studi komparasi perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti kelompok bermain (kb) di...
DESCRIPTION
Penelitian ilmiah yang membandingkan status perkembangan anak yang mengikuti KB dan tidak di Kelurahan TembalangTRANSCRIPT
i
STUDI KOMPARASI PERKEMBANGAN ANAK YANG
MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI KELOMPOK
BERMAIN (KB) DI KELURAHAN TEMBALANG SEMARANG
SKRIPSI
“Untuk memenuhi Persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan”
Oleh:
NUR ALIFAH
22020111140106
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, JULI 2015
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur kuhaturkan kepada-Mu ya Rabb atas selesainya skripsi ini, persembahan
terkhusus kuucapkan kepada :
“Kedua orangtuaku : Bapak Suparman dan Ibu Supami”
Terimakasih telah menjadi orangtua yang luar biasa, yang senantiasa mencurahkan kasih
sayang, perhatian, doa, dan semangatnya.
“Adek-adekku yang manis dan lucu : Ridwan dan Shirfa”
Terimakasih telah menjadi adek-adek yang menyenangkan yang selalu membuatku
tertawa bahagia ketika berkumpul bersama.
“Dosen Pembimbingku : Ibu Ns. Elsa Naviati, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.An ”
Terimakasih telah menjadi dosbing yang cantik, perhatian, dan mengerti segala kebutuhan
anak bimbingannya.
“Sahabat-sahabatku tersayang : Dieta, Nunung, Rahma, Destini, Wiwid, Sholikah,
Intan, Fitriya, Petrik, Dita, Candra, Rosalia”
Terimakasih telah bersedia menjadi tempatku mencurahkan segala hal, dan menjadi
sahabat yang baik yang memberikan cinta, perhatian, dan semangatnya.
“Para enumeratorku: Dieta, Nunung, Rahma, Destini, Intan, Lika, Tika, Petrik, Wiwid,
Fitriya, dan Aluh”
Terimakasih kalian telah bersedia kuajak bersusah payah menjemput responden di Pos
PAUD, Posyandu, maupun door to door.
“Teman-teman Gaza A 11.2”
Terimakasih atas segala kehangatan pertemanan kita.
“Mbak Swift, Bang Levine, AsTi, HWhi, dan VaRah”
Terimakasih telah mewarnai dunia skripsiku dengan sangat indah. ^.^
v
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa penelitian yang saya lakukan adalah
hasil karya sendiri. Tidak ada karya ilmiah lain atau sejenisnya yang diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan atau sejenisnya di Perguruan Tinggi
manapun seperti karya ilmiah yang saya susun.
Sepengetahuan saya juga tidak ada karya ilmiah atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah karya ilmiah yang saya susun ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila pernyataan tersebut terbukti tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Semarang, Juli 2015
vi
vii
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Studi Komparasi
Perkembangan Anak yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain
(KB) di Kelurahan Tembalang Semarang”.
Penyusunan proposal penelitian ini, peneliti banyak mendapat bimbingan,
bantuan, dan motivasi dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Elsa Naviati, S.Kep., M.Kep.,Sp.Kep.An, selaku pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan arahan kepada
penulis.
2. Bapak Dr. Untung Sujianto, S.Kp.M.Kes selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
3. Ibu Sarah Ulliya, S.Kep., M. Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
4. Ibu Ns.Zubaidah, S.Kep., M.Kep.,Sp.Kep.An, dan Ns. Artika Nurrahima.,
S.Kep., M.Kep selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan
arahan dalam perbaikan penelitian
5. Semua kader posyandu balita di Kelurahan Tembalang, Semarang yang
telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam proses penelitian
6. Semua pengajar dan staff di Pos PAUD Pos PAUD Mekar Jaya, Pos PAUD
Mutiara Hati, Pos PAUD Pelita Hati, Pos PAUD Pertiwi, dan Pos PAUD Bunga
yang telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam proses penelitian
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ILMIAH ..................................................... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. vi
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv
ABSTRAK ............................................................................................................... xv
ABSTRACT ............................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 11
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori .................................................................................. 14
1. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak .................... 16
2. Empat Aspek Perkembangan Anak ........................................... 19
3. Konsep Kelompok Bermain ...................................................... 32
B. Kerangka Teori ................................................................................. 47
xi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangkan Konsep ........................................................................... 48
B. Hipotesis ......................................................................................... 48
C. Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................... 48
D. Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................... 49
E. Besar Sampel ...................................................................................... 50
F. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 53
G. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Skala Pengukuran ........... 54
H. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ..................................... 57
I. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................. 64
J. Etika Penelitian ................................................................................... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden .................................................................. 70
B. Gambaran Perkembangan Responden yang mengikuti KB ............. 73
C. Gambaran Perkembangan Responden yang tidak mengikuti KB .... 76
D. Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak
Mengikuti KB ................................................................................... 77
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Anak ............................................................................ 79
B. Perkembangan Anak di Kelurahan Tembalang, Semarang ................ 83
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 92
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 93
B. Saran ................................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 96
LAMPIRAN ........................................................................................................... 101
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel
Judul Tabel
Halaman
3.1
3.2
3.3
3.4
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13
4.14
4.15
4.16
Tabel perhitungan jumlah sampel per Pos PAUD
Tabel perhitungan jumlah sampel per Posyandu
Tabel definisi operasional
Tabel interprestasi koefisien RPM
Tabel distribusi frekunsi responden yang mengikuti KB
berdasarkan usia pada KPSP
Tabel distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB
berdasarkan jenis kelamin
Tabel distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB
berdasarkan riwayat keterlambatan
Tabel distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB
berdasarkan jenis keterlambatan
Tabel distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB
berdasarkan usia pada KPSP
Tabel distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB
berdasarkan jenis kelamin
Tabel distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB
berdasarkan riwayat
Tabel distribusi frekuensi perkembangan responden yang
mengikuti KB
Tabel distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan usia
responden yang mengikuti KB
Tabel distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan jenis
kelamin responden yang mengikuti KB
Tabel distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan ada
tidaknya riwayat keterlambatan perkembangan responden yang
mengikuti KB
Tabel distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan jenis
keterlambatan perkembangan responden yang mengikuti KB
Tabel distribusi frekuensi perkembangan responden yang tidak
mengikuti KB
Tabel Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan usia
responden yang tidak mengikuti KB
Tabel Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan jenis
kelamin responden yang tidak mengikuti KB
Tabel Komparasi perkembangan anak yang mengikuti dan
tidak mengikuti KB
52
53
56
62
71
72
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Diagram
Judul Gambar
Halaman
2.1
3.1
Gambar kerangka teori
Gambar kerangka konsep
47
48
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Lembar Jadwal Penelitian
Lembar Jadwal Konsultasi
Lembar Catatan Hasil Konsultasi
Lembar Permohonan Ijin Pengkajian Data Awal Proposal Penelitian
Lembar Rekomendasi Ijin Pengkajian Data Awal Proposal Penelitian
Lembar Permohonan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas di Pos PAUD
Mekar Ceria
Lembar Permohonan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas di Pos PAUD
Permata Hati
Lembar Hasil Persamaan Persepsi
Lembar Permohonan Ijin Penelitian
Lembar Rekomendasi Ijin Penelitian
Lembar Inform Consent
Lembar Permohonan Kepada Responden
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lembar Kuesioner KPSP pada anak usia 36-60 bulan
Lembar Output SPSS
xv
Jurusan Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Skripsi, Juli 2015
ABSTRAK
Nur Alifah1
Studi Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti
Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang
xvi + 101 halaman + 18 lampiran + 20 tabel + 2 gambar
Perkembangan anak berlangsung secara pesat pada usia pra sekolah (3-6 tahun),
atau biasa disebut golden age. Perkembangan anak dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu faktor hereditas dan lingkungan. Interaksi kedua faktor sangat
penting sehingga diperlukan lingkungan yang mendukung perkembangan anak,
yang salah satunya adalah lingkungan Kelompok Bermain (KB). Fenomena yang
didapatkan pada 21 anak KB yang berusia 24-78 bulan di Kelurahan Tembalang,
Semarang menunjukkan bahwa 16 anak perkembangannya sesuai, 4 anak
perkembangannya meragukan, dan 1 anak perkembangannya mengalami
penyimpangan. Penelitian komparatif-analitik ini bertujuan untuk menganalisa
perbedaan perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB di
Kelurahan Tembalang, Semarang. Pengambilan sampel dalam penelitian
menggunakan teknik proportional stratified random sampling sebanyak 170
responden berusia 3-5 tahun, yang terdiri dari 80 anak yang mengikuti KB dan 90
anak yang tidak mengikuti KB. Hasil uji statistika dengan chi-square didapatkan
nilai p = 0,002 ( = 0,05, p < ) sehingga terdapat perbedaan yang signifikan
antara perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB di Kelurahan
Tembalang, Semarang. Orangtua sebaiknya memberikan stimulasi yang
menunjang perkembangan anak sejak dini yang salah satunya melalui pendidikan
KB.
1
Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Kata kunci : perkembangan anak, kelompok bermain
Daftar Pustaka : 67 (2002-2015)
xvi
School of Nursing
Medical Faculty
Diponegoro University
Undergraduate Thesis,
July 2015
ABSTRACT
Nur Alifah1
The Comparative Study of Child Development between Children in Play
Group and Those not enrolled in Play Group in Tembalang Village,
Semarang xvi + 101 pages + 18 appendices + 20 table + 2 figures
Child development takes place rapidly at preschool age (3-6 years old), or
so-called golden age. Child development is influenced by two main factors,
namely heredity and environmental factors. The interaction of these two factors is
very important and environment supporting child development is needed. One of
which is Playgroup (PG). The phenomena observed on 21 playgroup students
aged 24-78 months in Tembalang Village, Semarang shows that 16 children are
well developed, 4 children showed dubious development and 1 child is
experiencing disorder. The comparative-analytic research was aimed to analyze
the differences between children joining playgroup and those who aren‟t. The
sample was taken based on proportional stratified random sampling technique
resulted in 170 respondents aged 3-5 years old consisting 80 children joining PG
and 90 children not joining PG. Chi square statistical test resulted in the p value =
0,002 ( = 0,05, p < ), meaning that there is a significant difference between
children joining playgroup and those who aren‟t. Parents should be able to
provide support for early child development, one of them is through joining PG.
1
School of Nursing, Medical Faculty, Diponegoro University
Key words : child development, playgroup
Bibliography : 67 (2002-2015)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orangtua tentu menghendaki agar buah hatinya tumbuh
menjadi anak yang sehat, cerdas, kreatif, mandiri, bertakwa dan beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Harapan orangtua menjadikan anaknya
terbaik ini untuk menunjang masa depan dan demi kebaikan anak itu
sendiri.(1) Selain itu, anak merupakan generasi penerus bangsa dengan
demikian dibutuhkan anak yang berkualitas agar tercapai masa depan
bangsa yang baik. Berkualitas atau tidaknya anak ini sangat tergantung
tumbuh dan kembangnya, jika tumbuh kembangnya baik maka anak itu
kelak akan berkualitas baik namun jika tumbuh kembangnya buruk maka
bisa diprediksi kualitas anak itu akan buruk pula.(2)
Tahapan tumbuh kembang anak sangat menakjubkan. Hal ini
dikarenakan disetiap perkembangannya, anak tidak hanya tumbuh dari segi
fisik, melainkan dari segi psikologis hingga intelegensinya. Pertumbuhan
dan perkembangan terjadi secara bersamaan. Perkembangan merupakan
hasil interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, yang bersifat menuju kedepan dan tidak dapat diulang
kembali. Perkembangan merupakan suatu perubahan yang bersifat
kualitataif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, tapi segi
fungsional.(1)
2
Perkembangan anak meliputi empat aspek, yaitu perkembangan
kognitif, perkembangan motorik (kasar dan halus), perkembangan bicara
dan bahasa, serta perkembangan sosialisasi dan kemandirian. Dimana
kesemua aspek saling terkait, artinya perkembangan dalam satu aspek
dapat memudahkan atau melancarkan perkembangan kemampuan lainnya.
Sebagai contoh, perkembangan kognitif dengan perkembangan motorik.
Perkembangan kognitif anak akan mempengaruhi kemampuan anak dalam
menanggapi sesuatu sehingga anak akan melakukan penilaian dan beraksi
untuk mengatasi sesuatu. Aksi akan sesuatu ini diwujudkan dalam
pergerak dengan fisiknya yang melibatkan otot besar maupun kecil
(motorik kasar dan halus).(3)
Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara pesat
pada usia pra sekolah (3-6 tahun), atau biasa disebut golden age bagi
tumbuh kembang anak.(4) Namun, tahapan terpenting pada perkembangan
anak adalah pada 3 tahun pertama, karena perkembangan berlangsung
dengan pesat dan pengalaman menentukan kemampuan otak anak (teori
plastisitas).(2)
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu faktor hereditas dan lingkungan serta interaksi kesemua
faktor tersebut. Faktor hereditas atau keturunan adalah potensi dasar yang
dimiliki anak sejak dilahirkan dan faktor lingkungan adalah situasi atau
keadaan fisik maupun nonfisik sebagai wadah berkembang optimalnya
faktor hereditas.(1) Selain itu, interaksi kedua faktor ini juga sangat
3
penting sehingga dibutuhkan lingkungan yang mendukung tumbuh
kembang anak. Lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak
adalah keluarga. Keluarga seharusnya memberikan berbagai stimulasi
untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak atau dengan lebih
mudah dengan menyekolahkan anak pada pendidikan anak usia dini
(PAUD) yang sekarang sudah banyak jumlahnya. Pengalaman anak pada
masa usia dini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
pada masa selanjutnya. Jika anak tidak mendapatkan stimulasi yang tepat,
otak anak akan mengecil dan anak seringkali sakit-sakitan.(4)
PAUD adalah pendidikan khusus pada anak usia dini yang
memberikan stimulas-stimulasi untuk pertumbuhan perkembangan.(5)
Stimulasi ini ditujukan untuk merangsang motorik (halus dan kasar),
kecerdasan emosi, kecerdasan jamak dan kecerdasan spiritual sesuai
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak
usia dini sejak lahir hingga berusia 6 tahun untuk mempersiapkan anak
memasuki pendidikan lebih lanjut.(6) Penyelenggaraan PAUD dibedakan
dalam jalur formal dan nonformal. Pada jalur pendidikan formal ada
Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA) dan bentuk lain yang
sederajat. Sedangkan, jalur pendidikan nonformal ada Taman Pendidikan
Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB) dan bentuk lain yang sederajat.
Pengelompokan pada masing-masing program PAUD tersebut didasarkan
pada usia anak. Anak usia 2 - < 4 tahun pada KB, 4 - < 6 tahun pada TK
atau RA dan 0 - < 2 tahun, 2 - < 4 tahun, 4 - < 6 tahun pada TPA. (7)
4
PAUD ini merupakan program pendidikan penting sesuai dengan
komitmen para menteri pendidikan sedunia di Dakar-Sinegal tahun 2000
yang setiap tahun dilaporkan oleh United Nations Educational, Scientific,
and Cultural Organization (UNESCO). Deklarasi ini menyepakati
program bersama yang disebut Pendidikan untuk Semua (PUS). Adapun
program strateginya adalah pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini
terutama yang rawan dan kurang beruntung, wajib belajar pendidikan
dasar, program life skill bagi pemuda dan orang dewasa, pemberantasan
buta aksara, kesetaraan gender dalam bidang pendidikan, dan peningkatan
mutu pendidikan.(8)
Selain itu, pada UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Dalam pasal 9 dinyatakan dua hal pokok anak usia dini, yaitu
pertama, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
minat dan bakatnya. Kedua, selain hak anak sebagaimana dimaksudkan
dalam ayat 1, khususnya anak yang menyandang cacat juga berhak
memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki
keunggulan berhak mendapatkan pendidikan khusus.(9)
5
Sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2002 tersebut, pemerintah
terus mengupayakan layanan PAUD yang terjangkau dan berkualitas bagi
anak-anak di seluruh penjuru Indonesia, tak terkecuali bagi mereka yang
berada di daerah.(9) Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan Angka
Partisipasi Kasar (APK) PAUD. Berdasarkan laporan Kemendikbud pada
tahun 2014, hingga akhir tahun 2013, dari total 77.559 desa se-Indonesia,
sebanyak 53.832 desa sudah terlayani PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
Target Renstra dan capaian PAUD (3-6 tahun) menghasilkan prestasi yang
sangat baik dengan melihat indikator kerja utama (Angka Partisipasi Kasar)
APK PAUD secara nasional pada tahun 2012 memiliki target APK 63,60%,
terealisasikan 63,01%, tahun 2013 target APK 67,40%, terealisasikan
69,4%, sedangkan tahun 2014 Kemdikbud memiliki target capaian APK
72,90%.(10) Peningkatan APK PAUD tercermin dari jumlah lembaga
PAUD yang terus bertambah setiap tahun. Hingga bulan Desember 2013,
jumlah lembaga PAUD mencapai 174.367 lembaga se-Indonesia.
Sedangkan satuan PAUD sejenis mencapai 26.269 lembaga. Hingga akhir
tahun 2014 tercatat ada 3.134 Taman Penitipan Anak.(11) Dari jumlah
tersebut, terdapat 1407 lembaga PAUD di Semarang. (12)
Lembaga PAUD selama ini yang dikenal luas oleh masyarakat
berbentuk TK atau RA, sedangkan TPA dan TK belum banyak dikenal.
TPA yang didefinisikan pemerintah diperuntukkan pada anak usia 0 - < 6
tahun, namun KB dikhususkan pada anak usia 2 – 4 tahun.(13) Keduanya
sama-sama merupakan jalur pendidikan nonformal PAUD akan tetapi yang
6
berkembang sekarang ini, TPA adalah tempat dimana anak hanya akan
bermain saja tanpa ada perlakuan khusus atau stimulasi khusus bagi
tumbuh kembangnya. Hal ini berbeda dengan KB, KB yang berkembang
dimasyarakat sekarang ini adalah program PAUD yang memberikan
stimulasi-stimulasi khusus bagi tumbuh kembang anak dan berkurikulum
seperti sekolah formal.
KB bisa dikatakan TK tapi kalau KB siswanya adalah anak berusia
2 – < 4 tahun sedangkan TK siswanya berusia 4 - < 6 tahun. TK yang
merupakan sistem pendidikan formal, tentunya kurikulum yang diajarkan
sudah ada pedoman dari pemerintah. Beda halnya dengan KB, pada KB
sistem pendidikannya adalah nonformal sehingga pedomannyapun tidak
selengkap TK. Apalagi KB ini merupakan program PAUD yang tergolong
baru bagi masyarakat dan dunia pendidikan usia dini di Indonesia. KB
dirintis pemerintah mulai tahun 1998 di empat provinsi dan baru pada
tahun 2010 KB memiliki pedoman khusus yang tertuang dalam Peraturan
Presiden Nomor 67 Tahun 2010. Sedangkan TK sudah mulai berkembang
pada zaman sebelum kemerdekaan, saat Indonesia masih dijajah oleh
Belanda.(14) Dimasyarakatpun sampai saat ini masih banyak yang
menyebut KB atau playgroup sebagai PAUD. Padahal yang dinamakan
PAUD terdiri dari TK atau RA dan KB atau playgroup itu sendiri. Seperti
studi pendahuluan yang telah dilakukan di Kelurahan Tembalang,
masyarakat memberikan nama KB di lingkungan mereka dengan sebutan
Pos PAUD.
