studi kasus asuhan keperawatan pemenuhan...
TRANSCRIPT
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG
ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
DI SUSUN OLEH :
ROSI ADITYANA
NIM. P.09043
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG
ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
ROSI ADITYANA
NIM. P.09043
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Rosi Adityana
NIM : P.09043
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG
ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, April 2012
Yang Membuat Pernyataan
ROSI ADITYANA
NIM. P.09043
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Rosi Adityana
NIM : P.09043
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG
ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 April 2012
Pembimbing : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns ( …………………)
NIK. 201187065
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Rosi Adityana
NIM : P.09043
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG
ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Kamis, 10 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns ( ………………… )
NIK. 201187065
Penguji II : Oktavianus, S.Kep.,Ns ( ………………… )
NIK. 201086056
Penguji III : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns ( ………………… )
NIK. 201186076
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep.,Ns
NIK. 201084050
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. N DENGAN ASMA DI RUANG
ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKES Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns selaku Sekretaris Program Studi DIII
Keperawatan, selaku pembimbing dan penguji I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, saran, selama penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah
ini.
3. Oktavianus, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji II dan Nurma Rahmawati
S.Kep.,Ns selaku penguji III yang telah membimbing dan memberi masukan-
masukan, inspirasi, serta memfasilitasi demi kesempurnaannya studi kasus ini.
4. Direktur RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan pengambilan kasus di Ruang Anggrek I.
vi
5. Seluruh Dosen dan Karyawan beserta Staff Prodi DIII Keperawatan STIKES
Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat,
kepercayaan, kasih sayang, kesabaran, nasihat dan dukungan dalam segala
bentuknya serta atas doanya selama ini yang tidak terbalas oleh apapun.
7. Adik-adikku tersayang serta semua keluargaku yang selalu memberikan
semangat, motivasi, doa, dan nasihat sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
8. Sahabat dan teman-teman angkatan 2009 Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan Karya Tulis
Ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan laporan Karya Tulis Ilmiah ini.
Surakarta, April 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan ................................................................ 4
BAB II LAPORAN KASUS ................................................................... 6
A. Identitas Klien ...................................................................... 6
B. Pengkajian ............................................................................. 6
C. Perumusan Masalah Keperawatan ....................................... 9
D. Perencanaan Keperawatan ................................................... 9
E. Implementasi Keperawatan .................................................. 10
F. Evaluasi Keperawatan ........................................................... 12
viii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN ......................................... 14
A. Pembahasan .......................................................................... 14
B. Simpulan .............................................................................. 23
C. Saran ..................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 2 Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 3 Log Book
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 Asuhan Keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2009, memperkirakan 100
sampai 150 juta penduduk dunia menderita asma. Jumlah ini diperkirakan
akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun.
Peningkatan prevalensi asma pada masa yang akan datang, akan lebih tinggi
bila tidak dicegah dan ditangani dengan baik. Prevalensi penyakit asma
menurut penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dibeberapa provinsi di
Indonesia pada tahun 2007 antara lain sebagai berikut : Nangroe Aceh
Darussalam 0,09%, Sumatra Utara 1,82%, Sumatra Barat 3,58%, Riau 3,30%,
Jambi 3,13%, Sumatra Selatan 2,04%, DKI Jakarta 2,94%, Jawa Barat 4,12%,
Jawa Tengah 3,01%, Jawa Timur 2,62%, Bali 3,74%, Daerah Istimewa
Yogyakarta 3,46%, Kalimantan Barat 3,72%, Kalimantan Tengah 3,99%,
Sulawesi Utara 2,66%, Maluku 3,10%, Gorontalo 7,23%, Papua 3,49%
(Oemiyati dan Alwi, 2009).
Asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai
oleh periode episodik spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara
bronkhial atau spasme bronkus. Spasme bronkus ini menyempitkan jalan
nafas, sehingga membuat pernafasan menjadi sulit dan menimbulkan mengi
(Asih dan Effendy, 2003). Gejala-gajala seseorang terserang asma sangat khas
yang terdiri atas trias asma yaitu wheezing, hipersekresi, dan bronkospasme.
Trias gejala tersebut mungkin bisa dijumpai pada seorang penderita asma,
tetapi gejala wheezing merupakan gejala pasti seseorang terserang asma. Asma
yang berat selalu disertai dengan hipoksia, meskipun sianosis baru terjadi pada
tahap akhir dan merupakan tanda bahaya. Kematian asma banyak disebabkan
oleh hipoksia yang hebat, dan oksigen harus diberikan secepat mungkin. Oleh
karena itu pemenuhan kebutuhan oksigenasi sangatlah penting bagi penderita
asma.
Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat
jaringan. Kondisi ini terjadi akibat defisiensi penghantaran oksigen atau
penggunaan oksigen diselular (Potter dan Perry, 2005). Oksigenasi adalah
proses penambahan oksigen kedalam sistem kimia atau fisika (Mubarak dan
Chayatin, 2007). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau
yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel, sebagai hasilnya
terbentuklah karbondioksida, energi dan air. Penambahan karbondioksida
yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup
bermakna terhadap aktifitas sel. Pernafasan atau respirasi adalah proses
pertukaran gas antara individu dan lingkungan. Fungsi utama pernafasan
adalah untuk memperoleh oksigen agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh
dan mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan oleh sel. Tubuh mengambil
oksigen dari lingkungan untuk kemudian diangkut ke seluruh tubuh (sel-
selnya) melalui darah guna dilakukan pembakaran. Sisa pembakaran berupa
karbondioksida akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang
ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh. Kapasitas udara dalam
paru-paru adalah 4.500-5000 ml (4,5-5 liter). Udara yang diproses paru-paru
hanya sekitar 10% (±500 ml), yakni yang dihirup saat inspirasi dan yang
dihembuskan saat ekspirasi (Mubarak dan Chayatin, 2007).
Upaya yang paling penting dalam penyembuhan dengan perawatan
yang tepat merupakan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien dengan
asma untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan diharap pasien dapat
segera sembuh kembali. Intervensi yang utama adalah memenuhi kebutuhan
oksigenasi pada pasien asma. Kerjasama dengan tim kesehatan lain serta
melibatkan pasien dan keluarga sangat diperlukan agar perawatan dapat
berjalan dengan lancar.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam Praktik Klinik Keperawatan di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta di Ruang Anggrek I diperoleh data pasien
dengan asma adalah 5 orang dari 45 pasien di ruangan. Mempertimbangkan
hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dan membuat
Karya Tulis Ilmiah mengenai asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada Ny. N dengan asma di ruang Anggrek I RSUD Dr. Moewardi
Surakarta dengan metode masalah yang sistematis melalui proses
keperawatan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Ny. N dengan
asma di ruang Anggrek I RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a) Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. N dengan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada penyakit asma.
b) Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. N dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada penyakit asma.
c) Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. N
dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada penyakit asma.
d) Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. N dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada penyakit asma.
e) Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. N dengan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada penyakit asma.
f) Penulis mampu menganalisa kondisi oksigenasi yang terjadi pada Ny.
N dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada asma.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pendidikan keperawatan, peneliti, pelayanan
kesehatan, pembaca.
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Sebagai referensi serta menambah informasi dan pengetahuan kepada
mahasiswa mengenai pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada asma.
2. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan di rumah sakit
pada kasus pemenuhan kebutuhan oksigen pada asma.
3. Bagi pelayanan kesehatan
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan khususnya pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi.
4. Bagi pembaca
Untuk menambah wawasan tentang pemenuhan kebutuhan oksigen pada
penyakit asma.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa 3 April 2012 pukul 11.00 di
ruang Anggrek I kamar 1 i. Pasien bernama Ny. N berumur 49 tahun, berjenis
kelamin perempuan, beragama Islam, suku bangsa Jawa, pendidikan terakhir
Sekolah Menengah Atas (SMA), Ny. N seorang ibu rumah tangga yang
beralamat di Tawangsari 03/34 Mojosongo, Jebres, Surakarta. Ny. N datang
ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada hari Selasa 27 Maret 2012 dengan
diagnosa medis asma dengan nomor rekam medis 01051827.
Identitas penanggung jawab, bernama Ny. A berumur 25 tahun, jenis
kelamin perempuan, bekerja sebagai wiraswasta yang beralamat di
Tawangsari 03/34 Mojosongo, Jebres, Surakarta. Hubungan dalam keluarga
Ny. A sebagai anak kandung dari Ny. N.
B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Klien
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 3 April 2012 keluhan
utama Ny. N mengeluh sesak nafas. Riwayat kesehatan sekarang, Ny. N
mengeluh sesak nafas, batuk disertai sputum, terdengar suara nafas
wheezing, ekspirasi lebih panjang dari inspirasi, ada nafas cuping hidung,
dan pasien tampak lemah. Keadaan umum pasien baik, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, dan frekuensi pernapasan 26 kali
per menit, suhu 36,8 derajat celcius.
Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan mengeluh sesak nafas
sejak 2 tahun yang lalu, yang menyebabkan sesak pasien bukan karena
alergi, tetapi aktifitas membawa beban berat pada waktu dulu saat masih
bekerja, pasien juga mempunyai riwayat hipertensi. Riwayat kesehatan
keluarga, pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus, hipertensi, serta tidak
memiliki penyakit menular seperti tuberculosis (TBC).
2. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
Menurut pengkajian pola Gordon, hasil pengkajian pola istirahat
tidur pasien didapatkan sebelum sakit pasien mengatakan tidur 7 sampai 8
jam sehari. Kira-kira pukul 22.00 WIB – 05.00 WIB dan jumlah tidur
siang kurang lebih 1 jam. Selama sakit pasien mengatakan kadang
terbangun karena sesak nafasnya. Tidur kira-kira 5 sampai 6 jam sehari.
Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit pasien mengatakan sebagai
ibu rumah tangga beraktivitas mengerjakan kegiatan sehari-hari secara
mandiri. Selama sakit pasien mengatakan tidak dapat melakukan
aktivitasnya dengan baik. Makan, berpakaian, ambulasi, mobilisasi
dibantu oleh anaknya, toileting di tempat tidur dengan menggunakan
pispot.
Pola mekanisme koping, sebelum sakit pasien mengatakan selalu
bercerita tentang masalah kepada suami dan anaknya. Selama sakit pasien
bercerita tentang masalahnya kepada suami atau anaknya, dan pasien
mengatakan khawatir dengan penyakitnya.
3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penilaian
Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan hasil, keadaan umum
pasien baik, dengan kesadaran composmentis, pemeriksaan tanda-tanda
vital pasien adalah tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali per menit,
suhu 36,8
derajat celcius, frekuensi pernapasan 26 kali per menit.
Pemeriksaan mata, bentuk simetris, pupil isokor, konjungtiva anemis,
sklera tidak icterik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Pemeriksaan hidung, lubang hidung simetris, bersih, tidak ada
pembesaran polip, tidak ada sekret, tidak ada lesi, ada nafas cuping hidung
dan terpasang kanul oksigen dengan terapi 2 liter per menit. Pemeriksaan
mulut dan bibir, mulut pasien bersih, membran mukosa tidak sianosis,
tidak ada stomatitis, tidak ada caries, dan lidah bersih.
Pemeriksaan dada, pada paru dilakukan inspeksi dada terlihat
simetris antara kanan dan kiri, pengembangan dada kanan dan kiri sama.
Palpasi vocal premitus kanan kiri depan belakang sama. Perkusi bunyi
paru sonor dan auskultasi terdengar suara wheezing. Pemeriksaan lain
yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan kulit, dengan hasil yang
didapatkan yaitu turgor kulit baik, warna kulit sawo matang, capillary
refill kembali dalam tiga detik.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 2 April 2012
didapat hasil : hemoglobin 8,5 g/dl, eritrosit 3,17 jt/ul, leukosit 15,6 rb/ul,
hematokrit 27 %, trombosit 228 rb/ul, eusinofil 2,60 %, basofil 0,80 %,
neutrofil 70,80 %, limfosit 20,10 %, monosit 5,70 %, LUC 3,10 %, protein
total 5,1 g/dl, albumin 1,0 g/dl, globulin 4,1 g/dl, besi 10 g/dl. Hasil
pemeriksaan radiologi foto thorak menunjukkan cardiomegali dengan
odema pulmonum grade I – II.
C. Daftar Perumusan Masalah
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 3 April 2012 penulis
menganalisa data didapatkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme. Diagnosa tersebut
ditandai dengan data subjektif pasien mengeluh sesak nafas, dan data objektif
yaitu pasien terpasang kanul oksigen dengan terapi 2 liter per menit, terdengar
suara nafas wheezing, ekspirasi lebih panjang dari inspirasi, batuk disertai
sputum, ada nafas cuping hidung, frekuensi pernapasan 26 kali per menit.
D. Perencanaan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada tanggal 3 April 2012,
selanjutnya disusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Ny. N. Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan bronkospasme setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 kali 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas dapat kembali efektif
dengan kriteria hasil menunjukkan bersihan jalan nafas yang efektif, sesak
nafas berkurang, dapat batuk efektif, pasien mengeluarkan sputum,
mempunyai irama dan frekwensi pernafasan dalam rentang normal (16 – 24
kali per menit), wheezing berkurang.
Intervensi pertama adalah observasi tanda-tanda vital rasionalnya untuk
mengetahui perubahan tanda-tanda vital pasien. Intervensi kedua auskultasi
bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan rasionalnya untuk mengetahui
adanya penurunan atau tidaknya ventilasi dan ada tidaknya bunyi tambahan
seperti wheezing. Intervensi ketiga adalah pantau frekwensi pernafasan, catat
rasio inspirasi, ekspirasi rasionalnya mengetahui tanda stress pernafasan.
Intervensi keempat adalah beri klien posisi yang nyaman semi fowler
rasionalnya meningkatkan ekspansi dada. Intervensi kelima adalah ajarkan
dan berikan dorongan penggunaan teknik pernafasan diafragma dan batuk
efektif dengan rasionalnya yaitu mengeluarkan sekret dan meningkatkan
potensi jalan nafas. Intervensi keenam berikan terapi oksigen sesuai program,
rasionalnya untuk memperbaiki oksigenasi dan mengurangi sekresi.
Kolaborasi dengan medis dalam pemberian obat untuk asma (bronkodilator,
kortikosteroid, teofilin, kromolin).
