studi komparasi model pair check dan model crh …

79
STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD NEGERI 1 SAMBIRATA KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar oleh Desi Wijayanti 1401413323 JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

STUDI KOMPARASI

MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH

TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

KELAS V SD NEGERI 1 SAMBIRATA

KABUPATEN BANYUMAS

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Desi Wijayanti

1401413323

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini

benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik

sebagian maupun keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat

dalam skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Page 3: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan ke Sidang

Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Semarang.

Page 4: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Studi Komparasi Model Pair Check dan CRH terhadap

Hasil Belajar IPS Kelas V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas” oleh

Desi Wijayanti 1401413323, telah dipertahankan di hadapan panitia sidang ujian

skripsi FIP UNNES pada tanggal 22 Mei 2017.

PANITIA UJIAN

Page 5: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

(1) Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Q.S Ar-

Rahman: 13)

(2) Man Jadda Wa Jadda, siapa yang bersungguh-sungguh dia akan berhasil.

(Pepatah Arab)

(3) Tidak ada keberhasilan tanpa kesungguhan dan tidak ada kesungguhan tanpa

kesabaran. (Mario Teguh)

(4) Jangan pernah takut mencoba, karena hasil berbanding lurus dengan usaha.

(Penulis)

Persembahan

Untuk kedua orangtuaku Bapak Narsim

dan Ibu Turiyah, kakakku: Mba Endar,

Mba Muji, Mba Ana, Mas Udin, Mas

Hardoyo dan Mas Joko, ponakanku serta

sahabat yang selalu mendoakan,

menasehati, menyemangati, dan

mendukung.

Page 6: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

vi

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi

Komparasi Model Pair Check dan Model CRH terhadap Hasil Belajar IPS Kelas

V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas”. Skripsi ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan

Guru Sekolah Dasar.

Skripsi ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk belajar di UNNES.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang

telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah memberi kesempatan untuk

memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi.

4. Drs. Utoyo, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan

UNNES yang telah memberi kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Dosen pembimbing 1 yang telah memotivasi

dan membimbing penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Dr. Kurotul Aeni, S.Pd., M.Pd., Dosen pembimbing 2 yang telah memotivasi

dan membimbing penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 7: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

vii

7. Dra. Marjuni, MPd., Dosen penguji yang telah membimbing dan memberi

saran kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi.

8. Dosen Jurusan PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang

telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.

9. Staf TU dan Karyawan Jurusan PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan

UNNES yang telah membantu administrasi dalam penyusunan skripsi ini.

10. Untung Sanyoto, S.Pd., Kepala SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas

dan Nurul Giyanto, S.Pd., Kepala SD Negeri 3 Karangtengah Kabupaten

Banyumas yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan

penulisan.

11. Dodi Sulistiono, S.Pd.SD., Purwantin, S.Pd.SD. dan Wening Indriati,

S.Pd.SD. guru kelas V A, V B dan V C SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten

Banyumas, serta Joko Triyono, S.Pd.SD. guru kelas V A SD Negeri 3

Karangtengah Kabupaten Banyumas yang telah membantu penulis dalam

melaksanakan penulisan.

12. Teman-teman PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES angkatan

2013 yang saling memberi ilmu pengetahuan, semangat, dan motivasi.

13. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Tegal, 22 Mei 2017

Penulis

Page 8: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

viii

ABSTRAK

Wijayanti, Desi. 2017. Studi Komparasi Model Pair Check dan Model CRH terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1: Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd. Pembimbing 2: Dr. Kuratul Aeni, S.Pd. M.Pd.

Kata Kunci: Model Pair Check; Model CRH; dan Hasil Belajar

IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan manusia dan lingkungannya. Pembelajaran IPS di SD bertujuan mengembangkan potensi siswa dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan melatih kemampuan sosial siswa. Namun, pembelajaran IPS di SD masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa pasif dan kurang mengembangkan keterampilan sosialnya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji keefektifan model Pair Check dan model CRH dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas.

Jenis Penelitian ini yaitu penelitian komparasi. Desain yang digunakan

yaitu quasi experimental design dengan bentuk nonequivalent control group

design. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Negeri 1 Sambirata

Kabupaten Banyumas yang berjumlah 90 siswa yang terdiri dari 32 siswa kelas

eksperimen 1, 29 siswa kelas eksperimen 2 dan 29 siswa kelas kontrol.

Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu sebanyak 90

siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara tidak

terstruktur, dokumentasi, observasi, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan

yaitu uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas, homogenitas, dan kesamaan

rata-rata. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji ANOVA dengan

uji lanjut Post Hoc Test yaitu Tukey HSD kemudian dilanjutkan dengan uji

keefektifan menggunakan One Sample T-Test. Semua penghitungan tersebut

diolah dengan menggunakan program SPSS versi 21.

Berdasarkan uji Tukey HSD, diperoleh nilai signifikansi perbedaan rata-rata

hasil belajar antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 sebesar 0,019

(0,019 < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar

IPS yang signifikan antara siswa kelas V yang mendapat pembelajaran dengan

model Pair Check dan CRH. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar

siswa yang mendapat pembelajaran model CRH lebih tinggi daripada yang

menggunakan pembelajaran model Pair Check (88,10 > 80,48) dengan perbedaan

rata-rata sebesar 7,710. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model CRH

lebih baik daripada model Pair Check dalam pembelajaran IPS Kelas V Materi

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Page 9: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii

PENGESAHAN .............................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

PRAKATA ...................................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

Bab

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 8

1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian ................................. 9

1.3.1 Pembatasan Masalah ........................................................................... 9

1.3.2 Paradigma Penelitian ............................................................................ 10

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................ 10

1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................. 11

1.5.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 11

1.5.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 12

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 12

1.6.1 Manfaat Teoritis .................................................................................. 13

1.6.2 Manfaat Praktis ................................................................................... 13

2. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori .................................................................................... 15

Page 10: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

x

2.1.1 Pengertian Belajar ............................................................................... 15

2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Belajar ...................................................... 17

2.1.3 Pengertian Pembelajaran ..................................................................... 20

2.1.4 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) .......................................... 21

2.1.5 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar .................................................... 22

2.1.6 Hasil Belajar IPS ................................................................................. 23

2.1.7 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ...................................................... 26

2.1.8 Karakteristik Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia .................. 29

2.1.9 Model Pembelajaran ............................................................................ 30

2.1.10 Model Pembelajaran Kooperatif ......................................................... 31

2.1.11 Model Pembelajaran Pair Check .......................................................... 35

2.1.12 Model Pembelajaran Course Review Horray (CRH) .......................... 37

2.1.13 Persamaan dan Perbedaan Model Pair Check dan Model CRH ......... 39

2.1.14 Hubungan Model Pembelajaran Pair Check dan CRH dengan Hasil

Belajar IPS ............................................................................................ 41

2.2 Penelitian yang Relevan ...................................................................... 42

2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................... 47

2.4 Hipotesis .............................................................................................. 49

3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 53

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 54

3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 54

3.3.1 Populasi ............................................................................................... 54

3.3.2 Sampel ................................................................................................. 55

3.4 Variabel Penelitian .............................................................................. 56

3.4.1 Variabel Independen ........................................................................... 56

3.4.2 Variabel Dependen .............................................................................. 56

3.5 Data Penelitian .................................................................................... 57

3.5.1 Jenis Data ............................................................................................ 57

3.5.2 Sumber Data ....................................................................................... 57

3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 59

Page 11: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

xi

3.6.1 Wawancara .......................................................................................... 59

3.6.2 Dokumentasi ........................................................................................ 60

3.6.3 Observasi ............................................................................................. 60

3.6.4 Tes ....................................................................................................... 61

3.6.5 Angket ................................................................................................. 61

3.7 Instrumen Penelitian ............................................................................ 62

3.7.1 Pedoman Wawancara .......................................................................... 62

3.7.2 Lembar Pengamatan (Observasi) ........................................................ 63

3.7.3 Soal-soal Tes ....................................................................................... 64

3.7.4 Lembar Angket .................................................................................... 71

3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................... 75

3.8.1 Uji Prasyarat Analisis .......................................................................... 75

3.8.2 Analisis Akhir ..................................................................................... 77

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian ...................................................... 82

4.2 Hasil Penelitian ................................................................................... 83

4.2.1 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ................................................. 83

4.3 Analisis Deskriptif Data Penelitian ..................................................... 110

4.3.1 Analisis Deskripsi Data Variabel Independen .................................... 110

4.3.2 Analisis Deskripsi Data Variabel Dependen ....................................... 111

4.4 Analisis Statistik Data Penelitian ........................................................ 120

4.4.1 Uji Prasyarat Analisis .......................................................................... 121

4.4.2 Data Setelah Penelitian ........................................................................ 123

4.4.3 Uji Hipotesis ........................................................................................ 126

4.5 Pembahasan ......................................................................................... 135

5. PENUTUP

5.1 Simpulan .............................................................................................. 142

5.2 Saran .................................................................................................... 144

5.2.1 Bagi Siswa ........................................................................................... 144

Page 12: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

xii

5.2.2 Bagi Guru ............................................................................................ 145

5.2.3 Bagi Sekolah ........................................................................................ 145

5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya ..................................................................... 146

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 147

Lampiran-lampiran .......................................................................................... 152

Page 13: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba .................................. 66

3.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Tes ........................................... 67

3.3 Kriteria Indeks Kesukaran ................................................................... 69

3.4 Analisis Taraf Kesukaran Soal ............................................................ 69

3.5 Kriteria Daya Pembeda Soal ............................................................... 70

3.6 Analisis Daya Pembeda Soal ............................................................... 71

3.7 Rekapitulasi Uji Validitas Angket Uji Coba ....................................... 73

3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ........................................................... 74

4.1 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Model

Pair Check di Kelas Eksperimen 1 ..................................................... 85

4.2 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Model

CRH di Kelas eksperimen 2 ................................................................ 94

4.3 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

Konvensional di Kelas Kontrol ..................................................... .... 103

4.4 Deskripsi Data Nilai Tes Awal ............................................................ 111

4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal IPS ............................................ 111

4.6 Deskripsi Data Hasil Belajar ............................................................... 112

4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar ............................................. 115

4.8 Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Afektif ....................................... 115

4.9 Klasifikasi Penilaian Afektif ............................................................... 118

4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Ranah Afektif ...................... 119

4.11 Hasil Uji Normalitas Data Nilai Pretest IPS ....................................... 121

4.12 Hasil Uji Homogenitas Data Nilai Pretest IPS .................................... 122

4.13 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretest IPS ................................. 123

4.14 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar IPS Siswa ............................ 124

4.15 Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar IPS Siswa ........................ 125

4.16 Hasil Uji ANOVA ............................................................................... 127

4.17 Hasil Uji Tukey HSD ........................................................................... 128

Page 14: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

xiv

4.18 Hasil Uji Keefektifan Model Pair Check ............................................ 131

4.19 Hasil Uji Kefektifan Model CRH ......................................................... 133

Page 15: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Bagan Paradigma Penelitian Ganda dengan Dua Variabel ................. 9

2.1 Bagan Kerangka Berpikir .................................................................... 50

3.1 Nonequivalent Control Grup Design .................................................. 53

4.2 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 .. 112

4.3 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Pretest Kelas Eksperimen 2 . 113

4.4 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Pretest Kelas Kontrol .......... 114

4.5 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Posttest Kelas Eksperimen 1 116

4.6 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Posttest Kelas Eksperimen 2 116

4.7 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Posttest Kelas Kontrol .......... 117

4.8 Histogram Frekuensi Distribusi Nilai Hasil Belajar Ranah Afektif ... 119

Page 16: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Siswa Kelas V A (Kontrol) ............................................ 152

