasus ini pola nutrisi dan metabolik, sebelum sakit pasien
mengatakan makan 3 kali sehari (nasi, sayur dan lain-lain) dalam porsi sedang.
Minum air putih kurang lebih 8 gelas dan jarang minum air teh. Pasien tidak
melakukan diet khusus. Sedangkan selama sakit, pasien makan menu diit cair
dari rumah sakit (bubur, sayur dan lain-lain) dan hanya habis setengah porsi,
minum air putih kurang lebih 8 gelas setara dengan 1600 cc. Kulit elastis,
integritas jaringan kulit luar baik, thermoregulasi pasien ditandai dengan suhu
36,5oC.
Pada pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan sehari buang air
besar 1 kali, dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, dan berbau
khas. Buang air kecil kurang lebih 3 kali sehari atau sekitar 700 cc dengan
konsistensi warna urine keruh dan berbau khas. Sedangkan selama sakit, pasien
terpasang kateter terhubung dengan urine bag 1200 cc dari jam 20.00 sampai
jam 05.00, pasien merasa kesakitan saat urine terasa akan mengalir, warna urine
tidak bercampur dengan darah, pasien belum buang air besar setelah operasi dan
terpasang tampon di anus, pasien tampak berkeringat.
9
Pola aktivitas dan latihan ditemukan hasil bahwa sebelum sakit aktivitas
harian pasien dilakukan secara mandiri, tidak menggunakan bantuan alat,
aktivitas sehari-hari pasien yaitu bertani. Sedangkan selama sakit aktivitas
pasien seperti mobilisasi, di tempat tidur, berpindah, ambulasi dibantu orang lain
(nilai 2), sedangkan aktivitas toileting dibantu orang lain dan alat (nilai 3). Pola
istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan dalam sehari tidur kurang lebih
8 jam dengan frekuensi tidur 2 kali yaitu siang dan malam, tidak menggunakan
obat tidur, kondisi saat tidur nyaman dan aman. Selama sakit pasien mengatakan
tidur kurang lebih 3 jam sering terbangun karena terasa nyeri, kondisi
lingkungan kurang kondusif karena banyaknya pengunjung dan tindakan yang
tidak terduga.
Pada kasus ini, Ny. M mengalami masalah pada pola kognitif dan
perseptual yaitu sebelum sakit Ny. M mengatakan tidak mengalami gangguan
fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau. Selama sakit Ny. M
mengatakan tidak mengalami gangguan fungsi penglihatan, pendengaran,
perasaan, dan pembau. Pasien mengatakan nyeri anus pada luka operasi dan
nyeri bertambah bila untuk bergerak, nyeri perih dan seperti ditusuk-tusuk, skala
nyeri 5, nyeri yang dirasakan hilang timbul.
Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaan umum
pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis dengan penilaian Glasgow
Coma Scale (GCS) adalah E4 M6 V5 Tanda-tanda vital didapatkan Tekanan
darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, frekuensi respirasi 20
kali per menit, dan suhu 36,5oC. Pada genetalia, terpasang selang kateter no 24
10
terhubung dengan urine bag dan pada bagian rectum atau anus terpasang tampon
dan kulit sekitar luka tidak merah dan tidak tampak kotor. Pada tanggal 23 Maret
2013 dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium dan didapatkan hasil yaitu
Limfosit 50,95 normal (19-48) dan hasil darah rutin serta kimia darah lainnya
dalam batas normal.
Pada tanggal 25 Ny. M diberikan terapi obat analgesik ketorolac 10 mg/8
jam. Terdapat data pengkajian PQRST yaitu P: Nyeri post op hemoroiddektomi,
Q: seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada anus, T: hilang timbul.
C. Perumusan Masalah
Pada kasus Ny. M dari hasil pengkajian didapatkan data subyektif “Pasien
mengatakan nyeri anus pada luka operasi dan nyeri bertambah bila untuk
bergerak, nyeri perih dan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 5, nyeri yang
dirasakan hilang timbul” dan data obyektif berupa “Pasien tampak lemah dan
meringis kesakitan, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80 kali per menit,
pernapasan 20 kali per menit, suhu 36,5°C, luka pada bagian rectum terpasang
tampon kulit sekitar tidak tampak merah dan tidak kotor. Maka penulis
melakukan analisa data sehingga dapat dirumuskan prioritas masalah
keperawatan yaitu nyeri akut. Berdasarkan hasil perumusan masalah tersebut,
penulis menegakkan diagnosa keperawatan utama nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik (pembedahan hemoroiddektomi).
