studi kualitas organoleptik dodol buah pala (study of
TRANSCRIPT
486
OPEN ACCES
Vol. 13No. 2: 486-492 Oktober 2020
Peer-Reviewed
AGRIKAN
Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)
URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2. 486-492
Studi Kualitas Organoleptik Dodol Buah Pala
(Study of Organoleptic Nutmeg Fruit Dodol Quality)
Mustamin Anwar Masuku1, Misran Lawani1 dan Erna Umasugi 2
1 Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Khairun. Ternate –
Indoensia, Email [email protected] ; [email protected]
2 Alumni Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Khairun. Ternate -Indoensia Email: [email protected]
Info Artikel:
Diterima : 10 Des. 2020
Disetujui : 11 Des. 2020
Dipublikasi : 13 Des. 2020
Artikel Penelitian
Keyword:
dodol nutmeg, banana mulu
bebe, and organoleptic
properties.
Korespondensi:
Mustamin Anwar Masuku
Universitas Khairun, Ternate –
Indonesia
HP : 082225000708
Email:
Copyright©
Oktober 2020 AGRIKAN
Abstrak. Dodol merupakan makanan semi basah yang memiliki tekstur plastis. Sifat organoleptik yang khas
dimiliki dodol adalah berwarna coklat, dan memiliki rasa yang manis, gurih dan legit dengan tekstur yang
plastis. daging buah pala berpotensi untuk diolah menjadi berbagai produk pangan seperti manisan pala, sirup
pala, selai, sari buah pala, minuman instan pala, jeli pala, anggur pala, asam cuka, permen gelatin hard candy
dan dodol. Pengolahan daging buah pala menjadi dodol pala dapat menambah nilai tambah produk pala dan
meningkatkan pendapatan petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan dodol pala dengan sifat
organoleptic terbaik. Dodol dari daging buah pala dan tepung pisang mulu bebe menghasilkan nilai warna 3.64-
3.70 (tidak suka-suka), rasa 3.25-3.59 (agak tidak suka-suka), dan aroma 3.75-4.15 (tidak suka- suka). Rasio
penambahan daging buah pala 65% dan tepung pisang mulu bebe 35% memenuhi syarat mutu SNI dodol, rasio
penambahan daging buah pala 45% dan tepung pisang mulu bebe 55% menghasilkan dodol pala yang disukai
oleh konsumen.
Abstract. Dodol is a semi-wet food that has a plastic texture. The typical organoleptic properties of dodol are
brown and have a sweet, savory and legit taste with a plastic texture. Nutmeg meat has the potential to be
processed into various food products such as candied nutmeg, nutmeg syrup, jam, nutmeg juice, instant
nutmeg drink, nutmeg jelly, nutmeg wine, vinegar acid, gelatin hard candy and dodol. Processing nutmeg
meat into nutmeg dodol can add value to nutmeg products and increase farmers' income. The purpose of this
study was to produce nutmeg dodol with the best organoleptic properties. Dodol from nutmeg meat and banana
flour mulu bebe produces a colour value of 3.64-3.70 (dislike), flavour 3.25-3.59 (rather dislike), and aroma of
3.75-4.15 (dislike). The ratio of the addition of nutmeg meat 65% and banana flour mulu bebe 35% meets the
quality of SNI dodol, the ratio of addition of nutmeg meat 45% and banana flour mulu bebe 55% produces
nutmeg dodol favoured by consumers.
