studi kasus asuhan keperawatan pemenuhan...

41
1 STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : PURWANTI NIM. P.10118 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013

Upload: truongdiep

Post on 01-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

1

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS

PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I

RSUD KARANGANYAR

DI SUSUN OLEH :

PURWANTI

NIM. P.10118

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

Page 2: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS PARU

(TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

PURWANTI

NIM. P.10118

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

Page 3: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

ii

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Purwanti

NIM : P.10118

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS

PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD

KARANGANYAR

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, Juni 2013

Yang Membuat Pernyataan

PURWANTI

NIM. P.10118

Page 4: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Purwanti

NIM : P.10118

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS

(TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : 05 Juni 2013

Pembimbing : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns ( ………………..…...)

NIK: 201187065

Page 5: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

iv

Page 6: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. S DENGAN TUBERCULOSIS

PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I RSUD KARANGANYAR”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang

telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma

Husada Surakarta serta selaku pembimbing dan penguji I yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, saran, selama penyusunan laporan Karya

Tulis Ilmiah ini.

2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns selaku Sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan serta penguji I dan sekaligus pembimbing yang telah

memberikan kesempatan menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji II yang telah membimbing

dan memberi masukan-masukan, inspirasi, serta memfasilitasi demi

kesempurnaannya studi kasus ini.

Page 7: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

vi

4. Nurul Devi, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji III yang telah membimbing dan

memberi masukan-masukan, inspirasi, serta memfasilitasi demi kesempurnaannya

studi kasus ini.

5. Direktur RSUD Karanganyar yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan pengambilan kasus di Ruang Mawar I.

6. Seluruh Dosen dan Karyawan beserta Staff Prodi DIII Keperawatan STIKes

Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dan

wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat,

kepercayaan, kasih sayang, kesabaran, nasihat dan dukungan dalam segala bentuknya

serta atas doanya selama ini yang tidak terbalas oleh apapun.

8. Kakakku tercinta yang selalu memberikan semangat dan doa.

9. Yusuf Bachtiar yang selalu memberi semangat dan motivasi, yang selalu sabar

mendengarkan keluh kesah saya dalam proses penulisan Karya Tulis Ilmiah.

10. Sahabat dan teman-teman angkatan 2013 Program Studi DIII Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan Karya Tulis

Ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan laporan Karya Tulis Ilmiah ini.

Surakarta, Juni 2013

Penulis

Page 8: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ............................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 4

C. Manfaat Penulisan ......................................................................... 5

BAB II LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ............................................................................... 7

B. Pengkajian ...................................................................................... 7

C. Perumusan Masalah Keperawatan ................................................ 11

D. Perencanaan Keperawatan ............................................................ 11

E. Implementasi Keperawatan ........................................................... 12

F. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 14

Page 9: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

viii

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan .................................................................................. 16

B. Simpulan ....................................................................................... 26

C. Saran ............................................................................................. 28

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

Page 10: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data

Lampiran 2 Format Pendelegasian Pasien

Lampiran 3 Log Book

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 5 Asuhan Keperawatan

Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup

Page 11: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuberculosis Paru (TBC) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

yang penting di dunia. Menurut WHO, di seluruh dunia setiap tahun

ditemukan sekitar 8 juta kasus baru. Indonesia merupakan negara dengan

kasus TBC terbesar ketiga setelah India dan Cina dengan perkiraan jumlah

kasus pada tahun 2003 adalah 627.047 penderita dan 281.946 kasus

merupakan TBC paru BTA positif (Mahmudin, 2007).

Di Indonesia dilaporkan angka prevalensi mencapai 11,7 persen,

dengan resiko infeksi 1,64 persen. Angka prevalensi diperoleh sebesar 786

per 100.000 penduduk, 44 persennya adalah tuberkulosis dengan BTA positif.

Penemuan kasus TB Paru BTA positif, masih rendah dari target yang

ditetapkan oleh Departemen kesehatan dalam standar pelayanan minimal

menuju Indonesia sehat 2010 yaitu 70 persen. Dalam kurun waktu tiga tahun

terakhir penemuan kasus TB paru BTA positif di Provinsi Jawa Tengah

menurun. Prevalensi tuberculosisparu (TBC) provinsi Jawa Tengah masih

diatas angka nasional (0,99 persen) (Nizar, 2010). Prevalensi di RSUD

Karanganyar tuberkulosis menduduki peringkat ke-4 dari 10 kasus terbanyak

di ruang Mawar I (RSUD Karanganyar, 2012).

Penyakit tuberkulosis paru (TBC) dimulai dari tuberculosis, yang

berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang

1

Page 12: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

2

(basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis. Penularan

penyakit ini melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung

basil tuberculosis paru (TBC). Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah

beterbangan di udara dan terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk ke

dalam paru-parunya, yang kemudian menyebabkan penyakit tuberculosis

paru (TBC). Pada penyakit tuberculosis paru (TBC), jaringan yang paling

sering diserang adalah paru-paru (95,9%) (Naga, 2012).

Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran

pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan

infeksi TB terjadi melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet yang

mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang

terinfeksi. Sel efektor adalah makrofag, dan limfosit (biasanya sel T) adalah

sel imunoresponsif. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus

biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil,

gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan

cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit (Price, 2006).

Seseorang ditetapkan sebagai penderita tuberkulosis apabila ditemukan

gejala klinis utama (cardinal symtom). Gejalanya berupa batuk berdahak

lebih dari 3 minggu, batuk berdarah, sesak nafas, nyeri dada. Bakteri masuk

ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan dan bisa menyebar ke

bagian tubuh lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau langsung ke

organ terdekat (Widoyono, 2012).