11
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam, menurut Nursing Outcome classification (NOC) dalam buku
saku diagnosa keperawatan (Wilkinson, 2006). Rencana tindakan keperawatan
yang dilakukan pada Ny. M dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri teratasi
dengan kriteria hasil yaitu pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
dengan skala nyeri 0-3 (0-10), pasien tampak rileks, pasien tidak tampak
meringis kesakitan, dan tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah
120/80 mmHg, frekuensi nadi 60-100 kali per menit, frekuensi pernapasan 16-24
kali per menit, suhu 36-37,5°C).
Intervensi atau nursing intervention classification (NIC) yang akan
dilakukan yaitu secara observasi, nursing, intervensi, edukasi, kolaborasi,
(ONEC) dengan rasional (Doengoes, 2000) Perencanaan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah keperawatan pada Ny, M antara lain kaji ulang tanda-tanda
vital dengan rasional mengetahui perkembangan lebih lanjut, kaji karakteristik
nyeri dengan rasional dapat menentukan terapi yang akan dilakukan, berikan
posisi yang nyaman (supine atau semi-fowler) dengan rasional agar pasien rileks
dan membantu mengurangi rasa nyeri, ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
atau distraksi (mendengarkan musik, menonton tv, imajinasi pemandangan)
dengan rasional mengalihkan rasa nyeri, berikan penkes kepada pasien untuk
membatasi gerak atau aktivitas secara bertahap dengan rasional mengurangi rasa
nyeri dan kolaborasi dengan tim medis lain yaitu pemberian analgesik dengan
rasional mengurangi rasa nyeri dan membantu proses penyembuhan.
12
E. Implementasi
Tindakan keperawatan atau implementasi yang diberikan tanggal 25 April
2013, Pukul 09.00 WIB, yaitu mengkaji karakteristik nyeri didapatkan respon
subyektif pasien mengatakan yaitu P: nyeri pada luka operasi ambeyen dan
bertambah nyeri bila untuk bergerak, Q: tertusuk-tusuk, R: nyeri pada dubur, S:
skala 5, T: hilang timbul sedangkan respon obyektifnya pasien tampak
kesakitan, ekspresi wajah meringis kesakitan. Jam 09.15 memberikan posisi
yang nyaman yaitu semi fowler, respon subyektif positif pasien jam 09.20 pasien
yaitu ia mengatakan bersedia diberikan posisi semi fowler, sedangkan respon
obyektif pasien tampak nyaman dengan posisi tersebut Jam 09.30 perawatan
luka post op hemoroiddektomi melepas tampon dan DC, respon subyektif pasien
mengatakan bersedia, respon obyektifnya luka pasien tidak kotor dan kemerahan
. Jam 11.00 mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, respon subyektifnya
pasien mengatakan masih bingung dan belum bisa, respon obyektifnya pasien
tampak bingung dan tehnik relaksasi belum berhasil. Jam 12.00 memberikan
analgesik ketorolac 10 mg diberikan lewat selang intra vena, respon subyektif
pasien, ia mengatakan bersedia untuk disuntik, sedangkan respon obyektifnya
yaitu obat masuk lewat selang intra vena. Jam 13.00 memberikan penkes untuk
membatasi pergerakan atau aktivitas secara bertahap, respon subyektifnya pasien
mengatakan bersedia untuk mendengarkan penkes, respon obyektifnya pasien
tampak mengikuti dan mendengarkan apa yang disampaikan perawat.
