studi penelitian hubungan kekuatan tekan beton …thesis.binus.ac.id/doc/a/lkn2004-0085.pdf ·...
TRANSCRIPT
STUDI PENELITIAN HUBUNGAN KEKUATAN TEKAN BETON DENGAN SLUMP
SKRIPSI
Oleh
GUNAWAN 0400524772
Universitas Bina Nusantara Jakarta
2004
STUDI PENELITIAN HUBUNGAN KEKUATAN TEKAN BETON DENGAN SLUMP
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk gelar kesarjanaan pada
Jurusan Teknik Sipil Jenjang Pendidikan Strata-1
Oleh
GUNAWAN 0400524772
Universitas Bina Nusantara Jakarta
2004
STUDI PENELITIAN HUBUNGAN KEKUATAN TEKAN BETON DENGAN SLUMP
SKRIPSI
Oleh
GUNAWAN 0400524772
Disetujui:
Pembimbing
Ir. GUNAWAN. T
Universitas Bina Nusantara
Jakarta 2004
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
Jurusan Teknik Sipil
Skripsi sarjana
Semester Ganjil Tahun 2003 / 2004
JUDUL : STUDI PENELITIAN HUBUNGAN KEKUATAN TEKAN BETON DENGAN SLUMP
GUNAWAN
NIM : 0400524772 Abstrak
Sebelum dilakukan pengecoran beton di buat terlebih dahulu perencanaan
campuraan beton. Pada perencanaan Mix Desain dapat direncanakan Kekuatan tekan
dengan Slump yang berbeda – beda. Umumnya perencanaan campuran beton dengan
slump yang semakin tinggi akan mempunyai kekuatan tekan yang lebih rendah. Dalam
studi penelitian ini dilakukan mix desain dengan merencanakan proporsi campuran yang
sama dengan slump yang berbeda – beda dengan menggunakan air sebagai parameter.
Dengan slump yang berbeda – beda akan didapatkan perbandingan kekuatan tekan beton
untuk slump 8 ±2 cm, 12±2 cm, 14 ±2 cm dan 16±2 cm. Pada grafik akan dapat dilihat
hubungan kekuatan tekan untuk slump yang berbeda – beda dan akan terlihat penurunan
kekuatan beton dengan semakin tingginya slump yang digunakan dalam perencanaan.
Kata kunci : Slump, Kekuatan Tekan, Hubungan, Grafik.
KATA PENGANTAR
Pertama – tama Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha esa,
sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir dalam Tahun Ajaran 2003 / 2004.
Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib yang harus diselesaikan untuk
memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas
Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Bina Nusantara.
Adapun Tugas Akhir ini merupakan penelitian untuk mendapatkan Hubungan
Kekuatan Tekan Beton dan Slump yang pada pelaksanaannya dilakukan di laboratorium
PT. Subur Brothers.
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir Penulis di bantu oleh banyak pihak sehingga
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Pada kesempatan ini Penulis inigin mengucapkan terima kasih kapada :
1. Ir. Gunawan Theodosius : Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
2. Bapak H.M. Subekti, BE., MSc., : Kepala Jurusan Teknik Sipil Universitas BINUS.
3. Ibu Amelia Makmur, ST. MT. : Sekretaris Jurusan Sipil Universitas BINUS.
4. PT. Subur Brothers.
5. Ir. Darmawan OH : Kepala Laboratorium PT. Subur Brothers.
6. Seluruh Staf Laboratorium : PT. Subur Brothers.
7. Andi Paulino Ginta : Rekan Mahasiswa.
8. Stevanus Adrianto : Rekan Mahasiswa.
9. Seluruh Dosen Fakultas Teknik Sipil Universitas BINUS.
10. Teman – teman yang telah memberikan saran atau bantuan dalam pelaksanaan
penelitian.
Walaupun Penulis telah menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan sebaik mungkin,
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari Tugas Akhir ini. Untuk itu Penulis
mengharapkan kritk dan saran yang membangun dari semua pihak, selain itu Penulis
berharap Tugas Akhir ini dapat memberi manfaat bagi rekan – rekan mahasiswa / i yang
akan datang dan kepada siapa saja yang menyempatkan diri untuk membaca Tugas Akhir
ini.
Jakarta, 23 Februari 2004
Gunawan
v
DAFTAR ISI
Halaman Cover Depan
Halaman Judul
Halaman Persetujuan Hardcover ............................................................................ i
Abstrak ................................................................................................................. ii
Prakata .................................................................................................................. iii
Daftar Isi ............................................................................................................... v
Daftar Tabel .......................................................................................................... vii
Daftar Gambar ...................................................................................................... x
Daftar Lampiran ................................................................................................... xi
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah……………………………………………… 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………… 2
1.4 Lingkup Penelitian………………………………………………... 2
1.5 Sistematika Penulisan……………………………………………... 3
Bab 2 Dasar Teori 2.1 Umum……………………………………………………………… 5
2.2 Mix Desain………………………………………………………… 5
2.2.1 Syarat – syarat Material…………………………………… 5
2.2.2 Proses Mix Design…………………………………………. 6
2.2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi Kuat Tekan
Beton………………………………………………………28
vi
Bab 3 Metodologi Penelitian
3.1 Macam Pengerjaan…………………………………………….. 38
3.2 Pemilihan dan Pengujian Material…………………………….. 39
3.3 Benda Uji……………………………………………………… 40
3.4 Sistem Perawatan……………………………………………… 40
3.5 Teknik Pengambilan Sampel………………………………….. 41
3.6 Teknik Pengumpulan Data…………………………………….. 42
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Pengumpulan Data……………………………………….. 44
4.2 Tabel Hasil Pengolahan Data…………………………………… 49
4.3 Pembahasan Hasil……………………………………………… 64
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan …………………………………………………….. 67
5.2 Saran…………………………………………………………… 68
Daftar Pustaka
Riwayat Hidup
Lampiran
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor Pengali Deviasi Standar .............................................. 8
Tabel 2.2 Nilai Deviasi Standar untuk Berbagai Tingkat Pengendalian
Mutu Pekerjaan dilapangan ................................................... 9
Tabel 2.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton dengan Faktor Air Semen 0,50
.................................................................................................. 12
Tabel 2.4 Persyaratan Faktor Air Semen Maksimum Untuk Berbagai
Pembetonan dan Lingkungan Khusus...................................... 13
Tabel 2.5 Faktor Air Semen Untuk Beton yang berhubungan dengan
Air Tanah yang mengandung Sulfat ........................................ 14
Tabel 2.6 Faktor Air Semen untuk Beton Bertulang dalam
Air............................................................................................. 15
Tabel 2.7 Penetapan Nilai Slump ............................................................. 16
Tabel 2.8 Penetapan Besar Butir Agregat Maksimum.............................. 17
Tabel 2.9 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton ................... 18
Tabel 2.10 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan
dan Lingkungan Khusus........................................................... 20
Tabel 2.11 Kandungan Semen Minimum untuk beton yang berhubungan
dengan air tanah yang mengandung Sulfat .............................. 21
Tabel 2.12 Kandungan Semen Minimum untuk Beton Bertulang dalam
Air ............................................................................................ 22
Tabel 2.13 Batas Gradasi Agregat Halus ................................................... 23
viii
Tabel 2.14 Formulir Perancangan Campuran Beton .................................. 26
Tabel 2.15 Proporsi Campuran .................................................................. 28
Tabel 2.16 Tabel Perbandingan Kekuatan Tekan Beton pada berbagai
Umur........................................................................................ 31
Tabel 3.1 Jumlah Benda Uji ..................................................................... 41
Tabel 4.1 Data Kekuatan Tekan Beton Slump 8±2cm ............................ 44
Tabel 4.2 Data Kekuatan Tekan Beton Slump12±2 cm .......................... 46
Tabel 4.3 Data Kekuatan Tekan Beton Slump 14±2 cm.......................... 47
Tabel 4.4 Data Kekuatan Tekan Beton Slump 16±2 cm.......................... 48
Tabel 4.5 Tabel Analisa Kekuatan Tekan Beton Slump 8±2 cm pada
Umur 7 Hari ............................................................................. 49
Tabel 4.6 Tabel Analisa Kekuatan Tekan Beton Slump 12±2 cm pada
Umur 7 Hari ............................................................................. 50
Tabel 4.7 Tabel Analisa Kekuatan Tekan Beton Slump 14±2 cm pada
Umur 7 Hari ............................................................................. 51
Tabel 4.8 Tabel Analisa Kekuatan Tekan Beton Slump 16±2 cm pada
Umur 7 Hari ............................................................................. 52
Tabel 4.9 Tabel Analisa Kekuatan Tekan Beton Slump 8±2 cm pada
Umur 28 Hari....... .................................................................... 53
Tabel 4.10 Tabel Analisa Kekuatan Tekan Beton Slump 12±2 cm pada
Umur 28 Hari ........................................................................... 54
ix
Tabel 4.11 Tabel Analisa Kekuatan Tekan Beton Slump 14±2 cm pada
Umur 28 Hari....... .................................................................... 55
Tabel 4.12 Tabel Analisa Kekuatan Tekan Beton Slump 16±2 cm pada
Umur 28 Hari ........................................................................... 56
Tabel 4.13 Tabel Analisa Kekuatan Tekan Gabungan Slump 8±2 cm
pada umur 28 hari .................................................................... 57
Tabel 4.14 Tabel Analisa Kekuatan Tekan Gabungan Slump 12±2 cm
pada umur 28 hari .................................................................... 58
Tabel 4.15 Tabel Analisa Kekuatan Tekan Gabungan Slump 14±2 cm
pada umur 28 hari .................................................................... 59
Tabel 4.16 Tabel Analisa Kekuatan Tekan Gabungan Slump 16±2 cm
pada umur 28 hari .................................................................... 60
Tabel 4.17 Perhitungan Faktor Pembagi..................................................... 61
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor Air Semen..................................................................... 32
Gambar 2.2 Batas – batas Gradasi Pasir...................................................... 33
Gambar 2.3.1 Prosentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan
untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm.................................... 34
Gambar 2.3.2 Prosentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan
untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm.................................... 35
Gambar 2.3.3 Prosentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan
untuk Ukuran Butir Maksimum 40 mm.................................... 36
Gambar 2.4 Perkiraan Berat Jenis Beton Segar............................................ 37
Gambar 3.1 Bentuk dan Ukuran Benda Uji..................................................... 40
Gambar 3.2 Bagan Alir Proses Penelitian....................................................... 43
Gambar 4.1 Hubungan Kekuatan Tekan dan Slump untuk umur 7 hari...... 62
Gambar 4.2 Hubungan Kekuatan Tekan dan Slump untuk umur 28 hari.... 63
Gambar 4.3 Hubungan Kekuatan Tekan dan Slump Gabungan .................. 64
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Berat Jenis Pasir
Lampiran B Berat Isi Pasir
Lampiran C Kadar Air Pasir
Lampiran D Analisa Saringan Pasir
Lampiran E Berat Jenis Agregat Kasar
Lampiran F Berat Isi Agregat Kasar
Lampiran G Kadar Air Agregat Kasar
Lampiran H Analisa Saringan Agregat Kasar
Lampiran I Mix Desain
Lampiran J Foto – foto Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Beton adalah bahan yang diperoleh dari mencampur semen, pasir, agregat
kasar atau batu pecah, air, yang mengeras menjadi benda padat1. Sebagai bahan
konstruksi, beton saat ini lebih banyak digunakan dibandingkan bahan kayu dan
bahan lainnya. Bahan kayu sebagian besar untuk bekisting dalam pembuatan
konstruksi beton
Perkembangan teknologi beton saat ini telah mengalami kemajuan pesat
dengan adanya bahan tambahan yang dapat mendukung sifat – sifat beton,
menambah dan memperbaiki sifat beton sesuai dengan sifat beton yang
diinginkan. Sifat – sifat beton dapat bervariasi, hal ini tergantung pada pemilihan
bahan – bahan dan campuran yang digunakan.
