studi komparatif pendidikan karakter pemikiran kh. ahmad ...digilib.uin-suka.ac.id/19118/1/bab i,...
TRANSCRIPT
1
STUDI KOMPARATIF PENDIDIKAN KARAKTER PEMIKIRAN
KH. AHMAD DAHLAN DAN KI HADJAR DEWANTARA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Disusun oleh :
AHMAD WAHYUDI09470066
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
i
Yang bertanda tangan diba
Nama : Ahmad
NIM : 09470066
Jurusan : Kependidikan Islam
Fakultas :
Menyatakan dengan
atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi karya orang lain, kecuali pada
bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
: Ahmad Wahyudi
: 09470066
: Kependidikan Islam
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini adalah asli hasil karya
atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi karya orang lain, kecuali pada
bagian yang dirujuk sumbernya.
Yogyakarta, 20 Juni 2015
Yang menyatakan
Ahmad WahyudiNIM. 09470066
ii
2
a skripsi ini adalah asli hasil karya
atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi karya orang lain, kecuali pada
20 Juni 2015
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Hal : Skripsi/Tugas AkhirLamp : -
KepadaYth. Dekan FakultasUIN Sunan Kalijaga YogyakartaDi Yogyakarta
Assalammu’alaikum W
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi sertamengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapatbahwa skripsi saudara :
NamaNIMJudul Skripsi
Sudah dapat diajukan kembali kepada Jurusan Kependidikan Islam FakultasTarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satusyarat untuk memperoleh
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir tersebut di atas, dapatsegera di munaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalammu’alaikum
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI
: Skripsi/Tugas Akhir
Yth. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Wr. Wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi sertamengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
a skripsi saudara :
: Ahmad Wahyudi: 09470066: Studi Komparatif Pendidikan Karakter Pemikiran
KH. Ahmad Dahlan dan KI Hajar Dewantara
Sudah dapat diajukan kembali kepada Jurusan Kependidikan Islam FakultasTarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satusyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir tersebut di atas, dapatasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
assalammu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 25 Juni 2015Pembimbing,
Drs. M. Jamroh Latief, M.SiNIP. 19560412 198503 1 007
iii
3
UINSK-BM-
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi sertamengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
Studi Komparatif Pendidikan Karakter PemikiranHajar Dewantara
Sudah dapat diajukan kembali kepada Jurusan Kependidikan Islam FakultasTarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu
Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir tersebut di atas, dapatasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
25 Juni 2015Pembimbing,
Jamroh Latief, M.Si19560412 198503 1 007
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Skripsi dengan judul :
STUDI KOMPARATIF PENDIDIKAN KARAKTER PEMIKIRAN
KH AHMAD DAHLAN DAN KI HAJAR DEWANTARA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
Nama
NIM
Telah di Munaqasyahkan pada
Nilai Munaqasyah
Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Kalijaga.
Penguji I
Dr. Hj. Juwariyah, M.AgNIP. …………………....
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-
PENGESAHAN SKRIPSI
Nomor : UIN.2/DT/PP.01.1/……/2015
Skripsi dengan judul :
STUDI KOMPARATIF PENDIDIKAN KARAKTER PEMIKIRAN
KH AHMAD DAHLAN DAN KI HAJAR DEWANTARA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
: Ahmad Wahyudi
: 09470066
Telah di Munaqasyahkan pada : 9 Juli 2015
: 92 (A-)
Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
TIM MUNAQASYAH
Ketua Sidang
Drs. M. Jamroh Latief, M.SiNIP. 19560412 198503 1 007
Penguji I Penguji II
Dr. Hj. Juwariyah, M.Ag Dr. Subiyantoro, M.Ag………………….... NIP. 19590410 198503 1 005
Yogyakarta, ……………………Dekan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Sunan Kalijaga
Dr. H. Tasman, M.A.NIP. 19611102 198603 1 003
iv
4
-BM-06-01/R0
STUDI KOMPARATIF PENDIDIKAN KARAKTER PEMIKIRAN
KH AHMAD DAHLAN DAN KI HAJAR DEWANTARA
Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Penguji II
Dr. Subiyantoro, M.AgNIP. 19590410 198503 1 005
5
MOTTO
Ketika kehilangan kekayaan, Anda tidak kehilangan apa-apa
Ketika kehilangan kesehatan, Anda kehilangan sesuatu
Ketika kehilangan karakter, Anda kehilangan segala-galanya1
(Billy Graham)
Taburkanlah suatu perbuatan, maka kamu akan menuai kebiasaan
Taburkanlah suatu kebiasaan, maka kamu akan menuai karakter
Taburkanlah suatu karakter, maka kamu akan menuai takdir2
(Samuel Smiles)
Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani3
Di Depan Memberi Contoh, Di Tengah Memberi Semangat
Dari belakang memberi pengaruh kepada anak didik
(Ki Hajar Dewantara)
Pendidikan dapat melengkapi ketidaksempurnaan dalam kodrat alamiah kita4
(Niccole Machiavelli)
1Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2014), hlm.212
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoretik dan Praktik (Yogyakarta : Ar-RuzzMedia, 2011), hlm. 1553
Ki Suratman, Intisari Hidup Berketamansiswaan, (Yogyakarta : MLPTS, 1991), hlm. 104
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta :
Grasindo, 2010), hlm. 52
v
6
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan
Karya ini kepada :
Almamaterku Tercinta
Jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
vi
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S
melimpahkan rahmat dan pertolongannya. Shala
kepada Nabi Muhammad SA
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Setelah melewati
penulis berhasil menyelesaikan skripsi dalam rangka meraih gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Fakultas
Kalijaga Yogyakarta.
terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati pada k
kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Tasman, MA
Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Subiyantoro, M.Ag
Ketua dan Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam
Yogyakarta yang telah
selama penyusunan skripsi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SW
melimpahkan rahmat dan pertolongannya. Shalawat dan salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun manusia menuju jalan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
ati waktu yang panjang dan upaya yang cukup berat, akhirnya
penulis berhasil menyelesaikan skripsi dalam rangka meraih gelar Sarjana
ndidikan Islam (S.Pd.I) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan
ujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati pada kesempatan ini penyusun mengucapkan rasa terima
Dr. H. Tasman, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dr. Subiyantoro, M.Ag, dan Bapak Zaenal Arifin, S.Pd.I
Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam UIN Sunan Kalijaga
yang telah memberikan motivasi dan pengarahan kepada penulis
selama penyusunan skripsi.
vii
7
WT, yang telah
at dan salam semoga tercurah
, yang telah menuntun manusia menuju jalan
aktu yang panjang dan upaya yang cukup berat, akhirnya
penulis berhasil menyelesaikan skripsi dalam rangka meraih gelar Sarjana
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
a penyusunan skripsi ini tidak akan
ujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
esempatan ini penyusun mengucapkan rasa terima
Ilmu Tarbiyah dan
Arifin, S.Pd.I, M.Si selaku
UIN Sunan Kalijaga
memberikan motivasi dan pengarahan kepada penulis
8
3. Bapak Drs. M. Jamroh Latief, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi yang telah
mencurahkan ketekunan dan kesabarannya memberikan bimbingan dan
arahan dalam penulisan skripsi.
4. Bapak Dr. Ahmad Arifi, M.Ag, selaku Penasehat Akademik, yang telah
memberikan arahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta yang dengan sabar membimbing penulis.
6. Salam ta’dzim dan terima kasih teruntuk kedua orangtuaku tercinta, Ibundaku
Ribut dan Ayahanda Gunadi, yang telah memberikan do’a, nasihat, materi
dan semua perjuangannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh keluarga besar saya yang tercinta yang telah memberikan dukungan,
bantuan, motivasi, dan support terus menerus, juga kepada teman-teman
Jurusan Kependidikan Islam, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
semoga kebersamaan kita selama ini menjadi hal yang tidak bisa terlupakan
dan menjadi saksi sebuah persahabatan yang takkan terputus.
Semoga kebaikan yang telah diberikan dapat diterima oleh Allah SWT dan
selalu mendapat petunjuk dan limpahan rahmat dari-Nya, Amin.
Yogyakarta, 29 Mei 2015
Penyusun
Ahmad Wahyudi
NIM. 09470066
viii
9
ABSTRAK
Ahmad Wahyudi, Studi Komparatif Pendidikan Karakter Pemikiran KHAhmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara. Skripsi, Yogyakarta : Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep maupun contoh perilakuyang menunjukkan nilai-nilai pendidikan karakter menurut KH Ahmad Dahlandan Ki Hajar Dewantara yang kemudian di narasikan dengan nilai-nilaipendidikan karakter yang ada di Kemendikbud.
Metodologi dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan(library research) yaitu dengan memfokuskan kajian ilmiah terhadap literatur-literatur kepustakaan yang relevan dengan tema penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bahwa : KH. Ahmad Dahlanmelakukan dua tindakan sekaligus; memberi pelajaran agama di sekolah-sekolahBelanda yang sekuler, dan mendirikan sekolah-sekolah sendiri, dimana agama danpengetahuan umum diajarkan bersama-sama. KH Ahmad Dahlan selalu berpegangpada prinsip : 1) Memahami ajaran Islam itu sumbernya hanya Al-Qur’an dan Al-Sunah; 2) Untuk dapat memahaminya dengan tepat harus menggunakan akal yangsehat sesuai dengan jiwa agama Islam. Adapun model pendidikan yang diterapkanoleh KH Ahmad Dahlan dibagi menjadi tiga bagian yaitu : Tarbiyah, Ta’lim, danTa’dib. Ki Hajar Dewantara menamakan karakter yaitu bulatnya jiwa manusiasebagai jiwa yang berasas hukum kebatinan yang memiliki kecerdasanbudipekerti. Tujuan pendidikan tidak mungkin tercapai melalui satu jalur sajayaitu alam perguruan, akan tetapi ada faktor lain seperti alam keluarga, alamlingkungan, dan alam pribadi anak yang dapat menentukan keberhasilan seoranganak dalam pedidikan. Alam keluarga tetap merupakan pusat pendidikan yangterpenting dan memberikan pendidikan budi pekerti, agama, dan laku sosial.Perguruan/sekolah sebagai wiyata yang memberikan ilmu pengetahuan danpendidikan keterampilan. Alam pemuda/alam kemasyarakatan sebagai tempatsang anak berlatih membentuk watak dan kepribadiannya. Dasar pemikiran KiHajar Dewantara adalah usaha untuk menghidupkan, menambah, danmenggembirakan perasaan kesosialan sang anak.