E. Implementasi
Intervensi sudah disusun berdasarkan pada masalah, kemudian
dilakukan implementasi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Ny. N. Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan bronkospasme pada tanggal 3 April 2012 dilakukan
implementasi yaitu mengobservasi tanda tanda vital pada pukul 10.00 WIB
dengan respon pasien bersedia dan hasil tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80
kali per menit, frekuensi pernafasan 26 kali per menit, suhu 36,8 derajat
celcius. Melakukan auskultasi bunyi nafas dan mencatat adanya bunyi nafas
tambahan pada pukul 11.00 WIB, dengan respon pasien kooperatif dan hasil
auskultasi bunyi suara nafas terdengar wheezing. Memantau frekwensi
pernafasan, mencatat rasio inspirasi ekspirasi dilakukan pada pukul 11.15
WIB dengan respon frekwensi pernafasan 26 kali per menit, ekspirasi lebih
panjang dari inspirasi. Mengajarkan klien posisi semi fowler dilakukan pada
pukul 12.00 WIB dengan respon pasien kooperatif, pasien mengatakan lebih
nyaman dengan posisi semi fowler.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 4 April 2012 yaitu
memberikan terapi oksigen 2 liter per menit melalui selang kanul pada pukul
10.00 WIB dengan respon pasien lebih nyaman dengan menggunakan terapi
oksigen. Melakukan auskultasi bunyi nafas pada pukul 11.00 WIB dengan
respon pasien kooperatif, suara nafas terdengar wheezing. Mengobservasi
tanda-tanda vital pada pukul 13.00 WIB dengan hasil tekanan darah 160/100
mmHg, nadi 80 kali per menit, frekwensi pernafasan 28 kali per menit, suhu
36,5 derajat celcius. Memberikan dorongan penggunaan teknik pernafasan
diafragma dan batuk efektif dilakukan pada pukul 13.15 WIB dengan respon
pasien bersedia diajari dan dahak sulit dikeluarkan.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 5 April 2012 dilakukan
implementasi yaitu melakukan auskultasi bunyi nafas pada pukul 10.10 WIB
dengan respon pasien kooperatif, suara nafas terdengar wheezing.
Memberikan dorongan penggunaan teknik pernafasan diafragma dan batuk
efektif dilakukan pada pukul 10.15 WIB dengan respon pasien bersedia diajari
dan dahak sulit dikeluarkan. Mengobservasi tanda-tanda vital pada pukul
11.15 WIB dengan hasil tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 120 kali per
menit, frekwensi pernafasan 28 kali per menit, suhu 36,8 derajat celcius.
F. Evaluasi
Setelah implementasi dilaksanakan, tahap selanjutnya adalah evaluasi
keperawatan. Evaluasi dilakukan dengan metode evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Evaluasi proses dilakukan berdasarkan respon pasien dan keberhasilan
tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi hasil dilakukan sesuai
dengan tujuan dari intervensi pada diagnosa keperawatan yang muncul.
Diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan bronkospasme pada tanggal 3 April 2012 dilakukan
evaluasi keperawatan dengan evaluasi subjektif yaitu pasien mengatakan
masih sesak nafas, sedangkan evaluasi objektif pasien terdengar bunyi nafas
wheezing, ekspirasi lebih panjang dari inspirasi dan hasil tanda-tanda vital
yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, frekuensi
pernafasan 26 kali per menit, suhu 36,8 derajat celcius, maka dapat
disimpulkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi dan
rencana tindakan keperawatan dilanjutkan, yaitu auskultasi bunyi nafas, catat
bunyi nafas tambahan, pantau frekwensi pernafasan, dan kolaborasi
pemberian terapi oksigen.
Evaluasi keperawatan dilakukan pada tanggal 4 April 2012 dengan
evaluasi subjektif yaitu pasien mengatakan masih sesak nafas, batuk terkadang
keluar sputum, sputum sulit dikeluarkan, sedangkan evaluasi objektif pasien
hasil auskultasi terdengar bunyi wheezing, ada nafas cuping hidung. Hasil
tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 80 per menit,
frekwensi pernafasan 28 per menit, suhu 36,5 derajat celcius, maka dapat
disimpulkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi dan
rencana tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu auskultasi bunyi nafas, catat
bunyi nafas tambahan, pantau frekwensi pernafasan, dan kolaborasi
pemberian terapi oksigen.
Evaluasi keperawatan dilakukan pada tanggal 5 April 2012 dengan
evaluasi subjektif yaitu pasien mengatakan masih sesak nafas, batuk terkadang
keluar sputum, sedangkan evaluasi objektif pasien terdengar suara wheezing.
Hasil tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 120 kali per
menit, frekwensi pernafasan 28 kali per menit, suhu 36,8 derajat celcius, maka
dapat disimpulkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum
teratasi dan rencana tindakan keperawatan dilanjutkan, yaitu auskultasi bunyi
nafas, catat bunyi nafas tambahan, pantau frekwensi pernafasan, dan
kolaborasi pemberian terapi oksigen.