Berdasarkan sifat – sifat beton yang bervariasi maka penulis tertarik
melakukan penelitian untuk memperoleh hubungan antara slump dan kekuatan
tekan beton dengan tujuan agar dapat memperoleh slump yang ideal yang dapat
dipakai dalam mix desain untuk menentukan kekuatan tekan beton sesuai dengan
yang direncanakan.
Penulis berharap penelitian ini dapat berguna bagi dunia konstruksi di
Indonesia. 1 T. Gunawan, S. Margaret, Konstruksi Beton I, Jilid 1, Delta Teknik Group, Jakarta, 1996, hal 1.
2
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
suatu penelitian dengan menggunakan slump yang berbeda – beda untuk
membandingkan kekuatan tekan yang akan dicapai.
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memperoleh hubungan
antara slump 8, slump 12, slump 14, slump 16 dan mutu beton 30 Mpa.
Hasil analisa skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan
slump yang tepat untuk mencapai suatu nilai mutu beton yang diinginkan.
1.4. RUANG LINGKUP
Sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dalam penelitian ini
dilakukan beberapa pembatasan masalah yang dikaji.
Hal – hal itu sebagai berikut :
1. Mutu beton antara 25 – 35 MPA, dengan menggunakan slump yang berbeda.
2. Perencanaan campuran beton mutu tinggi menggunakan metode DOE2.
3. Bahan yang digunakan :
• Semen : Semen Indocement.
• Air : Air bersih dari PDAM DKI Jakarta.
• Agregat Halus : Pasir putih.
2 Anonim, Pedoman Pelaksanaan Praktikum Beton, Universitas Bina Nusantara, Jakarta, 2003, hal 32.
3
• Agregat Kasar : Batu Pecah
• Pengujian yang dilakukan meliputi :
Kubus 15 x 15 x 15 cm : Kuat tekan.
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penulisan skripsi ini,
maka penulisannya dibagi secara lebih sistematis ke dalam lima bab sebagai
berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang penelitian, ruang
lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan mengenai konsep, metode dan
pengertian yang digunakan, yaitu tentang bahan penyusun beton,
kuat tekan, cara perawatan beton.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas macam – macam pengujian terhadap
bahan – bahan penyusun beton, sifat perawatan beton, teknik
4
pengambilan sampel dan pengumpulan data, macam dan teknik pengujian (kuat
tekan).
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini mencakup pengujian bahan, Trial Mix,
pelaksanaan campuran, persiapan dan perawatan benda uji,
pengujian dan perhitungan, analisa data pengujian.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir ini menyajikan kesimpulan yang didapat dari
pembahasan bab – bab sebelumnya berdasarkan fakta yang terjadi
di lapangan, dan berdasarkan kesimpulan itu akan diberikan saran
– saran yang dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
5
BAB II
DASAR TEORI
2.1. UMUM
Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat, air
dan semen atau dengan bahan tambahan atau zat aditif. Bahan – bahan air dan
semen bereaksi secara kimiawi ( hidrasi ), kemudian mengikat agregat menjadi
satu.
2.2. MIX DESAIN3
2.2.1. SYARAT – SYARAT MATERIAL
Sebelum memulai proses mix desain, ada syarat – syarat material yang
harus dipenuhi antara lain:
1. Menentukan berat volume agregat
Berat volume dihitung untuk mengetahui berat agregat dalam keadaan jenuh
permukaan kering ( SSD ) setiap satu satuan volume.
2. Menentukan berat jenis agregat
Berat jenis agregat merupakan suatu perbandingan antara berat agregat dan
berat air untuk volume yang sama.
3 Anonim, Pedoman Pelaksanaan Praktikum Beton, Universitas Bina Nusantara, Jakarta, 2003, hal 41.
6
3. Analisa saringan agregat
Analisa agregat memberikan suatu untuk informasi penting mengenai
prosentase agregat yang lolos dari saringan yang sudah ditentukan. Dari hasil
ini maka dapat ditentukan agregat tersebut memiliki gradasi yaag baik, cukup
baik maupun kurang baik. Semakin baik gradasi yang didapat maka akan
didapatkan kekuatan yang lebih dari beton yang dihasilkan.
4. Menentukan water content agregat
Menentukan banyaknya kandungan air yang terdapat didalam agregat
dalam keadaan jenuh permukaan kering sangat penting karena berpengaruh
terhadap banyaknya air yang diperlukan pada ampuran beton.
2.2.2. PROSES MIX DESAIN
Setelah memenuhi syarat – syarat material campuran beton, maka
rancangan beton ( Mix Desain ) dapat dilakukan. Perancangan campuran beton
cara Inggris ( The British Mix Design Method ) ini tercantum dalam Design
of Normal Mixes di Indonesia dikenal dengan nama DOE ( Departement of
Enviroment, Building Research Establishment Britain ). Perancangan dengan
cara DOE ini dipakai sebagai standar perancangan oleh Departemen Pekerjaan
Umum di Indonesia, dan dimuat dalam buku Standar No. SK. SNI. T – 15 –
1990 – 03 dengan judul bukunya : Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran beton Normal.
7
Proses mix desain terdiri dari beberapa tahapan seperti dibawah ini:
a. Penetapan Kuat Tekan Beton
Penetapan kuat tekan beton yang diisyaratkan ( f’c ) pada umur tertentu,
( f’c = … Mpa pada umur 28 hari ). Kuat tekan beton yang diisyaratkan
sesuai dengan persyaratan perencanaan struktur dan kondisi setempat.
b. Penetapan Nilai Deviasi Standar ( s )
Deviasi Standar ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pelaksanaan
campuran di lapangan. Makin baik mutu pelaksanaannya makin kecil nilai
deviasi standarnya. Penetapan nilai deviasi standar ( s ) ini berdasarkan atas
hasil perancangan pada pembuatan beton mutu yang sama dan menggunakan
bahan dasar yang sama pula. Nilai deviasi standar dihitung dengan rumus :
s = ( )
2n
1
1n
fcrcr'f
−
−∑ ( 2.1 )
Dengan :
fc = kuat tekan masing – masing hasil uji, Mpa
fcr = kuat tekan beton rata – rata, Mpa
N = Jumlah hasil Uji Kuat Tekan ( minimum 30 benda uji )
8
Jika jumlah data hasil uji kurang dari 30 buah maka dilakukan koreksi
terhadap nilai deviasi standar dengan suatu faktor pengali, seperti pada tabel
berikut :
FAKTOR PENGALI DEVIASI STANDAR 4
TABEL 2.1
JUMLAH DATA FAKTOR PENGALI
30 1,00
25 1,03
20 1,08
15 1,16
< 15 Tidak boleh
*) Untuk nilai antara dipakai interpolasi
• Jika dalam pelaksanaan tidak mempunyai catatan / pengalaman hasil
pengujian beton pada masa lalu ( termasuk data hasil uji kurang dari 15
buah ), maka nilai deviasi standar diambil 7,5 Mpa.