I. PENDAHULUAN
Dodol merupakan salah satu makanan khas
Indonesia, berasal dari daerah Jawa Barat dengan
bahan dasar pembuatannya adalah tepung beras
ketan, santan dan gula. Dodol merupakan
makanan semi basah yang memiliki tekstur
plastis. Sifat organoleptik yang khas dimiliki
dodol adalah berwarna coklat, dan memiliki rasa
yang manis, gurih dan legit dengan tekstur yang
plastis (Margareta, 2013). Lestari dkk (2013)
menyatakan penggunaan 100% tepung beras ketan
pada pembuatan dodol akan menjadikan dodol
dengan tekstur yang terlalu liat. Hal ini
diakibatkan karena kandungan amilopektin pada
tepung beras ketan yang tinggi yaitu sebesar 98%
sehingga mengakibatkan viskositas yang tinggi
dan membentuk tekstur dodol menjadi liat. Selain
adanya amilopektin, amilosa juga berperan dalam
pembentukan tekstur dodol, amilosa akan
memberikan tekstur keras dan kering, sehingga
apabila kandungan amilosa terlalu tinggi akan
membentuk tekstur keras pada produk dodol.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka harus
ditemukan bahan baku lain yang dapat digunakan
sebagai campuran tepung beras ketan untuk
pembuatan dodol agar didapatkan tekstur dodol
yang baik.
Pala (Myristica fragrans) merupakan
tumbuhan berupa pohon yang berasal dari
kepulauan Banda, Maluku. Selain itu juga terdapat
di Wilayah Maluku Utara, seperti Pulau Ternate,
Tidore, Halmahera, Morotai dan Kepulauan
Sulabesi. Akibat dari nilai ekonominya yang
terlalu tinggi sebagai rempah, buah dan biji pala
telah menjadi komoditas perdagangan yang
penting sejak masa Romawi. Pala disebut-sebut
dalam ensiklopedia karya Plinius "Si Tua".
Semenjak zaman eksplorasi Eropa pala tersebar
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
487
luas di daerah tropika lain seperti Mauritius dan
Karibia (Grenada). Istilah pala juga dipakai untuk
biji pala yang diperdagangkan.
Menurut Nurdjannah (2007), daging buah
pala berpotensi untuk diolah menjadi berbagai
produk pangan seperti manisan pala, sirup pala,
selai, sari buah pala, minuman instan pala, jeli
pala, anggur pala, asam cuka, permen gelatin hard
candy dan dodol. Pengolahan daging buah pala
menjadi dodol pala dapat menambah nilai tambah
produk pala dan meningkatkan pendapatan
petani. Selain itu pisang mulu bebe merupakan
salah satu tanaman khas yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pangan local di Maluku Utara.
Bentuk pemanfaatan pisang mulu bebe adalah
menggunakan tepungnya sebagai bahan campuran
dalam pembuatan dodol pala. Sehingga tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh rasio daging buah pala dan tepung
pisang mulu bebe terhadap kualitas organoleptik
dodol pala.
II. METODELOGI
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustus-Oktober 2019 di Laboratorium Teknologi
Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Khairun Ternate. Analisa organoleptik dilakukan
di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Khairun Ternate
dan analisa produk dilakukan di Laboratorium Uji
Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
2.2. Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan dalam
penelitian ini adalah daging buah pala dan tepung
pisang mulu bebe diperoleh dari petani pala dan
pedagang buah pisang di Kota Ternate, serta
bahan pendukung lain seperti tepung ketan merk
Rose Brand, santan kelapa, gula pasir, gula merah,
plastik polietilen, vanili, mentega, bahan-bahan
kimia yang digunakan adalah Natrium hidroksida
(NaOH), amonia (NH3), amonium sulfat
(NH4)2SO4, larutan baku asam, Sulfur dioksida
(SO2), asam borat (H3BO3), Asam klorida (HCl),
pelarut heksan, aquades (H2O), alkahol
(C2HSOH), bromcresol green 2 ml metil merah, Pb
asetat (Pb(C2H3O2))2, Natrium karbonat
(Na2CO3), larutan luff-schoorl, batu didih, asam
sulfat (H2SO4), Na-Thiosulfat (Na2S2O3), dan
indicator pati. Alat-alat yang digunakan adalah
pisau, wadah, ayakan, loyang, sendok kayu,
blender, digital thermometer, gelas ukur plastik
1000 ml, wajan, kompor hook, timbangan digital,
hot air oven (Memmerty), gelas piala 250 ml, labu
takar, pipet, cawan porselin, tarpan spatula, kertas
saring, kapas bebas lemak, labu lemak, sokhlet,
labu kjeldahl, desikator, dan erlenmeyer.