2. Daftar Nama Siswa Kelas V B (Eksperimen 1) .................................. 154

3. Daftar Nama Siswa Kelas V C (Eksperimen 2) ................................... 156

4. Daftar Nama Siswa Kelas V A (Uji Coba) ........................................... 158

5. Pedoman Wawancara Tidak Terstruktur ............................................. 159

6. Pedoman Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 162

7. Silabus Pembelajaran .......................................................................... 164

8. Silabus Pengembangan IPS Kelas Eksperimen 1 ................................ 165

9. Silabus Pengembangan IPS Kelas Eksperimen 2 ................................ 170

10. Silabus Pengembangan IPS Kelas Kontrol ......................................... 176

11. RPP Kelas Eksperimen 1 Pertemuan 1 ............................................... 179

12. RPP Kelas Eksperimen 1 Pertemuan 2 ............................................... 206

13. RPP Kelas Eksperimen 2 Pertemuan 1 ............................................... 238

14. RPP Kelas Eksperimen 2 Pertemuan 2 ............................................... 266

15. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1 ......................................................... 298

16. RPP Kelas Kontrol Pertemuan 2 ......................................................... 324

17. Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Soal Kognitif .......................................... 353

18. Soal Uji Coba ...................................................................................... 356

19. Lembar Validasi Soal Kognitif oleh Penilai Ahli 1 ............................ 367

20. Lembar Validasi Soal Kognitif oleh Penilai Ahli 2 ............................ 371

21. Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba ...................................................... 375

22. Hasil Uji Reliabilitas Soal Uji Coba ................................................... 377

23. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Uji Coba ........................................... 378

24. Hasil Uji Daya Pembeda Soal Uji Coba ............................................. 379

25. Soal Pretest dan Posttest ..................................................................... 380

26. Kisi-kisi Angket Ranah Afektif Uji Coba ........................................... 386

27. Angket Penilaian Ranah Afektif Siswa Uji Coba ............................... 388

28. Lembar Validasi Angket Afektif oleh Penilai Ahli 1 .......................... 391

Page 17: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

xvii

29. Lembar Validasi Angket Afektif oleh Penilai Ahli 2 ......................... 395

30. Hasil Uji Validitas Angket Ranah Afektif Uji Coba ........................... 399

31. Hasil Uji Reliabilitas Angket Ranah Afektif Uji Coba ....................... 401

32. Angket Penilaian Afektif ..................................................................... 402

33. Lembar Pengamatan Pelaksanaan bagi Guru di Kelas Eksperimen 1 . 404

34. Deskriptor Pedoman Pengamatan Pelaksanaan Model Pair Check

bagi Guru di Kelas Eksperimen 1 ....................................................... 405

35. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Model Pair Check bagi Guru di

Kelas Eksperimen 1 (Pertemuan 1) ..................................................... 409

36. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Model Pair Check bagi Guru di

Kelas Eksperimen 1 (Pertemuan 1) .................................................... 410

37. Lembar Pengamatan Pelaksanaan bagi Guru di Kelas Eksperimen 2 .. 411

38. Deskriptor Pedoman Pengamatan Pelaksanaan Model Pair Check

bagi Guru di Kelas Eksperimen 2 ....................................................... 412

39. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Model CRH bagi Guru di Kelas

Eksperimen 2 (Pertemuan 1) ............................................................... 415

40. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Model CRH bagi Guru di Kelas

Eksperimen 2 (Pertemuan 2) ............................................................... 416

41. Lembar Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional di

Kelas Kontrol ...................................................................................... 417

42. Deskriptor Pedoman Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran

Konvensional bagi Guru di Kelas Kontrol .......................................... 418

43. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional di Kelas

Kontrol (Pertemuan 1).......................................................................... 421

44. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional di Kelas

Kontrol (Pertemuan 2) ......................................................................... 422

45. Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen 1 .................................... 423

46. Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen 2 .................................... 424

47. Nilai Tes Awal (Pretest) Kelas Kontrol .............................................. 425

48. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Kesamaan Rata-rata Data

Nilai Tes Awal .................................................................................... 426

Page 18: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

xviii

49. Nilai Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen 1 .................................. 428

50. Nilai Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen 2 .................................. 429

51. Nilai Tes Akhir (Posttest) Kelas Kontrol ............................................ 430

52. Perhitungan Manual Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Data

Hasil Pretest Siswa ............................................................................. 431

53. Perhitungan Manual Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Data

Hasil Belajar IPS Siswa (Posttest) ....................................................... 434

54. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, ANOVA dan Uji Lanjut Tukey

55. HSD Data Nilai Tes Akhir (Posttest) ................................................. 437

56. Nilai Afektif Kelas Eksperimen 1 ....................................................... 440

57. Nilai Afektif Kelas Eksperimen 2 ....................................................... 442

58. Nilai Afektif Kelas Kontrol ................................................................. 444

59. Foto Pembelajaran di Kelas Eksperimen 1 ......................................... 446

60. Foto Pembelajaran di Kelas Eksperimen 2 ......................................... 449

61. Foto Pembelajaran di Kelas Kontrol ................................................... 451

62. Surat-surat Penelitian .......................................................................... 453

63. Lembar Observer Pretest Kelas Eksperimen 1 .................................... 459

64. Lembar Observer Pretest Kelas Eksperimen 2 .................................... 460

65. Lembar Observer Pretest Kelas Kontrol ............................................. 461

66. Lembar Observer Posttest Kelas Eksperimen 1 .................................. 462

67. Lembar Observer Posttest Kelas Eksperimen 2 ................................... 463

68. Lembar Observer Posttest Kelas Kontrol ............................................ 464

69. Lembar Observer Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Eksperimen 1 .. 465

70. Lembar Observer Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Eksperimen 2 ... 466

71. Lembar Observer Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Kontrol ............ 467

Page 19: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan dijelaskan tentang: latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan masalah dan paradigma penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Berikut Penjelasannya.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Pendidikan sangat berperan dalam membentuk kepribadian manusia, karena

pendidikan yang baik akan menciptakan generasi bangsa yang baik. Munib, dkk

(2011: 34) menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis,

yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk

memengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-

cita pendidikan.” Pendidikan nasional di Indonesia mempunyai tujuan untuk

meningkatkan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya dengan

dilaksanakannya proses pembelajaran baik di lingkungan formal maupun

informal. Salah satu pendidikan formal di Indonesia adalah pendidikan sekolah

dasar.

Pendidikan sekolah dasar telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab I Pasal 1 Ayat 7, yang menyatakan bahwa:

Page 20: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

2

Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan

formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang

diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan

Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi

satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang

berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah,

atau bentuk lain yang sederajat.

Tujuan pendidikan di SD menurut Mikarsa (2007:1.13), yaitu mencakup

“Pembentukan dasar kepribadian siswa sebagai manusia Indonesia seutuhnya

sesuai dengan tingkat perkembangan dirinya, pembinaan pemahaman dasar dan

seluk beluk ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan untuk belajar pada

jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan hidup dalam masyarakat”. Berdasarkan

tujuan tersebut, maka pelaksanaan proses pembelajaran di SD sudah seharusnya

dilaksanakan secara baik agar tujuan pendidikan di SD dapat tercapai dengan

optimal.

Demi tercapainya tujuan pendidikan, pelaksanaan pendidikan di SD harus

berlandaskan kurikulum. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab X Pasal 37 Ayat

1, “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat sepuluh mata

pelajaran.” Sepuluh mata pelajaran tersebut ialah Pendidikan Agama, Pendidikan

Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS), Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga,

Keterampilan atau Kejuruan, dan Muatan Lokal.

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

diberikan sejak SD/MI. Pengertian IPS menurut Nasution (1975) dalam Soewarso

(2013: 1), IPS merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan

manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya, dan

Page 21: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

3

bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial: geografi, sejarah, ekonomi,

antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi sosial. Pendapat Nasution sama

dengan pengertian menurut Susanto (2016: 139), “IPS merupakan perpaduan

antara ilmu sosial dan kehidupan manusia yang di dalamnya mencakup

antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi, dan psikologi.”

Pembelajaran IPS di SD bertujuan untuk mempersiapkan siswa terjun ke

masyarakat dan membentuk dirinya sebagai anggota masyarakat sejak dini.

Susanto (2016: 145) menyatakan bahwa,

Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah

terjadi, sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun

masyarakat.

Siswa dalam pembelajaran diharapkan memeroleh pengalaman langsung

berupa kemampuan memecahkan masalah melalui sikap yang baik dalam

hubungan timbal balik di lingkungan sosial dalam lingkup sekolah, sebelum siswa

benar-benar terjun dalam lingkungan sosial yang lebih luas yaitu di lingkungan

masyarakat. Oleh sebab itu, pembelajaran IPS memiliki peranan yang penting

dalam kehidupan.

Pentingnya pembelajaran IPS bagi siswa, sudah seharusnya pembelajaran

IPS dirancang sedemikian rupa agar dapat mengembangkan serta melatih siswa

untuk memecahkan berbagai permasalahan sosial yang ada di lingkungannya.

Siswa diharapkan memeroleh hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan

psikomotor secara optimal. Oleh karena itu, guru harus memiliki kualifikasi yang

dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran. Sebagaimana tercantum dalam

Page 22: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

4

Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyatakan,

“Pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,

sehat jasmani dan rohani rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional.” Berdasarkan Undang-Undang tersebut, guru wajib

memiliki kompetensi. Kompetensi tersebut telah dijelaskan di dalam

Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru Pasal 1 ayat 1, yang menyatakan, “Setiap guru wajib memenuhi

standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional”.

Standar kompetensi guru harus di kembangkan secara utuh dari empat kompetensi

utama, yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

Peraturan tersebut telah menjelaskan bahwa pada kemampuan pedagogik

guru harus memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimiliki. Jadi, guru harus mampu merancang pembelajaran

dengan baik untuk mengembangkan potensi siswa. Guru dalam pembelajaran

dituntut untuk mengajar secara efektif. Slameto (2010: 92) menyatakan bahwa

“Mengajar yang efektif ialah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang

efektif pula.” Belajar di sini adalah suatu aktivitas mencari, menemukan dan

melihat pokok masalah. Guru perlu merencanakan langkah-langkah pembelajaran

sebelum melaksanakan pembelajaran agar siswa dapat belajar dengan baik. Hal ini

dapat diwujudkan melalui pembelajaran yang kondusif. Pembelajaran kondusif

yaitu suasana pembelajaran yang tenang, menyenangkan, menarik, dan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif. Sesuai Peraturan Menteri

Page 23: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

5

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah Bab I, menyatakan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk

itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran

untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi

lulusan.

Upaya untuk mewujudkan pembelajaran IPS yang efektif dan kondusif,

diperlukan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses

pembelajaran, sehingga siswa secara aktif dapat membangun pengetahuannya

sendiri melalui pengalaman yang dimilikinya. Pengetahuan yang diperoleh

sendiri, tentunya akan mudah dipahami dan diingat oleh siswa.

Pelaksanaan proses pembelajaran IPS di sekolah dasar pada umumnya

kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Selama ini,

pelaksanaan proses pembelajaran masih ada yang dilaksanakan secara

konvensional, yang dilaksanakan dengan ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

Proses pembelajaran yang demikian, menyebabkan pembelajaran lebih didominasi

oleh guru, sedangkan siswa cenderung pasif. Pembelajaran yang didominasi oleh

guru mengakibatkan kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran,

sehingga potensi yang dimiliki oleh siswa tidak dapat berkembang secara optimal.

Pada akhirnya hasil belajar IPS siswa juga kurang optimal.