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Kebutuhan dasar manusia menurut hirarki Maslow merupakan sebuah
teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara
kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Kebutuhan
fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Kebutuhan
fisiologis merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup, salah satunya
adalah kebutuhan oksigenasi (Potter dan Perry, 2005). Terkait dengan hal
tersebut pada bab ini penulis akan melakukan pembahasan terhadap asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Ny. N dengan asma di
ruang Anggrek I RSUD Dr. Moewardi Surakarta, mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang klien (Potter dan Perry, 2005 :
144). Dalam pengkajian terhadap Ny. N, penulis menggunakan metode
wawancara, observasi, serta catatan rekam medis. Adapun hasil
pengkajian data fokus yang terdapat pada teori dan ditemukan pada kasus
adalah sebagai berikut :
a. Riwayat Kesehatan
Pengkajian kasus Ny. N yang dilakukan pada tanggal 3 April
2012 penulis menemukan tanda dan gejala asma yaitu sesak nafas,
batuk disertai sputum, terdengar suara nafas wheezing, ekspirasi lebih
panjang dari inspirasi, ada nafas cuping hidung, pasien tampak lemah,
pernafasan 26 kali per menit. Dalam teori disebutkan bahwa tanda dan
gejala asma antara lain dispnea, batuk terutama pada malam hari,
pernafasan yang dangkal dan cepat, mengi (wheezing), peningkatan
usaha nafas yang ditandai dengan retraksi dada, nafas cuping hidung,
kecemasan, udara terperangkap karena obstruksi aliran udara yaitu
pada asma terlihat memanjangnya waktu ekspirasi (Corwin, 2009).
Berdasar pengkajian penulis pada kasus Ny. N ditemukan adanya
kesesuaian tanda dan gejala penyakit asma antara teori dengan kasus
yang ada.
Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan mengeluh sesak
nafas sejak 2 tahun yang lalu, yang menyebabkan sesak pasien bukan
karena alergi, tetapi aktifitas membawa beban berat pada waktu dulu
saat masih bekerja. Dalam hal ini tipe asma terbagi menjadi tiga
macam, yaitu asma ekstrinsik, instrinsik, dan campuran. Tipe yang
pertama yaitu asma ekstrinsik, merupakan suatu jenis asma yang
disebabkan oleh alergi, seperti bulu binatang, debu, tepung sari, dan
lain-lain. Gejala asma umumnya dimulai sejak anak-anak. Tipe yang
kedua yaitu asma instrinsik, merupakan jenis asma yang tidak
berhubungan secara langsung dengan alergen spesifik. Faktor-faktor
seperti common cold, infeksi saluran nafas atas, aktifitas yang berat,
dan emosi akan menimbulkan serangan asma. Tipe asma ini biasanya
dimulai pada saat dewasa, yaitu lebih dari 35 tahun. Tipe yang ketiga
yaitu asma campuran, dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis
asma ekstrinsik dan instrinsik (Somantri, 2008). Dalam kasus pada Ny.
N ditemukan adanya persamaan yaitu tipe asma instrinsik. Disebutkan
dalam teori tipe asma instrinsik salah satunya disebabkan oleh aktifitas
berat dan biasanya dimulai pada saat dewasa, yaitu lebih dari 35 tahun.
Dalam teori, kecemasan dapat menjadi pemicu datangnya
serangan asma. Akibat adanya masalah psikologis juga menurunkan
kemampuan sistem imunitas tubuh untuk melawan bakteri pathogen,
sehingga penderita asma yang mengalami kecemasan berpeluang
menyebabkan asma menjadi kambuh lagi. (Hadibroto dan Alam,
2005). Dalam pengkajian pola mekanisme koping penulis masih
kurang maksimal dalam pengkajian kecemasan sebelum terjadi asma.
Penulis hanya mengkaji kecemasan pada saat sakit, yaitu kecemasan
karena khawatir dengan penyakitnya.
b. Hasil Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mengkaji tingkat
oksigenasi adalah teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada
dada (Potter dan Perry, 2005). Pemeriksaan paru pada Ny. N
didapatkan hasil, inspeksi dada terlihat simetris antara kanan dan kiri,
pengembangan dada kanan dan kiri sama. Palpasi didapatkan hasil
vocal premitus kanan kiri depan belakang sama. Perkusi terdengar
bunyi paru sonor. Auskultasi terdengar suara nafas wheezing.
Dalam teori pada kasus asma ditemukan hasil pemeriksaan fisik
palpasi taktil fremitus meningkat, menurun atau menetap. Perkusi
resonan meningkat atau melemah. Auskultasi terdengar suara wheezing
(Priharjo, 2006). Berdasarkan pengkajian dengan teori tidak ada
kesenjangan. Pada pasien asma wheezing ditimbulkan karena spasme
bronkus sehingga membuat pernafasan menjadi sulit dan menimbulkan
bunyi tersebut (Asih dan Effendy, 2003).