Persamaan dari pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantaradapat dilihat dari konsep pendidikan karakter kedua tokoh yang cenderung samapada cara pembaruan sistem pendidikan yang menggunakan metode-metodepemerintah Belanda pada saat itu. Karena beliau menyadari bahwa konsep,metode, dan cara belajar tersebut sudah modern pada saat itu, sehingga beliautermasuk tokoh modernisasi dalam pendidikan
Kata kunci : Pendidikan Karakter Perspektif Pemikiran KH Ahmad Dahlandan Ki Hajar Dewantara
ix
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN............................................................ ii
HALAMAN SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................ iii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..................................................... 8
D. Telaah Pustaka................................................................................. 9
E. Kerangka Teoretis............................................................................ 13
F. Metodologi Penelitian ..................................................................... 27
G. Sistematika Pembahasan ................................................................. 32
BAB II BIOGRAFI.......................................................................................... 34
A. KH. Ahmad Dahlan ........................................................................ 34
x
11
1. Riwayat Hidup.......................................................................... 34
2. Latar Belakang Pendidikan KH. Ahmad Dahlan .................... 39
3. Cita-cita KH. Ahmad Dahlan ................................................... 44
4. Perjuangan KH. Ahmad Dahlan ............................................... 49
5. Pemikiran-pemikiran KH Ahmad Dahlan ................................ 53
6. Organisasi-Organisasi KH Ahmad Dahlan .............................. 66
7. Karya-Karya KH Ahmad Dahlan ............................................. 68
B. Ki Hajar Dewantara ......................................................................... 69
1. Riwayat Hidup.......................................................................... 69
2. Latar Belakang Pendidikan Ki Hajar Dewantara ..................... 75
3. Corak Pemikiran....................................................................... 82
4. Organisasi dan Perjuangan Ki Hajar Dewantara ...................... 88
5. Karya-karya Ki Hajar Dewantara ............................................. 91
6. Penghargaan-penghargaan Ki Hajar Dewantara ...................... 92
BAB III PENDIDIKAN KARAKTER ............................................................ 95
A. Pengertian Pendidikan Karakter ...................................................... 95
B. Pendidikan Karakter Perspektif Pemikiran KH. Ahmad Dahlan ... 99
1. Karakter Manusia Menurut KH. Ahmad Dahlan ..................... 99
2. Karakter Ilmu Menurut KH. Ahmad Dahlan ........................... 108
3. Kurikulum Pendidikan Karakter............................................... 112
4. Metode Pendidikan Karakter KH. Ahmad Dahlan................... 117
C. Pendidikan Karakter Perspektif Ki Hajar Dewantara ..................... 122
1. Pengertian Karakter Perspektif Ki Hajar Dewantara................ 122
xi
12
2. Karakter Manusia Menurut Ki Hajar Dewantara .................... 128
3. Pemikiran Tentang Pendidikan Nasional ................................. 131
4. Karakter Ilmu Pemikiran Ki Hajar Dewantara ........................ 134
5. Metode Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara................... 137
BAB IV KOMPARASI PENDIDIKAN KARAKTER KH. AMAD DAHLAN
DAN KI HAJAR DEWANTARA ....................................................... 149
A. Analisis Pemikiran Pendidikan Karakter Perspektif
KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara ................................ 149
B. Relevansi Nilai Pendidikan Karakter Kemendiknas dengan
Nilai Karakter Perspektif KH Ahmad Dahlan dan
Ki Hajar Dewantara ......................................................................... 155
C. Perbedaan Nilai Pendidikan Karakter Perspektif
KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara ................................ 200
D. Persamaan Nilai Pendidikan Karakter Perspektif
KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara ................................ 215
BAB V PENUTUP........................................................................................... 231
A. Kesimpulan...................................................................................... 231
B. Saran-Saran...................................................................................... 234
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 236
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
13
DAFTAR LAMPIRAN
A. Kartu Tanda Mahasiswa
B. KRS
C. Sertifikat PPL I
D. Sertifikat PPL-KKN Integratif
E. Sertifikat ICT
F. Sertifikat TOEC
G. Sertifikat IKLA
H. Sospem
I. Sertifikat BTAQ
J. Sertifikat OPAK
K. Foto Copy Ijazah terakhir
L. Surat Izin Penelitian
M. Bukti seminar proposal
N. Surat penunjukan pembimbing
O. Kartu bimbingan skripsi
P. Surat Persetujuan Skripsi
Q. Surat Pernyataan Keaslian
R. Daftar Hadir Mengikuti Munaqasyah
S. Undangan seminar proposal
T. Berita acara seminar proposal
U. Curiculum vitae
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada zaman sekarang
telah memberikan kemudahan dan kenyamanan hidup bagi manusia modern,
tetapi juga mengundang serentetan persoalan dan kekhawatiran. Kemajuan
ilmu pengetauan dan teknologi dapat mengurangi atau bahkan menihilkan
nilai kemanusiaan atau yang disebut dehumanisasi5. Banyak faktor yang
menyebabkan runtuhnya potensi bangsa Indonesia pada saat ini. Diantaranya
adalah faktor pendidikan yang merupakan mekanisme institusional yang akan
mengakselerasi pembinaan karakter bangsa. Pendidikan dapat berfungsi
sebagai re-aktivasi karakter luhur bangsa Indonesia. Secara historis bangsa
Indonesia adalah bangsa yang memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme,
semangat kerja keras, serta berani menghadapi tantangan. Kerajaan-kerajaan
Nusantara masa lampau adalah bukti keberhasilan pembangunan karakter
yang mencetak tatanan masyarakat maju, berbudaya dan berpengaruh6.
Pada prinsipnya pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak
dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi kedalam mata
5Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter : Konsepsi & Implementasinya Secara Terpadu di
Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat (Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media, 2013), hlm. 176Mansur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan krisis Multidimensional, (Jakarta :Bumi Aksara, 2011), cet. 2, hlm. 3
1
2
pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah7. Pendidikan karakter saat
ini diperlukan untuk semua kalangan, tidak hanya di sekolah saja, melainkan
juga di rumah dan lingkungan sosial. Proses penanaman pendidikan karakter
tidak hanya diperuntukkan untuk anak-anak saja, melainkan juga remaja
hingga usia dewasa. Pendidikan karakter dapat mencakup semua lapisan
masyarakat, demi kelangsungan hidup bangsa yang lebih baik. Fakta berikut
bisa menjadi acuan, mengapa pendidikan karakter mutlak diperlukan dalam
proses pendidikan. Bukan saja dalam proses pendidikan formal di sekolah,
tetapi juga untuk pendidikan non formal di luar sekolah. Fakta tersebut antara
lain sebagai berikut :
158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen
Pajak, BI, dan BKPM (sumber : Litbang Kompas)
46 kementerian / lembaga Negara melakukan korupsi sepanjang tahun
20138
Jika melihat data-data yang terpaparkan di atas maka pantaslah bangsa
Indonesia mengalami kemunduran dalam berbagai macam posisi di dunia.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah dapat membina dan
membangun bangsa dengan menanamkan nilai-nilai positif (alih-alih disebut
7Anonim, Pedoman Sekolah Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta :Kementerian Pendidikan Nasional, 2011), hlm. 118 http://nasional.kompas.com/read/2014/08/18/10085091/Tren.Korupsi.Naik.Lagi
3
pendidikan karakter), agar bangsa Indonesia memiliki karakter yang positif
dan mampu bersaing dengan Negara lain di era globalisasi.
Pendidikan merupakan usaha kebudayaan yang maksudnya memberi
tuntutan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak, agar kelak dalam garis
kodrat pribadinya dan pengaruh segala keadaan yang mengelilingi dirinya,
anak mendapat kemajuan dalam hidupnya lahir batin, menuju ke arah adab
kemanusiaan9. Sedangkan karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum,
tata krama, budaya dan adat istiadat10.
Pendidikan karakter berarti melakukan usaha secara sunggu-sungguh,
sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan
kesadaran serta kayakinan masyarakat bahwa tidak akan ada masa depan
yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia.
Dengan kata lain tidak ada masa depan yang lebih baik tanpa di dasari nilai-
nilai kejujuran, disiplin diri, kegigihan, semangat belajar yang tinggi,
tanggung jawab, rasa persatuan dan kesatuan, rasa percaya diri dan
optimisme. Dalam kebijakan pembangunan karakter bangsa, disebutkan
bahwa karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang
khas. Tercermin dari kesadaran, pemahaman rasa, karsa dan perilaku
9Moesman Wiryosentono, Pola Pendidikan Taman Siswa Sumbangan bagi pelaksanaanpendidikan nasional pancasila, (Yogyakarta : MLPT, 1983), cet.ke-2, hlm 1010Anonim, Pedoman Sekolah Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta :Kementerian Pendidikan Nasional, 2011), hlm. 3
4
berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan
karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang.
Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu
desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai, dan era
globalisasi total yang akan terjadi pada taun 202011. Kedua tantangan tersebut
merupakan ujian terberat yang harus dilalui dan dipersiapkan oleh seluruh
bangsa Indonesia. Kunci sukses menghadapi tantangan tersebut terletak pada
kualitas SDM yang handal dan berbudaya. Karakter bangsa merupakan aspek
penting dari kualitas SDM karena kualitas karakter bangsa menentukan
kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina
sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter
seseorang12.
Tujuan pendidikan karakter seiring dengan tujuan pendidikan nasional,
yaitu mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan,
kepribadian, ahlak mulia, dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan
peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan13.
Pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga
berkepribadian atau berkarakter. Melalui pendidikan karakter, seorang anak
akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini merupakan bekal
penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depannya. Dengan
11Mansur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta :Bumi Aksara, 2011), hlm. 3512Ibid., hlm. 3513Novan Ardy Wiyana, Konsep, Praktik dan Strategi Membumikan Pendidikan Karakter di SD(Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 70
5
emosi yang cerdas seseorang memiliki peluang besar berhasil dalam
menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan secara akademis.
Pendidikan nasional menurut paham Taman Siswa ialah pendidikan yang
beralaskan garis hidup dari bangsanya (culturel-nationaal) dan ditujukan
untuk keperluan perikehidupan (maatschappelijk) yang dapat mengangkat
derajat Negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja bersama-sama dengan lain-
lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia diseluruh dunia14.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab15.
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya terencana untuk
menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai
sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil16. Karakter tidak bisa
diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter
dibangun dan dikembangkan secara sadar melalui suatu proses yang tidak
instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah
lagi seperti sidik jari, karakter dapat dirubah dan dikembangkan. Terutama
karakter untuk berperilaku baik, sopan dan santun.
14Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta : MLPT, 2011) cet. Ke-4, hlm.1515 Mansur Ramly, Pedoman Sekolah Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,(Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional, 2011), hal. 216Novan Ardy Wiyana, Konsep, Praktik dan Strategi Membumikan Pendidikan Karakter di SD(Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 30
6
Setiap peserta didik memiliki sifat yang berbeda-beda, begitupula
dengan karakternya. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues)
yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap dan bertindak17. Dalam praktek nilai pendidikan karakter di sekolah
saat ini masih kurang pengimplementasian dalam kehidupan nyata. Nilai
pendidikan karakter hanya dipahami sebatas teori. Pelajaraan saat ini lebih
mementingkan nilai dalam arti mendapatkan angka yang tinggi, daripada
mengedepankan nilai luhur budi pekerti. Orang tua pun berlomba-lomba
memberikan bimbingan belajar atau les tambahan demi mendongkrak nilai
pelajaran. Sehingga interaksi anak dengan lingkungan sosial menjadi
berkurang, karena telah sibuk dengan belajar di sekolah dan bimbel, tentu saja
anak cenderung lebih mengedepankan nilai pelajaran daripada nilai karakter.
Berbeda dengan proses pembelajaran ketika KH. Ahmad Dahlan
mengajar kepada peserta didik, beliau cenderung langsung melaksanakan
nilai-nilai pendidikan karakter dalam praktek kehidupan nyata. Memberikan
contoh langsung kepada murid-muridnya. Pernah dalam kuliah subuh,
berulang kali KH. Ahmad Dahlan mengajarkan tafsir surat Al-Ma’un, hingga
beberapa hari tidak ditambah-tambah. Beliau menjelaskan bahwa
pengamalan sari Surat Al-Ma’un tidak hanya sebatas diamalkan dalam bacaan
ketika shalat saja, melainkan juga diamalkan dalam kehidupan nyata,
dipraktekkan, dikerjakan. Oleh karena itu, KH. Ahmad Dahlan kemudian
17Ibid., hal 3
7
memerintahkan kepada santrinya untuk berkeliling di sekitar Kauman,
mencari orang miskin. Kalau sudah dapat, bawa pulanglah kerumahmu
masing-masing. Berilah mereka mandi dengan sabun yang baik, berilah
pakaian yang bersihh, berilah makan dan minum, serta tempat tidur
dirumahmu18. Inilah contoh aksi nyata dari seorang KH. Ahmad Dahlan
kepada murid-muridnya, sehingga akan meninggalkan contoh dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik. Seorang guru tidak hanya memberikan
contoh dalam bentuk teori, tetapi juga harus mampu memberikan contoh
dalam kehidupan nyata.
Begitupula dengan Ki Hajar Dewantara, beliau memberikan contoh
tentang peduli sosial tampak ketika berumur 40 tahun melepaskan gelar
kebangsawanannya dari Raden Mas Suwardi Suryaningrat menjadi Ki Hajar
Dewantara. Dia lebih menunjukkan keteguhan hatinya untuk memilih
keluhuran budi daripada gelar kebangsawanannya. Karena beliau ingin lebih
dekat dengan rakyatnya dan selalu ingin berada bersama dengan rakyat yang
diperjuangkan baik jiwa dan raganya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pernyataan atau pertanyaan yang akan
dicari jawabannya melalui penelitian19. Mengacu pada latar belakang masalah
di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
18 Yunus Salam, Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya (Jakarta : DepotPengajaran Muhammadiyah, 1968), hlm. 6019Tim Dosen Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman
Penulisan Skripsi Jurusan Kependidikan Islam, (Yogayakarta : FITK, 2013), hlm. 4
8
1. Bagaimanakah konsep pendidikan karakter KH. Ahmad Dahlan dan Ki
Hajar Dewantara?
2. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan konsep pendidikan karakter
perspektif KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara setelah
dikomparasikan dengan unsur-unsur nilai karakter di Kemendiknas.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendeskripsikan konsep pendidikan karakter menurut KH.
Ahmad Dahlan dan Ki hajar Dewantara
b. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan konsep pendidikan
karakter KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara
c. Untuk mengetahui komparasi konsep pendidikan karakter menurut
KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara setelah dikomparasikan
dengan unsur-unsur karakter Kemendiknas.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis Akademis
Memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan tentang nilai
pendidikan karakter KH. Ahmad dahlan dan Ki Hajar Dewantara.
b. Kegunaan Praktis
1) Bagi peneliti : sebagai bahan kajian untuk merumuskan kembali
konsep pendidikan karakter KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar
Dewantara.
9
2) Bagi pemerhati pendidikan : untuk memberikan informasi dan
wawasan kepada para pemerhati pendidikan tentang nilai
pendidikan karakter dalam pesan-pesan KH. Ahmad Dahlan dan
Ki Hajar Dewantara. Supaya menjadi acuan dan bahan kajian
dalam membangun konsep pendidikan karakter.
D. Telaah Pustaka
Dalam penelitian ini penulis mencoba menggali dan memahami
beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk membandingkan,
dan menambah wawasan dalam menyusun skripsi ini. Ada beberapa skripsi
yang membahas tentang topik pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara dan
metode pendidikan menurut KH. Ahmad Dahlan, diantaranya sebagai berikut:
Pertama, skripsi Anastasia Dansy Novitasari, Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga tahun
2013 yang berjudul Metode pembelajaran akhlak menurut K.H. Ahmad
Dahlan dan relevansinya dengan pembelajaran akhlak dalam Islam. Hasil
penelitian skripsi menunjukkan bahwa : Konsep akhlak dan metode
pembelajaran akhlak menurut KH. Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa
manusia dalam hidupnya berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunah Rasul, serta
selalu menggunakan akal pikiran sesuai dengan ajaran Islam. Dalam
memberikan pelajaran akhlak pada murid-muridnya, KH. Ahmad Dahlan
menggunakan metode pembiasaan. Konsep akhlak dan metode pembelajaran
akhlak menurut KH. Ahmad Dahlan relevan dengan konsep akhlak dan
metode pembelajaran akhlak dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari konsep
10
akhlak dan metode pembelajaran akhlak menurut KH. Ahmad Dahlan yang
juga sejalan dengan konsep akhlak dan metode pembelajaran akhlak dalam
Islam20.
Kedua, skripsi Ma’nun, jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga tahun 2006 yang berjudul
Metode Pendidikan KH. Ahmad Dahlan. Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa : Karakteristik metode pendidikan KH. Ahmad Dahlan lebih
mengedepankan pada keteladanan, bersifat praktis, partisipatif, komunikatif,
menggembirakan, fleksibel, dinamis serta integratif. Dalam konteks
pendidikan Islam sekarang ini, metode pendidikan KH. Ahmad Dahlan tetap
aktual dan relevan untuk diterapkan dalam pembelajaran PAI di sekolah.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh KH. Ahmad Dahlan memiliki
daya konstruktif, apresiatif, integratif, dan kritis, sehingga tepat untuk
dikembangkan menghadapi persaingan global dan modernitas21.
Ketiga, Skripsi Syaifur Rohman yang berjudul Pendidikan Humanisme
(Komparasi Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara). Dalam
skripsi ini diterangkan bahwa antara KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar
Dewantara masing-masing memiliki konsep pendidikan yang mengandung
muatan humanism, yaitu proses pendidikan didasarkan pada pemahaman
bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki potensi dalam diri mereka
20AnastasiaDansy Novitasari, Metode Pembelajaran Akhlak menurut KH. Ahmad Dahlan dan
Relevansinya dengan pembelajaran Akhlak Dalam Islam”, skripsi, Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 201321 Ma’nun, Metode Pendidikan KH. Ahmad Dahlan, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006
11
sehingga hakekat pendidikan adalah mengarahkan potensi tersebut agar lebih
bermanfaat bagi manusia. Sedangkan cara untuk mengembalikan aspek-aspek
humanisme dalam pendidikan adalah dengan pemahaman bahwa manusia
memiliki potensi dalam diri mereka yang perlu dikembangkan. Metode yang
digunakan dalam proses pendidikan memberikan ruang agar terjadi proses
dialogis antara peserta didik dan pendidik. Ciri khas dari konsep pendidikan
KH. Ahmad Dahlan adalah adanya muatan teologi dalam mengartikan
pendidikan, serta dalam proses pendidikan. Sedangkan Ki Hajar Dewantara
lebih dipengaruhi teori-teori psikologi perkembangan22.
