studi tentang lelang eksekusi terhadap …/studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan...

86
i STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP BENDA SITAAN YANG MENDAPAT PERLAWANAN (VERZET) DARI TERSITA (Studi Kasus Perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Novrizal Ibnu Murwandono NIM. E0006191 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: buinhan

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

i

STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP BENDA SITAAN YANG MENDAPAT PERLAWANAN (VERZET)

DARI TERSITA (Studi Kasus Perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

Novrizal Ibnu Murwandono

NIM. E0006191

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Page 2: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP BENDA SITAAN YANG MENDAPAT PERLAWANAN (VERZET)

DARI TERSITA (Studi Kasus Perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.)

Oleh

Novrizal Ibnu Murwandono

NIM. E0006191

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Juni 2010 Dosen Pembimbing

Harjono, S.H., M.H. NIP. 196101041986011001

Page 3: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP BENDA SITAAN YANG MENDAPAT PERLAWANAN (VERZET)

DARI TERSITA (Studi Kasus Perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.)

Oleh

Novrizal Ibnu Murwandono

NIM. E0006191

Telah diterima dan dipertahankan dihadapan

Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 6 Juli 2010

DEWAN PENGUJI

1. Th. Kussunaryatun, S.H., M.H. : ......................................

Ketua 2. Syafrudin Yudowibowo, S.H., M.H. :

...................................... Sekretaris

3. Harjono, S.H., M.H. : ...................................... Anggota

Mengetahui

Dekan,

Mohammad Jamin, S.H., M.Hum.

Page 4: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

iv

NIP.196109301986011001

PERNYATAAN

Nama : Novrizal Ibnu Murwandono

NIM : E0006191

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP BENDA SITAAN

YANG MENDAPAT PERLAWANAN (VERZET) DARI TERSITA (Studi

Kasus Perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt) adalah betul-betul karya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi

tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari

terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya

peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 7 Juni 2010

yang membuat pernyataan

Novrizal Ibnu Murwandono NIM. E0006191

Page 5: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

v

ABSTRAK

Novrizal Ibnu Murwandono, E 0006191. STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP BENDA SITAAN YANG MENDAPAT PERLAWANAN (VERZET) DARI TERSITA (Studi Kasus Perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai, aturan hukum yang dijadikan dasar lelang eksekusi tanah yang mendapatkan perlawanan dari tersita dalam perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt., dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus perkara perlawanan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. ditinjau dari Hukum Acara Perdata Indonesia.

Penelitan ini merupakan penelitian hukum normatif dengan sifat penelitian deskriptif. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian hukum ini, yaitu menggunakan bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Bahan hukum primer berupa Putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt., Burgerlijk Wetboek dan Herziene Inlandsch Reglement (HIR). Bahan hukum sekunder berupa dokumen, buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Bahan hukum tersier berupa data dari internet. Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu dengan cara studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data sekunder. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan metode silogisme dan interpretasi.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan. Aturan hukum yang dijadikan dasar lelang eksekusi tanah yang mendapatkan perlawanan dari tersita dalam perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. adalah Pasal 207 HIR/Pasal 225 RBg, Pasal 195 ayat (1) HIR, Pasal 196 HIR, Pasal 197 ayat (1) HIR, Pasal 200 ayat (1) HIR/Pasal 216 ayat (1) RBg, Vendu Reglement, Ordonantie 28 Februari 1908 Staatsblad 1908 : 189 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad : 1941 : 3, Peraturan Menteri Keuangan RI No. 40/PMK. 07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan SK Menteri Keuangan Nomor : 06/KM.06/UP.11/2007 tertanggal 3 Mei 2007 serta Surat Tugas dari Kepala KPKNL Surakarta Nomor : ST-332/WKN.09/KP.02/2008 tanggal 1 Agustus 2008. Dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus perkara perlawanan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. telah sesuai dengan aturan Hukum Acara Perdata Indonesia. Gugatan perlawanan ditolak untuk seluruhnya, karena pelawan tidak dapat membuktikan dalil guna menangguhkan lelang eksekusi, meskipun dalam pemeriksaan perkara perdata perlawanan seharusnya diperiksa dan diputus terlebih dahulu sebelum eksekusi dijalankan.

Kata kunci : perlawanan, sita eksekusi, eksekusi.

Page 6: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

vi

ABSTRACT

Novrizal Ibnu Murwandono, E 0006191. A STUDY OF EXECUTION AUCTION ON CONFISCATED OBJECT GETTING OPPOSITION (VERZET) FROM THE CONFISCATED (A Case Study on Case Number : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt). Law Faculty of Sebelas Maret University.

This research aims to study and to answer problem about the law ordinances underlying the auction of land execution opposed by the confiscated in the case Number : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. The rationale of judge’s deliberation of Klaten First Instance Court in deciding the opposition case Number : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian Civil Code.

This study belongs to a normative law research that is descriptive in nature. The data type employed was secondary one. The secondary data source employed included primary and secondary law materials. The primary law material included the Decision of Klaten First Instance Court Number : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt., Burgerlijk Wetboek and Herziene Indlandsch Reglement (HIR). The secondary law materials included documents, books, reports, archives, papers, and literatures relevant to the problem studied. The tertiary law material is data from network. Technique of collecting data used was library study, the secondary data collection. Technique of analyzing data used was syllogism and interpretation.

Considering the result of research and discussion, the following conclusions can be drawn. The laws underlying the auction of land execution opposed by the confiscated in the case Number : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt are Articles 207 HIR/225 RBG, 195 clause (1) HIR, 196 HIR, 197 clause (1) HIR, 200 clause (1) HIR/216 clause (1) RBg, Vendu Reglement, Ordonantie February 28, 1908 Staatsblad 1908 : 189 as amended for several times and finally amended with Staatsblad : 1941: 3, RI’s Financial Minister No. 40/PMK. 07/2006 about the Instruction of Auction Organization and Financial Minister’s Decision Number : 06/KM.06/UP.11/2007 dated May 3, 2007 as well as Instruction of Surakarta KPKNL Principal Number : ST-332/WKN.09/KP.02/2008 on August 1, 2008. The rationale of judge’s deliberation of Klaten First Instance Court in deciding the opposition case Number : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. has been consistent with the Indonesian Civil Code. The opposition indictment is rejected as a whole, because the opponent cannot prove the proposition to delay the execution auction, although in civil law of practise opposition should be investigated and decided prior to the execution run.

Keywords : opposition, execution confiscation, execution.

Page 7: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan ridho-Nya, penulis

dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini dengan baik. Penulisan hukum

ini membahas mengenai aturan hukum yang dijadikan dasar lelang eksekusi tanah

yang mendapatkan perlawanan dari tersita dalam perkara Nomor :

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. dan dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri

Klaten dalam memutus perkara perlawanan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.

ditinjau dari Hukum Acara Perdata Indonesia.

Penulisan hukum (skripsi) ini diharapkan dapat memberikan referensi

mengenai bahan yang terkait. Penulisan hukum ini tidak lepas dari bantuan yang

telah diberikan oleh pihak lain kepada penulis, oleh karena itu penulis

mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta;

2. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Acara

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta;

3. Bapak Syafrudin Yudo Wibowo S.H., M.H. selaku Pembimbing

Akademik dan Dosen Penguji Penulisan Hukum;

4. Bapak Harjono S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing dan Penguji

Penulisan Hukum, yang telah membimbing penulis hingga penulisan

hukum ini dapat diselesaikan dengan baik;

5. Ibu Th. Kussunaryatun, S.H., M.H., selaku Dosen Penguji Penulisan

Hukum;

6. Bapak Lego Karjoko, S.H., M.H. selaku Ketua Pengelola Penulisan

Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta;

7. Para dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta di semua

bagian untuk ilmu yang tak akan terputus, semoga berguna bagi penulis;

Page 8: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

viii

8. Bapak Santun Simamora, S.H., M.Hum., selaku Ketua Pengadilan Negeri

Klaten;

9. Bapak Jaka M. Nur Hasan, S.H., selaku Kepala Kepaniteraan Muda

Bagian Hukum Pengadilan Negeri Klaten;

10. Bapak Murtiman, B.A. dan Ibu Rajinem sebagai orang tua yang selalu

memberikan dukungan dan memenuhi kebutuhan baik lahir maupun batin

bagi penulis dalam menempuh pendidikan;

11. Temanku Chandra, Amriza, Hendro, Vera, Fafa, Tina, Octavia, Sophie,

teman-teman MCC Pers 2010, Yolanda FC dan Cassava FC yang selalu

solid dalam menjaga persahabatan. Salam semangat dan sukses selalu

untuk kita;

12. Teman-teman Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

angkatan 2006 yang senantiasa menjaga persahabatan dengan baik;

13. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu, semoga Allah SWT membalas semua bantuan yang

telah diberikan.

Semoga Penulisan Hukum ini bermanfaat bagi pihak yang membaca, menjadi

referensi dan dicatat sebagai amal kepada penulis dan seluruh pihak yang telah

membantu sampai selesainya penyusunan Penulisan Hukum ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Surakarta, Juni 2010

Penulis

Page 9: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ..................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6

E. Metode Penelitian .......................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan Hukum ....................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori ............................................................................. 13

1. Tinjauan tentang Perlawanan ................................................. 13

a. Pengertian dan Bentuk-Bentuk Perlawanan ................... 13

b. Perlawanan Terhadap Sita Eksekusi ............................... 16

2. Tinjauan tentang Sita Eksekusi............................................... 18

Page 10: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

x

a. Pengertian Sita Eksekusi.................................................. 18

b. Macam-Macam Sita Eksekusi ........................................ 19

c. Sita Eksekusi dan Lelang Lanjutan ................................. 20

3. Tinjauan tentang Eksekusi ..................................................... 21

a. Pengertian Eksekusi ........................................................ 21

b. Peraturan-Peraturan tentang Eksekusi ............................ 23

c. Syarat-Syarat Eksekusi ................................................... 24

d. Jenis-Jenis dan Prosedur Eksekusi .................................. 24

e. Hambatan Eksekusi ......................................................... 29

f. Penundaan atau Penangguhan Eksekusi ......................... 30

g. Bentuk Penundaan atau Penangguhan Eksekusi ............ 31

4. Tinjauan tentang Perjanjian Pinjam-Meminjam .................... 32

a. Pengertian Perjanjian Pinjam-Meminjam ....................... 32

b. Subyek dan Obyek Perjanjian Pinjam-Meminjam .......... 33

c. Peminjaman dengan Bunga dalam Perjanjian Pinjam-

Meminjam ....................................................................... 33

5. Tinjauan tentang Penanggungan atau Jaminan Perorangan ... 34

a. Pengertian Penanggungan atau Jaminan Perorangan ...... 34

b. Sifat Perjanjian Penanggungan ....................................... 35

c. Hapusnya Perjanjian Penanggungan ............................... 36

d. Bentuk-Bentuk Penanggungan ........................................ 37

6. Tinjauan tentang Tanah sebagai Benda Jaminan ................... 37

B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 38

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................. 41

Page 11: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xi

B. Pembahasan ................................................................................... 53

1. Aturan hukum yang dijadikan dasar lelang eksekusi tanah

yang mendapatkan perlawanan dari tersita dalam perkara

Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. .........................................

53

2. Dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam

memutus perkara perlawanan Nomor :

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. ditinjau dari Hukum Acara Perdata

Indonesia ................................................................................

62

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................ 71

B. Saran .............................................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan Kerangka Pemikiran .............................................................................. 39

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia

lain. Interaksi terjalin karena kebutuhan hidup manusia sangat beragam.

Hubungan antara manusia satu dengan lainnya tidak hanya menyangkut aspek

kemanusiaan, sosial dan budaya serta aspek-aspek yang lain, tetapi menyangkut

pula aspek hukum. Naluri mempertahankan hidup membuat manusia berpikir

untuk mengatur hubungannya dengan individu yang lain. Interaksi antar sesama

manusia, baik individu maupun kelompok kadang disertai dengan perjanjian

diantara mereka. Perjanjian yang didasarkan atas hukum sangatlah penting, karena

menyangkut hak dan kewajiban para pihak yang terlibat dalam perjanjian.

Hukum perjanjian di Indonesia masih menggunakan produk pemerintah

Hindia Belanda. Peraturan mengenai perjanjian diatur dalam Buku III

KUHPerdata tentang Perikatan. Pasal 1313 KUHPerdata memuat tentang

pengertian perjanjian. Buku III KUHPerdata menganut sistem terbuka (open

system), artinya bahwa para pihak bebas mengadakan perjanjian dengan siapa

pun, menentukan syarat-syaratnya, pelaksanaannya dan bentuk perjanjian itu, baik

tertulis maupun lisan (Salim HS, 2005 : 1). Para pihak diperkenankan untuk

mengadakan perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata. Pasal 1320 dan

Pasal 1338 KUHPerdata mengatur tentang syarat sahnya suatu perjanjian dan

prinsip kebebasan untuk membuat perjanjian. Pelaksanaan perjanjian menjadi

pokok masalah penting setelah disepakati dan mengikat para pihak. Perjanjian

melahirkan prestasi dan kontraprestasi yang harus dipenuhi oleh para pihak.

Page 13: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xiii

Contract law is conventionally understood to be uncorcerned with fault. In the influential words of the Restatement : Contract liability is strict liability. It is an accepted maxim that pacta sunt servanda, contracts are to be kept. The obligor is therefore liable in damages for breach of contract even if he is without fault and even if circumstances have made the contract more burdensome or less desirable than he had anticipated (Eric A. Posner, 2009 : 8).

Hukum kontrak biasanya dimengerti untuk tidak mempermasalahkan kesalahan. Pengaruhnya menimbulkan pendapat lain : Pertanggungjawaban kontrak adalah pertanggungjawaban mutlak. Itu dapat diterima sebagai asas pacta sunt servanda, kontrak-kontrak tetap dijaga. Pihak yang dibebani kewajiban untuk itu bertanggung jawab atas kerugian-kerugian terhadap pelanggaran kontrak bahkan jika dia tanpa kesalahan dan bahkan jika keadaan telah dibuat kontrak yang lebih berat dan tidak lebih dari yang diinginkannya guna diantisipasi.

Seseorang yang membutuhkan modal usaha dapat meminjam uang kepada

orang lain untuk dijadikan sebagai modal usaha dan dilakukan dengan

mengadakan perjanjian pinjam-meminjam. Perjanjian pinjam-meminjam dapat

disertai dengan keterlibatan pihak ketiga sebagai penjamin atau penanggung utang

dari debitur. Peraturan tentang jaminan dalam KUHPerdata menganut sistem

tertutup (closed system), maksudnya orang tidak dapat mengadakan hak-hak

jaminan baru, selain yang telah ditetapkan undang-undang (Salim HS, 2004 : 12).

Penanggungan dimaksudkan, apabila debitur cidera janji dengan tidak melunasi

utangnya pada saat jatuh tempo, maka penanggung berkewajiban melunasinya

dengan cara menjual harta kekayaannya. Jaminan yang dapat digunakan dalam

penanggungan utang adalah harta kekayaan penanggung, baik benda bergerak

maupun benda tidak bergerak.

Adakalanya debitur melalaikan kewajiban untuk membayar utang dan

penanggung utang berkewajiban melunasinya. Kreditur dapat mengajukan

gugatan ke pengadilan apabila pelunasan utang tidak dipenuhi oleh debitur dan

penanggung utang. Gugatan itu bertujuan agar hak kreditur yang dilanggar dapat

terpenuhi. Gugatan diajukan ke pengadilan negeri sebagai lembaga peradilan

tingkat pertama.

