studi qur'an
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAH
A. Latar Belakang
Kajian Al-Qur’an (Ulumul Qur’an) sebagai salah satu disiplin ilmu
keislaman dengan membahas Al-Qur’an secara komprehensif dan integral dari
berbagai aspeknya telah dipopulerkan sejak sebelas abad silam oleh Ibn Al-
Marzubah (w. 309 H). Ilmu ini dikembangkan, diperluas dan disempurnakan oleh
ulama sesudahnya sampai pada imam Jalaluddin As-Suyuthi (w. 911 H)
dibuktikan dengan karya ilmiahnya, Al-Itqan fi ulumil Qur’an yang secara
lengkap dan sistematis membahas tentang Ulumul Qur’an. Di samping itu, banyak
di kalangan Orientalis (mustayriqun) terutama pada abad ke-19 M/12 H antara
lain William Muir, G. Weil, Neodeke, R. Bell, A.Rodwell dan lainnya telah
mengadakan penelitian dan pembahasan tentang Al-Qur’an dari berbagai
aspeknya.1 Di dalam makalah ini, penulis berupaya mengurai pembahasan Ulumul
Qur’an, yang dirumuskan pada beberapa rumusan masalah, yaitu:
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian al-Qur’an?
2. Apa saja nama dan julukan al-Qur’an?
3. Bagaimana proses turunnya al-Qur’an?
4. Bagaimana sejarah pemeliharaan al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui pengertian al-Qur’an;
2. Mengetahui nama dan julukan al-Qur’an;
3. Mengetahui proses turunnya al-Qur’an;
4. Mengetahui sejarah pemeliharaan al-Qur’an.
1 Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: Karya Abditama, 1997), vii.
1
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian al-Qur’an
Ditinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa arab, kata benda
(masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan atau
sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat
dijumpai pada salah satu surah al Qur'an yaitu:
�ه . ان ق�ر� ع� �ب ف�ات �ه ن� أ ق�ر� ذ�ا ف�إ �ه ان و�ق�ر� ج�م�ع�ه �ا �ن �ي ع�ل ن� ا
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti (amalkan) bacaannya”.2
Adapun secara istilah, terdapat beberapa pengertian yang telah dikemukakan
para ulama dari berbagai disiplin keahliannya, baik dalam bidang bahasa, Ilmu
Kalam, Ushul Fiqih dan sebagainya. Pengertian yang mereka buat antara satu
sama lainnya ada sedikit perbedaan. Dalam hal ini tentu bertendensi pada
kecenderungan mereka masing-masing.
Syaikh Manna’ al-Qatthan mengemukakan pengertian al-Qur’an dengan:
بتالوته المتعبد وسلم عليه الله صلى محمد على المنزل الله كالم
Yaitu kalam/ firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
yang membacanya dipandang ibadah3
Syaikh Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah mengemukakan
pengertian Al-Qur’an dalam bukunya, sebagai berikut :
– محمد : – أنبيائه خاتم على المنزل وجل عز الله ب كتا هو الكريم القران
, للقطع المفيد بالتواتر المنقول ومعناه بلفظه وسلم عليه الله صلى
سورة أخر إلى الفاتحة سورة أول من المصاحف فى المكتوب واليقين
.الناس
Al-Qur’an al-karim adalah kitab Allah–Azza wa Jall– yang diturunkan
kepada Nabi terakhir-Nya, Muhammad SAW secara lafal dan maknanya,
diriwayatkan secara mutawatir, berfaidah untuk memberi ketetapan dan
2 Al-Qur’an, 75 (al-Qiyamah):17-18.3 As-Syaikh Manna’ Khalil al-Qatthan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, (Maktabah Wahbah, tt.), 16.
2
2
keyakinan, termaktub dalam mushaf-mushaf yang diawali surat Al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat An-Nas.4
Sedangkan Dr. Subhi al-Salih merumuskan pengertian Al-Qur’an yang
dipandang dapat diterima oleh para ulama terutama ahli bahasa, Fiqih dan Ushul
Fiqih sebagai berikut :
وسلم عليه الله صلى النبى على المنزل المعجز ب الكتا هو القران
بتالوته بالتواترالمتعبد عليه المنقول المصاحف فى .المكتوب
Al-Qur’an adalah firman Allah yang bersifat (berfungsi) mukjizat, diturunkan
kepada Nabi Muhammad, yang tertulis dalam mushaf-mushaf, diriwayatkan
secara mutawatir dan yang membacanya dipandang ibadah.5
Dengan demikian bisa disimpulkan dari tiga pengertian diatas, bahwa al-
Qur’an adalah kitab Allah yang berisi firmanNya, berfungsi sebagai mukjizat,
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam bentuk lafadz dan makna,
diriwayatkan secara mutawatir, tertulis dalam mushaf-mushaf, diawali surat Al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas dan membacanya dipandang ibadah.