Page 13: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

3

Pernafasan dapat berubah karena kondisi atau penyakit yang mengubah

stuktur dan fungsi paru. Otot-otot pernafasan, ruang pleura, dan alveoli sangat

penting untuk ventilasi, perfusi, dan pertukaran gas pernafasan. Kerja

pernafasan ditentukan oleh tingkat kompliansi paru, tahanan jalan nafas,

keberadaan ekspansi yang aktif, dan penggunaan otot-otot bantu pernapasan

(Potter & Perry, 2005).

Oksigenasi (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung oksigen kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang

banyak mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi (Riyadi,

2012). Pemenuhan kebutuhan oksigenasi merupakan bagian dari kebutuhan

fisiologis. Oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh.

Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan

oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan

otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi kematian. Proses

pemenuhan kebutuhan oksigen dilakukan dengan cara pemberian oksigen

melalui saluran pernafasan, membebaskan saluran pernafasan dari sumbatan

yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ

pernafasan agar berfungsi secara normal (Hidayat, 2004).

Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi penulis pada Tn. S pada

tanggal 25 April 2013 diperoleh data bahwa Tn. S mengalami sesak napas

yang akan mengganggu proses oksigenasi, apabila tidak terpenuhi akan

menyebabkan metabolisme sel terganggu, dan terjadi kerusakan pada jaringan

otak apabila hal tersebut berlangsung lama akan menyebabkan kematian.

Page 14: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

4

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengambil kasus dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn. S dengan

Tuberculosis Paru (TBC) Di Ruang Mawar I RSUD Karanganyar”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. S dengan

Tuberculosis Paru (TBC) di Ruang Mawar I RSUD Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan pemenuhan

kebutuhan oksigenasi dengan Tuberculosis Paru (TBC) di Ruang

Mawar I RSUD Karanganyar.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan

pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan Tuberculosis Paru (TBC) di

Ruang Mawar I RSUD Karanganyar.

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn. S

dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan Tuberculosis Paru

(TBC) di Ruang Mawar I RSUD Karanganyar.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. S dengan

pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan Tuberculosis Paru (TBC) di

di Ruang Mawar I RSUD Karanganyar.

Page 15: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

5

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. S dengan pemenuhan

kebutuhan oksigensai dengan Tuberculosis Paru (TBC) di Ruang

Mawar I RSUD Karanganyar.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi pemenuhan kebutuhan oksigenasi

pada Tn. S dengan Tuberculosis Paru (TBC) di Ruang Mawar I RSUD

Karanganyar.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman

khususnya di bidang keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada

pasien dengan Tuberculosis paru (TBC).

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang

asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan

Tuberculosis paru (TBC) dapat digunakan sebagai acuan praktek

mahasiswa keperawatan.

3. Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan

praktek pelayanan keperawatan khususnya pemenuhan kebutuhan

oksigenasi pada pasien dengan Tuberculosis paru (TBC).

Page 16: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

6

4. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dan informasi dibidang keperawatan tentang asuhan keperawatan

pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan Tuberculosis Paru

(TBC).

5. Bagi Pembaca

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada

masyarakat tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien dengan

Tuberculosis Paru (TBC).

Page 17: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

7

BAB II

LAPORAN KASUS

Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 April 2013 jam 09.00 WIB, pada

kasus ini pengkajian diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa,

pengamatan dan observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis,

dan catatan keperawatan.

A. Identitas Pasien

Data pengkajian didapatkan data identitas pasien bahwa pasien bernama

Tn. S, usia 70 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan buruh, agama Islam,

pendidikan SD, tanggal masuk 24 April 2013 Jam 13.15 WIB. Yang

bertanggung jawab adalah Tn S, usia 45 tahun, pendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP), pekerjaan swasta, hubungan dengan pasien adalah

anak pasien.

B. Pengkajian Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Pasien

Pengkajian riwayat kesehatan pasien pada pukul 09.20 WIB,

keluhan utama yang dirasakan oleh pasien adalah sesak nafas. Riwayat

penyakit sekarang Tn. S mengatakan batuk dahak susah keluar dan sesak

nafas ± 3 hari. Pasien sudah diperiksakan ke pelayanan kesehatan terdekat

tetapi tidak ada perubahan kemudian pasien dibawa ke puskesmas

7

Page 18: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

8

Ngargoyoso. Pada tanggal 24 April 2013 Jam 13.15 WIB pasien dirujuk ke

RSUD Karanganyar dan mendapatkan terapi cairan infus RL 20

tetes/menit dan dianjurkan untuk rawat inap di ruang Mawar I kamar III.

Pemeriksaan tanda–tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 110/80

mmHg, nadi 80 kali per menit, suhu 36,50 C, pernafasan 29 kali per menit.

Pengkajian riwayat penyakit dahulu keluarga mengatakan pasien

sebelumnya pernah mondok di puskesmas karena penyakit yang sama

sekitar 3 bulan yang lalu. Riwayat kesehatan keluarga, keluarga

mengatakan dalam anggota keluarganya belum pernah ada yang

mengalami sakit seperti yang diderita pasien saat ini. Pasien juga

mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit

keturunan seperti hipertensi, DM maupun asma. Riwayat kesehatan

lingkungan, keluarga pasien mengatakan tinggal di perkampungan, kondisi

lingkungannya bersih, pencahayaan ruangan kurang, ventilasi rumah baik,

jendela jarang dibuka setiap harinya.