7
Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada 10 – 23 November
2014, didapatkan hasil bahwa di Kelurahan Tembalang terdapat lima Pos
PAUD, yaitu Pos PAUD Mekar Jaya di Jurang Blimbing Rt 06 Rw IV, Pos
PAUD Mutiara Hati di Tunjung Sari Rt 01 Rw II No. 09, Pos PAUD Pelita
Hati di Jalan Baskoro No 43, Pos PAUD Pertiwi di Tembalang Baru V, dan
Pos PAUD Bunga di Jalan Anggrek 1E No 324 Rt 02 Rw V. Pos PAUD
yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tempat dimana para
pengajarnya menerapkan program PAUD pada jalur pendidikan nonformal
berbentuk KB. Bangunan Pos PAUD ini ada yang sudah bagus sebagai
hasil dari swadaya ataupun bantuan dari sponsor dengan fasilitas lengkap
namun ada juga yang masih menumpang di teras rumah warga dengan
fasilitas sederhana. Fasilitas permainan yang tersedia rata-rata adalah
ayunan, jungkat-jungkit, dan perosotan.
Masing-masing Pos PAUD diajar masyarakat sekitar yang sebagian
besar tidak mempunyai latar belakang pendidik PAUD. Kebanyakan dari
pendidik adalah ibu rumah tangga yang dianggap mampu dan sabar
menghadapi tingkah polah anak seperti para pendidik di Pos PAUD Mekar
Jaya. Ataupun memang berisikan orang-orang berpendidikan sarjana
seperti para pendidik di Pos PAUD Bunga. Jumlah pendidik di Pos PAUD
berbeda-beda berkisar antara 1-4 orang. Menurut penuturan beberapa
pendidik di Pos PAUD Pelita Hati, para pendidik PAUD selalu
mengadakan pertemuan rutin yang membahas tentang bermacam hal
mengenai penyelenggaraan PAUD, mulai dari kurikulum, materi
8
pengajaran, hingga saling sharing mengenai kondisi Pos PAUD.
Pengajaran di masing-masing Pos PAUD biasanya dilakukan 3 kali
pertemuan dalam seminggu, selama 120 menit tiap pertemuannya. Setiap
kali pertemuan biasanya ada saja anak yang tidak berangkat, sehingga
jumlah anak dalam setiap pertemuannya berbeda-beda. Jumlah anak di
masing-masing Pos PAUD adalah sebagai berikut, ada 34 anak di Pos
PAUD Mekar Jaya, 22 anak di Pos PAUD Mutiara Hati, 22 anak di Pos
PAUD Pelita Hati, 16 anak di Pos PAUD Pertiwi, dan 36 anak di Pos
PAUD Bunga yang berusia antara 3-5 tahun.
Berbicara mengenai perkembangan anak yang mengikuti KB dan
tidak, pendidik berpendapat bahwa anak yang mengikuti KB tingkat
sosialnya lebih baik, mandiri, daya tangkapnya bagus, lebih berani
berpendapat, tidak takut atau malu-malu, dan mau berbagi dengan teman.
Selain itu, para pengajar juga mengatakan bahwa anak yang baru masuk
dan mengikuti kegiatan di KB lebih berani bermain dengan teman lainnya
dibandingkan anak yang baru. Anak yang baru biasanya masih takut,
nangis, bahkan masih sering minta ditemani dan dipangku oleh ibunya.
Pada studi pendahuluan ini juga dilakukan mini riset tentang
perkembangan anak menggunakan KPSP. Tes perkembangan yang telah
dilakukan pada 21 anak KB yang berusia 24-78 bulan di kelurahan
Tembalang ini, didapatkan hasil bahwa 16 anak (76,20%)
perkembangannya sesuai (S), 4 anak (19%) perkembangannya meragukan
(M), dan 1 anak (4,80%) perkembangannya mengalami penyimpangan (P).
9
Para kader kesehatan di Kelurahan Tembalang menuturkan bahwa
anak-anak di Kelurahan Tembalang sebagian besar mengikuti KB. Hanya
saja masih ada anak-anak yang tidak mengikuti KB, yang biasanya adalah
mereka anak dari para pendatang. Hal ini disebabkan karena anak-anak
dengan orangtua pendatang disibukkan dengan usaha mereka. Jadi, anak
mereka hanya diasuh sambil orangtua berjualan atau bekerja tanpa
diberikan stimulasi ataupun pengajaran yang anak-anak butuhkan. Namun,
kader juga menuturkan kalau saja anak yang tidak KB tapi orangtua paham
tentang stimulasi anak dan dilakukan stimulasi secara mandiri di rumah
perkembangan anak-anak tersebut kurang lebih akan sama dengan
anak-anak KB yang memiliki keberanian berpendapat, bersosialisasi
dengan teman, dan mandiri. Tapi, jarang orangtua yang paham akan
stimulasi tersebut lebih-lebih para kakek-nenek ataupun pengasuh anak
yang biasanya mempunyai waktu lebih lama mengasuh anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi pada tahun 2013 tentang
perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti playgroup di
Madiun, didapatkan hasil bahwa perkembangan anak sebanyak 9 (81.8%)
normal dan sebanyak 2 (18.1%) dengan perkembangan suspect.
Sedangkan perkembangan anak yang tidak ikut playgroup sebanyak 26
(74,3%) kategori suspect, dan sebanyak 9 (25,7%) kategori normal dari 46
responden.(15)
10
Jika anak diberikan stimulasi yang tepat, maka perkembangan anak
bisa sesuai dengan usianya seperti pada penelitian Irmawati pada tahun
2012 tentang pemberian stimulasi selama satu jam pada anak usia 12-24
bulan. didapatkan hasil bahwa terjadi perbaikan perkembangan pada
kelompok stimulasi dan kelompok kontrol, dengan perubahan yang relatif
sama yaitu 8,5-8,6 %. Selain itu, setelah tiga bulan dilakukan stimulasi
terjadi peningkatan perkembangan pada kelompok stimulasi dari subyek
yang suspek menjadi normal sebesar 80% .(9)
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak
Mengikuti Kelompok Bermain di Kelurahan Tembalang, Semarang.
B. Perumusan Masalah
Anak-anak adalah generasi penerus bangsa yang harapannya memiliki
kualitas yang baik untuk menunjang masa depan bangsa. Berkualitas atau
tidaknya anak ditentukan pada usia dini dimana tumbuh kembangnya
berlangsung secara pesat. Sehingga, sejak dini anak harus mendapatkan
stimulasi yang berguna bagi tumbuh kembangnya agar perkembangnnya
sesuai dengan usia bukan malah mengalami penyimpangan.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa belum
tentu anak yang mengikuti Kelompok Bermain perkembangannya sesuai
dengan usia dan anak yang tidak mengikuti Kelompok Bermain belum
tentu juga perkembangannya mengalami penyimpangan. Hasil dari mini
11
risetpun menunjukkan bahwa anak yang mengikuti KB perkembangannya
mengalami penyimpangan.
Berdasarkan hasil ini, peneliti ingin mengetahui keadaan sebenarnya
di komunitas Kelurahan Tembalang. Apakah ada perbedaan perkembangan
antara anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menganalisa perbedaan perkembangan anak yang mengikuti dan
tidak mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik anak yang mengikuti KB di
Kelurahan Tembalang, Semarang yang terdiri dari :
1) Usia pada KPSP
2) Jenis kelamin
3) Riwayat keterlambatan perkembangan
4) Riwayat jenis keterlambatan perkembangan
b. Mengidentifikasi karakteristik anak yang tidak mengikuti KB di
Kelurahan Tembalang, Semarang yang terdiri dari :
1) Usia pada KPSP
2) Jenis kelamin
3) Riwayat keterlambatan perkembangan
4) Riwayat jenis keterlambatan perkembangan
12
c. Mengidentifikasi perkembangan berdasarkan karakterteristik anak
yang mengikuti dan tidak mengikuti KB
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
ilmu keperawatan khususnya di bidang tumbuh kembang anak
mengenai efektifitas stimulasi pada anak usia dini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi orangtua
Penelitian ini memberikan gambaran pada orangtua tentang
perkembangan dan kelebihan atau kekurangan anak dari aspek
perkembangannya ditinjau dari keikutsertaannya dalam KB.
Selain itu, penelitian ini juga bisa sebagai deteksi dini gangguan
perkembangan pada anak.
b. Bagi profesi keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan brainstorming
bagi profesi keperawatan untuk mengembangkan nursing care
plan yang ditujukan pada anak usia dini untuk menunjang
perkembangan anak.
13
c. Bagi institusi pendidikan KB terkait
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai efektifitas stimulus yang diberikan di KB. Sehingga
apabila ada stimulus yang kurang sesuai untuk anak, KB dapat
melakukan perbaikan. Selain itu, KB dapat mengetahui
perkembangan masing-masing anak didiknya.
d. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
tahapan perkembangan pada anak usia dini. Selain itu, peneliti
mengharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
penelitian selanjutnya.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Perkembangan Anak
Perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur
yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi tertentu, oleh karena itu
apabila terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam
bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.(16)
Perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam
organisasi organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem
fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan progresif
meliputi:
a. Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak
terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
b. Filogenetik, yaitu perkembangan dari asal usul manusia sampai
sekarang ini.(16)
Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu
pada kualitas fungsi organ jasmaniah, bukan organ jasmani tersebut,
sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan
fungsi psikologis yang termanisfestasi pada kemampuan organ
fisiologis. Perkembangan juga diberi makna dan digunakan untuk
menyatakan terjadinya perubahan aspek psikologis dan sosial.(16)
15
Ada lima periode perkembangan, yaitu: periode pra lahir
(pembuahan sampai lahir), masa neonates (lahir sampai 10-14 hari),
masa bayi, (dua minggu sampai dua tahun), masa kanak-kanak ( dua
tahun sampai remaja) yang terdiri dari dua tahap, masa kanak-kanak
dini (2 sampai 6 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (6 sampai 13
tahun) dan masa puber (11 sampai 16 tahun).(17)
Ada 9 dasar mengenai perkembangan, yaitu perkembangan
merupakan hasil proses kematangan dan belajar, melibatkan
perubahan, memiliki periode tertentu, pola perkembangan dapat
diramalkan, terdapat perbedaan individu dalam belajar, terdapat
harapan sosial, setiap bidang perkembangan mengandung bahaya yang
potensial, kebahagiaan bervariasi pada berbagai periode
perkembangan, perkembangan awal lebih kritis dibanding
perkembangan selanjutnya.(18)
Masa perkembangan anak-anak adalah cara anak-anak
melanjutkan usahanya untuk menguasai tugas-tugas dalam
perkembangan yang dasarnya telah diletakkan pada masa bayi. Masa
anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi, kira-kira usia 2 tahun
sampai anak matang secara seksual kira-kira usia 13 tahun untuk
wanita, dan 14 tahun untuk laki-laki. Selama masa itu, terjadi sejumlah
perubahan yang signifikan baik secara fisik maupun psikologis.(19)
16
Masa anak-anak ini dibagi menjadi dua periode. Periode awal
mulai dari usia 2-6 tahun (penutup masa bayi – usia ketergantungan
secara praktis sudah dilewati), dan periode kedua mulai dari 6 sampai
tiba saatnya anak matang secara seksual (tumbuhnya kemandirian
berakhir sekitar usia masuk sekolah dasar). Masa anak-anak harus
dipisah karena pertama, anak-anak yang belum mencapai usia wajib
belajar diperlakukan sangat berbeda dengan anak-anak yang sudah
masuk sekolah. Kedua karena efek dari faktor-faktor sosial, bukan oleh
faktor-faktor fisik.(3)
Masa peka adalah masa pertumbuhan fungsi jiwa yang dipengaruhi
serta dikembangkan. Usia (3-5 tahun) adalah masa yang baik untuk
mempelajari bahasa ibu dan bahasa di daerahnya. Kadang-kadang anak
sudah peka membaca pada umur 4 tahun, ada juga yang 5 tahun tapi
paling lambat 6-7 tahun. Menurut sistem pendidikan klasikal, anak
berusia 6 tahun harus masuk sekolah agar bisa membaca. (17)
2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
a. Faktor hereditas
Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi
perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai
totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada
anak, atau potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan orang tua melalui
gen.(1)
17
Warisan atau keturunan memiliki peranan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir ke dunia ini
membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari Ibu
bapaknya, atau nenek dan kakeknya. Perbedaan individual
meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Banyak perubahan
yang khas pada bayi dan anak-anak yang tampak terkait pada
kematangan tubuh dan otak, seperti urutan normal dari perubahan
fisik dan pola-pola perilaku, termasuk didalamnya kesiapan untuk
menguasai kemampuan baru seperti berjalan dan berbicara.(18)
b. Faktor lingkungan
1) Keluarga
Peranan lingkungan keluarga selain tempat pertemuan
antar komponen yang ada didalamnya, lebih dari itu juga
memiliki fungsi reproduktif, religius, rekreatif, edukatif, sosial
dan protektif. Peran yang diambil orang tua khususnya ibu,
pada masa-masa awal kelahiran anak, sangatlah besar,
mendalam, dan mendasar, karena sejak bayi anak di gendong
dan di susui ibunya.(1)
Hubungan antara ibu dengan anak begitu kuat,
kepribadian, tingkah laku, dan semua ekspresi orang tua di
tuangkan melalui semacam kekuatan yang tersembunyi yang
lambat laun membentuk diri anak menjadi manusia. Pada
masa ini anak membutuhkan seorang ibu yang mau
18
meluangkan waktunya untuk mengembangkan sifat-sifat yang
kontra dengan pertumbuhan yang seimbang, seperti perasaan
takut, dan berharap, senang dan benci.(17)
Faktor yang paling penting di dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah teladan dari orang tuanya.
Anak-anak akan mengamati, berusaha meniru, melakukan
kesalahan, melupakan dan untuk sesaat anak-anak akan
berusaha untuk mencari ide alternatif serta kemudian
mempolakan dirinya kepada model orang tuanya. Tetapi harus
di akui bisa jadi kontraproduktif, bila para orang tua tidak
memberikan teladan yang tidak baik.(18)
Teladan orang tua jauh lebih membekas dari semua kata
yang mereka ajarkan. Penanaman prinsip-prinsip
musyawarah, keimanan, saling menolong, kewibawaan
seorang ayah dalam keluarga, sikap yang muda menghormati
yang tua, yang tua mengasihi yang lebih muda, itu semua
merupakan teladan yang perlu di tanamkan pada seorang
anak pada masa awal kanak-kanak. Dia akan tumbuh
berkembang sesuai dengan dasar-dasar di atas.(19)
19
2) Lingkungan sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, mempunyai
kemampuan untuk hidup dan berinteraksi bersama manusia
lainnya. Individu selalu membutuhkan orang lain. Individu
tidak bisa hidup dengan sempurna tanpa berinteraksi dengan
individu yang lainnya. Interaksi individu dengan individu
lainnya merupakan lingkungan sosial yang berpengaruh
terhadap perkembangan dan kepribadian anak.(18)
3. Empat Aspek Perkembangan Anak
a. Perkembangan kognitif
Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan
individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan
suatu kejadian atau peristiwa. Pada aspek kognitif, perkembangan
anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah,
dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya.
Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa
(bahasa lisan maupun isyarat) seperti: memahami kata,
mengeluarkan apa yang dia pikirkan.(20)
Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan
perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget. Jean Piaget, adalah
seorang ahli biologi dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia
merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun
20
berdasarkan dua sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran
struktural (structuralism) dan konstruktif (constructivism).(21)
Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget
adalah :
1) Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun.
Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak
refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat
saja,
2) Tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun.
Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang
terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya,
walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir
abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas(21)
Perkembangan kognitif anak usia dini berada dalam fase
praoperasional yang mencakup tiga aspek, yaitu:
1) Berpikir Simbolis
Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir
tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa
tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.
2) Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir
tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju,
berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak
21
belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang
orang lain.
3) Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk
menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun
balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk
melakukannya.(22)
Aspek Perkembangan Kognitif berdasarkan tahapan usia :(20)
1) Usia 0 – 1 tahun
Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera,
seperti melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium
dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya.
Pencapaian perkembangan kognitifnya: mengenal benda,
mengenal bentuk. Mengenali apa yang diinginkan,
membedakan apa yang diinginkan (ASI atau dot),
memperhatikan permainan yang diinginkan, mengamati benda
yang bergerak, mulai memahami perintah sederhana,
menunjukkan reaksi atas rangsangan, berhenti menangis saat
keinginannya terpenuhi (setelah digendong atau diberi susu),
dan mengulurkan kedua tangan untuk digendong.
Mengenali pengetahuan umum, seperti menyebut
beberapa nama benda, menanyakan nama benda yang belum
dikenal, mengenal beberapa warna primer (merah, kuning,
22
biru), menyebut nama sendiri dan orang-orang yang dikenal,
mengenal konsep ukuran dan bilangan, membedakan ukuran
benda (besar-kecil), membilang sampai lima, mempergunakan
alat permainan dengan semaunya seperti memukul-mukul
balok, mulai memahami gambar wajah orang
2) Usia 2 – 3 tahun
Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada
di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan
keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan
oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui
merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar
anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding
sepanjang usianya.
Pencapaian perkembangan kognitifnya: Mengenal warna,
mengenal rasa manis, pahit dan asin, mengenal bilangan
hingga hitungan 5, mampu mengelompokkan benda yang
berbentuk sama, mampu membedakan bentuk, lingkaran dan
bujur sangkar.
Mengenali pengetahuan umum, seperti menyebut
bagian-bagian suatu gambar seperti gambar wajah orang,
mengenal bagian-bagian tubuh (lima bagian), menyebutkan
berbagai nama makanan dan rasanya (garam, gula, dan cabai),
memahami perbedaan antara dua hal dari jenis yang sama
23
(membedakan antara buah rambutan dan pisang, perbedaan
antara ayam dan kucing), mengenal konsep ukuran
(besar-kecil, panjang-pendek), mulai mengenal pola,
menempatkan benda dalam urutan ukuran (paling kecil-paling
besar), dan mulai mengikuti pola tepuk tangan.
