studi penerapan standar operasional prosedur (sop ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/351/1/karya...
TRANSCRIPT
i
STUDI PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN INFUS PADA PASIEN DEWASA
DI IGD RSU BAHTERAMAS PROVINSI
SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Di Susun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan
Pada Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
OLEH :
NI WAYAN SINTIA DEWI
NIM : P00320014032
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEHNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN D III KEPERAWATAN
2017
iv
RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
1. Nama : Ni Wayan Sintia Dewi
2. Tempat tanggal lahir : Kendari, 10 Oktober 1996
3. Agama : Hindu
4. Suku/Bangsa : Bali / Indonesia
5. Alamat : Jln. Padaelo Desa Lalowosula, Kec. Ladongi
Kab. Kolaka Timur
II. Pendidikan
1. TK Dian Ekawati tamat tahun 2002
2. SDN 02 Putemata tamat tahun 2008
3. SMPN 1 Ladongi tamat tahun 2011
4. SMAN 1 Ladongi tamat tahun 2014
5. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan, tahun 2014 sampai
sekarang.
v
Motto
Teruslah berkarya…
Lakukan apa yang ada di dalam pikiran mu
Lakukanlah menggunakan hati mu
Pilihlah teman-teman yang sehati dengan mu
Yang bisa di ajak maju bersama dengan semangat dan tanggung jawab
Saat melakukan kesalahan….
Tak perlu berhenti dan berkecil hati, teruslah berkarya
Itu menandakan kita telah mencoba untuk menjadi sukses
Karena sukses berasal jika kita belajar dari kesalahan
Yang terpenting adalah karya mu dapat bermanfaat bagi orang lain
Karya mu dapat membuat orang disekitar mu merasa bahagia dan berguna
Karya tulis ini ku persembahkan untuk
kedua orang tuaku, adikku, keluarga besarku,
serta almamaterku
vi
ABSTRAK
Ni Wayan Sintia Dewi (P00320014032). Studi Penerapan Standar Operasional
Prosedur (SOP) Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa Di Ruang IGD RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Yang dibimbing oleh Ruth Mongan dan
Akhmad Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan
yang sering dilakukan di rumah sakit, namun hal ini berisiko tinggi terjadinya
Hospital Acquired Infection, jika dilakukan tidak sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan oleh rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
penerapan SOP pemasangan infus pada pasien dewasa di Ruangan IGD RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017. Variabel penelitian yaitu
variabel bebas: fase persiapan dan fase pelaksanaan serta variabel terikat: pasien
dewasa. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan survey. Populasi penelitian ini berjumlah 508 orang pasien dan sampel
diambil 10% dari populasi menggunakan tekhnik assidental sampling. Tekhnik
analisis data dan penyajian data adalah secara deskriptif dan disajikan dengan tabel
distribusi frekuensi serta grafik frekuensi dan di narasikan. Hasil penelitian
menggambarkan bahwa dari 51 pasien yang menjadi obyek penelitian, yang
diterapkan SOP pemasangan infus fase persiapan sebanyak 22 responden (43,14%)
dan yang tidak diterapkan sebanyak 29 resoponden (56,86%), yang diterapkan SOP
pemasangan infus fase pelaksanaan sebanyak 21 responden (41,18%) dan yang tidak
diterapkan SOP pemasangan infus sebanyak 30 responden (58,82%). Secara
keseluruhan yang diterapkan SOP pemasangan infus sebanyak 21 responden
(41,18%) dan yang tidak diterapkan sebanyak 30 responden (58,82%).
Kesimpulannya bahwa SOP pemasangan infus di RSU Bahteramas hanya sebagian
kecil diterapkan, maka dari itu saran peneliti agar penerapan SOP pemasangan infus
lebih ditingkatkan sehingga dapat menciptakan pelayanan yang maksimal kepada
masyarakat.
Daftar Pustaka 28 (2005-2017)
Kata Kunci : Penerapan SOP Pemasangan Infus, Fase Persiapan, Fase Pelaksanaan
vii
KATA PENGANTAR
“Om Swastiastu”
Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan
Yang Maha Esa), karena atas limpahan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Studi Penerapan Standar Operasional
Prosedur (SOP) Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa Di Ruang IGD RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”.
Penulis sadar dan mengakui bahwa karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kekeliruan, kesalahan dan kekurangan
walaupun penulis telah berupaya semaksimal mungkin. Oleh karena itu kritik dan
saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan karya tulis ini kedepannya.
Terselesaikannya karya tulis ini tentu banyak mendapat petunjuk dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, penulis dengan penuh rasa ikhlas menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada Ibu Ruth Mongan, BSc.,SPd.,M.Pd selaku
pembimbing pertama dan Bapak Akhmad,SST.,M.kes selaku pembimbing kedua,
yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan tanggung
jawab.
Tak lupa penulis juga ucapkan terimakasih dari berbagai pihak yang telah
membantu terselesaikannya karya tulis ilmiah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung, terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Petrus,SKM,M.Kes selaku direktur Poltekes Kemenkes Kendari.
2. Bapak Muslimin L,A.Kep.,S.Pd.,M.Si selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari.
3. Bapak dan Ibu Dosen Penguji, Pengajar dan seluruh Staf Poltekes
Kemenkes Kendari khususnya Jurusan Keperawatan yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dan pelayanan kepada
penulis selama mengikuti proses pendidikan hingga penyusunan karya
tulis ilmiah ini.
4. Bapak Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin
penelitian kepada penulis dalam penelitian ini.
5. Kepada Kepala RSU Bahteramas yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di RSU Bahteramas.
6. Kepala Bidang Keperawatan dan Kepala Bidang Diklat RSU Bahteramas
beserta staf, serta perawat maupun tenaga medis yang telah banyak
membantu selama melaksanakan penelitian di RSU Bahteramas.
7. Ayahanda yang paling tercinta Wayan Gunada dan Ibunda Ni Made
Sudri yang saya sangat sayangi serta saudaraku I Made Widana, yang
banyak memberikan dukungan dan motivasi serta bantuan baik materi
maupun moril selama penulis mengikuti pendidikan di Poltekes Kemenkes
Kendari.
8. Kakanda I Wayan Sukardiasa yang telah meluangkan waktu serta
pikirannya dan selalu memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.
9. Teman-teman sejawat mahasiswa Poltekes Kemenkes Kendari khususnya
Jurusan Keperawatan angakatan 2014/2015 yang telah berjuang bersama-
sama selama ± 3 tahun dalam suka maupun duka untuk mencapai cita-cita.
Dan yang terkhusus teman-teman GGK yang paling saya cintai dan
sayangi,terimakasih atas waktu dan pengalaman yang telah kita bagikan
selama ini baik dalam suka maupun duka, dalam gelap maupun terang.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dapat
membalas segala kebaikan yang telah semua pihak berikan dalam penyelesaian karya
tulis ilmiah ini.
Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian dibidang
Keperawatan.
“Om shanti,shanti,shanti Om”
Kendari, Juli 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... iv
MOTTO ....................................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... ix
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pemasangan Infus ............................................................... 6
B. Tinjauan Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) ................................. 21
C. Tinjauan Tentang Pasien ................................................................................ 27
D. Tinjauan Dewasa ............................................................................................ 30
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran .............................................................................................. 32
B. Kerangka Konsep Penelitian .......................................................................... 32
C. Variabel Penelitian .......................................................................................... 33
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ..................................................... 33
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................................ 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 35
C. Populasi dan Sampel ....................................................................................... 35
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................. 37
E. Pengelolahan Data ........................................................................................... 38
F. Analisa Data .................................................................................................... 38
G. Penyajian Data ................................................................................................ 39
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................................. 40
B. Pembahasan .................................................................................................... 52
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 59
B. Saran ............................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Jenis dan Jumlah Ketenagaan RSU Bahteramas Tahun 2011
Sampai Dengan 2015 …………………………...
46
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang
IGD Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2017 …………………………
48
Tabel 5.3 Distribusi Umur Responden di Ruang IGD Rumah Sakit
Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2017
………………………………………………………
48
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penerapan SOP Pemasangan Infus
Fase Persiapan ……………………………………………
49
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Penerapan SOP Pemasangan Infus Fase
Pelaksanaan …………………………………………
50
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Penerapan SOP Pemasangan Infus Di
IGD RSU Bahteramas ………………………………
52
x
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5. 1 Penerapan SOP Fase Persiapan ……………………... 50
Grafik 5.2 Penerapan SOP Fase Pelaksanaan …………………... 51
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2: Surat Pernyataan Persetujuan Responden
Lampiran 3: Lembar Kuisioner
Lampiran 4: Surat Pengambilan Data Awal
Lampiran 5: Surat Izin Penelitian dari Badan Riset
Lampiran 6: Surat Izin dari Litbang RSU Bahteramas
Lampiran 7: Tabulasi Data Hasil Penelitian
Lampiran 8: Master Tabel Penelitian
Lampiran 9: Surat Hasil Penelitian
Lampiran 10: Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Lampiran 11: Lembar Konsultasi Hasi Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan keperawatan yang
ditujukan kepada pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya bila tidak mendapat pertolongan secara
cepat dan tepat (Musliha,2010 dalam Tirsa,2016). Pemasangan infus (pemberian
cairan infus) merupakan tindakan pada kondisi gawat darurat yang sangat
menentukan keselamatan hidup pasien (Riyadi S & Harmoko, 2012 dalam Kaloa,
2016). Namun, hal ini bisa menjadi tempat risiko tinggi terjadinya infeksi
nosokomial atau disebut juga Hospital Acquired Infection (HAI).
Penelitian yang dilakukan Tippins (2005) pada sebuah rumah sakit
pendidikan di London didapatkan bahwa perawat IGD tidak selalu memberikan
tindakan keperawatan dengan hasil yang optimal pada pasien, walaupun mereka
memiliki pengalaman pengetahuan tentang bagaimana melakukan intervensi
keperawatan pada pasien dengan berbagai macam tingkat kegawatan, namun
terkadang masih ada yang mengalami kegagalan yang membuat pasien mengalami
perburukan kondisi klinis (Kaloa 2016).
Menurut Andares (2009), tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila
dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan. Maka
perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dituntut untuk memiliki
kemampuan lebih dibandingkan dengan yang lain, karena IGD merupakan
2
pelayanan awal pada rumah sakit, sehingga semua perawat dituntut memiliki
kemampuan dan keterampilan mengenai pemasangan infus yang sesuai Standar
Operasional Prosedur (SOP).
Berdasarkan hasil penelitian Andares (2009) di Rumah Sakit Badrul Aini
Medan, menunjukkan bahwa perawat kurang memperhatikan kesterilan luka pada
pemasangan infus. Perawat biasanya langsung memasang infus tanpa
memperhatikan tersedianya bahan-bahan yang diperlukan dalam prosedur tindakan
tersebut, seperti tidak tersedia sarung tangan, kain kasa steril, alkohol, dan
pemakaian yang berulang pada selang infus yang tidak steril.