• Untuk memberikan gambaran bagaimana cara menilai tingkat mutu
pekerjaan beton, disini diberikan pedoman sebagai berikut :
4 Aci 318R – 95 Tabel 5.3.1.2
9
NILAI DEVIASI STANDAR UNTUK BERBAGAI TINGKAT PENGENDALIAN
MUTU PEKERJAAN DI LAPANGAN
Tabel 2.2
TINGKAT PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN s ( Mpa )
Sangat memuaskan
Memuaskan
Baik
Cukup
Jelek
Tanpa kendali
2,8
3,5
4,2
5,0
7,0
8.4
c. Menghitung Nilai Tambah ( “margin” ), ( m )
Nilai tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standar ( s ) dengan
rumus berikut :
m = k.s ( 2.2 )
dimana :
m = nilai tambah ( Mpa )
k 5= 1,64
s = deviasi standar ( Mpa )
5 Anonim Buku pelaksanaan praktikum beton, Universiras Bina Nusantara, Jakarta, 2003, hal 43.
10
d. Menetapkan Kuat Tekan Rata – Rata yang direncanakan
Kuat Tekan Rata – Rata yang direncanakan diperoleh dengan rumus :
f’cr = f’c + m ( 2.3 )
dimana:
f’cr = kuat tekan rata – rata ( Mpa )
f’c = kuat tekan yang diisyaratkan ( Mpa )
m = nilai tambah ( Mpa )
e. Penetapan Jenis Semen Portland
Menurut SII 0013 – 18 di Indonesia Semen Portland dibedakan menjadi 5
jenis, yaitu jenis I, II, III, IV dan V. Jenis I merupakan jenis semen biasa atau
semen Portland.
f. Penetapan Jenis Agregat
Jenis kerikil dan pasir ditetapkan apakah berupa agregat alami ataukah
jenis agregat batu pecah ( crushed aggregate ).
g. Penetapan Faktor Air Semen ( FAS )
Berdasarkan jenis semen yang dipakai, jenis agregat kasar, dan kuat tekan
rata – rata silinder beton yang direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan
nilai faktor air semen dengan tabel 2.3 dan Gambar 2.1.
11
Langkah penetapannya dilakukan dengan cara sebagai berikut :
• Lihat tabel 2.3, dengan data jenis semen, jenis agregat kasar dan umur
beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton yang
akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0,50. Jenis kerikil maupun
umur beton yang direncanakan, maka dapat diperoleh kuat tekan beton
seandainya dipakai faktor air semen 0,50.
• Lihat Gambar 2.1, buatlah titik A Gambar 2.1, dengan nilai faktor air
semen 0,50 ( sebagai Absis ) dan kuat tekan beton yang diperoleh dari
tabel 1 ( sebagai ordinat ). Pada titik A tersebut kemudian dibuat grafik
baru yang bentuknya sama dengan 2 grafik yang berdekatan. Selanjutnya
ditarik garis mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata – rata
yang dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut. Dari titik
potong itu kemudian ditarik garis ke bawah sampai memotong sumbu
mendatar sehingga diperoleh nilai faktor air semen.
h. Penetapan Faktor Air Semen Maksimum
Penetapan nilai faktor air semen maksimum dilakukan dengan tabel 2.4.
Jika nilai faktor air semen maksimum ini lebih rendah dari nilai faktor air
semen langkah ( 7 ), maka nilai fakrtor air semen maksimum ini yang akan
dipakai untuk perhitungan selanjutnya.
12
TABEL 2.3
PERKIRAAN KUAT TEKAN BETON ( Mpa ) DENGAN FAKTOR AIR
SEMEN 0,50
UMUR ( HARI ) JENIS
SEMEN
JENIS
AGREGAT
KASAR 3 7 28 91
Alami 17 23 33 40 I, II, III
Batu Pecah 19 27 37 45
Alami 21 28 38 44 III
Batu Pecah 25 33 44 48
13
TABEL 2.4
PERSYARATAN FAKTOR AIR SEMEN MAKSIMUM UNTUK
BERBAGAI PEMBETONAN DAN LINGKUNGAN KHUSUS.
Jenis Pembetonan Faktor air semen maksimum
Beton di dalam ruang bangunan :
a. Keadaan keliling non korosif
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh
kondensasi atau uap korosif.
0,60
0,52
Beton di luar ruang bangunan :
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung.
b. Terlindung dari hujan dan terk matahari
langsung
0,55
0,60
Beton yang masuk ke dalam tanah :
a. Mengalami keadaan basah dan kering
berganti – ganti.
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari
tanah
0,55
lihat tabel 2.a.
14
Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar /
payau / laut.
Lihat tabel 2.b.
TABEL 2.5
FAKTOR AIR – SEMEN MAKSIMUM UNTUK BETON YANG
BERHUBUNGAN DENGAN AIR TANAH YANG MENGANDUNG SULFAT
Konsentrasi Sulfat ( SO3 ) Dalam tanah Total ( SO3 )
( SO3 ) dalam campuran air : tanah = 2: 1 ( gr/ft )
( SO3 ) dalam air tanah ( gr/ft )
Jenis semen f’as maksimum
< 0,2 < 1,0 < 0,3 Tipe I dengan atau tanpa Pozolan ( 15 – 40 % )
0,50
0,2 – 0,5
1,0 – 1,9 0,3 – 1,2 • Tipe I tanpa Pozolan
• Tipe I dengan Pozolan 15% - 40% ( semen Portland Pozolan )
• Tipe II atau V
0,50
0,55
0,55 0,5 – 1,0
1,9 – 3,1 1,2 – 2,5 Tipe I dengan Pozolan 15% - 40% ( Semen Portland Pozolan ) Tipe II atau V
0,45
0,50
1,0 – 2,0
3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 • Tipe II atau V 0,45
> 2,0 > 5,6 > 5,0 • Tipe II atau V dan pelindung
0,45
15
TABEL 2.6
FAKTOR AIR SEMEN UNTUK BETON BERTULANG DALAM AIR
Berhubungan dengan Tipe semen Faktor air semen
Air tawar Semua tipe I – V 0,50
Air payau • Tipe I + Pozolan ( 15% - 40 % )
atau
• Semen Portland Pozolan
Tipe II atau V
0,45
0,50
Air laut Tipe II atau V 0,45
16
i. Penetapan Nilai Slump
Nilai slump yang diinginkan dapat diperoleh dengan tabel. 2.7.
TABEL 2.7
PENETAPAN NILAI SLUMP ( CM )
Pemakaian beton Maks Min
Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak bertulang 12,5 5,0
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan struktur di bawah
tanah
9,0 2,5
Pelat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan masal 7,5 2,5
j. Penetapan Besar Butir Agregat Maksimum
Pada beton normal ada 3 pilihan besar butir maksimum, yaitu 40 mm, 20
mm, atau 10 mm.
Penetapan besar butir agregat maksimum dilakukan berdasarkan analisa
saringan dengan nomor sebagai berikut :
17
TABEL 2.8
PENETAPAN BESAR BUTIR AGREGAT MAKSIMUM
Presentasi yang lolos ( % )
Gradasi Agregat
No
Saringan
( mm ) 40 mm 30 mm 20 mm 14 mm
75,00 100 _ _ _
37,50 90 – 100 100 _ _
26,50 _ 90 – 100 100 _
19,00 30 – 70 _ 90 – 100 100
13,20 _ 25 – 60 _ 90 – 100
09,50 10 – 35 _ 25 – 55 40 – 85
04,75 0 – 5 0 – 10 0 – 10 0 – 10
02,36 0 – 2 0 – 5 0 – 5 0 – 5
k. Penetapan Jumlah Air yang Diperlukan Per Meter Kubik Beton
Berdasarkan Ukuran Maksimum Agregat, Jenis Agregat, dan Slump yang
Diinginkan, lihat tabel 2.9.
18
TABEL 2.9
PERKIRAAN KEBUTUHAN AIR PER METER KUBIK BETON ( LITER )
Slump ( mm ) Berdasarkan
ukuran maks.
Kerikil
Jenis
batuan 0 – 10 10 – 30 30 – 60 60 – 180
10 mm Alami
Batu pecah
150
180
180
205
205
230
225
250
20 mm Alami
Batu pecah
135
170
160
190
180
210
195
225
40 mm Alami
Batu pecah
115
155
140
175
160
190
175
205
Dalam tabel 2.9 apabila agregat halus dan agregat kasar yang
dipakai dari jenis yang berbeda ( alami dan pecahan ), maka jumlah air
yang diperkirakan diperbaiki dengan rumus :
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak (2.4 )
Dimana :
A = jumlah air yang dibutuhkan ( ltr / m )
Ah = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya.
19
Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya.
l. Berat semen yang diperlukan dihitung
Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air
( dari langkah ( 11 ) ) dengan faktor air semen yang diperoleh pada langkah
( 7 dan 8 ).
m. Kebutuhan semen minimum
Kebutuhan semen minimum ini ditetapkan untuk menghindari beton dari
kerusakan akibat lingkungan khusus. Kebutuhan semen minimum ditetapkan
dengan tabel 2.10.
20
TABEL 2.10
KEBUTUHAN SEMEN MINIMUM UNTUK BERBAGAI PEMBETONAN DAN
LINGKUNGAN KHUSUS
Jenis pembetonan Semen minimum ( kg/m³ beton )
Beton di dalam ruang bangunan :
• Keadaan keliling non korosif
• Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh
kondensasi atau uap korosif.
275
325
Beton di luar ruang bangunan :
• Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung
• Terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung
325
275
Beton yang masuk ke dalam tanah :
• Mengalami keadaan basah dan kering
berganti – ganti.
• Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari
tanah.
325
lihat tabel 2.5.
Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar /
payau / laut.
Lihat tabel 2.6.
n. Penyesuaian kebutuhan semen.
Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari ( 12 ) ternyata lebih sedikit
dari kebutuhan semen minimum ( 13 ) maka kebutuhan semen minimum
dipakai yang nilainya lebih besar.
21
TABEL 2.11
KANDUNGAN SEMEN MINIMUM UNTUK BETON YANG BERHUBUNGAN
DENGAN AIR TANAH YANG MENGANDUNG SULFAT
Konsentrasi Sulfat ( SO3 ) Dalam tanah Total ( SO3 )
( SO3 ) dalam campuran air : tanah = 2: 1 ( gr/ft )
( SO3 ) dalam air tanah ( gr/ft )
Jenis semen Kandungan semen min. ( kg/m³ beton ) Ukuran maksimum agregat ( mm )
40 20 10 < 0,2 < 1,0 – 1,9 < 0,3 • Tipe I dengan atau
tanpa Pozolan ( 15 – 40 %
280
300
280
0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2 • Tipe I tanpa Pozolan
• Tipe I dengan Pozolan 15% - 40%( Semen Portland Pozolan )
• Tipe II atau V
290
270
250
330
310
290
380
360
340
0,5 – 1,0 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5 • TipeI dengan Pozolan 15% - 40% (Semen Portland Pozolan )
• Tipe II atau V
340 290
330 370
380 420
1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 Tipe II atau V 330 370 420
> 0,2 > 5,6 < 5,0 • Tipe II atau V dan lapisan pelindung
330 370
420
22
TABEL 2.12
KANDUNGAN SEMEN MINIMUM UNTUK BETON BERTULANG DALAM
AIR ( KG/M³ )
Kandungan semen
minimum
Ukuran maksimum agregat
( mm )
Berhubungan dengan
Tipe semen
40 20
Air tawar Semua tipe I – V 280 300
Air payau • Tipe I + Pozolan
• Tipe II atau V
340
290
280
330
Air laut Tipe II atau V 330 370
o. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen.