Pemeriksaan mata, pada Ny. N didapatkan bentuk simetris, pupil
isokor, konjungtiva anemis, sklera tidak icterik, tidak menggunakan
alat bantu penglihatan. Teori menyebutkan bahwa konjungtiva yang
anemis disebabkan oleh anemia, pada kasus ditemukan pemeriksaan
hemoglobin pada hasil laboratorium adalah 8,5 gr/dl yang normalnya
adalah 12,0-15,6 gr/dl, sehingga ada persamaan penyebab konjungtiva
yang anemis antara pengkajian penulis dengan teori.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pengkajian yang didapat pada hasil pemeriksaan radiologi foto
thorak pada Ny. N menunjukkan cardiomegali dengan odema
pulmonum grade I – II. Pada kasus asma ditemukan foto thorak
kardiomegali karena suplai oksigen yang dibawa darah kurang
sehingga memaksa jantung untuk bekerja lebih keras dan dapat
menimbulkan perubahan-perubahan pada otot jantung sehingga
jantung menjadi membesar. Kemudian terjadi edema pulmo. Edema
pulmo merupakan akumulasi cairan di paru-paru secara tiba-tiba akibat
peningkatan tekanan intravaskular. Ini secara khas terjadi ketika cairan
dari bagian dalam pembuluh-pembuluh darah merembes keluar
pembuluh darah kedalam jaringan-jaringan sekelilingnya yang
menyebabkan pembengkakan. Hal ini dapat terjadi karena terlalu
banyak tekanan dalam pembuluh-pembuluh darah. Edema pulmo
terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes
keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya
udara.
Hasil pemeriksaan hemoglobin yaitu yang normalnya 12,0-15,6
g/dl didapatkan hasil 8,5 gr/dl, dalam teori disebutkan bahwa pasien
dengan anemia dapat menurunkan kapasitas darah yang membawa
oksigen, sehingga pasien terjadi sesak nafas (Potter dan Perry, 2005).
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang
perawat mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya (Potter &
Perry, 2005 : 165). Diagnosa yang muncul pada masalah Ny. N
berdasarkan prioritas adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan bronkospasme.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk
mempertahankan bersihan jalan nafas (NANDA 2009 : 356). Dibuktikan,
batasan karakteristik ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ada suara
nafas tambahan, perubahan frekwensi nafas, sianosis, kesulitan berbicara,
penurunan bunyi nafas, dispnea, sputum dalam jumlah yang berlebihan,
batuk yang tidak efektif, dan gelisah.
Data yang menurut teori ada dalam kasus Ny. N adalah adanya sesak
nafas, nafas tambahan yaitu wheezing, perubahan frekwensi nafas, ada
nafas cuping hidung, batuk yang tidak efektif, gelisah. Diagnosa
keperawatan ini penulis prioritaskan karena pemenuhan kebutuhan
oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut hierarki Maslow.
Penulis mengambil etiologi bronkospasme, karena selama asma
dinding otot jalan nafas yaitu bronkus dan bronkeolus berkontraksi,
sehingga diameter bagian dalamnya menyempit. Meningkatnya
pengeluaran lendir dan peradangan dibagian jalan nafas mengakibatkan
jalan nafas menjadi lebih sempit lagi (Ayres, 2003).
Dalam teori pada kasus asma disebutkan diagnosa keperawatan utama
yang muncul adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan bronkospasme (Muttaqin, 2008). Jadi antara diagnosa penulis
dengan teori sudah sesuai.
3. Intervensi
Intervensi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan
yang berpusat pada klien dari hasil perkiraan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry,
2005 : 180). Penulis mencantumkan diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme, dengan tujuan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam bersihan jalan nafas
dapat kembali efektif, dalam teori juga disebutkan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam bersihan jalan nafas dapat
kembali efektif (Muttaqin, 2008). Kriteria hasil menunjukkan bersihan
jalan nafas yang efektif, sesak nafas berkurang, dapat batuk efektif, irama
dan frekwensi pernafasan dalam rentang normal yaitu 16 – 24 kali per
menit, wheezing berkurang.
Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu observasi tanda-tanda
vital, auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan, pantau
frekwensi pernafasan, catat rasio inspirasi, ekspirasi, beri klien posisi yang
nyaman semi fowler, ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik
pernafasan diafragma dan batuk, berikan terapi oksigen sesuai program.
Menurut teori intervensi yang diberikan pada pasien asma dengan
diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
bronkospasme adalah kaji warna, kekentalan, dan jumlah sputum, atur
posisi semi fowler, ajarkan cara batuk efektif, bantu klien latihan nafas
dalam, pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari kecuali tidak
diindikasikan, lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural drainase,
perkusi, dan fibrilasi, kolaborasi pemberian obat, nebulizer via inhalasi,
intravena sebagai pemeliharaan agar dilatasi jalan nafas optimal, agen
mukolitik untuk menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru, dan
agen ekspetoran akan memudahkan sekret lepas dari perlengketan jalan
nafas dan pemberian kortikosteroid (Muttaqin, 2008).
Pada intervensi antara penulis dengan teori ada sedikit perbedaan,
yaitu penulis merencanakan auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi
nafas tambahan, pantau frekwensi pernafasan, catat rasio inspirasi,
ekspirasi, berikan terapi oksigen sesuai program. Penulis menyusun
intervensi tersebut berdasarkan pada kasus yang ditemukan oleh penulis
dan berdasarkan tingkat kebutuhan dan respon pasien. Pada intervensi
kolaborasi dengan medis dalam pemberian obat untuk asma
(bronkodilator, kortikosteroid, teofilin, kromolin) tidak dilakukan, karena
pasien sudah mendapatkan nebulizer sebelum penulis melakukan
pengkajian.