2. Pengkajian Pola Fungsi Gordon

Pengkajian pola fungsi gordon pada pola aktifitas dan latihan

pasien mengatakan sebelum sakit ia dapat melakukan aktifitasnya secara

mandiri, dalam kondisi sakit pasien mengatakan keadaan tubuh sangat

lemah sehingga dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti

makan/minum, berpakaian, mobilisasi tempat tidur dan bepindah dibantu

oleh keluarga atau orang lain (nilai tingkat aktivitasnya dua), toileting

dibantu dengan alat (nilai tingkat aktifitasnya 1) dan dalam ambulasi/ROM

dilakukan secara mandiri.

Page 19: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

9

3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penilaian

Hasil dari pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan

umum pasien sedang, kesadaran composmentis, glasgow coma scale 15

eye 4, motoric 6, verbal 5, untuk tanda- tanda vital didapatkan hasil

tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, suhu 36,5 derajat

celcius, pernafasan 29 kali per menit. Pemeriksaan fisik kepala bentuk

mesochepal, rambut warna hitam beruban sedikit kotor dan berketombe.

Mata simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva anemis, sklera tidak

ikterik. Hidung simetris, tidak ada polip dan sekret, tidak ada gangguan

pada indera pembau dan terpasang terapi oksigen 2 liter per menit dengan

kanul.

Mulut tidak ada stomatitis, gigi ada caries, kondisi sedikit kotor

dan berwarna kekuningan ada gigi berlubang. Telinga simetris antara

kanan dan kiri, tidak ada serumen dan tidak ada gangguan pendengaran.

Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada kaku kuduk.

Pada pemeriksaan dada untuk paru inspeksi terdapat

pengembangan paru kanan dan kiri sama, pada palpasi vocal fremitus

kanan dan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi terdengar bunyi ronchi.

Pada jantung inspeksi ictus cordis tidak tampak, pada palpasi ictus cordis

teraba di ICS IV, perkusi pekak, auskultasi BJ I - II murni, tidak ada suara

tambahan. Pada pemeriksaan abdomen inspeksi tidak ada jejas, auskultasi

bising usus 10 kali per menit, perkusi tympsni, palpasi tidak ada nyeri

tekan.

Page 20: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

10

Pada ekstremitas atas kekuatan otot kanan 5 dan kiri 5 terpasang

infus RL 20 tetes per menit, ROM kanan aktif dan kiri aktif, capillary

refille kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, akral

hangat. Ekstremitas bawah kekuatan otot kanan 5 kiri 5, ROM kanan aktif

kiri aktif, capillary refille kurang dari 2 detik, akral hangat.

4. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan penunjang dan data laboratorium pada tanggal

25 April 2013 didapat hasil foto thorax infiltrat TB duplex pada paru

kanan. Hasil laboratorium yaitu hemoglobin 13,0 g/dl (nilai normal 11,0

g/dl sampai 16,0 g/dl); hematokrit 36,3% (nilai normal 37% sampai 54%);

eritrosit 4,18x106/ul (nilai normal 4,5x10

6/ul sampai 5,5x10

6/ul); leukosit

8.4x103/ul (nilai normal 4,5x10

3/ul sampai 11,0x10

3/ul); trombosit

21,1x103

/ul (nilai normal 150x103/ul sampai 450x10

3/ul); pemeriksaan

Basil Tahan Asam (BTA) dengan hasil positif (+) nilai normal negatif (-).

5. Terapi

Terapi yang didapat pasien saat dirawat bangsal Mawar I pada

tanggal 25 april 2013 yaitu terapi infus RL 20 tetes permenit, levovloxacin

500 mg/ 24 jam indikasi untuk gejala bronkhitis kronis secara mendadak

akibat bakteri, metronidazol 500 mg/ 8 jam indikasi untuk pengobatan

bakteri anaerob, dexamethasone 0,5 mg/ 8 jam indikasi untuk anti

inflamasi, gangguan dermatologik dan pernafasan, pantoprazole 40 mg/24

jam indikasi mengontrol kondisi hipersekresi asam lambung, mecobalamin

500 ug/24 jam indikasi untuk pengobatan neuropati perifer yang

disebabkan defisiensi vitamin B12, ambroxol 30 mg per 1 sendok teh

Page 21: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

11

indikasi penyakit saluran nafas akut dan kronis yang disertai sekresi

bronkial yang abnormal. Pada tanggal 26 April 2013 mendapat terapi

tambahan yaitu isoniazid (INH) 300 mg/ 8 jam indikasi pengobatan dan

pencegahan tuberkulosis, dalam bentuk pengobatan tunggal maupun

kombinasi dengan obat tuberkulosis lainnya, rentamisin 10 mg/ 12 jam

indikasi untuk terapi tuberkulosis, pyrazimanide (PZA) 500 mg/ 12 jam

indikasi terapi tuberkulosis (sebagai tuberkulostatik sekunder), Etambutol

500 mg/ 8 jam indikasi anti tuberkulosa.

C. Rumusan Masalah Keperawatan

Hasil pengkajian secara wawancara dan observasi, penulis menemukan

masalah yang dikeluhkan pasien dan menjadi prioritas diagnosa keperawatan

yang paling utama yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan penumpukan sekret. Ditandai dengan data subjektif pasien

mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak, dahak susah keluar, data

objektif sputum kental, pasien lemah, suara nafas ronchi, pernafasan pasien

29 kali per menit, terpasang nasal kanul oksigen 2 liter per menit.

D. Rencana Keperawatan

Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 kali 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas pada Tn. S

menjadi efektif. Dengan kriteria hasil pernafasan pasien normal 16 -20 kali

per menit, tidak terdengar bunyi ronkhi, tidak terpasang nasal kanul oksigen 2

liter per menit.