Jika jumlah semen ada perubahan akibat langkah ( 14 ) maka nilai faktor
air semen berubah. Dalam hal ini, dapat dilakukan dua cara berikut :
• Cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi
jumlah air dengan jumlah semen minimum.
• Cara kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen
minimum dengan faktor air semen.
23
p. Penentuan daerah gradasi agregat halus.
Berdasarkan gradasinya ( hasil analisa ayakan ) agregat halus yang akan
dipakai dapat diklasifikasikan menjadi 4 daerah. Penentuan daerah gradasi itu
didasarkan atas grafik gradasi yang diberikan dalam tabel 2.13 atau
gambar 2.2.
TABEL 2.13
BATAS GRADASI AGREGAT HALUS
Persen berat butir yang lewat ayakan
Lubang Ayakan ( mm ) Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
10 100 100 100 100
4,8 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100
2,4 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100
1,2 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100
0,6 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100
0,3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50
0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15
q. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar.
Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar butir agregat
maksimum agregat kasar, nilai slump, faktor air semen dan daerah gradasi
agregat halus. Berdasarkan data tersebut dan grafik pada Gambar 2.3.1 atau
Ganbar 2.3.2 atau Gambar 2.3.3.
24
r. Berat Jenis Agregat Campuran
` P K BJ camp = --------- * BJah + -------- * BJak ( 2.5 ) 100 100
Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus dimana :
BJcamp = berat jenis agregat campuran
BJah = berat jenis agregat halus
BJak = berat jenis agregat kasar
P = prosentase berat agregat halus terhadap agregat campuran
K = prosentase berat agregat kasar terhadap agregat campuran
Berat jenis agregat halus dan agregat kasar diperoleh dari hasil
pengujian laboratorium.
s. Penentuan berat jenis beton.
Dengan data berat jenis agregat campuran dari langkah ( 18 ) dan
kebutuhan air tiap meter kubik betonnya maka dengan grafik pada Gambar
2.4 dapat diperkirakan berat jenis betonnya.
Caranya adalah sebagai berikut :
1. Dari berat jenis agregat campuran pada langkah 18 dibuat garis miring
berat jenis gabungan yang sesuai dengan garis miring yang paling dekat
pada Gambar 2.4.
2. Kebutuhan air yang diperoleh pada langkah 11 dimasukkan ke dalam
sumbu horizontal Ganbar 2.4. Kemudian dari titik ini ditarik garis
25
vertikal ke atas sampai mencapai garis miring yang dibuat pada
langkah 1 diatas.
3. Dari titik potong ini kemudian ditarik garis horizontal ke kiri sehingga
diperoleh nilai berat jenis beton.
t. Kebutuhan agregat campuran.
Kebutuhan agregat campuran dihitung dengan cara mengurangi berat
beton per meter kubik dengan kebutuhan air dan semen.
u. Berat agregat halus yang diperlukan dihitung berdasarkan hasil langkah
( 17 ) dan ( 20 ).
Kebutuhan agregat halus dihitung dengan cara mengalikan kebutuhan
agregat campuran dengan prosentase berat agregat halusnya.
v. Berat agregat kasar yang diperlukan dihitung, berdasarkan hasil
langkah ( 20 ) dan ( 21 ).
Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi kebutuhan
agregat campuran dengan kebutuhan agregat halus.
Untuk mempermudah perhitungan digunakan formulir perancangan
sebagai berikut :
26
TABEL 2.14
FORMULIR PERANCANGAN CAMPURAN BETON NORMAL
NO URAIAN HASIL
1 Kuat tekan yang diisyaratkan pada umur 28 hari Mpa
2 Deviasi standar ( s ) Mpa
3 Nilai tambah ( m ) Mpa
4 Kuat tekan rata – rata yang direncanakan Mpa
5 Jenis semen ( biasa/cepat keras )
6 Jenis agregat kasar ( alami/batu pecah )
Jenis agregat halus ( alami/batu pecah )
7 Faktor air semen ( gb 2.1 dan tabel 2.3 )
8 Faktor air semen maksimum ( tabel 2.4 )
Dipakai faktor air semen terendah
9 Nilai slump ( tabel 2.7 ) Cm
10 Ukuran maksimum agregat kasar (tabel 2.8 ) Mm
11 Kebutuhan air ( tabel 2.9 ) Ltr
12 Kebutuhan semen dari ( 8 ) dan ( 11 ) Kg
13 Kebutuhan semen minimum ( tabel 2.10 ) Kg
14 Dipakai semen Kg
15 Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen
16 Daerah gradasi agregat halus ( gb 2.2 )
17 Persen berat agregat halus terhadap campuran
( gb 2.3.1, gb 2.3.2 dan gb 2.3.3 )
18 Berat jenis agregat campuran ( dihitung )
19 Berat jenis beton ( gb 2.4 )
20 Kebutuhan agregat ( 19 ) – ( 11 ) – ( 14 ) Kg/m³
21 Kebutuhan agregat halus ( 17 ) * ( 20 ) Kg/m³
22 Kebutuhan agregat kasar ( 20 ) – ( 21 ) Kg/m³
27
Catatan :
Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam keadaan
jenuh kering permukaan, sehingga apabila agregatnya tidak kering muka, maka harus
dilakukan koreksi terhadap kebutuhan bahannya.
Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
• Air = A - [( Ah – A1)/100] x B - [( Ak – A2)/100] x C ( 2.6 )
• Agregat halus = B + [( Ah – A1)/100] x B ( 2.7 )
• Agregat kasar = C + [( Ak – A2)/100] x C ( 2.8 )
Dimana :
A = jumlah kebutuhan air ( ltr/m³ )
B = jumlah kebutuhan agregat halus ( kg/m³ )
C = jumlah kebutuhan agregat kasar ( kg/m³ )
Ak = kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar ( % )
Ah = kadar air sesungguhnya dalam agregat halus ( % )
A1 = kadar air dalam agregat halus jenuh kering muka/absorbsi ( % )
A2 = kadar air dalam agregat kasar jenuh kering muka/absorbsi ( % )
28
TABEL 2.15
PROPORSI CAMPURAN
PROPORSI CAMPURAN
Volume Berat total Air Semen Ag. Halus Ag. Kasar
1 m³ Kg Ltr Kg Kg Kg
1 x adukan Kg Ltr Kg Kg Kg
2.2.3. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUAT TEKAN
BETON
Kuat tekan beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor penting antara lain:
1. Perbandingan air semen
Dari gambar 2.1 terlihat suatu grafik kekuatan beton yang berbanding
terbalik dengan perbandingan air semen. Dengan demikian untuk memperoleh
kekuatan tekan yang besar dapat digunakan perbandingan air semen sekecil
mungkin selama pengerjaannya masih dapat dilakukan ( memiliki workability
yang baik ).
Perbandingan air semen mempengaruhi workability beton. Definisi
workability sekurang – kurangnya ada 3 menurut NEWMAN6, yaitu:
Kompaktibilitas yaitu kemudahan dimana beton dapat dipadatkan dan
rongga – rongga udara dapat diambil.
6 A.M.,Neville. Properties of Concrete, edisi ketiga, England : Longman, 1981,hal 36.
29
Mobilitas yaitu kemudahan dimana beton dapat mengalir kedalam
cetakan dan dituang kembali.
Stabilitas yaitu kemudahan beton untuk tetap sebagai massa yang
homogen, koheren dan stabil selama dikerjakan dan digetarkan tanpa
terjadi pemisahan butiran dari bahan utamanya.
2. Kekuatan Agregat7
Kekuatan agregat untuk batuan tipe granit, basal, Trap Rock, batuan api,
kuarsa dan batu kapur padat bisa mencapai 30000 Psi sampai dengan 45000
Psi.
3. Jenis dan Kualitas semen
Ada berbagai jenis semen yang dapat digunakan dalam pembuatan beton,
misalnya semen dengan kadar alumina yang tinggi menghasilkan beton yang
kuat hancurnya 24 jam sama dengan semen portland biasa pada umur 28 hari.
4. Jenis dan lekuk bidang permukaan agregat
Kenyataannya menunjukkan bahwa penggunaan agregat kasar berupa
batu pecah akan menghasilkan kekuatan tekan yang lebih besar dibandingkan
dengan menggunakan batu koral dari sungai.
Tegangan dimana retak terbentuk sebagian besar tergantung pada sifat
agregat kasar. Kerikil yang licin menimbulkan tegangan yang lebih rendah
dibandingkan batu pecah yang kasar dan bersudut karena lekatan mekanis
dipengaruhi oleh sifat – sifat permukaan dan bentuk agregat kasar.
7 P. Kumar Mehta, Concrete, Practice Hall. Inc, 1986, hal.238
30
5. Perawatan beton
Perawatan yang baik terhadap beton akan memperbaiki beberapa segi
dari kualitasnya. Disamping lebih kuat dan awet terhadap agresi kimia, beton
ini juga lebih tahan terhadap aus dan kedap air.
Sehari setelah pengecoran merupakan saat terpenting, periode sesudahnya
diperlukan perawatan dengan air dalam jangka panjang untuk memperbaiki
beton yang kurang baik perawatannya dan kurang kekedapan airnya.