Menurut Depkes RI Tahun 2006 jumlah pemasangan infus di Rumah Sakit di
Indonesia sebanyak (17,11%) (Suprapto, 2015). Dan menurut data surveilans World
Health Organisation (WHO) dinyatakan bahwa angka kejadian pemasangan infus di
Instalasi Gawat Darurat cukup tinggi yaitu 85% per tahun dan 120 juta orang dari
190 juta pasien yang di rawat di rumah sakit menggunakan infus serta didapatkan
juga 70% perawat tidak patuh dalam melaksanakan standar pemasangan infus
berdasarkan standar yang telah ditetapkan.
Data yang diperoleh dari RSUD Bahteramas di Ruangan Instalasi Gawat
Darurat oleh perawat, jumlah tindakan pemasangan infus yang dilakukan di Instalasi
Unit Gawat Darurat mencapai 12.749 pasien pada tahun 2015 dan 13.393 pasien
pada tahun 2016, jumlah pasien dalam 1 (satu) bulan mencapai 1.100 pasien dengan
jumlah pasien dewasa mencapai 508 pasien atau 46% dari jumlah total pasien
3
dalam 1 (satu) bulan dengan jumlah tenaga perawat pelaksana 31 orang. Angka
kejadian flebitis yang terjadi di RSUD Bahteramas mencapai 13,06 % pada tahun
2016.
Infeksi dari tindakan pemasangan infus (flebitis) bagi pasien menimbulkan
dampak yang nyata yaitu ketidaknyamanan pasien, pergantian kateter baru,
meningkatkan length of stay (LOS), menambah biaya perawatan di rumah sakit,
dampak lanjutnya bahkan dapat menyebabkan kematian.
Salah satu faktor yang berperan pada kejadian flebitis terhadap pasien dengan
pemasangan infus adalah kepatuhan petugas dalam melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infus, hasil penelitian yang dilakukan Ayu,S
(2014 dalam Kaloa 2016) dari 36 responden hanya 15 responden (41,7%) dikatakan
patuh sedangkan 21 responden (58,3%) tidak patuh. Dalam hal ini dapat dilihat
bahwa masih banyak perawat yang belum melakukan pemasangan infus sesuai
dengan standar yang berlaku.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Instalasi Unit Gawat Darurat
RSUD Bahteramas pada bulan Juni 2017, berdasarkan pengamatan ditemukan
bahwa dari 5 pasien yang dilakukan pemasangan infus, 2 pasien atau 40% dilakukan
pemasangan infus sesuai dengan SOP dan sebanyak 3 pasien atau 60% dilakukan
pemasangan infus tidak sesuai dengan SOP. Hal ini ditunjukkan dengan, tenaga para
medis yang melakukan pemasangan infus (perawat) tidak mencuci tangan terlebih
dahulu, tidak membawa bengkok dan alat yang telah digunakan diletakkan pada
tempat yang sama dengan alat yang belum digunakan, serta saat pemasangan infus
4
tenaga medis (perawat) tidak menggunakan tourniquet tetapi menggunakan
handscoon.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang Studi
Penerapan Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa di
Ruangan IGD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan
masalah “Bagaimana penerapan standar operasional prosedur pemasangan infus
pada pasien dewasa di Ruangan IGD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2017?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Penerapan Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus
Pada Pasien Dewasa di Ruangan IGD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran penerapan standar operasional prosedur (SOP)
fase persiapan alat pemasangan infus pada pasien dewasa di Ruangan IGD
Bahteramas Provinsi Sulwesi Tenggara Tahun 2017.
b. Untuk memperoleh gambaran penerepan standar operasional prosedur (SOP)
fase pelaksanaan pemasangan infus pada pasien dewasa di Ruangan IGD
Bahteramas Provinsi Sulwesi Tenggara Tahun 2017.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Rumah Sakit
a. Memberikan informasi mengenai evaluasi tindakan pemasangan infus yang
telah dilakukan.
b. Memberikan informasi atau masukan kepada institusi pelayanan
keperawatan tentang kinerja perawat terutama dalam penatalaksanaan terapi
infus sehingga dapat dijadikan masukan dalam menyusun perencanaan
terutama untuk meningkatkan kinerja perawat dalam meningkatkan
penetalaksanaan terapi infus sesuai dengan protap yang telah ditetapkan
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang menjadi
salah satu penilaian akreditasi rumah sakit.
2. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuan bagi pendidikan tentang penerapan standar
operasional prosedur (SOP) khususnya tindakan pemasangan infus pada pasien
dewasa di IGD RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
3. Manfaat bagi Peneliti
Menjadi tambahan materi dan masukan untuk peneliti selanjutnya dalam
melakukan penelitian pada prosedur pemasangan infus agar penerapan standar
opersional prosedur (SOP) pada pemasangan infus lebih efektif dan dapat
mencegah resiko flebitis.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pemasangan Infus
1. Pengertian
Pemasangan infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan waktu yang lama, dengan
menggunakan alat infus set. Pemasangan infus adalah teknik penusukan/
pemasukan jarum atau kateter infus (Abocat) melalui transkutan dengan stilet
tajam, berbentuk kaku dan steril yang disambungkan dengan spuit (Tim Penulis
Poltekkes Kemenkes Maluku, 2011) .
Pemasangan infus merupakan tindakan invasif karena meliputi fungsi
vena. Fungsi vena adalah tekhnik yang mencakup penusukan vena melalui
transkutan dengan suatu jarum atau stilet tajam yang kaku, seperti angiokateter,
atau dengan jarum yang disambungkan pada spuit. Penggunaan utama tekhnik
ini adalah untuk memulai dan mempertahankan terapi cairan intravena (Potter &
Perry, 2005).
2. Tujuan
1. Mempertahankan, mengganti, serta menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Tubuh mengandung cairan, elektrolit, vitamin, protein,
lemak, dan kalori yang dalam keadaan tertentu pemasukannya tidak dapat
dipertahankan secara oral.
7
2. Memperbaiki asam basa tubuh.
3. Memelihara nutrisi.
4. Memberikan obat-obatan intravena ke dalam tubuh.
5. Memonitor hemodinamik tubuh.
6. Merupakan akses dalam keadaaan darurat.
7. Memonitor tekanan vena sentral (central venous pressure-CVP). CVP
adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan memompa cairan masuk ke
dalam tubuh dengan menggunakan cairan dalam dosis tertentu sesuai dengan
program terapi yang diberikan.
8. Menjadi terapi bagi klien yang diduga hipovolemik dan mengalami trauma
berat.
3. Keuntungan dan kerugian
Menurut (Perry dan Potter 2005), keuntungan dan kerugian terapi
intravena adalah :
a. Keuntungan
Keuntungan terapi intravena antara lain: Efek terapeutik segera dapat
tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat,
absorbs total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat
diandalkan kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik
dapat dipertahankan maupun dimodifikasi, rasa sakit dan iritasi obat-obat
tertentu jika diberikan intramuscular atau subkutan dapat dihindari, sesuai
8
untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi denga rute lain karena molekul yang
besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis.
b. Kerugian
Kerugian terapi intravena adalah : tidak biasa dilakukan ´”drug recall” dan
mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas
tinggi. Kontrol pemberian yang tidak baik biasa menyebabkan “speed
shock” dan komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba
melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vascular,
misalnya flebitis kimia, dan inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai
obat tambahan.
4. Lokasi pemasangan infus
Menurut (Perry dan Potter 2005), tempat atau lokasi vena perifer yang
sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau perifer
kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses paling mudah untuk
terapi intravena. Daerah tempat infus yang memungkinkan adalah peternaan
dorsal tangan (vena supervisial dorsalis, vena basalika, vena sefalikal), lengan
bagian dalam (vena basalika, vena sefalika, vena kubital median, vena median
lengan bawah, dan vena radialis), permukaan dorsal (vena sevena magma,
ramusdorsalis).
a. Vena Supervisial dorsalis pada tangan, ditemukan pada dorsum manus,
mengalir masuk ke atas bagian lateral vena sefalika, sedangkan bagian
9
medial masuk ke vena basilica, vena ini menuju permukaan anterior lengan
bawah kemudian berjalan ke atas menuju lengan atas.
b. Vena sefalika pada tangan, berakhir dengan menembus faia profunda pada
trigonum denum pektorale dan bermuara pada vena aksilaris.
c. Vena basilica; dari dorsum manus sisi medial lengan bawah menembus fasia
profunda. Pada pertengahan lengan atas bercabang menjadi vena kubitis
melalui vena basilica, dan vena sefalika, lalu bermuara ke vena aksilaris.
d. Vena kubital median, merupakan vena yang berasal dari vena lengan bawah
dan umumnya terbagi dalam dua pembuluh darah, satu berhubungan dengan
vena basilica dan yang lainnya berhubungan dengan vena sefalika. Vena ini
biasanya digunakan untuk pengambilan sampel darah.
e. Vena radialis, merupakan vena yang terdapat pada lenga atas yang bersatu
dengan vena ulnaris, kedua vena ini bersatu di siku dan menjadi vena
brakialis; kemudian menjadi vena aksilaris dan akhirnya vena subklavia
f. Vena savena magna; mengangkut darah dari ujung medial arkus venosus
dorsalis pedis lalu berjalan naik ke depan maleolus medialis kemudian ke
belakang lutut melalui sisi medial paha pada fasia profunda dan bergabung
dengan vena fermoralis yang berhubungan dengan vena savena magna
dengan vena profunda sepanjang sisi medial betis. Pada hiatus safenus di
fasia profunda, vena savena magna mempunyai cabang tiga yaitu:
1) Vena sirkumfleksa ilium superfisialis
2) Vena epigastrika superfisialis
10
3) Vena pudenda interna superfisialis
Menurut (Tim Penulis Poltekkes Kemenkes Maluku, 2011). Lokasi
penusukan adalah :
1) Bagian punggung telapak tangan, yaitu vena metacarpal. Jika
memungikinkan lakukan pada vena digitalis.
2) Lengan bawah pada vena basilika atau sefalika.
3) Siku bagian dalam fosa antekubital, media basilica, dan media sefalika untuk
penusukan infus jangka pendek.
4) Ekstremitas bawah:
1) Kaki pada vena pleksus dorsum, arkus vena dorsalis, dan vena medical
marginalis;
2) Mata kaki pada vena safena magna.
Menurut Dougherty dkk (2010), Pemilihan lokasi pemasangan terapi
intravena mempertimbangkan beberapa faktor yaitu :
a. Umur pasien: misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting
dan mempengaruhi berapa lama intravena terakhir.
b. Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus memenuhi jenis
terapi intravena tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti
pembedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun.
c. Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak, perubahan
tingkat kesadaran.