3) Usia 4 – 6 tahun
Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat,
ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa
terhadap lingkungan sekitar. Hal itu terlihat dari seringnya
anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
Pencapaian perkembangan kognitifnya, diantaranya
mampu membedakan bentuk dan ukuran (besar-kecil,
panjang-pendek, sedikit-banyak), mampu mengurutkan angka
satu sampai dengan sepuluh, mampu membedakan warna
lebih banyak (merah-hijau, hitam-putih, biru-ungu).
b. Perkembangan motorik
1) Motorik kasar
Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang
membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota
tubuh dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau
seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,
berlompat, dan sebagainya.(23)
24
Perkembangan motorik kasar pada bayi memiliki
rangkaian tahapan yang berurutan. Artinya setiap tahapan
harus dilalui dan dikuasai dulu sebelum memasuki tahapan
selanjutnya. Tidak semua bayi akan menguasai suatu
keterampilan di usia yang sama, karena perkembangan anak
bersifat individual. Tapi perbedaan itu tidak disebabkan bayi
yang satu lebih pandai daripada bayi yang lain.
Perkembangan keterampilan tidak ada pengaruhnya langsung
dengan kecerdasan.(20)
Berikut merupakan tahapan perkembangan motorik kasar
pada anak sesuai dengan pertumbuhan usianya :(20)
a) Anak usia 3 tahun
Pada usia ini, anak dapat berbalik atau berhenti
secara tiba-tiba atau cepat, melompat dengan lompatan
kurang lebih 37-60 cm, naik tangga tanpa dibantu,
meloncat dengan tambahan beberapa variasi lompatan.
b) Anak usia 4 tahun
Pada usia ini, anak sangat aktif, mampu meniru,
mengikuti dan menikmati berbagai gerakan yang
dicontohkan, naik turun tangga dengan langkah kaki
saling bergantian, mampu mengontrol gerakan dan
merespon bila diberi petunjuk orang dewasa. Seperti
berhenti, memulai, atau berputar yang lebih efektif.
25
2) Motorik halus
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang
berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot
kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini
dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan
rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti bermain puzzle,
menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai
bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan
sebagainya.(24)
Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal
kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini juga
dipengaruhi pembawaan anak dan stimulai yang
didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh
yang besar dalam kecerdasan motorik halus anak.
Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf
kecerdasan anak, terutama pada masa pertama
kehidupannya.(24)
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan
motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat.
Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk
mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya.
Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin
banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan
26
rangsangan anak akan bosan. Tekanan, persaingan,
penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu
usaha yang dilakukan anak.(25)
Berikut perkembangan motorik halus anak berdasarkan
tahapan usianya :(24)
a) Anak usia 3 tahun
Pada usia ini, anak dapat menggambar mengikuti
bentuk, menarik garis vertikal, menjiplak bentuk
lingkaran, membuka menutup kotak, dan menggunting
kertas mengikuti pola garis lurus.
b) Anak usia 4 tahun
Pada usia ini, anak dapat menggambar sesuatu yang
diketahui, bukan yang dilihat, mulai menulis sesuatu dan
mampu mengontrol gerakan tangannya, menggunting zig
zag, melengkung, membentuk dengan lilin, dan
menyelesaikan puzzle 4 keping.
c. Perkembangan bicara dan bahasa
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu:
periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai
periode linguistik inilah mulai hasrat anak mengucapkan kata kata
yang pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi
orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar,
yaitu:(26)
27
1) Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk
menyatakan pikiran yang kornpleks, baik yang bcrupa
keinginan, perasaan atau temuannya tanpa pcrbedaan yang
jelas. Misalnya kata duduk, bagi anak dapat berarti “saya mau
duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “mama
sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami
apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita tahu
dalam konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil mcngamati
mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada
umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata
benda, setelah beberapa waktu barulah disusul kata kerja.
2) Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan.
Pada fase ini anak dapat membuat kalimat sederhana yang
terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri
dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok
kalimat dengan objek dengan tata bahasa yang tidak benar.
Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti
oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang
digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan untuk
dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi dengan
orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya
28
jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat
bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3) Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara
usia dua setengah sampai lima tahun. Ketrampilan anak dalam
berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam
berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang
mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan
kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam
pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu
mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut
dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak,
awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan
lingkungan. Anak mulai dapat bertanya, menjawab,
memerintah, memberitahu dan bentuk-bentuk kalimat lain
yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
Ada tiga tahap perkembangan bicara pada anak yang
berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu :(27)
1) Tahap eksternal.
Yaitu terjadi ketika anak berbicara secara eksternal
dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak yang
memberikan pengarahan, informasi dan melakukan suatu
tanggung jawab dengan anak.
29
2) Tahap egosentris.
Yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan jalan
pikirannya dan dari pola bicara orang dewasa.
3) Tahap Internal.
Yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah memiliki
suatu penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya.
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling
efektif. Semenjak anak masih bayi sering kali menyadari bahwa
dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi
kebutuhannya. Namun hal tersebut kurang mengerti apa yang
dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil
selalu berusaha agar orang lain mengerti maksudnya. Hal ini yang
mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa
berbicara merupakan alat komunikasi yang paling efektif
dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain yang
dipakai anak sebelum pandai berbicara. Oleh karena bagi anak
bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tetapi juga berfungsi
untuk mencapai tujuannya, misalnya sebagai pemuas kebutuhan
dan keinginan, sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain,
sebagai alat untuk membina hubungan sosial, sebagai alat untuk
mengevaluasi diri sendiri, untuk dapat mempengaruhi pikiran dan
perasaan orang lain, untuk mempengaruhi perilaku orang lain. (26)
30
d. Perkembangan sosialisasi dan kemandirian
Konsep yang sering digunakan atau berdekatan dengan
kemandirian adalah autonomy. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa kemandirian atau otonomi adalah kemampuan untuk
mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan
sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi
perasaan-perasaan malu dan ragu-ragu. Dengan otonomi tersebut,
anak didik diharapkan akan lebih bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri.(28)
Perkembangan Kemandirian mencakup pada beberapa aspek
perkembangan anak yaitu perkembangan sosial dan
perkembangan emosional. Perkembangan sosial mengandung
makna pencapaian suatu kemampuan untuk berperilaku sesuai
dengan harapan sosial yang ada. Proses menuju kesesuaian
tersebut paling tidak mencangkup tiga komponen, yaitu belajar
berperilaku dengan cara yang disetujui secara sosial, bermain
dalam peran yang disetujuan secara sosial, dan perkembangan
sikap sosial. Perkembangan sosial-emosional adalah kemampuan
mengadakan hubungan dengan orang lain, terbatas untuk bersikap
sopan santun, mematuhi peraturan dan disiplin dalam kehidupan
sehari-hari, dan dapat menunjukan reaksi emosi yang wajar.(27)
31
Perkembangan melewati beberapa tahap, yaitu tahap
psikososial (psychosocial stages), masing-masing tahapan terdiri
dari tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan individu
dengan suatu kritis yang harus dihadapi. Tahap perkembangan
pada masa bayi kepercayaan dan ketidak percayaan (trust versus
mistrust), rasa kepercayaan menuntut perasaan nyaman secara
fisik dan jumlah ketakutan minimal akan masa depan. Pada tahap
otonomi dengan rasa malu dan keragu-raguan (autonomy versus
shane and doubt) usia 1-3 tahun yaitu setelah memperoleh
kepercayaan, anak mulai menemukan bahwa mereka memiliki
kemauan yang berasal dari diri mereka sendiri, dan anak akan
menegaskan rasa otonomi atau kemandiriannya. Jika anak terlalu
dibatasi atau dihukum terlalu keras, anak cenderung
mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu. Tumbuhnya sifat-sifat
positif (autonomy) dan malu (shame) secara bersama-sama.(18)
Pada usia 2 sampai 3 tahun, anak mencoba untuk mandiri
yang secara fisik dimungkinkan oleh kemampuan anak untuk
berjalan, lari dan berkenalan tahap dibantu orang dewasa. Dengan
kebebasan ini, anak masuk dalam periode menjelajah atau
eksplorasi. Pada usia 2 sampai 3 tahun kemampuan anak untuk
percaya diri dikembangkan.(29)
32
4. Konsep Kelompok Bermain
a. Hakikat Kelompok Bermain
Anak usia dini adalah sebagai berikut:(30) Anak usia dini
adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia
berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional), berdasrkan pendapat para pakar
pendidikan anak, yaitu kelompok manusia yang berusia 0-8 tahun.
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti
memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi
motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional
(sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang
khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan
pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan
keterampilan anak. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan
sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru lahir
sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini
memfokuskan pada physical, intelligence, emotional, social
education.(31)
33
Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka
penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan
dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Upaya PAUD bukan hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi
termasuk upaya pemberian gizi dan kesehatan anak sehingga
dalam pelaksanaan PAUD dilakukan secara terpadu dan
komprehensif.(14)
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh
upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua
dalam proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak
dengan menciptakan suasana dan lingkungan dimana anak dapat
mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan
kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar
yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati,
meniru, dan bereksperimen yang berlangsung secara
berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan
anak.(32)
Oleh kerena anak merupakan pribadi yang unik dan melewati
berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang
diupayakan oleh pendidik dan orangtua yang dapat memberikan
kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman
dengan berbagai suasana, yang memperhatikan keunikan
anak-anak dan disesuaikan dengan tahap perkembangan
34
kepribadian anak. Contoh : jika anak dibiasakan untuk berdoa
sebelum melakukan kegiatan baik di rumah maupun lingkungan
sekolah dengan cara yang paling mudah dimengerti anak, sedikit
demi sedikit anak pasti akan terbiasa untuk berdoa walaupun tidak
di damping oleh orang tua ataupun guru mereka.(23)
b. Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Pengembangan Anak
Usia Dini
Pendidikan adalah proses interaksi antara pendidik dan anak
didik dan atau lingkungan secara sadar, teratur, terencana dan
sistematis guna membantu pengembangan potensi anak didik
secara maksimal. Pengertian ini dianggap lebih lengkap dan
memadai daripada pengertian-pengertian tentang pendidikan yang
dikemukakan oleh banyak ahli di bidang pendidikan.(33)
Kelompok Bermain adalah suatu proses pembinaan tumbuh
kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyuluruh,
yang mencakup aspek fisik dan non-fisik, dengan memberikan
rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan
spiritual ), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adapun
upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual,
pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi, dan penyediaan
kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara
aktif.(14)
35
Dengan demikian, Kelompok Bermain dapat dideskripsikan
sebagai berikut :Pertama, Kelompok Bermain adalah pemberian
upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan
pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan
kemampuan dan keterampilan pada anak. Kedua, Kelompok
Bermain merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan
kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap perilaku serta
agama), bahasa dan komunikasi. Ketiga, sesuai dengan keunikan
dan pertumbuhan Kelompok Bermain disesuaikan dengan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.(34)
Tujuan Kelompok Bermain yang ingin dicapai adalah untuk
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru
serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan
perkembangan anak usia dini. secara khusus tujuan yang ingin
dicapai, adalah : (14)
1) Dapat mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak usia
dini dan mengaplikasikan hasil identifikasi tersebut dalam
pengembangan fisiologis yang bersangkutan.
2) Dapat memahami perkembangan kreatifitas anak usia dini dan
usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya.
36
3) Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan
perkembangan anak usia dini.
4) Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan usia dini.
5) Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya
bagi pengembangan anak usia kanak-kanak.
Tujuan pendidikan anak usia dini secara umum adalah
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Secara khusus kegiatan pendidikan bertujuan
agar:(32)
1) Anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan
ciptaan Tuhan dan mencintai sesama. Contoh : pendidik
mengenalkan kepada anak didik bahwa Allah SWT
menciptakan berbagai makhluk selain manusia, seperti
binatang, tumbuhan, dan sebagainya yang semua itu harus kita
sayangi.
2) Anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk
gerakan-garakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan
halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik
(panca indera). Contoh: menari, bermain bola, menulis
ataupun mewarnai.
37
3) Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa
pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat
untuk berpikir dan belajar. Contoh : ketika sudah melakukan
pembahasan tema, diberikan kepada anak didik untuk
bertanya atau menjawab isi tema yang telah diberikan.
4) Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan,
memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab
akibat. Contoh : mencari pasangan gambar yang berkaitan
dengan sebab akibat, lalu anak akan berusaha memecahkan
masalah dan memberika alasan tersebut.
5) Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial,
peranan masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan
budaya serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap
postif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki.
6) Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama,
berbagai bunyi, bertepuk tangan, serta menghargai hasil karya
yang kreatif. Contoh : anak yang senang dan menyukai dengan
musik, saat mendengar lagu maka akan segera mengikutinya,
ataupun ketika diminta melanjutkan syair kedua hingga
selesai, maka anak mampu melakukannya.
38
Selain itu, tujuan Kelompok Bermain adalah :(33)
1) Untuk membentuk anak Indonesia yang berkuailtas, yaitu
anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kemampuan yang
optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta
mengarungi kehidupan di masa dewasa.
2) Untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar
(akademik) di sekolah.
3) Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga
dapat menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi
(hidden potency) yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa,
intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan
bakat)
4) Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan
potensi-potensi yang dimiliki anak.(23)
Beberapa fungsi pendidikan bagi anak usia dini yang harus
diperhatikan, dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Untuk
mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai
dengan tahapan perkembangannya. Contoh : menyiapkan media
pembelajaran yang banyak sesuai dengan kebutuhan dan minat
anak; (2) Mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Contoh: field
tripke Taman Safari, selain dapat mengenal bermacam-macam
39
hewan ciptaan Allah juga dapat mengenal berbagai macam
tumbuhan dan hewan serta mengenal perbedaan udara panas dan
dingin; (3) Mengembangkan sosialisasi anak. Contoh: bermain
bersama teman, melalui bermain maka anak dapat berinteraksi dan
berkomunikasi sehingga proses sosialisasi anak dapat
berkembang; (4) Mengenalkan peraturan dan menanamkan
disiplin pada anak. Contoh: mengikuti peraturan atau tata cara
upacara bendera, dapat menanamkan peraturan dan mengenal arti
penghormatan kepada pahlawan perjuangan bangsa; (5)
Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa
bermainnya. Contoh: bermain bebas sesuai dengan minat dan
keinginan anak; (6) Memberikan stimulus kultural pada anak.(31)
Fungsi lainnya yang perlu diperhatikan, yakni penyiapan
bahan perumusan kebijakan dibidang pendidikan anak usia dini;
penyiapan bahan perumusan standar, criteria, pedoman, dan
prosedur dibidang pendidikan anak usia dini; pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pendidikan anak usia dini;
pelaksanaan pemberdayaan peran serta masyarakat dibidang
pendidikan anak usia dini; pelaksanaan urusan ketatausahaan
Direktorat.(10)
40
Selain itu, Kelompok Bermain juga berfungsi : (1) Sebagai
upaya pemberian stimulus pengembangan potensi fisik, jasmani,
dan indrawi melalui metode yang dapat memberikan dorongan
perkembangan fisik/motorik dan fungsi inderawi anak; (2)
Memberikan stimulus pengembangan motivasi, hasrat, dorongan
dan emosi kearah yang benar dan sejalan dengan tuntutan agama;
(3) Stimulus pengembangan fungsi akal dengan mengoptimalkan
daya kognisi dan kapasitas mental anak melalui metode yang dapat
mengintegrasikan pembelajaran agama dengan upaya mendorong
kemampuan kognitif anak.(23)
Dari beberapa fungsi yang telah dipaparkan, dapat terlihat
bahwa fungsi pendidikan anak usia dini adalah memberikan
stimulus kultural kepada anak. Pendidikan pada usia dini
sebenarnya merupakan ekspresi dari stimulasi kultural tersebut.
Berdasarkan tujuan pendidikan anak usia dini dapat ditelaah
beberapa fungsi program stimulasi edukasi, yaitu:(35)
1) Fungsi Adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan
penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta
menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya sendiri.
2) Fungsi Sosialisasi, berperan dalam membantu anak memiliki
keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam
pergaulan dan kehidupan sehari-hari dimana anak berada.
41
3) Fungsi Pengembangan, berkaitan dengan pengembangan
berbagai potensi yang dimiliki anak. Setiap unsur potensi yang
dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau lingkungan
yang dapat menumbuhkankembangkan potensi kearah
perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang
bermanfaat bagi anak itu sendiri maupun lingkungannya.
4) Fungsi Bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan
anak bermain, karena bermain merupakan hak anak sepanjang
rentang kehidupannya. Melalui kegiatan bermain anak akan
mengeksplorasi dunia dan membangun pengetahuannya
sendiri.
5) Fungsi Ekonomik, pendidikan yang terencana pada anak
merupakan investasi jangka panjang yang dapat
menguntungkan pada setiap rentang perkembangan
selanjutnya. Terlebih lagi investasi yang dilakukan berada
pada masa keemasan (the golden age) yang akan memberikan
keuntungan berlipat ganda. Pendidikan di Taman
Kanak-kanak merupakan salah satu peletak dasar bagi
perkembangan selanjutnya.
Terdapat sejumlah prinsip pembelajaran pada pendidikan anak
usia dini, beberapa akan dipaparkan pada bagian berikut ini
diantaranya : (23)
42
1) Anak sebagai Pembelajar Aktif
Pendidikan hendaknya mengarahkan anak untuk menjadi
pembelajar yang aktif. Pendidikan yang dirancang secara
kreatif akan menghasilkan pembelajar yang aktif. Proses
pendidikan seperti ini merupakan wujud pembelajaran yang
bertumpu ada aktivitas belajar anak secara aktif atau yang
dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student
Active Learning).
2) Anak Belajar Melalui Sensori dan Panca Indera
Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak
dapat melihat melalui bayangan yang ditangkap oleh matanya,
mendengarkan bunyi melalui telinganya, merasakan panas dan
dingin lewat perabaannya, membedakan bau melalui hidung
dan dapat mengetahui aneka rasa melalui lidahnya. Oleh
karenanya, pembelajaran pada anak hendaknya mengarahkan
anak pada berbagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh
seluruh inderanya.
3) Anak Membangun Pengetahuan Sendiri
Sejak lahir anak diberi berbagai kemampuan.Dalam konsep
ini anak dibiarkan belajar melalui pengalaman-pengalaman
dan pengetahuan yang dialaminya sejak anak lahir dan
pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup.
43
4) Anak Berpikir Melalui Benda Konkret
Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran
dengan benda-benda yang nyata agar anak tidak menerawang
atau bingung. Maksudnya adalah anak dirangsang untuk
berpikir dengan metode pembelajaran menggunakan benda
nyata sebagai contoh materi pelajaran.
5) Anak Belajar Dari Lingkungan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sengaja
dan terencana untuk membantu anak mengembangkan potensi
secara optimal sehingga anak mampu beradaptasi dengan
lingkungannya.
c. Lingkup Kelompok Bermain Berdasarkan Pendekatan Kebijakan
dan Pendekatan Analisis Teori
Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat1 menyatakan bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa.