1

Page 14: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xiv

Hakim dalam menangani perkara perdata, bertugas mencari kebenaran

sesungguhnya dari apa yang dikemukakan dan dituntut para pihak dan tidak boleh

melebihi dari itu, kebenaran itu disebut dengan kebenaran formil (Abdulkadir

Muhammad, 2008 : 21). Mediasi atau perdamaian adalah langkah awal yang

ditempuh dalam menyelesaikan suatu perkara perdata. Hakim harus berusaha

mendamaikan para pihak yang berperkara pada saat hari sidang yang telah

ditentukan. Perkara akan diperiksa dan diputus oleh majelis hakim bila upaya

mediasi yang dilakukan gagal. Pihak yang tidak puas atas putusan hakim, dapat

mengajukan upaya hukum Banding. Masih terbuka pula upaya hukum Kasasi

yang diajukan ke Mahkamah Agung bagi pihak yang tidak puas terhadap putusan

Banding. Perkara yang diputus pada tingkat Kasasi selalu mempunyai kekuatan

hukum tetap (in kracht van gewijsde) dan dapat dijalankan eksekusi putusan

hakim, meskipun masih dapat diajukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK)

yang merupakan upaya hukum luar biasa.

Eksekusi putusan hakim dapat dijalankan atas permohonan pihak yang

menang dalam perkara, apabila pihak yang kalah tidak dengan sukarela

melaksanakan putusan hakim. Proses eksekusi didahului dengan aanmaning,

diikuti dengan penetapan dan pelaksanaan sita eksekusi, diakhiri dengan eksekusi

terhadap harta kekayaan pihak yang kalah. Eksekusi dijalankan atas perintah dan

dibawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri. Eksekusi putusan hakim terkadang

mengalami berbagai hambatan. Hambatan yang terjadi dapat menangguhkan

eksekusi untuk sementara waktu. Bentuk hambatan eksekusi salah satunya adalah

perlawanan oleh pihak tereksekusi. Perlawanan oleh pihak tereksekusi terhadap

eksekusi putusan hakim merupakan salah satu bentuk upaya hukum luar biasa.

Perlawanan oleh tereksekusi pada asasnya tidak dapat menangguhkan eksekusi,

tetapi dalam praktiknya ada alasan perlawanan yang dianggap relevan untuk

menangguhkan eksekusi.

Pengadilan Negeri Klaten telah memutus perkara perlawanan Nomor :

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. terkait perlawanan terhadap sita eksekusi oleh tersita.

Awal perkara, WHP meminjam uang kepada YS sebesar Rp. 434.404.206,00

Page 15: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xv

dengan melibatkan D (atas ijin suaminya DH) sebagai penanggung utang yang

menjaminkan sebidang tanah SHM Nomor. 312/Desa Gatak, Kecamatan

Delanggu, Kabupaten Klaten seluas ± 2180 M². Utang piutang itu dituangkan

dalam akta notaris tertanggal 6 Januari 2004.

WHP harus melunasi utangnya dalam jangka waktu 7 bulan sejak dimulainya

peminjaman. D sanggup melunasi utang dengan menjual tanah yang dijadikan

jaminan utang, apabila WHP tidak mampu melunasi utangnya. WHP tidak mampu

melunasi utangnya hingga waktu jatuh tempo dan D tidak memenuhi

kewajibannya.

YS mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Klaten karena WHP dan D

telah ingkar janji. Perkara diperiksa setelah mediasi gagal dan mejelis hakim

memutus Tergugat I/WHP telah ingkar janji dan harus melunasi utangnya sebesar

Rp. 367.355.201,00 serta mengganti kerugian materiil sebesar Rp. 4.591.940,00.

Jumlah utang telah diperhitungkan dengan angsuran sebelumnya. Pemenuhan

putusan hakim dilakukan dengan cara menjual lelang sebidang tanah milik

Tergugat II/D. Turut Tergugat/DH dihukum untuk mematuhi segala isi putusan.

Para pihak yang kalah mengajukan upaya hukum sampai tingkat Kasasi.

Permohonan Kasasi ditolak dan menguatkan putusan sebelumnya. Putusan Kasasi

selalu mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) dan dapat

dijalankan eksekusi.

Penggugat/YS mengajukan permohonan eksekusi kepada Ketua Pengadilan

Negeri Klaten. Ketua Pengadilan Negeri Klaten mengeluarkan surat penetapan

sita eksekusi. Para Termohon Eksekusi merasa tidak terima atas penetapan sita

eksekusi dan mengajukan perlawanan sita eksekusi. Upaya perlawanan tidak

menangguhkan eksekusi, kecuali Ketua Pengadilan Negeri memerintahkan untuk

itu. Eksekusi dalam perkara ini tetap dijalankan meskipun perlawanan masih

diperiksa oleh Pengadilan Negeri Klaten. Perkara perlawanan diputus setelah

eksekusi selesai dijalankan.

Page 16: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xvi

Bertitik tolak dari uraian diatas, menjadi penting penelitian mengenai

perlawanan yang diajukan oleh tersita terhadap sita eksekusi sebidang tanah yang

menjadi obyek jaminan dalam perjanjian utang piutang. Aturan hukum yang

dijadikan dasar lelang eksekusi tanah yang mendapatkan perlawanan dari tersita

dan dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus perkara

perlawanan tersita penting untuk diketahui. Putusan perlawanan dalam perkara

perdata yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Perkara Nomor :

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. di Pengadilan Negeri Klaten.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, penulis tertarik

untuk meneliti dan menuangkannya dalam penulisan hukum dengan judul :

“STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP BENDA SITAAN

YANG MENDAPAT PERLAWANAN (VERZET) DARI TERSITA (Studi

Kasus Perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.).”

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian harus tegas, agar dapat memperoleh

data yang dibutuhkan dalam penelitian dan menghindari data yang tidak

diperlukan. Dalam perumusan masalah akan diperoleh kerangka yang sistematis

dan terbatas pada obyek yang bersifat pokok saja. Berdasarkan pada latar

belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti merumuskan masalah untuk dikaji

lebih terperinci. Adapun beberapa masalah yang dikaji dalam penelitian ini, antara

lain :

1. Apa aturan hukum yang dijadikan dasar lelang eksekusi tanah yang

mendapatkan perlawanan dari tersita dalam perkara Nomor :

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.?

2. Bagaimanakah dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam

memutus perkara perlawanan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. ditinjau dari

Hukum Acara Perdata Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Page 17: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xvii

Tujuan merupakan target yang ingin dicapai sebagai pemecahan atas berbagai

masalah yang diteliti (tujuan obyektif) dan untuk memenuhi kebutuhan

perorangan (tujuan subyektif). Tujuan penelitian diperlukan karena berkaitan erat

dengan perumusan masalah dalam penelitian dan untuk memberikan arah yang

tepat dalam penelitian agar dapat berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki.

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Tujuan Obyektif :

a. Untuk mengetahui aturan hukum yang dijadikan dasar lelang eksekusi

tanah yang mendapatkan perlawanan dari tersita dalam perkara Nomor :

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.;

b. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten

dalam memutus perkara perlawanan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.

ditinjau dari Hukum Acara Perdata Indonesia.

2. Tujuan Subyektif :

a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam

penyusunan penulisan hukum guna memenuhi persyaratan akademis bagi

setiap mahasiswa dalam meraih gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu

hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta;

b. Untuk menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan dan

pengalaman serta pemahaman aspek hukum acara perdata dalam teori

dan praktik di lapangan, khususnya mengenai perlawanan tersita terhadap

sita eksekusi dalam perkara perdata;

c. Untuk mendalami teori dan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama

menempuh kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan adanya manfaat dan kegunaan, karena nilai

suatu penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari

penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan oleh penulis dalam

penelitian ini, antara lain :

Page 18: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xviii

1. Manfaat Teoritis :

a. Memberikan sumbangan pemikiran di bidang ilmu hukum pada umumnya,

khususnya hukum acara perdata, terutama yang berkaitan dengan

perlawanan oleh tersita terhadap sita eksekusi dalam perkara perdata;

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi di bidang

karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan;

c. Penelitian ini merupakan latihan dan pembelajaran dalam menerapkan

teori yang diperoleh, sehingga dapat menambah pengetahuan,

pengalaman dan dokumentasi ilmiah.

2. Manfaat Praktis :

a. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam teori

dan praktik penelitian ilmiah di bidang ilmu hukum;

b. Hasil penelitian dapat memberikan jawaban atas permasalahan-

permasalahan yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini;

c. Meningkatkan wawasan dalam pengembangan pengetahuan bagi peneliti

akan permasalahan yang diteliti dan dapat dipergunakan sebagai bahan

tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan permasalahan

dalam penelitian ini.

E. Metode Penelitian

Penelitian ilmiah harus disusun dengan berpedoman pada metode yang tepat.

Peneliti harus cermat dalam menggunakan metode, agar hasil penelitian sesuai

dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Metode penelitian merupakan suatu

unsur yang mutlak harus ada didalam penelitian dan pengembangan ilmu

pengetahuan (Soerjono Soekanto, 2007 : 7). Hakikatnya metode memberikan

pedoman bagi peneliti untuk mempelajari, menganalisa dan memahami

lingkungan-lingkungan yang akan dihadapinya. Pengertian dari metode penelitian

adalah suatu unsur mutlak yang memberikan pedoman dalam penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan. Adapun metode penelitian yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Page 19: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xix

Berdasarkan judul dan permasalahan yang diteliti, jenis penelitian ini

adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan.

Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mengkonsepkan hukum

sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books)

atau hukum sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan perilaku

manusia yang dianggap pantas (Amirudin dan Zainal Asikin, 2004 : 118).

Penelitian hukum jenis ini dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau

data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder

dan bahan hukum tersier yang berkaitan dengan obyek penelitian. Bahan-

bahan hukum itu disusun secara sistematis, dikaji dan ditarik suatu

kesimpulan sesuai dengan masalah yang diteliti.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menguji adanya

suatu fakta yang disebabkan oleh faktor tertentu (Peter Mahmud Marzuki,

2008 : 35). Penulis dalam penelitian ini ingin mendeskripsikan mengenai

dasar yuridis lelang eksekusi yang mendapat perlawanan dari tersita dan dasar

pertimbangan hakim dalam memutus perlawanan tersita ditinjau dari aspek

Hukum Acara Perdata Indonesia, yang merupakan faktor tertentu. Lelang

eksekusi yang tetap berjalan meskipun mendapat perlawanan dari tersita dan

putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. yang

menolak perlawanan tersita, merupakan suatu fakta.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case

study). Studi kasus (case study) merupakan studi terhadap kasus tertentu dari

berbagai aspek hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2008 : 94). Studi kasus

memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci

mengenai latar belakang keadaan yang dipermasalahkan. Kasus yang diteliti

merupakan satu kesatuan secara mendalam, hasilnya merupakan gambaran

lengkap atas kasus itu (Beni Ahmad Saebani, 2009 : 58). Kasus yang menjadi

Page 20: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xx

fokus penelitian ini, yaitu perlawanan sita eksekusi oleh tersita dalam perkara

Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah data

sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka yang memuat

informasi atau data tersebut. Data sekunder meliputi dokumen-dokumen

resmi, buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, laporan, majalah,

artikel dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan

diteliti.

5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian hukum normatif ini adalah

sumber data sekunder. Sumber data sekunder adalah sumber data yang

diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang dapat berupa dokumen, buku-buku

literatur, majalah dan artikel yang berkaitan dengan masalah yang akan

diteliti. Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

norma atau kaidah dasar hukum acara yang berlaku di Indonesia, antara

lain :

1) Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata);

2) Herziene Inlandsch Reglement (HIR) atau Reglemen Indonesia yang

diperbaharui (RIB);

3) Putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.

Putusan pengadilan merupakan bahan hukum primer disamping

undang-undang, karena putusan pengadilan merupakan konkretisasi

dari undang-undang.

Page 21: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxi

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang mendukung

data sekunder dari bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari buku-buku literatur di bidang

hukum, pendapat para sarjana (doktrin), jurnal-jurnal hukum, majalah,

artikel dan karya ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang akan

diteliti.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder, yang mencakup kamus hukum, bahan-bahan dari

internet dan bahan lain yang berhubungan dengan masalah dalam

penelitian.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat

penting dalam penulisan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini dengan cara studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data

sekunder. Penulis mengumpulkan data sekunder dari peraturan perundang-

undangan yang berlaku, buku-buku, dokumen resmi, jurnal-jurnal hukum dan

artikel yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data untuk memperoleh jawaban dalam penelitian hukum

ini dengan menggunakan metode silogisme dan interpretasi. Penggunaan

silogisme dalam penelitian hukum ini berpangkal pada pengajuan premis

mayor dan kemudian diajukan premis minor, selanjutnya ditarik suatu

simpulan atau conclusion (Peter Mahmud Marzuki, 2008 : 47). Dalam logika

silogistik untuk penalaran hukum, yang merupakan premis mayor adalah

aturan hukum, sedangkan fakta hukum merupakan premis minor yang

kemudian dari kedua premis tersebut ditarik kesimpulan.

Page 22: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxii

Pada penelitian ini, Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata), Herziene Inlandsch Reglement (HIR), sebagai premis mayor.

Adapun premis minor, yaitu perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. Akhir

dari proses silogisme tersebut diperoleh simpulan (conclusion) atas

permasalahan dalam penelitian hukum ini.

Interpretasi merupakan salah satu metode penemuan hukum yang

memberi penjelasan mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaidah

dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu. Metode interpretasi

adalah sarana untuk mengetahui makna undang-undang. Menjelaskan

ketentuan undang-undang adalah untuk merealisir fungsi agar hukum positif

itu berlaku (Sudikno Mertokusumo, 1999 : 154).

Metode interpretasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

interpretasi Teleologis atau Sosiologis, yaitu apabila makna undang-undang

ditetapkan berdasarkan tujuan kemasyarakatan. Dalam interpretasi Teleologis

atau Sosiologis, undang-undang yang masih berlaku namun sudah usang atau

sudah tidak sesuai lagi, diterapkan terhadap peristiwa, hubungan, kebutuhan

dan kepentingan masa kini, tidak mempedulikan apakah hal ini semuanya

pada waktu diundangkannya undang-undang tersebut tidak dikenal atau tidak.

Peraturan perundang-undangan disesuaikan dengan hubungan dan situasi

sosial yang baru, untuk menyelesaikan sengketa kehidupan waktu sekarang

(Sudikno Mertokusumo, 1999 : 156).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk mempermudah pemahaman dan memberikan gambaran secara

menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan

baru dalam penulisan hukum, maka penulis menjabarkannya dalam sistematika

penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat)

bab. Setiap bab terbagi dalam sub-sub bab yang dimaksudkan untuk memudahkan

pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika penulisan

hukum tersebut, sebagai berikut :

Page 23: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxiii

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan tentang materi-materi dan landasan teori

berdasarkan sumber-sumber data yang digunakan oleh penulis berkaitan

dengan masalah yang diteliti. Tinjauan pustaka terbagi atas dua bagian,

yaitu kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori meliputi

tinjauan tentang perlawanan, sita eksekusi, eksekusi, perjanjian pinjam-

meminjam, penanggungan dan tanah sebagai benda jaminan. Kerangka

pemikiran merupakan gambaran logika hukum berbentuk bagan dan

disertai deskripsi singkat guna mempermudah alur pemikiran dalam

menjawab permasalahan yang diteliti.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai hasil penelitian dan

pembahasan yang diperoleh dalam proses penelitian. Berdasarkan

rumusan masalah yang diteliti, terdapat pokok masalah yang dibahas

dalam bab ini, yaitu mengenai aturan hukum yang dijadikan dasar

lelang eksekusi tanah yang mendapatkan perlawanan dari tersita dan

dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus

perkara perlawanan dalam perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.

ditinjau dari Hukum Acara Perdata Indonesia.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini diterangkan dari keseluruhan uraian yang telah

dipaparkan ke dalam bentuk simpulan dan saran-saran yang dapat

penulis kemukakan kepada para pihak yang terkait dengan penulisan

hukum ini.