Keempat, Skripsi Mariya Ulfah, jurusan Kependidikan Islam Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga tahun 2012 yang berjudul
Konsep Pendidikan Karakter (Studi komparatif pemikiran Syed Muhammad
Naquib Al-Atas dan Ki Hajar Deantara). Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa pendidikan karakter Syed Muhammad Naquib Al-Atas dan Ki Hajar
Dewantara memberikan kontribusi signifikan dalam kehidupan pendidikan
yang sekarang mengalami krisis karakter dengan yang dipertimbangkan
sebagai sebuah solusi alternatif yang dapat diaktualisasikan dalam dunia
pendidikan Islam pada zaman sekarang. Konsep pemikiran Syed Naquib Al-
Atas sangat diperlukan di dalam pendidikan saat ini dengan konsep ta’dib
mewujudkan keseimbangan (equilibrium) bercorak moral religius. Sedangkan
konsep pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan budi
pekerti untuk diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari sehingga
22Syaifur Rohman, Pendidikan Humanisme (Komparasi pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan KiHajar Dewantara), Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Kependidikan Islam UINSunan Kalijaga Yogyakarta, 2013
12
menjadikan wacana baru didalam dunia pendidikan Islam dengan
mengintegrasikan antara nilai keislaman, kemoderenan dan menghargai
kultur lokal. Sehingga akan mewujudkan pendidikan agama yang dibangun
dengan landasan keislaman dan keilmuan serta menjawab tuntutan zaman23.
Kelima, skripsi Sudarno, jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga tahun 2012 yang berjudul
Pendidikan Karakter Menurut Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dalam
Pendidikan Agama Islam. Hasil penelitian mengemukakan bahwa pendidikan
karakter adalah usaha menanamkan moral pada anak didik sesuai dengan
tingkat perkembangan anak. Mulai dari masa kecil hingga masa dewasa, agar
terbentuk watak dan kepribadian yang baik. Pendidikan karakter yang
dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara berdasarkan pada asas trisakti jiwa
yang meliputi ngerti (cipta), ngarsa (rasa), dan nglakoni (karsa), yaitu
pengetahuan moral dari aspek kognitif sebagai unsur pemahaman atau
penalaran moral. Aspek afektif sebagai unsur perasaan moral, merasakan
bahwa nilai itu sungguh baik dan perlu dilakukan. Dan aspek psikomotorik
sebagai pengembangan tindakan kemampuan moral untuk mengaplikasikan
keputusan dan perasaan moral dalam tindakan konkret, kemauan dan
kebiasaan. Dalam menyampaikan pendidikan karakter, Ki Hajar Dewantara
23 Ulfah, Mariya, Konsep Pendidikan Karakter (Studi Komparatif Pemikiran Syed MuhammadNaquib Al-Atas dan Ki Hajar Dewantara), Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan JurusanKependidikan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012
13
menggunakan sistem among atau metode among yang disesuaikan urutan-
urutan pengambilan keputusan untuk berbuat sesuatu24.
Dari telaah pustaka di atas penulis menyimpulkan bahwa, perbedaan
antara skripsi yang ditulis ini dengan skripsi-skripsi sebelumnya terletak pada
tokoh yang diteliti, yaitu mencoba mengkomparasikan pendidikan karakter
KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara. Yang memang belum ada hasil
penelitian tentang pendidikan karakter menurut KH. Ahmad Dahlan. Letak
bahasan yang akan diteliti hanya sebatas pada adanya nilai-nilai karakter yang
dibawakan oleh kedua tokoh tersbut, terutama dalam pendidikan. Kita tahu
bahwa kedua tokoh sama-sama memiliki andil yang besar dalam dunia
pendidikan di Indonesia. KH. Ahmad Dahlan dengan mendirikan
Muhammadiyah, kemudian mendirikan sekolah yang diberi nama Madrasah
Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah25. Sedangkan Ki Hajar Dewantara dengan
mendirikan Taman Siwa.
E. Kerangka Teoritis
Kerangka teori berisi tentang teori-teori yang relevan dengan masalah
yang akan diteliti.26 Dalam penelitian ini teori yang akan dijadikan batasan
dalam melakukan penelitian adalah nilai-nilai pendidikan karakter. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak
24 Sudarno,Pendidikan Karakter Menurut Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dalam
Pendidikan Agama Islam,skripsi, jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 201225Henry Sucipto, KH. Ahmad Dahlan : Sang Pencerah, Pendidik, dan Pendiri Muhammadiyah,(Jakarta : Best Media Utama, 2010), hlm. 12826Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi, hlm. 10
14
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain27. Karakter
seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang diambil
dalam menanggapi keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain.
karakter ini pada akhirnya menjadi sesuatu yang menempel pada seseorang
dan sering seseorang tidak menyadari karakternya sendiri28. Adapun nilai-
nilai pendidikan karakter yaitu : religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab29. Dibawah
ini akan penulis uraikan tentang batasan-batasan yang dijadikan sebagai
landasan teori.
1. Studi Komparatif
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, studi memiliki arti : kajian,
telaah, penelitian dan penyelidikan ilmiah30. Sedangkan komparatif
memiliki arti berkenaan atau berdasarkan perbandingan31. Studi
komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian
ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau
lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka
27Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 2011), hlm. 62328 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter : Konsepsi & Implementasinya Secara Terpadu di
Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat (Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media, 2013), hlm. 2929 Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Sekolah Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa, (Jakarta : Kemendiknas, 2011), hlm. 2030Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : BalaiPustaka, 1989), hlm. 86031Ibid, hlm. 453
15
pemikiran tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi
untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda.
Metode komparatif yaitu suatu metode yang digunakan untuk
membandingkan data-data yang ditarik kedalam konklusi baru.
Komparatif sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu compare, yang
artinya membandingkan untuk menemukan persamaan dan perbedaan
dari dua konsep atau lebih. Dengan metode ini penulis bermaksud untuk
menarik sebuah kesimpulan dengan cara membandingkan ide-ide,
pendapat-pendapat dan pengertian agar mengetahui persamaan serta
perbedaan dari ide KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara.
Menurut Winarno Surahmad, metode komparatif adalah suatu
penyelidikan yang dapat dilaksanakan dengan meneliti hubungan lebih
dari satu fenomena yang sejenis dengan menunjukkan unsur-unsur
persamaan dan perbedaan32.
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan mempunyai definisi yang luas mencakup semua
perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-
nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta
keterampilan kepada generasi selanjutnya sebagai usaha menyiapkan
penerus bangsa supaya memenuhi kebutuan hidupnya, baik jasmani
32Winarno Surahmad, Dasar dan Teknik Penelitian , (Bandung : Trasito, 1994), hlm. 105
16
maupun ruhani33. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan umumnya
berarti daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti
(kekuatan batin), pikiran (intellect), dan jasmani anak-anak. Maksudnya
supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan
penghidupan anak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya34.
Pendidikan memiliki arti proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, dan cara
mendidik35. Manusia memiliki potensi untuk bersikap baik/positif dan
bersikap buruk/negatif. Potensi inilah yang akan diarahkan dalam proses
pendidikan, yaitu dengan mengarahkan potensi positif semaksimal
mungkin, dan meminimalisir potensi negatif.
Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budipekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect)
dan tubuh anak36. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dari orang dewasa terhadap peserta didik, untuk
menuntun dan mengembangkan potensi-potensi serta mengarahkan
potensi-potensi negatif, agar sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat,
sehingga mereka dapat melestarikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
di masa yang akan datang.
33Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media, 2012), hlm. 2734 Ki Hajar Dewantara, Masalah Kebudayaan : Kenang-kenangan Promosi Doctor Honoris Causa(Yogyakarta : MLPTS, 1964), hlm. 2935Ibid, hlm. 20436Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta : MLPT, 2011), cet.4, hlm. 14
17
Karakter dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dengan yang lain, berupa tabiat dan watak37. Berkarakter berarti
mempunyai tabiat; mempunyai watak; berwatak. Sedangkan karakteristik
yaitu mempunyai sifat yang khas sesuai dengan perwatakan tertentu.
Akar kata karakter berasal dari bahasa latin kharakter, khassein, dan
kharax yang maknanya “tools for making”to engrave dan pointed
stake38. Kata ini mulai banyak digunakan dalam bahasa Perancis
caractere pada abad ke-14 dan kemudian masuk ke dalam bahasa
Inggris menjadi character sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia
karakter. Membangun karakter adalah proses mengukir atau memahat
jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik dan berbeda
atau dapat dibedakan dengan orang lain. Seorang individu memiliki
karakter berbeda dengan yang lain. Walaupun memiliki perbedaan
karakter, namun pembentukan karakter dapat kita olah di sekolah.
Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attidues), perilaku
(behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills39). Karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
37Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : BalaiPustaka, 1989), hlm. 389
38Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung : Alfabeta, 2012),hlm.1
39Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter : Konsepsi & Implementasinya Secara Terpadu di
Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat (Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media, 2013), hlm. 29
18
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya
dan adat istiadat40. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah
seseorang yang berusaha melakukan hal terbaik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, dirinya sendiri, lingkungan, bangsa dan Negara dengan
mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan
kesadaran, emosi, dan perasaannya.