Pembelajaran di kelas yang didominasi oleh guru mengakibatkan

kurangnya interaksi antar siswa dalam pembelajaran IPS. Adanya pembelajaran

IPS, siswa seharusnya diharapkan dapat memeroleh pengetahuan dan

Page 24: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

6

pengalaman-pengalaman dalam memeroleh pengetahuan tersebut, serta dapat

menerapkannya di masyarakat. Jadi, pada dasarnya tujuan pembelajaran IPS

bukan hanya sebatas pada penekanan aspek pengetahuan saja, melainkan dapat

membentuk sikap dan keterampilan siswa dalam kehidupan sosial di masyarakat.

Apabila pembelajaran IPS masih menggunakan pembelajaran konvensional, maka

siswa tidak akan mampu membangun pengetahuannya sendiri dan

mengembangkan sikap dan keterampilan sosial di masyarakat.

Pembelajaran yang didominasi oleh guru juga terjadi dalam pembelajaran

IPS pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas. Hal ini

dikarenakan, guru kurang memahami model-model pembelajaran yang inovatif

yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Selain itu, guru juga tidak mempunyai

informasi mengenai tingkat keefektifan model-model pembelajaran, sehingga

mereka ragu untuk menerapkan model-model pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran

yang dapat digunakan dalam mata pelajaran IPS. Parker (1994) dalam Huda

(2015: 29) menyatakan, “Pembelajaran kooperatif adalah suasana pembelajaran di

mana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk

mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.” Slavin (1995)

dalam Isjoni (2010: 7) menyebutkan bahwa “Cooperatif learning merupakan

model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana pada saat itu guru

mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan

tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching).” Oleh

karena itu, siswa dituntut aktif untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya

dan dominasi guru dalam proses belajar mengajar dapat berkurang.

Page 25: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

7

Model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaannya selalu dilakukan

pengembangan. Model Pair Check dan model CRH adalah dua dari beberapa

model pengembangan pembelajaran kooperatif. Kurniasih dan Sani (2016: 211)

menyatakan bahwa Pair Check merupakan model pembelajaran berkelompok

antardua orang atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagan pada

tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut

kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Kurniasih

dan Sani (2016: 80) berpendapat bahwa, “Model pembelajaran Course Review

Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas

menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab

benar diwajibkan berteriak ‘horee!!’ atau yel-yel lainnya yang disepakati.” Model

ini berusaha menguji pemahaman siswa dalam menjawab soal, di mana jawaban

soal tersebut dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor.

Penelitian tentang model Pair Check dan CRH sebelumnya telah

dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tentang model pembelajaran Pair

Check telah dilaksanakan oleh Putri (2017) dari Universitas Bung Hatta dengan

judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Pembelajaran IPS melalui

Model Pair Check di SD Negeri 10 Surau Gadang Padang.” Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Pembelajaran IPS menggunakan model Pair Check di SD

Negeri 10 Surau Gadang dapat meningkatkan hasil belajar siswa tingkat

pengetahuan. Hal ini terlihat pada tes akhir siklus I 52% pada tes akhir siklus II

mencapai 76,9%.

Penelitian tentang model Course Review Horay (CRH) telah dilaksanakan

oleh Angela (2016) dari Universitas Lampung dengan judul “Penerapan Model

Page 26: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

8

Cooperatif Learning Tipe Course Review Horay untuk Meningkatkan Hasil

Belajar PKn Siswa Kelas VB SD N 10 Metro Pusat.” Hasil Penelitian

menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I adalah 67,72 dan

siklus II menjadi 74,58, meningkat sebesar 6,86. Persentase ketuntasan hasil

belajar siswa siklus I sebesar 59,09% dengan kategori “cukup tinggi” dan siklus II

menjadi 77,27% dengan kategori “tinggi” meningkat sebesar 18,18%.

Hasil kedua penelitian tersebut menjadi bukti empiris terhadap

penerapan model Pair Check dan CRH di kelas untuk menyelesaikan masalah-

masalah pembelajaran. Belum diketahui model pembelajaran mana yang lebih

efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS di kelas V khususnya materi

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Setiap model pembelajaran pasti memiliki

kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian untuk membandingkan model mana yang lebih efektif untuk

diterapkan, sehingga pemahaman guru mengenai model pembelajaran dapat

meningkat. Apabila model pembelajaran yang diuji terbukti efektif, maka hasil

belajar siswa dapat dicapai secara optimal.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Studi Komparasi Model Pair Check dan Model CRH

terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten

Banyumas”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut:

Page 27: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

9

(1) Guru dalam pembelajaran IPS masih menerapkan pembelajaran

konvensional berupa ceramah, tanya jawab, dan penugasan, sehingga

siswa pasif dalam pembelajaran.

(2) Siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran IPS, karena kegiatan

pembelajaran yang dirancang guru kurang bervariasi.

(3) Guru belum mengetahui tingkat keefektifan model pembelajaran Pair

Check dan Course Review Horay (CRH) dalam pembelajaran IPS di

sekolahnya.

(4) Hasil belajar IPS belum optimal.

1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian

Peneliti perlu menentukan pembatasan masalah dan paradigma penelitian

untuk kefokusan penelitian dan menjelaskan hubungan antarvariabel penelitian.

Uraiannya yaitu sebagai berikut:

1.3.1 Pembatasan Masalah

Pada penelitian perlu adanya pembatasan masalah untuk menghindari

kesalahpahaman maksud dan tujuan penelitian agar lebih efektif dan efesien

dalam melakukan penelitian. Selain itu, masalah yang terlalu luas juga akan

membuat pembahasan terlalu panjang, sehingga inti dari permasalahan tidak dapat

dibahas secara mendalam. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

(1) Materi yang dipelajari terbatas pada mata pelajaran IPS yaitu materi

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Page 28: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

10

(2) Penelitian ini memfokuskan hasil belajar siswa ranah kognitif dan afektif

pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

(3) Populasi pada penelitian ini yaitu semua siswa kelas V A,V B, dan V C SD

Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas tahun ajaran 2016/2017.

(4) Model pembelajaran yang diteliti yaitu model Pair Check dan model

Course Review Horray (CRH).

1.3.2 Paradigma Penelitian

Penelitian ini mempunyai tiga variabel yaitu model Pair Check dan model

CRH sebagai variabel independen (variabel bebas) yang memengaruhi hasil

belajar IPS sebagai variabel dependen (variabel terikat). Hubungan antara variabel

tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:

Gambar 1.1. Bagan Paradigma Penelitian

Keterangan:

X1 = Model Pair Check

X2 = Model Course Review Horay (CRH)

Y = Hasil belajar IPS

(Sugiyono 2015: 68)

X1

Y X2

Y r1

r2

Page 29: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

11

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut,

permasalahan yang hendak diselesaikan melalui penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:

(1) Bagaimana perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V antara pembelajaran

yang menggunakan model pembelajaran Pair Check dan pembelajaran

konvensional?

(2) Bagaimana perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V antara pembelajaran

yang menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) dan

pembelajaran konvensional?

(3) Bagaimana perbedaan hasil belajar IPS siswa kelas V antara pembelajaran

yang menggunakan model pembelajaran Pair Check dengan pembelajaran

yang menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)?

(4) Apakah penerapan model pembelajaran Pair Check efektif terhadap hasil

belajar IPS siswa kelas V?

(5) Apakah penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)

efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V?

(6) Lebih baik mana hasil belajar IPS siswa kelas V antara pembelajaran yang

menerapkan model pembelajaran Pair Check dan pembelajaran yang

menerapkan model pembelajaran Course Review Horay (CRH)?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan harapan-harapan yang akan dicapai dalam

penelitian dan menjadi patokan keberhasilan dalam suatu penelitian. Tujuan

Page 30: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

12

penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus,

sebagai berikut:

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dilaksanakan penelitian ini yaitu untuk menguji keefektifan

penerapan model pembelajaran Pair Check dan model pembelajaran Course

Review Horay (CRH) terhadap hasil belajar IPS di kelas V SD Negeri I Sambirata

Kabupaten Banyumas.

1.5.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk:

(1) Menganalisis dan mendeskripsi ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS

siswa kelas V antara pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran Pair Check dan pembelajaran konvensional.

(2) Menganalisis dan mendeskripsi ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS

siswa kelas V antara pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran Course Review Horay (CRH) dan pembelajaran

konvensional.

(3) Menganalisis dan mendeskripsi keefektifan penerapan model

pembelajaran Pair Check dengan pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran Course Review Horay (CRH).

(4) Menganalisis dan mendeskripsi keefektifan penerapan model pembelajaran

Pair Check pada hasil belajar IPS siswa kelas V.

(5) Menganalisis dan mendeskripsi keefektifan penerapan model pembelajaran

Course Review Horay (CRH) pada hasil belajar IPS siswa kelas V.

Page 31: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

13

(6) Mendeskripsi lebih baik mana hasil belajar IPS siswa kelas V antara yang

menggunakan model pembelajaran Pair Check dengan yang menggunakan

model pembelajaran Course Review Horay (CRH).

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik teoritis maupun

praktis bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti. Manfaat tersebut antara lain adalah:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis berupa informasi

pembelajaran IPS tentang keefektifan penerapan khususnya model pembelajaran

Pair Check dan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) terhadap hasil

belajar IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

1.6.2 Manfaat Praktis

1.6.2.1 Bagi Siswa

(1) Mengembangkan hasil belajar secara optimal melalui pembelajaran yang

efektif.

(2) Melatih siswa untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah melalui

kerja kelompok.

(3) Menumbuhkan semangat belajar melalui pembelajaran yang inovatif dan

menyenangkan.

1.6.2.2 Bagi Guru

(1) Menambah pengetahuan tentang pelaksanaan model pembelajaran Pair

Check.

Page 32: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

14

(2) Menambah pengetahuan tentang pelaksanaan model pembelajaran Course

Review Horay (CRH).

(3) Memberi masukan tentang alternatif pembelajaran IPS yang bervariasi

untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan

bermakna bagi siswa.

1.6.2.3 Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah dalam rangka memberi

masukan terhadap pelaksanaan pembelajaran IPS dan menambah inovasi dalam

penggunaan model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran IPS.

1.6.2.4 Bagi Peneliti

(1) Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pembelajaran.

(2) Mengetahui seberapa efektifkah penerapan model pembelajaran Pair

Check dalam pembelajaran IPS.

(3) Mengetahui seberapa efektifkah penerapan model pembelajaran Course

Review Horay (CRH) dalam pembelajaran IPS.

Page 33: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

15

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian kajian pustaka dijelaskan mengenai: landasan teori, penelitian

yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1 Landasan Teori

Landasan teori berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan

penelitian ini. Landasan teori dalam penelitian ini mencakup: pengertian belajar,

faktor-faktor yang memengaruhi belajar, pengertian pembelajaran, pengertian

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), pembelajaran IPS di sekolah dasar, hasil belajar

IPS, karakteristik siswa SD, karakteristik materi proklamasi kemerdekaan

Indonesia, model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif, model

pembelajaran Pair Check, model pembelajaran Course Review Horay (CRH),

persamaan dan perbedaan model Pair Check dan model CRH serta hubungan

model Pair Check dan model CRH dengan hasil belajar IPS. Berikut

penjelasannya.

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang tidak pernah terlepas dari kehidupan

manusia. Setiap manusia pasti melalui proses belajar untuk mencapai suatu

perubahan. Proses belajar dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan tidak

mengenal batasan usia. Secara umum, masyarakat berpendapat bahwa belajar

merupakan usaha untuk memeroleh ilmu pengetahuan. Hamalik (2003) dalam

Susanto (2016: 4) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya.