Tanggal 26 April 2013, pengelolaan dan implementasi dimulai dari pukul
08.30 WIB, mengkaji karakteristik nyeri. Respon subyektif pasien mengeluh
13
nyeri, dengan P: nyeri pada luka operasi ambeyen dan berkurang nyeri bila
untuk bergerak , Q: tertusuk-tusuk, R: nyeri pada dubur, S: skala 4, dan T: hilang
timbul, sedangkan respon obyektifnya yaitu pasien masih tampak kesakitan,
wajah relaks. Pukul 08.35 WIB mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam,
respon subyektif pasien yaitu pasien mengatakan bersedia diajari lagi tehnik
relaksasi nafas dalam pasien mencoba melakukan teknik relaksasi nafas dalam,
Pukul 08.45 WIB memberikan injeksi analgesik ketorolac 10 mg, respon
subyektifnya yaitu pasien mengatakan bersedia untuk disuntik, sedangkan
respon obyektifnya yaitu obat masuk lewat selang intra vena tidak ada tanda
plebitis, alergi dan lain-lain. Pukul 09.00 menganjurkan relaksasi, sedangkan
respon obyektifnya yaitu posisi semi fowler tetap diberikan pada pasien, respon
subyektif pasien yaitu pasien mengatakan bersedia posisi semi fowler, respon
obyektif pasien tampak nyaman posisi tersebut.
Tanggal 27 April 2013, implementasi dimulai dari pukul 08.30,
menanyakan keluhan pasien, didapatkan hasil nyeri sudah berkurang tidak
terlalu hebat, P: nyeri pada luka operasi abeyen berkurang, Q: tertusuk-tusuk, R:
nyeri pada anus, S: skala 3, T : hilang timbul, pukul 09.00 WIB, memberikan
injeksi analgesik ketorolac 10 mg, respon subyektifnya yaitu pasien mengatakan
bersedia untuk disuntik, sedangkan respon obyektifnya yaitu obat masuk lewat
selang intra vena tidak ada tanda plebitis, mengevaluasi tehnik relaksasi yang
dilakukan dan klien mengatakan bahwa jika nyeri datang ia melakukan relaksasi.
Pukul 10.00 menganjurkan pasien posisi semi fowler, respon subyektif yaitu
pasien mengatakan bersedia posisi semi fowler, respon obyektifnya pasien
tampak nyaman posisi tersebut.
14
F. Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama dua hari, yaitu tindakan keperawatan pada
pasien dilakukan pada tanggal 25 April sampai 27 April 2013 dan evaluasi
dengan metode subyektif, obyektif, assessment, planning (SOAP).
Evaluasi tanggal 25 April 2013 pukul 13.30 WIB didapatkan data
Subyektif (S): pasien mengatakan P: nyeri pada anus luka post op Ambeyen, Q:
tertusuk-tusuk, R: didubur dan luka post op, S: skala 5, T: hilang timbul.
Obyektif (O): ekspresi wajah meringis, pasien tampak kesakitan, terdapat luka
post operasi hari ke satu di atas pubis, terpasang drain yang dialirkan, dilepas
kateter dan tampon, teknik relaksasi belum berhasil, posisi tidur pasien semi
fowler. Assesment (A): masalah belum teratasi. Planning (P): lanjutkan
intervensi yaitu kaji karakteristik nyeri, ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi
pemberian analgetik.
Evaluasi tanggal 26 April 2013 pukul 11.00 WIB didapatkan hasil
Subyektif (S): pasien mengatakan nyeri dengan P: nyeri pada anus luka post op
Ambeyen, Q: tertusuk-tusuk, R: luka pada anus, S: skala 4, T: hilang timbul.
Obyektif (O): ekspresi wajah relaks, masih tampak kesakitan, irigasi sudah
dihentikan, terdapat luka post operasi, tehnik relaksasi sudah berhasil dilakukan,
posisi semi fowler tetap dipertahankan. Assesment (A): masalah teratasi
sebagian. Planning (P): lanjutkan intervensi yaitu kaji karakteristik nyeri dan
kolaborasi pemberian Analgesik.
Evaluasi tanggal 27 April 2013 pukul 13.00 WIB didapatkan hasil
Subyektif (S): pasien mengatakan nyeri sudah berkurang bahkan hilang dengan
15
P: pada anus post op Ambeyen, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: pada anus, S: skala
3, T: hilang. Obyektif (O): ekspresi wajah rileks, tidak tampak kesakitan,
terdapat luka post operasi hemoroiddektomi hari ke 1, tehnik relaksasi sudah
berhasil dilakukan ketika rasa nyeri timbul, posisi semi fowler tetap
dipertahankan. Assesment (A): masalah teratasi. Planning (P): intervensi
dihentikan.