Page 24: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxiv

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Perlawanan

a. Pengertian dan Bentuk-Bentuk Perlawanan

Perlawanan merupakan upaya hukum terhadap putusan yang

dijatuhkan diluar kehadiran tergugat atau biasanya disebut putusan

verstek. Dasar hukumnya dalam Pasal 125 Ayat (3) jo. Pasal 129 HIR

dan Pasal 149 Ayat (3) jo. Pasal 153 RBg. Pada asasnya perlawanan

sebagai media bagi pihak tergugat yang pada umumnya berkedudukan

sebagai pihak yang dikalahkan dalam suatu perkara perdata, karena

ketidakhadiran tergugat dalam pemeriksaan di persidangan meskipun

telah dipanggil secara patut (Sudikno Mertokusumo, 2006 : 232).

Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI No. 290.K/Sip/1973,

tanggal 13 Agustus 1974 menyatakan bahwa perlawanan yang diajukan

terlambat harus dinyatakan tidak dapat diterima, bukan ditolak.

Praktik dalam peradilan, ada berbagai macam bentuk verzet. Bentuk

verzet yang lain diantaranya (R. Soeparmono, 2000 : 160-161) :

1) Verzet atas Sita Conservatoir (Conservatoir Beslag), yaitu

perlawanan yang diajukan oleh tergugat/debitur terhadap sita atas

barang tidak tetap dan barang tetap miliknya;

2) Verzet atas Sita Revindicatoir (Revindicatoir Beslag), yaitu

perlawanan yang diajukan oleh tergugat/debitur terhadap sita atas

barang tidak tetap milik kreditur yang dikuasai oleh debitur;

Page 25: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxv

Verzet terhadap sita conservatoir dan sita revindicatoir sama

sekali tidak diatur dalam HIR. Sita jaminan tidak ditujukan untuk

melakukan eksekusi terhadap barang sitaan, hanya sekedar melarang

tersita untuk melakukan perbuatan hukum terhadap barang sitaan.

Sita jaminan tetap dapat menimbulkan kerugian bagi tersita. Dalam

Rv justru diatur tentang ketentuan tentang perlawanan terhadap sita

jaminan. Pasal 724 dan Pasal 725 Rv mengatur tentang perlawanan

yang diajukan oleh tersita dalam suatu pemeriksaan perkara atas sah

dan berharga atau tidaknya sita jaminan yang harus diadakan 8 hari

setelah sita ditetapkan.

3) Verzet oleh pihak ketiga atau biasa disebut Derden Verzet, yaitu

suatu perlawanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang merasa

kepentingan dan hak-haknya dirugikan karena adanya sita dari

pengadilan;

Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI No.

306.K/Sip/1962 tanggal 31 Oktober 1962 menyatakan, bahwa

perlawanan yang diajukan oleh pihak ketiga selaku pemilik barang

yang disita dapat diterima, dalam hal sita conservatoir belum

disahkan (van waarde verklaard). Verzet terhadap conservatoir

beslag bersifat insidentil, apabila perlawanan diterima seharusnya

diperiksa secara tersendiri (insidentil) dengan menunda pemeriksaan

terhadap pokok perkara. Dasar hukumnya adalah Yurisprudensi

Mahkamah Agung RI No. 1346.K/Sip/1971 tanggal 23 Juli 1973.

4) Perlawanan pihak ketiga terhadap sita jaminan baik conservatoir

beslag maupun revindicatoir beslag (tidak diatur dalam HIR, RBg

maupun Rv);

Perlawanan pihak ketiga didasarkan pada hak milik. Pelawan

harus dapat membuktikan bahwa barang yang disita adalah miliknya,

agar dapat dinyatakan sebagai pelawan yang benar dan sita akan

diangkat. Pelawan yang tidak dapat membuktikan hak miliknya akan

dinyatakan sebagai pelawan yang tidak benar dan sita akan tetap

13

Page 26: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxvi

dipertahankan. Perlawanan terhadap sita conservatoir tidak akan

dapat memenuhi perlawanannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal

195 (6) HIR, karena perlawanan bukan berdasarkan atas hak milik.

Perlawanan oleh pihak ketiga berdasarkan hak milik atas barang

yang disita dapat diterima selama sita belum disahkan

(http://hukumpedia.com/index.php?title=Sita_jaminan>[20 Januari

2010 pukul 10.00]).

5) Verzet atas Sita Eksekusi, yaitu perlawanan yang dilakukan oleh

pihak yang dikalahkan (debitur) terhadap eksekusi. Perlawanan

terhadap Sita Eksekusi ini diatur dalam Pasal 195 ayat (6) dan Pasal

207 HIR/Pasal 225 RBg;

Perlawanan terhadap sita eksekusi bisa dilakukan selama barang

yang disita masih belum dilelang atau masih belum dilaksanakan

penyerahannya kepada pihak yang menang. Perlawanan tidak akan

berhasil dan akan ditolak bila diajukan terlambat, meskipun pelawan

adalah pihak yang benar dan pemilik yang sah atas barang yang

disita. Barang yang telah dilelang tetap berada ditangan pembeli dari

pelelangan dan terhadap barang yang telah diserahkan kepada pihak

pemenang lelang tetap ditangan yang menerima barang. Cara yang

dapat ditempuh oleh pelawan adalah mengajukan gugatan kepada

tergugat semula untuk mendapatkan ganti rugi (Putusan Mahkamah

Agung tertanggal 24 Januari 1980 No. 393/K/Sip/1975). Pada

umumnya yang dimohonkam pelawan dalam perlawanannya adalah :

1. Menyatakan bahwa perlawanan tersebut adalah tepat dan

beralasan;

2. Menyatakan bahwa pelawan adalah pelawan yang benar;

3. Meminta agar sita jaminan atau sita eksekutorial yang

bersangkutan diperintahkan untuk di angkat;

4. Meminta agar para terlawan dihukum untuk membayar biaya

perkara.

Page 27: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxvii

Apabila pelawan dapat membuktikan bahwa barang yang disita

itu miliknya, maka keempat hal yang diminta tersebut diatas akan

dikabulkan. Pengadilan akan menyatakan perlawanan tidak beralasan

dan pelawan dinyatakan sebagai pelawan yang tidak benar, apabila

tidak dapat membuktikan. Penyitaan pun tetap dipertahankan dan

biaya perkara dibebankan kepada pelawan (Retnowulan Sutantio dan

Iskandar Oeripkartawinata, 2009 : 176-177).

6) Derden Verzet atas Sita Eksekusi, yaitu perlawanan dari pihak ketiga

yang merasa dirugikan kepentingan dan hak-haknya karena adanya

sita eksekusi. Dasar hukum perlawanan pihak ketiga terhadap sita

eksekusi diatur dalam Pasal 195 ayat (6) dan Pasal 208 HIR/Pasal

206 dan Pasal 228 RBg;

7) Verzet atas Eksekusi Riil, yaitu perlawanan yang dilakukan oleh

debitur karena kepentingan dan hak-haknya dirugikan oleh tindakan

kreditur dalam hal eksekusi riil, seperti penyerahan barang,

pengosongan, penjualan lelang dan pembayaran uang;

8) Verzet atas Sita yang lain, seperti Sita Maritaal, Sita Gadai

(Pandbeslag), dan lain sebagainya.

b. Perlawanan Terhadap Sita Eksekusi

Pelaksanaan putusan hakim yang pada dasarnya berupa penyitaan

barang-barang milik pihak yang dikalahkan dalam perkara perdata dapat

diajukan perlawanan, baik oleh pihak yang kalah maupun pihak ketiga.

Perlawanan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang menjalankan

eksekusi atau dalam wilayah hukumnya terjadi penyitaan itu dan dapat

diajukan secara lisan ataupun tertulis. Perlawanan oleh tersita terhadap

sita eksekusi atas barang miliknya, dapat mengemukakan alasan-alasan

yang dapat diterima (Abdulkadir Muhammad, 2008 : 241), sebagai

berikut :

1) Putusan pengadilan tersebut sudah dipenuhi;

Page 28: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxviii

Apabila pelaksanaan sita telah selesai, namun pihak yang kalah

mampu memenuhi isi putusan dengan membayar utangnya.

Penyitaan dapat dilawan karena putusan pengadilan sudah selesai

dilaksanakan dan penyitaan itu harus diangkat.

2) Syarat penyitaan tidak sesuai atau bertentangan dengan undang-

undang;

Contoh : Pelaksanaan putusan dapat dilawan jika tanpa ada

pemberitahuan kepada yang bersangkutan atau tidak menurut

tenggang waktu yang telah ditetapkan.

3) Penyitaan bertentangan dengan ketentuan Pasal 197 Ayat (8) HIR/

Pasal 211 RBg, yaitu terhadap hewan dan barang bergerak untuk

menjalankan perusahaan/yang sungguh-sungguh dibutuhkan oleh

tersita.

Sekarang ini, hanya ada satu alasan yang dianggap paling relevan

sebagai dalil atas perlawanan tersita terhadap eksekusi. Alasannya yaitu

putusan yang dieksekusi telah dipenuhi seluruhnya atau grosse akta

(pengakuan hutang, hak tanggungan, atau jaminan fidusia) telah dilunasi

seluruhnya atau sebagian, sedangkan pelunasan sebagian itu tidak

dikurangi jumlah utang (M. Yahya Harahap, 2006 : 437).

Perlawanan terhadap penyitaan dapat diajukan oleh pihak ketiga

apabila ternyata barang yang disita adalah barang milik pihak ketiga dan

dia dapat membuktikan hak miliknya. Perlawanan pada asasnya tidak

menangguhkan eksekusi putusan hakim (pelelangan atas barang sitaan),

kecuali apabila Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan

memerintahkan agar menangguhkan eksekusi sampai dijatuhkan putusan

terhadap perlawanan tersebut (Pasal 196 ayat (6), Pasal 207 dan Pasal

208 HIR/Pasal 206 ayat (3), Pasal 225 s.d. 228 RBg). Penundaan

eksekusi dapat diterapkan apabila perlawanan tersita didasarkan pada

Pasal 207 HIR/Pasal 225 RBg yang disesuaikan dengan asas kasuistik

dan asas eksepsional (M. Yahya Harahap, 2006 : 435).

Page 29: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxix

Perlawanan secara faktual apabila diajukan dengan alasan yang

sangat mendasar, maka Ketua Pengadilan Negeri dapat menunda

eksekusi sampai putusan perlawanan mempunyai kekuatan hukum tetap.

Perlawanan diajukan setelah selesai pelaksanaan putusan hakim/

penjualan lelang, maka oleh pengadilan negeri harus ditolak dan tidak

dapat dibenarkan. Jalan yang dapat ditempuh oleh pelawan adalah

dengan mengajukan gugat baru.

Perlawanan yang diajukan oleh tersita terhadap eksekusi pada

dasarnya mempunyai beberapa tujuan. Tujuan itu meliputi :

a). Membatalkan eksekusi dengan jalan menyatakan putusan yang

hendak dieksekusi tidak mengikat;

b). Mengurangi nilai jumlah yang dieksekusi.

Perlawanan tersita terhadap eksekusi dalam praktiknya tidak semua

mempunyai makna seperti pada tujuan tersebut diatas. Perlawanan yang

diajukan sebagian besar hanya sebagai kedok untuk menunda proses

eksekusi. Tersita berharap mendapat kelonggaran waktu untuk

mengusahakan memenuhi putusan, apabila eksekusi ditunda.

2. Tinjauan tentang Sita Eksekusi

a. Pengertian Sita Eksekusi

Sita eksekusi adalah sita yang didasarkan pada titel eksekutorial.

Titel eksekutorial tercantum dalam putusan hakim. Sita eksekusi

dijalankan oleh jurusita dengan dibantu oleh panitera (panitera

pengganti) disertai 2 (dua) orang saksi dan menandatangani berita acara

sita eksekusi. Barang yang dapat disita secara eksekutorial adalah barang

bergerak milik pihak yang dikalahkan dan memang diprioritaskan

terlebih dahulu untuk disita (Pasal 197 ayat (1) HIR/Pasal 208 RBg),

termasuk yang berada dalam penguasaan orang lain. Sita eksekusi tidak

boleh dijalankan atas hewan dan alat-alat yang digunakan untuk mencari

mata pencaharian hidup (Pasal 197 ayat (8)/Pasal 211RBg). Barang

Page 30: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxx

bergerak yang dimaksudkan adalah uang, surat berharga dan barang

bergerak yang bertubuh. Dalam Pasal 229 RBg diatur mengenai

dimungkinkan untuk menyita piutang dari pihak yang dihukum yang

dapat ditagihnya dari pihak ketiga. Ketentuan dalam Pasal 229 RBg tidak

diatur dalam HIR (Sudikno Mertokusumo, 2006 : 257).

Sita eksekusi dapat diletakkan terhadap barang tidak bergerak milik

pihak yang dikalahkan, selain barang bergerak. Barang tidak bergerak

bisa berupa tanah, rumah, gedung dan sebagainya. Penyitaan barang

tidak bergerak harus dibuat berita acara penyitaan dengan menyebutkan

jam, hari, bulan dan tahun yang kemudian diberitahukan kepada

lurah/kepala desa setempat untuk diumumkan (Pasal 198 ayat (1) dan

(2)). Selanjutnya oleh panitera didaftarkan pada Kantor Badan

Pertanahan dan diregister kepaniteraan pengadilan negeri dalam buku

Register Sita Eksekusi. Pihak yang disita barangnya tidak boleh lagi

memindahkan, menggadaikan atau menyewakan barang yang disita sejak

berita acara penyitaan diumumkan (Pasal 198 ayat (1) dan (2)).

b. Macam-Macam Sita Eksekusi

Dalam Hukum Acara Perdata dikenal dua macam sita

eksekutorial/sita eksekusi (Retnowulan Sutantio dan Iskandar

Oeripkartawinata, 2009 : 130-131) :

1) Sita eksekutorial sebagai kelanjutan dari sita jaminan;

Dalam proses pemeriksaan perkara perdata, sebelumnya telah

diadakan sita jaminan (conservatoir beslag). Sita jaminan ini

bertujuan agar dapat terjamin pelaksanaan putusan hakim. Setelah

putusan hakim menyatakan sita jaminan sah dan berharga, maka

secara otomatis sita jaminan menjadi sita eksekutorial.

2) Sita eksekutorial yang dilakukan sehubungan dengan eksekusi

(sebelumnya tidak ada sita jaminan).