Karakter juga dapat berarti mengukir. Sifat utama ukiran adalah
melekat kuat di atas benda yang di ukir. Karena itu, Wardani seperti
dikutip oleh Syamsul Kurniawan menyatakan bahwa karakter adalah ciri
khas seseorang dan karakter tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial
budaya karena karakter terbentuk dalam lingkungan sosial budaya
tertentu41. Menurut Lorens Bagus, karakter merupakan nama dari jumlah
ciri pribadi yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan,
ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai dan pola-
pola pemikiran. Atau menurutnya suatu kerangka kepribadian yang
relatif mapan yang memungkinkan ciri-ciri semacam ini mewujudkan
dirinya42. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif, bukan
netral43.
40Ibid., hlm. 2941Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter : Konsepsi & Implementasinya Secara Terpadu di
Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat (Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media, 2013), hlm. 2842Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta : Gramedia, 2005), hlm. 39243Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta :
Bumi Aksara, 2011), hlm. 71
19
Menurut Zubaedi, pendidikan karakter adala pendidikan budi
pekerti plus, yang intinya merupakan program pengajaran yang bertujuan
mengembangkan watak dan tabiat peserta didik dengan cara menghayati
nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam
hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama
yang menekankan ranah afektif (perasaan atau sikap) tanpa meninggalkan
ranah kognitif (berpikir rasional) dan ranah skill (keterampilan, terampil
mengolah data, mengemukakan pendapat, dan kerja sama)44.
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai usaha sadar manusia
untuk mengembangkan dinamika relasional antar pribadi dengan
berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar
pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya sehingga ia semakin
dapat bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai
pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka berdasarkan
nilai-nilai moral yang menghargai kemartabatan manusia45. Konsep
pendidikan karakter memang dapat berbeda satu sama lain. perbedaan itu
tergantung bagaimana kita memiliki keyakinan serta dasar pijakannya.
Pendidikan karakter yang ada di dalam Kemendiknas Pusat
Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan
Nasional dalam publikasinya berjudul Pelaksanaan Pendidikan Karakter,
menyatakan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung adalah :
44Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter : Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan
(Jakarta : Kencana, 2011), hlm. 2545Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius,2012), hlm. 57
20
Religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersabahat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab46.
Dari beberapa pengertian pendidikan dan karakter di atas, maka
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai sebuah usaha untuk
mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya47. Dharma
Kusuma menyimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan
pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada
semua mata pelajaran48.
Dengan demikian tujuan pendidikan karakter adalah meningkatkan
mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu dan seimbang49. Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya
diterapkan sejak usia kanak-kanak yang biasa disebut sebagai usia emas.
Anak merupakan penerus kehidupan bangsa yang memiliki potensi
untuk dikuatkan dan dikembangkan. Penguatan dan pengembangan
perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah. Sekolah sebagai
46 Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Sekolah Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa, (Jakarta : Kemendiknas, 2011), hlm. 2047 Dharma Kusuma, dkk., Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 548Ibid, hlm. 649Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta :
Bumi Aksara, 2011), hlm. 81
21
lembaga pendidikan formal, merupakan tempat untuk mengasah dan
membentuk karakter anak supaya menjadi seorang individu yang lebih
baik. Sebagai seorang pendidik, sudah sepantasnya untuk mengetahui
nilai-nilai karakter.
Solusi pemecahan masalah dan penerapan nilai-nilai pendidikan
karakter bagi peserta didik, menurut penulis ialah dengan mengajarkan
nilai-nilai pendidikan karakter dalam kehidupan nyata. Dengan
memberikan contoh atau aksi nyata, misalnya mengajak peserta didik
mengunjungi panti asuhan yatim piatu, dan memberikan bantuan secara
langsung. Sehingga peserta didik akan merasakan langsung bagaimana
rasanya berada di posisi panti asuhan. Hal ini dapat memberikan dampak
positif bagi peserta didik, sehingga akan lebih peduli terhadap sesama
dan memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. Cenderung
seorang anak akan mengikuti apa yang dicontohkan oleh guru maupun
orang tua, sehingga jangan sampai salah dalam memberikan contoh pada
anak.
3. KH. Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868,
dengan nama Muhammad Darwis. Ayahnya KH. Abubakar bin
KH. Sulaiman adalah khatib di masjid Kraton Yogyakarta50. Ia
merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan
saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan
50D.A. Winda, Profil 143 Pahlawan Indonesia (Yogyakarta : Pustaka Timur, 2009), hlm. 15
22
yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang
terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam
di Jawa51. Ibunya bernama Siti Aminah binti Kyai Haji Ibrahim,
penghulu di Yogyakarta52. Dalam sumber lain Muhammad Darwis
dilahirkan pada tahun 186953.
KH. Ahmad Dahlan adalah keturunan ulama terkenal di Kauman
Yogyakarta. Menurut Siti Aisyiyah Hilal, putri keenamnya, KH. Ahmad
Dahlan adalah putra keempat dari KH. Abubakar bin KH. Muhammad
Mas Sulaiman bin K. Murtadha bin K. Ilyas bin Demang Jurang Juru
Kapindo bin Demang Juru Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng
Grebeg bin Maulana Fadlullah bin Maulana Ainul Yaqin bin Maulana
Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim54.
Sejak kecil, Muhammad Darwis sudah memiliki sifat-sifat yang
halus, lemah lembut, penyabar dan suka mengalah. Beliau juga memiliki
perhatian yang besar terhadap kondisi masyarakat di sekitarnya. Namun
pada sisi yang lain, KH. Ahmad Dahlan juga orang yang kuat hati, teguh
pendirian, berani bertanggung jawab atas segala perbuatannya yang benar
menurut agama, walaupun itu sering berakibat merugikan kepentingan
51Henry Sucipto, KH. Ahmad Dahlan : Sang Pencerah, Pendidik, dan Pendiri Muhammadiyah(Jakarta : Best Media, 2010), hlm. 5052Junus Salam, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Tangerang : Al-Wasat Publising House,2009), hlm. 5653Muhammad Soedja, Cerita Tentang Kyai Haji Ahmad Dahlan, (Jakarta : Rhineka Cipta, 1993)hlm. 20254Mansur, Mahfud Junaedi,Rekontruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (DepartemenAgama RI , Jakarta, 2005, hlm. 86
23
pribadinya55. KH. Ahmad Dahlan menyadari betul posisinya sebagai
seorang ulama yang dapat membimbing umat dan masyarakat ke jalan
yang benar, menuju keridhaan Allah, dan mempertanggungjawabkan
amanah yang diembannya itu di akhirat kelak.
Pada tanggal 8 Zulhijah 1330 H atau 18 November 1912 M, Kyai
Haji Ahmad Dahlan mendirikan perkumpulan Muhammadiyah di
Yogyakarta. Maksud dan tujuannya ialah untuk menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam, sehingga dapat mewujudkan masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya56. Muhammadiyah yang didirikan pada
tahun 1912 M telah tersebar ke seluruh penjuru Indonesia sampai
sekarang. Pada permulaan berdirinya Muhammadiyah mendapat
halangan dan rintangan yang sangat hebatnya, bahkan KH. Ahmad
Dahlan dikatakan telah keluar dari mazhab, meninggalkan ahli sunnah
wal jama’ah. Singkatnya bermacam-macam tuduhan dan fitnahan yang
dilemparkan kepadanya. Tetapi semuanya itu diterimanya dengan sabar
dan tawakal, sehingga Muhammadiyah menjadi satu perkumpulan yang
terbesar di Indonesia serta berjasa kepada rakyat dengan mendirikan
sekolah-sekolah sejak dari Taman Kanak-kanak hingga sekolah tinggi.
KH. Ahmad Dahlan meninggal pada tanggal 23 Februari 1923 di
Yogyakarta. Tanggal 27 Desember 1961 Pemerintah Republik Indonesia
55Susatyo Budi Wibowo, Dahlan Asy’ari Kisah Perjalanan Wisata Hati, (Yogyakarta : Diva Press,2011), hlm. 9256Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Mutiara, 1979), hlm. 268
24
berdasarkan SK Presiden RI No. 657/1961 mengangkat KH. Ahmad
Dahlan sebagai pahlawan Kebangkitan Nasional57.
4. Ki Hajar Dewantara
Nama aslinya adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, putra dari
pangeran Sasraningrat dan cucu Paku Alam III. Beliau lahir di
lingkungan keluarga keraton Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 188958.
Pergantian dan perubahan nama dari Raden Mas Suwardi Suryaningrat
menjadi Suwardi Suryaningrat (tanpa R.M.) dan kemudian menjadi Ki
Hajar Dewantara59. Beliau tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan
di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat
dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Ki Hajar Dewantara adalah aktivis, pergerakan kemerdekaan
Indonesia, seorang kolumnis, politisi dan pelopor pendidikan bagi kaum
pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Tanggal kelahiran Ki
Hajar Dewantara 2 Mei, sekarang diperingati sebagai hari Pendidikan
Nasional. Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki hajar Dewantara mendirikan
Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional
Tamansiswa60. Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini
sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan
57D.A. Winda, Profil 143 Pahlawan Indonesia (Yogyakarta : Pustaka Timur, 2009), hlm. 1558Ibid, hlm. 6159Bambang Sokawati Dewantara, Ki Hajar Dewantara Ayahku (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,
1989), hlm. 2160Y.B. Sudarmanto, Jejak-jejak Pahlawan dari Sultan Agung Hingga Syekh Yusuf (Jakarta :
Grasindo), hlm. 113
25
itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung tulodho, ing madya
mangun karso, tut wurihandayani, yang memiliki arti di depan memberi
contoh, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi
dorongan61. Dalam kehidupan sekarang ini, semboyan Ki Hajar
Dewantara tersebut harus dipraktekkan oleh seorang guru. Namun
tidaklah semua guru mampu mempraktekkan semboyan tersebut,
misalnya contoh ketika seorang guru pada jenjang SMP atau SMA
melarang murid untuk merokok, tetapi guru tersebut malah melakukan
merokok juga. Ketika guru mengajarkan kepada murid untuk tidak
datang terlambat ke sekolah, masih saja ada seorang guru yang datang
terlambat ke sekolah.
Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan semboyan ing ngarso sung
tulodho (di depan memberi contoh). Bagaimana mungkin seorang guru
mengajarkan perilaku yang baik kepada peserta didik, cenderung ada
beberapa guru yang hanya sebatas menyampaikan nilai secara teori.
Tetapi guru tersebut tidak memberikan contoh yang konkret dalam
kehidupan nyata. Tentu saja hal ini bertentangan dengan konsep yang
diajarkan ole Ki Hajar Dewantara. Ketika ada anak yang putus sekolah
karena tidak memiliki biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan, para
penguasa malah lebih mementingkan diri mereka sendiri dengan
melakukan korupsi uang Negara. Hal ini tentu saja tidaklah sesuai
dengan semboyan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan).
61 Ki Suratman, Intisari Hidup Berketamansiswaan, (Yogyakarta : MLPTS, 1991), hlm. 10
26
Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan yaitu tuntunan
didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya62.
Ki Hajar Dewantara mengusung pendidikan nasional dengan
konsep penguatan penanaman nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa
sendiri secara masif dalam kehidupan anak didik. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara yang dikutip Mohammad Yamin
dalam sebuah penggambaran proses humanisasi, “berilah kemerdekaan
kepada anak-anak didik kita: bukan kemerdekaan yang leluasa, tetapi
yang terbatas oleh tuntutan-tuntutan kodrat alam yang nyata dan menuju
ke arah kebudayaan, yaitu keluhuran dan kehalusan hidup manusia. Agar
kebudayaan itu dapat menyelamatkan dan membahagiakan hidup dan
penghidupan diri dan masyarakat, maka perlulah dipakai dasar
kebangsaan, tetapi jangan sekali-kali dasar ini melanggar atau
bertentangan dengan dasar yang lebih luas yaitu dasar kemanusiaan.
Ki Hajar Dewantara tutup usia pada tanggal 26 April 1959 pada
usia 69 tahun. Untuk menghormati jasa-jasanya, hari kelahirannya
dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional dan disebut sebagai Bapak
62Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan (Yogyakarta : MLPT, 2011), hlm. 20
27
Pendidikan Nasional berdasarkan SK No. 305/1959 tanggal 28
November 1959 diangkat sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional63.
F. Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi
pustaka atau library research. Adapun metode yang dipakai dalam
penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis penelitian dan sifat penelitian
Penilitian yang saya lakukan adalah penelitian kepustakaan (library
research) yaitu dengan memfokuskan kajian ilmiah terhadap literatur-
literatur kepustakaan yang relevan dengan tema penelitian. Penelitian ini
bersifat deskriptif analitik yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi mengenai keterangan suatu variable dan tema serta keadaan
yang ada yaitu keadaan yang terdapat pada saat penelitian.64 Peneliti
mencoba menganalisis muatan isi literatur-literatur yang terkait dengan
penelitian mencangkup kumpulan-kumpulan pemikiran tentang pendidikan
yang dikemukakan oleh KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara.
Literatur yang digunakan tidak hanya bersumber dari buku-buku, tetapi
juga bahan-bahan dokumentasi seperti koran, majalah dan lain sebagainya.
Penelitian ini digunakan untuk memecahkan masalah yang aktual maupun
yang sudah lampau, karena sumber yang dijadikan kajian utama dalam
pembahasan ini orangnya telah meninggal dunia, sehinga seorang peneliti
63D.A. Winda, Profil 143 Pahlawan Indonesia (Yogyakarta : Pustaka Timur, 2009), hlm. 6364Mukhtar & Erna Widodo, Kontruksi ke arah Penelitian Deskriptif, (Yogyakarta: Auyrous, 2000),
hlm. 5
28
tidak dapat bertanya langsung kepada orang yang diteliti. Sehingga peneliti
berusaha memecahkan masalah dengan jalan mengumpulkan data,
menyusun atau mengklasifikasikannya, dan menganalisisnya.
Sifat penelitian yang penulis gunakan adalah analisis komparatif,
maksudnya bersifat menganalisa suatu masalah, lalu melakukan analisis
secara ilmiah kemudian membandingkan pendapat kedua tokoh (KH.
Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara) tentang pendidikan karakter guna
dicari persamaan dan perbedaannya, sehingga didapatkan suatu gambaran
masalah dan landasan kesimpulan.
2. Metode Pengumpulan Data
Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka
teknik pengumpulan datanya dengan cara mengkaji dan menelaah berbagai
buku-buku sumber tertulis yang mempunyai relevansi dengan kajian ini,
kemudian buku-buku tersebut diklasifikasikan menjadi :
a. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang digunakan sebagai bahan utama
dalam kajian skripsi ini. Data-data yang membahas langsung tentang
KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara. Adapun data primer
yang akan dibahas yaitu :
1) Komentar dari murid-murid KH. Ahmad Dahlan yang hidup
sezaman
2) Amal usaha yang dikembangkan oleh KH. Ahmad Dahlan
29
3) Ulasan atau buku-buku yang membahas tentang KH. Ahmad
Dahlan
4) Karya Ki Hajar Dewantara bagian pertama Pendidikan (Majelis
Luhur Persatuan Tamansiswa Yogyakarta, 2011)
5) Karya Ki Hajar Dewantara bagian kedua Kebudayaan (Majelis
Luhur Persatuan Tamansiswa Yogyakarta, 1994)
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari buku-buku, surat
kabar, majalah, maupun artikel yang didapat dari website yang
memiliki relevansi dengan kajian yang dibahas, antara lain :
1) Ki Hadjar Dewantara Ayahku (B. S. Dewantara, 1989)
2) Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia
Modern (Abdurrachman Surjomihardjo, 1986)
3) Pemahaman dan Penghayatan Asas-asas Tamansiswa 1922 (Ki
Soeratman, 1982)
4) Pamong Yang Berwatak Satriya Pinandhita dan Pandhita
Sinatriya & Belajar Menjadi Siswa Ki Hajar Dewantara (Imam
Sudiyat, 1987)
5) Kenang-kenangan Promosi Doctor Honoris Causa Ki Hajar
Dewantara (UGM, 1956)
6) Ki Hadjar Dewantara Dalam Pandangan Para Cantrik dan
Mentriknya (Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, 1989)
30
7) Ki Hajar Dewantara dan Kawan-kawan ditangkap, dipenjarakan
dan diasingkan (H.A.H. Harahap & B.S. Dewantara, 1980)
8) Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam
Perspektif Perubahan Sosial (Abdul Munir Mulkhan, 1990)
9) Dahlan Asy’ari Kisah Perjalanan Wisata Hati (Susatyo Budi
Wibowo, 2011)
10) Matahari Pembaruan : Rekam Jejak KH. Ahmad Dahlan (HM
Nasrudin Anshoriry, 2010)
11) Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Dalam
Perspektif Perubahan Sosial (Abdul Munir Mulkhan, 1990)
12) Kiai Ahmad Dahlan : Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan
(Abdul Munir Mulkhan, 2010)
13) Satu abad Muhammadiyah Tafsir Jawa Keteladanan Kiai Ahmad
Dahlan (Gray. Koes Moertiyah, HM. Nasrudin Anshory, 2010)
14) Artikel online :www.muhammadiyah.or.id, www.google.com
15) Majalah, surat kabar, artikel, bulletin yang terkait dengan KH.
Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara
Selain itu juga digunakan pula sumber-sumber data yang
membahas tentang pendidikan karakter, khususnya yang mempunyai
relevansi kuat dengan penelitian ini.
31
3. Metode Analisis Data
Analisis data adalah mengumpulkan, mengidentifikasi, mengolah
dan menganalisa data dan menginterpretasikannya. Adapun metode
analisis data yang peneliti gunakan dengan mengumpulkan data-data
yang ada relevansinya kemudian di analisa serta dijabarkan dalam
susunan kata-kata. Analisa data merupakan tahap terpenting dari sebuah
penulisan skripsi. Sebab pada tahap ini dapat dikerjakan dan
dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah
penyampaian yang benar-benar dapat digunakan untuk menjawab
persoalan-persoalan yang telah dirumuskan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode tehnik analisa yang merupakan pengembangan
dari metode analitis kritis. Adapun tehnik analisa dari penulisan ini
adalah content Analysisisatau analisa isi, yakni pengolahan data dengan
cara pemilihan tersendiri berkaitan dengan pembahasan dari beberapa
gagasan atau pemikiran para tokoh pendidikan yang kemudian
dideskripsikan, dibahas dan dikritik. Prosedur dasar pembuatan
rancangan penelitian dan pelaksanaan studi analisis isi terdiri atas 6
tahapan langkah, yaitu (1) merumuskan pertanyaan penelitian dan
hipotesisnya, (2) melakukan sampling terhadap sumber-sumber data yang
telah dipilih, (3) pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis,
(4) pendataan suatu sampel dokumen yang telah dipilih dan melakukan
pengkodean, (5) pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu
untuk pengumpulan data, dan (6) interpretasi/penafsiran data yang
32
diperoleh65.Selanjutnya dikategorisasikan (dikelompokkan) dengan data
yang sejenis, dan di analisa isinya secara kritis guna memperoleh isi yang
konkrit dan memadai, sehingga pada akhirnya dijadikan sebagai langkah
dalam mengambil kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah
yang ada.
4. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan tekstual dan komparatif.
Dengan pendekatan ini diharapkan dapat ditemukan persamaan dan
perbedaan variable-variabel yang diperbandingkan, juga dapat kiranya
diketahui pihak mana yang lebih relevan untuk masa kini dari pendapat
kedua tokoh yang dibandingkan66.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam skripsi ini terdapat lima bab yang akan dibahas :
BAB I Memuat pendahuluan, yang terdiri dari : latar belakang masalah
yang melatarbelakangi penelitian ini, dilanjutkan dengan rumusan masalah
sebagai batasan pembahasan penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian.
Mulai tujuan akademis maupun praktis, lalu telaah pustaka sebagai tolak ukur
untuk mengetahui kedudukan penelitian di antara penelitian yang telah ada,
lalu kerangka teoritik sebagai frame atau bingkai pemikiran bagi peneliti,
65https://andreyuris.wordpress.com/2009/09/02/analisis-isi-content-analysis/
66Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,1993) hlm. 211
33
dilanjutkan pembahasan tentang metode penelitian sebagai pisau bedah dalam
penelitia, dan terakhir memuat sistematika pembahasan.
BAB II berisi tentang biografi KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar
Dewantara, mulai dari latar belakang pendidikan, karya-karya sampai
penghargaan yang didapat kedua tokoh.
BAB III Pada bab ini akan membahas tentang konsep pendidikan
karakter, ciri khas dan nilai-nilai yang dikemukakan oleh KH. Ahmad Dahlan
dan Ki Hajar Dewantara.
BAB IV Pada bab ke IV, membahas tentang analisa nilai-nilai
pendidikan karakter perspektif pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Ki Hajar
Dewantara serta dilanjutkan dengan memperbandingkan pemikiran kedua
tokoh tersebut dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada
Kemendiknas.
BAB V Pada bab ke-V ini akan membahas penutup dalam penelitian ini
yang berisi beberapa kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan
saran-saran, serta lampiran-lampiran.
34
231
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada akhir bagian pembahasan penelitian dalam skripsi ini peneliti akan
mengambil sebuah kesimpulan yang didasarkan pada pembahasan yang telah
peneliti lakukan sesuai dengan tujuan dari penulisan skripsi ini. Selain itu
penulis akan memberikan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai
kontribusi dalam bidang pendidikan. Setelah menelaah pemikiran KH.
Ahmad Dahlan dan Ki Hajar Dewantara dapat penulis simpulkan bahwa :
1. Konsep pendidikan karakter dari pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Ki
Hajar Dewantara memiliki karakteristik atau ciri khas masing-masing
diantaranya sudut pandang tentang manusia, KH. Ahmad Dahlan
berusaha memasukkan ilmu agama dalam sekolah umum sehingga semua
usaha yang dilakukan manusia tidak lepas dari kekuasaan Allah SWT,
sedangkan Ki Hajar Dewantara banyak terilhami oleh teori-teori
psikologi sehingga beliau meyakini bahwa manusia telah mempunyai
potensi-potensi dalam diri mereka masing-masing.
2. Pendidikan karakter perspektif pemikiran KH. Ahmad Dahlan yaitu
pendidikan agama merupakan dukungan yang mendasar untuk
tercapainya pendidikan karakter, karena dalam agama terkandung nilai-
nilai luhur yang mutlak kebaikan dan kebenarannya. Ilmu terdiri atas
pengetahuan teori dan praktek (amal), dalam mempelajari keduanya
supaya bertingkat. KH. Ahmad Dahlan ingin menumbuhkan masyarakat
231
232
Islam yang berkarakter Islam dengan mengikuti pola sunnah Nabi
Muhammad SAW. Materi pendidikan yang diajarkan ialah pengajaran
Al-Qur’an dan Hadist, membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi dan
menggambar.
3. Pendidikan karakter perspektif pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu
mewujudkan tumbuhnya budi pekerti, pikiran dan tumbuh kembang
anak. Pandangan Ki Hajar Dewantara mengenai manusia lebih pada sisi
psikologinya. Pendidikan harus memperhatikan keseimbangan cipta,
rasa dan karsa. Karakter ilmu meliputi ilmu jiwa, jasmani manusia,
kesopanan, ketertiban lahir, dan ilmu tombo pendidikan. Metode
pendidikan yang dibangun berasaskan ing ngarso sung tulodho, ing
madya mangun karso, tut wurihandayani. Corak pemikiran Ki Hajar
Dewantara dapat dibagi dalam dua hal berikut :
a. Pendidikan dan Pengajaran Nasional
Pengajaran nasional adalah pengajaran yang selaras dengan
penghidupan bangsa (maatschappenejk) dan kehidupan bangsa
(cultureel)67. Dengan pengajaran yang bersifat nasional, maka
menimbulkan rasa kecintaan dalam hati murid kepada bangsa dan
tanah airnya. Sehingga membangkitkan rasa nasionalisme Indonesia
di kalangan rakyat melalui pendidikan dan pengajaran68.
67 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta : Majelis Luhur PersatuanTaman Siswa, 2011), hlm. 468 Suparto Raharjo, Ki Hajar Dewantara, biografi singkat 1889-1959 (Yogyakarta : Garasi,2010), hlm. 82
472
473
472
473
233
b. Konsep Pancadarma
Asas-asas pancadarma merupakan inti sari dari nilai karakter
pendidikan Indonesia. 1) Asas kemerdekaan. 2) Asas kodrat alam. 3)
Asas kebudayaan. 4) Asas kebangsaan. dan 5) Asas kemanusiaan.
4. Pendidikan karakter kedua tokoh ini memiliki kesamaan dan perbedaan.
Kesamaan dari pendidikan karakter kedua tokoh terletak pada cara
pembaruan sistem pendidikan yang menggunakan metode-metode
pemerintah Belanda pada saat itu. Karena beliau menyadari bahwa
konsep, metode, dan cara belajar tersebut sudah modern pada saat itu,
sehingga beliau termasuk tokoh modernisasi dalam pendidikan69.
Sedangkan perbedaan dari kedua tokoh tersebut adalah jika konsep
pendidikan dari KH. Ahmad Dahlan adalah pendidikan madrasah yang
memberikan pelajaran ilmu agama dan ilmu umum secara bersama-sama.
Adapun pendidikan agama yang diajarkan terutama yang bersumber dari
kitab-kitab fikih dari mahzab Imam Syafi’I, ilmu tasawuf karangan Imam
al-Ghazali, tauhid dari kitab “Risalah tauhid” dan kitab “Tafsir Jalalain”
dan tafsir “Al-Manar” sedangkan pengetahuan umum meliputi ilmu
sejarah, ilmu hitung, menggambar, bahasa Melayu, bahasa Belanda dan
bahasa Inggris70. Sedangkan Ki hajar Dewantara mengembangkan sistem
pawiyatan (pondok pesantren) dalam pendidikan yang beliau bangun,
beliau tidak menggunakan metode-metode yang digunakan pemerintah
69 Ign. Gatut Saksono, Pendidikan Yang memerdekakan Siswa, (Yogyakarta : CV Diandra
Paramita Media, 2008), hlm. 6870 Hery Sucipto, Nadjamuddin Ramly, Tajdid Muhammadiyah, Dari Ahmad Dahlan hingga A.
SyafiiMaarif, (Jakarta : Grafifindo Khasanah Ilmu, 2005), hlm. 122
474
475
474
472
234
Belanda, karena beliau meyakini bahwa konsep terbaik dalam pendidikan
Nasional adlah konsep yang berasal dari bangsa sendiri71.
5. Pemikiran pendidikan karakter kedua tokoh ini memiliki relevansi
dengan konsep pendidikan karakter dari Kemendiknas, diantaranya nilai
karakter Religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersabahat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.
B. Saran-saran
Setelah memberikan kesimpulan di atas maka perlu kiranya peneliti
memberikan saran yang bersifat konstruktif bagi dunia pendidikan.
1. Proses pendidikan harus didasarkan pada pemahaman bahwa peserta
didik adalah individu yang mempunyai potensi-potensi yang berbeda,
sehingga seorang pendidik harus berfikir terbuka dalam pendidikan
disebabkan kesalahan dalam memahami keadaan psikologis peserta
didik.
2. Perlunya pemahaman kembali cinta tanah air terutama bagi generasi
muda karena mereka merupakan penerus kehidupan bangsa, dan satu
bangsa mampu tumbuh besar ketika mereka menjaga nilai-nilai luhur
warisan leluhur.
71 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta : Majelis Luhur PersatuanTaman Siswa, 2011), hlm. 106
476
476
235
3. Pendidikan harus mengutamakan azaz kebermanfaatan dalam kehidupan
sehari-hari, pendidikan tidak hanya berkaitan teori-teori namun juga
aplikasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
4. Nilai-nilai pendidikan karakter harus di aplikasikan dalam kehidupan
nyata dengan cara diamalkan dan dipraktekkan. Tidak hanya sebatas
mempelajari materi tanpa amalan.
236
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman Surjomihardjo, Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa DalamSejarah Indonesia Modern, Jakarta : Sinar Harapan, 1986.
Abdul Munir Mulkhan, Kiai Ahmad Dahlan Jejak Pembaruan Sosial danKemanusiaan,Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2010.
-----------, Pemikiran Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalamPerspektif Perubahan Sosial, Jakarta : Bumi Aksara, 1990.