16
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang analisa nyeri akut
berdasarkan teori dan studi kasus “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny.M
Dengan Post Operasi Hemoroiddektomi Hari Ke I Atas Indikasi Hemoroid
Eksternal meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi dilakukan pada tanggal 25-27 April 2013 di Ruang Mawar RSUD
dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari pasien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data, validasi data dan identifikasi pola atau masalah (Aziz
Alimul Hidayat, 2008). Proses pengkajian yaitu melakukan pengumpulan
riwayat kesehatan, melakukan pengkajian kesehatan, wawancara dengan
pasien (autoanamnesis) dan orang terdekat pasien (alloanamnesis), meneliti
catatan kesehatan (Smeltzer, 2002). Menurut Brunner & Suddarth (2005),
manifestasi klinis pada hemoroid yaitu nyeri pada anus dan biasanya disertai
oleh susahmya buang air besar. Pada Kasus Ny. M, Ny. M mengeluh nyeri
pada anus selama kurang lebih 4 bulan sebelum dirawat di rumah sakit
17
didapatkan pensgkajian riwayat penyakit sekarang yaitu pasien mengeluh
nyeri pada anus dan sudah seperti panas karena terdapat benjolan pada anus.
Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis
klinis hemoroid masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Kesalahan
diagnosis lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan lelaki
mengingat pada perempuan. Dalam asuhan keperawatan yang diberikan
pada Ny. M dengan post operasi Hemoroiddektomi yang dilakukan pada
tanggal 25-27 April 2013, didapatkan data bahwa kurang lebih selama 4
bulan klien mengeluh sakit saat buang air besar bila buang air besar
berdarah dan pasien saat ini berusia 27 tahun.
Setelah mengalami pembedahan pasien mengatakan nyeri anus pada
luka operasi dan nyeri bertambah bila untuk bergerak dikarenakan pada saat
gerak dapat menimbulkan nyeri sekali, nyeri perih dan seperti ditusuk-tusuk,
skala nyeri 5, nyeri yang dirasakan hilang timbul. Hal ini sama dengan
konsep teori yaitu setiap pembedahan akan menimbulkan nyeri akut dengan
awitan yang cepat dan tingkat keparahan yang bervariasi (sedang sampai
berat). (Tamsuri, 2006). Macam-macam kualitas nyeri adalah seperti
ditusuk-tusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial, atau bahkan
seperti digencet. (Judha dkk, 2012).
Manifestasi klinik dari hemoroid adalah perdarahan yang berwarana
merah terang saat defekasi, nyeri akibat inflamasi dan edema yang
disebabkan oleh trombosis (hemoroid eskternal) dan rasa gatal pada daerah
anus (Darmawan dan Rahayuningsih, 2010). International Association for
18
the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori
subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam
kejadian-kejadian di mana terjadinya kerusakkan (Potter dan Perry, 2005).
pada pola kognitif dan perseptual yaitu sebelum sakit Ny. M mengatakan
tidak mengalami gangguan fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, dan
pembau. Selama sakit Ny. M mengatakan tidak mengalami gangguan fungsi
penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau.
Menurut Potter (2006), nyeri merupakan kejadian yang menekan atau
stres dan dapat mengubah gaya hidup dan kesejahteraan psikologi individu.
Saat nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan
meningkat. Pada kasus Ny. M, terjadi peningkatan tekanan darah yaitu
120/70 mmHg. Ini sesuai dengan teori yang ada yaitu pada awal awitan
nyeri akut, respon fisiologis dapat meliputi peningkatan tekanan darah, nadi,
dan pernapasan akibat terstimulasinya sistem saraf simpatis (Mubarak,
2008). Sedangkan pada denyut jantung atau nadi, pernapasan, dan suhu
tidak terjadi peningkatan dengan hasil nadi 80 kali per menit, pernapasan 20
kali per menit, dan suhu 36,5°C. Hal ini dikarenkan pada kasus Ny. .M,
pembedahan hemoroiddektomi sudah berlangsung satu hari yang lalu dan
Ny. M sudah mendapatkan terapi seperti analgesik sebelumnya sehingga
tidak terjadi perubahan tanda-tanda vital yang signifikan (Potter, 2006).
Pada kasus Ny. M, dilakukan pemeriksaan fisik meliputi anus karena Ny.
M, mengatakan nyeri bagian anus pada bagian yang setelah dioperasi.