2.3. Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan pada penelitian ini
menggunakan Rancagan Acak Lengkap (RAL)
dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan.
Perlakuan terdiri dari lima kombinasi rasio daging
buah pala dan tepung pisang mulu bebe yaitu
65%:35%, 60%:40%, 55%:45%, 50%:50%, dan
45%:55%. Data yang diperoleh akan dianalisis
sidik ragam. Bila perlakuan daging buah pala dan
tepung pisang mulu bebe memberikan pengaruh
yang nyata dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf
signifikan ∝ 0,05 (Gaspersz, 1991).
2.4. Pembuatan Daging Buah Pala Dan Pisang
Pembuataan bubur buah pala yang akan
digunakan untuk dodol seperti yang terlihat pada
diagram alir pada gambar 1 di bawah ini. Pada
proses ini sesuai dengan modifikasi dari Zandi
dan Lewa (1992) serta Hanggara et al (2016).
Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan Daging Buah Pala (Modifikasi Zandy dan Lewa (1992),
dan Hanggara et al (2016)
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
488
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Pisang Mulu Bebe (Modifikasi Laisi (2013))
Setelah bubur daging buah pala dan tepung pisang mulu bebe telah tersedia, maka tahap
selanjutnya adalah membuat dodol daging buah pala seperti terlihat pada diagram alir pada gambar 3 di
bawah ini.
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian Pembuatan Dodol Pala Modifikasi dari Laisi (2013),
Suprapti(2006), Zandy dan Lewa (1992), dan Hafizah et al (2018).
2.5. Parameter Penelitian
Parameter penelitian meliputi analisis sifat
organoleptik dari dodol pala (Rampengan et al.,
1985). Metode pengujian yang dilakukan adalah
metode hedonik (uji kesukaan) meliputi: warna,
rasa, dan aroma. Skor yang digunakan adalah 5
(suka), 4 (agak suka, 3 (netral), 2 (agak tidak suka),
dan 1 (tidak suka).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Warna
Penilaian warna dodol pala dari panelis
yang terendah adalah3.64(tidak suka) terdapat
pada formulasi (65:35) daging buah pala dan
tepung pisang mulu bebe, sedangkan yang
tertinggi3.70 (suka) terdapat pada formulasi (45:55)
daging buah pala dan tepung pisang mulu
(Gambar 4).
Kesukaan panelis terhadap dodol pala
cenderung meningkat dengan semakin banyaknya
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
489
3.6
3.65
3.7
P1 P2 P3 P4 P5
3.649
3.68
3.65
3.7 3.7
Nil
ai
wa
rna
do
do
l
Perlakuan
Keterangan :
P1= Daging buah pala 65% : Tepung pisang mulu bebe 35%
P2= Daging buah pala 60% : Tepung pisang mulu bebe 40%
P3= Daging buah pala 55% : Tepung pisang mulu bebe 45%
P4= Daging buah pala 50% : Tepung pisang mulu bebe 50%
P5= Daging buah pala 45% : Tepung pisang mulu bebe 55%
daging buah pala dan tepung pisang mulu bebe
serta penambahan bahan lainnya pada pengolahan
dodol pala seperti gula pasir dan gula merah
sehingga diduga berpengaruh terhadap
terbentuknya warna kecoklatan pada dodol pala.
Hasil sidik ragam (ANOVA)formulasi
daging buah pala dengan tepung pisang mulu
bebe yang berbeda tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap parameter warna dodol
pala.Warna akhir dari produk diduga karena
penambahan gula, hal ini disebabkan karena
penambahan gula pada semua perlakuan sama dan
warna dodol yang dihasilkanpun cenderung sama
(coklat tua), sehingga panelis dapat tertarik pada
warna dodol yang dihasilkan.
Gambar 4. Grafik Rata-rata Hasil Uji Organoleptik Terhadap Parameter Warna Dodol Pala.
Kartika (1988) mengemukakan bahwa,
peranan warna pada suatu makanan sangat
penting, karena pada umumnya konsumen
sebelum mempertimbangkan parameter lain,
terlebih dahulu tertarik oleh keadaan warna
makanan tersebut, dapat mempengaruhi selera
konsumen dan membangkitkan selera makan,
bahkan warna juga dapat menjadi petunjuk bagi
kualitas makanan yang dihasilkan.