Akan tetapi sepengetahuan penulis, pengertian al-Qur’an yang paling lengkap
adalah pengertian menurut al-Thahawy di dalam kitabnya:
،D وحيا رسوله على وأنزله ،D قوال كيفية بال بدأ منه الله، كالم القرآن إن
بالحقيقة، تعالى الله كالم أنه وأيقنوا ،D حقا ذلك على المؤمنون وصدقه
كفر فقد البشر كالم أنه فزعم سمعه فمن البرية، ككالم ليسبمخلوق
Al-Qur’an adalah firman Allah yang difirmankan tanpa kaifiyah (tata cara) pengucapan, diturunkan kepada Rasulnya dalam bentuk wahyu, diakui kebenarannya oleh orang-orang beriman, pada hakikatnya diyakini sebagai firman Allah, bukan makhluq sebagaimana perkataan manusia, barangsiapa mendengarnya, kemudian menyangkanya sebagai ucapan manusia, sungguh dia telah kafir.6
4 Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, Al-Madkhal li Dirasah Al-Qur’an al-Karim, (Maktabatus Sunnah, tt.), 7.5 Subhi al-Salih, Mabahits fi Ulum al-Qur’an (Dar al-Ilm lil Malayin, Cet. 16, 1985), 216 Al-Qadhi ali bin Ali bin Muhammad bin Abi Al-Izz Ad-Dimasyqi, Syarh Aqidah Thahawiyah (Beirut: Mu’assasah al-Risalah, tt.), 172.
3
B. Nama-nama dan Julukan al-Qur’an
Allah menamakan al-Qur’an dengan banyak nama. Di dalam kitab al-Itqan
disebutkan bahwa nama-nama al-Qur’an setidaknya berjumlah 55 (lima puluh
nama).7 Diantara nama-nama tersebut adalah: 8
1. Qur’an, berdasarkan firman Allah :
ق�و�م� � أ هي� ى �ت ل ل �ه�دى ي آن� �ق�ر� ال ه�ذ�ا ن� إ
“Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus.9
2. Kitab, berdasarkan firman Allah :
. �م� ك �ر� ذك �ه في Dا �اب ت ك �م� �ك �ي ل إ �ا �ن ل �ز� أن �ق�د� ل
“Telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu.10”
3. Furqon, berdasarkan firman Allah :
ا Dير�ذ ن �مين� �ع�ال ل ل �ون� �ك ي ل �ده ع�ب Rع�ل�ى ق�ان� �ف�ر� ال ل� �ز� ن �ذي ال ك� �ار� �ب ت
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar ia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.11
4. Dzikr. Terdapat dalam surat Al-Hijr, ayat 9 :
�ح�افظ�ون� ل �ه� ل �ا ن و�إ �ر� الذUك �ا �ن ل �ز� ن �ح�ن� ن �ا ن إ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.12
5. Tanzil
�مين� �ع�ال ال Uب ر� �زيل� �ن �ت ل �ه� ن و�إ
“Dan Qur`an ini Tanzil (diturunkan) oleh Tuhan semesta alam”.13
6. Al-Mushaf
Allah menyebut suhuf untuk kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi
Ibrahim dan Musa. Mari kita simak ayat berikut ini :
7 Imam Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulumil Qur’an, juz 1 (Kairo: al-Hai’ah al-Mishriyyah al-Ammah lil Kitab, 1974), 178.8 Mudzakir, Studi Ilmu-Ilmu Qu’an, (Bogor : Pustaka Litera AntarNusa, 2009), 18-199 Al-Qur’an,17: 9.10 Ibid, 21: 10.11 Ibid, 25: 1.12 Ibid, 15: 9.13 Ibid, 26: 192.
4
و�م�و�س�ى . . �م� اهي �ر� ب إ ص�ح�ف و�ل�ى� األ� الصWح�ف �في ل ه�ذ�ا ن� إ
Sesungguhnya ini terdapat di dalam suhuf yang terdahulu. Yaitu suhuf Ibrahim
dan Musa.14
Dari beberapa nama yang tersebut di atas yang paling populer adalah Al-
Qur’an. Nama Al-Qur’an memiliki keistimewaan (kekhususan) dibandingkan
dengan nama yang lain, yaitu kata Al-Qur’an hanya digunakan untuk sebutan
nama kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan tidak
digunakan pada sebutan lain. Sedangkan nama-nama yang lain bersifat umum,
selain digunakan untuk sebutan Al-Qur’an juga digunakan pada sebutan lain. 15
C. Proses Turunnya Al-Qur’an
1. Kronologis Turunnya Ayat Pertama al-Qur’an
Mekah, pertengahan bulan Ramadan, 15 abad silam. Cuaca kering, suasana
sunyi senyap.Gua Hira di lereng Bukit Nur tak jauh dari jantung kota Mekah,
remang-remang dan lengang. Seorang lelaki berusia 40 tahun tengah melakukan
tahanut, khalwat, atau uzlah (menyepi) di gua yang hampir tak pernah dijamah
manusia. Dialah Sayidina Muhammad lelaki yang kelak menjadi pemimpin besar
sebagian umat manusia.