Page 22: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

12

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan yaitu

observasi tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui keadaan umum

pasien; observasi fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan irama dengan

rasional untuk mengetahui keadaan pernafasan; catat kemampuan

mengeluarkan secret dan batuk dengan rasional untuk mengetahui bunyi nafas

menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi sekret dan

ketidakefektifan pengeluaran sekresi; anjurkan minum air hangat dengan

rasional agar dahak bisa keluar; posisikan semi fowler dengan rasional untuk

membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan;

ajarkan teknik batuk efektif dengan rasional agar dahak bisa keluar; berikan

pendidikan kesehatan tentang penyakit tuberculosis paru (TBC) dengan

rasional untuk menambah pengetahuan keluarga; kolaborasi dengan tim

medis dalam pemberian obat dengan rasional untuk memberikan terapi

tambahan.

E. Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 25 April 2013

pukul 11.0 WIB mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum, data

subyektif pasien mengatakan bersedia, data obyektif yaitu TD 110/70 mmHg,

pernafasan 29 kali per menit, dan nadi 80 kali per menit, suhu 36,5 derajat

celcius, terdapat suara ronchi. Jam 11.10 WIB mencatat kemampuan

mengeluarkan secret dengan data subyektif pasien mengatakan secret sulit

keluar dan data obyektif pasien tampak tidak bisa mengeluarkan sekret. Jam

11.25 WIB menganjurkan minum air hangat dengan data subyektif pasien

bersedia minum air hangat, data subyektif pasien tampak minum air hangat.

Page 23: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

13

Jam 11.45 WIB memposisikan semi fowler dengan data subyektif pasien

mengatakan nyaman dengan posisi setengah duduk, data obyektif pasien

tampak nyaman. Jam 11.55 WIB mengajarkan teknik batuk efektif dengan

data subyektif pasien mengatakan bersedia diajarkan batuk efektif, data

obyektif dahak belum bisa keluar. Jam 12.05 WIB kolaborasi dengan tim

medis untuk pemberian obat, ambroxol 1 sendok teh dengan data subyektif

pasien bersedia minum obat, data obyektif obat ambroxol 1 sendok teh masuk

lewat oral.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 26 April 2013 jam

09.20 WIB mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum, data

subyektif pasien mengatakan bersedia, sesak nafas berkurang tetapi masih

batuk, data obyektif yaitu TD 110/70 mmHg, suhu 36,2 derajat celcius,

pernafasan 25 kali per menit, dan nadi 82 kali per menit, terdapat suara

ronchi, terpasang nasal kanul 2 liter per menit. Jam 09.45 WIB mencatat

kemampuan mengeluarkan sekret dengan data subyektif pasien mengatakan

sudah bisa keluar dan data obyektif pasien tampak tidak bisa mengeluarkan

sekret. Jam 10.00 WIB menganjurkan minum air hangat dengan data

subyektif pasien bersedia minum air hangat, data subyektif pasien tampak

minum air hangat. Jam 10.35 WIB mengulang kembali untuk mengajarkan

batuk efektif dengan data subyektif pasien mengatakan bersedia diajarkan

batuk efektif, data obyektif dahak belum bisa keluar. Jam 10.45 WIB

memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang penyakit

tuberkulosis paru (TBC) serta cara penularannya dengan data subyektif

keluarga mengatakan bersedia diberikan pendidikan kesehatan tentang

Page 24: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

14

penyakit tuberculosis paru (TBC), data obyektif pasien tampak paham setelah

diberikan pendidikan kesehatan. Jam 11.05 WIB kolaborasi dengan tim medis

untuk pemberian obat ambroxol 1 sendok teh dengan data subyektif pasien

bersedia minum obat, data obyektif obat masuk lewat oral. Jam 11.35 WIB

kolaborasi dengan medis untuk mempertahankan terapi O2 sesuai program

dengan data subyektif pasien mengatakan nyaman diberi O2 dan data obyektif

terpasang O2 2 liter per menit.

Tindakan keperawatan pada tanggal 27 April 2013 jam 08.45 WIB,

mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum dengan data subyektif

pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas tetapi masih batuk, data obyektif

TD: 120/80 mmHg, nadi 83 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, suhu

36,2

derajat celcius,sudah tidak terpasang nasal kanul. Jam 10.10 WIB

mengajarkan batuk efektif data subyektif pasien mengatakan bersedia, data

obyektif dahak sudah keluar. Jam 10.45 memberikan obat ambroxol 1 sendok

teh dengan data subyektif pasien bersedia, data obyektif ambroxol 1 sendok

teh masuk lewat oral.

F. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada

hari senin 25 April 2013 jam 13.15 WIB dengan menggunakan metode SOAP

yang hasilnya adalah evaluasi subyektif pasien mengatakan sesak nafas dan

batuk, dahak sulit keluar. Evaluasi obyektif pasien tampak batuk tidak bisa

mengeluarkan secret dan terdapat suara ronkhi, pernafasan 29 kali per menit,

menggunakan nasal kanul oksigen 2 liter per menit. Analisa masalah belum

Page 25: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

15

teratasi. Planning lanjutkan intervensi yaitu observasi TTV dan keadaan

umum pasien, catat kemampuan mengeluarkan secret, anjurkan minum air

hangat, ajarkan teknik batuk efektif dan melanjutkan terapi medis ambroxol 1

sendok teh dan terapi oksigen 2 liter per menit.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada

tanggal 26 April 2013 jam 13.30 WIB dengan menggunakan metode SOAP

yang hasilnya adalah evaluasi subyektif pasien mengatakan sesak nafas

berkurang tetapi masih batuk dahak susah keluar, evaluasi obyektif pasien

tampak batuk dahak sulit keluar pernafasan 25 kali per menit terdengar bunyi

ronchi, menggunakan nasal kanul 2 liter per menit, Analisa masalah belum

teratasi, planning lanjutkan intervensi yaitu observasi tanda-tanda vital dan

keadaan umum pasien, catat kemampuan pasien dalam mengeluarkan sekret,

mengajarkan batuk efektif, lanjutkan terapi medis ambroxol 1 sendok teh dan

terapi oksigen 2 liter per menit.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada

tanggal 27 April 2013 jam 13.35 WIB dengan menggunakan metode SOAP

yang hasilnya adalah evaluasi subyektif pasien mengatakan sudah tidak sesak

nafas, dahak sudah keluar, evaluasi obyektif dahak sudah keluar pernafasan

20 kali per menit, sudah tidak menggunakan nasal kanul oksigen, tetapi masih

batuk. Analisa masalah sudah teratasi dan planning hentikan intervensi

yaituobservasi tanda-tanda vital; observasi fungsi pernafasan, bunyi nafas,

kecepatan irama; catat kemampuan mengeluarkan sekret; anjurkan minum air

hangat; posisikan semi fowler, ajarkan teknik batuk efektif .

Page 26: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

16

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesinambungan antara

teori dengan studi kasus asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan

oksigenasi pada Tn. S dengan tuberculosis paru (TBC) di RSUD

Karanganyar yang telah dilakukan pada tanggal 25 - 27 April 2013 kegiatan

yang penulis lakukan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

Penyakit tuberkulosis paru dimulai dari tuberkulosis, yang berarti suatu

penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang

dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini

melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung basil

tuberkulosis paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah beterbangan

di udara dan terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk ke dalam paru-paru,

yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru. Pada penyakit

tuberkulosis, jaringan yang paling sering diserang adalah paru-paru (95,9%)

(Naga, 2012). Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah

saluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit.

Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet

yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang

terinfeksi (Price, 2006).

16

Page 27: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

17

1. Pengkajian

Tahap pengkajian kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan

data seperti riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data

sekunder lainnya (catatan, hasil pemeriksaan diagnostik, dan literatur)

(Deswani, 2009). Data harus didokumentasikan secara tepat dan benar, ada

dua jenis data dari pasien yaitu data subjektif yang merupakan data riwayat

kesehatan yang diperoleh dari wawancara dengan pasien serta data objektif

yang diperoleh dari pengkajian fisik pasien (Priharjo, 2006).

Pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. S dilakukan pada tanggal

25 April 2013 pukul 10.00 WIB keluhan utama yang dirasakan adalah

sesak nafas. Dalam teori disebutkan bahwa pada kasus tuberculosis paru

(TBC) akan menimbulkan gejala salah satunya sesak nafas yang dapat

menimbulkan gangguan pada pemenuhan oksigenasi pasien (Murwani,

2011).

Oksigen sangat dibutuhkan oleh tubuh dalam proses kehidupan.

Peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen dalam

tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2

(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Seseorang

dapat dikatakan mengalami gangguan oksigenasi jika klien mengalami

gangguan yang terjadi dalam proses ekspirasi, dalam kaitannya dengan

ventilasi pulmoner, difusi gas, dan transportasi gas (Riyadi dan Harmoko,

2012).

Hasil dari pengkajian kesehatan pasien, Tn. S mengatakan sesak

nafas dan batuk berdahak yang susah keluar, dalam teori dijelaskan bahwa

batuk merupakan gejala awal yang paling dominan dan gangguan yang

Page 28: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

18

paling sering dikeluhkan Tn. S dengan Tuberculosis Paru (TBC), dengan

dahak yang awalnya tidak bisa keluar. Bakteri masuk ke dalam tubuh

manusia melalui saluran pernafasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh

lain melalui peredaran darah, pembuluh limfe, atau ke organ terdekatnya.

Gejala yang utama adalah batuk berdahak lebih dari tiga minggu, batuk

berdarah, sesak nafas, nyeri dada (Safitri dan Astikawati, 2008).

Pengkajian pada pola kesehatan fungsional menurut Gordon, pada

pola aktifitas latihan, penulis mencantumkan sebelum sakit pasien

mengatakan ia dapat bekerja dan beraktiftitas secara mandiri (nilai tingkat

aktifitas 0). Sedangkan dalam kondisi sakit pasien mengatakan keadaan

tubuh sangat lemah, lesu sehingga dalam melakukan aktifitas sehari-hari

(toileting, dressing, bathing, eating, continence) dibantu keluarga (nilai

tingkat aktifitas dua). Dalam teori dijelaskan bahwa kelemahan merupakan

gejala infeksi awal pada kasus TB Paru hal tersebut disebabkan oleh kerja

berlebih (reaktivasi TB) yang dapat membutuhkan adanya metabolisme

adequat, keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan dalam keadaan

ini bisa berminggu-minggu sampai berbulan-bulan dan dapat menjadi

penyakit kronis (Ringel, 2012).

Hasil dari pengkajian pemeriksaan fisik yang telah dilakukan pada

Tn. S didapatkan data kesadaran umum pasien baik, kesadaran

composmentis, untuk tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah

110/80, nadi 80 kali per menit, suhu 36,5 derajat cecius, pernafasan 29 kali

per menit. Pada pemeriksaan dada, untuk paru inspeksi terdapat

pengembangan paru kanan dan kiri sama, pada palpasi vocal fremitus

kanan dan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi terdengar bunyi ronchi.