11
d. Jenis intravena : jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering
memaksa tempat-tempat yang optimum (misalnya hiperalimentasi adalah
sangat mengiritasi vena-vena perifer).
e. Durasi terapi intravena terapi jangka panjang memerlukan pengukuran untuk
memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-
hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (mulainya mulut di tangan dan
pindahkan ke lengan).
f. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan sisi
dan rotasi yang berhati-hati menjadi sangat penting; jika sedikit vena
pengganti.
g. Terapi intravena sebelumnya : flebitis sebelumnya membuat vena menjadi
tidak baik untuk di gunakan kemoterapi sering membuat vena menjadi buruk
(misalnya mudah pecah atau sklerosis).
h. Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang terkena pada
pasien dengan kelenjar limfe yang telah di angkat (misalnya pasien
masektomi) tanpa izin dari dokter.
i. Sakit sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien
dengan stroke.
j. Kesukaan pasien: jika mungkin, pertimbangkan kesukaan alami pasien untuk
sebelah kiri atau kanan dan juga sisi.
12
5. Prosedur pemasangan infus sesuai dengan teori
Karena infeksi dapat menjadi komplikasi utama dari terapi intravena,
peralatan intravena harus steril, juga wadah dan selang parenteral. Tempat
insersi harus dibersihkan dengan kapas povidoneiodine selama 2-3 menit, mulai
dari tengah ke arah tepi. Tindakan ini diikuti dengan alcohol 70% (Hanya
alcohol yang digunakan jika pasien alergi pada iodine). Perawat harus
menggunakan sarung tangan sekali pakai tidak steril selama prosedur fungsi
vena karena tingginya kemungkinan kontak dengan darah pasien (Asmadai,
2008 dalam Irawati 2014).
a. Persiapan klien
1) Monitoring keadaan umum klien.
a) Tingkat kesadaran.
b) Tanda-tanda vital.
c) Keadaan kulit atau turgor.
2) Memberikan informasi kepada klien terkait beberapa hal berikut:
a) Kapan dan tujuan diberikan infus.
b) Berapa lama pemasangan infus.
c) Hal yang harus dilakukan selama pemasangan infus.
(1) Menjaga/mempertahankan tempat insersi agar tidak
kotor/dikotori.
(2) Tidak boleh mengatur tetesan sendiri.
(3) Tidak boleh menarik sedang infus sendiri.
13
(4) Bila ada yang dikeluhkan berhubungan dengan tempat insersi,
harus diberitahukan kepada perawat.
b. Persiapan alat
1) Cairan yang diberikan
2) Kasa steril.
3) Kapas steril.
4) Alcohol 70%
5) Povidone iodone.
6) Plester.
7) Standar infus.
8) Infus set.
9) IV kateter sesuai usia (Abocat).
10) Sarung tangan steril sekali pakai.
11) Perlak/pengalas.
12) Bengkok
13) Alat pencukur
14) Gunting
15) Tornikuet/manset
16) Perban
17) Spalk dalam keadaan siap pakai, bila perlu.
18) Obat-obatan jika akan diberikan terapi obat lewat IV.
14
c. Prosedur kerja
1) Tahap preinteraksi
a) Cek atau baca status dan terapi cairan klien
b) Cuci tangan
c) Siapkan alat-alat dan dekatkan pada klien.
2) Tahap orientasi
a) Beri salam, panggil klien dengan nama kesukaannya.
b) Jelaskan maksud dan tujuan prosedur, serta lamanya yang akan
dilakukan oleh perawat untuk klien.
3) Tahap kerja
a) Bila dimungkinkan tindakan sebaiknya dilakukan oleh dua orang
perawat.
b) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum melakukan
tindakan..
c) Tanyakan keluhan utama atau keluhan yang dirasakan klien
sekarang.
d) Jaga privasi klien.
e) Posisikan klien semi fowler atau berikan posisi supine jika tidak
memungkinkan.
f) Bebaskan lengan klien dari baju/kemeja.
g) Letakkan manset/tornikuet 5-15 cm di atas tempat tusukan.
h) Letakkan alas plastik di bawah lengan klien.
15
i) Hubungkan cairan infus dengan infus set lalu gantungkan pada
standar infus.
j) Periksa label klien apakah telah sesuai dengan instruksi cairan yang
akan diberikan.
k) Alirkan cairan infus melalui selang infus untuk menghilangkan udara
di dalamnya.
l) Kencangkan klem sampai infus tidak menetes dan pertahankan
kesterilan sampai pemasangan pada tangan disiapkan.
m) Kencangkan tourniket/manset.
n) Anjurkan klien untuk mengepal dan membukanya beberapa kali, lalu
palpasi dan pastikan tempat yang akan ditusuk.
o) Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alcohol, lalu
ulangi dengan menggunakan kapas betadin. Arah melingkar dari
dalam keluar lokasi tusukan.
p) Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena dengan jarak
sekitar 5 cm di atas atau bawah tusukan.
q) Pegang jarum pada posisi 300 pada vena yang akan ditusuk, setelah pasti
masuk, lalu tusuk perlahan dengan pasti.
r) Rendahkan posisi jarum sejajar pada kulit dan tarik jarum sedikit lalu
teruskan plastic IV kateter ke dalam vena.
s) Tekan dengan jari ujung plastik IV kateter.
t) Tarik jarum infus keluar.
16
u) Sambungkan plastic IV kateter dengan ujung selang infus.
v) Lepaskan manset.
w) Buka klem infus sampai cairan mengalir lancar.
x) Oleskan dengan salep betadine di atas tempat penusukan, kemudian
ditutup dengan kasa steril.
y) Fiksasi posisi plastic IV kateter dengan plester.
z) Atur tetesan infus sesuai dengan ketentuan, selanjutnya pasang stiker
yang sudah diberi tanggal. Untuk IV kateter bersayap ( wing needle ):
(1) Letakkan plester pertama di bawah sayap kemudian lipat di atas
sayap searah dan sejajar ujung IV kateter
(2) Letakkan plester kedua di atas pangkal IV kateter dan sayap
dengan posisi melintang
(3) Tutp bagian kasa steril dan letakkan dengan plester sesuai dengan
kebutuhan
(4) Tulis tanggal dan jam pemasangan IV kateter pada plester
penutup kasa.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi klien dan hasil kegiatan.
b) Lakukan kontrak dengan sapaan atau salam.
c) Akhiri kegiatan dengan sapaan atau salam.
d) Buka sarung tangan lalu lanjutkan dengan mencuci tangan.
17
5) Dokumentasi
Catat hasil dalam melakukan perawatan.
6. Komplikasi Pemasangan Infus
Terapi intravena diberikan secara terus menerus dan dalam jangka waktu
yang lama tentunya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi.
Komplikasi dari pemasangan infus yaitu flebitis, hematoma, infiltrasi,
tromboflebitis, emboli udara (Hinlay 2006).
a. Flebitis
Inflamasi vena yang disebabakan oleh iritasi kimia maupun mekanik.
Kondisi ini dikarakteristikan dengan adanya daerah yang memerah dan
hangat di sekitar daerah insersi/pemasukan atau sepanjang vena, nyeri atau
rasa lunak pada area insersi atau sepanjang vena, dan pembengkakan.
b. Infiltrasi
Infiltasi terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di
sekeliling tempat fungsi vena. Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya
pembengkakan (akibat peningkatan cairan di jaringan) di sekitar area insersi,
ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan aliran secara nyata. Infiltrasi
mudah dikenali jika tempat penusukan lebih besar dari pada tempat yang di
ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara yang lebih dipercaya untuk
memastikan infiltasi adalah dengan memasang tornikuet di atas atau di
daerah proksimal dari tempat pemasangan infus dan mengencangkan
18
tornukuet tersebut secukupnya untuk menghentikan aliran vena. Jika infus
tetap menetes meskipun ada obstruksi vena,berarti terjadi infiltrasi.
c. Iritasi vena
Kondisi ini ditandai degan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit
di atas area insersi. Iritasi vena biasa terjadi karena cairan dengan pH tinggi,
pH rendah atau osmolaritas yang tinggi (misal: phenytoin, vancomcyn,
eritromycin, dan nafcillin)
d. Hematoma
Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah kejaringan di
sekitar area insersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding vena yang
berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang
tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah jarum atau kateter
dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis, pembengkakan
segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah pada tempat penusukan.
e. Tromboflebitis
Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan
dalam vena. Karakteristik tromboflebitis adalah nyeri yang terlokalisasi,
kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar area insersi atau
sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman
dan pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat, demam, dan
leukositosis.
19
f. Thrombosis
Thrombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena,
dan aliran infus berhenti. Thrombosis disebabkan oleh injuri sel endotel
dinding vena, pelekatan platelet.
g. Occlusion (kemacetan)
Kemacetan ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika
botol dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada
area pemasangan infus/insersi. Kemacetan disebabkan oleh gangguan aliran
IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.
h. Spasme vena
Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kuit pucat disekitar
vena, aliran berhenti meskipun klem sudah di buka maksimal. Spasme vena
biasa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin, iritasi vena
oleh obat atau cairan yang sudah mengiritasi vena dan aliran yang terlalu
cepat.
i. Reaksi vasovagal
Digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kolaps pada vena, dingin,
berkeringat, pingsan, pusing, mual dan penurunan tekanan darah. Reaksi
vasovagal biasa disebabkan oleh nyeri atau kecemasan.
j. Kerusakan syaraf, tendon dan ligament
Kondisi ini ditandai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi
otot. Efek lambat yang biasa muncul adalah paralysis, mati rasa dan
20
deformitas. Efek lambat oleh tekhnik pemasangan yang tidak tepat sehingga
menimbulkan injuri disekitar syaraf, tendon dan ligament.
7. Pencegahan komplikasi pemasangan intravena
Menurut (Hidayat 2008), selama proses pemasangan infus perlu
memperhatikan hal-hal untuk mencegah komplikasi yaitu:
a. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru.
b. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi.
c. Observasi tanda/ reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain.
d. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan.
e. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir.
f. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus
perlahan, periksa ujung kateter terhadap adanya embolus.
g. Bersihkan lokasi penusukan dengan antiseptic. Bekas-bekas plester
dibersihkan memakai kapas alcohol.
h. Gunakan alat-alat yang steril saat pemasangan, dan gunakan teknik sterilisasi
dalam pemasangan infus.
i. Hindarkan memasang infus pada daerah-daerah yang telah rusak, vena pada
daerah fleksi dan vena yang tidak stabil.
j. Mengatur ketepatan aliran dan regulasi infus dengan tepat.
k. Penghitungan cairan yang sering digunakan adalah penghitungan mili meter
perjam (ml/h) dan perhitungan tetes permenit.
21
B. Tinjauan Tentang Standar Operasional Prosedur
1. Pengertian
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu standar / pedoman
tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok
untuk mencapai tujuan organisasi. Standar operasional prosedur merupakan
tatacara atau tahapan yang dilakukan dan yang harus dilalui untuk
menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Perry dan Potter 2005).
Menurut Moekijat (2008), Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah
urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan), di mana
pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan dengan apa yang dilakukan,
bagaimana melakukannya, bilamana melakukannya, di mana melakukannya, dan
siapa yang melakukannya.