Perawatan dilakukan dengan cara membasahi atau merendam beton dengan
air. Semakin terawat maka akan juga didapatkan beton yang kedap air.
Untuk mendapatkan beton yang baik , penempatan adukan yang sesuai
harus diikuti dengan perawatan ( Curing ) pada lingkungan yang tepat selama
tingkatan – tingkatan pengerasan awal. Curing merupakan nama yang
diberikan pada prosedur – prosedur yang digunakan untuk menimbulkan
hidrasi semen dan berupa pengawasan temperatur serta gerakan air dari dan
kedalam beton.
Jangka waktu perawatan yang tercantum dalam spesifikasi – spesifikasi
pada umumnya dimaksudkan agar:
Dapat dicegah terjadinya retak – retak permukan beton yang diakibatkan
oleh terlalu cepatnya penguapan air pada sat beton itu masih muda.
Tercapainya kekuatan beton yang diisyaratkan
Kekuatan tetap bertambah selama proses pembasahan. Pembasahan
gunanya untuk memperlancar hidrasi dari semen.
31
Umur beton
Pada keadaan normal kekuatan beton bertambah dengan
bertambahnya umurnya. Perbandingan kekuatan tekan beton pada
berbagai umur dapat dilihat pada tabel 2.16.
TABEL 2.16
UMUR BETON
Umur Beton ( Hari ) 3 7 14 21 28 90 365
Portland Semen Biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1 1,2 1,35
Portland Semen Dengan Kekuatan Awal Yang
Tinggi 0,55 0,75 0,90 0,95 1 1,15 1,2
Kepadatan Beton8
Metode konsolidasi untuk benda uji kubus dilakukan dengan dua kali
penggetaran untuk tiap lapisan yang berbeda atau apabila dilakukan
pemadatan dengan rojokan., rojokan dilakukan pada dua lapisan dengan
32 kali tusukan tiap lapisan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
rongga – rongga / keropos yang tidak diinginkan.
8 ASTM Standard C, 192 – 90a
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. MACAM PENGERJAAN
Pekerjaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Riset Kepustakaan.
Kepustakaan dilakukan dengan pengumpulan informasi dari buku, diktat,
dan bacaan – bacaan lainnya yang berhubungan dengan penulisan skripsi
ini. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan – bahan ilmiah
untuk mendukung skripsi.
2. Metode Hipotesa.
Bertujuan untuk mengkaji hubungan antara variabel – variabel yang
diteliti berdasarkan teori untuk merumuskan hipotesa penelitian.
3. Praktikum
Dilakukan di Laboratorium untuk mendapatkan data – data yang
diperlukan dan analisa secara statistik. Kegiatan ini meliputi :
• Pemilihan dan pengujian material.
• Pembuatan benda uji kubus 15 x 15 x 15 cm.
• Pengetesan benda uji.
39
3.2. PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MATERIAL
Dalam pelaksanaan penelitian serta pengujian dari bahan dasar sampai
pembuatan sampel dilaksanakan di Laboratorium Beton di P.T. Subur Brothers.
Pada penelitian ini pemilihan dan pengujian bahan adalah :
1. Semen
Digunakan adalah semen Portland Type 1 produksi Indocement .Tidak
dilakukan pengujian terhadap bahan semen.
2. Air
Digunakan air PDAM DKI Jakarta.
3. Agregat Halus
Digunakan pasir putih. Pengujian agregat halus meliputi pemeriksaan berat isi
lepas, berat isi padat, pemeriksaan kadar air, pemeriksaan kadar zat organik,
berat jenis dan penyerapan, gradasi butir dan modulus kehalusan butir.
4. Agregat Kasar
Digunakan batu pecah. Pengujiannya meliputi berat isi, berat jenis dan
penyerapan, keausan agregat, gradasi butir dan modulus halus butir, kadar
lumpur, kadar air.
40
3.3. BENDA UJI
Dalam penelitian ini, benda uji yang akan dibuat adalah berupa kubus
ukuran 15 x 15 x 15 cm.
15 cm
15 cm
15 cm
15 cm
Gambar 3.1 Bentuk dan Ukuran Benda Uji Kubus Beton
3.4. SISTEM PERAWATAN
1. Tujuan
Mempercepat proses hidrasi dan pengerasan beton tanpa mengurangi
kelembaban yang diperlukan pada proses tersebut.
2. Prosedur pelaksanaan
Benda uji dimasukkan ke dalam bak perendaman (air tawar) selama waktu
yang telah ditentukan untuk pengujian. Sebelum benda uji dimasukkan
kedalam bak perendaman terlebih dahulu benda uji diberi kode / tanda untuk
membedakan kelompoknya.
41
3.5. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah
benda uji yang berjumlah 80 kubus diuji secara keseluruhan untuk mendapatkan
kekuatan tekan rata – rata.
TABEL 3 .1 JUMLAH BENDA UJI
Slump Hari Jumlah Benda Uji Jenis Pengujian
7 10 Kuat Tekan 8
28 10 Kuat Tekan
7 10 Kuat Tekan 12
28 10 Kuat Tekan
7 10 Kuat Tekan 14
28 10 Kuat Tekan
7 10 Kuat Tekan 16
28 10 Kuat Tekan
Jumlah Total : Kubus ( 15 x 15 x 15 ) cm3 = 80
42
3.6. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan membuat benda uji sebanyak 80
kubus. Kemudian dilakukan uji kuat tekan beton untuk menentukan besarnya kuat
tekan kubus. Variabel pengamatan yang akan diukur adalah sebagai berikut :
a. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini ditentukan oleh peneliti. Pada penelitian ini
karena menggunakan slump yang berbeda – beda maka air dan slump
digunakan sebagai variabel bebas.
b. Variabel tak bebas
Variabel tak bebas pada penelitian ini adalah Proporsi Campuran yang
digunakan.
43
Tidak
Ya
GAMBAR 3 . 2 BAGAN ALIR PROSES PENELITIAN
Mulai
Persiapan : Persiapan peralatan Persiapan material
Pemeriksaan Material
Analisa Data dan Hasil Pemeriksaan Material
Memenuhi syarat
Membuat Benda Uji : Kubus 15 x 15 x 15 cm³
Slump 8 ± 2 Slump 12 ± 2 Slump 14 ± 2 Slump 16 ± 2 Masing – masing 20 benda uji
Pengetesan 7 hari dan 28 hari
Kesimpulan
Selesai
44
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dari proses penelitian di laboratorium dan hasil – hasil yang diperoleh maka dapat dibuat
grafik Hubungan Kekuatan tekan dan Slump.
4.1 Hasil Data Laboratorium
DATA KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 8 ± 2 CM:
TABEL 4.1
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan tekan kubus
( kg / cm2 )
7 7,8 324
7 8 347,1
7 7,9 325,3
7 7,8 345,8
7 8,1 333,8
7 8 333,3
7 8,1 351,1
7 8,1 320
7 8 375,1
7 8,1 400,9
28 8,1 444
28 8,2 424,4
28 8,2 484
28 8,1 456
28 8,1 432,9
28 8,2 387,6
45
Umur ( hari ) Berat ( Kg ) Tegangan Tekan Kubus ( Kg / cm² )
28 8 386,7
28 8,2 425,3
28 8,1 360
28 8,2 432,9
46
DATA KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 12 ± 2 CM :
TABEL 4.2
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan tekan kubus
( kg / cm2 )
7 8,0 314,70
7 8,0 306,20
7 8,0 329,30
7 7,8 297,30
7 8,1 293,80
7 8,0 300,40
7 8,0 310,20
7 8,0 330,70
7 8,0 317,80
7 8,0 297,80
28 8,0 297,80
28 8,2 406,20
28 8,1 366,20
28 8,1 362,20
28 8,0 403,10
28 8,1 392,90
28 8,0 404,90
28 8,1 394,20
28 8,0 387,10
28 8,0 385,30
47
DATA KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 14 ± 2 CM :
TABEL 4.3
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan tekan kubus
( kg / cm2 )
7 7,9 271,10
7 7,8 328,90
7 8,0 336,90
7 8,0 310,70
7 7,8 312,90
7 7,8 317,30
7 8,1 337,30
7 7,8 310,20
7 8,1 331,10
7 8,1 318,20
28 7,9 348,90
28 8,1 342,20
28 8,0 421,80
28 7,9 397,30
28 8,0 375,60
28 7,9 347,60
28 8,1 345,30
28 8,0 308,00
28 7,8 329,30
28 8 357,30
48
DATA KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 16± 2 CM :
TABEL 4.4
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan tekan kubus
( kg / cm2 )
7 8.0 297,8
7 7,8 278,7
7 7,8 320,9
7 7,8 286,2
7 8.0 320
7 7,8 265,8
7 7,8 260,9
7 7,8 258,7
7 7,8 306,7
7 7,8 270,7
28 8,0 297,80
28 8,0 406,20
28 7,8 366,20
28 7,8 362,20
28 8,0 403,10
28 7,9 392,90
28 8,0 404,90
28 8,0 394,20
28 8,1 387,10
28 7,7 385,30
49
4.2 Hasil Pengolahan Data
TABEL ANALISA KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 8 ± 2 CM
TABEL 4.5
No.
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan tekan
kubus
( kg / cm2 )
Tegangan Tekan
Silinder ( Mpa )
Tegangan Tekan
rata – rata
( Mpa )
1. 7 7,8 324 26,892 28,68812
2. 7 8 347,1 28,8093 28,68812
3. 7 7,9 325,3 26,9999 28,68812
4. 7 7,8 345,8 28,7014 28,68812
5. 7 8,1 333,8 27,7054 28,68812
6. 7 8 333,3 27,6639 28,68812
7. 7 8,1 351,1 29,1413 28,68812
8. 7 8,1 320 26,56 28,68812
9. 7 8 375,1 31,1333 28,68812
10. 7 8,1 400,9 33,2747 28,68812
50
TABEL ANALISIS KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 12 ± 2 CM
TABEL 4.6
No.