19
Pemeriksaan fisik anus dilakukan dengan cara Inspeksi dan Palpasi. Pada
pasca operasi, pasien terdapat luka anus terpasang tampon dan kulit sekitar
luka tidak tampak merahdan tidak tampak kotor.
2. Masalah keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya ( Potter, 2005).
Pada kasus ini penulis mengangkat diagnosa keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi hemoroiddektomi).
setiap pembedahan akan menimbulkan nyeri akut sebagai prioritas diagnosa
keperawatan karena nyeri pasca operasi merupakan nyeri akut secara serius
yang mengancam proses penyembuhan pasien, yang harus menjadi prioritas
perawatan. Nyeri pasca operasi yang akut menghambat kemampuan klien
untuk terlibat aktif dan meningkatkan risiko komplikasi akibat imobilisasi,
dengan awitan yang cepat dan tingkat keparahan yang bervariasi (sedang
sampai berat). (Tamsuri, 2006). Prevalensi nyeri sedang atau berat pada
kelompok pembedahan perut adalah tinggi pada hari-hari pasca operasi 0-1
(30-55%).
Nyeri Akut memiliki awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung kurang 6 bulan (NANDA, 2009). Hal ini dibuktikan dengan
adanya keluhan utama klien (subyektif) nyeri yang diungkapkan secara
20
verbal atau melaporkan dengan isyarat (Wilkinson, 2006). Etiologi dari
diagnosa keperawatan adalah agen cedera fisik dari pembedahan (NANDA,
2009) karena ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan, sayatan,
dingin atau kekurangan oksigen pada sel, maka bagian tubuh yang terluka
akan mengeluarkan berbagai macam substansi intraseluler dilepaskan keluar
ekstraseluler maka akan mengiritasi nosiseptor. Saraf ini akan merangsang
dan bergerak sepanjang serabut saraf atau neurotransmisi yang akan
menghasilkan substansi yang disebut dengan neurotransmitter seperti
prostaglandin dan epineprin, yang membawa pesan nyeri dari medulla
spinalis ditransmisikan ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri (Hartanti,
2005). Ditunjang dengan data adanya luka tertutup dan tampak terpasang
tampon dan selang DC.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan
yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan
intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut ( Potter dan
Perry, 2005). Pada kasus Ny. M, penulis melakukan rencana tindakan
keperawatan selama 3x24 jam karena nyeri tidak dapat diatasi dalam waktu
singkat dan perlu penanganan terlebih dahulu karena nyeri berhubungan
dengan kebutuhan fisiologis, rasa nyaman dan harus dipenuhi (Patricia A.
Potter, 2006) dan kriteria hasil yang ditulis penulis yaitu pasien mengatakan
nyeri berkurang atau hilang dengan skala nyeri 0-1 (0-10); tanda-tanda vital
21
dalam batas normal karena tanda-tanda vital dilakukan untuk mendeteksi
adanya perubahan sistem tubuh baik keadaan metabolisme, perubahan pada
sistem kardiovaskuler, fungsi pernapasan, maupun menilai kemampuan
sistem kardiovaskuler (Hidayat, 2005), pasien tampak rileks dan pasien
tidak tampak meringis kesakitan karena meringis atau ekspresi wajah yang
menyeringai, menggeretak gigi, memegang bagian tubuh yang terasa nyeri,
menekuk salah satu bagian tubuh, dan postur tubuh yang tidak lazim atau
membengkok merupakan contoh ekspresi atau respon perilaku nyeri secara
nonverbal (Potter, 2006).
Dalam kasus ini penulis merencanakan tindakan selama 3 x 24 jam,
dengan alasan setiap pernyataan tujuan dan hasil yang diharapkan harus
mempunyai batasan waktu untuk evaluasi. Tujuan tidak hanya memenuhi
kebutuhan pasien tetapi juga harus mencakup pencegahan dan rehabilitatif.
Ada dua tipe tujuan yang dikembangkan untuk pasien yaitu tujuan jangka
pendek dan tujuan jangka panjang (Potter dan Perry, 2005). Karena penulis
merencanakan tindakan selama 3 hari, maka termasuk dalam tujuan jangka
pendek dengan definisi sasaran yang diharapkan tercapai dalam periode
waktu yang singkat, biasanya kurang dari satu minggu, tujuan ini diarahkan
untuk rencana perawatan mendesak (Capernito, 1995 Dalam Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Karangan Potter dan Perry, 2005).