Tabel 1. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Terhadap Warna Dodol.
Perlakuan Rata-rata
P1 3.649a
P2 3.68a
P3 3.65a
P4 3.7a
P5 3.7a
Perlakuan Rata-rata
Keterangan : Notasi subscrip yang diikuti huruf kecil yang
tidak sama dinyatakan berbeda nyata pada
BNT ∝ 0.05 = 3,688900873
Formulasi daging buah pala dengan tepung
pisang mulu bebe menunjukkan nilai parameter
warna yang tidak berbeda nyata. Namun
menunjukkan perlakuan yang berbeda nyata pada
BNT ∝ 0.05= (3,688900873) dan juga dikarenakan
nilai F hitung warna lebih tinggi dari nilai F tabel
∝ 0,05% dan disebabkan karena rasio penambahan
daging buah pala dengan tepung pisang mulu
bebe yang berbeda dapat memberikan hasil yang
berbeda terhadap parameter warna dodol pala. Hal
ini sejalan dengan penelitian Hanggara et al (2016)
pengaruh formulasi pasta labu kuning dan tepung
beras ketan putih terhadap sifat kimia dan sensori
dodol. Dimana pada perlakuan Perbandingan
tepung beras ketan putih dan pasta labu kuning
40:60, dan 50:50 menunjukan nilai parameter
warna dodol labu kuning yang tidak berbeda satu
sama lain.
3.2. Rasa
Penilaian rasa dodol pala dari panelis yang
terendah adalah 3.25 (agak tidak suka) terdapat
pada formulasi (65:35) daging buah pala dan
tepung pisang mulu bebe, sedangkan yang
tertinggi3.59(suka) terdapat pada formulasi (45:55)
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
490
3
3.2
3.4
3.6
P1 P2 P3 P4 P5
3.43
3.25
3.4
3.56 3.59
Nil
ai
rasa
do
do
l
Perlakuan
Keterangan :
P1= Daging buah pala 65% : Tepung pisang mulu bebe 35%
P2= Daging buah pala 60% : Tepung pisang mulu bebe 40%
P3= Daging buah pala 55% : Tepung pisang mulu bebe 45%
P4= Daging buah pala 50% : Tepung pisang mulu bebe 50%
P5= Daging buah pala 45% : Tepung pisang mulu bebe 55%
daging buah pala dan tepung pisang mulu
(Gambar 5).
Hasil sidik ragam (ANOVA) menunjukkan
bahwa, perlakuan rasio daging buah pala dan
tepung pisang mulu bebe yang berbeda tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
parameter rasa dodol pala yang dihasilkan. Hal ini
diduga karena pengaruh penambahan daging
buah pala dan tepung pisang mulu bebe, karena
dari kedua bahan tersebut memiliki rasa masam
yang sama dan diduga faktor yang dapat
mempengaruhi organoleptik pada parameter rasa
adalah bahan tambahan dodol pala yaitu gula,
vanili dan margarin. Winarno (2002) menyatakan,
rasa dalam bahan pangan sangat penting dalam
menentukan daya terima konsumen. Selain itu,
rasa juga merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan mutu.
Biasanya rasa sangat diperhatikan oleh
konsumen setelah warna. Rasa yang ditimbulkan
oleh produk pangan dapat berasal dari bahan
pangan itu sendiri juga berasal dari zat-zat yang
ditambahkan saat proses berlangsung, sehingga
dapat menimbulkan rasa yang tajam atau
sebaliknya jadi berkurang.
Gambar 5. Grafik Rata-rata Hasil Uji Organoleptik Terhadap Parameter Rasa Dodol Pala.
3.3. Aroma
Penilaian warna dodol pala dari panelis
yang terendah adalah3.75 (tidak suka) terdapat
pada formulasi (65:35) daging buah pala dan
tepung pisang mulu bebe, sedangkan yang
tertinggi4.15 (suka) terdapat pada formulasi (45:55)
daging buah pala dan tepung pisang mulu
(Gambar 6).