Contoh konkret berbagai pendekatan dalam pendidikan anak usia
dini, yaitu: pendekatan psikonalisis manusia/anak mempunyai
keinginan dalam dirinya „homo valens‟, kognitif (homo sapines:
manusia berpikir) sikap bahasa, behaviorostik (homo mechanicus:
manusia mesin),homo ludens (makhluk bermain) jika anak melakukan
kesalahan berilah teguran, namun jika anak melakukan sesuatu yang
44
baik, maka berilah penguatan (reinforcement), stimulus atau respons,
pendekatan humanistic (humo ludens: manusia suka bermain) yaitu
pemebelajan dengan bermain.(23)
d. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
Penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Usia Dini dapat dilakukan
dalam bentuk formal, non-formal dan informal. Setiap bentuk
penyelenggaraan memiliki kekhasan tersendiri. Berikut ini akan
dipaparkan bentuk penyelenggaraan pada jalur pendidikan formal,
nonformal dan informal.(14)
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur formal
adalah Taman Kanak-kanak (TK) atau RA dan lembaga sejenis.
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur nonformal
diselenggarakan oleh masyarakat atas kebutuhan dari masyarakat
sendiri, khususnya bagi anak-anak yang dengan keterbatasannya tidak
terlayani di pendidikan formal (TK dan RA ). Pendidikan dijalur
informal ini dilakukan oleh keluarga atau lingkungan. Pendidikan
informal bertujuan memberikan keyakinan agama, menanamkan nilai
budaya, nilai moral, etika, dan kepribadian, estetika serta meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional.(33)
45
e. Konsep dan Aspek Pengembangan Anak Usia Dini Secara Terpadu
Terdapat 6 aspek perkembangan anak usia dini, yaitu kesadaran
personal, kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi, kognisi dan
keterampilan motorik sangat penting dan harus dipertimbangkan
sebagai fungsi interaksi. Kreativitas tidak dipandang sebagai
perkembangan tambahan, melainkan sebagai komponen yang integral
dari lingkungan bermain yang kreatif. Pertumbuhan anak pada enam
aspek perkembangan di bawah ini membentuk fokus sentral dan
pengembangan kurikulum bermain pada anak usia dini.(32)
1) Kesadaran Personal
Permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran
personal.Bermain mendukung anak untuk tumbuh secara mandiri
dan memiliki kontrol atas lingkungannya.Melalui bermain anak
dapat menemukan hal yang baru, bereksplorasi, meniru dan
mempraktikan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah
dalam membangun keterampilan menolong dirinya sendiri,
keterampilan ini membuat anak merasa mampu.
2) Pengembangan Emosi
Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi dan
mengatasi masalah dengan cara yang positif. Bermain juga
memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka
sendiri dan untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan
dalam hidup.
46
3) Membangun Sosialisasi
Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak
ketika berbagi dengan anak yang lain. Bermain dapat
menumbuhkan dan meningkatkan rasa sosialisasi anak.
4) Pengembangan komunikasi
Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan
kemampuan berbahasa anak.Melalui komunikasi inilah anak dapat
memperluas kosakata dan mengembangkan daya penerimaan serta
pengekspresian kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi
dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain
spontan.
5) Pengembangan Kognitif
Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif
terlibat dengan lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam
menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-tugas
perkembangan kognitif lainnya.Selama bermain, anak menerima
pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi
dengan orang lain dan mulai merasakan dunia mereka.
6) Pengembangan Kemampuan Motorik
Kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar
untuk menemukan, aktivitas sensori motor yang meliputi
penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk
memenuhi perkembangan perseptual motorik.(23)
47
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian (30) (31) (14) (32) (23) (33) (34) (10) (35)
Perkembangan Anak
Empat aspek perkembangan :
1. Perkembangan kognitif
2. Perkembangan motorik (kasar dan halus)
3. Perkembangan bicara dan bahasa
4. Perkembangan sosialisasi dan kemandirian
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan :
1. Faktor hereditas
2. Faktor lingkungan : KB
Pengertian, tujuan, fungsi dan prinsip
penegembangan anak usia dini
Konsep dan aspek
pengembangan anak usia dini
secara terpadu
Penyelenggaraan PAUD
Lingkup Kelompok Bermain
berdasarkan pendekatan kebijakan
dan pendekatan analisis teori
Hakikat
Kelompok Bermain
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
B. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian tentang
hubungan yang diharapkan terjadi antara dua variabel atau lebih yang
memungkinkan untuk dibuktikan secara empirik atau perlu diuji kebenaran
atas jawaban pertanyaan tersebut.(36)
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu
Ada perbedaan perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti
Kelompok Bermain.
C. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif non eksperimental,
dengan desain komparatif-analitik yang dirancang dalam bentuk cross
sectional. Penelitian komparatif-analitik, yaitu penelitian yang bersifat
membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel
tertentu. Tujuannya adalah untuk mencari jawaban tentang sebab-akibat,
Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain
49
dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya suatu fenomena
tertentu.(37) Sedangkan cross sectional, adalah penelitian yang mengukur
dan mengumpulkan datanya dilakukan secara simultan, sesaat atau satu
kali saja dalam satu kali waktu (at one point in time). Rancangan ini
tidak melakukan follow up atas data yang telah terkumpul. (38)
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah semua subjek atau objek yang akan diteliti dalam
suatu wilayah. Populasi dapat berupa orang, benda, gejala atau wilayah
yang ingin diketahui oleh peneliti.(37) Populasi dalam penelitian ini adalah
semua anak usia 3-5 tahun di kelurahan Tembalang, Semarang sejumlah
219 anak yang terbagi dalam populasi anak yang mengikuti kelompok
bermain sejumlah 103 anak dan populasi anak yang tidak mengikuti
kelompok bermain sejumlah 116 anak.
Sampel adalah sebagian dari subjek atau objek populasi yang diteliti.
Sampel dipilih dari elemen populasi yang dianggap dapat
mempresentasikan populasi.(37) Penelitian ini memiliki dua kelompok
sampel, yaitu kelompok A dan B. Kelompok A adalah kelompok
anak-anak yang mengikuti Kelompok Bermain dan Kelompok B adalah
kelompok anak-anak yang tidak mengikuti Kelompok Bermain. Jumlah
sampel masing-masing kelompok ditentukan dengan menggunakan teknik
probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan kesempatan
yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
50
probability sampling yang digunakan adalah proportional stratified
random sampling, yaitu teknik yang digunakan untuk menentukan jumlah
sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata proporsional.(37)
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
proportional stratified random sampling, yaitu menentukan jumlah sampel
dari masing-masing Pos PAUD dan Posyandu dilakukan dengan mengundi
nama dari tiap Pos PAUD dan Posyandu Balita sampai jumlah sampel
terpenuhi. Namun ketika pengambilan data dilakukan anak yang sudah
dipilih untuk dijadikan sampel tidak berangkat, sehingga digantikan
dengan anak lain. Penggantian sampel ini dilakukan dengan langsung
memilih anak yang ada di tempat pengambilan data dan dengan
mengunjungi rumah anak (door to door).
E. Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan dua kriteria, yaitu
kriteria inklusi dan ekslusi.
1. Kriteria inklusi
Adalah kriteria atau standar yang ditetapkan sebelum penelitian
dilakukan yang berisi karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.(39)
51
Kriteria inklusi dalam penelitian ini diantaranya :
a. Anak berusia 3-5 tahun beserta orangtua (ayah/ibu) atau pengasuh
b. Sudah mendapatkan stimulasi di KB minimal 3 bulan bagi
kelompok A
c. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria eksklusi
Adalah kriteria atau standar yang ditetapkan sebelum penelitian
dilakukan yang berisi karakteristik untuk menghilangkan atau
mengeluarkan subjek atau objek yang memenuhi kriteria inklusi dari
penelitian karena beberapa sebab.(39) Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini yaitu anak tiba-tiba memutuskan tidak bersedia menjadi
responden karena alasan tertentu.
Besar sampel pada kelompok A dan B dalam penelitian ini
ditentukan menggunakan rumus Slovin :(39)
a. Sampel kelompok A
dibulatkan menjadi 80 orang
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d² = Tingkat ketepatan/kepercayaan yang diinginkan (0,05)
52
dari rumus tersebut diperoleh sampel 80 orang.
Berdasarkan pemerataan 5 Pos PAUD, pengambilan sampel
menggunakan rumus alokasi proporsional : (40)
Keterangan:
n = Jumlah sampel tiap Pos PAUD di Tembalang
N = Jumlah populasi semua Pos PAUD di Tembalang
d = Jumlah sampel semua Pos PAUD di Tembalang
x = Jumlah populasi per Pos PAUD di Tembalang
Tabel 3.1 Perhitungan jumlah sampel per Pos PAUD
No. Pos PAUD Jumlah Populasi tiap
Pos PAUD (x) Perhitungan
Sampel per Pos
PAUD
1. Mutiara Hati 15
12 orang
2. Pelita Hati 17
12 orang
3. Pertiwi 16
12 orang
4. Bunga 31
24 orang
5. Mekar Jaya 24
20 orang
Jumlah sampel 80 orang
Data siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di masing-masing Pos PAUD.
b. Sampel kelompok B
dibulatkan menjadi 90 orang
53
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d² = Tingkat ketepatan/kepercayaan yang diinginkan (0,05)
dari rumus tersebut diperoleh sampel 90 orang.
Berdasarkan pemerataan 6 Posyandu, pengambilan sampel
menggunakan rumus alokasi proporsional : (40)
Keterangan:
n = Jumlah sampel tiap Posyandu di Tembalang
N = Jumlah populasi semua Posyandu di Tembalang
d = Jumlah sampel semua Posyandu di Tembalang
x = Jumlah populasi per Posyandu di Tembalang
Tabel 3.2 Perhitungan jumlah sampel per Posyandu
No. Posyandu Jumlah Populasi
tiap Posyandu (x) Perhitungan
Sampel per
Posyandu
1. Posyandu Rw I 11
9 orang
2. Posyandu Rw II 14
11 orang
3. Posyandu Rw III dan V 16
12 orang
4. Posyandu Rw IV 32
25 orang
5. Posyandu Rw VII 18
14 orang
6. Posyandu Rw VI dan VIII 25
19 orang
Jumlah sampel 90 orang
Data anak pada bulan Februari 2015 di masing-masing Posyandu.
54
F. Tempat dan waktu penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Juli 2015, dan
pengambilan data dilakukan pada bulan 03 - 21 Juni 2015.
2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tembalang, Semarang.
G. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
1. Variabel penelitian, yaitu karakteristik yang diteliti yang mempunyai
variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep
sehingga dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya.(37)
Hal terpenting dari variabel adalah terukur (measurable) sehingga
memudahkan dalam proses analisis.(38) Macam variabel dibedakan
menjadi 5, yaitu :
a. Variabel bebas (Independent variable)
Adalah variabel yang menyebabkan adanya perubahan
terhadap variabel yang lain. Variabel ini dikategorikan sebagai
penyebab (cause) dari berubahnya variabel yang lain.(38)
Variabel ini dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu
akibat pada variabel tergantung (Dependent variable).(37)
Penelitian ini adalah sebuah studi komparatif yang memiliki sifat
Ex post facto, artinya penelitian yang meneliti peristiwa yang
sudah terjadi kemudian ditelusuri kebelakang.
55
Ex post facto merupakan suatu penelitian empiris yang
sistematis dimana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas
secara langsung karena variabel tersebut telah terjadi atau karena
variabel tersebut pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi.
Peneliti tidak melakukan perlakuan dalam membandingkan dan
mencari hubungan sebab-akibat dari variabelnya. Peneliti hanya
mencari satu atau lebih akibat yang ditimbulkan dan mengujinya
dengan menelusuri kembali masa lalu untuk mencari sebab-sebab,
kemungkinan hubungan, dan maknanya.(41) Sehingga, dalam
penelitian ini tidak terdapat variabel bebas.
b. Variabel tergantung (Dependent variable)
Adalah variabel yang berubah sebagai akibat (effect)
perubahan variabel bebas.(38) Variabel tergantung adalah variabel
yang variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh
yang disebabkan oleh variabel bebas.(41) Variabel tergantung
dalam penelitian ini adalah perkembangan anak usia dini yang
mengikuti Kelompok Bermain dan perkembangan anak usia dini
yang tidak mengikuti Kelompok Bermain.
2. Definisi operasional
Adalah penjelasan dari semua variabel yang digunakan dalam
penelitian secara operasional dengan tujuan memudahkan pembaca
memahami makna penelitian. Komponen definisi operasional terdiri
atas variabel, definisi, indikator, alat ukur, skala, dan skor.(37)
56
Tabel 3.3 Definisi operasional
No. Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur Skala
1. Perkembangan
anak
Perkembangan anak adalah
penilaian perkembangan anak
usia dini dari empat aspek,
yaitu motorik halus, motorik
kasar, sosialisasi, kemandirian,
bicara, dan bahasa yang
ditinjau dari kegiatannya
mengikuti kelompok
bermain.
KPSP a. Sesuai (S), jika 9-10
jawaban ya pada
kuesioner
b. Meragukan (M), jika
7-8 jawaban ya pada
kuesioner
c. Penyimpangan (P),
jika < 6 jawaban ya
Ordinal
2. Usia Rentang kehidupan responden
berdasarkan usia pada KPSP
KPSP a. 36 bulan
b. 42 bulan
c. 48 bulan
d. 54 bulan
e. 60 bulan
Ordinal
3. Jenis kelamin Karakteristik seks responden Kuesioner
demografi
a. Perempuan
b. Laki-laki
Nominal
4. Riwayat
keterlambatan
perkembangan
Keterlambatan perkembangan
yang pernah dialami anak
Kuesioner
demografi
a. Ada
b. Tidak
Ordinal
5. Riwayat jenis
keterlambatan
perkembangan
Riwayat jenis keterlambatan
perkembangan yang dialami
oleh anak
Kuesioner
demografi
a. Berjalan
b. Bicara
Nominal
6. Keikutsertaan
KB
Keikutsertaan anak dalam KB Kuesioner
demografi
a. Tidak mengikuti
b. Mengikuti
Ordinal
7. Aspek
perkembangan
yang tidak
terpenuhi
Aspek perkembangan anak
yang tidak terpenuhi
KPSP a. Gerak kasar
b. Gerak halus
c. Bicara dan bahasa
d. Sosialisasi dan
kemandirian
e. Gerak kasar & gerak
halus
f. Gerak kasar & bicara
dan bahasa
g. Gerak kasar &
sosialisasi dan
kemandirian
h. Gerak halus & bicara
dan bahasa
i. Gerak halus &
sosialisasi dan
kemandirian
j. Bicara dan bahasa &
sosialisasi dan
kemandirian
k. Gerak kasar, gerak
halus & bicara dan
bahasa
l. Gerak kasar, gerak
halus & sosialisasi dan
kemandirian
m. Gerak kasar, bicara
dan bahasa &
Nominal
57
sosialisasi dan
kemandirian
n. Gerak halus, bicara
dan bahasa &
sosialisasi dan
kemandirian
H. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan data
1. Alat penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket atau
kuesioner dan KPSP kit. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang
disusun untuk memperoleh data sesuai keinginan peneliti.
Pengumpulan data dengan kuesioner ada dua macam, yaitu kuesioner
terbuka dan tertutup. Pada kuesioner terbuka, responden bebas
menjawab pertanyaan yang disediakan peneliti sesuai pendapat
responden. Sedangkan kuesioner tertutup, yaitu kuesioner dengan
jawaban yang sudah disediakan sehingga responden hanya memilih
sesuai pendapatnya.(42)
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
kuesioner tertutup untuk mengukur tumbuh kembang anak yaitu
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). KPSP adalah alat atau
instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan. KPSP ini berisikan pertanyaan dan
perintah dengan total 9-10 buah yang dijawab oleh orangtua (ayah/ibu)
atau pengasuh anak dengan cara ceklist (V) di kolom “ya” bila sesuai
dan “tidak” bila tidak sesuai.
58
Pengisian KPSP ini dilakukan dengan cara terlebih dahulu
menentukan usia anak dalam bulan. Setelah menentukan usia anak,
pilih KPSP yang sesuai dengan usia anak. Bila anak berusia diantara
pilihan usia pada KPSP (3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54,
60, 66, 72 bulan), maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil
dari usia anak dan bila anak berusia > 16 hari dari tanggal
kelahirannya dihitung satu bulan. Dari pengisian KPSP ini dapat
diinterpretasikan dengan cara melakukan penghitungan jumlah
jawaban “ya”.
a. Bila jawaban “ya” berjumlah 9-10, maka perkembangan anak
sesuai (S),
b. Bila jawaban “ya” berjumlah 7-8, maka perkembangan anak
meragukan (M)
c. Bila jawaban “ya” berjumlah < 6, maka kemungkinan
perkembangan anak ada penyimpangan (P).(43)
Pada penelitian ini, KPSP yang digunakan adalah KPSP untuk
usia 36, 42, 48, 54, dan 60 bulan. Sedangkan KPSP kit yang
digunakan terdiri dari delapan buah kubus ukuran 2,5-5 cm, kertas
bergambar (kucing, burung, kuda, dan anjing), bola, kertas kosong,
dan segiempat berwarna (merah, kuning, hijau, dan biru).
Pengisian KPSP dilakukan oleh peneliti atau enumerator
berdasarkan jawaban orangtua (ayah/ibu) atau pengasuh anak dan
interpretasi perintah (anak dapat melakukan atau tidak).
59
2. Uji instrumen penelitian
Sebuah instrumen dapat digunakan oleh peneliti jika sudah
melewati uji validitas dan uji reliabilitas.(44)
Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah
instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa
yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu.
Sedangkan reliabilitas adalah suatu kesamaan hasil apabila
pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu
yang berbeda.(37) Pada penelitian ini kuesioner yang digunakan
adalah Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), kuesioner ini
tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
KPSP merupakan kuesioner hasil terjemahan dan modifikasi Tim
Depkes RI pada Prescreening Developmental Questionnaire (PDQ)
yang dikembangkan oleh Frankenburg dkk dari skrining Denver
Developmental Screening Test (DDST) pada tahun 1996 dan direvisi
pada tahun 2005.(2) DDST sendiri tidak memiliki nilai validitas,
karena tes ini dirancang bukan untk mengukur perkembangan anak.