Di tengah keheningan itu, tiba-tiba muncul kilauan cahaya memasuki gua,
mendekati Muhammad. Perlahan kilauan itu menjelma Jadi sosok manusia yang
belum pernah dikenalnya, yang kemudian menyuruhnya membaca. “Bacalah!”
katanya. Dengan gemetar Muhammad menggeleng,”Aku tidak bisa
membaca” Sosok sangat berwibawa itu lalu mendekap Muhammad, yang
menggigil ketakutan.Setelah melepaskannya, kembali sosok tersebut menyuruh
Muhammad membaca, dan sekali lagi ia menggeleng. Hal itu berulang Sampai 3
kali. Karena takut kembali didekap, Muhammad pun bertanya "Apa yang harus
saya baca?" Maka sosok yang tiada lain adalah Malaikat itu lalu menuntun
Muhammad membaca, "Bacalah! Dengan menyebut nama yang telah mencipta.
Dia ciptakan dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah Yang Maha mulia,
14 Ibid, 87: 18-19.15 Acep Hermawan, Ulumul Qur’an (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), 16
5
yang telah Mengajar dengan kalam, yang mengajar apa yang tidak diketahuinya.
"Peristiwa itu pun kemudian melekat di benak setiap kaum muslimin sebagai
kronologi bersejarah turunnya wahyu Allah SWT yang pertama, yaitu surah Al-
Alaq ayat 1-5, satu dari 114 surah Al-Quran.16
2. Waktu Turunnya al-Qur’an
Allah menjelaskan secara umum tentang turunnya Al-Quran dalam tiga
tempat dalam Al-Quran, masing-masing :
1. Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan
�ن� آ �ق�ر� ال فيه �زل� ن� أ �ذي ال م�ض�ان� ر� ه�ر� ش�
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur`an.”17
2. Al-Quran diturunkan pada malam Lailatul Qadar
�ق�د�ر ال �ة �ل �ي ل في �اه� �ن ل �ز� ن� أ �ا ن إ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam lailatul qadar”.18
3. Al-Quran diturunkan pada malam yang diberkahi
Zة� ك �ار� م�ب Zة� �ل �ي ل في �اه� �ن ل �ز� ن� أ �ا ن إ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya ( Qur`an ) pada malam yang diberkahi.”19
Ketiga ayat diatas tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah
malam lailatul qadar dalam bulan ramadhan. Tetapi lahir ( zahir ) ayat-ayat itu
bertentangan dengan kehidupan nyata Rasulullah SAW , dimana Qur`an turun
kepadanya selama dua puluh tiga tahun.
Dalam hal ini para ulama mempunyai dua madzab pokok, dan satu
madzhab lainnya:
1. Madzhab pertama yaitu, pendapat Ibn Abbas dan sejumlah ulama serta yang
dijadikan pegangan oleh umumnya para ulama. Pendapat ini menyatakan bahwa
16 Abu Ja’far at-Thabary, Tarikh at-Thabary Juz II, Beirut: Dar at-Turats, 1387 H., 298.17 Al-Qur’an, 02 (al-Baqarah):185.18 Ibid, 97 (al-Qadr):1.19 Ibid, 44 (al-Dukhan):3.
6
yang dimaksud dengan turunnya Qur`an dalam ketiga ayat diatas adalah turunnya
Qur`an sekaligus di Baitul `Izzah dilangit dunia agar para malaikat menghormati
kebesarannya. Kemudian sesudah itu Qur`an diturunkan kepada rasul kita
Muhammad saw. Secara bertahap selama dua puluh tiga tahun. sesuai dengan
peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sejak dia diutus sampai wafatnya.
2. Madzhab kedua, yaitu yang diriwayatkan oleh as-Sya`bi .
Bahwa yang dimaksud dengan turunnya al-Qur’an dalam ketiga ayat diatas
adalah permulaan turunnya al-Qur`an pada Rasulullah SAW. Permulaan turunnya
al-Quran itu di mulai pada malam lailatul qadar di bulan ramadhan, yang
merupakan malam yang di berkahi. Kemudian turunnya berlanjut sesudah itu
secara bertahap sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selam kurang
lebih dua puluh tiga tahun.