4. Implementasi
Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter
dan Perry, 2005 : 203). Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan bronkospasme pada tanggal 3, 4, dan 5 April 2012
dilakukan implementasi yaitu mengobservasi tanda tanda vital untuk
mengetahui perubahan tanda-tanda vital pasien. Melakukan auskultasi
bunyi nafas dan mencatat adanya bunyi nafas tambahan, dilakukan untuk
mengetahui adanya penurunan atau tidaknya ventilasi dan ada tidaknya
bunyi tambahan seperti wheezing. Hasil auskultasinya pada pasien
terdengar suara wheezing. Pada pasien asma wheezing ditimbulkan karena
spasme bronkus sehingga membuat pernafasan menjadi sulit dan
menimbulkan bunyi nafas tersebut (Asih dan Effendy, 2003).
Memantau frekwensi pernafasan, mencatat rasio inspirasi ekspirasi,
dilakukan untuk mengetahui tanda stress pernafasan dilakukan selama 3
hari. Hasil ekspirasi lebih panjang dari inspirasi, frekwensi pernafasan
lebih dari 20 kali per menit disebabkan karena penyempitan jalan nafas
dan perangkap udara karena bronkospasme.
Mengajarkan klien posisi semi fowler dilakukan pada tanggal 4
April 2012 untuk meningkatkan ekspansi paru dengan rasionalnya sekresi
bergerak sesuai gaya grafitasi akibat perubahan posisi dan meningkatkan
kepala tempat tidur akan memindahkan isi perut menjadi diafragma
sehingga memungkinkan diafragma untuk berkontraksi (Muttaqin, 2008).
Memberikan dorongan penggunaan teknik pernafasan diafragma dan batuk
efektif dilakukan pada tanggal 4 April 2012 rasionalnya yaitu
mengeluarkan sekret dan meningkatkan potensi jalan nafas.
Memberikan terapi oksigen 2 liter per menit melalui selang kanul
dilakukan pada tanggal 4 dan 5 April 2012. Penulis memberikan terapi
oksigen karena pasien merasa sesak nafas, pasien merasa lebih nyaman
dengan diberi terapi oksigen. Nasal kanula diberikan dengan kontinu aliran
1-6 liter per menit dengan konsentrasi oksigen 24-44 % (Tarwoto, 2010).
Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis
menurut hierarki Maslow. Oksigen sangat berperan dalam proses
metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi
karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan
terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung
lama akan terjadi kematian (Hidayat : 2004).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah mengukur respon klien terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter &
Perry, 2005 : 216). Diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan bronkospasme pada tanggal 3, 4, 5 April 2012
dilakukan evaluasi keperawatan dengan evaluasi subjektif yaitu pasien
mengatakan masih sesak nafas, batuk terkadang keluar sputum. Evaluasi
objektif pasien auskultasi terdengar bunyi nafas wheezing dan hasil tanda-
tanda vital tanggal 3 April 2012 adalah tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
80 kali per menit, frekwensi pernafasan 26 kali per menit, suhu 36,8
derajat celcius. Tanggal 4 April 2012 adalah 160/100 mmHg, nadi 80 kali
per menit, pernafasan 28 kali per menit, suhu 36,5 derajat celcius. Tanggal
5 April 2012 didapatkan hasil tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 120 kali
per menit, frekwensi pernafasan 28 kali per menit, suhu 36,8 derajat
celcius. Disimpulkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum
teratasi. Masalah yang belum teratasi yaitu pasien masih mengeluh sesak
nafas, frekwensi pernafasan masih belum normal yaitu lebih dari 24 kali
per menit, yang normalnya adalah 16 – 24 kali per menit, pasien belum
bisa batuk secara efektif, dan pada auskultasi masih terdengar suara
wheezing. Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan, yaitu auskultasi
bunyi nafas, catat bunyi nafas tambahan, pantau frekwensi pernafasan, dan
kolaborasi pemberian terapi oksigen.
B. Simpulan
1. Pengkajian dari Ny. N didapatkan hasil bahwa terdapat tanda gejala
wheezing, sesak nafas, batuk disertai sputum, frekwensi pernafasan lebih
dari 24 kali per menit. Pemeriksaan paru pada Ny. N didapatkan hasil,
inspeksi dada terlihat simetris antara kanan dan kiri, pengembangan dada
kanan dan kiri sama. Palpasi didapatkan hasil vocal premitus kanan kiri
depan belakang sama. Perkusi terdengar bunyi paru sonor. Auskultasi
terdengar suara nafas wheezing.