Menurut NOC (Nursing Outcome classification) dalam buku saku
diagnosa keperawatan (Wilkinson, 2006) diharapkan nyeri akut dapat
berkurang, dengan kriteria hasil: ekspresi wajah tidak meringis, tidak
22
kesakitan, skala nyeri menjadi 3. Intervensi atau NIC (nursing intervention
classification) yang akan dilakukan yaitu secara ONEK (observasi, nursing
intervensi, edukasi, kolaborasi), kaji karakteristik nyeri dengan PQRST
(Provocate, Quality, Regio, Scale, Time), dengan rasional untuk mengetahui
seberapa berat nyeri yang dirasakan, nursing intervensi dengan berikan
posisi yang nyaman, dengan rasional menurunkan tingkat ketegangan pada
daerah nyeri, edukasi dengan ajari tehnik relaksasi, dengan rasional dapat
merelaksasi otot-otot tubuh. kolaborasi dengan pemberian analgetik, dengan
rasional dapat menghilangkan rasa nyeri. Menurut Muttaqin (2005) dan
Brunner & Suddarth (2005), atur posisi semi-fowler dapat mengurangi nyeri
dengan rasional posisi ini mengurangi tegangan pada insisi yang membantu
mengurangi nyeri. Pada kasus Ny. M, penulis memberikan rencana tindakan
keperawatan yaitu berikan posisi yang nyaman (supine atau semi-fowler)
dengan rasional agar pasien rileks dan membantu mengurangi rasa nyeri.
Posisi ini dipilih karena penulis belum mengetahui keadaan pasien. Selain
itu, setelah pembedahan pasien mungkin dibaringkan dalam berbagai posisi
untuk meningkatkan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri (Brunner &
Suddarth, 2002).
Menurut Brunner & Suddarth (2002), relaksasi nafas dalam, dipercaya
dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan ketegangan otot yang
menunjang nyeri. Beberapa penelitian, bagaimanapun telah menunjukkan
bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri post operasi. Pada Ny. M,
penulis memberikan rencana tindakan keperawatan ajarkan tekhnik relaksasi
(nafas dalam) atau distraksi (mendengarkan musik, menonton tv, imajinasi
pemandangan) dengan rasional mengalihkan rasa nyeri.
23
Kolaborasi dengan tim medis pemberian analgesik. Menurut Muttaqin
(2005), analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri berkurang. Pada
kasus Ny. M, penulis memberikan rencana tindakan keperawatan yaitu
kolaborasi dengan tim medis lain pemberian analgesik dengan rasional
mengurangi nyeri dan membantu proses penyembuhan.
Pada kasus Ny. M, penulis melakukan rencana tindakan keperawatan
selama 3x24 jam karena penulis melaksanakan praktek selama 3 hari dan
sudah termasuk pengkajian dan memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien. Namun, menurut teori yang ada masalah nyeri tidak dapat diatasi
dalam waktu singkat dan perlu penanganan terlebih dahulu karena nyeri
berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, rasa nyaman dan harus dipenuhi
(Patricia A. Potter, 2006).
4. Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang
dilakukan dan diselesaikan. (Potter dan Perry, 2005). Saat melakukan
tindakan keperawatan, penulis tidak mengalami kesulitan karena pasien
kooperatif. Ada beberapa tindakan keperawatan yang dilakukan penulis
diluar rencana tindakan keperawatan antara lain memberikan pendidikan
kesehatan, merawat luka hemoroiddektomi, dan melepas tampon.
24
Pada tanggal 25 April 2013, penulis melakukan implementasi
mengkaji tanda-tanda vital dan memberikan posisi supine. Pertama,
mengkaji tanda-tanda vital. Ini dilakukan karena pada nyeri akut, denyut
jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan normal (Potter, 2006).