Dengan demikian Qur`an hanya satu macam cara turun, yaitu turun secara
bertahap kepada Rasulullah SAW seba yang demikian inilah yang dinyatakan
dalam Qur`an :
Dيال�ز �ن ت �اه� �ن ل �ز� و�ن Zث� م�ك ع�ل�ى �اس الن ع�ل�ى ه�� أ �ق�ر� ت ل �اه� ق�ن ف�ر� Dا ن
� آ و�ق�ر�
`”Dan Al Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”.20
3. Madzhab ketiga
Bahwa Qur`an diturunkan kelangit dunia selama dua puluh tiga malam
lalilatul qadar yang pada setiap malamnya selama malam-malam lailatul qadar itu
ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan pada setiap tahunnya. Dan jumlah
wahyu yang diturunkan kelangit dunia pada malam lailatul qadar , untuk masa
satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada
Rasulullah SAW sepanjang tahun. Madzab ini adalah hasil ijtihad sebagian
mufasir. 21
3. Latar Belakang Turunnya Ayat
Al-Qur’an diturunkan ke dunia secara berangsur-angsur berupa beberapa
20 Al-Qur’an, 17 (al-Isra’):106.21 Abu Syamah, al-Mursyid al-Wajiz ila Ulum Tata’allaq bil-Kitab al-Aziz (Beirut: Dar Shadir, 1975), 21.
7
ayat dari suatu surat atau berupa satu surat pendek lengkap. Turunnya Al-Qur’an
kadang kala dilatarbelakangi oleh sesuatu (asbabun nuzul) kadang kala tidak.
Ayat-ayat yang memiliki asbabun nuzul pada umumnya berupa ayat-ayat hukum
(tasyri’iyyah). Turunnya ayat-ayat itu adakalanya berupa peristiwa yang terjadi di
masyarakat Islam, adakalanya pertanyaan dari kalangan sahabat Nabi atau dari
kalangan lainnya yang ditujukan pada Nabi. Contoh dari ayat al-Qur’an yang
dilatar belakangi oleh asbabun nuzul adalah:
�وه� �ب �ت ف�اك م\ى م�س� Zج�ل� أ ل�ى إ Zن� د�ي ب �م� �ت �ن �د�اي ت ذ�ا إ �وا آم�ن �ذين� ال Wه�ا ي� أ �ا ي
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai (seperti berjualbeli, utang-piutang, sewa menyewa dan sebagainya) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…”22
Ayat tersebut turun dilatar belakangi bahwa ketika Nabi Muhammad saw
datang ke Madinah, para penduduknya telah terbiasa saling menghutangkan buah-
buahan untuk masa satu tahun, dua tahun sampai tiga tahun.23 Mengetahui
fenomena tersebut, Rasulullah merespon dengan sabdanya:
Z �وم م�ع�ل Zج�ل� أ ل�ى إ ،Z �وم م�ع�ل Zن و�و�ز� ،Z �وم م�ع�ل Zل� �ي ك في لف� �س� �ي ف�ل ل�ف� س�� أ م�ن�
Barang siapa yang berhutang maka hendaknya ia berutang dalam takaran yang telah dimaklumi, dalam timbangan yang dimaklumi dan jangka waktu yang dimaklumi.24
Sedangkan ayat-ayat yang turun tanpa didahului asbabun nuzul lebih banyak
jumlahnya, misalnya ayat-ayat tentang ihwal umat-umat terdahulu beserta para
Nabinya, menerangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu,
menceritakan hal-hal yang ghaib yang akan terjadi atau menggambarkan keadaan
hari kiamat beserta nikmat surga dan siksa neraka.25
Contoh ayat al-Qur’an yang tidak disertai asbabunnuzul adalah:
األمين� Wي�ق�و ال ت� ج�ر�� �أ ت اس� م�ن �ر� ي خ� ن� إ ه� جر�
� �أ ت اس� �ت �ب أ �ا ي ح�د�اه�م�ا إ ق�ال�ت�
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku (Nabi Syu’aib), ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat
22 Al-Qur’an, 02: 182.23 Abul Fida’ Isma’il bin Umar Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, Juz 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1419 H.), 559.24 Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Juz III (Damaskus: Dar Thauq an-Najat, 1422 H.), 85.25 Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: Karya Abditama, 1997), 36-38.
8
lagi dapat dipercaya.26
4. Jangka Waktu Penyampaian al-Qur’an
Penyampaian al-Qur’an secara keseluruhan memakan waktu kurang lebih 23
tahun, yakni 13 tahun ketika Nabi masih tinggal di Mekah sebelum hijrah ke
Madinah (Yatsrib) dan 10 tahun ketika beliau hijrah ke Madinah.27 Surat atau ayat
Al-Qur’an yang diturunkan sebelum Nabi hijrah disebut surat atau ayat Makkiyah
sebanyak 19 juz dari 30 juz. Ciri-cirinya; surat atau ayatnya pendek-pendek
(qashirah), bahasanya singkat padat (ijaz) mengingat sasaran pertama dan utama
pada periode Mekah adalah orang-orang Arab Asli (seperti suku Quraisy dan suku
Arab lainnya), mereka tentu sudah paham betul terhadap bahasa Arab. Kalimatnya
banyak diwali dengan ya ayyuhan nas. Surat Makkiyah pada umumnya berupa
ajakan untuk bertauhid secara murni (pure monoteisme), juga tentang pembinaan
mintal dan akhlak.