2. Diagnosa keperawatan pada Ny. N yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan bronkospasme.
3. Rencana tindakan keperawatan pada Ny. N dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi yaitu dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 kali 24 jam bersihan jalan nafas dapat kembali efektif, dengan
kriteria hasil menunjukkan bersihan jalan nafas yang efektif, sesak nafas
berkurang, batuk berkurang, pasien dapat mengeluarkan sputum secara
efektif, mempunyai irama dan frekwensi pernafasan dalam rentang
normal yaitu 16 – 24 kali per menit, wheezing berkurang. Kemudian
melakukan intervensi keperawatan, yaitu observasi tanda-tanda vital,
auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan, pantau
frekwensi pernafasan, catat rasio inspirasi, ekspirasi, beri klien posisi yang
nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur, semi fowler, ajarkan dan
berikan dorongan penggunaan teknik pernafasan diafragma dan batuk,
berikan terapi oksigen sesuai program, kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat untuk asma.
4. Implementasi yang telah dilakukan pada Ny. N tanggal 4, 5, 6 April 2012
adalah mengobservasi tanda-tanda vital, melakukan auskultasi bunyi
nafas, memantau frekwensi pernafasan, mencatat rasio inspirasi, ekspirasi,
mengajarkan klien posisi fowler, memberikan dorongan penggunaan
teknik pernafasan diafragma dan batuk yang efektif, memberikan terapi
oksigen sesuai program.
5. Evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan penulis pada tanggal 6 April
2012 didasarkan pada kriteria hasil yang diharapkan yaitu ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme belum teratasi.
6. Ny. S dengan diagnosa medis asma ditandai dengan sesak nafas, wheezing,
batuk disertai sputum, frekwensi pernafasan lebih dari 24 kali per menit.
Wheezing ditimbulkan karena spasme bronkus sehingga membuat
pernafasan menjadi sulit dan menimbulkan bunyi tersebut. Dilakukan
implementasi yaitu mengobservasi tanda-tanda vital, melakukan auskultasi
bunyi nafas, memantau frekwensi pernafasan, mencatat rasio inspirasi,
ekspirasi, mengajarkan klien posisi semi fowler, memberikan dorongan
penggunaan teknik pernafasan diafragma dan batuk yang efektif,
memberikan berikan terapi oksigen sesuai program dengan evaluasi hasil
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme
belum teratasi.
C. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang
lebih berkualitas dan professional, sehingga dapat tercipta perawat-
perawat yang profesional, terampil, cekatan dan handal yang mampu
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
2. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik, mempertahankan
serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang ada.
3. Bagi tenaga kesehatan terutama perawat
Diharapkan didalam memberikan tindakan keperawatan dan untuk
mencapai hasil evaluasi yang maksimal tentu perlu adanya kerja sama
dengan tim kesehatan lain seperti dokter, fisioterapi, ahli gizi dan yang
lainnya, sehingga penulis mengharapkan agar mencapai hasil yang
maksimal tentu perlu adanya kerja keras dalam melaksanakan tindakan
baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
4. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang
lebih berkualitas dan professional, sehingga dapat tercipta perawat-
perawat yang profesional, terampil, cekatan dan handal yang mampu
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Asih dan Effendy, (2003). Keperawatan Medikal Bedah : klien dengan gangguan
system pernafasan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Ayres Jon, (2003). Asma. Dian Rakyat, Jakarta.
Corwin, (2009). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Depkes RI Nomor : 1023/Menkes/SK/XI/2008, (2009). Pedoman Pengendalian
Penyakit Asma. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dianiati, dkk, (2010). Jurnal Respiratori Indonesia
http://jurnalrespirologi.org/jurnal/APRIL%20VOL_30%20NO_2%202010.pdf
. Diakses tanggal 17 April 2011.
Hadibroto dan Alam, (2005). Asma. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Harahap A. Ikhsanudin, (2005). Oksigenasi dalam Suatu Asuhan Keperawatan.
http : //repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1/ruf-mei2005-%20(5).pdf.
Diakses tanggal 11 April 2012.
Oemiyati dan Alwi, (2009). Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit
Asma di Indonesia. Jurnal penyakit tidak menular Indonesia. Vol.1.1.2009.
http: isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11091218_2085-6784.pdf. Diakses
tanggal 17 April 2011.
Mubarak dan Chayatin, (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mukty dan Alsagaff, (2006). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Penerbit Airlangga
University Press, Surabaya.
Muttaqin Arif, (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Potter dan Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Priharjo Robert, (2006). Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Tarwoto dan Wartonah, (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi 4. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
T. Heather Herdman, (2009-2011). Diagnosis Keperawatan : definisi dan
klasifikasi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Somantri Irman, (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Wilkinson. M Judith, (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 7.
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rosi Adityana
Tempat tanggal lahir : 29 November 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Bangunrejo, Blimbing, Sambirejo, Sragen
Riwayat Pendidikan : 1. TK Pertiwi III Blimbing 1996 - 1997
2. SD Negeri Blimbing I 1997 - 2003
3. SMP Negeri I Sambirejo 2003 - 2006
4. SMA Negeri I Gondang 2006 - 2009
5. STIKES Kusuma Husada Surakarta Program
Studi DIII Keperawatan 2009 - 2012
Riwayat Pekerjaan :
Riwayat Organisasi :
Publikasi :
LAMPIRAN