Sita eksekutorial yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri,

apabila sebelumnya dalam proses pemeriksaan perkara perdata

Page 31: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxxi

belum diadakan sita jaminan (conservatoir beslag). Sita jaminan

yang belum dimohonkan, mengakibatkan besarnya kemungkinan

termohon eksekusi sudah tidak memiliki harta benda, karena sudah

dijual ataupun dialihkan kepada pihak lain pada saat sita eksekusi

ditetapkan. Akibatnya sita eksekusi menjadi gagal dan gugatan yang

bersangkutan tidak dapat dieksekusi, karena gugatan tidak memiliki

jaminan atau gugatan hampa (illusoir).

c. Sita Eksekusi dan Lelang Lanjutan

Semua harta kekayaan tergugat (debitur) dapat dijual lelang untuk

memenuhi pelunasan utangnya kepada penggugat (kreditur). Ketua

Pengadilan Negeri berwenang memerintahkan sita eksekusi dan lelang

lanjutan atas harta kekayaan debitur yang masih ada sampai terpenuhi

lunas pembayaran kepada pihak kreditur, apabila hasil penjualan lelang

belum mencukupi untuk melunasi pembayaran utang. Eksekusi

merupakan satu-kesatuan yang tidak terpisah sampai terpenuhi secara

sempurna apa yang dihukumkan kepada pihak tereksekusi sesuai amar

putusan hakim.

Ketua Pengadilan Negeri berwenang memerintahkan sita eksekusi

dan penjualan lelang lanjutan terhadap harta kekayaan pihak tereksekusi

atas dasar permintaan yang diajukan oleh pihak pemohon eksekusi

dengan kewajiban menunjukkan harta kekayaan tereksekusi. Pengadilan

bersikap menunggu dengan dasar anggapan, selama tidak ada permintaan

sita eksekusi dan penjualan lelang lanjutan dari pihak pemohon eksekusi,

pemohon dianggap telah menerima sepenuhnya eksekusi yang

dijalankan. Konsekuensi hukum perjanjian utang piutang dengan

penjaminan adalah sita eksekusi dan penjualan lelang tahap pertama

hanya dapat dijalankan terhadap barang jaminan. Sita eksekusi dan

penjualan lelang lanjutan, berlaku sepenuhnya Pasal 197 ayat (1) HIR.

Sita eksekusi dan penjualan lelang lanjutan harus dinyatakan tidak dapat

Page 32: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxxii

dijalankan atas alasan tidak dijumpai harta kekayaan tereksekusi (M.

Yahya Harahap, 2006 : 409-411).

3. Tinjauan tentang Eksekusi

a. Pengertian Eksekusi

Suatu perkara perdata yang diajukan ke pengadilan oleh pihak yang

merasa dirugikan pihak lain, pasti selalu diakhiri dengan putusan hakim.

Kedua pihak yang berperkara apabila dapat menerima putusan atau tidak

mengajukan upaya hukum atas putusan hakim, maka putusan hakim

akan berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) dan dapat

dieksekusi. Putusan hakim pada tingkat peradilan pertama belum

mempunyai kekuatan hukum tetap bila salah satu pihak mengajukan

upaya hukum Banding maupun Kasasi dan praktis belum bisa dieksekusi,

kecuali perkara diputus serta merta (Uitvoerbaar Bij Voorrad) agar

putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu. Putusan Mahkamah Agung

pada tingkat Kasasi selalu mempunyai kekuatan hukum yang tetap,

meskipun masih tersedia upaya hukum luar biasa, yaitu Peninjauan

Kembali.

Pelaksanan putusan hakim atau eksekusi ialah “realisasi daripada

kewajiban pihak yang bersangkutan untuk memenuhi prestasi yang

tercantum dalam putusan tersebut” (Sudikno Mertokusumo, 2006 : 248).

Berdasarkan Pasal 195 HIR/Pasal 206 RBg, pelaksanaan putusan hakim

dijalankan atas perintah dan dibawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri

yang memeriksa dan memutus perkara pada tingkat pertama.

Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap didalamnya terdapat 3

(tiga) jenis kekuatan, salah satunya adalah kekuatan untuk

dilaksanakan/eksekutorial. Kekuatan eksekutorial merupakan kekuatan

Page 33: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxxiii

untuk dilaksanakan tentang apa yang ditetapkan dalam putusan itu secara

paksa oleh alat-alat negara. Kekuatan eksekutorial putusan hakim terletak

pada kepala putusan yang berbunyi, “Demi Keadilan Berdasarkan Ke-

Tuhanan Yang Maha Esa.”

Putusan hakim tidak semuanya dapat dilaksanakan secara paksa oleh

pengadilan. Putusan declaratoir dan putusan constitutif tidak

memerlukan sarana-sarana pemaksa untuk melaksanakan isi putusan,

karena tidak dimuat adanya hak atas suatu prestasi, maka terjadinya

akibat hukum tidak tergantung pada kesediaan pihak yang kalah dalam

perkara. Putusan condemnatoir sangat berbeda, putusan ini dapat

dilaksanakan secara paksa oleh pengadilan dengan bantuan alat

kekuasaan negara karena adanya hak atas suatu prestasi yang harus

dipenuhi oleh pihak yang kalah (Sudikno Mertokusumo, 2006 : 247).

Upaya paksa oleh pengadilan dalam menjalankan putusan ini dapat

ditempuh apabila pihak yang kalah tidak mau memenuhi isi putusan

secara sukarela.

Pasal 180 HIR/Pasal 191 RBg mengatur, bahwa hakim diizinkan

menjalankan putusan terlebih dahulu (Uitvoerbaar Bij Voorrad),

meskipun ada upaya hukum verzet, banding dan kasasi. Berdasarkan

SEMA RI No. 3 Tahun 2000 tentang Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar

Bij Voorrad) dan Provisionil, ketentuan yang harus dipenuhi agar

putusan yang belum berkekuatan hukum tetap dapat dijalankan terlebih

dahulu, yaitu :

a. Gugatan didasarkan pada bukti surat otentik atau surat tulisan tangan (handschrift) yang tidak dibantah kebenaran tentang isi dan tanda tangannya, yang menurut undang-undang tidak mempunyai kekuatan bukti;

b. Gugatan tentang utang piutang yang jumlahnya sudah pasti dan tidak dibantah;

c. Gugatan tentang sewa-menyewa tanah, rumah, gudang dan lain-lain, dimana hubungan sewa-menyewa sudah habis/

Page 34: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxxiv

lampau, atau Penyewa terbukti melalaikan kewajibannya sebagai Penyewa yang beritikad baik;

d. Pokok gugatan mengenai tuntutan pembagian harta perkawinan (gono-gini) setelah putusan mengenai gugatan cerai mempunyai kekuatan hukum tetap;

e. Dikabulkannya gugatan Provisionil, dengan pertimbangan hukum yang tegas dan jelas serta memenuhi Pasal 332 Rv;

f. Gugatan berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) dan mempunyai hubungan dengan pokok gugatan yang diajukan;

g. Pokok sengketa mengenai bezitsrecht.

b. Peraturan-Peraturan tentang Eksekusi

Beberapa peraturan yang mengatur tentang eksekusi, antara lain :

1) Herziene Inlandsch Reglement (HIR)/Reglemen Indonesia yang

diperbarui (RIB) atau Reglement Buitengewijsten (RBg). Pasal

195 s.d. 224 HIR atau Pasal 206 s.d. 258 RBg, yang masih

berlaku efektif Pasal 195 s.d. Pasal 208 dan Pasal 224 HIR atau

Pasal 206 s.d. 240 dan Pasal 258 RBg;

2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok

Agraria;

3) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman;

4) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan;

5) Undang-Undang No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia;

6) Undang-Undang No. 49/Prp/1960 tentang Panitia Urusan

Piutang Negara jo. Keputusan Presiden No. 21 Tahun 1991

tentang Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara;

7) SEMA No. 3 Tahun 2000 tentang Putusan Serta Merta

(Uitvoerbaar Bij Voorraad) dan Putusan Provisionil jo. Pasal

180 HIR;

8) Peraturan Lelang No. 189/1908 (Staatsblad 1908 Nomor 189);

9) Peraturan Menteri Keuangan RI No. 40/PMK. 07/2006 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Lelang;

Page 35: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxxv

10) Keputusan Menteri Keuangan RI No. 336/KMK.01/2000

tentang Paksa Badan dalam Rangka Pengurusan Piutang Negara.

c. Syarat-Syarat Eksekusi

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar putusan hakim dapat

dieksekusi, antara lain (Sudikno Mertokusumo, 2006 : 247-248) :

1) Putusan hakim bersifat comdemnatoir (menghukum);

Putusan hakim yang bersifat declaratoir (menetapkan) dan

constitutif (menimbulkan/meniadakan hukum baru) tidak

memerlukan eksekusi. Amar putusan hakim harus berupa :

a) Menghukum tergugat membayar sejumlah uang;

b) Menghukum tergugat menyerahkan rumah yang ditempati;

c) Menghukum tergugat mengosongkan barang sengketa.

2) Putusan hakim sudah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht

van gewijsde);

Beberapa pengecualian dari syarat ini, yaitu putusan serta merta

(Uitvoerbar Bij Voorraad), putusan provisionil, putusan akta

perdamaian dan eksekusi grosse akta (Pasal 224 HIR).

3) Pihak yang kalah dengan tidak sukarela menjalankan putusan hakim;

4) Adanya permohonan eksekusi dari pihak yang menang disertai

dengan pembayaran biaya eksekusi;

5) Atas perintah dan dibawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri

secara ef officio (Pasal 197 HIR).

d. Jenis-Jenis dan Prosedur Eksekusi

Ada dua jenis eksekusi menurut M. Yahya Harahap (2006 : 24),

yaitu :

Page 36: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxxvi

1) Eksekusi Riil, yaitu melakukan tindakan nyata, misalnya

menyerahkan suatu barang, mengosongkan sebidang tanah atau

rumah, melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu;

2) Eksekusi Pembayaran Sejumlah Uang, yaitu memenuhi isi putusan

hakim dengan membayar sejumlah uang. Eksekusi Pembayaran

Sejumlah Uang memerlukan tahap sita eksekusi dan penjualan

lelang.

Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan pengadilan atau dokumen-dokumen lain, yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dipersamakan dengan itu, dalam rangka membantu penegakan hukum, antara lain: Lelang Eksekusi Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), Lelang Eksekusi Pengadilan, Lelang Eksekusi Pajak, Lelang Eksekusi Harta Pailit, Lelang Eksekusi Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT), Lelang Eksekusi dikuasai/tidak dikuasai Bea Cukai, Lelang Eksekusi Barang Sitaan Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Lelang Eksekusi Barang Rampasan, Lelang Eksekusi Barang Temuan, Lelang Eksekusi Fidusia, Lelang Eksekusi Gadai (Pasal 1 angka 4 Permenkeu No.40/PMK.07/2006).

Penjualan lelang (executorial verkoop) adalah kelanjutan sita

eksekusi yang ditegaskan dalam Pasal 200 ayat (1) HIR/Pasal 216

ayat (1) RBg, yang memerintahkan penjualan lelang dilakukan

dengan perantaraan kantor lelang. Sumber hukum yang menjadi

pedoman pelaksanaannya tidak semata-mata merujuk pada HIR dan

RBg. HIR dan RBg tidak mengatur lebih lanjut tata cara penjualan

lelang. Lelang eksekusi dilakukan berdasarkan Peraturan Lelang Stb.

1908 No. 189 (Vendu Reglement) sebagaimana telah beberapa kali

diubah, terakhir dengan Stb. 1940 No. 56 yang juga didukung oleh

beberapa peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Menteri

Keuangan.

Alasan Yahya Harahap membagi eksekusi menjadi 2 (dua) macam,

karena eksekusi perintah melakukan atau tidak melakukan suatu

Page 37: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxxvii

perbuatan tertentu termasuk dalam eksekusi pembayaran sejumlah uang.

Melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tidak dapat dipaksakan

kepada setiap orang.

Sudikno Mertokusumo (2006 : 248) membagi jenis-jenis eksekusi

menjadi tiga macam, yaitu :

1) Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang kalah untuk

membayar sejumlah uang;

Prestasi yang diwajibkan untuk memenuhi isi putusan hakim

adalah dengan membayar sejumlah uang. Eksekusi ini diatur dalam

Pasal 196 s.d. 200 HIR. Prosedur eksekusi pembayaran sejumlah

uang, sebagai berikut :

a). Permohonan eksekusi oleh pihak yang menang kepada Ketua

Pengadilan Negeri yang memutus pada tingkat pertama;

b). Panggilan aanmaning;

c). Pelaksanaan aanmaning;

d). Surat penetapan sita eksekusi oleh Ketua Pengadilan Negeri.

e). Sita eksekusi (jika dalam pemeriksaan perkara perdata belum

diadakan sita jaminan). Apabila sebelumnya sudah diadakan sita

jaminan, pada tahap eksekusi sita jaminan dinyatakan sah dan

berharga, kemudian menjadi sita eksekutorial;

f). Surat perintah Ketua Pengadilan Negeri untuk megadakan

penjualan lelang;

g). Pelaksanaan lelang.

2) Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang kalah untuk

melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu;

Eksekusi jenis ini diatur dalam Pasal 225 HIR/Pasal 259 RBg

yang memuat ketentuan bahwa orang tidak dapat dipaksakan untuk

memenuhi suatu prestasi dengan melakukan atau tidak melakukan

perbuatan tertentu. Prestasi dapat dinilai dengan sejumlah uang yang

harus dibayar oleh pihak yang kalah sebagai pengganti perbuatan

Page 38: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxxviii

tertentu yang seharusnya dilakukan. Pihak yang menang dapat minta

kepada hakim agar kepentingan yang akan diperolehnya dinilai

dengan uang. Perubahan eksekusi dapat dilakukan dengan cara

perubahan secara langsung yang dimohonkan pada petitum gugatan

dan dengan cara mengajukan permohonan perubahan dari eksekusi

melakukan perbuatan tertentu menjadi eksekusi pembayaran

sejumlah uang. Prosedurnya, meliputi :

a). Setelah tahap aanmaning, pihak yang kalah tidak mau

melakukan perbuatan tertentu;

b). Pihak yang menang mengajukan perubahan eksekusi dengan

menyebutkan secara jelas jumlah uang yang dimohonkan;

c). Pengadaan sidang khusus, tidak perlu memanggil kedua belah

pihak dan pihak yang menang tidak wajib hadir. Pihak yang

kalah diwajibkan untuk hadir dalam sidang khusus tanpa harus

didengar keterangannya dalam sidang. Pemanggilan terhadap

pihak yang kalah adalah untuk menerima perubahan dari

eksekusi putusan melakukan perbuatan tertentu menjadi

eksekusi pembayaran sejumlah uang;

d). Putusan hakim tentang perubahan eksekusi dalam sidang

khusus, tidak diperkenankan mengajukan permohonan Banding

dan Kasasi.

Pasal 225 HIR sesungguhnya sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan didalam praktik. Sejak beberapa puluh tahun didalam praktik, orang telah menggunakan akal yang lebih memuaskan dan praktis, yaitu dengan apa yang dinamakan astreinte atau dwangsom (uang paksaan). Dengan jalan astreinte ini, maka yang dikenakan hukuman itu diharuskan membayar sejumlah uang (biasanya suatu jumlah yang tetap) buat tiap hari ia melalaikan putusan itu. Uang paksaan atau dwangsom itu tidak dapat disamakan dengan membayar ganti rugi, sebab kewajiban buat melakukan perbuatan atau membiarkan perbuatan itu pada pokoknya tetap ada. Uang paksaan itu hanya merupakan suatu akal untuk memaksa orang yang dikenakan itu berbuat melaksanakan putusan hakim (R. Tresna, 2005 : 189).