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan
dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kinerja yang paling efektif
dari para pekerja dengan biaya yang serendah-rendahnya. SOP biasanya terdiri
dari manfaat, kapan dibuat atau direvisi, metode penulisan prosedur, serta
dilengkapi bagan flowchart dibagian akhir (Laksmi, 2008 : 52).
2. Tujuan SOP
Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sebagai berikut (Indah
Puji, 2014;30):
22
a. Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondis tertentu
dan kemana petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau
pekerjaan tertentu.
b. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja,
dan supervisor.
c. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (dengan demikian
menghindari dan mengurangi konflik), keraguan, duplikasi serta
pemborosan dalam prosese pelaksanaan kegiatan.
d. Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan.
e. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efesien
dan efektif.
f. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas
yang terkait.
g. Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses
kerja bila terjadi suatu kesalahan atau dugaan mal praktek dan kesalahan
administrative lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan
petugas.
h. Sebagai dokumen yang digunakan untuk pelatihan.
i. Sebagai dokumen sejarah bila telah di buat revisi SOP yang baru.
3. Fungsi SOP
Fungsi Standar Opersional Prosedur adalah sebagai berikut (Indah Puji,
2014:35):
23
a. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja
b. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatan dan mudah dilacak.
d. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama dsiplin dalam bekerja.
e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
4. Manfaat SOP
Standar Operasi Oprasional (SOP) memiliki manfaat bagi organisasi antara
lain (Permenpan No.PER/21/M-PAN/11/2208):
a. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan dan kelalaian.
b. SOP membantu staf menjadi lebih mandiri dan tidak tergantug pada
intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan
dalam pelaksanaan proses sehari-hari.
c. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan tanggung jawab
khusus dalam melaksanakan tugas.
d. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai cara
konkret untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha
yang telah dilakukan.
e. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi efesien dan dikelola dengan baik.
f. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di unit pelayanan dalam
melaksanakan pemberian pelayanan sehari-hari.
g. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian pelayanan.
24
h. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam
memberikan pelayanan. Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam
berbagai situasi.
5. SOP Pemasangan Infus Menurut RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara
a. Pengertian
Tata cara pemasangan jalur untuk pemberian cairan infus melalui pembuluh
darah vena perifer.
b. Tujuan
1) Didapatkan jalur untuk pemberian cairan infus maupun obat-obatan yang
aman, aseptic dan benar.
2) Untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit.
3) Sebagai jalur untuk memasukkan nutrisi untuk penderita yang tidak
dapat / boleh makan minum melalui mulut.
c. Kebijakan
Peraturan Direktur RSUD Bahteramas No. Tentang Pedoman Pelayanan
Rawat Inap
d. Prosedur
1) Persiapan
a) Standar infus
b) Cairan yang akan diberikan
c) Infus set
25
d) Kapas alcohol 70% atau alcohol swab
e) Gunting
f) Plester/ hipafix
g) Hansaplas
h) Emla
i) Pengalas ( Perlak Kecil)
j) Bengkok
k) Tourniquet
l) Surflo atau abocath
m) Hand schoen
n) Alat cukur
o) Bak instrument
2) Pelaksanaan
a) Cuci tangan ( Sesuai dengan SOP cuci tangan)
b) Salam dan kenalkan nama petugas
c) Identifikasi pasien (sesuai dengan SOP Indentifikasi Pasien)
d) Salam dan kenalkan nama petugas
e) Jelaskan kepada pasien / keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan.
f) Pasang infus set ke botol infus dengan cara : infus set diklem dulu
kemudian tusukan ke botol infus, gantung cairan pada standart infus
dengan ketinggian kurang lebih 1 m dari tempat penusukan. Isi
26
tabung pengontrol (pada selang infus) sesuai batas. Klem di buka
penuh sampai cairan memenuhi selang.
g) Atur posisi pasien
h) Kenakan hand schoen
i) Tentukan vena yang akan ditusuk ( dimulai dari vena bagian distal)
j) Cukur daerah yang akan dipasang infus yang banyak rambutnya,
dilakukan pencukuran dulu
k) Pasang tourniquet
l) Desinfeksi area yang akan ditusuk arahnya melingkar ke luar dimulai
dari area tengah ke tepi dengan alcohol swab dengan diameter 5 – 10
cm
m) Beri emla cream pada vena yang akan ditusuk, tunggu 3 s/d 5 menit
n) Tusuk jarum infus / abbocath pada vena yang telah ditentukan
o) Lepaskan tourniquet
p) Lakukan fiksasi abbocath dengan hansaplas
q) Hubungkan abbocath dengan selang infus
r) Buka klem pada selang infus, observasi adanya extravasasi
s) Fikasasi abocath dengan plester
t) Atur jumlah tetesan cairan infus sesuai dengan kebutuhan
u) Perhatikan reaksi pasien
v) Beri label ( yang berisi tanggal dan jam pemasangan) pada tempat
fiksasi
27
w) Rapikan pasien dan rapikan alat-alat
x) Perawat cuci tangan
y) Catat tindakan dalam dokumen keperawatan
C. Tinjauan Tentang Pasien
1. Pengertian Pasien
Menurut PMK No. 69 Tahun 2014 pasal 1 tentang Kewajiban Rumah
Sakit dan Kewajiban Pasien, pasien adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pasien adalah orang sakit (yang
dirawat dokter) atau pasien adalah penderita (sakit). Ada beberapa macam
pasien :
a. Pasien opname/dalam/rawat inap adalah pasien yang memperoleh pelayanan
tinggal atau dirawat pada suatu unit pelayanan kesehatan tertentu; pasien
yang dirawat di rumah sakit atau pasien yang memperoleh pelayanan
kesehatan menginap dan dirawat di rumah sakit; pasien rawat inap.
b. Pasien jalan/luar adalah pasien yang hanya memperoleh layanan kesehatan
tertentu, tidak menginap pada unit pelayanan kesehatan.
2. Hak Pasien
Menurut PMK No. 69 Tahun 2014 (pasal 24 ayat 2) Tentang Kewajiban
Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien, hak-hak pasien meliputi:
a. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
28
b. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
c. Memperoleh pelayanan yang efektif dan efesien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi;
d. Memilih Dokter dan dokter Gigi serta kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
e. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada Dokter dan
Dokter Gigi lain yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik di dalam
maupun di luar Rumah Sakit;
f. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya;
g. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, risiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan;
h. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh Tenaga Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
i. Didampingi keluarga dalam keadaan kritis;
j. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal tersebut tidak menganggu pasien lainnya;
k. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit;
29
l. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya;
m. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianut;
n. Mendapatkan perlindungan atas rahasia kedokteran termasuk kerahasiaan
rekam medik;
o. Mendapatkan akses terhadap isi rekam medik;
p. Memberikan persetujuan atau menolak untuk menjadi bagian dalam suatu
penelitian kesehatan;
q. Menyampaikan keluhan atau pengaduan atas pelayanan yang diterima;
r. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentua peraturan
perundang-undangan;
s. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana.
3. Kewajiban Pasien
Menurut PMK No. 69 Tahun 2014 (pasal 28) Tentang Kewajiban Rumah
Sakit dan Kewajiban Pasien, dalam menerima pelayanan dari Rumah Sakit
pasien mempunyai kewajiban:
a. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
b. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggungjawab;
30
c. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan
serta petugas lainnya yang bekerja di Rumah sakit;
d. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan
dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
e. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya;
f. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
Rumah Sakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah
mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
h. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
D. Tinjauan Dewasa
1. Dewasa
Dewasa, istilah dewasa berasal dari bahasa latin yaitu adultus yang berarti
tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi
dewasa. Seorang dikatakan dewasa apabila mampu menyelesaikan pertumbuhan
dan menerima kedudukan yang sama dalam masyarakat atau orang dewasa
lainnya. Para ahli psikologi berpendapat bahwa masa dewasa memiliki berbagai
31
masalah seperti masalah fisik,psikis, dan sosial (Pieter & Lubis, 2011). Secara
umum, masa dewasa dikelompokkan atas tiga bagian:
a. Dewasa dini (early adulthood) : 21 - 35 tahun
b. Dewasa madya (middle adulthood) : 35 – 45 tahun
c. Dewasa akhir (late adulthood) : 45 – < 60 tahun
Faktor resiko kesehatan bagi individu masa dewasa berasal dari komunitas,
gaya hidup, dan riwayat keluarga. Semua kebiasaan gaya hidup yang
mempengaruhi respons terhadap stress dapat meningkatkan risiko untuk
mendapatkan penyakit. Selain itu kebiasaan higiene personal, kematian dan
trauma akibat kekerasan, penyalahgunaan obat, kehamilan yang tidak
direncanakan, penyakit menular seks (PMS), dan faktor pekerjaan juga menjadi
penyebab timbulnya penyakit (Potter & Perry 2009).
32
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Pemasangan infus merupakan tindakan invasif karena meliputi fungsi vena
dimana fungsi vena adalah tekhnik yang mencakup penusukan vena melalui
transkutan dengan suatu jarum atau stilet tajam yang kaku, seperti angiokateter,
atau dengan jarum yang disambungkan pada spuit. Pemasangan infus harus
diterapkan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Standar operasional prosedur merupakan tata cara atau tahapan yang
dilakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
tertentu. Dalam SOP pemasangan infus, terdiri dari dua tahapan yaitu tahap
persiapan alat dan tahap pelaksanaan yang harus diterapkan.
Penerapan atau psikomotor merupakan aplikasi dari adanya sikap yang
memerlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.
B. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Penerapan SOP Pemasangan
Infus
Fase Persiapan Alat
Fase Pelaksanaan
Pada Pasien
Dewasa di IGD
33
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (bebas) yang termasuk dalam penelitian ini adalah Standar
Operasional Prosedur (SOP) pemasangan infus yang meliputi: tahap persiapan
alat dan tahap pelaksanaan.
2. Variabel Dependen (terikat) yang termasuk dalam penelitian ini adalah pasien
dewasa di IGD.
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Pasien yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua pasien dewasa berusia
21 sampai < 60 tahun yang masuk IGD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2017.
2. Pemasangan infus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemasangan infus
yang dilakukan pertama kali pada pasien dewasa di IGD.
3. Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penelitian ini adalah
penerapan seluruh tahapan atau prosedur pemasangan infus yang ditetapkan di
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kriteria objektif :
Ya : Jika semua tahapan SOP pemasangan infus fase persiapan dan
pelaksanaan diterapkan.
Tidak: Jika salah satu tahapan SOP pemasangan infuse fase persiapan dan
pelaksanaan tidak diterapkan.
34
4. Fase persiapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tahapan atau prosedur
persiapan alat yang terdiri dari 15 tahapan sesuai dengan SOP pemasangan infus
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Kriteria objektif :
Ya : Jika seluruh tahapan persiapan pemasangan infus diterapkan sesuai
dengan SOP.
Tidak : Jika salah satu dari tahapan persiapan pemasangan infus tidak diterapkan
sesuai dengan SOP.