Kesukaan panelis terhadap dodol pala
cenderung meningkatdengan semakin banyaknya
daging buah pala dan tepung pisang mulu
bebeSemakin tinggi rasio penambahan daging
buah pala dan tepung pisang mulu bebe yang
digunakan dalam pengolahan dodol, maka
semakin meningkat pula nilai aroma yang
dihasilkan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Winarno (2002), yang menyatakan aroma pada
makanan tidak hanya ditentukan oleh satu
komponen tetapi oleh beberapa komponen
tertentu yang menimbulkan bau yang khas dan
dipengaruhi oleh perbandingan dari berbagai
bahan yang digunakan.
Hasil sidik ragam (ANOVA) menunjukkan
bahwa, perlakuan penambahan daging buah pala
dan tepung pisang mulu bebe yang berbeda tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
parameter aroma dodol pala. Hal ini menunjukkan
bahwa, rasio penambahan daging buah pala dan
tepung pisang mulu bebe yang berbedatidak
berpengaruh terhadap aroma dodol pala yang
dihasilkan. Faktor yang dapat mempengaruhi
organoleptik pada parameter aroma adalah bahan
tambahan dodol yaitu margarin, gula dan vanili.
Winarno (2002) menyatakan, bahwa aroma
lebih banyak dipengaruhi oleh panca indera
penciuman. Pada umumnya bau yang dapat
diterima oleh hidung dan otak lebih banyak
merupakan campuran empat macam bau yaitu
harum, asam, tengik dan hangus. Hasil Uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) terhadap aroma dodol dapat
pada Tabel 2.
Formulasi daging buah pala dengan tepung
pisang mulu bebe menunjukkan nilai parameter
aroma yang tidak berbeda nyata. Namun berbeda
nyata pada BNT∝ 0.05 =(3,688900873) dan juga
dikarenakan nilai F hitung aroma lebih tinggi dari
nilai Ftabel ∝ 0,05% dan disebabkan karena rasio
penambahan daging buah pala dengan tepung
pisang mulu bebe yang berbeda dapat
memberikan hasil yang berbeda terhadap
parameter aroma dodol pala. Hal ini sejalan
dengan penelitian Hanggara et al (2016) pengaruh
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
491
3.4
3.6
3.8
4
4.2
P1 P2 P3 P4 P5
3.75
3.93 4.03 4.05
4.15
Nil
ai
aro
ma
do
do
l
Perlakuan
Keterangan :
P1= Daging buah pala 65% : Tepung pisang mulu bebe 35%
P2= Daging buah pala 60% : Tepung pisang mulu bebe 40%
P3= Daging buah pala 55% : Tepung pisang mulu bebe 45%
P4= Daging buah pala 50% : Tepung pisang mulu bebe 50%
P5= Daging buah pala 45% : Tepung pisang mulu bebe 55%
formulasi pasta labu kuning dan tepung beras
ketan putih terhadap sifat kimia dan sensori
dodol. Dimana pada perlakuan Perbandingan
tepung beras ketan putih dan pasta labu kuning
40:60, dan 50:50 menunjukan nilai parameter
warna dodol labu kuning yang tidak berbeda satu
sama lain.
Gambar 6. Grafik Rata-rata Hasil Uji Organoleptik Terhadap Parameter Aroma Dodol Pala.
Tabel 2. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
Nilai Aroma.
Perlakuan Rata-rata
P1 3.75a
P2 3.93a
P3 4.03a
P4 4.05a
P5 4.15a
Keterangan : Notasi subscrip yang diikuti huruf
kecil yang tidak sama dinyatakan
berbeda nyata pada BNT ∝ 0.05 =
2.05484007
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dodol dari daging buah pala dan tepung pisang
mulu bebe menghasilkan nilai warna 3.64-3.70
(tidak suka-suka), rasa 3.25-3.59 (agak tidak
suka-suka), dan aroma 3.75-4.15 (tidak suka-
suka).