Page 34: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

16

Perubahan tingkah laku ini berupa perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap

(afektif), dan keterampilan (psikomotorik) yang disebabkan oleh pengalaman atau

latihan.

Slameto (2010: 2) berpendapat bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.” Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2016: 35)

menyatakan , “Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu

dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh

tujuan tertentu.” Pendapat Morgan yang dikutip oleh Rifa’i dan Anni (2012: 66)

menerangkan bahwa, “Belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi

karena hasil dari praktik atau pengalaman.” Belajar tidak akan terjadi tanpa usaha

dan perubahan yang terjadi tidak bersifat sementara.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai pengertian belajar, dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang

sebagai hasil dari pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan

lingkungannya, dan bersifat relatif permanen. Belajar dilakukan untuk

memperoleh tujuan tertentu.

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yang

diungkapkan oleh Slameto (2010: 3-5) ialah sebagai berikut: (1) Perubahan terjadi

secara sadar. Seseorang yang belajar akan menyadari dan merasakan telah terjadi

adanya suatu perubahan dalam dirinya; (2) Perubahan dalam belajar bersifat

kontinu dan fungsional; (3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

Page 35: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

17

Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan

sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri; (4) Perubahan dalam belajar

bukan bersifat sementara. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat

menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar

akan bersifat menetap; (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; dan (6)

Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku secara menyeluruh dalam

pengetahuan, sikap, keterampilan, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat Slameto mengenai ciri-ciri belajar, dapat

disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi dalam belajar meliputi perubahan

dalam kebiasaan, sikap, dan keterampilan. Perubahan tersebut terjadi secara sadar,

bersifat positif dan aktif, tidak bersifat sementara serta terarah.

2.1.2 Faktor yang Memengaruhi Belajar

Proses belajar yang terjadi pada masing-masing siswa memberikan hasil

yang berbeda-beda antara individu satu dan individu lainnya. Proses belajar yang

terjadi dapat diamati dari perbedaan perilaku sebelum dan sesudah pembelajaran.

Untuk mengetahui perbedaan tersebut harus terlebih dahulu dilakukan pengukuran

mengenai kemampuan yang telah dan yang baru dimiliki oleh siswa. Perbedaan

hasil belajar siswa bergantung pada faktor-faktor yang memengaruhinya. Rifa’i

dan Anni (2012: 81) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memberikan

kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal

siswa. Keberhasilan suatu pembelajaran yang optimal, mempersyaratkan guru

memperhatikan kemampuan internal dan situasi stimulus eksternal siswa.

Wasliman (2007) dalam Susanto (2016:12) menyatakan bahwa hasil

belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor

Page 36: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

18

yang mempengaruhi baik faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa. Faktor internal ini

meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,

kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal

adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar

yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Syah (2009: 145-55) berpendapat bahwa faktor-faktor yang memengaruhi

belajar dibagi menjadi tiga, yaitu faktor internal, eksternal, dan pendekatan

belajar. Berikut uraian masing-masing faktor:

2.1.2.1 Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa

sendiri. Faktor internal meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan aspek

psikologis. Berikut uraian dari masing-masing aspek:

(1) Aspek fisiologis, meliputi kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan

otot) yang menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya

yang dapat memengaruhi semangat dan intensitas aktivitas belajar siswa.

Selain itu, kondisi organ-organ khusus, seperti tingkat kesehatan indera

pendengar dan penglihat juga dapat memengaruhi kemampuan siswa

dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di

kelas. Oleh karena itu, kondisi tubuh yang kurang baik dapat berpengaruh

dalam kegiatan belajar siswa, sehingga kita harus selalu menjaga

kesehatan tubuh kita.

Page 37: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

19

(2) Aspek psikologis, aspek ini berkaitan dengan kondisi kejiwaan siswa.

Faktor yang termasuk dalam aspek psikologis antara lain: tingkat

kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. Siswa yang memiliki

motivasi belajar rendah akan mengalami kesulitasn saat mempersiapkn

kegiatan belajar atau pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2.1.2.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor

eksternal meliputi faktor lingkungan sosial dan non sosial. Berikut uraian masing-

masing faktor:

(1) Faktor lingkungan sosial, ada beberapa lingkungan sosial yang dapat

memengaruhi belajar siswa, yaitu lingkungan sosial keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Lingkungan tersebut tentunya berpengaruh terhadap semangat

belajar siswa.

(2) Faktor lingkungan non sosial, meliputi: gedung sekolah dan letaknya,

rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca,

dan waktu belajar yang digunakan siswa.

2.1.2.3 Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

pembelajaran. Ketepatan dalam memilih strategi dan metode sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang memengaruhi belajar ada tiga, yaitu faktor internal, eksternal, dan

pendekatan belajar. Faktor-faktor tersebut memengaruhi perbedaan hasil belajar

Page 38: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

20

antara individu satu dan individu lainnya. Keberhasilan belajar siswa sangat

dipengaruhi cara mengelola faktor-faktor yang ada. Oleh karena itu, perlu adanya

kerjasama antara orang tua, sekolah, dan masyarakat guna mendukung

keberhasilan belajar siswa.

2.1.3 Pengertian Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran merupakan dua istilah yang saling terkait dan

memengaruhi. Pengertian pembelajaran menurut Undang-Undang Republik

Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 Pasal 1

Ayat 20, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Trianto (2014: 19) juga

berpendapat bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang

guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan. Winkel (1991) dalam Siregar dan Nara (2014: 12) menyatakan

bahwa, “Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk

mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian

ekstrim yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang

berlangsung dialami siswa.”

Gagne (1981) dalam Rifa’i dan Anni (2012: 157-158) menjelaskan

“Pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang

dirancang untuk mendukung proses internal belajar.” Peristiwa belajar ini

dirancang agar memungkinkan siswa memproses informasi nyata dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aunurrahman (2016: 34) berpendapat

bahwa pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum

terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa

Page 39: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

21

yang memiliki pengetahuan tentang sesuatu. Belajar dapat terjadi tanpa

pembelajaran, namun hasil belajar akan tampak jelas dari suatu aktivitas

pembelajaran. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar

dalam diri siswa.

Berdasarkan penjelasan mengenai pembelajaran dari para ahli, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru, siswa dan

sumber belajar yang dirancang sedemikian rupa, sehingga terjadi komunikasi

yang terarah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran yang

baik mampu menimbulkan terjadinya proses belajar dalam diri siswa.

2.1.4 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang mengkaji manusia

dan lingkungannya. Pengertian IPS menurut Susanto (2016: 137), yaitu ilmu

pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora yang

bertujuan memberikan wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada siswa,

khususnya tingkat dasar dan menengah. Michaelis (1957) dalam Soewarso (2013:

1) menyatakan bahwa, “IPS dihubungkan dengan manusia dan interaksinya

dengan lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan

kemanusiaan.” Soewarso dan Widiarto (2012: 1) mengemukakan, “Ilmu

Pengetahuan Sosial adalah program pendidikan yang mengintegrasikan secara

interdisiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora.”

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah

suatu program pendidikan yang mengkaji manusia dan interaksi dengan

Page 40: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

22

lingkungannya yang berhubungan dengan kemanusiaan. Bahan pembelajaran IPS

diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora.

2.1.5 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang

pendidikan dasar. Pelaksanaan pembelajaran IPS harus disesuiakan dengan tujuan

pembelajaran IPS di SD. Munir (1997) dalam Susanto (2016: 150-51) menyatakan

bahwa tujuan pembelajaran IPS di SD, yaitu sebagai berikut:

(1) Membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna

dalam kehidupan kelak di masyarakat; (2) Membekali siswa

dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun

alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat; (3) Membekali siswa dengan kemampuan

berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan bidang

keilmuan serta bidang keahlian; (4) Membekali siswa dengan

kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan keilmuan

terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari

kehidupan tersebut; dan (5) Membekali siswa dengan kemampuan

mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan

perkembangan kehidupan masyarakat dan teknologi bagi siswa.

Berdasarkan pendapat Munir tentang tujuan IPS di SD, dapat disimpulkan

bahwa tujuan pembelajaran IPS tidak hanya memberikan bekal pengetahuan

sosial saja, tetapi juga memberikan bekal kemampuan memecahkan masalah,

keterampilan berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, kesadaran serta

kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS. Pembelajaran yang

baik adalah pembelajaran yang dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat

mendukung tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran IPS di SD. Salah satunya

yaitu dengan menerapkan berbagai model, metode, dan teknik pembelajaran yang

Page 41: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

23

sesuai dengan karakteristik siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai

secara optimal.

2.1.6 Hasil Belajar IPS Siswa

Hasil belajar seringkali digunakan untuk mengukur seberapa jauh

seseorang menguasai materi yang telah diajarkan. Keberhasilan proses

pembelajaran dapat diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.

Rifa’i dan Anni (2012: 69) menyatakan bahwa, “Hasil belajar merupakan

perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan

belajar.” Susanto (2016: 5) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan

belajar, di mana perubahan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor. Purwanto (2014: 46) berpendapat bahwa hasil belajar adalah

perubahan perilaku siswa akibat belajar.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai hasil belajar, dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang dimiliki siswa

setelah mengalami proses pembelajaran. Oleh karena itu, hasil belajar IPS adalah

perubahan perilaku yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran

IPS. Perubahan tersebut meliputi aspek kogitif, afektif dan psikomotor.

Bloom (1956) dalam Rifa’i dan Anni (2012: 70-3) menyampaikan tiga

takstonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu:

(1) Ranah kognitif, ranah ini berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,

kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sinesis, dan penilaian.

Page 42: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

24

(2) Ranah afektif, ranah ini berkaitan dengan perasaan sikap, minat, dan nilai.

Ranah tersebut mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam

mengalami dan menghayati suatu hal yang meliputi penerimaan

penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.

(3) Ranah psikomotorik, ranah ini berkaitan dengan kemampuan fisik seperti

keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.

Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik yaitu persepsi, kesiapan,

gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan

kreativitas.

Ketiga ranah tersebut sebagai objek penilaian hasil belajar. Sebagian besar

guru SD hanya melakukan penilaian ranah kognitif dibandingkan dengan ranah

lainnya. Disebabkan ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

menguasai isi materi. Seharusnya hasil belajar afektif dan psikomotorik juga perlu

menjadi bagian dari penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Namun

dalam penelitian ini, peneliti hanya mengukur ranah kognitif dan afektif, karena

pada materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dalam kegiatan pembelajarannya

tidak memunculkan keterampilan psikomotorik.

Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dapat diamati dan diukur dengan

penilaian. Penilaian merupakan kegiatan menafsirkan atau memaknai data hasil

suatu pengukuran berdasarkan kriteria atau standar maupun aturan-aturan tertentu

(Widoyoko 2014: 4). Salah satu alat penilaian yang dapat digunakan oleh guru

untuk melihat hasil belajar IPS siswa pada ranah kognitif yaitu dengan tes.

Widoyoko (2014: 2) menjelaskan bahwa tes merupakan alat ukur untuk

Page 43: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

25

memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban atau respon

benar atau salah. Tes hasil belajar yang dilakukan oleh siswa ini dapat

memberikan informasi sejauh mana penguasaan dan kemampuan yang telah

dicapai siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran IPS. Hasil belajar mata

pelajaran IPS materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada ranah kognitif

siswa dapat diketahui melalui tes formatif berupa posstest.

Penilaian afektif dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan komponen

sikap. Widoyoko (2014: 38-9) menyatakan bahwa terdapat 3 komponen sikap

yaitu:

Kognisi (sikap yang timbul berdasarkan pemahaman, kepercayaan

maupun keyakinan), afeksi (sikap yang timbul berdasarkan apa yang

dirasakan), dan konasi (kecenderungan seseorang untuk bertindak

maupun bertingkah laku dengan cara-cara tertentu berdasarkan

pengetahuan maupun perasaan).