Sedangkan Al-Qur’an yang diturunkan setelah hijrah disebut surat atau ayat
Madaniyah yang terdiri dari 11 juz dari 30 juz Al-Qur’an. Ciri-cirinya; ayat atau
suratnya panjang-panjang (thawilah), gaya bahasanya panjang lebar (ithnaf) dan
lebih jelas, karena sasarannya bukan saja orang-orang Arab asli, tapi juga orang
non-Arab dari berbagai bangsa yang sudah banyak masuk Islam, dan sudah tentu
mereka kurang menguasai bahasa Arab. Banyak ayat-ayatnya yang diawali
dengan ya ayyuhal ladzina amanu. Mengenai kandungan surat Madaniyah pada
umumnya berupa norma-norma hukum untuk pembentukan dan pembinaan
pranata sosial dan negara yang adil dan makmur dimana kondisi masyarakat
Madinah pada waktu itu lebih berperadaban ketimbang penduduk Mekah yang
hanya memiliki satu karakter, satu lingkungan, agama yang homogen,28 sehingga
sangat tepat agenda Rasulullah untuk periode ini membangun negara Madinah.
Al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Rasulullah berupa surat Al-Alaq
dari ayat 1 sampai 5 sewaktu beliau sedang berkhalwat di gua Hira bertepatan
dengan tanggal 17 Ramadhan/6 Agustus 610 M. Sedangkah wahyu terakhir yang
26 Al-Qur’an, 29: 26.27 Abdul Jawwad Khalaf, Madkhal ila at-Tafsir wa Ulum al-Qur’an (Kairo: Dar el-Bayan al-Araby, 2012), 155.28 Abul Hasan ‘Ali Al-Hasani Al-Nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW, terj.
Muhammad Halabi Hamdi, (Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2007), 195.
9
diterima Nabi adalah surat Al-Maidah ayat 3 saat Nabi berwukuf di Arafah
melakukan haji Wada’ pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun kesepuluh hijriyah, 7
Maret 623 M. Antara wahyu pertama dengan wahyu kedua yang diterima Nabi
berselang kurang lebih 23 tahun.
D. Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an
Penulisan Al-Qur’an terdiri dari beberapa periode hingga pada tahap
pembukuan serta pembakuannya, yaitu :
1. Periode Nabi Muhammad SAW
Berbicara tentang pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Nabi SAW, usaha
beliau memelihara al-Qur’an dari kemusnahan dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan cara menyimpannya ke dalam dada manusia atau menghafalnya dan
merekamnya secara tertulis di atas berbagai jenis bahan untuk menulis. Pada masa
Rasulullah pemeliharaan al-Qur’an dengan cara menulis tidak sebanyak dengan
yang menghafal dalam hati. Hal itu dikarenakan masyarakat Arab memiliki daya
hafal yang kuat dan hafalan yang kuat itulah yang dijadikan standar intelektual
seseorang.
Nabi Muhammad menaruh perhatian serius untuk penulisan wahyu. Beliau
menunjuk beberpa sahabat untuk dijadikan sekretaris, penulis wahyu dengan
menyusun tertib ayat sesuai petunjuk beliau berdasarkan petunjuk Allah lewat
Malaikat Jibril . Mereka diantaranya adalah, Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib,
Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud, Anas bin Malik, Ubai bin Ka’ab,
Muawiyah bin Abu Sufyan, Zubair bin Awwam, Abdullah bin Arqam, Abdullah
bin Rawahah dan lainnya. Namun yang paling berkompeten diantara mereka
adalah Zaid bin Tsabit.
Cara kedua dalam upaya pemeliharaan al-Qur’an di masa Nabi saw adalah
dengan cara penulisan.29 Terhadap kedua pengertian pengumpulan di atas
dipahami dari firman Allah:
. �ه� . ء�ان ق�ر� ع� �ب ف�ات �ه� ن� أ ق�ر� ذ�ا ف�إ �ه� ء�ان ق�ر� و� ج�م�ع�ه �ا �ن �ي ع�ل ن� إ
29 UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an, (Surabaya : UIN SA Press, 2011), 38-39
10
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.30
Dan juga firman-Nya:
. �ح�فظ�و�ن� ل �ه� ل �ا ن و�إ �ر� الذUك �نا ل �ز� ن �ح�ن� ن �ا ن إ
“Sesngguhnya Kamilah yang menurunkan al-Dzikra (Al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.31
Pengumpulan Al-Qur’an dalam arti penghafalan, sebenarnya telah terproses
pada masa Nabi Muhammad Saw, yaitu ketika Allah Swt menyemayamkan ke
dalam lubuk hati Nabi secara mantap sebelum orang lain menghafalnya terlebih
dahulu. 32
Semua ayat Al-Qur’an yang ditulis dihadapan Nabi ditulis di atas benda-
benda yang bermacam-macam, antara lain, batu, tulang, kulit binatang, pelepah
kurma dan sebagainya, disimpan di rumah Nabi dalam keadaan masih terpencar-
pencar ayat-ayatnya, belum terhimpun dalam suatu mushaf. Di samping itu, para
penulis wahyu secara pribadi masing-masing membuat naskah dari tulisan ayat-
ayat tersebut untuk koleksi pribadi masing-masing.