5. Fase pelaksanaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tahapan atau
prosedur pelaksanaan pemasangan infus yang terdiri dari 25 tahapan sesuai
dengan SOP pemasangan infus RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kriteria objektif :
Ya : Jika seluruh tahapan pelaksanaan pemasangan infus diterapkan sesuai
dengan SOP.
Tidak: Jika salah satu dari tahapan pelaksanaan pemasangan infus tidak
diterapkan sesuai dengan SOP.
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
observasional, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk mengetahui suatu
gambaran secara obyektif mengenai Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa di Ruangan IGD RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 6 Juli sampai dengan 12 juli
2017.
2. Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang IGD RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2012).
36
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dewasa yang masuk di IGD RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 508 pasien dalam 1 bulan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2012).
a. Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dewasa yang masuk di IGD RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara. Besar sampel ditentukan apabila
subyek penelitian < 100 lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya > 100 dapat
diambil 10-15 % atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 2006).
Jadi besar sampel dalam penelitian ini diambil 10% dari jumlah populasi,
sehingga 508 x 10% = 50,8 dibulatkan menjadi 51 pasien.
b. Tekhnik Pengambilan Sampel
Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
Assidental Sampling dimana pengambilan sampel dilakukan pada pasien
yang kebetulan ada pada saat penelitian berlangsung.
c. Kriteria Sampel
Kriteria sampel dalam penelitian ini terdiri dari:
37
1) Kriteria Inklusi
a) Pasien dewasa yang masuk di Ruang IGD RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara saat penelitian berlangsung.
b) Pasien yang dilakukan pemasangan infus
c) Bersedia menjadi responden penelitian
2) Kriteria Ekslusi
a) Bukan pasien dewasa
b) Pasien yang tidak dilakukan pemasangan infus
c) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data tentang observasi langsung
penerapan SOP pemasangan infus oleh tenaga medis yang terdiri dari fase
persiapan alat dan fase pelaksanaan.
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi/medical record yang berhubungan
mengenai penelitian ini yaitu data jumlah perawat IGD, jumlah pasien
dewasa yang masuk IGD dalam 1 bulan, jumlah pemasangan infus dalam
setahun serta gambaran umum RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara.
38
2. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi
langsung dengan metode checklist kepada responden dengan menggunakan
daftar SOP pemasangan infus yang ada di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara dalam bentuk lembar observasi.
E. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul dari responden diolah dengan langkah – langkah
sebagai berikut:
1. Coding, yaitu kegiatan memberikan kode terhadap data dari bentuk huruf
menjadi angka yang berguna untuk memudahkan pada waktu memasukkan data.
2. Editing, yaitu memeriksa ulang kelengkapan data, kemungkinan kesalahan dan
kelengkapan jawaban responden.
3. Scoring, adalah memberi skor pada data yang telah dikumpulkan.
4. Tabulating, menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi setelah
dilakukan perhitungan data secara manual.
F. Analisa Data
Untuk mengetahui gambaran pemasangan infus pada pasien dewasa sesuai
standar operasional prosedur di RSU Bahteramas dengan menggunakan jenis analisa
data Univariate (analisa deskriptif). Menggunakan rumus sebagai berikut :
39
Keterangan :
X = Presentase hasil yang dicapai (frekuensi relative)
f = Frekuensi kategori variabel yang di amati
n = Jumlah sampel penelitian
100% = Konstanta (Hidayat, 2009)
G. Penyajian Data
Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan grafik frekuensi
kemudian dinarasikan atau deskripsikan selanjutnya didapatkan kesimpulan
penelitian.
𝑿 =𝒇
𝐧𝐱 𝟏𝟎𝟎%
40
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum (RSUD)
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, sejak tanggal 21 November 2012
pindah lokasi dari Jln. Dr. Ratulangi No. 151 Kelurahan Kemaraya
Kecamatan Mandonga ke Jln. Kapt. Piere Tendean No. 40 Baruga. Lokasi
ini sangat strategis karena mudah dijangkau dengan kendaraan umum.
Adapun batas-batas rumah sakit sebagai berikut:
a. Sebelah utara: Jalan Kapt. Piere Tendean
b. Sebelah Timur: Perumahan Penduduk
c. Sebelah Selatan: Perumahan Penduduk
d. Sebelah Barat: Balai Pertanian Provinsi
b. Lingkungan Fisik
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum (RSUD)
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara berdiri di atas tanah seluas 17,5 Ha.
Luas seluruh bangunan adalah 53,269 m2, luas bangunan yang terealsasi
sampai dengan akhir tahun 2015 adalah 35,410 m2. Pengelompokkan
ruangan berdasatrkan fungsinya sehingga menjadi empat kelompok, yaitu
41
kelompok kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan penunjang
medis, kelompok kegiatan penunjang non medis, dan kelompok kegiatan
administrasi
c. Sejarah dan Status Rumah Sakit
RSU Prov. Sulawesi Tenggara dibangun secara bertahap pada tahun
1969/1970 dengan sebutan “Perluasan Rumah Sakit Kendari” adalah milik
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan klasifikasi type C
berdasarkan SK Menkes No.51/Menkes/III/1979 tanggal 22 Februari 1979.
Susunan Struktur Organisasi berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi
Tenggara No.77 tahun 1983 tanggal 28 Maret 1983.
Pada tanggal 21 Desember 1998., RSU Provinsi Sulawesi Tenggara
meningkat klasifikasinya menjadi type B (Non Pendidikan) sesuai dengan
SK Menkes No.1482/Menkes/SK/XII/1998, yang ditetapkan dengan Perda
No. 3 tahun 199. Kedudukan Rumah sakit Secara teknis berada di bawah
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara dan secara oprasional berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Sesuai dengan
kebutuhan pendidikan medik di Sulawesi Tenggara maka sejak tahun 2013
RSU Bahteramas Prov. Sultra telah terakreditasi menjadi RS type B
Pendidikan.
Pada tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara telah
terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu Administrasi Manajemen, Pelayanan
Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan dan Rekam
42
Medis sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139. Selanjutnya
Akreditasi 12 Pelayanan sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No.
HK.00.06.3.5.139. Tanggal 31 Desember 2010, yang meliputi pelayanan
Administratif dan Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Rekam Medis, Pelayanan Radiologi,
Pelyanan Farmasi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Peristi, Pelayanan
Kamar Operasi, Pelayanan Pencegahan Infeksi, Pelayanan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 dan
untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU Prov Sultra telah menjadi
Badan Layanan Umum Daerah yang ditetapkan melalui Surat Keputusan
Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor: 635 Tahun 2010 tanggal 15 Oktober
2010. Pada tanggal 21 November 2012 RSU Prov. Sultra pindah lokasi dan
berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara (RSUD Bahteramas Prov.Sultra), yang diresmikan
penggunaanya oleh Mentri Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan RI,
Ir. H. Hatta Rajasa dan Gubernur Sulawesi Tenggara, H.Nur Alam SE. Pada
tahun 2013 telah terakreditasi menjadi Rumah sakit Pendidikan (SK Mentri
Kesehatan No. Tahun 2013).
d. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Bahteramas
RSU Provinsi Sulawesi Tenggara dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat mengacu pada Visi da Misi Pemerintah Daerah dan Visi
43
pembangunan Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Visi RSUD Provinsi
Sulawesi Tenggara adalah “Rumah Sakit Unggulan Dalam Pelayanan
Kesehatan Rujukan, Pendidikan Dan Penelitian Di Sulawesi Tenggara
Tahun 2018”.
Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan tersebut Rumah Sakit
Umum Bahteramas mempunyai Misi sebagai berikut:
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan prima berlandaskan etika profesi.
2) Menyelenggarakan pendidikan profesi Dokter, pendidikan kesehatan
lainnya serta pelatihan dan penelitian.
3) Pengembangan sarana dan prasarana untuk menunjang rumah sakit
pendidikan.
4) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dan kesejahteraan
karyawan.
e. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
Tugas pokok dan fungsi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara berdasarkan pada Perda No. 5 Tahun 2008 Tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah RSU Provinsi Sulawesi
Tenggara dan Pola Tata Kelola RSUD Prov. Sultra adalah melaksanakan
upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan
mengutamakan penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi,
terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan
upaya rujukan.
44
Untuk meyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas,
RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai fungsi, yakni:
1) Menyelenggarakan pelayanan medik;
2) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik;
3) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan;
4) Meyelenggarakan pelayanan rujukan;
5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan;
6) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan;
7) Menyelenggarakan administarsi umum dan keuangan;
8) Menyelenggarakan upaya promotif dan preventif.
f. Sarana dan Prasarana
1) Luas Lahan dan Bangunan
RSU Bahteramas Prov. Sultra dengan luas lahan 17 Ha, memiliki
17 bangunan fisk, yang sampai saat ini masih terus menerus di tambah
sesuai dengan master plan pengembangan rumah sakit. Luas seluruh
bangunan adalah 22.5577,38 m2, dan halaman parker seluas ± 1.500 m2.
Semua bangunan tingkat aktivitas yang sangat tinggi. Disamping
kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien, kegiatan yang tidak kalah
pentingnyaadalah kegiatan administrasi, pengelolaan makanan,
pemeliharaan atau perbaikan instalansi listrik dan air, kebersihan dan
lain-lain.
45
2) Prasarana
Prasarana rumah sakit antara lain terdiri dari:
a) Listrik dari PLN tersedia 1100 KVA dibantu dengan 2 unit genset (2
x 250 KVA).
b) Air yang digunakan di RSU Bahteramas berasal sumur dalam, sumur
bor dan PDAM
c) Sarana komunikasi berpa jaringan PABX dan jaringan internet.
d) Sentral Instalansi Oksigen Cair untuk ruangan yang membutuhkan.
e) System Alarm Kebakaran, Hidrant, dan Tabung Pemadam
Kebakaran di semua gedung.
f) Pembuang limbah: Limbah padat : insenerator dan Limbah cair :
IPAL
g. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara hingga 31 Desember 2015 berjumlah 789 orang yang merupakan
pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai kontrak, terdiri atas tenaga medis,
paramedis dan non medis.