Widoyoko (2014: 39-40) menjelaskan hasil belajar sikap dapat diamati

melalui objek sikap dalam pembelajaran yang terdiri dari sikap terhadap materi

pembelajaran, sikap terhadap guru, sikap terhadap proses pembelajaran, dan sikap

berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi

pelajaran. Hasil belajar afektif yang telah diteliti yaitu sikap berkaitan dengan

nilai yang berhubungan dengan materi tersebut. Hal tersebut dapat diperoleh

melalui angket penilaian diri siswa. Widoyoko (2014: 154), angket merupakan

salah satu bentuk instrumen penilaian yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada siswa untuk diberikan

respon sesuai dengan keadaan siswa. Pengisian angket oleh siswa dapat

Page 44: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

26

menggambarkan sejauhmana pemahaman sikap siswa terhadap pembelajaran

yang telah dilaksanakan.

Djamarah dan Zain (2002) dalam Susanto (2016: 3) menetapkan bahwa

hasil belajar telah tercapai apabila telah terpenuhi dua indikator berikut, yaitu (1)

Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,

baik secara individual maupun kelompok; (2) Perilaku yang digariskan dalam

tujuan pengajaran/instruksional khusus telah dicapai oleh siswa baik secara

individu maupun kelompok.

Berdasarkan pendapat ahli mengenai ranah hasil belajar dan indikator

tercapainya hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa ranah hasil belajar terdiri dari

ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Namun dalam penelitian ini, hasil belajar

yang akan diteliti mencakup dua ranah, yaitu ranah kognitif dan afektif. Indikator

tercapainya hasil belajar yaitu berupa daya serap terhadap materi mencapai

prestasi tinggi dan tujuan pengajaran khusus tercapai.

2.1.6 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Susanto (2016: 92) menyatakan bahwa, “Guru sebagai ujung tombak

dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam

proses pembelajaran.” Oleh karena itu, guru sekolah dasar perlu mengetahui dan

memahami karakteristik siswa usia SD, sehingga akan lebih mudah bagi guru

dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran. Apabila kegiatan pembelajaran

dirancang sesuai dengan karakteristik siswa SD, maka tujuan pembelajaran dapat

tercapai secara optimal. Menurut Piaget (1950) dalam Rifa’i dan Anni (2012: 32-

5), perkembangan kognitif manusia dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

Page 45: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

27

(1) Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)

Pada tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan

mengordinasikan pengalaman indera dengan gerakan motorik.

(2) Tahap praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini, pemikiran anak lebih bersifat simbolis, egoisentris, dan

intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional.

(3) Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Pada tahap ini, anak mampu mengoperasikan berbagai logika, namun

masih dalam bentuk benda konkret.

(4) Tahap operasional formal (11-15 tahun)

Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis.

Berdasarkan teori piaget tersebut, siswa usia SD berada pada tahap

operasional konkret. Pada tahap ini, siswa mampu mengoperasionalkan berbagai

logika, namun masih dalam bentuk benda-benda konkret. Implementasi dalam

pembelajaran ialah seorang guru harus menggunakan benda-benda konkret untuk

memperjelas materi yang diajarkan, sehingga akan memudahkan siswa dalam

memahami materi tersebut. Apabila benda konkret tidak mudah untuk dibawa

atau ditunjukkan kepada siswa, maka guru dapat menggunakan gambar atau

benda tiruan untuk dapat membantu memperjelas materi pelajaran.

Sumantri (2012: 1.2) mengemukakan pentingnya mempelajari

perkembangan siswa bagi guru, yaitu: (1) Akan memeroleh ekspektasi yang nyata

tentang anak dan remaja; (2) Pengetahuan tentang psikologi anak dapat membantu

untuk merespon sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu pada anak; (3)

Page 46: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

28

Pengetahuan tentang perkembangan anak akan membantu mengenali berbagai

penyimpangan dari perkembangan yang normal; serta (4) Dengan mempelajari

perkembangan anak akan membantu memahami diri sendiri.

Sumantri (2012: 6.3 - 4) mengemukakan ada empat karakteristik siswa SD,

yaitu:

(1) Senang bermain

Pada umumnya, siswa sekolah dasar masih senang bermain, terutama

siswa kelas rendah. Karakteristik tersebut mengharuskan guru untuk dapat

mengembangkan model-model pembelajaran yang memungkinkan ada

unsur permainan, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Apabila siswa senang, maka tidak menutup kemungkinan apa yang

disampaikan oleh guru dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.

(2) Senang bergerak

Siswa sekolah dasar sangat aktif bergerak. Mereka hanya bisa duduk

dengan tenang sekitar 30 menit saja. Karakteristik tersebut mengharuskan

guru untuk dapat merancang model pembelajaran yang memungkinkan

anak bergerak dan berpindah, misalnya dengan menerapkan model

pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat terlibat aktif dalam

kegiatan pembelajaran.

(3) Senang bekerja dalam kelompok

Karakteristik ini mengharuskan guru untuk dapat merancang model

pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam

kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 orang. Hal ini dikarenakan, anak

Page 47: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

29

lebih suka bergaul dengan teman sebaya serta dapat melatih anak untuk

dapat bersosialisasi dengan temannya.

(4) Senang merasakan atau melakukan secara langsung

Karakteristik ini mengharuskan guru untuk dapat merancang model

pembelajaran yang dapat melibatkan anak secara langsung, sehingga anak

lebih mudah memahami materi pelajaran.

Berdasarkan pendapat Sumantri mengenai karakteristik siswa SD, dapat

disimpulkan bahwa guru hendaknya menciptakan susasana pembelajaran yang

menyenangkan dan dapat melibatkan siswa secara langsung, dengan begitu siswa

terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran harus disesuaikan dengan

karakteristik siswa SD dan perlu memerhatikan prinsip pembelajaran agar tercipta

suasana yang kondusif.

2.1.7 Karakteristik Materi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Proklamasi kemerdekaan Indonesia termasuk dalam materi mata pelajaran

IPS kelas V semester genap. Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan

materi dalam standar kompetensi kedua, yaitu menghargai peranan tokoh pejuang

dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan

Indonesia. Selain itu, proklamasi kemerdekaan Indonesia juga merupakan materi

dalam kompetensi dasar ketiga, yaitu menghargai jasa dan peranan tokoh

perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Materi ini

disarikan dari berbagai sumber yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial SD untuk Kelas V

(Asy’ari, dkk, 2007: 129-42), Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas 5

(Susilaningsih dan Limbong, 2008: 177-91), Ilmu Pengetahuan sosial SD dan MI

Page 48: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

30

Kelas V (Yuliati dan Munajat, 2008: 130-4), Ilmu Pengetahuan Sosial untuk

SD/MI Kelas 5 (Syamsiyah, dkk, 2008: 101-7).

Karakteristik materi proklamasi kemerdekaan Indonesia, yaitu termasuk

bidang kajian sejarah, bersifat abstrak, fakta, konsep dan hafalan. Materi ini

mempelajari mengenai peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sekitar

proklamasi, tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan serta jasa dan peranan

tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan. Materi yang bersifat abstrak

berupa cara menghargai jasa pahlawan. Materi yang bersifat fakta berupa nama

tempat, nama tokoh, nama peristiwa dan waktu terjadinya peristiwa sekitar

proklamasi Indonesia. Materi yang bersifat konsep dan hafalan berupa semua

materi dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Berdasarkan karakteristik materi tersebut, sudah seharusnya guru dapat

menerapkan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif serta dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat melatih pengetahuannya

sendiri mengenai materi tersebut. Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan

ialah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif Pair Check dan

model pembelajaran kooperatif Course Review Horay (CRH). Dengan

menerapkan model pembelajaran tersebut, diharapkan siswa dapat terlibat aktif

dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar dapat tercapai secara optimal. Siswa

juga diharapkan mampu menghargai jasa-jasa para pahlawan proklamasi

kemerdekaan Indonesia serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.8 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam proses

pembelajaran. Trianto (2014: 23) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah

Page 49: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

31

suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas. Arends (1997) dalam Suprijono (2012: 46)

menyatakan, “Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.” Sementara itu, menurut Joyce

dan Weil (1990) dalam Isjoni (2010: 50), “Model pembelajaran adalah suatu pola

atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk

menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada

pengajar di kelasnya.”

Aunurrahman (2016: 146) berpendapat bahwa model pembelajaran dapat

diartikan sebagai:

Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran.

Berdasarkan uraian mengenai pengertian model pembelajaran, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan proses pembelajaran di kelas untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Guru dalam memilih model pembelajaran yang akan

digunakan harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan

dicapai, serta kemampuan siswa.

2.1.9 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran

yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di SD. Menurut Lie (2000) dalam

Page 50: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

32

Isjoni (2010: 16), pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk

suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Parker (1994) dalam Huda (2015:

29) menyatakan bahwa, “Pembelajaran kooperatif adalah suasana pembelajaran di

mana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk

mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.” Lebih lanjut

Johnson (1998) dalam Huda (2015: 31) menegaskan bahwa pembelajaran

kooperatif berarti bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran

kooperatif dapat dilaksanakan menggunakan berbagai model pembelajaran

inovatif. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran konvensional.

Perbedaannya terletak pada pelaksanaannya. Pembelajaran kooperatif berpusat

pada siswa, sedangkan pembelajaran konvensional perpusat pada guru. Majid

(2015: 165) berpendapat bahwa pembelajaran konvensional dapat diartikan

sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah terbiasa dilakukan yang

sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang memperhatikan

keseluruhan situasi belajar. Pembelajaran konvensional yang sering digunakan

guru dalam menyampaikan materi pelajaran yaitu metode ceramah, tanya jawab,

dan penugasan. Majid (2015: 165) menyatakan bahwa sintak pelaksanaan

pembelajaran konvensional dilakukan melalui mendengarkan (lecture), tanya

jawab, dan membaca (tidak terkontrol).

Roger dan Johnson (t.t) dalam Suprijono (2012: 58-61), mengemukakan

ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu:

(1) Saling Ketergantungan Positif

Unsur ini menunjukkan bahwa ada dua pertanggungjawaban

kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada

Page 51: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

33

kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu

mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

(2) Tanggung Jawab Perseorangan

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran

terhadap keberhasilan kelompok. Setelah mengikuti kelompok belajar

bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

(3) Tatap Muka

Semua anggota kelompok berinteraksi secara langsung untuk

berdiskusi. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:

(a) Saling membantu secara efektif dan efisien;

(b) Saling memberi informasi dan saran yang diperlukan;

(c) Memperoleh informasi bersama secara efektif dan efisien;

(d) Saling mengingatkan;

(e) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan

argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap

masalah yang dihadapi;

(f) Saling percaya;

(g) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

(4) Komunikasi Antaranggota

Komunikasi antaranggota kelompok yang baik akan menentukan

keberhasilan kelompok tersebut. Setiap anggota kelompok perlu untuk

belajar mendengarkan pendapat anggota lain dan menghargai

Page 52: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

34

pendapatnya. Pendapat dari anggota kelompok ditampung kemudian

didiskusikan bersama-sama.

(5) Evaluasi Proses Kelompok

Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau

tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa

yang saling membantu dan siapa yang tidak saling membantu. Tujuan

pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam

memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai

tujuan kelompok.