DDST adalah standar perkembangan umum yang didasarkan pada >
2000 sampel anak-anak di Colorado, U.S pada tahun 1980.(45)
Sedangkan untuk nilai reliabitilitas, DDST memiliki nilai 99% untuk
interrates reability dan 90% untuk test-retest reability. Sementara itu,
KPSP memiliki nilai 95% untuk sensitifitas dan 63% untuk spesifisitas
KPSP dengan nilai kappa 0,552 dan p < 0,0001 (bermakna) pada
60
tahun 2008 yang berarti KPSP adalah kuesioner yang benar-benar
dapat mengukur tingkat perkembangan anak. (25)
2. Sumber data
a. Data primer (primary data)
Adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau
organisasi secara langsung dari objek yang diteliti demi
kepentingan studi yang bersangkutan, berupa wawancara atau
observasi.(41) Data primer penelitian didapat dari anak dan
orangtua (ayah/ibu) atau pengasuh anak yang telah melakukan
perintah dan menjawab pertanyaan pada KPSP sesuai usia anak.
b. Data sekunder (secondary data)
Adalah data yang dikumpulkan dan disatukan oleh studi-studi
sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain.
Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan
arsip-arsip resmi.(41) Data sekunder penelitian ini didapat dari
beberapa instansi, yaitu dari beberapa Pos PAUD, Posyandu atau
kader balita, dan Ketua Rw di Kelurahan Tembalang yang
kesemuanya adalah data mengenai jumlah anak berusia 3-5 tahun
yang ada di Kelurahan Tembalang.
61
3. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara :
a. Peneliti melakukan persamaan persepsi dengan enumerator.
Pada penelitian ini, persamaan persepsi antara peneliti dan
enumerator dilakukan dengan melakukan uji reliabilitas eksternal
menggunakan metode paralel (parallel form reliability). Proses
persamaan persepsi ini dilakukan di Pos PAUD Mekar Ceria di
Jalan Timoho Barat II Rt 03 Rw III dan Pos PAUD Permata Hati
di Jalan Bulusan Selatan V no. 31 15 dengan jumlah
masing-masing 15 anak. Pos-pos PAUD ini dipilih karena
memiliki karakteristik yang kurang lebih sama dengan Pos PAUD
yang ada di Kelurahan Tembalang, diantaranya :
1) Pengajarnya adalah masyarakat sekitar yang sebagian besar
tidak mempunyai background sebagai pendidik PAUD.
2) Pendidik adalah ibu rumah tangga yang dianggap mampu dan
sabar menghadapi tingkah polah anak-anak
3) Merupakan Pos PAUD yang berdiri karena swadaya
masyarakat
4) Usia anak di berkisar antara 3 -5 tahun
5) Pertemuan dilakukan 3 kali dalam seminggu, selama 120
menit tiap pertemuan
6) Fasilitas permainan : jungkang-jungkit, ayunan, dan
perosotan
62
Persamaan persepsi ini dilakukan peneliti dan 10 enumerator
(Dieta, Destini, Lika, Tika, Rahma, Fitriya, Intan, Atun, Putri, dan
Aluh) yang merupakan mahasiswi semester delapan di jurusan S1
Keperawatan Undip. Proses persamaan persepsi dilakukan
melaului dua tahap, yaitu penyampain materi cara melakukan tes
KPSP dan tahap kedua adalah melakukan tes ke anak.
Hasil persamaan persepsi ini ditentukan berdasarkan nilai
korelasi (rxy) dari dua jenis data, yaitu data yang diperoleh
peneliti I dengan peneliti II dikorelasikan.(37)
Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi
Pearson Product Moment (RPM), yaitu rumus yang menyatakan
ada tidaknya hubungan antara variabel x dengan variabel y.
Tingginya nilai koefisien korelasi yang diperoleh, menunjukkan
bukti yang kuat mengenai reliabilitas bahwa kedua peneliti
mengukur sesuatu yang sama. (46) Data yang telah diperoleh dari
kedua peneliti kemudian dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan program statistik komputer.
Rumus RPM :
63
Keterangan:
Koefisiensi korelasi anatara variabel X dan variabel Y
(dua variabel yang dikorelasikan)
( x=X-M ) dan( y= Y-M).
Jumlah perkalian x dengan y
Kuadrat dari x (deviasi x)
Kuadrat dari y (deviasi y)
Hasil perhitungan RPM disimbolkan r (rho) yang berkisar
antara -1 sampai dengan +1, dengan interprestasi sebagai
berikut :(47)
Tabel 3.4 Interprestasi Koefisien RPM
R Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000
0,60 – 0,799
0,40 – 0.599
0,20 – 0,399
0,00 – 0,199
Sangat Kuat
Kuat
Cukup Kuat
Rendah
Sangat Rendah
(Sumber: Hartono 47)
Persamaan persepsi antara peneliti dan kesepuluh enumerator
didapatkan nilai r dalam rentang 0,613 – 0,906, yang artinya
antara persepsi peneliti dan enumerator memiliki hubungan yang
kuat-sangat kuat.
b. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Jurusan
Keperawatan, dari Jurusan Keperawatan dikeluarkan surat
permohonan ijin penelitian dari dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
c. Surat dari Dekan Fakultas diserahkan kepada Kepala Kelurahan
Tembalang. Pihak Kelurahan Tembalang kemudian mengeluarkan
izin penelitian di Kelurahan Tembalang.
64
d. Peneliti mendatangi Pos PAUD dan kader Posyandu Balita untuk
minta izin pengambilan data penelitian.
e. Ketika izin dan jadwal sudah disetujui, pengambilan data
dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan informasi
mengenai penelitian dan meminta persetujuan (dibuktikan dengan
tanda tangan pada lembar persetujuan menjadi responden) kepada
orangtua atau pengasuh untuk melakukan tes perkembangan
kepada anak.
Pengambilan data telah dilakukan pada 5 Pos PAUD dan 6
Posyandu Balita, namun target responden belum terpenuhi
sehingga pengambilan data dilakukan dengan cara door to door.
f. Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan dan
analisis menggunakan program statistika komputer.
I. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Data yang sudah didapatkan peneliti diolah melalui beberapa
proses, diantaranya : (37)
1. Memeriksa data (editing)
Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan
oleh para pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang
telah selesai ini dilakukan terhadap :
a. Kelengkapan jawaban, memeriksa jawaban dari semua item
pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner.
65
b. Keterbacaan tulisan, memeriksa keterbacaan dan kejelasan
dari semua item pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner.
2. Pemberian kode (coding)
Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para
responden ke dalam kategori. Klasifikasi dilakukan dengan cara
memberi kode angka pada masing-masing jawaban.
a. Perkembangan anak : Penyimpangan (kode 1)
Meragukan (kode 2)
Sesuai (kode 3)
b. Usia : 36 bulan (kode 1)
42 bulan (kode 2)
48 bulan (kode 3)
54 bulan (kode 4)
60 bulan (kode 5)
c. Jenis kelamin : Perempuan (kode 1)
Laki-laki (kode 2)
d. Riwayat keterlambatan
perkembangan : Ada (kode 1)
Tidak (kode 2)
e. Riwayat jenis keterlambatan
perkembangan : Keterlambatan berjalan (kode 1)
Keterlambatan bicara (kode 2)
66
f. Keikutsertaan KB : Tidak Mengikuti (kode 1)
Mengikuti (kode 2)
h. Aspek perkembangan yang tidak terpenuhi :
Gerak kasar (kode 1)
Gerak halus (kode 2)
Bicara dan bahasa (kode 3)
Sosialisasi dan kemandirian (kode 4)
Gerak kasar & gerak halus (kode 5)
Gerak kasar & bicara dan bahasa (kode 6)
Gerak kasar & sosialisasi dan kemandirian (kode 7)
Gerak halus & bicara dan bahasa (kode 8)
Gerak halus & sosialisasi dan kemandirian (kode 9)
Bicara dan bahasa & sosialisasi dan kemandirian (kode 10)
Gerak kasar, gerak halus & bicara dan bahasa (kode 11)
Gerak kasar, gerak halus & sosialisasi dan (kode 12)
kemandirian
Gerak kasar, bicara dan bahasa & sosialisasi dan (kode 13)
kemandirian
Gerak halus, bicara dan bahasa & sosialisasi dan (kode 14)
Kemandirian
67
3. Sorting
Adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan
data sesuai Kelompok (Kelompok A atau Kelompok B).
4. Memasukkan data (entry data)
Jawaban-jawaban dari kuesioner yang telah diberi kode
kemudian dimasukkan dalam program statistik komputer.
5. Cleaning
Pembersihan data, melihat variabel apakah data sudah benar
atau belum. Cara yang dilakukan oleh peneliti dalam tahap ini
yaitu melihat skor missing pada tabel tabel distribusi frekuensi
dari setiap variabel melalui program statistik komputer. Jika
menunjukkan nilai nol berarti tidak ada kesalahan dalam
memasukkan data.
6. Penyusunan data (tabulasi)
Tabulasi data dilakukan dengan memasukkan data
karakteristik dan perkembangan anak pada masing-masing
kelompok. Selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan
program statistik komputer.
7. Analisis data
a. Analisis univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan
terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya,
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi
68
dan persentase dari tiap variabel.(48) Data yang dianalisis
dalam penelitian ini adalah karakteristik (usia pada KPSP,
jenis kelamin, riwayat keterlambatan perkembangan, dan
riwayat jenis keterlambatan perkembangan) dan
perkembangan pada Kelompok A maupun Kelompok B. Data
yang telah dianalisis secara deskriptif menggunakan program
statistik komputer ditampilkan dalam bentuk output distribusi
frekuensi. Sehingga didapatkan data berupa tabel tentang
distribusi frekuensi dari usia pada KPSP, jenis kelamin,
riwayat keterlambatan perkembangan, riwayat jenis
keterlambatan perkembangan dan perkembangan anak pada
Kelompok A dan Kelompok B.
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi. (48) Analisis bivariat dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik
(usia pada KPSP, jenis kelamin, riwayat keterlambatan
perkembangan, dan riwayat jenis keterlambatan
perkembangan) dengan perkembangan. Selain itu juga untuk
menguji hipotesis penelitian antara perkembangan anak yang
mengikuti dan tidak mengikuti KB.
69
Analisis bivariat ini menggunakan chi square pada
program statistik komputer. Uji chi square disebut juga
dengan kai kuadrat. Chi square adalah salah satu jenis uji
komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel,
dimana skala data kedua variabel adalah kategorik (ordinal
atau nominal).
Rumus chi square :
, dimana : x2
= Nilai chi kuadrat
fe = Frekuensi yang diharapkan
f0 = Frekuensi yang diperoleh
Kriteria pengujian chi square :
1) x2
hitung < x2tabel, maka H0 diterima atau sig. x
2hitung >
alpha, maka H0 diterima
2) x2
hitung > x2
tabel, maka H0 ditolak atau sig. x2
hitung < alpha,
maka H0 ditolak. (49)
70
J. Etika Penelitian
Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan
data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat,
prinsip menghargai hak-hak subjek, dan prinsip keadilan.(39)
1. Lembar persetujuan responden (informed concent)
Responden mendapatkan informasi mengenai penelitian sebelum
dilakukannya tanya jawab dan tes perkembangan ke anak. Lembar
informed concent ini terlebih dahulu ditandatangani oleh orangtua
atau pengasuh anak yang bersedia menjadi responden.
2. Kerahasiaan identitas (anonimity)
Peneliti memberikan kode berupa nomor pada lembar kuesioner
yang urutannya hanya diketahui oleh peneliti sehingga identitas
responden terjaga.
3. Kerahasiaan informasi (confidentiality)
Peneliti hanya menyajikan kelompok data tertentu saja yaitu data
karakteristik dan perkembangan anak saja pada hasil penelitian.
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian yang berjudul “Studi Komparasi Perkembangan Anak yang
Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan
Tembalang, Semarang” bertujuan untuk menganalisis perbedaan perkembangan
anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang.
Pengambilan data penelitian ini dilakukan pada 03-21 Juni 2015 dengan
responden yang berusia 3-5 tahun sejumlah 170 responden yang terbagi atas 80
responden adalah anak KB dan 90 responden adalah anak yang tidak KB di
Kelurahan Tembalang, Semarang. Penelitian mengenai perkembangan anak ini
diukur dengan kuesioner perkembangan KPSP usia 36, 42, 48, 54, dan 60 bulan.
Berikut adalah hasil penelitian yang telah dilakukan.
A. Karakteristik responden
1. Distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB
Data gambaran karakteristik responden yang diamati adalah usia
pada KPSP, jenis kelamin, riwayat keterlambatan perkembangan, dan
riwayat jenis keterlambatan perkembangan responden. Berikut adalah
distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB.
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB berdasarkan usia pada KPSP
di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=80)
Usia pada KPSP n %
a. 36 bulan
b. 42 bulan
c. 48 bulan
d. 54 bulan
e. 60 bulan
19
16
20
12
13
23,75
20,00
25,00
15,00
16,25
Total 80 100,00
72
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dominasi usia pada KPSP dari 80
responden yang mengikuti KB adalah berusia 48 bulan sebanyak 20
responden (25,00%).
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB berdasarkan jenis kelamin
di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=80)
Jenis Kelamin n %
a. Perempuan
b. Laki - laki
41
39
51,25
48,75
Total 80 100,00
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dominasi jenis kelamin dari 80
responden yang mengikuti KB adalah perempuan sebanyak 41 responden
(51,25%).
Tabel 4.3
Distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB berdasarkan riwayat keterlambatan
perkembangan di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=80)
Riwayat
Keterlambatan Perkembangan n %
a. Ada
b. Tidak
10
70
12,50
87,50
Total 80 100,00
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dominasi riwayat keterlambatan
perkembangan dari 80 responden yang mengikuti KB adalah tidak
adanya riwayat keterlambatan sebanyak 70 responden (87,50%).
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi responden yang mengikuti KB berdasarkan riwayat jenis
keterlambatan perkembangan di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=10)
Riwayat jenis Keterlambatan
Perkembangan n %
a. Keterlambatan berjalan
b. Keterlambatan bicara
9
1
90,00
10,00
Total 10 100,00
73
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dominasi riwayat jenis
keterlambatan dari 10 responden yang memiliki riwayat keterlambatan
perkembangan adalah keterlambatan berjalan sebanyak 9 responden
(90,00%).
2. Distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB
Data gambaran karakteristik responden yang diamati adalah usia
pada KPSP, jenis kelamin, riwayat keterlambatan perkembangan, dan
riwayat jenis keterlambatan perkembangan responden. Berikut adalah
distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB.
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB berdasarkan usia pada KPSP
di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=90)
Usia pada KPSP n %
a. 36 bulan
b. 42 bulan
c. 48 bulan
d. 54 bulan
e. 60 bulan
40
4
21
4
21
44,44
4,44
23,34
4,44
23,34
Total 90 100,00
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dominasi usia pada KPSP dari 90
responden yang tidak mengikuti KB adalah usia 36 bulan sebanyak 40
responden (44,44%).
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB berdasarkan jenis kelamin
di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=90)
Jenis Kelamin n %
a. Perempuan
b. Laki - laki
35
55
38,90
61,10
Total 90 100,00
74
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dominasi jenis kelamin dari 90
responden yang tidak mengikuti KB adalah laki-laki sebanyak 55
responden (61,10%).
Tabel 4.7
Distribusi frekuensi responden yang tidak mengikuti KB berdasarkan riwayat
keterlambatan perkembangan di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=90)
Riwayat Keterlambatan
Perkembangan n %
Tidak
Ya
90
0
100,00
0,00
Total 90 100,00
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa semua responden sebanyak 90
responden (100,00%) yang tidak mengikuti KB tidak memiliki riwayat
keterlambatan perkembangan.
B. Gambaran perkembangan responden yang mengikuti KB
Tabel 4.8
Distribusi frekuensi perkembangan responden yang mengikuti KB
di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=80)
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dominasi perkembangan dari 80
responden yang mengikuti KB adalah sesuai sebanyak 69 responden
(86,25%).
Perkembangan n %
a. Penyimpangan
b. Meragukan
c. Sesuai
1
10
69
1,25
12,50
86,25
Total 80 100,00
75
Tabel 4.9
Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan usia responden yang mengikuti KB di
Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=80)
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa perkembangan responden
berdasarkan usia KPSP dari 80 responden yang mengikuti KB
didominasi oleh perkembangan sesuai pada responden usia 48 bulan
sebanyak 17 responden (21,25%).
Tabel 4.10
Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan jenis kelamin responden yang
mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=80)
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa perkembangan responden
berdasarkan jenis kelamin dari 80 responden yang mengikuti KB
didominasi oleh perkembangan sesuai pada responden perempuan
sebanyak 38 responden (47,50%).
Usia pada KPSP
Perkembangan Total
Penyimpangan Meragukan Sesuai
n % n % n % n %
a. 36 bulan
b. 42 bulan
c. 48 bulan
d. 54 bulan
e. 60 bulan
1
0
0
0
0
1,25
0,00
0,00
0,00
0,00
5
0
3
0
2
6,25
0,00
3,75
0,00
2,50
13
16
17
12
11
16,25
20,00
21,25
15,00
13,75
19
16
20
12
13
23,75
20,00
25,00
15,00
16,25
Jumlah 1 1,25 10 12,50 69 86,25 80 100,00
Jenis kelamin
Perkembangan Total
Penyimpangan Meragukan Sesuai
n % n % n % n %
a. Perempuan
b. Laki-laki
0
1
0,00
1,25
3
7
3,75
8,75
38
31
47,50
38,75
41
39
51,25
48,75
Jumlah 1 1,25 10 12,50 69 86,25 80 100,00
76
Tabel 4.11
Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan riwayat keterlambatan perkembangan
responden yang mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=80)
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa perkembangan responden berdasarkan
ada tidaknya riwayat keterlambatan perkembangan dari 80 responden yang
mengikuti KB didominasi oleh perkembangan sesuai pada responden
dengan tidak ada riwayat keterlambatan perkembangan sebanyak 64
responden (80,00%).
Tabel 4.12
Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan riwayat jenis keterlambatan
perkembangan responden yang mengikuti KB
di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=10)
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 10 responden yang memiliki
riwayat keterlambatan perkembangan, jenis keterlambatan responden
didominasi oleh perkembangan sesuai pada responden yang mengalami
keterlambatan berjalan sebanyak 5 responden (50,00%).
Riwayat
keterlambatan
Perkembangan
Perkembangan Total
Penyimpangan Meragukan Sesuai
n % n % n % n %
a. Ada
b. Tidak
1
0
1,25
0,00
4
6
5,00
7,50
5
64
6,25
80,00
10
70
12,50
87,50
Jumlah 1 1,25 10 12,50 69 86,25 80 100,0
Riwayat jenis
keterlambatan
Perkembangan Total
Penyimpangan Meragukan Sesuai
n % n % n % n %
a. Berjalan
b. Bicara
1
0
10,00
0,00
3
1
30,00
10,00
5
0
50,00
0,00
9
1
90,00
10,00
Jumlah 1 10,00 4 40,00 5 50,00 10 100,00
77
Tabel 4.13
Distribusi frekuensi aspek perkembangan yang tidak terpenuhi pada responden yang
mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=37)
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dominasi aspek perkembangan yang
tidak dari 37 responden yang mengikuti KB adalah sosialisasi dan
kemandirian sebanyak 14 responden (37,84%).