Naskah Al-Qur’an yang disimpan di rumah Nabi dan diperkuat oleh naskah-
naskah yang dibuat oleh para penulis wahyu serta ditunjang oleh hafalan para
sahabat yang banyak jumlahnya akan dapat menjamin Al-Qur’an tetap terpelihara
secara lengkap dan orisinil. Sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an bahwa
Allah akan menjaganya sepanjang masa :
�ح�افظ�ون� ل �ه� ل �ا ن و�إ �ر� الذUك �ا �ن ل �ز� ن �ح�ن� ن �ا ن إ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.33
2. Periode Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq
Setelah Nabi Muhammad wafat, lalu Abu bakar dipilih sebagai khalifah,
30 Al-Qur’an, 75: 17-18.31 Ibid 15: 9.32 Anshori, Ulumul Qur’an, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013), 8033 Al-Qur’an, 15: 9.
11
terjadilah gerakan pembangkangan membayar zakat, dan gerakan keluar dari
agama Islam (murtad) dibawah pimpinan Musailamah Al-Kadzdzab. Gerakan ini
segera disikapi oleh Abu Bakar dengan mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh
Khalid bin Walid. Terjadilah perang fisik di Yamamah pada tahun 12 hijriyah,
yang menimbulkan korban tidak sedikit dari kalangan muslimin, termasuk 70
sahabat yang hafal Al-Qur’an terbunuh sebagai syuhada.
Peristiwa tragis ini mendorong Umar bin Khattab untuk menyarankan
kepada Abu Bakar agar segera dihimpun ayat-ayat Al-Qur’an dalam bentuk
mushaf, karena dikhawatirkan hilangnya sebagian Al-Qur’an dengan wafatnya
sebagian para penghafalnya. Inisiatif Umar dapat diterima oleh Abu Bakar setelah
diadakan diskusi dengan pertimbangan-pertimbangan yang saksama. Kemudian
Abu Bakar segera memerintah Zaid bin Tsabit untuk segera menghimpun ayat-
ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf. Namun Zaid merasa keberatan dengan
tawaran ini, karena hal ini menurut Zaid tidak pernah dilakukan oleh Nabi. Tapi
berkat diplomasi yang dilakukan oleh Abu Bakar yang sepenuhnya didukung oleh
Umar bin Khattab, akhirnya Zaid menerimanya dengan lapang dada.
Zaid bin Tsabit sangat hati-hati dalam menjalankan tugas berat ini, sekalipun
ia seorang penulis wahyu utama (profesional) dan hafal seluruh Al-Qur’an. Dia
dalam menjalankan tugasnya berpegang pada dua hal, yaitu :
1. Ayat-ayat Al-Qur’an yang ditulis di hadapan Nabi dan yang disimpan di
rumah Nabi.
2. Ayat-ayat yang dihafal oleh para sahabat yang hafal Al-Qur’an.
Zaid tidak mau menerima tulisan ayat-ayat Al-Qur’an, kecuali dengan
disaksikan oleh dua orang saksi yang adil, bahwa ayat-ayat itu benar-benar ditulis
di hadapan Nabi dan atas perintah dan petunjuknya.
Tugas penghimpunan Al-Qur’an itu dapat dilaksanakan oleh Zaid dalam
waktu kurang lebih satu tahun, yakni antara setelah terjadinya peperang Yamamah
dan sebelum wafatnya Abu Bakar. Dengan demikian, tercatatlah dalam sejarah,
bahwa Abu Bakar sebagai orang yang pertama kali menghimpun Al-Qur’an dalam
mushaf atas inisiatuf Umar dan Zaid bin Tsabit yang ditunjuk untuk menulisnya.
Mushaf Al-Qur’an karya Zaid bin Tsabit itu disimpan oleh Abu Bakar
kemudian Umar setelah Abu Bakar wafat, lalu Hafsah, putri Umar selaku istri
12
Rasulullah yang ia hafal Al-Qur’an juga bisa baca-tulis.
3. Periode Khalifah Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan Usman Ibn Affan islam tersiar secara luas samapai
ke Syam (Syiria), Irak, dan lain-lain, ketika itu timbul pula suatu peristiwa yang
tidak diinginkan kaum muslimin. Singkatnya, ketika Utsman mengerahkan bala
tentara islam ke wilayah Syam dan Irak untuk memerangi penduduk Armenia dan
Azarbaijan, tiba-tiba Hudzaifah Ibn al-Yaman menghadap Khalifah Utsman
dengan maksud memberi tahu Khalifah bahwa di kalangan kaum muslimin di
beberapa daerah terdapat perselisihan pendapat mengenai tilawah (bacaan) al-
Qur’an.