Isjoni (2010: 20) mengemukakan beberapa ciri dari pembelajaran

kooperatif yaitu:

(1) setiap anggota memiliki peran; (b) terjadi hubungan interaksi

langsung di antara siswa; (3) setiap anggota kelompok bertanggung

jawa atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya; (4) guru

membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal

kelompok; dan (5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat

diperlukan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang terstruktur dan

sistematis, di mana siswa akan belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara

bersama-sama untuk mempelajari materi dan menyelesaikan tugas-tugas yang

telah diberikan oleh guru. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat terlibat

secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa juga dapat mengembangkan

keterampilan sosialnya dengan cara berkomunikasi dan bekerjasama untuk

mencapai tujuan bersama. Guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan

secara langsung, tapi lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat

Page 53: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

35

membangun pengetahuan dalam pikirannya sendiri. Guru dapat memberikan

pengarahan dan membimbing siswa selama proses pembelajaran.

2.1.13 Model Pembelajaran Pair Check

Model Pair Check adalah salah satu model dalam pembelajaran kooperatif.

Kurniasih dan Sani (2016: 211) menyatakan bahwa Pair Check merupakan model

pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer

Kagan pada tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang

menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan.

Shoimin (2014: 119) mengemukakan bahwa, “Dalam model pembelajaran

kooperatif tipe pair check , guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator.”

Secara umum, sintak pembelajaran Pair Check adalah (1) bekerja

berpasangan; (2) pembagian peran partner dan pelatih; (3) pelatih memberi soal,

partner menjawab; (4) pengecekan jawaban; (5) bertukar pasangan; (6)

penyimpulan; (7) evaluasi; dan (8) refleksi (Huda 2014: 211).

Adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif model pair

check menurut Kurniasih dan Sani (2016: 111), yaitu sebagai berikut:

(1) Guru menjelaskan konsep pembelajaran.

(2) Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu tim

ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih

dan ada yang partner.

(3) Guru membagikan soal kepada partner.

(4) Partner menjawab soal, dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya.

Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.

(5) Bertukar peran. Si pelatih menjadi partner dan si partner menjadi pelatih.

Page 54: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

36

(6) Guru membagikan soal kepada partner.

(7) Partner menjawab soal, dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya.

Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.

(8) Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama

lain.

(9) Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai

soal dan tim mengecek jawabannya.

(10) Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah.

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan maupun kekurangan,

begitu juga model pair check. Shoimin (2014: 121-22) menyatakan kelebihan

model pair check meliputi:

(1) Melatih siswa untuk bersabar, yaitu dengan memberikan waktu bagi

pasangannya untuk berpikir dan tidak langsung memberikan jawaban

(menjawabkan) soal yang bukan tugasnya.

(2) Melatih siswa memberikan dan menerima motivasi dari pasangannya

secara tepat dan efektif.

(3) Melatih siswa untuk bersikap terbuka terhadap kritik atau saran yang

membangun dari pasangannya atau dari pasangan lainnya dalam

kelompoknya.

(4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk membimbing orang lain

(pasangannya).

(5) Melatih siswa untuk bertanya atau meminta bantuan kepada orang lain

(pasangannya) dengan cara yang baik (bukan langsung meminta jawaban,

tapi lebih kepada cara-cara mengerjakan soal/menyelesaikan masalah).

Page 55: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

37

(6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menawarkan bantuan atau

bimbingan pada orang lain dengan cara yang baik.

(7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menjaga ketertiban

kelas (menghindari keributan yang mengganggu suasana belajar).

(8) Belajar menjadi pelatih dengan pasangannya.

(9) Menciptakan saling kerja sama diantara siswa.

(10) Melatih dalam berkomunikasi.

Kekurangan model pair check menurut Shoimin (2014: 122) yaitu:

(1) Membutuhkan waktu yang lama.

(2) Membutuhkan keterampilan siswa untuk menjadi pembimbing

pasangannya, dan kenyataannya setiap partner pasangan bukanlah siswa

dengan kemampuan belajar yang lebih baik. Jadi, terkadang fungsi

pembimbingan tidak berjalan dengan baik.

2.1.14 Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH)

Kurniasih dan Sani (2016: 80) menyatakan bahwa, “Model pembelajaran

Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan

suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat

menjawab benar diwajibkan berteriak ‘hore!!’ atau yel-yel lainnya yang

disepakati.” Model ini berusaha menguji pemahaman siswa dalam menjawab soal,

dimana jawaban soal tersebut dituliskan pada kartu atau kotak yang telah

dilengkapi dengan nomor. Siswa atau kelompok yang memberi jawaban benar

harus langsung berteriak ‘hore!!’ atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Huda

(2014: 230) menyatakan bahwa model ini juga membantu siswa utuk memahami

konsep dengan baik melalui diskusi kelompok.

Page 56: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

38

Adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif model CRH

menurut Kurniasih dan Sani (2016: 81), yaitu sebagai berikut:

(1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

(2) Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan

tanya jawab.

(3) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.

(4) Untuk menguji pemahaman, siswa diminta membuat kartu atau kotak

sesuai dengan kebutuhan. Kartu atau kotak tersebut kemudian diisi dengan

nomor yang ditentukan guru.

(5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya

didalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru.

(6) Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa ditulis di dalam kartu atau

kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.

(7) Bagi yang benar, siswa memberi tanda check list (√) dan langsung

berteriak horay atau menyanyikan yel-yel lainnya.

(8) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak

horay.

(9) Guru memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi

atau yang paling sering memperoleh horay.

(10) Penutup.

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan maupun kekurangan,

begitu juga model Course Review Horay (CRH). Shoimin (2014: 55) menjelaskan

kelebihan model CRH meliputi:

Page 57: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

39

(1) Menarik sehingga mendorong siswa terlibat di dalamnya.

(2) Tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak

menegangkan.

(3) Siswa lebih semangat belajar.

(4) Melatih kerja sama.

Kekurangan model CRH menurut Shoimin (2014: 55) yaitu:

1) Adanya peluang untuk curang.

2) Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan.

2.1.15 Persamaan dan Perbedaan Model Pair Check dan CRH

Model Pair Check merupakan model pembelajaran di mana setiap

kelompok terdiri dari pasangan siswa. Salah satu pasangan berperan sebagai

partner dan pasangan lainnya berperan sebagai pelatih. Model ini menuntut

kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Model ini

juga melatih tanggung jawab sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi

penilaian. Teknis pelaksanaannya yaitu siswa di kelompokkan berpasangan, setiap

kelompok diberi Lembar Kerja Kelompok (LKS). Pasangan partner mengerjakan

satu soal sedangkan pasangan pelatih mengecek jawaban soal dari partner. Setiap

pasangan berganti posisi dari partner menjadi pelatih, begitu seterusnya sampai

semua soal selesai di diskusikan. Sedangkan model CRH adalah model

pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Teknis pelaksanaannya yaitu siswa di bagi menjadi beberapa kelompok, setiap

kelompok diuji pemahaman konsepnya menggunakan kotak yang diisi dengan

soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa atau kelompok yang

Page 58: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

40

lebih dahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horee atau yel-yel

lainnya yang mereka sukai.

Kedua model tersebut merupakan pengembangan model pembelajaran

kooperatif, sehingga siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Di sisi

lain, guru memberikan peluang kepada siswa untuk saling mendiskusikan

persoalan dalam bentuk kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Model Pair

Check dan CRH cocok diterapkan dalam pembelajaran IPS karena memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling berinteraksi. Interaksi antar siswa akan

melatih keterampilan sosial mereka, sehingga sangat sesuai dengan tujuan

pembelajaran IPS. Selain itu, terdapat beberapa penelitian yang telah

membuktikan keefektifan model Pair Check dan CRH dalam pembelajaran IPS.

Akan tetapi belum diketahui model manakah yang paling efektif di antara

keduanya. Hal tersebut dikarenakan model Pair Check dan CRH juga memiliki

perbedaan. Perbedaan utama dari model pembelajaran Pair Check dan CRH yaitu

pada proses pelaksanaanya.

Berdasarkan teori Gestalt dalam Susanto (2016: 12), hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh dua hal, yaitu: (1) siswa itu sendiri, yaitu kemampuan

berpikirnya, dan (2) lingkungannya, dalam arti kreativitas guru dalam

menggunakan metode pembelajarannya. Tinggi rendahnya hasil belajar seseorang

dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, guru harus mampu

merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, dengan cara

menerapkan metode pembelajaran dalam suatu model pembelajaran yang dapat

mengoptimalkan hasil belajar siswa. Penelitian yang relevan telah membuktikan

adanya hubungan model pembelajaran Pair Check dan CRH terhadap hasil

Page 59: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

41

belajar IPS siswa. Kedua model tersebut telah terbukti dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

2.1.16 Hubungan Model Pembelajaran Pair Check dan CRH dengan Hasil

Belajar IPS

Aunurrahman (2016: 34) berpendapat bahwa pembelajaran berupaya

mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, siswa yang belum

memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan

tentang sesuatu. Belajar dapat terjadi tanpa pembelajaran, namun hasil belajar

akan tampak jelas dari suatu aktivitas pembelajaran. Keberhasilan proses

pembelajaran dapat diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.

Rifa’i dan Anni (2012: 69) menyatakan bahwa, “Hasil belajar merupakan

perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan

belajar.”

Berdasarkan pendapat Russefendi (1991) dalam Susanto (2006: 14), hasil

belajar siswa dipengaruhi oleh sepuluh faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu

kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model

penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru dan

kondisi masyarakat. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang pembelajaran

yang dapat membangkitkan siswa, dengan cara menerapkan model pembelajaran

yang dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa. Model penyajian materi yang

menyenangkan, tidak membosankan, menarik dan mudah dimengerti siswa tentu

berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan siswa. Penelitian yang relevan

telah membuktikan adanya hubungan model pembelajaran Pair Check dan CRH

terhadap hasil belajar IPS siswa. Kedua model tersebut telah terbukti dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Namun, belum diketahui model mana yang

lebih baik diantara keduanya.

Page 60: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

42

2.2 Penelitian yang Relevan

Kajian yang relevan dengan penelitian ini yaitu kajian tentang hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya:

(1) Putri (2017) dari Universitas Bung Hatta dengan judul “Peningkatan Hasil

Belajar Siswa Kelas V pada Pembelajaran IPS melalui Model Pair Check

di SD Negeri 10 Surau Gadang Padang”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa Pembelajaran IPS menggunakan model Pair Check di SD Negeri

10 Surau Gadang dapat meningkatkan hasil belajar siswa tingkat

pengetahuan. Hal ini terlihat pada tes akhir siklus I 52% pada tes akhir

siklus II mencapai 76,9%.

(2) Asriyana (2016) dari Universitas Mataram dengan judul “Penerapan

Metode Pembelajaran Pair Check untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS

pada Siswa Kelas V SDN 39 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar dilihat

dari presentase ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus I yaitu 44,8%

meningkat menjadi 90% pada siklus II dengan nilai rata-rata 77,16 yang

dalam hal ini siswa telah belajar secara tuntas dengan KKM ≥ 75. Hasil

tersebut menjadi bukti bahwa model Pair Check berpengaruh terhadap

hasil belajar IPS siswa.

(3) Setiana (2015) dari Universitas Negeri Semarang dengan judul

“Keefektifan Model Pair Check dalam Pembelajaran IPS pada Peserta

Didik Kelas III Sekolah Dasar Negeri Karangkemiri Kabupaten

Banyumas”. Hasil penelitian menunjukkan uji hipotesis keefektifan

dilakukan secara empiris diperoleh 4,74 yang bernilai positif berarti model

Page 61: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

43

Pair Check lebih efektif. Pengujian keefektifan secara statistik dengan uji t

pihak kanan menggunakan One Sample T-Test diperoleh nilai thitung 3,954

> ttabel 2,145 sehingga dapat disimpulkan hasil belajar IPS materi sejarah

uang pada peserta didik kelas III yang menggunakan model Pair Check

lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional.