Jumlah keseluruhan tenaga masih belum memenuhi standar jumlah
tenaga untuk tipe Rumah Sakit Umum Pendidikan Kelas B. Beberapa tenaga
dengan keterampilan tertentu masih sangat diperlukan pada saat ini, sehingga
disamping permintaan tambahan tenaga, perlu juga pelatihan dan penelitian
46
formal lanjutan untuk staf RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
Tabel 5.1 Jenis dan Jumlah Ketenagaan RSU Bahteramas
Tahun 2011 Sampai Dengan 2017
No Jenis Tenaga Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1. Tenaga Medis 62 50 71 70 68
Dokter Spesialis (S-2) 28 26 32 30 28
Dokter Umum (S-1) 30 20 35 37 37
Dokter Gigi (S-1) 4 4 4 3 3
2. Para Medis Perawatan 261 286 315 378 330
Sarjana (S-1 dan D-IV) 10 13 17 27 26
Akademi (D-III) 153 180 212 276 278
Diploma I (D-I) 18 16 16 3 3
SLTA 80 77 81 72 71
3. Para Medis Non
Perawatan
128 158 183 207 207
Pasca Sarjana (S-II) 15 16 18 20 22
Sarjana (S-1 dan D-IV) 54 62 72 83 78
Akademi (D-III) 32 43 61 76 81
Diploma (D-I) 13 17 11 11 10
SLTA 21 19 21 17 16
4. Non Medis 100 111 111 116 98
Sarjana (S-1) 17 21 22 27 27
Akademi (D-III) 2 3 15 6 4
SLTA 70 76 76 83 67
SLTP 6 7 7 0 1
SD 5 4 3 0 0
Total 549 617 700 771 703
Sumber: profil Rumah Sakit Umum Bahteramas Tahun 2017
47
h. Gambaran IGD RSU Bahteramas
Ruangan IGD (Instalasi Gawat Darurat) adalah ruangan dimana
tempat pasien ditindaki secara medis oleh dokter dan perawat. Ruangan ini
termasuk ruangan dimana keadaan pasien dengan resiko tinggi. Aktivitas di
ruangan IGD berbeda dengan ruang perawatan lainnya, karena di ruangan ini
merupakan tempat dimana pasien gawat darurat pertama kali ditangani oleh
para tenaga kesehatan, biasanya pasien yang masuk di ruangan IGD adalah
pasien kecelakaan, pasien penyakit dalam, pasien rujukan dari berbagi
daerah di Sulawesi Tenggara.
Ada 4 ruangan di IGD dimana pasien diberi tindakan yaitu ruangan
triase, ruangan bedah, dan ruangan non bedah serta terdapat ruang tindakan
untuk pasien kecelakaan yang mengalami luka-luka.
2. Variabel Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai tanggal 6 Juli – 12
Juli 2017 dengan total sampel sebanyak 51 responden. Berdasarkan hasil
pengolahan data yang dilakukan, maka disajikan hasil penelitian sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden
1) Jenis Kelamin Responden
Untuk mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat dari tabel berikut:
48
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
di Ruang IGD Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2017
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1. Laki-Laki 23 45,10
2. Perempuan 28 54,90
Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer IGD RSU Bahteramas 2017
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa, sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 28 orang (54,90%) dan
laki-laki sebanyak 23 orang (45,10%).
2) Umur responden
Untuk umur responden terdiri dari 3 kategori. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.3 Distribusi Umur Responden di Ruang IGD Rumah Sakit
Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
No Umur Jumlah Persentase (%)
1. 21-35 Tahun 20 39,22
2. 36-45 Tahun 6 11,76
3. 46-59 Tahun 25 49,02
Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer IGD RSU Bahteramas 2017
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 51 responden yang
diteliti, persentase tertinggi yaitu pada golongan umur dewasa akhir
49
46-59 tahun sebanyak 25 responden (49,02%), kemudian golongan umur
dewasa pemula 21-35 tahun sebanyak 20 responden (39,22%) dan
persentase terendah pada golongan umur dewasa madya 36-45 tahun
yaitu sebanyak 6 responden (11,76%).
b. Penerapan SOP Pemasangan Infus
1) Penerapan SOP Pemasangan Infus Fase Persiapan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penerapan SOP Pemasangan Infus
Fase Persiapan
No Fase Orientasi Frekuensi Persentase (%)
1. Diterapkan 22 43,14
2. Tidak Diterapkan 29 56,86
Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer IGD RSU Bahteramas 2017
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 51 responden yang
diteliti, responden yang tidak diterapkan Pemasangan Infus sesuai SOP
pada fase persiapan adalah sebanyak 29 responden (56,86%) dan yang
diterapkan Pemasangan Infus sesuai dengan SOP pada fase persiapan
adalah sebanyak 22 responden (43,14%).
Deskrpsi penerapan SOP Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa
Di Ruangan IGD RSU Bahteramas pada fase persiapan secara visual
dapat digambarkan pada grafik berikut:
50
Berdasarkan grafik 5.1 penerapan SOP pemasangan infus pada fase
persiapan yang paling banyak tidak diterapkan pada responden yaitu pada
fase persiapan 8,9,10,7,5,15,11,14 dan 12.
2) Penerapan SOP Pemasangan Infus Fase Pelaksanaan
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Penerapan SOP Pemasangan Infus
Fase Pelaksanaan
No Fase Pelaksanaan Frekuensi Persentase (%)
1. Diterapkan 21 41,18
2. Tidak diterapkan 30 58,82
Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer IGD RSU Bahteramas 2017
Beradasarkan tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa dari 51
responden yang diteliti, responden yang tidak diterapkan Pemasangan
Infus sesuai SOP pada fase pelaksanaan adalah sebanyak 30 responden
0 0 0 0 10 124 28 27 25
6 2 0 6 8
51 51 51 5141
50
27 23 24 26
45 49 5145 43
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Res
po
nd
en
Prosedur Fase Persiapan
Grafik 5.1 Penerapan SOP Fase Persiapan
x y
Tidak Dilakukan
Dilakukan
51
(58,82%) dan responden yang diterapkan Pemasangan Infus sesuai SOP
pada fase pelaksanaan adalah sebanyak 21 responden (41,18%).
Deskrpsi penerapan SOP Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa
Di Ruangan IGD RSU Bahteramas pada fase persiapan secara visual
dapat digambarkan pada grafik berikut:
Berdasarkan grafik 5.2 penerapan SOP pemasangan infus pada fase
pelaksanaan yang tidak diterapkan pada responden yaitu terutama pada
fase pelaksanaan 9,22,13,1,16,2,24,3,4,6,7 dan 25.
21
11 7 6 0 1 1 0
28
0 1 1
22
0 115
0 0 1 0 5
23
0 10 1
30
4044 45
51 50 50 51
23
51 50 50
29
51 50
36
51 51 50 5146
28
51
41
50
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Res
pon
den
Prosedur Fase Pelaksanaan
Grafik 5.2 Penerapan SOP Fase Pelaksanaan
x y
Tidak Dilakukan
Dilakukan
52
3) Penerapan SOP Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa di IGD
RSU Bahteramas
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Penerapan SOP Pemasangan Infus
Di IGD RSU Bahteramas
No Penerapan SOP Pemasangan
Infus
Frekuensi Persentase
(%)
1. Diterapkan 21 41,18
2. Tidak diterapkan 30 58,82
Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer IGD RSU Bahteramas 2017
Berdasarkan tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa secara
keseluruhan dari 51 responden yang diteliti, sebanyak 30 responden
(58,82%) tidak diterapkan Pemasangan Infus sesuai dengan SOP dan
sebanyak 21 responden (41,18%) yang diterapkan Pemasangan Infus
sesuai dengan SOP.
B. Pembahasan
Setelah dilakukan pengolahan data, penyajian data dan analisis data,
selanjutnya dilakukan pembahasan hasil penelitian masing-masing variabel.
1. Penerapan SOP Pemasangan Infus Fase Persiapan
Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi dari 51 responden yang
diteliti, frekuensi tertinggi yaitu sebanyak 29 responden (56,86%) tidak
diterapkan SOP pemasangan infus pada fase persiapan, sedangkan frekuensi
53
terendah yaitu sebanyak 22 responden (43,14%) yang diterapkan SOP
pemasangan infus pada fase persiapan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa dari
15 item aspek yang dinilai, sarana dan prasarana yang paling banyak tidak
disiapkan saat pemasangan infus yaitu emla cream dengan persentase
responden yang tidak diterapkan sebanyak 28 responden (54,90%), emla cream
merupakan cream yang digunakan untuk anestesi lokal sebelum operasi minor
seperti penggunaan jarum suntik atau prosedur pembedahan superficial dan
berfungsi untuk meringankan nyeri pada saat penusukan. Sehingga
ketidaktersediaan emla cream dapat menimbulkan nyeri yang dapat
mengganggu kenyamanan pasien.
Selanjutnya alat yang tidak dipersiapkan saat pemasangan infus yaitu
pengalas (perlak kecil) dengan persentase yang tidak diterapkan sebanyak 27
responden (52,94%), dimana fungsi pengalas dapat mencegah terjadinya
infeksi nosokomial yang berasal dari cairan tubuh pasien seperti darah serta
dapat menjaga kesterilan daerah yang akan dilakukan pemasangan infus,
sehingga jika alat ini tidak disiapkan maka tingginya kejadian infeksi pada
pemasangan infus dapat terjadi, kemudian bengkok dengan persentase yang
tidak diterapkan sebanyak 25 responden (49,01%), jika alat ini tidak disiapkan
maka sampah medis yang berasal dari pemasangan infus seperti jarum abocath
dapat saja melukai dokter atau perawat yang melakukan pemasangan infus hal
54
ini dapat disebut sebagai human eror yang bisa mengakibatkan terjadinya
infeksi nosokomial.
Sedangkan berdasarkan teori alat-alat yang harus digunakan berdasarkan
dalam SOP Pemasangan Infus yaitu sebanyak 15 alat (standar infus, cairan
yang akan diberikan, infus set, kapas alkohol, gunting, plester atau hipafix,
hansaplas, emla cream, pengalas atau perlak kecil, bengkok, tourniquet,
abocath, handschoon, alat cukur, dan bak instrument). Namun pada
kenyataanya saat penelitian sebagian besar penggunaan alat yang digunakan
tidak sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit Bahteramas
sehingga hal ini dapat menyebabkan tingginya resiko infeksi nosokomial dan
terjadinya infeksi akibat dari pemasangan infus (flebitis) yang dampaknya bagi
pasien meningkatnya lama masa perawatan/length of stay (LOS) dan
menambah biaya perawatan di rumah sakit.
2. Penerapan SOP Pemasangan Infus Fase Pelaksanaan
Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi dari 51 responden yang
diteliti, frekuensi tertinggi sebanyak 30 responden (58,82%) tidak diterapkan
SOP pemasangan infus pada fase pelaksanaan, sedangkan frekuensi terendah
sebanyak 21 responden (41,18%) yang diterapkan SOP pemasangan infus pada
fase pelaksanaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan masih tingginya frekuensi
perawat atau dokter yang tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan pemasangan infus, berdasarkan hasil observasi terdapat
55
21 responden (41,17%) yang dilakukan pemasangan infus dengan tenaga medis
tidak mencuci tangan terlebih sebelum melakukan pemasangan infus, dan
sebanyak 10 responden (40%) yang dilakukan pemasangan infus dengan
tenaga medis tidak mencuci tangan setelah melakukan pemasangan infus.
Selain itu masih ada yang tidak menggunakan hanschoon atau
menggunakan hanschoon secara berulang kali antara pasien yang satu dengan
pasien yang lain. Kewaspadaan universal yaitu tindakan pengendalian infeksi
yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko
penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh
dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun
petugas kesehatan (Nursalam ,2007 dalam Irawati 2014). Hal ini menunjukk
bahwa kebersihan hanschoon dapat mencegah terjadinya flebitis, namun
berdasarkan hasil observasi kewaspadaan universal yang dilakukan tenaga
medis dan perawat dalam melakukan tindakan pemasangan infus belum sesuai
dengan apa yang telah diharapkan. Jika diuraikan bakteri dan virus yang telah
menempel di hanschoon sudah pasti menempel pula pada kapas alkohol yang
dipakai untuk desinfektan kulit pasien yang akan dipasang infus. Kapas alkohol
yang dipakai untuk membersihkan kulit sebelum infus dipasang dalam keadaan
kotor bagaimana kulit tersebut bisa dikatakan bersih bahkan steril dan siap
untuk dilakukan pemasangan infus.