C. Gambaran perkembangan responden yang tidak mengikuti KB
Tabel 4.14
Distribusi frekuensi perkembangan responden yang tidak mengikuti KB
di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=90)
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dominasi perkembangan dari 90
responden yang tidak mengikuti KB adalah sesuai sebanyak 58 responden
(64,45%).
Aspek perkembangan n %
a. Gerak kasar
b. Gerak halus
c. Bicara dan bahasa
d. Sosialisasi dan kemandirian
e. Gerak kasar & bicara dan
bahasa
f. Gerak kasar & sosialisasi dan
kemandirian
g. Gerak halus & bicara dan
bahasa
h. Bicara dan bahasa & sosialisasi
dan kemandirian
i. Gerak kasar, gerak halus &
bicara dan bahasa
j. Gerak halus, bicara dan bahasa
& sosialisasi dan kemandirian
3
1
10
14
1
2
1
3
1
1
8,11
2,70
27,03
37,84
2,70
5,41
2,70
8,11
2,70
2,70
Total 37 100,00
Perkembangan n %
a. Penyimpangan
b. Meragukan
c. Sesuai
11
21
58
12,22
23,33
64,45
Total 90 100,00
78
Tabel 4.15
Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan usia responden yang tidak mengikuti
KB di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=90)
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa perkembangan responden
berdasarkan usia KPSP dari 90 responden yang tidak mengikuti KB
didominasi oleh perkembangan sesuai pada responden usia 36 bulan sebanyak
25 responden (27,78%).
Tabel 4.16
Distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan jenis kelamin responden yang tidak
mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=90)
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa perkembangan responden berdasarkan
jenis kelamin dari 90 responden yang tidak mengikuti KB didominasi oleh
perkembangan sesuai pada responden laki-laki sebanyak 35 responden
(38,89%).
Usia pada KPSP
Perkembangan Total
Penyimpangan Meragukan Sesuai
n % n % n % n %
a. 36 bulan
b. 42 bulan
c. 48 bulan
d. 54 bulan
e. 60 bulan
6
0
3
0
2
6,67
0,00
3,34
0,00
2,22
9
2
7
2
1
10,00
2,22
7,78
2,22
1,11
25
2
11
2
18
27,78
2,22
12,22
2,22
20,00
40
4
21
4
21
44,45
4,44
23,34
4,44
23,33
Jumlah 11 12,23 21 23,33 58 64,44 90 100,00
Jenis kelamin
Perkembangan Total
Penyimpangan Meragukan Sesuai
n % n % n % n %
a. Perempuan
b. Laki-laki
2
9
2,22
10,00
10
11
11,11
12,22
23
35
25,56
38,89
35
55
38,89
61,11
Jumlah 11 12,22 21 23,33 58 64,45 90 100
79
Tabel 4.17
Distribusi frekuensi aspek perkembangan yang tidak terpenuhi dari responden yang
tidak mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=59)
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa dominasi aspek perkembangan yang
tidak terpenuhi dari 59 responden yang tidak mengikuti KB adalah bicara
dan bahasa sebanyak 12 responden (20,34%).
D. Komparasi perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti
KB
Tabel 4.18
Komparasi perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB
di Kelurahan Tembalang, Semarang Juni 2015
(n=170)
Perkembangan n %
a. Gerak kasar
b. Gerak halus
c. Bicara dan bahasa
d. Sosialisasi dan kemandirian
e. Gerak kasar & gerak halus
f. Gerak kasar & bicara dan bahasa
g. Gerak kasar & sosialisasi dan kemandirian
h. Gerak halus & bicara dan bahasa
i. Gerak halus & sosialisasi dan kemandirian
j. Bicara dan bahasa & sosialisasi dan kemandirian
k. Gerak kasar, gerak halus & bicara dan bahasa
l. Gerak kasar, gerak halus, & sosialisasi dan
kemandirian
m. Gerak kasar, bicara dan bahasa & sosialisasi dan
kemandirian
n. Gerak halus, bicara dan bahasa & sosialisasi dan
kemandirian
4
2
12
11
2
4
3
3
1
7
2
1
3
4
6,78
3,39
20,34
18,64
3,39
6,78
5,09
5,09
1,69
11,86
3,39
1,69
5,09
6,78
Total 59 100,00
Perkembangan Anak
Keikutsertaan KB Total p
value Tidak Mengikuti Mengikuti
n % n % n %
Penyimpangan
Meragukan
Sesuai
11
21
58
6,47
12,35
34,11
1
10
69
0,59
5,89
40,59
12
31
127
7,06
18,24
74,70 0,002
Total 90 52,93 80 47,07 170 100,00
80
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa responden yang mengikuti KB
mempunyai perkembangan yang lebih baik ditunjukkan oleh lebih sedikitnya
anak yang perkembangannya mengalami penyimpangan pada responden yang
mengikuti KB yaitu hanya 1 responden (0,59%) dibandingkan dengan yang
tidak mengikuti KB sebanyak 11 responden (6,47%).
Hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan antara perkembangan
anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB menunjukkan nilai p value
sebesar 0,002 ( = 0,05, p < ). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan antara perkembangan anak yang mengikuti dan tidak
mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang.
81
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian pada anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB di Kelurahan
Tembalang, Semarang ini bertujuan untuk menganalisa perkembangan anak,
mengidentifikasi karakteristik anak (usia pada KPSP, jenis kelamin, riwayat
keterlambatan perkembangan, riwayat jenis keterlambatan) dan mengidentifikasi
perkembangan berdasarkan karakter. Pada bab V ini akan dilakukan pembahasan
dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan akan dipaparkan mengenai
keterbatasan penelitian.
A. Karakteristik anak
1. Usia pada KPSP
Hasil penelitian baik dari kelompok A maupun B menunjukkan
bahwa penyimpangan perkembangan paling banyak terjadi pada usia 36
bulan. Pada usia 36 bulan atau 3 tahun ini, perkembangan kognitif anak
memasuki tahap pra-operasional yaitu masa dimana kemampuan
menerima rangsangan yang masih terbatas. Anak mulai berkembang
kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum
dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas. (21)
Pada perkembangan motorik kasar, anak usia ini dapat berbalik
atau berhenti secara tiba-tiba atau cepat, melompat dengan lompatan
kurang lebih 37-60 cm, naik tangga tanpa dibantu, meloncat dengan
tambahan beberapa variasi lompatan. (20) Sedangkan pada motorik halus,
82
anak dapat menggambar mengikuti bentuk, menarik garis vertikal,
menjiplak bentuk lingkaran, membuka menutup kotak, dan menggunting
kertas mengikuti pola garis lurus. (24)
Pada usia 2 sampai 3 tahun, anak mencoba untuk mandiri yang
secara fisik dimungkinkan oleh kemampuan anak untuk berjalan, lari dan
berkenalan tanpa dibantu orang dewasa. Dengan kebebasan ini, anak
masuk dalam periode menjelajah atau eksplorasi. Pada usia 2 sampai 3
tahun kemampuan anak untuk percaya diri dikembangkan.(29)
Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai aspek perkembangan
pada usia 36 bulan atau 3 tahun ini diketahui bahwa anak usia ini masih
melakukan penyesuaian dengan perkembangannya, belum sepenuhnya
perkembangannya matang. Selain itu, berdasarkan penelitian diketahui
bahwa anak usia 36 bulan ini banyak yang tidak mengikuti KB sehingga
stimulasi hanya bergantung dari orangtua dan lingkungan sosial tempat
tinggalnya. Padahal anak yang sudah mengikuti KB, 4 hari dalam
seminggunya mendapatkan pendidikan di KB masih ada yang
perkembangannya mengalami penyimpangan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ariani dan
Yosoprawoto, yang menyatakan bahwa kejadian suspek keterlambatan
perkembangan dipengaruhi oleh faktor usia anak.(50) Semakin muda usia
anak, maka resiko terjadi penyimpangan perkembangan anak semakin
besar.
83
2. Jenis kelamin
Perempuan pada kelompok yang mengikuti KB lebih banyak
yang perkembangannya sesuai sedangkan pada kelompok yang tidak
mengikuti KB, laki-laki lebih lebih banyak yang perkembangannya
sesuai. Kedua kelompok menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak
menentukan perkembangan anak. Baik anak perempuan maupun laki-laki
memiliki peluang yang sama untuk memiliki perkembangan yang sesuai,
meragukan, maupun penyimpangan.
Aspek perkembangan dipengaruhi oleh perkembangan otak. Anak
perempuan usia 0-6 tahun otak kanan dan kiri tumbuh berkembang
dengan kecepatan berimbang. Sedangkan laki-laki pertumbuhan dan
perkembangannya cenderung hanya pada otak kanan saja. Otak tersebut
mengembangkan lebih banyak hubungan antaranya sendiri dan juga
memiliki lebih sedikit hubungan dengan otak kiri.(51) Sebuah penelitian
juga menyebutkan IQ anak perempuan lebih tinggi pada usia prasekolah
dibandingkan dengan anak laki-laki. Namun ketika usia sekolah
pertengahan IQ anak laki-laki lebih unggul. (52)
Anak perempuan lebih unggul dalam melihat, mengingat kembali
lokasi objek dalam pola acak yang rumit, menyelesaikan masalah, dan
kinerja skolastik anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki.
Namun, anak laki-laki lebih unggul dalam penalaran matematika,
mengenali bentuk jika dirotasi, mendeteksi bentuk yang ada dalam
bentuk lain, mereplika objek 3 dimensi secara konsisten dan memiliki
84
rasa ingin tau lebih besar daipada anak perempuan.(51) Pada kemampuan
verbal, seperti penggunaan kalimat, belajar membaca anak laki-laki dan
perempuan memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda.(53)
3. Riwayat keterlambatan perkembangan anak
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa anak yang mengalami
keterlambatan didominasi oleh keterlambatan berjalan. Anak yang
biasanya bisa berjalan pada usia 15-18 bulan namun karena satu dan lain
hal anak belum berjalan pada rentang usia tersebut. Contoh kasus dalam
penelitain ini adalah anak yang mengikuti KB baru bisa berjalan pada
usia 24 bulan.
Beberapa penyebab anak mengalami masalah dalam berjalan atau
berlari adalah perkembangan fisik anak terhambat, perkembangan
motorik kasar terlambat, dan terjadi kendala psikologis.(54) Ibu anak
mengatakan anak lahir cukup bulan, mengalami proses persalinan yang
normal, dan sehat ketika masih bayi. Namun anak baru bisa berjalan pada
usia 24 bulan, dan ketika dilakukan tes perkembangan untuk anak usia 36
bulan perkembangan anak mengalami penyimpangan dengan aspek
motorik kasar, halus,bicara dan bahasa yang belum terpenuhi.
Selain itu, ibu anak mengatakan bahwa anak ini baru ikut
pendidikan di KB selama + 4 bulan dan masih ditunggui ibunya, dan
selama di rumah anak ini tidak pernah diberikan stimulasi oleh ibunya.
Hasil penelitian ini bisa dijelaskan dengan pemaparan dari Sunarsih
85
tentang stimulasi. Hasil penelitian Sunarsih menyebutkan bahwa terdapat
hubungan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan balita.(55)
Stimulasi yang diberikanpun sebaiknya sejak dini sudah diberikan dan
dilakukan terus-menerus.(43) Pada kasus ini, anak tidak mendapatkan
stimulasi di rumah dan di KB pun stimulasi tidak diperoleh secara
maksimal karena anak masih ditunggui ibunya di kelas dan belum
menjalankan aktivitas kelas secara berkelompok dan mandiri.
B. Perkembangan anak di Kelurahan Tembalang, Semarang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan
perkembangan yang signifikan antara anak yang mengikuti dan tidak
mengikuti KB. Perbedaan yang signifikan ini berupa kecenderungan semakin
baiknya perkembangan anak yang mengikuti KB dibandingkan dengan yang
tidak mengikuti KB.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh 2 hal yaitu hereditas dan
lingkungan. Faktor hereditas dalam diri masing-masing individu berbeda
yang merupakan warisan dari ibu bapaknya, atau nenek kakeknya. Hereditas
ini memiliki peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.(18) Dan
yang kedua adalah faktor lingkungan, yang dibedakan atas keluarga dan
lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah Kelompok Bermain (KB). Di KB anak mendapatkan pembinaan
tumbuh kembang secara menyuluruh, yang mencakup aspek fisik dan
non-fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani
86
(moral dan spiritual ), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat agar
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.(14) Sehingga,
perkembangan anak sesuai dengan usianya.
Perkembangan anak dipengaruhi oleh pembelajaran yang berasal dari
situasi sosial, dikenal sebuah konsep tentang ZPD (Zone of Proximal
Development). ZPD adalah istilah yang dikenalkan oleh Vygotsky untuk
serangkain tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian, tetapi dapat
dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Yang
artinya pengaruh sosial memiliki peranan penting, terutama pengaruh
instruksi atau pengajarannya, terhadap perkembangan anak. (29)
Teori ZPD ini berkaitan erat dengan gagasan scaffolding, sebuah
teknik untuk mengubah level dukungan. Selama sesi pengajaran orang yang
lebih ahli (guru atau murid yang lebih mampu) menyesuaikan jumlah
bimbingannya dengan level yang telah dicapai anak. Gagasan ini menekankan
perbedaan level dukungan sesuai dengan kebutuhan anak.(29) Dapat pula
diartikan bahwa pemberian stimulasi memiliki level-level, stimulasi yang
diberikan disesuaikan dengan level usia anak secara terus-menerus dan
kompleks.(43) Selain itu, scaffolding juga menekankan adanya dorongan guru
yang dibutuhkan agar pencapaian anak ke jenjang yang lebih tinggi menjadi
optimum.(29)
KB memberikan pendidikan bagi anak usia dini melalui pemberian
upaya menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan
pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak.
87
Pendidikan bagi anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan
pada anak yang baru lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada
tahap ini memfokuskan pada physical, intelligence, emotional, social
education.(31) Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan
dengan keunikan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap anak usia
dini. (14)
Hal ini sesuai dengan teori ZPD yang dikemukan oleh Vygotsky,
dengan anak mendapatkan pendidikan di KB anak mendapatkan situasi sosial
yang baik yang mendukung perkembangan anak dari para pendidiknya.
Perbedaan perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Madiun yang hasilnya
menunjukkan bahwa ada perbedaan perkembangan anak usia prasekolah yang
mengikuti dan yang tidak mengikuti program playgroup.(15) Perbedaan
perkembangan ini bisa juga ditilik dari aspek perkembangan anak, yang
terdiri dari kognitif, motorik (kasar dan halus), bicara dan bahasa, sosialisasi
dan kemandirian.
Ketrampilan Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang
membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh dengan
menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh.
Contohnya berjalan, berlari, berlompat, dan sebagainya.(23) Ketrampilan
kasar ini berkembang membutuhkan kontrol posisi, dan terbentuk dengan
adanya pengalaman. (56) Anak usia 3-5 tahun sudah bisa melakukan
pergerakan motorik kasar seperti melempar bola, berdiri 1 kaki, melompat
88
dengan dua kaki, maupun melompat dengan 1 kaki.
Hasil penelitian yang dilakukan di Bandarharjo, Semarang
menunjukkan bahwa adanya perbedaan motorik kasar anak yang mengikuti
dan tidak mengikuti PAUD, dimana kecenderungan anak memiliki
perkembangan motorik kasar terlambat pada anak yang tidak mengikuti
PAUD. (57) Hasil penelitian tersebut dimungkinkan karena anak kurang
mendapatkan stimulasi karena anak tidak ikut pendidikan di lembaga KB
maupun PAUD, meskipun sebenarnya stimulasi juga dapat diperoleh dari
bimbingan orangtua di rumah.
Selama masa kana-kanak, perkembangan motorik anak akan menjadi
lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa kanak-kanak
awal. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak mengalami
peningkatan dan menjadi lebih tepat pada usia 5 tahun.(56) Ketrampilan
motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan
fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik
halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan
yang kontinu secara rutin. (24) Menggenggam mainan, mengancingkan baju,
menyusun kubus, menggambar atau melakukan apapun yang memerlukan
ketrampilan tangan menunjukkan ketrampilan motorik halus. (56)
Penelitian Indraswati menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus
anak mengalami peningkatan dengan adanya permainan mozaik.(58) Selain
itu, penelitian Nuryani juga menunjukkan bahwa kegiatan kolase dengan
bahan alam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.(59)
89
Beberapa penelitain ini menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan
pendidikan di PAUD memiliki kesempatan lebih besar untuk meningktan
ketrampilan motorik halusnya dibandingkan dengan anak yang tidak
mendapatkan pendidikan di PAUD. Hal ini dimungkinkan karena belum tentu
orangtua atau pengasuh anak mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan
ketrampilan motorik halus anak dan belum tentu juga kegiatan tersebut
dilakukan di rumah.
Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa dari keempat aspek
perkembangan yang ada di KPSP didapatkan hasil bahwa antara kelompok
yang mengikuti dan tidak mengikuti KB ada aspek perkembangan yang
sering berisi jawaban tidak, yaitu pada aspek bicara dan bahasa. Rata-rata
pendidik mengatakan bahwa pengembangan bahasa untuk anak adalah terkait
dengan kemampuan membaca dan menulis. Pola pikir para orang tua juga
demikian, perkembangan bahasa adalah perkembangan anak dalam
kemampuan baca dan tulis. Oleh karena itu, orang tua menyerahkan anaknya
untuk dapat baca dan tulis di lembaga pendidikan dan pada akhirnya guru
yang bertugas untuk mengajarkan hingga berhasil.
Namun ternyata tidak demikian, kemampuan membaca dan menulis
anak terbentuk dari kemampuan mendengar dan berbicara. Kemampuan
sebelum baca-tulis permulaan dipengaruhi oleh kemampuan mendengar dan
berbicara. Pentingnya kemampuan mendengar adalah dasar untuk berbicara,
membaca dan menulis pada anak. (60) Perkembangan bahasa diawali dengan
kemampuan menyebutkan hingga empat gambar, menyebutkan satu hingga
90
dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata,
mengerti empat kata depan, mengerti beberapa kata sifat dan jenis kata
lainnya, menggunakan bunyi kata, memahami arti larangan, serta merespon
panggilan orang dan anggota keluarga dekat.(61)
Dengan demikian, untuk dapat membaca dan menulis, seorang anak
harus memiliki pengalaman mendengar dan berbicara cukup banyak. Hal ini
berarti bahwa untuk membentuk kemampuan tersebut, guru tidak dapat
berusaha sendiri. Guru membutuhkan peran dari orang tua untuk banyak
membacakan cerita-cerita pada anak dan mengajak anak untuk berkomunikasi
sebagai bentuk pengembangan kemampuan berbicara.