(4) Ariani (2015) dari Universitas Negeri Semarang dengan judul

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Course Review

Horay berbantuan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V A SDN

Karangayu 02 Kota Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

hasil belajar kognitif siswa pada siklus I memperoleh ketuntasan klasikal

61,8%, pada siklus II meningkat menjadi 77,8%, dan pada siklus III

meningkat menjadi 91,6%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

penerapan pembelajaran Pair Check dapat meningkatkan hasil belajar IPS.

(5) Yuni (2016) dari Universitas Lampung dengan judul “Penerapan Course

Review Horay untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Siswa

Kelas V SD Negeri Metro Timur”. Hasil penelitian menunjukkan terjadi

peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai hasil belajar siswa

adalah 67,98 dan persentase ketuntasan sebesar 68,00% dengan kategori

baik. Kemudian pada siklus II nilai hasil belajar siswa meningkat menjadi

72,12 dan persentase ketuntasan sebesar 88,00 % dengan kategori sangat

baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran

CRH dapat meningkatkan hasil belajar PKn.

(6) Khunaifah (2015) dari Universitas Muria Kudus dengan judul “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay untuk

Page 62: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

44

Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Globalisasi Kelas V SD 7

Klumpit Gebog Kudus”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan yang signifikan pada ketuntasan nilai hasil belajar PKn materi

globalisasi antara siklus I (48%) kualifikasi kurang dan siklus II (88%)

kualifikasi sangat baik, di dukung dengan peningkatan aktivitas belajar

PKn siswa pada siklus I (63%) kualifikasi cukup menjadi siklus II (75,12)

kualifikasi baik. Pengelolaan pembelajaran model kooperatif tipe Course

Review Horay juga mengalami peningkatan pada siklus I (63,75)

kualifikasi cukup menjadi siklus II (86,25) kualifikasi sangat baik. Hal ini

membuktikan bahwa penggunaan model kooperatif tipe Course Review

Horay dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi globalisasi.

(7) Kusmami (2013) dari Universitas Negeri Semarang dengan judul

“Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course

Review Horay Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Pkn Pada Siswa

Kelas V SD Negeri Kaligangsa Kulon 01 Kabupaten Brebes”. Hasil

penelitian menunjukkan rata-rata skor aktivitas belajar siswa di kelas

eksperimen pada pertemuan pertama sebesar 75,6% dan pertemuan kedua

yaitu 87,6%. Keduanya termasuk kriteria sangat tinggi, sedangkan pada

kelas kontrol, rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan pertama sebesar

72,95% dan pertemuan kedua sebesar 73,86%. Keduanya termasuk kriteria

tinggi. Ini membuktikan bahwa aktivitas siswa di kelas eksperimen lebih

baik dibandingkan di kelas kontrol. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t

hitung = 2,854 dan signifikannya sebesar 0,007. Harga t tabel dengan dk =

Page 63: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

45

45 dan α = 0,05 yaitu 2,014. Hal ini berarti thitung > t tabel (2,854 >

2,014) atau signifikannya 0,007 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan

terdapat perbedaan aktivitas dan hasil belajar PKn antara siswa kelas V SD

Negeri Kaligangsa Kulon 01 Kabupaten Brebes yang mendapatkan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

CRH dan yang menggunakan model ceramah.

(8) Winarsih (2014) dari Universitas Sebelas Maret dengan judul

“Penggunaan Metode Course Review Horay (CRH) untuk Meningkatkan

Pembelajaran IPS tentang Perjuangan Melawan Penjajahan Siswa Kelas

V SD Negeri 1 Karangsari tahun ajaran 2013/2014”. Hasil penelitian

menunjukkan terjadi peningkatan dari setiap siklusnya. Pada siklus I,

diperoleh persentase sebesar 28,6%, pada siklus II diperoleh persentase

sebesar 89,3%, dan pada siklus III diperoleh persentase sebesar 100%.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran

metode CRH dapat meningkatkan pembelajaran IPS siswa.

(9) Tok (2008) dengan judul “Effect of Cooperative Learning Method of Pair

Check Technique on Reading Comprehension”. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Tok dinyatakan bahwa, “...cooperative learning method of

pairs check technique increased students’ reading comprehension in the

Turkish course”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh tok menunjukkan

bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Pair Check dapat

meningkatkan kemampuan membaca peserta didik dalam kursus bahasa

Page 64: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

46

turki. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perbedaan signifikansi

(p<.50). Hal inilah yang menjadikan peneliti melakukan penelitian tentang

model Pair Check, agar nantinya dapat membantu peserta didik dalam

proses pembelajaran.

(10) Tran (2014) dari Universitas An Giang, Vietnam dengan judul “The

Effects of Cooperative Learning on the Academic Achievement and

Knowledge Retention”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi dan

pengetahuan siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif lebih

tinggi daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan pembahasan tentang penelitian yang relevan, terdapat

persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian

yang sudah ada. Persamaannya yaitu menggunakan pembelajaran kooperatif

model Pair Check dan model CRH. Perbedaannya yaitu pada mata pelajaran,

variabel penelitian, objek penelitian dan jenis penelitian.

Penelitian pertama dan kedua menggunakan jenis penelitian PTK.

Penelitian ketiga diterapkan pada kelas III SD. Penelitian keempat menggunakan

jenis penelitian PTK dan model berbantuan media audiovisual. Penelitian kelima

diterapkan pada mata pelajaran PKn dengan variabel aktivitas dan hasil belajar.

Penelitian keenam diterapkan pada mata pelajaran PKn dengan jenis penelitian

PTK. Penelitian ketujuh diterapkan pada mata pelajaran PKn dengan variabel

aktivitas dan hasil belajar. Penelitian kedelapan menggunakan jenis penelitian

PTK. Penelitian kesembilan diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Turki, serta

pada penelitian kesepuluh menggunakan variabel prestasi dan pengetahuan siswa.

Page 65: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

47

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model

Pair Check dan model CRH efektif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Akan tetapi belum diketahui model pembelajaran mana yang

lebih baik di antara model Pair Check dan CRH dalam pembelajarn IPS di kelas

V SD. Hasil belajar dalam penelitian ini mencakup dua ranah yaitu ranah kognitif

dan afektif. Adapun materi pembelajaran IPS dalam penelitian yaitu mengenai

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

2.3 Kerangka Berpikir

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada

siswa sejak SD/MI. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi-kondisi

sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Pembelajaran IPS sangat penting bagi siswa. Oleh karena itu, seorang guru harus

merancang pembelajaran yang efektif dan bermakna dengan menerapkan berbagai

model pembelajaran yang tepat, sehingga siswa dapat memahami konsep dan

mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun pada kenyataannya, masih ada guru yang melakukan pembelajaran

dengan menggunakan pembelajaran konvensional, seperti ceramah, tanya jawab,

penugasan. Kegiatan pembelajaran seperti ini menempatkan siswa sebagai objek

belajar yang hanya menerima, mencatat, dan menghafal materi IPS yang

disampaikan oleh guru. Hal ini menyebabkan siswa cepat bosan, pasif, dan kurang

Page 66: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

48

antusias dalam mengikuti pembelajaran, sehingga menyebabkan hasil belajar

siswa kurang optimal.

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu inovasi dalam proses

pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang menarik dan merangsang keaktifan

siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Model Pair Check dan CRH adalah

dua diantara beberapa model dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran

tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan teori Gestalt dalam Susanto (2016: 12), hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh dua hal, yaitu: (1) siswa itu sendiri, yaitu kemampuan

berpikirnya, dan (2) lingkungannya, dalam arti kreativitas guru dalam

menggunakan model pembelajarannya. Tinggi rendahnya hasil belajar seseorang

dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu, guru harus mampu

merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, dengan cara

menerapkan model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.

Penelitian yang relevan telah membuktikan adanya hubungan model pembelajaran

Pair Check dan CRH terhadap hasil belajar IPS siswa. Kedua model tersebut telah

terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun, belum diketahui model

mana yang lebih baik diantara model Pair Check dan model CRH.

Model Pair Check dan model CRH mempunyai perbedaan dan persamaan

yang terlihat jelas. Perbedaan utamanya pada proses pelaksanaanya, sedangkan

persamaan utamanya pada prinsip umum pembelajaran kooperatif. Berdasarkan

uraian tersebut, dapat digambarkan alur pemikirannya sebagai berikut:

Page 67: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

49

Pembelajaran

menggunakan model

pembelajaran CRH

Bagan 2.1. Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

Dibandingkan

Pretest

Posttest

Pembelajaran

menggunakan model

pembelajaran Pair

Check

Pretest

Pembelajaran

Konvensional

Posttest

Pretest

Posttest

1. Ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS siswa

antara yang menggunakan model pembelajaran

Pair Check, CRH dan konvensional.

2. Model pembelajaran yang efektif antara model

Pair Check dan CRH materi Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia

Pembelajaran IPS di SD Kelas V

Kelas Eksperimen 1 Kelas Kontrol Kelas Eksperimen 2

Page 68: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

50

kalimat pertanyaan (Sugiyono 2015: 99). Berdasarkan landasan teori dan

kerangka berpikir, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

(1) H01: Tidak ada perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang

mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran Pair Check dan

siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

HO : μ1 = μ2

Ha1: Ada perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang mendapat

pembelajaran dengan model pembelajaran Pair Check dan siswa

yang mendapat pembelajaran konvensional.

Ha : μ1 ≠ μ2

(2) H02: Tidak ada perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang

mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran CRH dan siswa

yang mendapat pembelajaran konvensional.

Ho : μ1 = μ2

Ha2: Ada perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang mendapat

pembelajaran dengan model pembelajaran CRH dan siswa yang

mendapat pembelajaran konvensional.

Ha : μ1 ≠ μ2

(3) H03: Tidak ada perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang

mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran Pair Check dan

siswa yang mendapat pembelajaran dengan model kooperatif model

CRH.

Ho : μ1 = μ2

Page 69: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

51

Ha3: Ada perbedaan hasil belajar IPS kelas V antara siswa yang mendapat

pembelajaran dengan model pembelajaran Pair Check dan siswa

yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran CRH.

Ha : μ1 ≠ μ2

(4) H04: Penerapan model pembelajaran Pair Check tidak efektif terhadap

hasil belajar IPS siswa kelas V.

Ho : μ1 ≤ μ2

Ha4: Penerapan model pembelajaran Pair Check efektif terhadap hasil

belajar IPS siswa kelas V.

(5) H05: Penerapan model pembelajaran CRH tidak efektif terhadap hasil

belajar IPS siswa kelas V.

Ho : μ1 ≤ μ2

Ha5: Penerapan model pembelajaran CRH efektif terhadap hasil belajar

IPS siswa kelas V.

Ha : μ1 > μ2

Page 70: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

142

BAB 5

PENUTUP

Bagian ini berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan jawaban dari

hipotesis, berdasarkan analisis data hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

Sementara itu, saran dalam penelitian ini berupa saran bagi siswa, guru, sekolah,

dan peneliti lanjutan.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari penelitian komparasi

yang berjudul “Studi Komparasi Model Pair Check dan Model CRH terhadap

Hasil Belajar IPS Kelas V SD Negeri 1 Sambirata Kabupaten Banyumas”, maka

dapat dikemukakan simpulan penelitian sebagai berikut:

(1) Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil belajar IPS pada siswa

kelas V antara yang menggunakan pembelajaran model Pair Check dan

yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan

hasil uji hipotesis menggunakan uji Tukey HSD melalui program SPSS

versi 21 yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi perbedaan rata-rata

antara kelas eksperimen 1 dan kontrol kurang dari 0,05 (0,019 < 0,05).