Hasil yang didapatkan pada tanggal 25 April 2013 yaitu tekanan darah
120/70 mmHg, nadi 80 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit, dan
suhu 36,5°C dan melakukan perawatan luka dan melepas tampon. intervensi
pada nyeri pada hemoroiddektomi tidak ada perawatan luka akan tetapi,
melihat Kebutuhan melepas tampon dan DC dilakukan penulis karena luka
operasi dapat menyebabkan infeksi dimana infeksi dapat berkembang
menjadi selulitis), abses, dan sepsis karena adanya pathogen yang
berkembangbiak sehingga menyebabkan nyeri (Sjamsuhidajat, 2005).
Sedangkan hasil pemeriksaan pada tanggal 26 April 2013 yaitu tekanan
darah 120/90 mmHg, nadi 81 kali per menit, pernapasan 22 kali per menit,
dan suhu 36,7°C. Kedua, memberikan posisi semi fowler. Menurut Muttaqin
(2005), pemberian posisi semi-fowler dapat mengurangi nyeri karena posisi
ini mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu
mengurangi nyeri.
Pada tanggal 27 April 2013, penulis melakukan tindakan keperawatan
yaitu melakukan perawatan luka. Menurut Muttaqin (2005), abses, dan
sepsis karena adanya pathogen yang berkembangbiak sehingga
menyebabkan nyeri (Sjamsuhidajat, 2005). Cedera atau infeksi
menyebabkan nekrosis jaringan dan sebagai akibatnya tubuh mengeluarkan
25
histamin, bradikinin, prostaglandin, dan serotonin. Mediator kimiawi ini
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil. Cairan, protein, dan sel
memasuki ruang interstisial. Cairan yang terakumulasi tampak sebagai
pembengkakan lokal. Pembengkakan jaringan yang terinflamasi
meningkatkan tekanan pada ujung saraf dan menyebabkan nyeri (Potter &
Perry, 2005).
Pada tanggal 27 April 2012, penulis tidak melakukan implementasi
apapun kepada pasien karena dokter yang merawat Ny. M memperbolehkan
pasien untuk pulang dan dirawat di rumah atau rawat jalan. Pasien pulang
pada tanggal 27 April 2013 pada pukul 16.45 WIB.
5. Evaluasi
Evaluasi tindakan keperawatan didasarkan pada respon klien yang
dinilai secara S,O,A,P. Pada hari pertama tanggal 25 April 2012 jam 13.00
WIB, yang dilakukan penulis adalah monitoring dan koreksi paska
pembedahan sehingga pengawasan harus secara komperenhensif seperti
tanda-tanda vital, keadaan umum, kesadaran, dan respon tubuh pasien
seperti kedinginan berkeringat dan menggigil (Potter, 2005). Assessment
ditarik kesimpulan bahwa untuk penilaian diagnosa yang diangkat yaitu
nyeri tidak dapat dikaji dan dilakukan tindakan, karena masih dalam
pengaruh anestesi, sehingga tujuan dari tindakan belum berhasil.
Perencanaan yang paling tepat adalah dengan melanjutkan intervensi
pengelolaan dan manjemen nyeri diatambah anjuran dari dokter yaitu
26
manajemen koreksi serta penanganan simtomatis paska pembedahan seperti
pengawasan tanda-tanda vital secara terus-menerus, pemantauan status
eliminasi (BAB dan BAK), dan mencegah kemungkinan terjadinya infeksi,
yaitu dengan memonitor jahitan dan balutan yang ada pada anus digunakan
untuk koreksi sekaligus terapi paska pembedahan dan melepas balutan atau
tampon.
Pada hari kedua tanggal 26 April 2013 jam 11.00 WIB, ditemukan
adanya perkembangan dari terapi yang dilakukan, yaitu penurunan intensitas
nyeri yang secara verbal disampaikan oleh pasien, tetapi nyeri terkadang
masih dirasakan dengan skala yang relatif lebih ringan dari saat dilakukan
pengkajian (skala 4-5) pada daerah anus, tanda-tanda vital dalam batas
normal, sehingga untuk prosedur kolaborasi penanganan nyeri secara
farmakologis dihentikan, pada evaluasi koreksi dari terapi pembedahan
tidak ditemukan adanya tanda-tanda abnormal seperti infeksi (keadaan kulit
sekitar luka tidak tampak merah dan tidak tampak kotor, tanda-tanda vital
dalam batas normal).