Hudzaifah mengusulkan kepada Utsman supaya perselisihan itu segera
dipadamkan dengan cara menyalin dan memperbanyak al-Qur’an yang telah
dihimpun di masa Abu Bakar untuk kemudian dikirimkan ke beberapa daerah
kekuasaan kaum muslimin. Dengan demikian, diharapkan agar perselisihan dalam
soal tilawah Al-Qur’an itu tidak berlarut-larut seperti yang dialami orang-orang
Yahudi dan Nasrani dalam mempersengketakan kitab sucinya masing-masing
sehingga kemudian melahirkan teks-teks kitab suci yang berlainan satu dengan
yang lain.
Setelah mengecek kebenaran berita yang disampaikan Hudzaifah, Utsman
pun meminta Shuhuf yang ada di tangan Hafsah untuk disalin dan diperbanyak. 34
lalu Ustman membentuk satu panitia yang terdiri dari :
1. Zaid bin Tsabit, ketua (dari kaum Anshor, Madinah).
2. Abdullah bin Zubair, anggota (dari kaum Muhajirin Quraisy, Makkah).
3. Sa’id bin Ash, anggota (dari kaum Muhajirin Quraisy, Makkah).
4. Abdurrahman bin Harits bin Hisyam, anggota (dari kaum Muhajirin Quraisy,
Makkah).
Tugas panitia ini adalah membukukan Al-Qur’an dengan menyalin dari
lembaran-lembaran tersebut menjadi buku. Pelaksanaan gagasan yang mulia ini
dilakukan pada tahun ke-25 hijriyah. Namun, sebelum tim kodifikasi bekerja,
khalifah Ustman terlebih dahulu memberikan pengarahan kepada tim agar :
34 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013), 53-54.
13
1. Berpedoman kepada bacaan mereka yang hafal Al-Qur’an dengan baik dan
benar.
2. Bila ada perbedaan pendapat antara mereka tentang bahasa (bacaan), maka
haruslah dituliskan menurut dialek suku Quraisy, sebab Al-Qur’an itu
diturunkan menurut dialek mereka. 35
Panitia bekerja menyalin mushaf ini hingga menghasilkan lima buah mushaf
untuk dikirim ke beberapa daerah, dengan disertai instruksi bahwa mushaf Al-
Qur’an yang berbeda dengan mushaf Utsman yang dikirim tersebut harus
dimusnahkan (dibakar). Publik pada waktu itu, termasuk para sahabat Nabi
menyambut baik terhadap terbitnya Mushhaf Utsmani (Mushhaf Al-Imam) ini, dan
mematuhi instruksi Utsman bin Affan dengan senang hati.
Setelah tim penyusun berhasil melaksanakan tugasnya, mushaf Hafsah yang
dipinjamnya itu dikembalikan kepada Hafsah. Marwan bin Hakam, seorang
khalifah Dinasti Bani Umayyah (w. 65 H) pernah meminta Hafsah agar
mushafnya dibakar, tetapi ditolak oleh Hafsah. Baru setelah Hafsah wafat,
mushafnya diambil oleh Marwan, kemudian dibakarnya. Tindakan Marwan ini
dilakukan karena terpaksa, untuk menjaga eksistensi keseragaman Al-Qur’an yang
telah dibakukan oleh Utsman, juga untuk menghindari keragu-raguan umat Islam
di masa mendatang terhadap mushaf Al-Qur’an jika masih terdapat dua macam
mushaf, yaitu mushaf Hafsah dan mushaf Utsman.
Dengan demikian, maka penulisan Al-Qur’an di masa Ustman memiliki
faedah di antaranya :
1. Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan
tulisannya.
2. Menyatukan bacaan, walaupun masih ada kelainan bacaan, tapi bacaan itu
tidak berlawanan dengan ejaan mushaf-mushaf Ustman. Sedangkan bacaan-
bacaan yang tidak sesuai dengan ejaan Mushaf-mushaf Ustman tidak
dibolehkan lagi.
3. Menyatukan tertib susunan surah-surah, menurut urutan seperti yang terlihat
pada mushaf-mushaf sekarang. 36
35 Anshori, Ulumul Qur’an, 93. 36 Ibid., 94.
14
4. Tahap Percetakan Al-Qur’an
Di antara usaha pemeliharaan Al-Qur’an yang kedua pasca era kekhalifahan
adalah dengan cara mencetak Al-Qur’an. Teknik pencetakan adalah salah satu
aspek yang sangat membantu dalam memformulasikan tulisan Al-Qur’an. Sejak
abad ke-16 M., ketika mesin cetak dari tipe yang dapat digerakkan mulai
dipergunakan pertama kali di Eropa dan kemudian diperkenalkan ke seluruh
dunia, pola percetakan Al-Qur’an mulai dibakukan. Memang, pada masa
sebelumnya Al-Qur’an pernahb dicetak dengan blocprint, bahkan pada paruh awal
abad kesepuluh Al-Qur’an pernah dicetak dalam bentuk ukiran kayu dan dalam
bentuk lembaran.