2. Rasio penambahan daging buah pala 65% dan
tepung pisang mulu bebe 35% memenuhi
syarat mutu SNI dodol, rasio penambahan
daging buah pala 45% dan tepung pisang mulu
bebe 55% menghasilkan dodol pala yang
disukai oleh konsumen.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
pengamatan selama proses penelitian maka perlu
dilakukan penelitian lanjut dalam pembuatan
dodol pala dengan penambahan bahan lainnya
untuk meningkatkan kadar protein dan kadar
lemak sehingga memenuhi syarat mutu SNI dodol.
REFERENSI
[AOAC] Associatio of Official Analytical Chemist. 2005. Official Methods of Analytisis Associatios of
Official Analytical Chemis. Washington DC.
[AOAC] Associatio of Official Analytical Chemist. 1990. Official Methods of Analytical of The
Associations of Official Analytical Chemis. [AOAC], Washington DC.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional 01-2973-1992. [SNI] Pengertian Dodol. Badan Standarlisasi Nasional
BSN.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)
492
[BSN] Badan Standarisasi Nasional 01-2986-1992. [SNI] Syarat Mutu Dodol
Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Gajah Mada University Prees, Yogyakarta.
Hanggara. H., S. Astuti., dan S. Setyani. 2016. Pengaruh Formulasi Pasta Labu Kuning Dan Tepung Beras
Ketan Putih Terhadap Sifat Kimia Dan Sensori Dodol. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil
Pertanian Vol. 21 No.1. Universitas Lampung
Hafizah S., Alamsyah A., y Sulastri. 2018. Rasio Tepung Tapioka, Tepung Ketan dan Tepung Ubi Jalar
Ungu Terhadap Sifat Fisikokimia Dodol. Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)Vol 4
No. 2.
Kartika, B. 1988. Pedoman Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta: Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi
UGM.
Laisi, A. 2013. Pengaruh Asam Askorbat (C6H8O6) terhadap Sifat Kimia dan Sensoris Tepung Pisang
Mulu Bebe (Musa Spp). Skripsi. Universitas Khairun, Ternate.
Layuk P dan M. Lintang.2004. Pengolahan Dodol Pala dan Analisa Ekonomnya. Proseding Seminar
Nasional Klinik Teknologi Pertanian Sebagai Basis Pertumbuhan Usaha Agribisnis Menuju
Petani Nelayan Mandiri. PSE Litbang Pertanian. Depatemen Pertanian.
Lestari, 2013. Dodol, Makanan tradisional, Jurnal UMS. Solo.
Lumba R., M. Anang,Y.Masitah. 2019. Analisis Komposisi Kimia Tepung Pisang “Mulu Bebe” (Musa
acuminata) Indegenous Halmahera Utara Sebagai Sumber Pangan Lokal. Jurnal UNIERA
Volume 8, Nomor 1. Universitas Halmahera.
Margaretta, 2013. Pengaruh Komposisi Tepung Beras Terhadap Dodol. Jurnal UMS. Solo.
Nurdjannah, N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Skripsi.Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Persada,Halaman 1, 8-9.Bogor
Nurainy, F., Otik Nawansih dan Sitanggang M.M. 2018. Pengaruh perbandingan bubuk coklat dan
tepung ketan terhadap sifat kimia dan sensori dodol coklat. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil
Pertanian Vol. 23 No.1.
Rampengan, V.J. Pontoh dan D.T. Sembel., 1985. Dasar-dasar Pengawasan Mutu Pangan.Badan
Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur, Ujung Pandang.
Satuhu, S. dan Sunarmani. 2002. Membuat Aneka Dodol Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siswoputranto L.D. 1989. Teknologi Pasca Panen Kentang. Liberty. Yogyakarta.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1996. Standar Mutu Dodol Buah. Badan Standarisasi Nasional. 01-
4294-4297-1996. Jakarta.
Soemaatmadja D. 1997. Pengawetan Pangan Di Indonesia. IPB. Bogor
Sudarmadji, S., B. Haryono., dan Suhardi. 1997. Prosedur Analitik untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty, Yogyakarta
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Nutrisi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.