Page 29: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

19

Pada pasien dengan TB Paru akan muncul suara ronchi pada bagian

yang sakit diakibatkan karena adanya cairan eksudat atau transudat di

dalam lumen bronkus atau bronkiolus. Suara perkusi sonor akan muncul

bila tuberculosis paru (TBC) belum mengalami komplikasi, apabila kasus

tersebut sudah parah dan mengarah pada kasus yang lebih fatal seperti

efusi pleura akan didapatkan bunyi redup atau pekak pada sisi yang sakit

karena volume udara dalam jaringan paru berkurang (Natadidjaja, 2012)

Hasil pemeriksaan penunjang yang penulis cantumkan adalah

rontgen dan laboratorium, didapatkan hasil rontgen : thorax infiltrat TB

duplex. Hal ini sesuai teori bahwa gambaran rontgen yang memberikan

kesan adanya tuberkulosis apabila di bagian atas paru menunjukan adanya

bayangan berupa bercak atau abses (pada satu atau kedua sisi), terdapat

pembentukan bayangan dan kavitas pada lobus atas (Ward,.dkk, 2006).

Diagnosis TB Paru dengan pemeriksaan laboratorium dilakukan

dengan pengambilan sampel sputum kemudian dilakukan pengecekan

untuk melihat apakah bakteri mycobacterium tuberculosis ada pada

sputum tersebut. Untuk menegakkan diagnosa penyakit tuberculosis

dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menemukan BTA positif. Hal

ini sesuai dengan kasus bahwa hasil pemeriksaan laboratorium Basil

Tahan Asam (BTA) pada Tn. S ditemukan adanya BTA positif (+).

Pemeriksaan dahak (bukan liur) sewaktu lebih baik dilakukan pagi apabila

telah dilakukan selama dua kali pemeriksaan didapatkan BTA positif,

maka pasien dinyatakan mengidap tuberkulosis paru (Widoyono, 2008).

Page 30: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

20

2. D

iagnosa Keperawatan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap diagnosa ini adalah

memvalidasi data, mengoreksi dan mengelompokkan data,

menginterpretasikan data, mengidentifikasi masalah dari kelompok data,

dan merumuskan diagnosa keperawatan (Deswani, 2009).

Diagnosa keperawatan utama yang diangkat oleh penulis yaitu

bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.

Diagnosa tersebut diangkat oleh penulis karena pasien mengeluh adanya

batuk yang disertai dengan sekret yang susah keluar, adanya suara nafas

ronchi saat auskultasi yang menandakan adanya sumbatan pada jalan

nafas.

Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan dalam

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk

menjaga bersihan jalan napas. Batasan karakteristik dari bersihan jalan

nafas tidak efektif adalah batuk yang tidak efektif, penurunan bunyi napas,

suara napas tambahan (rales, crakles, ronkhi, wheezing), sputum dalam

jumlah berlebih, sianosis, kesulitan bicara, mata terbuka lebar, perubahan

frekuensi napas, perubahan irama napas, sianosis gelisah. Sesuai dengan

tanda dan gejala yang terjadi pada klien yang memenuhi batasan

karakteristik ketidakefektifan bersihan jalan napas, maka dapat ditegakkan

diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif (Nanda, 2009).

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah desain spesifik dari intervensi yang

disusun untuk membantu klien dan mencapai kriteria hasil. Rencana

Page 31: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

21

intervensi tersebut disusun berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa

keperawatan. Tindakan tersebut meliputi intervensi asuhan keperawatan

independen berdasarkan diagnosa keperawatan, tindakan medis

berdasarkan diagnosa medis, dan membantu pemenuhan kebutuhan dasar

fungsi kesehatan kepada pasien yang tidak dapat dilakukan (Nursalam,

2011).

Penentuan tujuan rencana tindakan dan kriteria hasil menujukkan hal

yang akan dilakukan klien, kapan akan melakukan, dan sejauh mana hal

itu dapat dilakukan Seharusnya penentuan kriteria hasi berpedoman pada

prinsip SMART (Specific artinya tujuan tidak menimbulkan arti ganda,

Measureable artinya tujuan harus dapat diukur, Achievable artinya tujuan

harus dapat dicapai, Rational artinya tujuan harus dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, Time artinya tujuan harus

mempunyai batas waktu yang jelas) (Nursalam, 2011).

Adapun tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis adalah

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali 24 jam diharapkan

bersihan jalan nafas pada Tn. S menjadi efektif. Apabila jalan nafas

tersumbat maka terjadi ketidakmampuan untuk mengantarkan darah yang

teroksigenisasi ke otak dan stuktur vital lainnya. Pencegahan hipoksemia

memerlukan airway yang terlindungi,terbuka dan ventilasi yang cukup.

Dengan kriteria hasil pernafasan pasien normal 16 -20 kali per menit,

tidak terdengar bunyi ronkhi, tidak terpasang nasal kanul oksigen 2 liter

per menit. Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan yaitu

observasi fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan irama dengan rasional

Page 32: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

22

untuk mengetahui keadaan pernafasan; catat kemampuan mengeluarkan

secret dan batuk dengan rasional untuk mengetahui bunyi nafas

menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi sekret dan

ketidakefektifan pengeluaran sekresi; anjurkan minum air hangat dengan

rasional agar dahak bisa keluar; posisikan semi fowler dengan rasional

untuk membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya

pernafasan; ajarkan teknik batuk efektif dengan rasional agar dahak bisa

keluar, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat ambroxol

dengan rasional untuk mengeluarkan lendir yang kental dan mengurangi

batuk.

Memberikan posisi semi fowler dapat dilakukan pada pasien

tuberculosis paru (TBC) karena hal ini membantu memaksimalkan

ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal

membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan

nafas besar untuk dikeluarkan (Muttaqin, 2008) Posisi semi fowler adalah

posisi dimana paru-paru lebih tinggi sehingga memungkinkan pada saat

inspirasi oksigen yang masuk ke paru lebih banyak, ventilasi maksimal

membuka area atelektasis dengan keadaan tersebut memaksimalkan

pengembangan dada atau paru (Wong, 2008).