Berdasarkan analisa yang didapatkan dapat ditarik kesimpulan
Assessment pada hari kedua adalah masalah belum teratasi, sehingga
perencanaan tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan
adalah melanjutkan intervensi. Pasien masih terdapat keluhan nyeri
meskipun intensitas dan skala lebih rendah dari hari sebelumnya, maka
intervensi penatalaksanaan nyeri masih tetap dilakukan, mulai dari mengkaji
karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan tindakan keperawatan untuk
27
meningkatkan kenyamanan pasien, menganjurkan pasien untuk ambulasi di
tempat tidur, dan motivasi kepada pasien untuk tetap melakukan teknik
relaksasi dan distraksi.
Evaluasi tindakan hari ketiga, pada tanggal 27 April 2013, respon
pasien yang semakin toleran terhadap nyeri dengan mengatakan sudah
merasa lebih nyaman dan rileks skla nyeri 3 pada daerah anus, pemeriksaan
tanda-tanda vital dalam batas normal, monitor status nutrisi baik, ambulasi
serta mobilisasi pasien dalam respon positif (tanpa mengalami gangguan
dan keluhan), dan kondisi jahitan kering dan bersih tidak tampak adanya
tanda-tanda infeksi, tindakan kolaboratif pemberian analgesik sesuai
indikasi.
Kesimpulan yang didapatkan adalah Assessment masalah keperawatan
belum teratasi, rencana tindakan keperawatan selanjutnya adalah
manajemen nyeri dengan mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T),
memberikan keperawatan yang meningkatkan kenyamanan pasien,
memotivasi untuk ambulasi, dan kolaborasi pemberian analgesik jika sudah
diketahui jenis analgesik yang sesuai. Pada evaluasi hari ke tiga dokter
spesialis bedah onkologi melalui residen bedah melakukan koordinasi
dengan tim keperawatan untuk persiapan kemoterapi, sesuai dengan
protokol bedah onkologi selesai tindakan reseksi radikal harus dilakukan
tindakan kemoterapi (Darwis, 2003), sehingga tindakan keperawatan
kolaborasi dihentikan.
28
B. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Setelah penulis melakukan Pengkajian, Analisa Data, Penentuan Diagnosa,
Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi tentang Asuhan Keperawatan
Pemenuhan gangguan rasa nyaman nyeri akut Pada Ny. M dengan post
operasi hemoroiddektomi di ruang Mawar RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen secara metode studi kasus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
a. Pada pengkajian, Ny. M merupakan post-operasi hemoroiddektomi hari
ke I dan didapatkan data subyektif yaitu pasien mengatakan nyeri, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada anus bagian yang habis dioperasi,
skala nyeri 5, dan nyeri hilang timbul.
b. Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik (post op hemoroiddektomi). Nyeri merupakan
suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.
c. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri yaitu pantau
tingkat skala nyeri, monitor vital sign, ajarkan tehnik relaksasi atau
tehnik distraksi, kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik, .
d. Tindakan keperawatan yang dilakukan dalam mengatasi nyeri yaitu
memantau tingkat skala nyeri, memonitor vital sign, mengajarkan
tehnik relaksasi, memberikan terapi analgetik pronalges suppositoria,
memberikan teknik distraksi.
29
e. Evaluasi tindakan menggunakan format evaluasi SOAP. Masalah nyeri
belum teratasi karena skala nyeri masih berada pada tingkat skala nyeri
sedang yaitu skala nyeri 4 sehingga intervensi dilanjutkan.
f. Analisa kondisi nyeri akut pada Ny. M dengan post operasi
Hemoroiddektomi yaitu pasien mengatakan nyeri karena post operasi
pembedahan, nyerinya seperti ditusuk-tusuk dan terbakar, di anus, skala
nyeri 5, nyeri dirasakan saat bergerak. Data tersebut sesuai dengan
pendapat Sjamsuhidajat (2004).
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran yang dapat
bermanfaat bagi orang lain, sebagai berikut:
a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat mempertahankan serta meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit.
b. Bagi Tenaga Kesehatan Terutama Perawat
Diharapkan perlu penerapan asuhan keperawatan yang konsisten dan
sesuai dengan teori dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien, sehingga pasien akan mendapatkan perawatan yang holistik dan
komprehensif.
c. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang
lebih berkualitas dan professional, sehingga dapat tercipta perawat-
perawat yang profesional, terampil, cekatan dan handal yang mampu
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.