Perkembangan kemampuan baca-tulis, terutama masa kanak-kanak
diperkuat melalui aneka pengalaman, seperti saat dibacakan cerita. Mayoritas
anak-anak sangat menyukai dibacakan cerita. Nada pembacaan yang
dilakukan oleh orang tua atau pengasuh dan cara membacakan ketika
bercerita dapat mempengaruhi seberapa baik anak berbicara dan pada
akhirnya seberapa baik anak membaca.(62) Semakin dini anak dikenalkan
dengan teks yang ada dalam buku maka anak semakin siap untuk membaca
dan sadar terhadap cetakan (tulisan). Anak yang belajar membaca dini
biasanya adalah anak-anak yang orang tuanya sangat sering membacakan
cerita untuk anak dan melakukan kegiatan membaca tersebut ketika usia anak
masih sangat muda. Hal ini berarti perlu peran dari orang tua atau orang
terdekat dengan anak sejak dini untuk membacakan cerita.(63)
91
Kemampuan membaca dan menulis pada anak sangat dipengaruhi
oleh kemampuan anak untuk sadar akan phonemik. Kesadaran phonemik
yaitu kemampuan untuk membedakan bunyi dalam bahasa. Kemampuan ini
terbentuk pada kemampuan mendengarkan. (64) Kesadaran phonemik
terbentuk sejak bayi baru lahir dengan ciri-ciri yaitu terkejut mendengar suara
keras atau suara yang tiba-tiba muncul, menyukai suara-suara yang lembut
dan memberi rasa aman, dan tertarik dengan suara yang dimainkan
berkali-kali dan berubah-ubah. Kesadaran phonem pada bayi dan balita
ciri-cirinya anak mulai bereksperimen dengan suara, merespon lagu, ikut
bergerak sesuai lagu, menirukan suara binatang ketika melihat gambar.(60)
Kesadaran phonemik pada anak awal prasekolah memiliki ciri-ciri
yaitu menyukai lagu-lagu, cerita, puisi dan mengenali namanya, mengenali
irama puisi/syair yang sama (suaranya sama). Kesadaran phonemik di KB
ditunjukkan dengan ciri yaitu peduli suara/hubungan simbol-simbol, dan
dapat mencampur fonem dan membagi suku kata.(60) Terkait dengan
kesadaran phonemik tersebut maka pendidik harus mampu menciptakan
kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemampuan anak untuk
mengembangkan kesadaran phonemik.(64)
Seiring berkembangnya keterampilan-keterampilan yang telah
dikuasai, anak-anak dapat hidup bersosialisai dengan lingkungan sekitar dan
dapat belajar mandiri dengan merawat dirinya sendiri, dalam memenuhi
kebutuhannya. Seperti melepas dan mengenakan pakaian, buang air kecil,
ataupun memakai kaos kaki dan sepatunya sendiri tanpa bantuan orangtua
92
maupun pengasuhnya.(43) Awalnya, anak akan banyak melakukan kesalahan
dalam memenuhi kebutuhannya sendiri, tetapi dengan adanya proses
pembelajaran yang terus menerus, anak akan dapat melakukan berbagai hal
itu sendiri tanpa bantuan khusus dari orangtua maupun pengasuhnya.(65)
Kepercayaan diri merupakan salah satu hal yang penting dalam
menumbuhkan kemandirian dan sosialisai seorang anak, karena dengan
adanya rasa percaya diri, anak akan merasa yakin akan kemampuan yang
dimilikinya.(63) Saat anak memiliki rasa percaya diri dan inisiatif dalam
melakukan suatu hal, anak dapat mulai mempersiapkan tahap perkembangan
berikutnya yaitu industry vs inferiority. Dalam tahap ini anak banyak belajar
keterampilan yang lebih formal. Bila sebelumnya anak bermain secara bebas,
pada tahap ini ini anak bermain dengan menggunakan aturan yang ditentukan
kelompok. Anak yang berhasil melalui tahap ini akan menjadi anak yang
percaya diri dan inisiatif yang tinggi, dan mandiri. Sedangkan anak yang tidak
dapat melewati tahap ini dengan baik, cenderung menjadi penakut, serta
perkembangan imajinasinya terhambat.(66)
Upaya guru ini tergambar jelas dalam penelitian Yahro, guru
menggunakan pendekatan BCCT (Beyond Centers and Circle Times) dalam
memberikan pengajaran pada anak didiknya. BBCT yang diadaptasi dari teori
ZPD dan scaffolding ini memberikan kebebasan pada anak didik utuk
menjalin hubungan sosial diantara mereka. Para guru menyusun sendiri
materi pembelajaran. (67)
93
C. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen KPSP yang mengukur
perkembangan secara sederhana. KPSP adalah alat atau instrumen yang
digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. KPSP ini berisikan pertanyaan dan perintah dengan total 9-10
buah yang dijawab oleh orangtua (ayah/ibu) atau pengasuh anak dengan cara
ceklist (V) di kolom “ya” bila sesuai dan “tidak” bila tidak sesuai.
94
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berikut adalah beberapa kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil
penelitian yang berjudul “Studi Komparasi Perkembangan Anak yang
Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan
Tembalang, Semarang”.
1. Ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan anak yang mengikuti
dan tidak mengikuti KB di Kelurahan Tembalang, Semarang
2. Karakteristik perkembangan responden
a. Kelompok responden yang mengikuti KB
1) sebagian besar usia anak pada KPSP adalah usia 48 bulan
2) sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan
3) sebagian besar responden tidak memiliki riwayat keterlambatan
perkembangan
4) keterlambatan perkembangan yang terjadi pada responden
didominasi oleh keterlambatan berjalan
5) perkembangan responden sebagian besar adalah sesuai dengan
usia
95
b. Kelompok responden yang tidak mengikuti KB
1) sebagian besar usia anak pada KPSP adalah usia 36 bulan
2) sebagian besar responden adalah laki-laki
3) semua responden dalam kelompok ini tidak memiliki riwayat
keterlambatan perkembangan berjalan maupun bicara
4) perkembangan responden sebagian besar adalah sesuai dengan
usia
B. Saran
1. Orangtua
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti KB di
Kelurahan Tembalang, Semarang. Sehingga, bagi orangtua harapannya
dapat memberikan stimulasi-stimulasi kepada anak untuk menunjang
perkembangannya yang salah satunya adalah dengan menyekolahkan
anak pada lembaga KB
2. Institusi kesehatan
Puskesmas dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai
stimulasi perkembangan anak ataupun mengadakan acara balita sehat
untuk memotivasi orangtua untuk lebih memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan anaknya.
96
3. Institusi KB terkait
Institusi KB sebaiknya memperhatikan perkembangan
masing-masing anak didiknya sehingga dapat memberikan
stimulasi-stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak.
4. Peneliti lain
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian
mengenai perkembangan anak dengan menggunakan instrumen yang lain,
misalnya Denver II. Denver II dapat mengukur perkembangan anak
dengan lebih lengkap dan kompleks dibandingkan KPSP yang hanya
mengukur perkembangan secara sederhana.
97
DAFTAR PUSTAKA
1. Susanto A. Perkembangan Anak Usia Dini : Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana Pranada Media Group; 2012.
2. Kadi FA dkk. Kesetaraan Hasil Skrining Resiko Penyimpangan
Perkembangan menurut Cara Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP)
dan Denver II pada Anak Usia 12-24 Bulan dengan Berat Lahir Rendah. Sari
Pediatr. 2008;10:29–33.
3. Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT. Bumi Aksara; 2009.
4. Suyanto S. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini [Internet]. Jakarta:
Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional; 2005. Available from:
http://books.google.com
5. Noviawati. Perbedaan Perkembangan Anak yang Mengikuti dan yang Tidak
Mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini di Pos Pelayanan Terpadu [Internet].
2012 [cited 2015 Apr 5]. Available from: htttp://www.google.com/
6. Djoehaeni H. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia DIni [Internet]. [cited
2014 Oct 22]. Available from:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/
7. Kementerian Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan [Internet]. Jakarta; 2010. p. 2. Available
from: http://www.hukumonline.com/
8. Natawidjaja R dkk. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praktis. Bandung: UPI
Press; 2010.
9. Kementerian Pendidikan Nasional. UU Nomor 23 Tahun 2002. Jakarta;
2002. p. 5.
10. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Capaian APK
PAUD Meningkat [Internet]. 2014 [cited 2014 Oct 22]. Available from:
http://www.kemdikbud.go.id/
11. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Capaian APK
PAUD Meningkat [Internet]. 2014 [cited 2014 Oct 22]. Available from:
http://paudni.kemendikbud.go.id
98
12. Ditjen PAUDNI. Data PAUDNI Kelurahan Tembalang [Internet]. 2015
[cited 2015 Apr 5]. Available from: http://www.paudni.kemdikbud.go.id/
13. Kementerian Pendidikan Nasional. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional [Internet]. Jakarta; 2003. p. 26. Available from:
http://kemenag.go.id/
14. Almunawwar. Dari Masa ke Masa Perkembangan Kurikulum PAUD di
Indonesia [Internet]. 2014 [cited 2015 Apr 20]. Available from:
http://sejarah.kompasiana.com/
15. Dewi ORK. Study Komparatif Perkembangan Anak Usia Prasekolah yang
Mengikuti Program Playgroup dan yang Tidak Mengikuti Program
Playgroup. Ponorogo; 2013.
16. Sunarto dan Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka
Cipta; 2008.
17. Azzerrad J. Membangun Masa Depan Anak. Bandung: Nuansa; 2005.
18. Mar‟at S. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya;
2007.
19. Rohmah Y dan E. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Teras; 2009.
20. Nurani Y dan S. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas
Terbuka; 2011.
21. Budiningsih A. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rinika Cipta; 2008.
22. Crain. Teori Perkembangan : Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar; 2007.
23. Sujiono YN. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks;
2009.
24. Desni. Metode Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini. Pontianak:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura; 2010.
25. Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari
Pediatr. 2006;8(1):9–15.
26. Whandi. Perkembangan Berbicara (Bahasa) pada Anak-anak Usia Dini.
Jakarta: Erlangga; 2010.
27. Kartono K. Psikologi Perkembangan. Bandung: Mandar Maju; 2007.
99
28. John W dan S. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup).
Jakarta: Erlangga; 2009.
29. Mutiah D. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Medika;
2010.
30. Depdiknas. Kurikulum Hasil Belajar Ank Usia Dini. Jakarta; 2008.
31. Kementerian Pendidikan Nasional. Generasi Cerdas Ceria dengan
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Jenderal PAUDNI; 2012.
32. Hartoyo B. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini : Materi Tutor dan
Pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini. Jawa Tengah; 2007.
33. Suyadi. Manajemen PAUD. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2011.
34. Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar; 2009.
35. Eti N. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2011.
36. Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu
Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC; 2008.
37. Setiadi. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu; 2013.
38. Swarjana IK. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset;
2012.
39. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika; 2008.
40. Riyanto A. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2011.
41. Sarwono J. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu; 2006.
42. Wasis dkk. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC;
2008.
43. Kementerian Kesehatan RI. Instrumen Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang. Jakarta: Bakti Husada; 2012.
44. Saryono. Metodologi Penelian Kesehatan. Jakarta: Mitra Cendekia; 2011.
100
45. Denver Developmental Materials I. How Valid and reliable is the DENVER
II [Internet]. 2015 [cited 2015 May 6]. Available from: http://denverii.com/
46. Analisis Korelasi Product Moment Pearson [Internet]. 2013 [cited 2015 Mar
22]. Available from: http://eprints.undip.ac.id/
47. Hartono. Statistik untuk Penelitian. Riau: Zanafa Publishing; 2010.
48. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2010.
49. Dahlan S. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2013.
50. Ariani dan Y. Usia Anak dan Pendidikan Ibu sebagai Faktor Resiko
Gangguan Perkembangan Anak. Kedokt Brawijaya. 2012;27(2).
51. Allan dan Pease. Mengungkap Perbedaan Pikiran Pria dan Wanita. Aida N,
editor. Jakarta: Cahaya Insan Suci; 2007.
52. Nasir M. Memaksimalkan Perkembangan Otak. Jakarta: Kompas Media
Nusantara; 2010.
53. Bastable SB. Perawat sebagai Pendidik. Jakarta: EGC; 2006.
54. Mita. Faktor Penyebab Keterlambatan Berjalan [Internet]. 2013 [cited 2015
Jul 7]. Available from: web.unair.ac.id
55. Sunarsih T. Hubungan antara Pemberian Stimulasi Dini oleh Ibu dengan
Perkembangan Balita di Taman Balita Muthia Sido Arum, Sleman
Yogyakarta tahun 2010. Universitas Islam Sunan Kalijaga; 2010.
56. John W dan S. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga; 2007.
57. Budianto F. Perbedaan Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Usia 4-6
Tahun antara yang Ikut PAUD dengan yang Tidak Ikut PAUD di Kelurahan
Bandarharjo, Semarang Utara. Stikes Telogorejo; 2008.
58. Indraswati L. Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini
melalui Kegiatan Mozaik di Taman Kanak-Kanak Pembinaan Agam. Pesona
PAUD. 2009;1.
59. Nuryani, Ali dan Y. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Kegiatan Kolase dengan Menggunakan Bahan Alam. Pesona PAUD.
2010;1.
101
60. Jalongo MR. Early Childhood Language Arts. USA: Pearson Education, Inc;
2007.
61. Hidayat AA. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika; 2008.
62. Mueller S. Panduan Belajar Membaca. Jakarta: Erlangga; 2007.
63. Papalia D. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta:
Kencana; 2008.
64. Gunarsa S. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga;
2005.
65. Markum. Balita dan Masalah Perkembangannya. Jakarta: Erlangga; 2009.
66. Nuryanti. Psikologi Anak. Jakarta: Erlangga; 2008.
67. Yahro S. Upaya Guru dalam Mengembangkan Sosial Emosional Anak Usia
Dini dengan Pendekatan BBCT (Kasus di Tk Islam Modern Al-Furqon
Yogyakarta). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga; 2009.
LAMPIRAN
JADWAL PENELITIAN
Keterangan
Hijau: deadline konsul
Kuning: Sidang
proposal penelitian
Merah: Sidang skripsi
No KEGIATAN
WAKTU PENCAPAIAN (Tiap minggu)
MAR APR MEI JUN JULI AGUSTUS
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penentuan topic
PERSIAPAN NERS
2. Penentuan Judul
3. BAB I Pendahuluan
4. Latar belakang masalah
5. Rumusan masalah
6. Tujuan Penelitian
7. Manfaat penelitian
8. BAB II Tinjuan Pustaka
9. Tinjauan teori
10. Kerangka teori
11. Kerangka konsep
12. BAB 3 Metode penelitian
13. Jenis & rancangan penelitian
14. Populasi
15. Sampel penelitian
16. Tempat dan waktu
17. Variable penelitian
18. Instrument penelitian
19. Tipe pengolahan data
20. Etika penelitian
21. Seminar proposal
22. Revisi proposal
23. Pengurusan izin peneitian
24. Pengambilan data
25. Analisis data
26. BAB IV Hasil Penelitian
27. BAB V Pembahasan
28. BAB VI Penutup
29. Sidang skripsi
30. Revisi skripsi
31. Artikel
Lam
piran
1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
HASIL PERSAMAAN PERSEPSI DI POS PAUD PERMATA HATI
DAN MEKAR CERIA DENGAN UJI PEARSON PRODUCT MOMENT
Daftar nama enumerator :
1. Dieta Suryaningsih (dieta)
2. Pramudya Yopalika (lika)
3. Kartika Ekawati (tika)
4. Rahma Nur Hasanah (rahma)
5. Destini Puji Lestari (destini)
6. Intan Cahya Alfiana (intan)
7. Fitriya Nur R. (fitriya)
8. Atun Sa‟diyati W. (atun)
9. Putri Kumala Sari (putri)
10. Galuh Ayu Pravitasari (aluh)
r Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0.599 0,20 – 0,399
0,00 – 0,199
Sangat Kuat Kuat
Cukup Kuat Rendah
Sangat Rendah
Tabel Interpretasi Koefisien Pearson Product Moment
Output Uji Pearson Product Moment
1. Nur Alifah dan Dieta Suryaningsih
Correlations
interpretasi alifah interpretasi dieta
interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .613**
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
interpretasi dieta Pearson Correlation .613** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Nur Alifah dan Pramudya Yopalika
Correlations
interpretasi alifah interpretasi lika
nterpretasi alifah Pearson Correlation 1 .906
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
interpretasi lika Pearson Correlation .906 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
3. Nur Alifah dan Kartika Ekawati
Correlations
interpretasi alifah interpretasi tika
interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .671
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
interpretasi tika Pearson Correlation .671 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
4. Nur Alifah dan Rahma Nur Hasanah
Correlations
interpretasi alifah interpretasi rahma
interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .671
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
interpretasi rahma Pearson Correlation .671 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
5. Nur Alifah dan Destini Puji Lestari
Correlations
interpretasi alifah interpretasi destini
interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .814
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
interpretasi destini Pearson Correlation .814 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
6. Nur Alifah dan Intan Cahya Alfiana
Correlations
interpretasi alifah interpretasi intan
interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .814
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
interpretasi intan Pearson Correlation .814 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
7. Nur Alifah dan Fitriya Nur R.
Correlations
interpretasi alifah interpretasi fitriya
interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .814
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
interpretasi fitriya Pearson Correlation .814 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
8. Nur Alifah dan Atun Sa‟diyati W.
Correlations
interpretasi alifah interpretasi atun
interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .906
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
interpretasi atun Pearson Correlation .906 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
9. Nur Alifah dan Putri Kumala Sari
Correlations
interpretasi alifah interpretasi putri
interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .814
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
interpretasi putri Pearson Correlation .814 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
10. Nur Alifah dan Galuh Ayu Pravitasari
Correlations
interpretasi alifah interpretasi aluh
interpretasi alifah Pearson Correlation 1 .814**
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
interpretasi aluh Pearson Correlation .814** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
JUDUL PENELITIAN : Studi Komparasi Perkembangan Anak yang
Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain
(KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang
INSTANSI PELAKSANA : Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Jurusan
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
PENELITI : Nur Alifah
Persetujuan Setelah Penjelasan
(INFORMED CONSENT)
Yth. Saudara/i : ……………………
Nama saya Nur Alifah, saya mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Jurusan
Keperawatan Fakultas Kedokteran UNDIP. Saya melakukan penelitian berjudul Studi
Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok Bermain
(KB) di Kelurahan Tembalang, Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi perbedaan perkembangan anak yang mengikuti dan tidak mengikuti
Kelompok Bermain di Kelurahan Tembalang, Semarang. Anak Anda terpilih sebagai
peserta penelitian ini. Apabila Anda menyetujui anak Anda menjadi peserta penelitian
maka ada beberapa hal yang akan anak Anda alami, yaitu:
- Anda akan mendapatkan sosialisasi terkait penelitian mengenai
perkembangan anak usia dini
- Anda diminta berbagai informasi mengenai perkembangan anak Anda
- Anak Anda akan dimintai melakukan perintah dalam kuesioner
Keuntungan bagi Anda dalam penelitian ini adalah dapat mengetahui sejak
dini perkembangan anak anda. Setiap data penelitian dijamin
kerahasiaannya. Sebagai peserta penelitian keikutsertaan ini bersifat sukarela
dan tidak dikenakan biaya penelitian. Apabila ada informasi yang belum jelas
atau pertanyaan mengenai penelitian ini Anda bisa menghubungi saya (HP
085727364292). Terima kasih atas kerjasamanya.