(2) Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil belajar IPS pada siswa

kelas V antara yang menggunakan pembelajaran model CRH dan yang

menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil

uji hipotesis menggunakan uji Tukey HSD melalui program SPSS versi 21

Page 71: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

143

yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi perbedaan rata-rata antara

kelas eksperimen 2 dan kontrol kurang dari 0,05 (0,017 < 0,05).

(3) Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil belajar IPS pada siswa

kelas V antara yang menggunakan pembelajaran model Pair Check dan

yang menggunakan pembelajaran CRH. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji

hipotesis menggunakan uji Tukey HSD melalui program SPSS versi 21

yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi perbedaan rata-rata antara

kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 kurang dari 0,05 (0,019 < 0,05).

(4) Hasil belajar IPS pada siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran

model Pair Check lebih tinggi daripada yang menggunakan pembelajaran

konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis menggunakan

one sample t test melalui program SPSS versi 21 yang menunjukkan

bahwa nilai thitung > ttabel (3,445 > 2,069) dan nilai signifikansi kurang dari

0,05 (0,002 < 0,05), sehingga dapat dikatakan pembelajaran model Pair

Check efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

(5) Hasil belajar IPS pada siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran

model CRH lebih tinggi daripada yang menggunakan pembelajaran

konvensional. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis menggunakan

one sample t test melalui program SPSS versi 21 yang menunjukkan

bahwa nilai thitung > ttabel (9,849 > 2,048) dan nilai signifikansi kurang dari

0,05 (0,002 < 0,05), sehingga dapat dikatakan pembelajaran CRH efektif

dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 72: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

144

(6) Hasil belajar IPS pada siswa kelas V yang menggunakan pembelajaran

model CRH lebih baik daripada yang menggunakan model Pair Check.

Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang mendapat

pembelajaran model CRH lebih tinggi daripada yang menggunakan

pembelajaran model Pair Check (88,10 > 80,48) dengan perbedaan rata-

rata sebesar 7,710. Berdasarkan analisis statistik uji Tukey HSD diperoleh

nilai signifikansi perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen

1 dan kelas eksperimen 2 sebesar 0,019 (0,019 < 0,05). Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model CRH lebih baik daripada

pembelajaran model Pair Check pada hasil belajar IPS siswa kelas V.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, bahwa pembelajaran model

Pair Check dan CRH efektif dalam pembelajaran IPS, sehingga disarankan:

5.2.1 Bagi Siswa

Agar pelaksanaan pembelajaran model Pair Check dan CRH dapat

berjalan dengan lancar, siswa disarankan: (1) Menggali pengetahuan dan

kemampuan yang dimilikinya semaksimal mungkin; (2) Memerhatikan dengan

sungguh-sungguh penjelasan dari guru, baik mengenai materi pelajaran, maupun

langkah-langkah pembelajaran model Pair Check dan CRH; (3) Melaksanakan

aturan pelaksanaan pembelajaran Pair Check dan CRH sesuai dengan langkah-

langkah yang dijelaskan guru; (4) Mampu bekerjasama dengan baik dalam

kelompoknya, karena kerjasama dalam kelompok merupakan hal yang penting

Page 73: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

145

dalam pembelajaran kooperatif; serta (5) Dapat menghargai pendapat dari anggota

kelompoknya.

5.2.2 Bagi Guru

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran Pair

Check dan CRH efektif dalam pembelajaran IPS, maka guru disarankan untuk

dapat menerapkan pembelajaran model Pair Check dan CRH dalam proses

pembelajaran. Agar pembelajaran Pair Check dan CRH dapat berjalan dengan

lancar, guru perlu: (1) Memahami langkah-langkah pembelajaran Pair Check dan

CRH; (2) Merencanakan pembelajaran dengan baik; (3) Menjelaskan tata cara

pelaksanaan pembelajaran model Pair Check dan CRH dengan rinci dan jelas,

sehingga siswa dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik; (4)

Membimbing siswa dalam berdiskusi agar proses diskusi berjalan lancar; serta (5)

Mengondisikan siswa supaya tidak menimbulkan kegaduhan dalam berdiskusi,

sehingga suasana kelas tetap kondusif.

5.2.3 Bagi Sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran model Pair

Check dan CRH lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam

pembelajaran IPS. Oleh karena itu, kepada pihak sekolah disarankan: (1)

Memberikan fasilitas yang mendukung pelaksanaan pembelajaran Pair Check dan

CRH, baik bagi guru maupun bagi siswa. Fasilitas yang dimaksud yaitu sumber

belajar yang memadai dan buku-buku relevan yang dapat digunakan guru untuk

memahami pembelajaran model Pair Check dan CRH; dan (2) Memberikan

sosialisasi kepada guru-guru untuk dapat menerapkan model Pair Check dan CRH

dalam pembelajaran, baik mata pelajaran IPS maupun mata pelajaran lainnya.

Page 74: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

146

5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis

disarankan untuk memerhatikan kelemahan-kelemahan pembelajaran model Pair

Check dan CRH. Selain itu, peneliti selanjutnya perlu mengkaji lebih dalam

mengenai pembelajaran model Pair Check dan CRH beserta kelebihan dan

kekurangannya. Dengan demikian diharapkan penelitian yang dilaksanakan akan

mendapatkan hasil yang lebih baik.

Page 75: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

147

DAFTAR PUSTAKA

Ariani. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Model Course

Review Horay berbantuan Media Audio Visual pada Siswa Kelas V A SDN

Karangayu 02 Kota Semarang. Available at http://lib.unnes.ac.id

/21700/1/1401411096-s.pdf [accessed 12/12/2016].

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Putra.

. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asriyana, Lupi Dyah. 2016. Penerapan Metode Pembelajaran Pair Check untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V SDN 39 Mataram

Tahun Pelajaran 2015/2016. Available at http://fkipunram.rf.gd /uploads

/E1E212126.pdf [accessed 12/12/2016]

Asy’ari,dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Kelas V. Jakarta: Erlangga.

Aunurrahman. 2016. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Doyin, Mukh dan Wagiran. 2012. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya

Ilmiah. Semarang: Unnes Press.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

. 2015. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model

Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Isjoni. 2010. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok.

Bandung: Alfabeta.

Khunaifah, Zuin. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course

Review Horay untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Globalisasi

Kelas V SD 7 Klumpit Gebog Kudus. Available at http://

eprints.umk.ac.id/4786/1/HALAMAN_JUDUL.pdf [accessed 01/2/2017]

Kurniasih, Imas dan Berlin Imas. 2016. Ragam Pengembangan Model

Pembelajaran untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta :Kata Pena

Page 76: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

148

Kusmami, Menik. 2013. Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Course Review Horay Terhadap AktVitas Dan Hasil Belajar Pkn

Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kaligangsa Kulon 01 Kabupaten Brebes.

Available at https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source

=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjClNePlKPSAhVVbwKH

bxIBakQFggbMAA&url=http%3A%2F%2Flib.unnes.ac.id%2F18102%2F

1%2F1401409403.pdf&usg=AFQjCNFOscnn0MjiohcPDQRlcKaXDZyG

Cw [accessed 01/2/2017]

Majid, Abdul. 2015. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Posdakarya.

Mikarsa, Heni Lestari, dkk. 2007. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Munib, Achmad. dkk. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006. Available at

awidyarso65.files.wordpress.com/2008/08/permendiknas-no-24-th-2006-

ttg-kurikulum-ipss-sd.pdf [accessed 03/18/17].

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2016 tentang

Standar Proses Pendidikan dan Menengah Bab I. Online. Avaible at http://

luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud22-016SPDikdasmen.pdf.

[accessed 03/03/17].

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 24 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Online. Avaible at https://awidyarso65.files.wordpress.com/2008/08

/nomor-24-th-2006.pdf [accessed 28/02/17].

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 7. Online. Avaible at

http://madrasah.kemenag.go.id/files/files/PP_17_2010%20Pengelolaan%2

0Pendidikan.pdf. [accessed 20/01/17].

Priyatno, Dwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:

MediaKom.

Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Putri, Refti Susila Eka. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada

Pembelajaran IPS melalui Model Pair Check di SD Negeri 10 Surau

Gadang Padang. Available at http://www.ejurnal.bunghatta.ac.id/index.

php?journal=JFKIP&page=article&op=view&path[]=9640. [accessed 23

/02 /2017].

Page 77: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

149

Riduwan. 2012. Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta.

. 2013. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Yogyakarta: Alfa Beta.

Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang:

Unnes Press.

Setiana, Inneta Chris. 2015. Keefektifan Model Pair Check dalam Pembelajaran

IPS pada Peserta Didik Kelas III Sekolah Dasar Negeri Karangkemiri

Kabupaten Banyumas. Available at http://lib.unnes.ac.id /22103/1/140

1411156-s.pdf [accessed 20/2/2017].

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: AR-Ruzz Media.

Siregar E. dan H. Nara. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Soewarso dan Tri Widiarto. 2012. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga:

Widya Sari Press.

Soewarso. 2013. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari

Press.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Posdakarya.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sumantri, Mulyani. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperativee Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Prenada Media.

Page 78: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

150

Susilaningsih dan Limbong. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas 5.

Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Syamsiah,dkk.2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas V. Jakarta:Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Thoifah, I’anatut. 2015. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif.

Malang: Madani.

Tok, Sukran. 2008. Effects of Cooperative Learning Method of Pairs Check

Technique on Reading Comprehension. Available at http://ilkogretim-

online.org.tr/vol7say3/v7s3m17.pdf [accessed 12/12/2016].

Tran, Van Dat. 2014. The Effects of Cooperative Learning on the Academic

Achievement and Knowledge Retention. International Joernal of Higher

Education. Vol. 3 No. 2. Available at http://www.sciedu.ca/journal/

index.php/ijhe/article/download/4763/2761 [accessed 12/12/2016].

Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan

Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum

2013 (Kurikulum Tematik Integratif/TKI). Jakarta: Prenada Media.

Trihendradi. 2013. Step By Step IBM SPSS 21: Analisis Data Statistik.

Yogyakarta: Andi.

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Online. Avaible

at http://sindikker.dikti.go.id/dok/UU/UUNo142005(Guru%20&%20

Dosen).pdf. [accessed 02/02/17].

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Online. Available at http://sdm.data.kemdikbud.go.id

/SNP/dokumen/undang-undang-no-20-tentang-sisdiknas.pdf. [accessed 12

/12/ 2016].

Winarsih. 2014. Penggunaan Metode Course Review Horay (CRH) untuk

Meningkatkan Pembelajaran IPS tentang Perjuangan Melawan

Penjajahan Siswa Kelas V SD Negeri 1 Karangsari tahun ajaran

2013/201. Available at http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen

/article/view/3407 . [accessed 12/12/2016].

Widoyoko, Eko Putro. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Page 79: STUDI KOMPARASI MODEL PAIR CHECK DAN MODEL CRH …

151

Yonny, Acep, dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:

Familia.

Yuliati dan Munajat. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial SD dan MI kelas V.

Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Yuni, Ul. 2015. Penerapan Course Review Horay untuk Meningkatkan Aktivitas

dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Negeri Metro Timur. Available

at https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&c

d=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi9tKfkKPSAhXKvrwKHX1nAbk

QFggjMAE&url=http%3A%2F%2Fdigilib.unila.ac.id%2F22288%2F3%2

FSKRIPSI%2520TANPA%2520BAB%2520PEMBAHASAN.pdf&usg=A

FQjCNETzaIkv_JATBTv8vzp7H889Gf2RA [accessed 01/02/2017]