Page 39: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xxxix

3) Eksekusi Riil.

Eksekusi riil tidak diatur dalam HIR, melainkan dalam Pasal

1033 Rv. Pasal 1033 Rv yang mengatur perihal eksekusi riil

berbunyi :

Jika putusan hakim yang memerintahkan pengosongan suatu barang yang tidak bergerak, tidak dipenuhi oleh orang yang dihukum, maka Ketua akan memerintahkan dengan surat kepada seorang jurusita supaya dengan bantuannya alat kekuasaan negara, barang itu dikosongkan oleh orang yang dihukum serta keluarganya dan segala barang kepunyaannya (Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 2009 : 137).

Ketentuan yang dimaksudkan dengan eksekusi riil oleh Pasal

1033 Rv maksudnya adalah pelaksanaan putusan hakim yang

memerintahkan pengosongan benda tetap. Pihak yang kalah apabila

tidak dengan sukarela memenuhi isi putusan, maka Ketua Pengadilan

Negeri akan memerintahkan dengan surat kepada jurusita dengan

bantuan panitera pengadilan dan jika perlu dengan bantuan alat

kekuasaan negara agar barang tetap itu dikosongkan oleh orang yang

dihukum beserta keluarganya dan segala barang yang dimilikinya.

Meskipun diatur dalam Rv, namun dalam praktiknya sangat

dibutuhkan. Eksekusi riil murni pada umumnya tidak mungkin,

karena debitur tidak dapat dipaksa secara langsung untuk memenuhi

prestasi secara pribadi (nemo praecise ad factum cogi potest).

Prosedur eksekusi riil meliputi :

a). Permohonan eksekusi oleh pihak yang menang kepada Ketua

Pengadilan Negeri yang memutus pada tingkat pertama;

b). Panggilan aanmaning;

c). Pelaksanaan aanmaning;

d). Surat penetapan sita eksekusi oleh Ketua Pengadilan Negeri;

e). Panitera memberitahukan perintah eksekusi kepada pemohon,

termohon, kepala desa, camat dan jika perlu meminta bantuan

alat negara untuk pengamanan;

Page 40: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xl

f). Eksekusi dijalankan oleh panitera dan jurusita secara fisik.

Eksekusi bisa berupa penyerahan atau pengosongan obyek

sengketa yang berwujud benda tidak bergerak.

Ada jenis eksekusi lain yang dikenal selain tiga jenis eksekusi diatas.

Eksekusi itu adalah parate executie atau eksekusi langsung. Parate

executie terjadi apabila seorang kreditur menjual barang-barang tertentu

milik debitur tanpa mempunyai titel eksekutorial (Pasal 1155 dan 1175

ayat (2) BW).

e. Hambatan Eksekusi

Praktik dunia peradilan, terkadang pelaksanaan putusan hakim tidak

begitu mudahnya untuk dijalankan karena adanya hambatan-hambatan

untuk menjalankan putusan hakim. Hambatan-hambatan eksekusi pada

umumnya, yaitu (M. Yahya Harahap, 2006 : 390-396) :

1) Tereksekusi menolak karena tidak sesuai dengan amar putusan;

Penolakan eksekusi yang diajukan tereksekusi atas alasan

eksekusi yang hendak atau sedang dijalankan tidak sesuai amar

putusan, tidak dapat dijadikan alasan menunda eksekusi. Pihak

tereksekusi dapat mengajukan perlawanan jika tetap keberatan.

Hampir setiap orang yang terkena eksekusi berusaha menolak

eksekusi itu, meskipun dijalankan sesuai amar putusan.

2) Pemohon eksekusi menolak karena tidak sesuai amar putusan;

Penolakan oleh pemohon eksekusi dapat diajukan sebelum

eksekusi dijalankan. Pengadilan menunda eksekusi sampai pemohon

eksekusi mencabut penolakan itu. Pemohon eksekusi dianggap

menggugurkan haknya sendiri untuk meminta eksekusi. Selama

pemohon eksekusi belum mencabut penolakan, haknya gugur untuk

meminta eksekusi.

Eksekusi tetap dilanjutkan apabila penolakan oleh pemohon

eksekusi diajukan pada saat eksekusi sedang dijalankan. Penerapan

Page 41: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xli

yang demikian merupakan penegasan atas eksekusi yang sedang atau

sudah selesai dijalankan, sekaligus merupakan penegasan kepada

pemohon eksekusi agar tidak mempermainkan eksekusi.

3) Kedua belah pihak menolak eksekusi;

Kedua belah pihak (pemohon dan termohon eksekusi) menolak

atas alasan eksekusi yang hendak atau sedang dijalankan tidak sesuai

dengan amar putusan, mutlak eksekusi tidak dapat dijalankan atau

harus dihentikan. Eksekusi berada dalam keadaan status quo dan

obyek eksekusi tetap dalam keadaan semula. Penundaan dan keadaan

status quo dapat dicairkan apabila pemohon eksekusi mencabut

penolakannya. Pencairan belum dapat dijalankan jika yang mencabut

penolakan datang dari pihak tereksekusi. Eksekusi belum dapat

dijalankan selama pemohon eksekusi belum mencabut penolakan.

4) Amar putusan kurang jelas.

Amar putusan hakim yang kurang jelas, menyebabkan eksekusi

tidak sesuai dengan amar putusan hakim. Pemohon atau termohon

eksekusi dapat menolak eksekusi. Termohon eksekusi dapat menolak

eksekusi dengan mengajukan permohonan penundaan eksekusi,

meskipun tidak menghalangi dijalankannya eksekusi. Pemohon

eksekusi apabila sebagai pihak yang menolak eksekusi, maka

eksekusi dapat ditunda jika penolakan diajukan sebelum eksekusi

dijalankan. Penolakan yang diajukan pada saat eksekusi dijalankan

tidak dapat menunda eksekusi.

f. Penundaan atau Penangguhan Eksekusi

Putusan No. 1243 K/Pdt/1984 tanggal 27 Februari 1984, menyatakan

bahwa Ketua Pengadilan Negeri berwenang menangguhkan eksekusi.

Penangguhan eksekusi dituangkan dalam bentuk penetapan dan sifatnya

merupakan kebijaksanaan Ketua Pengadilan Negeri. Asas yang berlaku

pada penundaan eksekusi adalah “tidak ada patokan umum” untuk

menunda eksekusi. Penerapan penundaan eksekusi bersifat kasuistik.

Page 42: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xlii

Tidak ada alasan penundaan eksekusi yang bersifat menentukan. Alasan

yang sama, berbeda penerapan dan penilaiannya, sehingga alasan itu

tidak berlaku umum untuk semua penundaan eksekusi. Asas yang lain

adalah penundaan eksekusi bersifat eksepsional, artinya pengabulan

penundaan eksekusi merupakan tindakan pengecualian dari asas aturan

umum. Menurut asas umum yang berlaku (M. Yahya Harahap, 2006 :

309-310) :

1) Pada setiap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap telah melekat kekuatan eksekutorial;

2) Eksekusi atas putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap tidak boleh ditunda pelaksanaannya;

3) Perdamaian yang dapat menunda eksekusi.

g. Bentuk Penundaan atau Penangguhan Eksekusi

Penundaan atau penangguhan eksekusi dapat dituangkan dalam

bentuk penetapan (beschikking). Penetapan (beschikking) dikeluarkan

oleh Ketua Pengadilan Negeri, yang dapat berisi penolakan atau

pengabulan permintaan pengguhan eksekusi. Praktik dalam peradilan,

Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan penetapan apabila permohonan

penundaan dikabulkan. Permohonan penundaan eksekusi yang ditolak,

Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan surat korespondensi. Penegakan

sistem peradilan yang baik, maka sudah seharusnya penolakan pun harus

dituangkan dalam bentuk penetapan yang memuat pertimbangan alasan

penolakan. Dasar alasan pertimbangan penangguhan diberikan agar

supaya pihak pemohon eksekusi mengetahui landasan hukum penundaan

yang bersangkutan.

Penundaan eksekusi secara imperatif harus tertulis, tidak boleh

berbentuk lisan. Bentuk penundaan eksekusi secara lisan adalah tidak sah

dan tidak mengikat kepada para pihak yang bersengketa. Penangguhan

eksekusi oleh Ketua Pengadilan Negeri, sifatnya merupakan kebijakan.

Page 43: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xliii

Keberatan terhadap penundaan eksekusi tidak dapat diajukan banding

atau kasasi. Upaya yang dapat diajukan hanya pengaduan kepada Ketua

Pengadilan Tinggi dalam rangka tindakan pengawasan (M. Yahya

Harahap, 2006 : 333-334).

4. Tinjauan tentang Perjanjian Pinjam-Meminjam

a. Pengertian Perjanjian Pinjam-Meminjam

Pengertian perjanjian diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang

berbunyi, “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih.”

Perjanjian menurut namanya digolongkan menjadi dua macam, yaitu

perjanjian nominaat (bernama) dan perjanjian innominaat (tidak

bernama). Perjanjian nominaat (bernama) merupakan perjanjian yang

dikenal dalam KUHPerdata dan diatur dalam Pasal 1319 KUHPerdata.

Pasal 1319 KUHPerdata menyatakan, “Semua perjanjian, baik yang

mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan

suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang

termuat didalam bab ini dan bab yang lalu.” Contohnya, perjanjian jual-

beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, dan lain-lain. Perjanjian

innominaat (tidak bernama) ialah perjanjian yang timbul, tumbuh, hidup

dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, seperti perjanjian

waralaba, joint venture, dan lain-lain.

Obyek dalam penelitian ini adalah eksekusi putusan hakim atas

perkara wanprestasi. Perkara timbul karena adanya cidera janji dalam

perjanjian pinjam-meminjam. Perjanjian pinjam-meminjam (pakai habis).

Perjanjian Pinjam-Meminjam merupakan salah satu jenis perjanjian yang

Page 44: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xliv

diatur dalam KUHPerdata. Perjanjian Pinjam-Meminjam diatur dalam

Pasal 1754 s.d. Pasal 1762 KUHPerdata.

Perjanjian Pinjam-Meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang dapat habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan jumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula (Pasal 1754 KUHPerdata).

b. Subyek dan Obyek Perjanjian Pinjam-Meminjam

Subyek dalam perjanjian pinjam-meminjam adalah pemberi

pinjaman (kreditur), yaitu orang yang memberikan pinjaman kepada

penerima pinjaman (debitur) dan penerima pinjaman (debitur), yaitu

orang yang menerima pinjaman dari pemberi pinjaman (kreditur).

Obyek perjanjian pinjam-meminjam adalah semua barang-barang

yang dapat habis dipakai, dengan syarat bahwa barang-barang tersebut

harus tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan

kesusilaan.

c. Peminjaman dengan Bunga dalam Perjanjian Pinjam-Meminjam

Perjanjian Pinjam-Meminjam pada dasarnya diperbolehkan

mengenakan syarat untuk pembayaran bunga dalam peminjaman barang

yang dapat habis pakai, termasuk uang (Pasal 1765 KUHPerdata).

Pembayaran bunga apabila tidak diperjanjikan sebelumnya, maka tidak

ada kewajiban yang lahir bagi penerima pinjaman untuk membayar

bunga. Penerima pinjaman yang membayar bunga dengan tidak

diperjanjikan sebelumnya, maka penerima pinjaman tidak dapat meminta

kembali bunga yang telah dibayarkan dan tidak dapat menguranginya

dari pinjaman pokok, kecuali bunga yang telah dibayarkan itu melampaui

bunga yang ditentukan oleh undang-undang. Pembayaran bunga yang

Page 45: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xlv

telah diperjanjikan sebelumnya, penerima pinjaman harus membayarnya

sampai pada pengembalian uang pokoknya.

Berdasarkan pada Pasal 1767 KUHPerdata, bunga dapat dibedakan

menjadi bunga yang ditentukan dalam undang-undang dan bunga yang

didasarkan pada perjanjian. Bunga menurut undang-undang ditentukan

dalam undang-undang, sebesar 6% per tahun (Staatsblaad Tahun 1848

No. 22). Kenyataan yang ada, bunga perbankan berkisar antara 18%-24%

per tahun. Bunga berdasarkan perjanjian merupakan bunga yang

besarnya ditentukan oleh para pihak berdasarkan atas perjanjian yang

telah disepakati. Bunga menurut perjanjian besarnya boleh melampaui

bunga yang ditentukan dalam undang-undang dalam segala hal yang

tidak dilarang oleh undang-undang. Bunga yang didasarkan pada

perjanjian seringkali ditentukan oleh salah satu pihak, terutama pemberi

pinjaman. Bunga yang ditetapkan oleh pemberi pinjaman biasanya sangat

tinggi, yaitu berkisar antara 5%-7% per bulan dan bisa mencapai 60%-

84% per tahun (Salim HS, 2005 : 79).

5. Tinjauan tentang Penanggungan atau Jaminan Perorangan

a. Pengertian Penanggungan atau Jaminan Perorangan

Penanggungan atau jaminan perorangan diatur dalam Pasal 1820

sampai dengan Pasal 1850 KUHPerdata. Menurut Pasal 1820

KUHPerdata penanggungan adalah “suatu perjanjian dengan mana

seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri

untuk memenuhi si berutang manakala orang ini sendiri tidak

memenuhinya.” Tujuan penanggungan adalah untuk memberikan

jaminan dipenuhinya utang dalam perjanjian pokok. Si berutang jika

cidera janji dengan tidak membayar utang, maka si penanggung yang

wajib untuk membayar utangnya kepada si berpiutang.

Pada dasarnya pemenuhan terhadap suatu perikatan antara debitur dan kreditur dilakukan oleh debitur sendiri. Hal tersebut dapat diketahui dari Pasal 1131 KUHPerdata yang menyebutkan

Page 46: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xlvi

bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan. Akan tetapi dapat pula diberikan atau dijamin untuk dipenuhi pihak ketiga yaitu orang pribadi atau badan hukum. Jaminan inilah yang disebut dengan Personal Guaranty. Personal Guaranty (Jaminan Perorangan) ini timbul dengan adanya hubungan hukum yang akan menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran pada salah satu pihak. Agar pihak kreditur terjamin bahwa pembayarannya akan dilakukan, maka disertakan pihak ketiga yang kadang-kadang sama sekali tidak ada hubungan dengan perikatan yang dilakukan dan bahkan menyediakan diri untuk menanggungnya (Atik Indriyani, 2006 : 1).

b. Sifat Perjanjian Penanggungan

Perjanjian penanggungan merupakan perjanjian yang bersifat

accessoir, artinya apabila perjanjian pokok yang pemenuhannya dijamin

dengan perjanjian penanggungan tidak dipenuhi oleh si berutang, maka si

berpiutang dapat menuntut kepada penanggung agar melunasi utang itu

(http://endangmintorowati.staff.hukum.uns.ac.id/2009/11/25/perjanjian-

jaminan-dan-lembaga-jaminan/>[20 Januari 2010 pukul 10.30]). Maksud

daripada perjanjian penanggungan bersifat accessoir, yaitu :

1) Adanya perjanjian penanggungan tergantung pada perjanjian pokok;

2) Perjanjian pokoknya apabila hapus, maka perjanjian

penanggungannya pun ikut hapus;

3) Piutang pada perjanjian pokok dialihkan, maka semua perjanjian

yang melekat pada piutang akan ikut beralih.