Hal ini tentu dapat menyebabkan tingginya komplikasi akibat dari
pemasangan infus, salah satunya pasien yang terpasang infus akan mudah
56
mengalami flebitis akibat dari tindakan pemasangan infus yang tidak steril.
Seperti yang diungkapkan Hidayat (2008), ada beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk mencegah komplikasi dari pemasangan infus salah satunya
yaitu menggunakan tekhnik sterilisasi dalam pemasangan infus.
Berdasarkan penelitian ini juga didapatkan bahwa dari 25 item aspek
yang dinilai, prosedur pelaksanaan yang paling banyak tidak diterapkan pada
responden yaitu tidak dipasangnya pengalas, dari 51 responden, sebanyak 28
responden (54,90%) tidak terpasang pengalas saat dilakukan pemasangan infus.
Perlak atau pengalas saat melakukan pemasangan infus adalah salah satu syarat
untuk terlaksananya pemasangan infus sesuai SOP, fungsi dari pengalas atau
perlak saat melakukan pemasangan infus adalah untuk melindungi daerah yang
akan terpasang infus dalam keadaan bersih dari kuman yang ada di tempat tidur
pasien. Menjaga tidak ada darah atau cairan tubuh yang terjatuh ditempat tidur
yang akan membuat bakteri atau virus berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial.
Selanjutnya dari 25 item aspek yang dinilai prosedur pelaksanaan yang
paling banyak tidak diterapkan pada responden yaitu dari 51 responden
sebanyak 22 responden (43,13%) tidak diberikannya emla cream pada vena
yang akan ditusuk kemudian tidak memberi label (yang berisi tanggal dan jam
pemasangan) pada tempat fiksasi sebanyak 23 responden (45,09%).
57
3. Penerapan SOP Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa Di IGD RSU
Bahteramas
Berdasarkan hasil penelitian dari 51 responden, SOP pemasangan infus
tidak diterapkan sebanyak 30 responden (58,82%) sedangkan yang diterapkan
SOP Pemasangan infus sebanyak 21 responden (41,18%).
Pemasangan infus dikatakan sesuai dengan SOP jika seluruh tahapannya
pada fase persiapan dan fase pelaksanaan dilaksanakan, sedangkan berdasarkan
hasil observasi hanya sebagian dari fase persiapan dan fase pelaksanaan yang
diterapkan kepada responden
Peneliti berasumsi terdapat beberapa faktor yang menyebabkan sehingga
penerapan SOP Pemasangan Infus pada pasien dewasa di IGD RSU
Bahteramas sebagian besar tidak diterapkan, karena pada fase persiapan
pemasangan infus hanya menggunakan alat yang dianggap penting atau utama
untuk digunakan seperti abocat, infus set, cairan infus, handscoon, kapas
alcohol, dan tiang infus. Dan pada fase pelaksanaan yang paling banyak tidak
diterapkan yaitu prosedur pemasangan pengalas/perlak kecil, hal ini ini
disebabkan karena pada fase persiapan pengalas/perlak kecil tidak disiapkan.
Menurut PMK No. 69 Tahun 2014 (Pasal 24 ayat 2) tentang kewajiban
rumah sakit dan kewajiban pasien salah satu hak pasien adalah memperoleh
layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta pasien berhak memperoleh pelayann yang efektif
dan efesien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
58
Oleh karena itu seharusnya pemasangan infus diterapkan sesuai dengan
SOP yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit. Agar mencegah terjadinya
kerugian fisik dan materi pada pasien akibat dari komplikasi pemasangan infus
yang tidak sesuai SOP dan untuk menciptakan pelayanan yang bermutu serta
hak pasien dapat terpenuhi .
59
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas yang berjudul Studi Penerapan Standar
Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus Pada Pasien Dewasa Di IGD RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 51
orang pasien yang dijadikan sampel umunya sebagian kecil telah diterapkan SOP
pemasangan infus di IGD Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara dengan penjabaran:
1. Secara kesuluruhan Penerapan standar operasional prosedur (SOP)
pemasangan infus pada pasien dewasa di IGD Rumah Sakit Umum Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara, dari total 51 pasien yang dijadikan obyek
penelitian, yang tidak diterapkan SOP Pemasangan Infus sebanyak 30
responden (58,82%) dan yang diterapkan SOP pemasangan infus sebanyak 21
responden (41,18%).
2. Penerapan standar operasional prosedur (SOP) pemasangan infus pada pasien
dewasa di IGD Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara,
dari total 51 pasien yang dijadikan obyek penelitian, yang tidak diterapkan
SOP pemasangan infus sebanyak 29 responden (56,86%) dan yang diterapkan
SOP pemasangan infus fase persiapan sebanyak 22 responden (43,14%).
3. Penerapan standar operasional prosedur (SOP) pemasangan infus pada pasien
dewasa di IGD Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara,
60
dari total 51 pasien yang dijadikan obyek penelitian, yang tidak diterapkan
Pemasangan Infus sesuai SOP pada fase pelaksanaan adalah sebanyak 30
responden (58,82%) dan yang diterapkan SOP pemasangan infus fase
pelaksanaan sebanyak 21 responden (41,18%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka peneliti sarankan:
1. Bagi rumah sakit
a. Agar lebih meningkatkan penerapan SOP pemasangan infus, yang secara
keseluruhan tindakan pemasangan infus di RSU Bahteramas masih
sebagian kecil diterapkan sesuai SOP yang telah ditetapkan.
b. Bagi sebagian besar yang belum menerapkan pemasangan infus sesuai
dengan SOP untuk dilakukannya sosialisasi kepada seluruh tenaga medis
yang berkaitan dengan pemasangan infus agar dapat menerapakan SOP
pemasangan infus secara benar. Dan bagi yang telah menerapkan agar
tetap dipertahankan serta di beri reward oleh pihak rumah sakit sehingga
dapat terciptakanya pelayanan yang maksimal dan berkualitas kepada
masyarakat.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menekankan kepada mahasiswa agar selalu memperhatikan dan
menerapkan SOP di setiap prosedur tindakan keperawatan.
61
3. Bagi Peneliti
Adanya hal-hal yang kurang dalam penelitian ini bisa menjadi bahan oleh
peneliti lain agar meneliti lebih lanjut dengan variabel penelitian yang lebih
luas.
LAMPIRAN 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Responden
di-
Tempat
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :
Nama : Ni Wayan Sintia Dewi
Nim : P00320014032
Sebagai mahasiswa Politehnik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan
Keperawatan, bermaksud akan melaksanakan penelitian berjudul “Studi Penerapan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus Pada Paisen Dewasa di
IGD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”.
Sehubungan dengan hal itu, mohon kesediaan bapak/ibu untuk meluangkan
waktu menjadi responden dalam penelitian ini, Anda berhak untuk menyetujui atau
menolak menjadi responden. Apabila setuju, maka bapak/ibu dipersilahkan untuk
mendatangani surat persetujuan responden ini.
Atas kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, sebelumnya
diucapkan terima kasih.
Peneliti,
Ni Wayan Sintia Dewi
LAMPIRAN 3
LEMBAR OBSERVASI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN INFUS
DI RUANG IGD RSU BAHTERAMAS TAHUN 2017
A. Identitas Responden
Nama responden : No. urut:
Jenis kelamin : Tanggal Obseravsi :
Umur :
B. Variabel Penelitian
1. Fase persiapan
NO PROSEDUR DILAKUKAN
YA TIDAK
1. Standar Infus
2. Cairan yang akan diberikan
3. Infus set atau blood set
4. Kapas alcohol 70% alcohol swab
5. Gunting
6. Plester/hipafix
7. Hansaplas
8. Emla
9. Pengalas (perlak kecil)
10. Bengkok
11. Tourniquet
12. Surflo atau abocath
13. Handscoon
14. Alat cukur
15. Bak instrument
Jumlah
LAMPIRAN 3
2. Fase Pelaksanaan
NO PROSEDUR DILAKUKAN
YA TIDAK
1. Cuci tangan (sesuai dengan SOP Cuci tangan)
2. Salam dan kenalkan nama petugas
3. Identifikasi pasien (sesuai dengan SPO identifikasi pasien)
4. Jelaskan kepada pasien/keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
5. Pasang infus set ke botol infus dengan cara: infus set diklem dulu
kemudian tusukkan ke botol infus, gantung cairan pada standart infus
dengan ketinggian kurang lebih 1 m dari tempat penusukan. Isi tabung
pengontrol (pada slang infus) sesuai batas. Klem dibuka penuh sampai
cairan memenuhi seluruh slang.
6. Atur posisi pasien
7. Kenakan hand scoon
8. Tentukan vena yang akan ditusuk (dimulai dari vena bagian distal)
9. Pasang pengalas
10. Cukur daerah yang akan dipasang infus yang banyak rambutnya,
dilakukan pencukuran dulu*
11. Pasang torniquet
12. Desinfeksi area yang akan ditusuk arahnya melingkar keluar dimulai
dari area tengah ke tepi dengan alcohol sweep dengan diameter 5-10 cm
13. Beri emla cream pada vena yang akan ditusuk, tunggu 3 s/d 5 menit
14. Tusuk jarum infus/abbocatch pada vena yang telah ditentukan
15. Lepaskan torniquet
16. Lakukan fiksasi abbocatch dengan hansaplas
17. Hubungkan abocatch dengan slang infus
18. Buka klem pada slang infus, observasi adanya extravasasi/ rembesan
19. Fiksasi abbocatch dengan plester
20. Atur jumlah tetesan cairan infus sesuai dengan kebutuhan
21. Perhatikan reaksi pasien
22. Beri label (yang berisi tanggal dan jam pemasangan) pada tempat
fiksasi
23. Rapikan pasien dan rapikan alat-alat
24. Perawat cuci tangan
25. Catat tindakan dalam dokumen keperawatan
Jumlah
Kendari Juni 2017
LAMPIRAN 7
A.