Abdul Majid, dkk. Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung : RemajaRosdakarya, 2011.
Adi Nugraha, KH. Ahmad Dahlan : Biografi Singkat (1869-1923), Yogyakarta :Garasi, 2010.
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter : Strategi Membangun Karakter BangsaBerperadaban, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012.
Amien Rais, dkk., Pendidikan Muhammadiyah dan Perubahan Sosial ,Yogyakarta : PLP2M, 1985.
Amie Rais, Moralitas Politik Muhammadiyah,Yogyakarta : Dinamika, 1995.
Dansy Novitasari, Anastasia, “Metode Pembelajaran Akhlak menurut KH. AhmadDahlan dan Relevansinya dengan pembelajaran Akhlak Dalam Islam”,Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan AgamaIslam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta :Gramedia Pustaka Utama, 2011
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta : Balai Pustaka, 1989
Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori danPraktik di Sekolah, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh, Yogyakarta :Kanisius, 2012
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Anak di ZamanGlobal,Jakarta : Grasindo, 2010.
237
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoretik dan Praktik,Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
---------------------, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global,Jakarta : Grasindo, 2010
Bambang Sokawati Dewantara , Ki Hadjar Dewantara Ayahku, Jakarta : PustakaSinar Harapan, 1989.
-------------, Nyi Hajar Dewantara Dalam Kisah dan Data,Jakarta : GunungAgung, 1979.
-------------, Mereka yang selalu hidup Ki Hajar Dewantara dan Nyi HajarDewantara,Jakarta : Roda Pengetahuan, 1981.
-------------, 100 Tahun Ki Hajar Dewantara,Jakarta : Pustaka Kartini, 1989.
Dansy Novitasari, Anastasia, Metode Pembelajaran Akhlak menurut KH. AhmadDahlan dan Relevansinya dengan pembelajaran Akhlak DalamIslam”, skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 4 (Jakarta : Cipta Adi Pustaka, cet. I, 1989.
Gray. Koes Murtiyah & Nasrudin Anshoriy, Satu Abad Muhammadiyah TafsirJawa Keteladanan Kiai Ahmad Dahlan, Yogyakarta : Adi Wacana,2010
Hah. Harahap dan Bambang Sokawati Dewantara, KI Hajar Dewantara danKawan-kawan, Ditangkap, Dipenjara, dan Diasingkan, Jakarta : GunungAguna, 1908.
H.A.R. Tilaar, Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia,Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002.
HM Nasrudin Anshory, Matahari Pembaruan Rekam Jejak KH. Ahmad DahlanYogyakarta : Galangpess, 2010.
Hery Sucipto, Nadjamuddin Ramly, Tajdid Muhammadiyah, Dari Ahmad Dahlanhingga A. SyafiiMaarif, Jakarta : Grafifindo Khasanah Ilmu, 2005.
Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan : Sang Pencerah, Pendidik, dan PendiriMuhammadiyah, Jakarta : Best Media Utama, 2010.
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung :Alfabeta, 2012.
238
Ign. Gatut Saksono, Pendidikan Yang memerdekakan Siswa, Yogyakarta : CVDiandra Paramita Media, 2008.
Junus Salam, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, Tangerang : Al-WasatPublising House, 2009
Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Sekolah Pengembangan PendidikanBudaya dan Karakter Bangsa, Jakarta : Kemendiknas, 2011.
Ki Drs. RBS. Fudyartanta, Ki Naryono, Ki Gunawan, Ki Drs. B. Boentarsono, KiMasidi, Taman Siswa Bunga Rampai Pemikiran,Yogyakarta : YayasanPenerbitan Tamansiswa, 2000.
Ki Gunawan, Berjuang Tanpa Henti dan Tak Kenal Lelah Dalam BukuPeringatan 70 Tahun Taman Siswa,Yogyakarta : MLPTS, 1992.
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta : Majelis LuhurPersatuan Taman Siswa, 2011.
-------------, Bagian Kedua : Kebudayaan, Yogyakarta : Majelis Luhur PersatuanTaman Siswa, 1994.
-------------, Kebekuan dan Pembaharuan dalam Hidup Kesenian Kita,Yogyakarta: MLPTS, 1983.
-------------, Masalah Kebudayaan : Kenang-kenangan Promosi Doctor HonorisCausa,Yogyakarta : MLPTS, 1964.
KI Hariyadi, Ki Hajar Dewantara sebagai Pendidik, Budayawan, PemimpinRakyat, dalam buku Ki Hajar Dewantara dalam pandangan para Cantrikdan Mentriknya,Yogyakarta: MLPTS, 1989.
Ki Prof Imam Sudiyat, SH, Pamong yang berwatak Satriya Pinandhita danPandhitan Sinatriya & Belajar Menjadi Siswa Ki Hajar Dewantara,Yogyakarta : Sarjanawiyata Tamansiswa, 1987.
Ki Soeratman, Pemahaman dan Penghayatan Asas-asas Tamansiswa 1922Yogyakarta : MLPTS, 1982.
-------------, Ki Hajar Dewantara Dalam Pandangan Para Cantrik danMentriknya dalam rangka peringatan seratus tahun Ki Hajar Dewantara2 Mei 1889 – 2 Mei 1989, Yogyakarta : MLPTS, 1989.
-----------, Buku Peringatan Taman Siswa 30 Tahun,Yogyakarta : MLPTS, 1981.
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta : Gramedia, 2005.
239
Lutfi Lazuardy, Restorasi Pendidikan Indonesia, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,2011.
Ma’nun, Metode Pendidikan KH. Ahmad Dahlan, Skripsi,Jurusan PendidikanAgama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SunanKalijaga Yogyakarta, 2006
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan KrisisMultidimensional,Jakarta : Bumi Aksara, 2011.
Mansyur Ramly, Pedoman Sekolah Pengembangan Pendidikan Budaya danKarakter Bangsa, Jakarta : Balitbang, 2011.
Moesman Wiryosentono, Pola Pendidikan Tamansiswa Sumbangan BagiPelaksanaan Pendidikan Nasional Pancasila,Yogyakarta : MLPTS,1983.
MohAhmad Mustari, Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan,Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2014.
Moh. Haitami Salim & Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam,Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2012.
Muhammad Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : Mutiara,1979
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan karakter,Bandung : Rosdakarya, 2011.
M. Yunan Yusuf, dkk., Cita dan Citra Muhammadiyah, Jakarta : PustakaPanjimas, 1985.
M. Yusron Asrofie, KH. Ahmad Dahlan Pemikiran dan KepemimpinannyaYogyakarta : Yogyakarta Offset, 1983.
Nurul Zuhrian, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam PerspektifPerubahanJakarta : Bumi Aksara, 2008.
-----------, Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan, Jakarta : Depot PengajaranMuhammadiyah, 1968.
Sudarno,Pendidikan Karakter Menurut Ki Hajar Dewantara dan Relevansinyadalam Pendidikan Agama Islam,skripsi, jurusan Pendidikan AgamaIslam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2012
240
Soeharto, Buku petunjuk museum Dewantara Kirti Griya, Pendapa AgungTamansiswa serta Taman Wijayabrata, Yogyakarta : ProyekPengembangan Permuseuman Daerah Istimewa Yogyakarta DirekturJendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1985/1986, hlm. 53
Sukardi, Metodologi Penelitian Kompetensi dan Praktiknya,Jakarta : BumiAksara, 2010.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatifdan R&D, Bandung : Alfabeta, 2008.
Syafii Maarif, dkk. Menggugat Modernitas Muhammadiyah : Refleksi Satu AbadPerjalanan Muhammadiyah,Jakarta : Best Media Utama, 2010.
Syarifuddin Judi, dkk., 1 Abad Muhammadiyah Gagasan Pembaruan SosialKeagamaan, Jakarta : Kompas Media Nusantara, 2010.
Syaifur Rohman, Pendidikan Humanisme (Komparasi pemikiran KH. AhmadDahlan dan Ki Hajar Dewantara), Skripsi, Fakultas Tarbiyah danKeguruan Jurusan Kependidikan Islam UIN Sunan KalijagaYogyakarta, 2013
Susatyo Budi Wibowo, Dahlan Asy’ari Kisah Perjalanan Wisata Hati,Yogyakarta: Diva Press, 2011.
Suwito & Fauzan, (ed.), Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan,Bandung :Angkasa, 2003.
Suparto Raharjo, Ki Hajar Dewantara, biografi singkat 1889-1959, Yogyakarta :Garasi, 2010.
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter : Konsepsi & Implementasinya SecaraTerpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, danMasyarakat, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013.
Syuja, Islam Berkemajuan; Kisah Perjuangan KH. Ahmad Dahlan danMuhammadiyah Masa Awal. Tangerang: Penerbit Al-Wasath, 2009
Thomas Lickona (ed), Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidikn SiswaMenjadi Pintar dan Baik, Bandung : Nusa Media, 2013.
Ulfah, Mariya, Konsep Pendidikan Karakter (Studi Komparatif Pemikiran SyedMuhammad Naquib Al-Atas dan Ki Hajar Dewantara), Skripsi, FakultasTarbiyah dan Keguruan Jurusan Kependidikan Islam UIN SunanKalijaga Yogyakarta, 2012
241
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009.
Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, Jakarta : Pustaka SinarHarapan, 1995.
Yb. Sudarmanto, Jejak-jejak Pahlawan dari Sultan Agung hingga Syeikh YusufJakarta : Gramedia, 1996.
Yunus Salam, Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya,Jakarta : Depot Pengajaran Muhammadiyah, 1968.
Zuly Qadir, Muhammadiyah Studies : Reorientasi Gerakan dan PemikiranMemasuki Abad Kedua, Yogyakarta : Kanisius, 2010.
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263