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah

rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk

Page 33: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

23

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2011).

Adapun kegiatan yang ada dalam tahap ini meliputi : pengkajian ulang,

memperbarui data dasar, meninjau dan merevensi rencana asuhan yang

telah dibuat, dan melaksanakan intervensi keperawatan yang telah

direncanakan (Deswani, 2009).

Implementasi pada Tn. S dapat dilakukan penulis sesuai rencana

tindakan keperawatan yang ada. Saat melakukan tindakan keperawatan,

penulis tidak mengalami kesulitan karena pasien kooperatif. Ada beberapa

tindakan keperawatan yang dilakukan penulis diluar rencana tindakan

keperawatan antara lain ajarkan batuk efektif karena hal ini adalah salah

satu kekurangan penulis karena saat mengajarkan batuk efektif pasien

lemas dan sulit mengikuti.

Mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum, data subyektif

pasien mengatakan bersedia, data obyektif yaitu TD 110/70 mmHg,

pernafasan 29 kali per menit, dan nadi 80 kali per menit, suhu 36,5 derajat

celcius, terdapat suara ronchi. Jam 09.20 WIB mencatat kemampuan

mengeluarkan secret dengan data subyektif pasien mengatakan secret sulit

keluar dan data obyektif pasien tampak tidak bisa mengeluarkan sekret.

Jam 09.25 WIB menganjurkan minum air hangat dengan data subyektif

pasien bersedia minum air hangat, data subyektif pasien tampak minum air

hangat. Jam 10.35 WIB mengajarkan teknik batuk efektif dengan data

subyektif pasien mengatakan bersedia diajarkan batuk efektif, data

obyektif dahak belum bisa keluar. Jam 10.45 WIB kolaborasi dengan tim

medis untuk pemberian obat, ambroxol 1 sendok teh dengan data subyektif

Page 34: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

24

pasien bersedia minum obat, data obyektif obat ambroxol 1 sendok teh

masuk lewat oral.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 26 April 2013

jam 09.20 WIB mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum, data

subyektif pasien mengatakan bersedia, sesak nafas berkurang tetapi masih

batuk, data obyektif yaitu TD 110/70 mmHg, suhu 36,2 derajat celcius,

pernafasan 25 kali per menit, dan nadi 82 kali per menit, terdapat suara

ronchi, terpasang nasal kanul 2 liter per menit. Jam 09.45 WIB mencatat

kemampuan mengeluarkan sekret dengan data subyektif pasien

mengatakan sudah bisa keluar dan data obyektif pasien tampak tidak bisa

mengeluarkan sekret. Jam 10.00 WIB menganjurkan minum air hangat

dengan data subyektif pasien bersedia minum air hangat, data subyektif

pasien tampak minum air hangat. Jam 10.35 WIB mengulang kembali

untuk mengajarkan batuk efektif dengan data subyektif pasien mengatakan

bersedia diajarkan batuk efektif, data obyektif dahak belum bisa keluar.

Jam 10.45 WIB kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat

ambroxol 1 sendok teh dengan data subyektif pasien bersedia minum obat,

data obyektif obat masuk lewat oral. Jam 10.50 WIB kolaborasi dengan

medis untuk mempertahankan terapi O2 sesuai program dengan data

subyektif pasien mengatakan nyaman diberi O2 dan data obyektif

terpasang O2 2 liter per menit.

Tindakan keperawatan pada tanggal 27 April 2013 jam 08.45 WIB,

mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum dengan data subyektif

Page 35: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

25

pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas tetapi masih batuk, data

obyektif TD: 120/80 mmHg, nadi 83 kali per menit, pernafasan 20 kali per

menit, suhu 36,2 derajat celcius,sudah tidak terpasang nasal kanul. Jam

10.10 WIB mengajarkan batuk efektif data subyektif pasien mengatakan

bersedia, data obyektif dahak sudah keluar. Jam 10.45 memberikan obat

ambroxol 1 sendok teh dengan data subyektif pasien bersedia, data

obyektif ambroxol 1 sendok teh masuk lewat oral

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses keperawatan

dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus

dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan di implementasikan

untuk membantu menilai evektivitas intervensi tersebut. Evaluasi

keperawatan dilakukan dengan cara pendekatan pada SOAP yaitu S

(Subyektif) : data subyektif yaitu data yang diutarakan pasien dan

pandangannya terhadap data tersebut, O (Obyektif) : Data obyektif yaitu

data yang didapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda-tanda

klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien, A (Analisis) :

analisa atau kesimpulan dari data subyektif dan data obyektif, P

(Perencanaan) : yaitu pengembangan rencana segera atau yang akan

datang untuk mencapai status kesehatan pasien yang optimal. Hal ini dapat

dilakukan dengan melihat respons klien terhadap asuhan keperawatan

yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam,

2011).

Page 36: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

26

Evaluasi pada Tn. S dilakukan dengan menggunakan metode SOAP.

Evaluasi dilakukan selama 3 hari yaitu dengan hasil evaluasi terakhir

evaluasi subyektif pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas, dahak

sudah keluar, evaluasi obyektif dahak sudah keluar pernafasan 20 kali per

menit, sudah tidak menggunakan nasal kanul oksigen, tetapi masih batuk.

Analisa masalah sudah teratasi dan planning hentikan intervensi yaitu

observasi tanda-tanda vital; observasi fungsi pernafasan, bunyi nafas,

kecepatan irama; catat kemampuan mengeluarkan sekret; anjurkan minum

air hangat; posisikan semi fowler, ajarkan teknik batuk efektif.

B. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan

tuberculosis paru (TBC) disimpulkan sebagai berikut :

a. Hasil pengkajian pada tanggal 25 April 2013 didapatkan data subyektif

Tn. S mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak, dahak susah keluar,

data objektif sputum kental, pasien tampak lemah, suara nafas ronchi,

tekanan darah 110/80, nadi 80 kali per menit, suhu 36,5 derajat celcius,

pernafasan pasien 29 kali per menit, terpasang nasal kanul oksigen 2

liter per menit.

b. Diagnosa keperawatan utama pada Tn. S adalah bersihan jalan nafas

tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret

c. Tujuan yang diharapkan penulis setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas pada

Tn. S menjadi efektif. Dengan kriteria hasil pernafasan pasien normal

Page 37: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

27

16 -22 kali per menit, tidak terdengar bunyi ronkhi, tidak terpasang

nasal kanul oksigen 2 liter per menit.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Tn.S

yaitu observasi fungsi pernafasan, bunyi nafas, kecepatan irama dengan

rasional untuk mengetahui keadaan pernafasan; catat kemampuan

mengeluarkan secret dan batuk dengan rasional untuk mengetahui

bunyi nafas menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi

sekret dan ketidakefektifan pengeluaran sekresi; anjurkan minum air

hangat dengan rasional agar dahak bisa keluar; posisikan semi fowler

dengan rasional untuk membantu memaksimalkan ekspansi paru dan

menurunkan upaya pernafasan; ajarkan teknik batuk efektif dengan

rasional agar dahak bisa keluar, kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian obat ambroxol dengan rasional untuk mengeluarkan lendir

yang kental dan mengurangi batuk.

d. Tindakan keperawatan pada Tn. S tanggal 25 - 27 April 2013

dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat, antara

lain mengobservasi tanda-tanda vital, mencatat kemampuan

mengeluarkan secret, menganjurkan minum air hangat, memposisikan

semi fowler, mengajarkan teknik batuk efektif, kolaborasi dengan tim

medis untuk pemberian obat, ambroxol 1 sendok teh.

e. Evaluasi keperawatan selama pengelolaan 3 hari pada tanggal 25 april

sampai dengan tanggal 27 april 2013 adalah hasil evaluasi SOAP yang

hasilnya evaluasi subyektif Tn. S mengatakan sudah tidak sesak nafas,

Page 38: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

28

dahak sudah keluar, evaluasi obyektif dahak sudah keluar pernafasan 20

kali per menit, sudah tidak menggunakan nasal kanul oksigen, tetapi

masih batuk. Analisa masalah sudah teratasi dan planning hentikan

intervensi yaitu observasi tanda-tanda vital; observasi fungsi

pernafasan, bunyi nafas, kecepatan irama; catat kemampuan

mengeluarkan sekret; anjurkan minum air hangat; posisikan semi

fowler, ajarkan teknik batuk efektif.

f. Analisa kondisi Tn. S dengan tuberculosis paru (TBC) dengan masalah

bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret,

saat dilakukan pengelolaan kasus selama 3 hari masalah sudah teratasi

karena pasien sudah tidak merasa sesak nafas ditandai dengan respirasi

20 kali per menit, tidak terdengar bunyi ronkhi, pasien tidak

menggunakan alat bantu nafas.

2. Saran

Dengan adanya uraian diatas maka penulis memberikan saran sebagai

berikut :

a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan sesuia Standart Operasional Prosedur (SOP) di

berbagai rumah sakiit.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan menyadari pentingnya penerapan asuhan

keperawatan yang konsisten dan sesuai dengan teori dalam memberikan

Page 39: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

29

asuhan kepada pasien, sehingga pasien akan mendapatkan perawatan

yang holistik dan komprehensif.

c. Bagi Institusi pendidikan

Diharapkan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang

berkualitas dan profesional, guna terciptanya perawat-perawat yang

profesional, terampil, cekatan, dan handal dalam memberikan asuhan

keperawatan.

Page 40: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

30

DAFTAR PUSTAKA

A. Price, Silvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Deswani. N.s. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba

Medika

Hidayat A. Aziz Alimul, Musrifatul Uliyah. 2004. Buku Saku Praktikum

Kebutuhan Dasar Manusia. Editor : Monica Ester. Jakarta : EGC.

Herman, T. Heather. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.

Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester. Jakarta: EGC

Mahmudin, 2007. Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Respon Biologis dan

Kejadian TBC Paru di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.

Murwani, Arita. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Edisi Pertama.

Yogyakarta: Gosyen Publishing

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Natadidjaja Hendarto. 2012. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit Dalam.

Tangerang Selatan: Karisma Publishing

Nizar, Muhamad. 2010. Pemberantasan & Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi

Pertama.Yogyakarta : Gosyen Publishing.

M. Nurs, Nursalam. 2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan

Praktik. Jakarta: Salemba Medika

Potter Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan

Praktik. Ahli bahasa : Renata Komalasari. Editor Edisi bahasa Indonesia :

Monica Ester, Devi Yulianti, Intan Parulian. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Editor Pemilih Eko

Karyuni. Edisi 2. Jakarta: EGC

Ringel, Edward. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru. Kembang: Jakarta

Barat

Riyadi Sujono, Harmoko. 2012. Standart Operating Procedur dalam Praktek

Klinik Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Page 41: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/10/01-gdl-purwantip1... · PARU (TBC) DI RUANG MAWAR I ... bersifat membangun demi kesempurnaan

31

S. Naga Sholeh. 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta

: Diva Press (Anggota IKAPI).

Ward, P.T Jeremy. 2007. The Respiratory System at a Glance. Gelora Aksara

Pratama: Erlangga

Widoyono. 2012. Penyakit Epidemiologi, penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Penerbit Erlangga. PT Gelora Aksara Pratama.