Perjanjian penanggungan dapat berbentuk lisan maupun tertulis,

namun merupakan pernyataan yang tegas. Biasanya perjanjian

penanggungan dimasukkan dalam pengakuan utang. “Such errors can

render a guaranty useless. The laws of virtually all jurisdiction require

that an agreement to guarantee the debt of another be in writing and be

signed by the guarantor. Unlike other types of contracts, which can be

enforced even if oral, contracts of guaranty must be written in order to

Page 47: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xlvii

satisfy the Statute of Frauds and thereby be legally effective” (Karl W.

Pilger, 1996 : 10). Maksudnya, beberapa kesalahan dapat membuat

sebuah penjaminan tidak berguna. Hukum yang sebenarnya dari segala

yurisdiksi membutuhkan persetujuan sebagai jaminan utang yang lain

dalam penulisannya dan ditandatangani oleh penjamin. Tidak seperti

jenis kontrak lainnya, dimana dapat dijalankan bahkan secara lisan,

kontrak-kontrak penjaminan harus ditulis guna memenuhi peraturan

perundang-undangan tentang penipuan/kecurangan dan dengan demikian

menjadi efektif menurut hukum.

c. Hapusnya Perjanjian Penanggungan

Perjanjian penanggungan merupakan perjanjian yang bersifat

accessoir, maka hapusnya tergantung hapusnya perjanjian pokoknya.

Pasal 1845 s.d. 1850 KUHPerdata mengatur mengenai hapusnya

perjanjian penanggungan, namun dikarenakan oleh sebab-sebab lain,

yaitu :

1) Perikatan yang diterbitkan dari penanggungan hapus karena sebab-

sebab yang sama, sebagaimana hapusnya perikatan-perikatan yang

lain;

2) Percampuran yang terjadi antara pribadi si berutang dengan pribadi

si penanggung utang, sehingga hak dan kewajiban kedua belah pihak

berada pada satu orang;

3) Penanggung menggunakan segala tangkisan yang digunakan oleh si

berutang terhadap si berpiutang mengenai segala utangnya yang

ditanggung itu sendiri, namun penanggung tidak diperbolehkan

mengajukan tangkisan-tangkisan khusus yang menyangkut pribadi si

berutang;

4) Penanggung dibebaskan akibat kesalahan si berpiutang, sehingga

penanggung tidak dapat memenuhi hak-hak si berpiutang, hipotiknya

dan hak-hak istimewanya;

Page 48: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xlviii

5) Si berpiutang dengan sukarela menerima segala benda tidak bergerak

maupun benda lain sebagai bentuk pembayaran atas utang pokok,

maka penanggung dibebaskan karenanya, meskipun benda tersebut

oleh suatu putusan hakim harus diserahkan si berpiutang kepada

pihak lain;

6) Adanya penundaan pembayaran yang diberikan oleh si berpiutang

kepada si berutang yang mana tidak membebaskan penanggung

utang, namun penanggung utang dalam keadaan seperti itu dapat

menuntut kepada si berutang untuk membayar utang atau

membebaskan penanggung utang dari penanggungannya.

d. Bentuk-Bentuk Penanggungan

Berdasarkan pertimbangan kepentingan pemberian utang dan oleh

siapa penanggungan diberikan, maka bentuk perjanjian penanggungan

dapat dibedakan sebagai berikut (Purwahid Patrik dan Kashadi, 2001 :

110) :

1) Jaminan Kredit (kredit garansi, jaminan orang);

Perjanjian penanggungan berbentuk jaminan kredit, seorang

penanggung diwajibkan menanggung untuk memenuhi utang debitur

sebesar jumlah yang telah disepakati dalam perjanjian pokoknya.

Pada praktik dunia perbankan, jaminan ini disebut dengan istilah

jaminan perseorangan (personal guaranty), yaitu perjanjian antara

kreditur dengan debitur dimana seseorang mengikatkan dirinya

dalam perjanjian itu sebagai penanggung debitur, baik karena

ditunjuk oleh kreditur (tanpa persetujuan debitur) maupun yang

diajukan debitur atas perintah kreditur.

2) Jaminan bank (bank guaranty).

Penanggungan berbentuk jaminan bank, bank bertindak sebagai

penanggung yang wajib menanggung dipenuhinya pembayaran

utang dalam jumlah tertentu kepada kreditur.

6. Tinjauan tentang Tanah sebagai Benda Jaminan

Page 49: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

xlix

Berdasarkan pembedaan macam-macam benda, tanah termasuk air dan

ruang yang ada diatasnya merupakan benda berwujud dan tidak bergerak.

Pada dasarnya tidak dapat dipindah-pindahkan, tetapi hak atas tanah dapat

beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Tanah juga merupakan benda

terdaftar. Benda terdaftar dapat dibuktikan dengan tanda pendaftaran atau

sertifikat hak milik atas nama pemiliknya. Arti penting dari pendaftaran

adalah untuk pembuktian, ketertiban umum dan menghormati hak milik orang

lain.

Aturan dalam hukum jaminan, jenis jaminan dibagi atas jaminan materiil

(kebendaan) dan jaminan immateriil (perorangan). Jaminan materiil

(kebendaan) dibagi menjadi benda bergerak dan benda tidak begerak (Salim

HS, 2004 : 8). Dalam jaminan immateriil (perorangan) diatur, seorang

penanggung utang dapat menjaminkan harta kekayaannya termasuk tanah

miliknya untuk dijadikan jaminan utang. Debitur yang cidera janji dengan

tidak melunasi utangnya kepada kreditur, maka tanah milik penanggung

utang harus dijual untuk melunasi pembayaran utang debitur kepada kreditur.

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan gambaran logika hukum yang berfungsi

untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Kerangka berpikir disajikan

dalam bentuk bagan, kemudian diikuti dengan deskripsi atas bagan kerangka

pemikiran. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini, sebagai berikut :

Page 50: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

l

Putusan Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt.

jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo.

Nomor : 1465 K/Pdt/2006

Permohonan eksekusi oleh pihak yang

menang

Pemeriksaan Perlawanan

oleh Majelis Hakim

Penetapan Sita Eksekusi

oleh Ketua Pengadilan

Negeri Klaten

Lelang Eksekusi tanah

yang mendapat

Perlawanan Tersita

Perlawanan Sita Eksekusi oleh Tersita

dalam perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.

Aturan Hukum yang menjadi Dasar Lelang

Eksekusi Tanah

Page 51: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

li

Bagan Kerangka Pemikiran Keterangan :

Berdasarkan pada kerangka pemikiran diatas, penulis ingin memberikan

gambaran guna menjawab perumusan masalah dalam penelitian hukum ini. Dalam

kerangka pemikiran tersebut, putusan Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 oleh pihak yang menang

diajukan permohonan eksekusi. Permohonan diajukan karena pihak yang kalah

tidak dengan sukarela melaksanakan isi putusan. Penerbitan surat penetapan sita

eksekusi oleh Ketua Pengadilan Negeri Klaten mendapat perlawanan dari pihak

tersita dalam perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. Lelang eksekusi atas

tanah dalam putusan Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 tetap dilaksanakan meskipun

ada perlawanan sita eksekusi dari tersita, karena pada asasnya perlawanan tidak

menangguhkan eksekusi. Lelang eksekusi yang mendapatkan perlawanan dari

tersita mempunyai dasar yuridis dalam pelaksanaannya.

Perlawanan tersita dalam perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. tetap

diperiksa oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Klaten. Alasan yang dianggap

relevan dalam perlawanan dapat menangguhkan lelang eksekusi. Lelang eksekusi

Dasar Pertimbangan

Hakim

Putusan Hakim

Page 52: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lii

terhadap putusan Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 tetap dilanjutkan dan

perlawanan yang diajukan oleh tersita tidak menangguhkan eksekusi. Majelis

hakim memutus perlawanan tersita dengan dasar pertimbangan hukum.

Penulis ingin meneliti apa yang menjadi dasar yuridis lelang eksekusi tanah

yang mendapat perlawanan dari tersita, meskipun perkara masih dalam tahap

pemeriksaan dan dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam

memutus perkara perlawanan ditinjau dari aspek Hukum Acara Perdata Indonesia.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab III merupakan intisari dari penulisan hukum berisi hasil penelitian

dengan disertai pembahasannya. Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang

aturan hukum yang dijadikan dasar lelang eksekusi tanah yang mendapatkan

perlawanan dari tersita dalam perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. dan dasar

pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus perkara

perlawanan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.

A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dengan mengkaji perkara

Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. terkait dengan aturan hukum lelang eksekusi

yang mendapatkan perlawanan dari tersita dan dasar pertimbangan hakim

Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus perkara perlawanan Nomor :

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt., diperoleh data sekunder yang merupakan hasil

penelitian. Data sekunder berfungsi untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian yang sebelumnya telah dirumuskan. Data sekunder dari hasil penelitian

oleh penulis akan diuraikan dibawah ini :

1. Putusan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.

Page 53: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

liii

2. Para Pihak yang Berperkara :

a. Tergugat/Termohon Eksekusi/Pelawan.

WHP, pekerjaan swasta, dan D, pekerjaan swasta, serta DH, pekerjaan

PNS, ketiganya beralamat di Sidomulyo Rt. 05/Rw. 04, Desa Gatak,

Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten.

b. Penggugat/Pemohon Eksekusi/Terlawan.

YS, pekerjaan swasta, beralamat di Jalan Budi Mulia Rt. 008/Rw. 010,

Pademangan, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.

3. Duduk Perkara

Perlawanan bermula dari adanya permohonan eksekusi putusan

Pengadilan Negeri Klaten Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006. Tanggal 2 April 2008

Pengadilan Negeri Klaten mengeluarkan Surat Penetapaan Sita Eksekusi

perkara Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg.

jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 yang bernomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt.

Ketua Pengadilan Negeri Klaten, selanjutnya mengeluarkan aanmaning

tertanggal 7 April 2008 kepada Termohon Eksekusi. Tujuan dari aanmaning

adalah untuk memberikan peringatan kepada Termohon Eksekusi agar segera

memenuhi isi putusan Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006. Pemenuhan isi putusan

itu harus dilaksanakan dalam waktu paling lama 8 (delapan) hari sejak

pelaksanaan aanmaning.

Tanggal 22 April 2008, Pengadilan Negeri Klaten mengeluarkan Surat

Pelaksanaan Sita Eksekusi Nomor : W.12.U.9/HPDT.04.01/IV/2008 kepada

Termohon Eksekusi. Hal ini merupakan indikasi bahwa Termohon Eksekusi

tidak memenuhi isi putusan Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006.

Gugatan Perlawanan terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Klaten

tanggal 2 Mei 2008, tanggal 5 Mei 2008 register perkara perdata Nomor :

41

Page 54: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

liv

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. Pemeriksaan perkara perlawanan dilakukan setelah

upaya mediasi gagal, ditandai dengan surat pernyataan yang ditandatangani

oleh mediator tanggal 13 Agustus 2008. Gugatan perlawanan didasarkan pada

Surat Penetapan Sita Eksekusi Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 yang bernomor :

07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tertanggal 2 April 2008.

Sejak putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt.

jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 telah

mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) sampai dengan

diajukannya gugatan perlawanan, Pelawan/WHP berdalil telah mengangsur

utangnya sebesar Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah) melalui

Bilyet Giro Bank CIC Cabang Nonongan Solo. Angsuran utang dimulai sejak

tanggal 9 Januari 2004 s.d. 2 Juli 2004. Perlawanan diajukan oleh pelawan

berdasarkan alasan yang kuat, yaitu sebagian utang sudah dibayar, namun sisa

cicilan tidak ikut diperhitungkan (vide YAHYA HARAHAP, Ruang Lingkup

Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata).

Ketentuan dalam Pasal 195 ayat (6) HIR, dimana yang dilawan oleh

Pelawan dalam perkara ini adalah pelaksanaan putusan. Berdasarkan hukum

apabila Pelawan menuntut agar penetapan Pengadilan Negeri Klaten Nomor :

07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tertanggal 2 April 2008 berikut penetapan-

penetapan dan/atau Berita Acara yang merupakan kelanjutan adalah tidak sah

dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat terhadap Pelawan sebagai

pihak ketiga serta batal atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak berkekuatan

hukum.

Besar kekhawatiran Pelawan eksekusi atas tanah milik Pelawan a Quo

tetap dijalankan pada saat perlawanan Pelawan a Quo diperiksa di Pengadilan

Negeri Klaten, karena Pelawan memiliki kepentingan hukum agar penetapan

eksekusi perkara Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 tidak dilaksanakan

Page 55: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lv

terlebih dahulu sebelum perlawanan yang diajukan Pelawan memperoleh

putusan yang berkekuatan hukum tetap. Perlawanan yang diajukan Pelawan

sangat beralasan untuk mengajukan tuntutan provisionil yang menyatakan

penetapan sita eksekusi Nomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tertanggal 2 April

2008 tidak dapat dilaksanakan hingga Pelawan memperoleh putusan yang

berkekuatan hukum tetap. Berdasarkan alasan tersebut, sepatutnya penetapan

sita eksekusi Nomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tertanggal 2 April 2008 harus

dibatalkan.

4. Tuntutan

Dalam Provisi :

Menyatakan penetapan eksekusi Nomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt.

tertanggal 2 April 2008 tidak dapat dilaksanakan hingga Pelawan dalam

perkara ini memperoleh putusan hukum yang berkekuatan hukum tetap

(in kracht van gewijsde).

Dalam Pokok Perkara :

a. Menyatakan Pelawan adalah Pelawan yang baik;

b. Menyatakan Pelawan D dan DH adalah pemilik sah atas sertifikat

tanah Hak Milik dengan sertifikat hak milik No. 312 seluas ± 2180

M² terletak di Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Kabupatan Klaten;

c. Menyatakan Penetapan Pengadilan Negeri Klaten Nomor :

07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tertanggal 2 April 2008 adalah tidak sah

dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat terhadap Pelawan;

d. Menyatakan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat terhadap Pelawan segala penetapan maupun berita acara

yang merupakan kelanjutan dari Penetapan Pengadilan Negeri

Klaten Nomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tertanggal 2 April 2008;

Page 56: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lvi

e. Membatalkan atau setidak-tidaknya menyatakan tidak berkekuatan

hukum Penetapan Pengadilan Negeri Klaten Nomor :

07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tertanggal 2 April 2008;

f. Membatalkan atau setidak-tidaknya menyatakan tidak berkekuatan

hukum segala penetapan maupun berita acara yang merupakan

kelanjutan dari Penetapan Pengadilan Negeri Klaten Nomor :

07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tertanggal 2 April 2008;

g. Menghukum Terlawan mentaati dan mematuhi putusan;

h. Menyatakan putusan perkara perlawanan dapat dijalankan terlebih

dahulu walaupun ada upaya hukum verzet, banding maupun kasasi;

i. Menghukum Terlawan untuk membayar biaya perkara yang timbul.

ATAU

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, demi peradilan yang baik,

Pelawan mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

5. Lelang Eksekusi

a. Dalam Putusan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN/Klt.