Setelah mendengar dan memahami penjelasan tentang penelitian, dengan ini saya
menyatakan:
Nama :..………………………………………………
Usia :………………………………………………..
Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan*
Alamat :………………………………………………..
Menyatakan: SETUJU / TIDAK SETUJU*
Semarang, ……………….2015
Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan
persetujuan
( ) ( )
*coret salah satu
Contact Person: Nur Alifah (085727364292)
Lampiran 12
SURAT PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN
Kepada:
Yth. orangtua (ayah/ibu) atau wali anak
Pos PAUD / Posyandu Balita
Kelurahan Tembalang,
Semarang
Dengan Hormat,
Saya, Nur Alifah, Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro Semarang memohon kesediaan bapak/ibu untuk
berpartisipasi dalam penelitian saya mengenai “Studi Komparasi
Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kelompok
Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang Semarang”
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi bapak/ibu
sebagai responden dan kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga
serta hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika bapak/ibu tidak bersedia
menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi bapak/ibu. Bila bapak/ibu telah
menjadi responden dan terjadi hal-hal yang memungkinkan bapak/ibu untuk
mengundurkan diri, bapak/ibu berhak untuk tidak ikut dalam penelitan ini.
Apabila bapak/ibu menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk
menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya
ajukan.
Atas perhatian dan kesediaann bapak/ibu, saya ucapkan terimakasih.
Semarang, Mei 2015
Peneliti
Lampiran 13
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(mohon diisi)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Usia :
Alamat :
Pos PAUD/Posyandu :
Menyatakan bersedia berperan serta sebagai responden penelitian yang
dilakukan oleh Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro yang bernama Nur Alifah dengan judul penelitian “Studi
Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti
Kelompok Bermain (KB) di Kelurahan Tembalang Semarang”.
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak
negatif dan data mengenai saya dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya
oleh peneliti. Semua berkas yang mencantumkan identitas saya hanya digunakan
untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan lagi akan
dimusnahkan.
Demikian secara sukarela dan tanpa paksaan dari pihak manapun saya
bersedia untuk menjadi responden penelitian ini.
Semarang, Mei 2015
Responden
Lampiran 14
Nama : An. ....
Jenis kelamin : Perempuan atau laki-laki*
Riwayat keterlambatan : Ada (berjalan atau bicara)*
Tidak*
*coret yang tidak perlu
Nama : An. ....
Jenis kelamin : Perempuan atau laki-laki*
Riwayat keterlambatan : Ada (berjalan atau bicara)*
Tidak*
*coret yang tidak perlu
Nama : An. ....
Jenis kelamin : Perempuan atau laki-laki*
Riwayat keterlambatan : Ada (berjalan atau bicara)*
Tidak*
*coret yang tidak perlu
Nama : An. ....
Jenis kelamin : Perempuan atau laki-laki*
Riwayat keterlambatan : Ada (berjalan atau bicara)*
Tidak*
*coret yang tidak perlu
Nama : An. ....
Jenis kelamin : Perempuan atau laki-laki*
Riwayat keterlambatan : Ada (berjalan atau bicara)*
Tidak*
*coret yang tidak perlu
Lampiran 15
HASIL UJI ANALISIS UNIVARIAT
A. Kelompok A (anak yang mengikuti KB)
1. Usia pada KPSP
Statistics
Usia anak KB pada KPSP
N Valid 80
Missing 0
Mean 2,80
Std. Error of Mean ,155
Median 3,00
Mode 3
Std. Deviation 1,391
Variance 1,934
Range 4
Minimum 1
Maximum 5
Sum 224
Usia anak KB pada KPSP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
36 bulan 19 23,8 23,8 23,8
42 tahun 16 20,0 20,0 43,8
48 bulan 20 25,0 25,0 68,8
54 bulan 12 15,0 15,0 83,8
60 bulan 13 16,3 16,3 100,0
Total 80 100,0 100,0
2. Jenis kelamin
Statistics
Jenis kelamin anak KB
N Valid 80
Missing 0
Mean 1,49
Std. Error of Mean ,056
Median 1,00
Mode 1
Std. Deviation ,503
Variance ,253
Range 1
Minimum 1
Maximum 2
Sum 119
3. Riwayat keterlambatan
Statistics
Riwayat keterlambatan anak KB
N Valid 80
Missing 0
Mean 1,88
Std. Error of Mean ,037
Median 2,00
Mode 2
Std. Deviation ,333
Variance ,111
Range 1
Minimum 1
Maximum 2
Sum 150
Jenis kelamin anak KB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Perempuan 41 51,3 51,3 51,3
Laki-laki 39 48,8 48,8 100,0
Total 80 100,0 100,0
Riwayat keterlambatan anak KB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ada 10 12,5 12,5 12,5
Tidak 70 87,5 87,5 100,0
Total 80 100,0 100,0
4. Jenis keterlambatan
Statistics
Jenis keterlambatan yang anak KB
alami
N Valid 10
Missing 70
Mean 1,10
Std. Error of Mean ,100
Median 1,00
Mode 1
Std. Deviation ,316
Variance ,100
Range 1
Minimum 1
Maximum 2
Sum 11
Jenis keterlambatan yang anak KB alami
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Keterlambatan berjalan 9 11,3 90,0 90,0
Keterlambatan bicara 1 1,3 10,0 100,0
Total 10 12,5 100,0
Missing System 70 87,5
Total 80 100,0
5. Perkembangan anak
Statistics
Perkembangan anak KB
N Valid 80
Missing 0
Mean 2,85
Std. Error of Mean ,044
Median 3,00
Mode 3
Std. Deviation ,393
Variance ,154
Range 2
Minimum 1
Maximum 3
Sum 228
Perkembangan anak KB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Penyimpangan 1 1,3 1,3 1,3
Meragukan 10 12,5 12,5 13,8
Sesuai 69 86,3 86,3 100,0
Total 80 100,0 100,0
6. Aspek perkembangan yang tidak terpenuhi
Aspek perkembangan anak KB yang tidak terpenuhi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Gerak kasar 3 3,8 8,1 8,1
Gerak halus 1 1,3 2,7 10,8
Bicara dan bahasa 10 12,5 27,0 37,8
Sosialisasi dan kemandirian 14 17,5 37,8 75,7
Gerak kasar & bicara dan
bahasa 1 1,3 2,7 78,4
Gerak kasar & sosialisasi dan
kemandirian 2 2,5 5,4 83,8
Gerak halus & bicara dan
bahasa 1 1,3 2,7 86,5
Bicara dan bahasa &
sosialisasi dan kemandirian 3 3,8 8,1 94,6
Gerak kasar, gerak halus &
bicara dan bahasa 1 1,3 2,7 97,3
Gerak halus, bicara dan
bahasa & sosialisasi dan
kemandirian
1 1,3 2,7 100,0
Total 37 46,3 100,0
Missing System 43 53,8
Total 80 100,0
B. Kelompok B (anak yang tidak mengikuti KB)
1. Usia pada KPSP
Statistics
Usia anak tidak KB pada KPSP
N Valid 90
Missing 0
Mean 2,58
Std. Error of Mean ,172
Median 3,00
Mode 1
Std. Deviation 1,628
Variance 2,651
Range 4
Minimum 1
Maximum 5
Sum 232
Usia anak tidak KB pada KPSP
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
36 bulan 40 44,4 44,4 44,4
42 bulan 4 4,4 4,4 48,9
48 bulan 21 23,3 23,3 72,2
54 bulan 4 4,4 4,4 76,7
60 bulan 21 23,3 23,3 100,0
Total 90 100,0 100,0
2. Jenis kelamin
Statistics
Jenis kelamin anak tidak KB
N Valid 90
Missing 0
Mean 1,61
Std. Error of Mean ,052
Median 2,00
Mode 2
Std. Deviation ,490
Variance ,240
Range 1
Minimum 1
Maximum 2
Sum 145
Jenis kelamin anak tidak KB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Perempuan 35 38,9 38,9 38,9
Laki-laki 55 61,1 61,1 100,0
Total 90 100,0 100,0
3. Riwayat keterlambatan
Statistics
Riwayat keterlambatan anak tidak KB
N Valid 90
Missing 0
Mean 2,00
Std. Error of Mean ,000
Median 2,00
Mode 2
Std. Deviation ,000
Variance ,000
Range 0
Minimum 2
Maximum 2
Sum 180
Riwayat keterlambatan anak tidak KB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 90 100,0 100,0 100,0
4. Jenis keterlambatan
Statistics
Jenis keterlambatan yang anak
tidak KB alami
N Valid 0
Missing 90
Jenis keterlambatan yang anak tidak KB
alami
Frequency Percent
Missing System 90 100,0
5. Perkembangan anak
Statistics
Perkembangan anak tidak KB
N Valid 90
Missing 0
Mean 2,52
Std. Error of Mean ,074
Median 3,00
Mode 3
Std. Deviation ,707
Variance ,500
Range 2
Minimum 1
Maximum 3
Sum 227
Perkembangan anak tidak KB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Penyimpangan 11 12,2 12,2 12,2
Meragukan 21 23,3 23,3 35,6
Sesuai 58 64,4 64,4 100,0
Total 90 100,0 100,0
6. Aspek perkembangan anak yang tidak terpenuhi
Aspek perkembangan anak tidak KB yang tidak terpenuhi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Gerak kasar 4 4,4 6,8 6,8
Gerak halus 2 2,2 3,4 10,2
Bicara dan bahasa 12 13,3 20,3 30,5
Sosialisasi dan kemandirian 11 12,2 18,6 49,2
Gerak kasar & gerak halus 2 2,2 3,4 52,5
Gerak kasar & bicara dan
bahasa 4 4,4 6,8 59,3
Gerak kasar & sosialisasi dan
kemandirian 3 3,3 5,1 64,4
Gerak halus & bicara dan
bahasa 3 3,3 5,1 69,5
Gerak halus & sosialisasi dan
kemandirian 1 1,1 1,7 71,2
Bicara dan bahasa &
sosialisasi dan kemandirian 7 7,8 11,9 83,1
Gerak kasar, gerak halus &
bicara dan bahasa 2 2,2 3,4 86,4
Gerak kasar, gerak halus, &
sosialisasi dan kemandirian 1 1,1 1,7 88,1
Gerak kasar, bicara dan
bahasa & sosialisasi dan
kemandirian
3 3,3 5,1 93,2
Gerak halus, bicara dan
bahasa & sosialisasi dan
kemandirian
4 4,4 6,8 100,0
Total 59 65,6 100,0
Missing System 31 34,4
Total 90 100,0
HASIL UJI ANALISIS BIVARIAT
A. Kelompok A (anak yang mengikuti KB)
1. Usia pada KPSP dan Perkembangan anak
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia anak KB pada KPSP *
Perkembangan anak KB 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
Usia anak KB pada KPSP * Perkembangan anak KB Crosstabulation
Perkembangan anak KB Total
Penyimpangan Meragukan Sesuai
Usia anak
KB pada
KPSP
36 bulan
Count 1 5 13 19
% within Usia anak
KB pada KPSP 5,3% 26,3% 68,4% 100,0%
42 tahun
Count 0 0 16 16
% within Usia anak
KB pada KPSP 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%
48 bulan
Count 0 3 17 20
% within Usia anak
KB pada KPSP 0,0% 15,0% 85,0% 100,0%
54 bulan
Count 0 0 12 12
% within Usia anak
KB pada KPSP 0,0% 0,0% 100,0% 100,0%
60 bulan
Count 0 2 11 13
% within Usia anak
KB pada KPSP 0,0% 15,4% 84,6% 100,0%
Total
Count 1 10 69 80
% within Usia anak
KB pada KPSP 1,2% 12,5% 86,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 11,120a 8 ,195
Likelihood Ratio 13,589 8 ,093
Linear-by-Linear Association 2,448 1 ,118
N of Valid Cases 80
a. 10 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,15.
2. Jenis kelamin dan perkembangan anak
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis kelamin anak KB *
Perkembangan anak KB 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
Jenis kelamin anak KB * Perkembangan anak KB Crosstabulation
Perkembangan anak KB Total
Penyimpangan Meragukan Sesuai
Jenis kelamin
anak KB
Perempuan
Count 0 3 38 41
% within Jenis
kelamin anak KB 0,0% 7,3% 92,7% 100,0%
Laki-laki
Count 1 7 31 39
% within Jenis
kelamin anak KB 2,6% 17,9% 79,5% 100,0%
Total
Count 1 10 69 80
% within Jenis
kelamin anak KB 1,2% 12,5% 86,2% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 3,262a 2 ,196
Likelihood Ratio 3,693 2 ,158
Linear-by-Linear Association 3,215 1 ,073
N of Valid Cases 80
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,49.
3. Riwayat keterlambatan perkembangan dan perkembangan anak
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Riwayat keterlambatan anak
KB * Perkembangan anak KB 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
Riwayat keterlambatan anak KB * Perkembangan anak KB Crosstabulation
Perkembangan anak KB Total
Penyimpangan Meragukan Sesuai
Riwayat
keterlambatan
anak KB
Ada
Count 1 4 5 10
% within riwayat
keterlambatan anak KB 10,0% 40,0% 50,0%
100,0
%
Tidak
Count 0 6 64 70
% within riwayat
keterlambatan anak KB 0,0% 8,6% 91,4%
100,0
%
Total
Count 1 10 69 80
% within riwayat
keterlambatan anak KB 1,2% 12,5% 86,2%
100,0
%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 15,655a 2 ,000
Likelihood Ratio 10,948 2 ,004
Linear-by-Linear Association 14,986 1 ,000
N of Valid Cases 80
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,13.
4. Jenis keterlambatan perkembangan dan perkembangan anak
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis keterlambatan yang
anak KB alami *
Perkembangan anak KB
10 12,5% 70 87,5% 80 100,0%
Jenis keterlambatan yang anak KB alami * Perkembangan anak KB Crosstabulation
Perkembangan anak KB Total
Penyimpangan Meragukan Sesuai
Jenis
keterlambatan
yang anak KB
alami
Keterlambatan
berjalan
Count 1 3 5 9
% within Jenis
keterlambatan yg
anak KB alami
11,1% 33,3% 55,6% 100,0
%
Keterlambatan
bicara
Count 0 1 0 1
% within Jenis
keterlambatan yg
anak KB alami
0,0% 100,0% 0,0% 100,0
%
Total
Count 1 4 5 10
% within Jenis
keterlambatan yg
anak KB alami
10,0% 40,0% 50,0% 100,0
%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1,667a 2 ,435
Likelihood Ratio 2,003 2 ,367
Linear-by-Linear Association ,364 1 ,546
N of Valid Cases 10
a. 6 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,10.
B. Kelompok B (anak yang tidak mengikuti KB)
1. Usia pada KPSP dan perkembangan anak
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia anak tidak KB pada
KPSP * Perkembangan anak
tidak KB
90 100,0% 0 0,0% 90 100,0%
Usia anak tidak KB pada KPSP * Perkembangan anak tidak KB Crosstabulation
Perkembangan anak tidak KB Total
Penyimpangan Meragukan Sesuai
Usia anak tidak
KB pada KPSP
36 bulan
Count 6 9 25 40
% within Usia anak
tidak KB pada
KPSP
15,0% 22,5% 62,5% 100,0
%
42 bulan
Count 0 2 2 4
% within Usia anak
tidak KB pada
KPSP
0,0% 50,0% 50,0% 100,0
%
48 bulan
Count 3 7 11 21
% within Usia anak
tidak KB pada
KPSP
14,3% 33,3% 52,4% 100,0
%
54 bulan
Count 0 2 2 4
% within Usia anak
tidak KB pada
KPSP
0,0% 50,0% 50,0% 100,0
%
60 bulan
Count 2 1 18 21
% within Usia anak
tidak KB pada
KPSP
9,5% 4,8% 85,7% 100,0
%
Total
Count 11 21 58 90
% within Usia anak
tidak KB pada
KPSP
12,2% 23,3% 64,4% 100,0
%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 10,114a 8 ,257
Likelihood Ratio 11,799 8 ,160
Linear-by-Linear Association 1,626 1 ,202
N of Valid Cases 90
a. 11 cells (73,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,49.
2. Jenis kelamin dan perkembangan anak
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis kelamin anak tidak KB *
Perkembangan anak tidak
KB
90 100,0% 0 0,0% 90 100,0%
Jenis kelamin anak tidak KB * Perkembangan anak tidak KB Crosstabulation
Perkembangan anak tidak KB Total
Penyimpangan Meragukan Sesuai
Jenis kelamin
anak tidak KB
Perempuan
Count 2 10 23 35
% within Jenis
kelamin anak
tidak KB
5,7% 28,6% 65,7% 100,0%
Laki-laki
Count 9 11 35 55
% within Jenis
kelamin anak
tidak KB
16,4% 20,0% 63,6% 100,0%
Total
Count 11 21 58 90
% within Jenis
kelamin anak
tidak KB
12,2% 23,3% 64,4% 100,0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 2,672a 2 ,263
Likelihood Ratio 2,885 2 ,236
Linear-by-Linear Association ,694 1 ,405
N of Valid Cases 90
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 4,28.
C. Komparasi Perkembangan Anak yang Mengikuti dan Tidak
Mengikuti KB
Perkembangan anak * Keikutsertaan anak dalam KB Crosstabulation
Keikutsertaan anak dalam KB Total
Tidak Mengikuti Mengikuti
Perkembangan
anak
Penyimpangan
Count 11 1 12
% within Perkembangan
anak 91,7% 8,3%
100,0
%
Meragukan
Count 21 10 31
% within Perkembangan
anak 67,7% 32,3%
100,0
%
Sesuai
Count 58 69 127
% within Perkembangan
anak 45,7% 54,3%
100,0
%
Total
Count 90 80 170
% within Perkembangan
anak 52,9% 47,1%
100,0
%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 12,645a 2 ,002
Likelihood Ratio 14,106 2 ,001
Linear-by-Linear Association 12,564 1 ,000
N of Valid Cases 170
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5,65.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Perkembangan anak *
Keikutsertaan anak dalam KB 170 100,0% 0 0,0% 170 100,0%