L P 21-35 36-45 46-59 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Ya Tidak
1 6/7/2017 Tn. Al √ 21 √ √ √ √ √ √ √ x x x √ √ √ √ x √
2 7/7/2017 Tn. L √ 52 √ √ √ √ x √ x x x x x x √ √ √ √
3 7/7/2017 Ny. M √ 31 √ √ √ √ x √ √ x x x x √ √ √ √ √
4 7/7/2017 Ny. Am √ 59 √ √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ √
5 7/7/2017 Ny. AA √ 59 √ √ √ √ √ √ √ x x x √ √ √ √ √ √
6 7/7/2017 Ny. Asy √ 50 √ √ √ √ √ √ x x x x x √ √ √ √ √
7 7/7/2017 Ny. Ast √ 35 √ √ √ √ √ √ x x x x x √ √ √ √ √
8 7/7/2017 Tn. B √ 53 √ √ √ √ x √ x x x x x x √ √ √ √
9 7/7/2017 Ny. H √ 57 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 7/7/2017 Tn. M √ 50 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
11 7/7/2017 Tn. L √ 50 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ x √
12 7/7/2017 Tn. R √ 42 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
13 7/7/2017 Tn. Y √ 36 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 7/7/2017 Ny. WR √ 49 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 7/7/2017 Ny. W √ 52 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
16 8/7/2017 Tn. S √ 55 √ √ √ √ x √ x x x √ √ √ √ x √ √
17 8/7/2017 Tn. J √ 36 √ √ √ √ x √ x x x x √ √ √ x x √
18 8/7/2017 Tn. E √ 44 √ √ √ √ x √ √ x x √ √ √ √ √ √ √
19 8/7/2017 NY. S √ 23 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
20 9/7/2017 Ny. M √ 59 √ √ √ √ x √ x x x x √ √ √ √ √ √
21 9/7/2017 Ny. R √ 23 √ √ √ √ x √ x x x x √ √ √ √ √ √
22 9/7/2017 Tn. J √ 53 √ √ √ √ x √ x x x x √ √ √ x √ √
23 9/7/2017 Tn. H. H √ 55 √ √ √ √ x x x x x x √ √ √ x x √
24 9/7/2017 Ny. K √ 21 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
25 9/7/2017 Tn. O √ 28 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ √ √
26 9/7/2017 Tn. A √ 45 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Diterapkan
TABULASI DATA HASIL PENELITIAN
STUDI PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN INFUS PADA PASIEN DEWASA
DI IGD RSU BAHTERAMAS PROV. SULTRA MULAI TANGGAL 6 - 12 JULI 2017
NoObservasi Res.
SOP PEMASANGAN INFUS
Fase Persiapan
FASE PERSIAPAN
Tanggal NamaJK Umur (THN)
Kriteria
LAMPIRAN 7
Tanggal Nama
L P 21-35 36-45 46-59 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Ya Tidak
27 9/7/2017 Ny. W.M √ 59 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
28 9/7/2017 Tn. T.Y √ 21 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
29 9/7/2017 Ny. W √ 45 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
30 10/7/2017 Tn. H √ 28 √ √ √ √ √ √ x x √ √ √ √ √ √ √ √
31 10/7/2017 Ny. E √ 27 √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √
32 10/7/2017 Ny. As √ 28 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
33 10/7/2017 Ny. U √ 53 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
34 10/7/2017 Tn. B √ 51 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
35 10/7/2017 Tn. H √ 24 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
36 10/7/2017 Ny. R √ 21 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ √ √
37 10/7/2017 Tn. MN √ 56 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ √ √
38 10/7/2017 Ny. S √ 24 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ √ √
39 10/7/2017 Ny. T √ 46 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
40 10/7/2017 Ny. A √ 25 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ √ √
41 10/7/2017 Ny. W √ 54 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ x √
42 10/7/2017 Ny. I √ 57 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
43 10/7/2017 Tn. H √ 25 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ x √
44 10/7/2017 Ny. S √ 56 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
45 10/7/2017 Ny. MN √ 55 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ x √
46 11/7/2017 Ny. Hj. I √ 54 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
47 11/7/2017 Ny. KR √ 21 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
48 11/7/2017 Tn. B √ 47 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
49 11/7/2017 Tn. A √ 32 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ √ √
50 11/7/2017 Tn. W √ 28 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ x √ √
51 12/72017 Ny. RP √ 22 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ x x √
23 28 20 6 25 22 29
45,10 54,90 39,22 11,76 49,02 43,14 56,86
Kriteria
Total
Persentase %
Umur (THN)SOP PEMASANGAN INFUS
Fase Persiapan Diterapkan NoObservasi Res.
JK
LAMPIRAN 7
B.
Tanggal Nama
L P 21-35 36-45 46-59 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Ya Tidak
1 6/7/2017 Tn. Al √ 21 x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √
2 7/7/2017 Tn. L √ 52 x x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √
3 7/7/2017 Ny. M √ 31 x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √
4 7/7/2017 Ny. Am √ 59 x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √
5 7/7/2017 Ny. AA √ 59 √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √
6 7/7/2017 Ny. Asy √ 50 x x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x x √
7 7/7/2017 Ny. Ast √ 35 x √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √
8 7/7/2017 Tn. B √ 53 x x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √
9 7/7/2017 Ny. H √ 57 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 7/7/2017 Tn. M √ 50 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
11 7/7/2017 Tn. L √ 50 x x x x √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ x √ √ √ √ √
12 7/7/2017 Tn. R √ 42 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
13 7/7/2017 Tn. Y √ 36 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 7/7/2017 Ny. WR √ 49 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 7/7/2017 Ny. W √ 52 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
16 8/7/2017 Tn. S √ 55 √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ √ √
17 8/7/2017 Tn. J √ 36 x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ x √ √ √ √
18 8/7/2017 Tn. E √ 44 x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ x x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √
19 8/7/2017 NY. S √ 23 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
20 9/7/2017 Ny. M √ 59 x √ √ x √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ x √ √ √ √
21 9/7/2017 Ny. R √ 23 √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ x √ x √ √
22 9/7/2017 Tn. J √ 53 x x √ √ √ √ x √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ x √ √ √ √
23 9/7/2017 Tn. H. H √ 55 x √ √ x √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ x x √ √ √ √
24 9/7/2017 Ny. K √ 21 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
25 9/7/2017 Tn. O √ 28 x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ x √ √ √ √
26 9/7/2017 Tn. A √ 45 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
27 9/7/2017 Ny. W.M √ 59 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
28 9/7/2017 Tn. T.Y √ 21 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
29 9/7/2017 Ny. W √ 45 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
30 10/7/2017 Tn. H √ 28 √ x √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ x x √ √ √ √
31 10/7/2017 Ny. E √ 27 x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
32 10/7/2017 Ny. As √ 28 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
33 10/7/2017 Ny. U √ 53 x x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √
34 10/7/2017 Tn. B √ 51 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
35 10/7/2017 Tn. H √ 24 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
36 10/7/2017 Ny. R √ 21 √ √ √ x √ √ √ √ x √ √ √ x √ x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √
FASE PELAKSANAAN
KriteriaSOP PEMASANGAN INFUS
Fase Pelaksanaan Diterapkan NoObservasi Res.
JK Umur (THN)
LAMPIRAN 8
L P 21-3536-4546-59 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ya tidak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 ya tidak Ya Tidak
1 6/7/2017 Tn. Al √ 21 √ √ √ √ √ √ √ x x x √ √ √ √ x √ x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √ √
2 7/7/2017 Tn. L √ 52 √ √ √ √ x √ x x x x x x √ √ √ √ x x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √ √
3 7/7/2017 Ny. M √ 31 √ √ √ √ x √ √ x x x x √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √ √
4 7/7/2017 Ny. Am √ 59 √ √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √ √
5 7/7/2017 Ny. AA √ 59 √ √ √ √ √ √ √ x x x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √
6 7/7/2017 Ny. Asy √ 50 √ √ √ √ √ √ x x x x x √ √ √ √ √ x x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x x √ √
7 7/7/2017 Ny. Ast √ 35 √ √ √ √ √ √ x x x x x √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √ √
8 7/7/2017 Tn. B √ 53 √ √ √ √ x √ x x x x x x √ √ √ √ x x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ x √ √ √
9 7/7/2017 Ny. H √ 57 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 7/7/2017 Tn. M √ 50 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
11 7/7/2017 Tn. L √ 50 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ x √ x x x x √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √
12 7/7/2017 Tn. R √ 42 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
13 7/7/2017 Tn. Y √ 36 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 7/7/2017 Ny. WR √ 49 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 7/7/2017 Ny. W √ 52 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
16 8/7/2017 Tn. S √ 55 √ √ √ √ x √ x x x √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √
17 8/7/2017 Tn. J √ 36 √ √ √ √ x √ x x x x √ √ √ x x √ x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √
18 8/7/2017 Tn. E √ 44 √ √ √ √ x √ √ x x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ x x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √
19 8/7/2017 NY. S √ 23 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
20 9/7/2017 Ny. M √ 59 √ √ √ √ x √ x x x x √ √ √ √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √
21 9/7/2017 Ny. R √ 23 √ √ √ √ x √ x x x x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ x √ x √ √ √
22 9/7/2017 Tn. J √ 53 √ √ √ √ x √ x x x x √ √ √ x √ √ x x √ √ √ √ x √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √
23 9/7/2017 Tn. H. H √ 55 √ √ √ √ x x x x x x √ √ √ x x √ x √ √ x √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ x x √ √ √ √ √
24 9/7/2017 Ny. K √ 21 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
25 9/7/2017 Tn. O √ 28 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √
26 9/7/2017 Tn. A √ 45 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
27 9/7/2017 Ny. Wm √ 59 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
28 9/7/2017 Tn. T.Y √ 21 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
MASTER TABEL
STUDI PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN INFUS PADA PASIEN DEWASA DI IGD RSU BAHTERAMAS PROV.SULTRA
Tanggal
Observasi
SOP PEMASANGAN INFUS Penerapan SOP
Pemasangan InfusUmur (THN)
DiterapkanFase Persiapan Fase Pelaksanaan
Diterapkan
Kriteria
Diterapkan
KriteriaNo
Nama
Res.
Jenis
Kelamin
LAMPIRAN 8
L P 21-35 36-45 46-59 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 ya tidak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 ya tidak Ya Tidak
29 9/7/2017 Ny. W √ 45 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
30 10/7/2017 Tn. H √ 28 √ √ √ √ √ √ x x √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ x x √ √ √ √ √
31 10/7/2017 Ny. E √ 27 √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
32 10/7/2017 Ny. As √ 28 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
33 10/7/2017 Ny. U √ 53 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ x x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √
34 10/7/2017 Tn. B √ 51 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
35 10/7/2017 Tn. H √ 24 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
36 10/7/2017 Ny. R √ 21 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ x √ √ √ x √ x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √
37 10/7/2017 Tn. MN √ 56 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ √ √ x x x √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ x x √ √ √ √ √
38 10/7/2017 Ny. S √ 24 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ √ √ √ √ x x √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ x √ √ √ √ √
39 10/7/2017 Ny. T √ 46 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
40 10/7/2017 Ny. A √ 25 √ √ √ √ √ √ x x x x √ √ √ √ √ √ x x √ √ √ √ √ √ x √ √ √ x √ √ x √ √ √ √ √ √ √ x √ √ √
Res.
Penerapan SOP
Pemasangan Infus
Diterapkan
Kriteria
Diterapkan
SOP PEMASANGAN INFUS
No Fase Persiapan Kriteria
Fase PelaksanaanDiterapkan
Tanggal
Observasi Kelamin
Umur (THN)Jenis Nama