Al-Qur’an pertama kali dicetak dengan mesin yang dapat digerakkan atau
dipindah-pindahkan dibuat di Hamburg Jerman pada 1694 atau pada abad ke-12
hijriyah. Naskahnya dilengkpi dengan tanda baca. Barangkali naskah Al-Qur’an
yang dicetak umat Islam pertama kali adalah yang disebut dengan “edisi Mulay
Utsman” yang dicetak pada tahun 1787, di St.Petersburg, Rusia. Kemudian diikuti
yang lain seperti yang berasal dari Kazan 1828, Persia 1833, dan Istambul 1877. 37
Pemeliharaan Al-Qur’an terus dilakukan dari waktu ke waktu, termasuk
ketika dunia tulis-menulis mengalami kemajuan dalam hal percetakan. Sejak
pencetakan yang pertama itu, percetakan Al-Qur’an terus menerus mengalami
kemajuan yang sangat berarti. Lebih dari itu, negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, lebih-lebih yang menyatakan diri sebagai negara
Islam, telah memiliki panitia khusus yang bertugas mentashhih setiap percetakan
Al-Qur’an. Di Indonesia, misalnya telah memiliki kepanitiaan tersebut sejak
hampir setengah abad yang lalu. 38
BAB III
KESIMPULAN
37 Ibid., 97-98.38 Suma, Ulumul, 56-57.
15
Secara bahasa, kata al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata qara'a -
yaqra'u. Adapun secara istilah, al-Qur’an adalah kitab Allah yang berisi
firmanNya, berfungsi sebagai mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
dalam bentuk lafadz dan makna, diriwayatkan secara mutawatir, tertulis dalam
mushaf-mushaf, diawali surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas dan
membacanya dipandang ibadah. Adapun nama al-Qur’an antara lain adalah al-
Qur’an, al-Furqon, Al-Kitab, Adz-Dzikr dan al-Tanzil.
Proses turunnya dipandang beragam oleh para ulama, dan dalam hal ini bisa
dikelompokkan dalam tiga madzhab, yaitu kelompoknya Ibnu Abbas, As-Sa’bi
dan sebagian mufassir.
Sejarah pemeliharaan al-Qur’an dimulai dari zaman Nabi, Sahabat Abu
Bakar, Utsman, Tabi’in dan seterusnya sampai sekarang..
DAFTAR PUSTAKA16
16
Abu Syahbah, Muhammad bin Muhammad, Al-Madkhal li Dirasah Al-Qur’an al-Karim. Maktabatus Sunnah, tt.
Abu Syamah, al-Mursyid al-Wajiz ila Ulum Tata’allaq bil-Kitab al-Aziz. Beirut: Dar Shadir, 1975.
Ad-Dimasyqi, Al-Qadhi bin Ali bin Muhammad bin Abi Al-Izz. Syarh Aqidah Thahawiyah. Beirut: Mu’assasah al-Risalah, tt.
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah, Sahih al-Bukhari. Damaskus: Dar Thauq an-Najat, 1422 H.
al-Nadwi, Abul Hasan ‘Ali Al-Hasani, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW, terj. Muhammad Halabi Hamdi. Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2007.
al-Qatthan , As-Syaikh Manna’ Khalil. Mabahits fi Ulum al-Qur’an. Maktabah Wahbah, tt.
Anshori, Ulumul Qur’an. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013.
as-Suyuthi, Imam Jalaluddin, al-Itqan fi Ulumil Qur’an, juz 1. Kairo: al-Hai’ah al-Mishriyyah al-Ammah lil Kitab, 1974
at-Thabary, Abu Ja’far, Tarikh at-Thabary Juz II. Beirut: Dar at-Turats, 1387 H.
Hermawan, Acep. Ulumul Qur’an. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Ibnu Katsir, Abul Fida’ Isma’il bin Umar, Tafsir al-Qur’an al-Adzim. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1419 H.
Khalaf, Abdul Jawwad, Madkhal ila at-Tafsir wa Ulum al-Qur’an. Kairo: Dar el-Bayan al-Araby, 2012.
Mudzakir. Studi Ilmu-Ilmu Qu’an. Bogor : Pustaka Litera AntarNusa, 2009.
Salih (al), Subhi. Mabahits fi Ulum al-Qur’an . Dar al-Ilm lil Malayin : Cet. 16, 1985.
Suma, Muhammad Amin, Ulumul Qur’an. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013
Sunan Ampel Surabaya, UIN. Studi Al-Qur’an. Surabaya : UIN SA Press, 2011.
Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ulumul Qur’an. Surabaya: Karya Abditama, 1997. vii.
AL-QUR’AN
Diajukan Dalam Diskusi Kelas Pada Mata Kuliah
17
STUDI AL-QUR’AN
Dosen Pembimbing:Prof. Dr. H. Faishol Haq, M.Ag
Oleh:
Dewi Kumala Sari
Citra Puspita Maulida
PROGRAM PASCA SARJANA EKONOMI SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN AMPEL SURABAYA
2015
18