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan tekan
kubus
( kg / cm2 )
Tegangan Tekan
Silinder ( Mpa )
Tegangan Tekan
rata - rata
( Mpa )
1. 7 8 314,7 26,1201 25,71506
2. 7 8 306,2 25,4146 25,71506
3. 7 8 329,3 27,3319 25,71506
4. 7 7,8 297,3 24,6759 25,71506
5. 7 8,1 293,8 24,3854 25,71506
6. 7 8 300,4 24,9332 25,71506
7. 7 8 310,2 25,7466 25,71506
8. 7 8 330,7 27,4481 25,71506
9. 7 8 317,8 26,3774 25,71506
10. 7 8 297,8 24,7174 25,71506
51
TABEL ANALISIS KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 14 ± 2 CM
TABEL 4.7
No.
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan tekan
kubus
( kg / cm2 )
Tegangan Tekan
Silinder ( Mpa )
Tegangan Tekan
rata – rata
( Mpa )
1. 7 7,9 271,1 22,5013 26,34918
2. 7 7,8 328,9 27,2987 26,34918
3. 7 8 336,9 27,9627 26,34918
4. 7 8 310,7 25,7881 26,34918
5. 7 7,8 312,9 25,9707 26,34918
6. 7 7,8 317,3 26,3359 26,34918
7. 7 8,1 337,3 27,9959 26,34918
8. 7 7,8 310,2 25,7466 26,34918
9. 7 8,1 331,1 27,4813 26,34918
10. 7 8,1 318,2 26,4106 26,34918
52
TABEL ANALISIS KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 16 ± 2 CM
TABEL 4.8
No.
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan tekan
kubus
( kg / cm2 )
Tegangan Tekan
Silinder ( Mpa )
Tegangan Tekan
rata – rata
( Mpa )
1. 7 8 297,8 24,7174 23,79112
2. 7 7,8 278,7 23,1321 23,79112
3. 7 7,8 320,9 26,6347 23,79112
4. 7 7,8 286,2 23,7546 23,79112
5. 7 8 320 26,56 23,79112
6. 7 7,8 265,8 22,0614 23,79112
7. 7 7,8 260,9 21,6547 23,79112
8. 7 7,8 258,7 21,4721 23,79112
9. 7 7,8 306,7 25,4561 23,79112
10. 7 7,8 270,7 22,4681 23,79112
53
TABEL ANALISIS KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 8 ± 2 CM
TABEL 4.9
No.
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan tekan
kubus
( kg / cm2 )
Tegangan Tekan
Silinder ( Mpa )
Tegangan Tekan
rata – rata
( Mpa )
1. 28 8,1 444 36,852 35,14054
2. 28 8,2 424,4 35,2252 35,14054
3. 28 8,2 484 40,172 35,14054
4. 28 8,1 456 37,848 35,14054
5. 28 8,1 432,9 35,9307 35,14054
6. 28 8,2 387,6 32,1708 35,14054
7. 28 8 386,7 32,0961 35,14054
8. 28 8,2 425,3 35,2999 35,14054
9. 28 8,1 360 29,88 35,14054
10. 28 8,2 432,9 35,9307 35,14054
54
TABEL ANALISIS KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 12± 2 CM
TABEL 4.10
No.
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan tekan
kubus
( kg / cm2 )
Tegangan Tekan
Silinder ( Mpa )
Tegangan Tekan
rata – rata
( Mpa )
1. 28 8 297,8 24,7174 31,53917
2. 28 8,2 406,2 33,7146 31,53917
3. 28 8,1 366,2 30,3946 31,53917
4. 28 8,1 362,2 30,0626 31,53917
5. 28 8 403,1 33,4573 31,53917
6. 28 8,1 392,9 32,6107 31,53917
7. 28 8 404,9 33,6067 31,53917
8. 28 8,1 394,2 32,7186 31,53917
9. 28 8 387,1 32,1293 31,53917
10. 28 8 385,3 31,9799 31,53917
55
TABEL ANALISIS KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 14 ± 2 CM
TABEL 4.11
No.
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan tekan
kubus
( kg / cm2 )
Tegangan Tekan
Silinder ( Mpa )
Tegangan Tekan
rata – rata
( Mpa )
1. 28 7,9 348,9 28,9587 29,65839
2. 28 8,1 342,2 28,4026 29,65839
3. 28 8 421,8 35,0094 29,65839
4. 28 7,9 397,3 32,9759 29,65839
5. 28 8 375,6 31,1748 29,65839
6. 28 7,9 347,6 28,8508 29,65839
7. 28 8,1 345,3 28,6599 29,65839
8. 28 8 308 25,564 29,65839
9. 28 7,8 329,3 27,3319 29,65839
10. 28 8 357,3 29,6559 29,65839
56
TABEL ANALISIS KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 16 ± 2 CM
TABEL 4.12
No.
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan tekan
kubus
( kg / cm2 )
Tegangan Tekan
Silinder
( Mpa )
Tegangan Tekan
rata – rata
( Mpa )
1. 28 8,0 305,30 25,3399 28,910
2. 28 8,0 355,60 29,5148 28,910
3. 28 7,8 346,70 28,7761 28,910
4. 28 7,8 304,40 25,2652 28,910
5. 28 8,0 413,30 34,3039 28,910
6. 28 7,9 406,20 33,7146 28,910
7. 28 8,0 320,00 26,56 28,910
8. 28 8,0 383,60 31,8388 28,910
9. 28 8,1 328,00 27,224 28,910
10. 28 7,7 320,00 26,56 28,910
57
TABEL ANALISA KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 8± 2 CM
TABEL 4.13
No.
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan
tekan kubus
( kg / cm2 )
Tegangan
Tekan
Silinder
( Mpa )
Tegangan
Tekan
28 Hari
( Mpa )
Tegangan
Tekan
rata – rata
( Mpa )
Standar
Deviasi
( Mpa )
1. 7 7,8 324 26,892 33,615 35,5 3,01 2. 7 8 347,1 28,809 36,011 35,5 3,01 3. 7 7,9 325,3 27 33,750 35,5 3,01 4. 7 7,8 345,8 28,701 35,876 35,5 3,01 5. 7 8,1 333,8 27,705 34,631 35,5 3,01 6. 7 8 333,3 27,664 34,580 35,5 3,01 7. 7 8,1 351,1 29,141 36,426 35,5 3,01 8. 7 8,1 320 26,56 33,200 35,5 3,01 9. 7 8 375,1 31,133 38,916 35,5 3,01 10. 7 8,1 400,9 33,275 41,594 35,5 3,01 11. 28 8,1 444 36,852 36,852 35,5 3,01 12. 28 8,2 424,4 35,225 35,225 35,5 3,01 13. 28 8,2 484 40,172 40,172 35,5 3,01 14. 28 8,1 456 37,848 37,848 35,5 3,01 15. 28 8,1 432,9 35,931 35,931 35,5 3,01 16. 28 8,2 387,6 32,171 32,171 35,5 3,01 17. 28 8 386,7 32,096 32,096 35,5 3,01 18. 28 8,2 425,3 35,3 35,300 35,5 3,01 19. 28 8,1 360 29,88 29,880 35,5 3,01 20. 28 8,2 432,9 35,931 35,931 35,5 3,01
58
TABEL ANALISA KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 12± 2 CM
TABEL 4.14
No.
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan
tekan kubus
( kg / cm2 )
Tegangan
Tekan
Silinder
( Mpa )
Tegangan
Tekan 28
Hari
( Mpa )
Tegangan
Tekan
rata –
rata
( Mpa )
Standar
Deviasi
( Mpa )
1. 7 8,0 314,7 26,120 32,650 31,842 2,27 2. 7 8,0 306,2 25,415 31,769 31,842 2,27 3. 7 8,0 329,3 27,332 34,165 31,842 2,27 4. 7 7,8 297,3 24,676 30,845 31,842 2,27 5. 7 8,1 293,8 24,385 30,481 31,842 2,27 6. 7 8,0 300,4 24,933 31,166 31,842 2,27 7. 7 8,0 310,2 25,747 32,184 31,842 2,27 8. 7 8,0 330,7 27,448 34,310 31,842 2,27 9. 7 8,0 317,8 26,377 32,971 31,842 2,27 10. 7 8,0 297,8 24,717 30,896 31,842 2,27 11 28 8,0 297,8 24,717 24,717 31,842 2,27 12 28 8,2 406,2 33,715 33,715 31,842 2,27 13 28 8,1 366,2 30,395 30,395 31,842 2,27 14 28 8,1 362,2 30,063 30,063 31,842 2,27 15 28 8,0 403,1 33,457 33,457 31,842 2,27 16 28 8,1 392,9 32,611 32,611 31,842 2,27 17 28 8,0 404,9 33,607 33,607 31,842 2,27 18 28 8,1 394,2 32,719 32,719 31,842 2,27 19 28 8,0 387,1 32,129 32,129 31,842 2,27 20 28 8,0 385,3 31,980 31,980 31,842 2,27
59
TABEL ANALISA KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 14 ± 2 CM
TABEL 4.15
No.
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan
tekan kubus
( kg / cm2 )
Tegangan
Tekan
Silinder
( Mpa )
Tegangan
Tekan 28
Hari
( Mpa )
Tegangan
Tekan
rata –
rata
( Mpa )
Standar
Deviasi
( Mpa )
1. 7 7,9 271,1 22,501 28,126 31,298 3,11 2. 7 7,8 328,9 27,299 34,124 31,298 3,11 3. 7 8,0 336,9 27,963 34,954 31,298 3,11 4. 7 8,0 310,7 25,788 32,235 31,298 3,11 5. 7 7,8 312,9 25,971 32,464 31,298 3,11 6. 7 7,8 317,3 26,336 32,920 31,298 3,11 7. 7 8,1 337,3 27,996 34,995 31,298 3,11 8. 7 7,8 310,2 25,747 32,184 31,298 3,11 9. 7 8,1 331,1 27,481 34,351 31,298 3,11 10. 7 8,1 318,2 26,411 33,014 31,298 3,11 11 28 7,9 348,9 28,959 28,959 31,298 3,11 12 28 8,1 342,2 28,403 28,403 31,298 3,11 13 28 8,0 421,8 35,009 35,009 31,298 3,11 14 28 7,9 397,3 32,976 32,976 31,298 3,11 15 28 8,0 375,6 31,175 31,175 31,298 3,11 16 28 7,9 347,6 28,851 28,851 31,298 3,11 17 28 8,1 345,3 28,66 28,660 31,298 3,11 18 28 8,0 308 25,564 25,564 31,298 3,11 19 28 7,8 329,3 27,332 27,332 31,298 3,11 20 28 8,0 357,3 29,656 29,656 31,298 3,11
60
TABEL ANALISIS KEKUATAN TEKAN BETON SLUMP 16 ± 2 CM
TABEL 4.16
No.