Pengadilan Negeri Klaten pada tanggal 20 Agustus 2008 telah

melaksanakan putusan Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 dengan melakukan

lelang eksekusi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, lelang

eksekusi adalah sah dan tidak melawan hukum. Amar Putusan Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor :

1465 K/Pdt/2006, sebagai berikut :

Dalam Konpensi :

1) Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

2) Menyatakan sah menurut hukum Akta Perjanjian Utang Piutang

Nomor : 02 tertanggal 6 Januari 2004;

Page 57: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lvii

3) Menyatakan sah menurut hukum perjanjian penjaminan yang

tertuang dalam Akta Perjanjian Utang Piutang Nomor : 02

tertanggal 6 Januari 2004, oleh Tergugat II (D) atas sebidang

tanah Sertifikat Hak Milik No. 312 seluas ± 2180 M² terletak di

Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten;

4) Menyatakan sebagai hukum bahwa Tergugat I (WHP) berutang

kepada Penggugat sebesar Rp. 367.355.201,00 (tiga ratus enam

puluh tujuh juta tiga ratus lima puluh lima ribu dua ratus satu

rupiah);

5) Menyatakan sebagai hukum bahwa Tergugat I (WHP) telah

ingkar janji membayar/melunasi utang kepada Penggugat

sebesar Rp. 367.355.201,00 (tiga ratus enam puluh tujuh juta

tiga ratus lima puluh lima ribu dua ratus satu rupiah);

6) Menyatakan sebagai hukum Penggugat telah dirugikan secara

materiil sebesar Rp. 4.591.940,00 (empat juta lima ratus

sembilan puluh satu ribu sembilan ratus empat puluh rupiah)

setiap bulan terhitung sejak lalai melunasi utang, yaitu tanggal 6

Agustus 2004;

7) Menghukum kepada Tergugat I (WHP) untuk membayar

kerugian materiil kepada Penggugat sebesar Rp. 4.591.940,00

(empat juta lima ratus sembilan puluh satu ribu sembilan ratus

empat puluh rupiah) setiap bulan terhitung sejak tanggal 6

Agustus 2004 sampai dengan putusan ini mempunyai kekuatan

hukum tetap;

8) Menghukum Tergugat II (D) untuk menjual dimuka umum

melalui perantara Pengadilan Negeri Klaten atas obyek jaminan

berupa sebidang tanah Sertifikat Hak Milik No. 312 seluas ±

2180 M² terletak di Desa Gatak, Kecamatan Delanggu,

Kabupaten Klaten guna membayar/melunasi utang Tergugat I

kepada Penggugat sebesar Rp. 367.355.201,00 (tiga ratus enam

Page 58: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lviii

puluh tujuh juta tiga ratus lima puluh lima ribu dua ratus satu

rupiah) beserta kerugian materiil yang timbul;

9) Menghukum Turut Tergugat (DH) untuk mematuhi putusan

hakim;

10) Menolak gugatan selain dan selebihnya.

Dalam Rekonpensi :

Menolak gugatan Penggugat Rekonpensi untuk seluruhnya.

Dalam Konpensi dan Rekonpensi :

Menghukum Para Tergugat Konpensi dan Turut Tergugat Konpensi

untuk membayar biaya yang timbul sebesar Rp. 314.000,00 (tiga

ratus empat belas ribu rupiah).

b. Dalam Salinan Risalah Lelang Nomor : 233/2008.

Tanggal 20 Agustus 2008 dihadapan Pejabat Lelang Kelas I

berdasarkan SK Menteri Keuangan Nomor : 06/KM.06/UP.11/2007

tertanggal 3 Mei 2007, berkedudukan di Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang (KPKNL) Surakarta dan berdasarkan Surat Tugas

dari Kepala KPKNL Surakarta Nomor : ST-332/WKN.09/KP.02/2008

tanggal 1 Agustus 2008 dilaksanakan Lelang Eksekusi Pengadilan Negeri

Klaten. Pelaksanaan lelang dilakukan atas permintaan Panitera/Sekretaris

Pengadilan Negeri Klaten sesuai Surat Permohonan Lelang Nomor :

W.12.U.9/519/Pdt.04.01/VI/2008 tanggal 25 Juni 2008, dalam hal itu

berdasarkan Penetapan aanmaning/teguran kepada tereksekusi dari Ketua

Pengadilan Negeri Klaten Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 jo. Nomor :

07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tertanggal 2 April 2008 dan Penetapan Perintah

Lelang Ketua Pengadilan Negeri Klaten yang berkepala “DEMI

KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo.

Nomor : 1465 K/Pdt/2006 jo. Nomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tanggal

4 Juni 2008.

Page 59: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lix

Barang yang dilelang berupa sebidang tanah yang semula tanah

pertanian sekarang bukan tanah pertanian yang tercatat dalam sertifikat

hak milik No. 312 Desa Gatak , Surat Ukur GS Nomor 953/1980 tanggal

15 Februari 1980, luas ± 2180 M² atas nama pemegang hak Djumirah

yang terletak di Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten

dengan batas-batas :

Sebelah Utara : Jalan;

Sebelah Timur : Tanah Sawah Kas Desa Gatak;

Sebelah Selatan : Jalan;

Sebelah Barat : Tanah Sawah Yohanes Berman Suwarno.

Tanah itu telah disita oleh Pengadilan Negeri Klaten berdasarkan

Penetapan Sita Ketua Pengadilan Negeri Klaten Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor :

1465 K/Pdt/2006 jo. Nomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tertanggal 22

April 2008 dan Berita Acara Sita Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo.

Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 jo. Nomor

: 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tertanggal 25 April 2008 dan sesuai dengan

Surat Keterangan Tanah dari Kantor Pertanahan Kabupaten Klaten

Nomor : 141/2008 tanggal 7 Agustus 2008.

Penjualan lelang telah diberitahukan kepada pihak tereksekusi oleh

Panitera/Sekretaris Pengadilan Negeri Klaten, berdasarkan Surat Panitera

Pengadilan Negeri Klaten Nomor : W.12.U.9/590/Pdt.04.01/VI/2008

tanggal 22 Juli 2008. Pelelangan telah diumumkan oleh Penjual melalui

Surat Kabar Harian Solo Pos, terbit di Surakarta tanggal 6 Agutus 2008

sebagai Pengumuman Lelang kedua dan Ralat tanggal 11 Agustus 2008

melalui Surat Kabar Harian Solo Pos.

Berdasarkan rincian utang/jumlah kewajiban yang harus dipenuhi

tereksekusi yang dibuat oleh Panitera/Sekretaris Pengadilan Negeri

Klaten tanggal 9 Juli 2008, untuk memenuhi isi putusan Nomor :

Page 60: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lx

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor :

1465 K/Pdt/2006, adalah sebagai berikut :

a. Pokok utang Rp. 367.355.201,00

b. Kerugian materiil terhitung sejak tanggal

6 Agustus 2004 s.d. tanggal 25 Maret

2008 (selama 37 bulan x Rp. 4.501.940,00) Rp. 166.571.780,00 +

Rp. 533.926.981,00

Penjualan lelang dilakukan menurut Undang-Undang Lelang (Vendu

Reglement, Ordonantie 28 Februari 1908 Staatsblad 1908 : 189

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1941

: 3) jis Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 40/PMK.07/2006 tanggal

30 Mei 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang. Hasil penjualan

lelang eksekusi Pengadilan Negeri Klaten dengan perantara KPKNL

Surakarta sebesar Rp. 305.100.000,00.

Penjualan lelang yang dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2008,

sebelumnya telah diajukan perlawanan oleh tersita yang merupakan

Termohon Eksekusi. Perlawanan itu dimaksudkan untuk melawan

Penetapan Sita Eksekusi Pengadilan Negeri Klaten. Tujuannya untuk

menghambat proses lelang eksekusi.

6. Alat Bukti

Alat Bukti Pelawan (telah dicocokkan sesuai dengan aslinya) :

a. Fotocopy salinan rekening koran Bank CIC Internasional Tbk. periode :

Desember 2003, no rekening : 70.00.00348.4. diberi tanda bukti (P-1);

b. Fotocopy salinan rekening koran Bank CIC Internasional Tbk. periode :

Januari 2004, no rekening : 70.00.00348.4. diberi tanda bukti (P-2);

c. Fotocopy salinan rekening koran Bank CIC Internasional Tbk. periode :

Januari 2004, no rekening : 70.00.00348.4. diberi tanda bukti (P-3);

d. Fotocopy salinan rekening koran Bank CIC Internasional Tbk. periode :

Februari 2004, no rekening : 70.00.00348.4. diberi tanda bukti (P-4);

Page 61: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxi

e. Fotocopy salinan rekening koran Bank CIC Internasional Tbk. periode :

Mei 2004, no rekening : 70.00.00348.4. diberi tanda bukti (P-5);

f. Fotocopy salinan rekening koran Bank CIC Internasional Tbk. periode :

Mei 2004, no rekening : 70.00.00348.4. diberi tanda bukti (P-6);

g. Fotocopy salinan rekening koran Bank CIC Internasional Tbk. periode :

Mei 2004, no rekening : 70.00.00348.4. diberi tanda bukti (P-7);

h. Fotocopy salinan rekening koran Bank CIC Internasional Tbk. periode :

Juni 2004, no rekening : 70.00.00348.4. diberi tanda bukti (P-8);

i. Fotocopy salinan rekening koran Bank CIC Internasional Tbk. periode :

Juni 2004, no rekening : 70.00.00348.4. diberi tanda bukti (P-9);

j. Fotocopy salinan rekening koran Bank CIC Internasional Tbk. periode :

Juli 2004, no rekening : 70.00.00348.4. diberi tanda bukti (P-10);

k. Fotocopy salinan rekening koran Bank CIC Internasional Tbk. periode :

Agustus 2004, no rekening : 70.00.00348.4. diberi tanda bukti (P-11);

Alat Bukti Terlawan (telah dicocokkan sesuai dengan aslinya) :

Fotocopy akta Notaris tanggal 6 Januari 2004 Nomor : 02 tentang perjanjian

utang piutang, diberi tanda (T.1).

7. Dasar Pertimbangan Hakim

Perkara apapun, hakim memberikan dasar pertimbangan hukum yang

mendasari putusan yang dijatuhkan dalam perkara yang bersangkutan.

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klaten yang memeriksa perkara

perlawanan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt., memberikan dasar

pertimbangan hukum yang mendasari putusan yang dijatuhkan. Dasar

pertimbangan itu meliputi :

Menimbang, bahwa atas gugatan Kuasa Pelawan, Kuasa Terlawan

menyangkal dalil-dalil Pelawan, karenanya menjadi kewajiban hukum bagi

Kuasa Hukum Pelawan untuk membuktikan dalilnya, sebaliknya pihak Kuasa

Terlawan dapat mengajukan bukti balik;

Page 62: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxii

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya, Kuasa

Pelawan dipersidangan mengajukan bukti surat diberi tanda P.1 s.d. P.11 dan

tidak mengajukan saksi, sedangkan untuk menguatkan dalil-dalil bantahannya

Kuasa Terlawan mengajukan bukti surat diberi tanda T.1 dan tidak

mengajukan saksi;

Menimbang, bahwa dari jawab-menjawab terdapat fakta pengakuan yang

pada pokoknya : bahwa sebidang tanah sertifikat hak milik No. 312 seluas ±

2180 M² terletak di Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten

telah dilakukan penetapan sita eksekusi tanggal 2 April 2008 Nomor :

07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt.;

Menimbang, bahwa selanjutnya berdasarkan jawab-menjawab para pihak

yang perkara di persidangan Majelis Hakim mendapat fakta penyangkalan-

penyangkalan, oleh karenanya menjadi perselisihan hukum sepanjang hal-hal

sebagai berikut :

Menurut Pelawan : bahwa Pelawan (WHP) telah mengangsur sebesar Rp.

75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah) kepada Terlawan untuk

membayar utangnya, sehingga uang tersebut untuk diperhitungkan

dengan pinjamannya;

Menurut Terlawan : Bahwa Terlawan tidak pernah menerima angsuran

dari Pelawan (WHP) sebesar Rp. 75.000.000,00 dan Pelawan tidak

pernah menepati isi putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor :

1465 K/Pdt/2006, tanah tersebut dimohonkan lelang untuk memenuhi isi

putusan;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta pengakuan dan fakta sangkalan

para pihak, dihubungkan dengan pokok posita dan petitum gugatan Kuasa

Pelawan dan jawaban Kuasa Terlawan serta bukti surat-surat yang diajukan di

persidangan, maka Majelis Hakim mendapatkan persoalan hukum yaitu :

- Apakah Pelawan merupakan pelawan yang baik dan benar?;

Page 63: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxiii

Menimbang, bahwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan persoalan

hukum yaitu apakah Pelawan sebagai pelawan yang baik dan benar sebagai

berikut :

Menimbang, bahwa menurut bukti P.1 s.d. P.11 ternyata Pelawan telah

mengangsur utang piutang sebesar Rp. 75.000.000,00 kepada Terlawan;

Menimbang, bahwa bukti T.1 ternyata antara Pelawan dan Terlawan

telah terjadi perjanjian utang piutang karena ingkar janji maka barang

jaminan berupa sertifikat No. 312 seluas ± 2180 M² terletak di Desa Gatak,

Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten telah dilakukan penetapan sita

eksekusi guna memenuhi bunyi putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465

K/Pdt/2006 telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

Menimbang, bahwa Pengadilan Negeri Klaten pada tanggal 20 Agustus

2008 telah melaksanakan putusan tersebut dengan melakukan lelang eksekusi

sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, lelang eksekusi adalah sah dan

tidak melawan hukum;

Menimbang, bahwa gugatan pokok perlawanan Pelawan adalah agar

penetapan sita eksekusi Nomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. terhadap tanah

dengan sertifikat hak milik No. 312 seluas ± 2180 M² terletak di Desa Gatak,

Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten adalah tidak sah dan melawan

hukum, akan tetapi ternyata sertifikat tersebut telah dilakukan eksekusi guna

memenuhi isi putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465

K/Pdt/2006 telah selesai dilaksanakan, petitum nomor 3 gugatan Pelawan

harus ditolak;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, petitum nomor 1,

2, 4 s.d. 9 gugatan pelawan tidak beralasan dan harus ditolak;

Page 64: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxiv

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas,

ternyata Pelawan tidak dapat membuktikan dalil-dalil gugatannya, gugatan

Pelawan ditolak untuk seluruhnya;

Menimbang, bahwa Pelawan adalah pihak yang dikalahkan, biaya

perkara yang timbul dalam gugatan ini harus dibebankan kepada Pelawan;

Mengingat pasal-pasal serta peraturan perundang-undangan lainnya yang

bersangkutan dengan perkara ini.

8. Putusan

Dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten itu digunakan

untuk menjatuhkan putusan dalam perkara perlawanan Nomor :

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. Amar Putusan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.

sebagai berikut :

a. M

enyatakan Pelawan adalah pelawan yang tidak benar;

b. M

enolak perlawanan Pelawan untuk seluruhnya;

c. M

enghukum Pelawan untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam

perkara ini sebesar Rp. 636.600,00 (enam ratus tiga puluh enam ribu

enam ratus rupiah).

Putusan diucapkan pada hari Kamis, tanggal 19 Maret 2009 dalam

persidangan yang terbuka unttuk umum.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh penulis, dapat

disusun pembahasan untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Pembahasan

atas permasalahan yang diteliti, penulis uraikan sebagai berikut dibawah ini.

Page 65: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxv

1. Aturan hukum yang dijadikan dasar lelang eksekusi tanah yang

mendapatkan perlawanan dari tersita dalam perkara Nomor :

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.

Pemohon eksekusi mengajukan permohonan eksekusi kepada Ketua

Pengadilan Negeri Klaten berdasarkan pada putusan Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465

K/Pdt/2006 yang telah berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde).

Permohonan eksekusi diajukan karena termohon eksekusi tidak dengan

sukarela melaksanakan putusan hakim.