Umur
( Hari )
Berat
( Kg )
Tegangan
tekan kubus
( kg / cm2 )
Tegangan
Tekan
Silinder
( Mpa )
Tegangan
Tekan 28
Hari
( Mpa )
Tegangan
Tekan
rata –
rata
( Mpa )
Standar
Deviasi
( Mpa )
1. 7 8 297,8 24,7174 30,897 29,324 3,12 2. 7 7,8 278,7 23,1321 28,915 29,324 3,12 3. 7 7,8 320,9 26,6347 33,293 29,324 3,12 4. 7 7,8 286,2 23,7546 29,693 29,324 3,12 5. 7 8 320 26,56 33,200 29,324 3,12 6. 7 7,8 265,8 22,0614 27,577 29,324 3,12 7. 7 7,8 260,9 21,6547 27,068 29,324 3,12 8. 7 7,8 258,7 21,4721 26,840 29,324 3,12 9. 7 7,8 306,7 25,4561 31,820 29,324 3,12 10. 7 7,8 270,7 22,4681 28,085 29,324 3,12 11 28 8 305,3 25,3399 25,340 29,324 3,12 12 28 8 355,6 29,5148 29,515 29,324 3,12 13 28 7,8 346,7 28,7761 28,776 29,324 3,12 14 28 7,8 304,4 25,2652 25,265 29,324 3,12 15 28 8 413,3 34,3039 34,304 29,324 3,12 16 28 7,9 406,2 33,7146 33,715 29,324 3,12 17 28 8 320 26,56 26,560 29,324 3,12 18 28 8 383,6 31,8388 31,839 29,324 3,12 19 28 8,1 328 27,224 27,224 29,324 3,12 20 28 7,7 320 26,56 26,560 29,324 3,12
61
PERHITUNGAN FAKTOR PEMBAGI
TABEL 4.17
Kuat tekan Umur 7 Hari
Kuat Tekan Umur 28
Hari Faktor pembagi
Slump 8 ± 2 28,68812 35,14054 0,816382
Slump 12 ± 2 25,71506 31,53917 0,815337
Slump 14 ± 2 26,34918 29,65839 0,888422
Slump 16 ± 2 23,7912 28,91 0,82294
Contoh perhitungan :
Tegangan Tekan Silinder = Tegangan Tekan kubus x 0,083
= 324 Kg / Cm² x 0,083
= 26,892 Mpa
Tegangan rata – rata beton umur 7 hari Faktor pembagi = -------------------------------------------------- Tegangan rata – rata beton umur 28 hari = 28,68812 / 35,14054
= 0,816
Faktor pembagi untuk konversi kuat tekan beton dari 7 hari menjadi kuat tekan pada
umur 28 hari dibulatkan menjadi 0,8.
Tegangan Tekan 28 Hari = 26,892 / 0,8
= 33,615 Mpa
62
Tegangan Tekan rata – rata = ∑ Tegangan Tekan 28 Hari / 20 Benda Uji
= 35,5 Mpa
Standar Deviasi = 1
)(1
2
−
−∑N
fcrfcN
= 120
)(20
1
2
−
−∑ fcrfc
= 19
483,147
= 2,786 Mpa
Jumlah Benda Uji = 20 ( < 30 )
Maka Di gunakan faktor Pengali 1,08
Standar Deviasi = 2,786 x 1,08
= 3,01 Mpa
63
4.3 Pembahasan Hasil
1. Analisa Grafik
a) Data Kekuatan Tekan rata – rata Beton untuk Umur 7 Hari :
Slump 8 ± 2 cm = 28,688 Mpa
Slump 12 ± 2 cm = 25,151 Mpa
Slump 14 ± 2 cm = 26,349 Mpa
Slump 16 ± 2 cm = 23,791 Mpa
Gambar 4.1
812 14
16
05
10152025303540
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Slump ( Cm )
f'cr
( Mpa
)
Umur 7 Hari
Grafik Hubungan Kekuatan Tekan dan slump Untuk Umur 7 Hari
Penurunan maksimum kekuatan tekan beton umur 7 hari pada gambar 4.1 terjadi
pada slump 16 ± 2 cm. Pada slump 8 ± 2 cm beton mendapatkan kekuatan tekan yang
lebih besar dibanding slump yang lain. Pada grafik di atas dapat dilihat kekuatan tekan
64
mengalami penurunan seiring dengan semakin besarnya slump. Pada grafik slump 12
± 2 kekuatan tekan betonnya lebih kecil di bandingkan kekuatan tekan pada slump 14 ±
2 ini dapat dipengaruhi oleh pemadatan yang kurang saat pengambilan contoh.
b) Data Kekuatan Tekan rata – rata Beton untuk Umur 28 Hari :
Slump 8 ± 2 cm = 35,141 Mpa
Slump 12 ± 2 cm = 31,539 Mpa
Slump 14± 2 cm = 29,658 Mpa
Slump 16 ± 2 cm = 28,910 Mpa
Gambar 4.2
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Slump ( Cm )
f'cr
( Mpa
)
Umur 28 Hari
Grafik Hubungan Kekuatan Tekan dan Slump Untuk Umur 28 Hari
Dari gambar 4.2 dapat kita lihat bahwa seiring bertambahnya umur beton maka
terjadi peningkatan kekuatan tekan beton. Penurunan kekuatan tekan beton di bandingkan
65
dengan gambar 4.1 tidak mengalami kenaikan kekuatan tekan beton seiring dengan
semakin tingginya slump yang digunakan. Pada gambar dapat dilihat kekuatan tekan
pada slump 12 ± 2 dan slump 14 ± 2 tidak mengalami penurunan yang banyak.
c) Data Kekuatan Tekan rata – rata Beton Gabungan :
Slump 8 ± 2 cm = 35,062 Mpa
Slump 12 ± 2 cm = 31,842 Mpa
Slump 14 ± 2 cm = 31,298 Mpa
Slump 16 ± 2 cm = 29,324 Mpa
Gambar 4.3
812 14 16
05
10152025303540
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Slump ( Cm )
f'cr
( Mpa
)
Gabungan
Grafik Hubungan Kekuatan Tekan dan slump umur 7 hari dan 28 hari
66
Setelah beton pada umur 7 hari di konversi ke 28 hari dan di gabungkan dengan
beton yang berumur 28 hari di dapatkan kekuatan tekan rata- rata yang lebih tinggi di
bandingkan apabila digunakan kekuatan tekan yang berumur 7 hari dan 28 hari.
Pada grafik dapat dilihat peningkatan kekuatan tekan beton pada slump 8 ± 2 cm
dan kekuatan tekan beton mengalami penurunan yang tajam pada slump 12 ± 2 cm. Pada
grafik 4.3 penurunan kekuatan tekan pada slump 8 ± 2 cm sebesar 3,658 Mpa, pada
slump 12 ± 2 cm sebesar 0,544 Mpa dan pada slump 14 ± 2 cm sebesar 1,994.
Penurunan kekuatan tekan yang paling besar terjadi pada slump 8 ± 2 cm.
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Kekuatan tekan beton secara umum mengalami penurunan dengan
semakin tingginya slump yang di peroleh dalam pengecoran. Pengaruh slump
terhadap kekuatan beton adalah sebagai berikut :
1. Dengan diperoleh slump yang semakin tinggi, grafik fungsi kuat tekan
terhadap slump 8, slump 12, slump 14 dan slump 16 semakin lama
mengalami penurunan kuat tekan dan mencapai titik terendah pada slump 16
± 2 cm yaitu :
23,791 Mpa untuk umur 7 hari
28,91 Mpa untuk umur 28 hari
29,324 Mpa untuk gabungan umur 7 hari dan 28 hari
2. Pada slump 12 ± 2 cm dan slump 14 ± 2 cm diperoleh kekuatan tekan yang
sesuai dengan kekuatan tekan yang direncanakan ( 30 Mpa ).
3. Pada slump 8 diperoleh kekuatan tekan melebihi kekuatan tekan yang
diinginkan tetapi pada slump 8 jarang dipakai karena susahnya pengerjaan.
68
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan berbagai pembahasan yang sudah
dikemukakan dalam bab – bab sebelumnya, maka penulis mencoba untuk
memberikan beberapa saran :
Untuk mendapatkan kekuatan tekan yang direncanakan ( 30 Mpa ) dapat
menggunakan campuran beton dengan slump 12 cm dan slump 14 cm.
Sebaiknya tidak menggunakan slump 8 karena susahnya pengerjaan
pengecoran apabila menggunakan slump 8.
Jika dengan slump 12 dan slump 14 dikehendaki mutu beton lebih tinggi
daripada penelitian ini disarankan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan
Admixture.
Lampiran A Berat Jenis Pasir
Berat Piknometer = A = 186 gram
Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram
Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram
Berat piknometer + Air = D = 665 gram
Berat contoh kering = E = 484 gram
E
Apparent Specific Gravity = ------------------
( Berat jenis semu ) E + D – C
484
= ----------------------------
484 + 665 – 974
= 2,766
E
Bulk Specific Gravity = -----------------
( Kondisi kering ) B + D – C
484
= ----------------------------
500 + 665 – 974
= 2,53
E
Bulk Specific Gravity = ------------------
( Kondisi SSD ) B + D – C
500
= ----------------------------
500 + 665 – 974
= 2,618
B – E
Persentase Absorbsi = ------------------------ x 100 %
E
500 – 484
= ---------------------------- x 100 %
484
= 3,30 %
Lampiran B Berat Isi Pasir
Data :
Diameter silinder = 15 cm
Tinggi silinder = 30 cm
Berat silinder = 11980 gram
a) Berat isi lepas
W3
Berat isi agregat = ------ ( kg/cm³ )
V
6,85
= ------ ( kg/cm³ ) = 0,001292 kg / cm³
5301,4
= 1292 kg / m³
b) Berat isi padat
W3
Berat isi agregat = ------ ( kg/cm³ )
V
8,68
= ------ ( kg/cm³ ) = 0,0016373 kg / cm³
5301,4
= 1637,3 kg / m³
Dimana : V = Volume wadah ( cm³ )
W3 = Berat contoh pasir
Lampiran C Kadar Air Pasir
( W3 – W5 )
Kadar air agregat = -------------------- x 100 %
W3
Dimana : W3 = Berat contoh semula ( gram )
W5 = Berat contoh kering ( gram )
Data berat awal ( W3 ) : Data berat kering (W5 )
1. W = 50 gram 1. W = 49,3 gram
2. W = 50 gram 2. W = 49,1 gram
3. W = 50 gram 3. W = 49,2 gram
Kadar air agregat :
1. Wc1 = 1,4 %
2. Wc2 = 1,8 %
3. Wc3 = 1,6 %
Kadar air rata –rata = 1,6 %
Lampiran D Analisa Saringan Pasir
Berat pasir dalam keadaan kering = W = 500 gram
∑ Weight retained
% Retained = ------------------------ * 100%
W
% Passing = 100 % – % Retained
No. Sieve
Weight
Retained
∑ Weight
Retained
∑ %
Retained
∑ %
Passing
4,8 mm 4 4 0,8 99,2
2,4 mm 63,5 67,5 13,5 86,5
1,2 mm 104,7 172,2 34,44 65,56
0,425 mm 93,25 265,45 53,09 46,91
0,3 mm 77,25 342,7 68,54 31,46
0,15 mm 100,9 443,6 88,72 11,28
0,075 mm 43,25 486,85 97,37 2,63
PAN 13,15 500 100 0
Total 500
Lampiran E Berat Jenis Agregat Kasar
Berat agregat SSD = A = 5000 gram
Berat agregat dalam air = B = 3067 gram
Berat agregat kering oven = C = 4926 gram
C
Berat jenis kering = ------------------
A – B
4926
= ------------------
5000 – 3067
= 2, 548
A
Berat jenis kering permukaan jenuh air ( SSD ) = ------------------
A – B
5000
= ------------------
5000 – 3067
= 2,587
C
Berat jenis sebenarnya = --------------------
C – B
4926
= ------------------
4926 – 3067
= 2,65
A – C
Penyerapan = ---------------- * 100%
C
5000 – 4926
=----------------- * 100%
4926
= 1,5 %
Lampiran F Berat Isi Agregat Kasar
Data :
Volume Silinder = 5301,4 cm³
Berat agregat kasar : percobaan 1 = 7440 gram
Berat agregat kasar : percobaan 2 = 7445 gram
Berat rata – rata agregat kasar = 7442,5 gram
Berat
Berat isi = ----------- ( gram / cm³ )
Volume
7442,5
Berat isi = ----------- ( gram / cm³ )
5301,4
= 1,403 gram / cm³
Lampiran G Kadar Air Agregat Kasar
Berat awal = X
Berat kering oven = Y
Data :
X1 = 500 gram Y1 = 495 gram
X2 = 500 gram Y2 = 497 gram
X3 = 500 gram Y3 = 498 gram
( X – Y )
Persentase Kadar Air ( W ) = ----------------- x 100 %
X
( 500 – 495 )
W1 = ----------------- x 100 %
500
W1 = 1 %
W2 = 0,6 %
W3 = 0,4 %
W rata – rata = 0,67 %
Lampiran H Analisa Saringan Agregat Kasar
Berat split dalam keadaan kering = W = 2000 gram
∑ Weight retained
% Retained = ------------------------ * 100%
W
% Passing = 100 % – % Retained
No. Sieve
Weight
Retained
∑ Weight
Retained
∑ %
Retained
∑ %
Passing
25,4 mm 0 0 0 100
19,1 mm 191,5 191,5 9,575 90,425
12,7 mm 428,5 620 31 69
9,6 mm 605 1225 61,25 39,75
4,8 mm 271 1496 74,8 25,2
2,4 mm 481,5 1977,5 98,875 1,125
PAN 22,5 2000 100 0
Total 2000 gram
Lampiran I Mix Desain
NO URAIAN HASIL
1 Kuat tekan yang diisyaratkan pada umur 28 hari 30 Mpa
2 Deviasi standar ( s ) 5 Mpa
3 Nilai tambah ( m ) 8.2 Mpa
4 Kuat tekan rata – rata yang direncanakan 38.2 Mpa
5 Jenis semen ( biasa/cepat keras ) Type I
6 Jenis agregat kasar ( alami/batu pecah ) Batu Pecah
Jenis agregat halus ( alami/batu pecah ) Alami
7 Faktor air semen ( gb.2.1 atau tab. 2.3 ) 0,48
8 Faktor air semen maksimum ( tabel 2.4 ) 0,55
Dipakai faktor air semen terendah 0.48
9 Nilai slump ( tabel 2.7 ) ± 12 Cm
10 Ukuran maksimum agregat kasar 20 Mm
11 Kebutuhan air ( tabel 2.8 ) 205 Ltr
12 Kebutuhan semen dari ( 8 ) dan ( 11 ) 427,1 Kg
13 Kebutuhan semen minimum ( tabel 2.9 ) 325 Kg
14 Dipakai semen 427,1 Kg
15 Penyesuaian jumlah air atau f’as 0,48
16 Daerah gradasi agregat halus ( tabel. 2.12 dan
gb.2.2 ) 1, 2, 3, 4.
Daerah 2
17 Persen berat agregat halus terhadap campuran
( gb.2.3.2 )
42 %
18 Berat jenis agregat campuran ( dihitung ) 2,6
19 Berat jenis beton ( gb 2.4 ) 2340
20 Kebutuhan agregat ( 19 ) – ( 11 ) – ( 14 ) 1707,9 Kg/m³
21 Kebutuhan agregat halus ( 17 ) * ( 20 ) 718,158 Kg/m³
22 Kebutuhan agregat kasar ( 20 ) – ( 21 ) 989,742 Kg/m³
PROPORSI CAMPURAN
Volume Berat total Air Semen Ag. Halus Ag. Kasar
1 m³ 2340 Kg 205 Ltr 427.1 Kg 718.158 Kg 989.742 Kg
1 x adukan
0,081 m³
189.54 Kg 16.605 Ltr 34.595 Kg 58.171 Kg 80.17 Kg
Perhitungan perancangan Campuran beton
1. Penetapan Kuat Tekan Beton
f’c = 30 Mpa
2. Penetapan Nilai Deviasi Standar
S = 5 Mpa
3. Nilai Tambah / Margin
m = 1,64 x 5
= 8.2 Mpa
4. Penetapan Kuat tekan rata – rata
f’cr = 30 + 8.2
= 38.2 Mpa
5. Penetapan Jenis Semen Portland
Type I
6. Penetapan Jenis Agregat
Agregat Halus : Alami
Agregat Kasar : Batu Pecah
7. Penetapan Faktor Air Semen
Didapatkan 0,48 ( Tabel 2.3 dan Gambar 2.1 )
8. Penetapan Faktor Air Semen Maksimum
Di dapatkan 0,55 ( Tabel 2.4 )
Pakai Faktor Air Semen Minimum = 0,48
9. Nilai Slump ± 12 cm ( Tabel 2.7 )
10. Penetapan Besar butir Agregat Maksimum
Di dapatkan 20 mm ( Berdasarkan Hasil Uji agregat Kasar )
11. Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton ( Tabel 2.8 )
Di lakukan koreksi :
A = 0.67 Ah + 0.33 Ak
= ( 0.67 x 195 ) + ( 0,33 x 225 )
= 205 Liter
12. Berat Semen Yang Diperlukan :
Kebutuhan semen = 205 / 0,48
= 427,1 Kg
13. Kebutuhan Semen Minimum = 325 kg / m³ ( Tabel 2.9 )
14. Penyesuaian Kebutuhan Semen
Pakai Yang Maksimum = 427,1 Kg
15. Penyesuaian Faktor Air Semen
Pakai Yang Minimum = 0,48
16. Daerah Gradasi Agregat Halus
Daerah 2 ( Lihat Gb 2.2 ).
17. Persen Berat Agregat Halus terhadap Agregat Campuran
Di dapat 42 % ( Gb 2.3.2 ).
18. Berat Jenis Agregat Campuran
Bj Camp = ( P / 100 x Bjah ) + ( K / 100 x Bjak )
Berat Jenis Agragat Halus ( Bjah ) = 2,618
Berat Jenis Agragat Kasar ( Bjak ) = 2,587
Persen Berat Agregat Halus Terhadap Agregat Campuran = 42 %
Persen Berat Agregat Kasar Terhadap Agregat Campuran = 58 %
Bj Camp = ( 0,42 x 2,618 ) + ( 0,58 x 2,587 )
= 2,6
19. Penentuan Berat Jenis Beton
Di dapat 2340 Kg / M³ ( Gb 2.4 ).
20. Kebutuhan Agregat
= 2340 – 205 – 427,1
= 1707,9 Kg
21. Kebutuhan Agregat Halus
= 0,42 x 1717,9
= 718,158 Kg
22. Kebutuhan Agregat Kasar
= 1707,9 – 718,518
= 989,742 kg