Eksekusi yang dimohonkan sudah memenuhi syarat, dengan putusan

yang bersifat comdemnatoir yang menghukum Tergugat II (D) untuk menjual

lelang barang jaminan utang guna melunasi utang Tergugat I (WHP) kepada

Penggugat dan kerugian materiil yang timbul. Putusan hakim telah

berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde), karena putusan itu

merupakan putusan Mahkamah Agung (tingkat kasasi) yang sudah pasti

berkekuatan hukum tetap. Pihak yang kalah dengan tidak sukarela

menjalankan putusan hakim, dibuktikan dengan adanya permohonan eksekusi

Putusan Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg.

jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 oleh Pemohon Eksekusi.

Berdasarkan pada permohonan eksekusi dari pemohon eksekusi, Ketua

Pengadilan Negeri Klaten pada tanggal 2 April 2008 mengeluarkan Surat

Penetapan Sita Eksekusi perkara Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 yang bernomor :

07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. Surat Penetapan Sita Eksekusi perkara Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465

K/Pdt/2006 yang bernomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt., kemudian diikuti

dengan aanmaning tertanggal 7 April 2008 kepada Termohon Eksekusi, serta

mengeluarkan Surat Pelaksanaan Sita Eksekusi Nomor :

W.12.U.9/HPDT.04.01/IV/2008 tanggal 22 April 2008.

Page 66: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxvi

Berdasarkan Surat Penetapan Sita Eksekusi perkara Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465

K/Pdt/2006 yang bernomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt., Termohon Eksekusi

mengajukan gugatan perlawanan ke Pengadilan Negeri Klaten yang

menjalankan putusan, sekaligus memeriksa serta memutus perlawanan yang

diajukan. Gugatan Perlawanan terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Klaten tanggal 2 Mei 2008, tanggal 5 Mei 2008 register perkara perdata

Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. Pemeriksaan perkara perlawanan

dilakukan setelah upaya mediasi gagal, ditandai dengan surat pernyataan yang

ditandatangani oleh mediator tanggal 13 Agustus 2008;

Tanggal 20 Agustus 2008 dihadapan Pejabat Lelang Kelas I yang

berkedudukan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)

Surakarta, dilaksanakan Lelang Eksekusi Pengadilan Negeri Klaten atas

sebidang tanah sertifikat hak milik No. 312 Desa Gatak, luas ± 2180 M² atas

nama pemegang hak D (Tergugat II/Pelawan) yang terletak di Desa Gatak,

Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Tergugat II/Pelawan (D)

merupakan penjamin utang Tergugat I/Pelawan (WHP).

Lelang eksekusi dilakukan guna memenuhi pelunasan utang Tergugat I

(WHP) kepada Penggugat dan kerugian materiil yang ditimbulkan, dengan

perincian : Pokok utang sebesar Rp. 367.355.201,00 ditambah dengan

kerugian materiil (terhitung sejak tanggal 6 Agustus 2004 s.d. tanggal 25

Maret 2008, selama 37 bulan x Rp. 4.501.940,00) sebesar Rp.

166.571.780,00. Total yang harus dibayar Tergugat I (WHP) kepada

Penggugat sebesar Rp. 533.926.981,00. Lelang eksekusi tehadap putusan

hakim Pengadilan Negeri Klaten Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 tetap berjalan, meskipun

ada perlawanan yang diajukan oleh pihak tereksekusi.

Eksekusi hanya dapat ditangguhkan atas perintah Ketua Pengadilan

Negeri Klaten yang memeriksa perkara perlawanan itu. Penangguhan

Page 67: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxvii

eksekusi sepenuhnya merupakan kebijakan dari Ketua Pengadilan Negeri

Klaten. Ketua Pengadilan Negeri Klaten berwenang untuk menangguhkan

eksekusi apabila terlihat adanya indikasi bahwa perlawanan yang diajukan

oleh tersita berdasarkan alasan benar. Eksekusi ditangguhkan sampai pada

saat dijatuhkan putusan atas perlawanan itu.

Asas yang berlaku pada penundaan eksekusi adalah “tidak ada patokan

umum” untuk menunda eksekusi. Penerapan penundaan eksekusi bersifat

kasuistik, artinya tidak ada alasan penundaan eksekusi yang bersifat

menentukan. Alasan yang sama, berbeda penerapan dan penilaiannya,

sehingga alasan itu tidak berlaku umum untuk semua penundaan eksekusi.

Asas yang lain adalah penundaan eksekusi bersifat eksepsional, artinya

pengabulan penundaan eksekusi merupakan tindakan pengecualian dari asas

aturan umum. Perdamaian yang dapat menunda eksekusi (M. Yahya Harahap,

2006 : 309-310).

Perkembangannya, hanya ada satu alasan yang dianggap paling relevan

sebagai dalil atas perlawanan tersita terhadap eksekusi. Alasannya yaitu

putusan yang dieksekusi telah dipenuhi seluruhnya atau grosse akta

(pengakuan hutang, hak tanggungan, atau jaminan fidusia) telah dilunasi

seluruhnya atau sebagian, sedangkan pelunasan sebagian itu tidak dikurangi

jumlah utang. Eksekusi akan tetap berlanjut jika utang seluruhnya belum

dilunasi (M. Yahya Harahap, 2006 : 437).

Pelawan mengajukan perlawanannya dengan dalil bahwa sudah beberapa

kali mengangsur utangnya sebesar Rp. 75.000.000,00 melalui Bilyet Giro

Bank CIC Cabang Nonongan Solo. Pelawan menganggap bahwa perlawanan

diajukan berdasarkan alasan yang kuat, yaitu sebagian utang sudah dibayar,

namun semua cicilan tidak ikut diperhitungkan (vide YAHYA HARAHAP,

Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata).

Pelawan menginginkan agar angsuran utang sebesar Rp. 75.000.000,00

melalui Bilyet Giro Bank CIC Cabang Nonongan Solo untuk ikut

Page 68: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxviii

diperhitungkan dengan seluruh jumlah nominal yang harus dibayar oleh

Tergugat I/Pelawan (WHP) kepada Penggugat/Terlawan. Angsuran utang

sebesar Rp. 75.000.000,00 melalui Bilyet Giro Bank CIC Cabang Nonongan

Solo belum dibuktikan kebenarannya dalam persidangan, meskipun benar

angsuran itu belum bisa melunasi utang Tergugat I/Pelawan (WHP) kepada

Penggugat/Terlawan dan kerugian metariil yang timbul. Lelang eksekusi pun

tetap dilaksanakan.

Hasil penjualan lelang eksekusi Pengadilan Negeri Klaten dengan

perantara KPKNL Surakarta sebesar Rp. 305.100.000,00. Jumlah dari hasil

penjualan lelang itu belum mampu untuk mencukupi pembayaran utang.

Kekurangan pelunasan utang Tergugat I/Pelawan (WHP) kepada

Penggugat/Terlawan sebesar Rp. 228. 826. 981,00. Kebenaran angsuran utang

sebesar Rp. 75.000.000,00 melalui Bilyet Giro Bank CIC Cabang Nonongan

Solo jika dapat dibuktikan di persidangan, belum bisa melunasi utang karena

apabila diperhitungkan sisa utang sebesar Rp. 153.826.981,00.

Pada saat lelang eksekusi tanggal 20 Agustus 2008, pemeriksaan perkara

belum sampai pada tahap pembuktian. Perkara perlawanan Nomor :

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt., diputus pada tanggal 19 Maret 2009.

Bertitik tolak pada uraian diatas, maka dapat ditegaskan bahwa yang

menjadi aturan hukum dalam lelang eksekusi tanah yang mendapatkan

perlawanan dari tersita dalam perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.,

sebagai berikut :

a. Pasal 207 HIR/Pasal 225 RBg;

Ayat (1) : Bantahan orang yang berutang tentang menjalankan putusan, baik dalam hal disita barang yang tiada tetap, maupun dalam hal disita barang yang tetap, harus diberitahukan oleh orang yang hendak membantah itu, dengan surat atau dengan lisan, kepada Ketua Pengadilan Negeri, yang tersebut dalam Pasal 195 ayat (6); jika bantahan itu diberitahukan dengan lisan, maka ketua wajib mencatatnya atau menyuruh catatnya.

Page 69: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxix

Ayat (2) : Kemudian perkara itu dihadapkan oleh ketua pada persidangan pengadilan negeri yang pertama sesudah itu, supaya diputuskan sesudah kedua belah pihak diperiksa atau dipanggil dengan patut.

Ayat (3) : Bantahan itu tiada dapat menahan orang mulai atau meneruskan hal menjalankan putusan itu, kecuali jika ketua telah memberi perintah, supaya hal itu ditangguhkan sampai jatuh putusan pengadilan negeri.

b. Pasal 195 ayat (1) HIR;

“Hal menjalankan putusan hakim oleh pengadilan dalam perkara

yang mula-mula diperiksa oleh pengadilan negeri, dilakukan atas

perintah dan dengan pimpinan Ketua Pengadilan Negeri yang mula-mula

memeriksa perkara itu, menurut cara yang diatur dalam pasal-pasal

dibawah ini.”

c. Pasal 195 ayat (6) HIR;

Jika hal menjalankan putusan itu dibantah dan juga jika yang membantahnya itu orang lain, oleh karena barang yang disita itu diakunya sebagai miliknya, maka hal itu serta segala perselisihan tentang upaya paksa yang diperintahkan itu, dihadapkan kepada pengadilan negeri, yang dalam daerah hukumnya terjadi hal menjalankan putusan itu, serta diputuskan juga oleh pengadilan negeri itu.

d. Pasal 196 HIR;

Jika pihak yang dikalahkan tidak mau atau lalai mencukupi isi putusan itu dengan baik, maka pihak yang dimenangkan memasukkan permintaan baik dengan lisan, baik dengan surat, supaya putusan itu dijalankan, yaitu kepada Ketua Pengadilan Negeri yang tersebut pada Pasal 195 ayat (1). Ketua menyuruh memanggil pihak yang dikalahkan itu serta menasihati, supaya ia mencukupi putusan itu dalam waktu yang ditentukan oleh ketua itu, selama-lamanya delapan hari.

e. Pasal 197 ayat (1) HIR;

Jika sudah lalu waktu yang ditentukan itu, serta orang yang dikalahkan itu belum juga mencukupi putusan itu, atau jika orang yang dikalahkan itu, sesudah dipanggil dengan patut tiada juga menghadap, maka ketua karena jabatannya memberi perintah dengan surat, supaya disita sekian barang yang tiada tetap dan jika tidak ada barang demikian itu, atau ternyata tiada

Page 70: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxx

cukup, sekian barang tetap kepunyaan orang yang dikalahkan itu, sehingga dirasa cukup akan pengganti jumlah uang yang tersebut didalam putusan itu dan sekalian biaya untuk menjalankan putusan itu.

f. Pasal 200 ayat (1) HIR/Pasal 216 ayat (1) RBg;

“Penjualan barang sitaan dilakukan dengan pertolongan kantor

lelang atau menurut keadaaan yang akan ditimbang oleh ketua, oleh

orang yang melakukan itu atau orang yang cakap dan boleh dipercaya,

yang ditunjukkan oleh ketua dan yang tinggal ditempat penjualan itu

dilakukan atau didekat tempat itu.”

g. Vendu Reglement, Ordonantie 28 Februari 1908 Staatsblad 1908 : 189

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad :

1941 : 3;

Pasal 20 : Penjualan karena putusan hakim berdasarkan Pasal 197 HIR atau Pasal 208 RBg, mengenai barang-barang tidak bergerak yang disita, tidak dapat dilakukan kecuali jika kepada juru lelang diberikan bukti-bukti pengumuman penjualan, sekurang-kurangnya tiga hari sebelum hari penjualan, atau yakin dengan cara lain bahwa pengumuman telah dilakukan sesuai dengan ketentuan undang-undang.

h. Peraturan Menteri Keuangan RI No. 40/PMK. 07/2006 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Lelang;

Pasal 2 : “Setiap pelaksanaan lelang harus dilakukan oleh dan/atau

dihadapan Pejabat Lelang kecuali ditentukan lain oleh peraturan

perundang-undangan.”

i. SK Menteri Keuangan Nomor : 06/KM.06/UP.11/2007 tertanggal 3 Mei

2007;

SK Menteri Keuangan Nomor 06/KM.06/UP.11/2007 tertanggal 3

Mei 2007 merupakan Surat Keputusan pengangkatan Pejabat Lelang

Kelas I yang berkedudukan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

Lelang (KPKNL) Surakarta oleh Menteri Keuangan.

Page 71: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxi

j. Surat Tugas dari Kepala KPKNL Surakarta Nomor : ST-

332/WKN.09/KP.02/2008 tanggal 1 Agustus 2008.

Surat Tugas Nomor ST-332/WKN.09/KP.02/2008 tanggal 1 Agustus

2008 adalah surat tugas yang dikeluarkan oleh Kepala KPKNL Surakarta

kepada Pejabat Lelang Kelas I untuk melakukan lelang eksekusi terhadap

putusan Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006.

Penjabaran aturan hukum dalam lelang eksekusi tanah yang mendapatkan

perlawanan dari tersita dalam perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. oleh

penulis diatas, maka dapat dianalisis sebagai berikut :

a. Dalam kasus yang menjadi fokus penelitian oleh penulis, lelang eksekusi

terhadap putusan Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 dijalankan atas

perintah dan dibawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri Klaten, yang

memeriksa perkara pada tingkat pertama (Pasal 195 ayat (1) HIR);

b. Pemohon Eksekusi sebagai pihak yang menang mengajukan permintaan

eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri Klaten, selanjutnya Ketua

Pengadilan Negeri Klaten memanggil pihak yang kalah/Termohon

Eksekusi untuk memberi peringatan (aanmaning) agar putusan itu

dipenuhi dalam waktu selama-lamanya delapan hari (Pasal 196 HIR);

c. Ketua Pengadilan Negeri Klaten karena jabatannya memberi perintah

dengan surat untuk melakukan penyitaan terhadap barang bergerak dan

apabila tidak ada/tidak cukup dapat disita pula barang tidak bergerak

milik pihak yang kalah/Termohon Eksekusi. Penyitaan dilakukan karena

pihak yang kalah/Termohon Eksekusi dalam waktu yang telah ditentukan

tidak memenuhi isi putusan. Dalam kasus yang menjadi obyek penelitian

penulis, terdapat pengecualian terhadap sebagian substansi Pasal 197 ayat

(1) HIR. Konsekuensi hukum perjanjian utang piutang dengan

penjaminan adalah sita eksekusi dan penjualan lelang tahap pertama

hanya dapat dijalankan terhadap barang jaminan (tanah), tidak seperti

Page 72: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxii

ketentuan Pasal 197 ayat (1) HIR. Pasal 197 ayat (1) HIR menentukan

untuk menyita barang bergerak terlebih dahulu yang kemudian diikuti

barang tidak bergerak, jika hasil lelang barang bergerak tidak cukup;

d. Sita eksekusi atas barang jaminan itu oleh pihak yang kalah/Termohon

Eksekusi dilakukan perlawanan yang diajukan kepada Ketua Pengadilan

Negeri Klaten. Gugatan perlawanan diperiksa dan diputus oleh

Pengadilan Negeri Klaten yang daerah hukumnya terjadi lelang eksekusi

(Pasal 195 ayat (6) HIR);

e. Perlawanan diajukan secara tertulis, selanjutnya diperiksa dan diputus oleh

Pengadilan Negeri Klaten setelah kedua belah pihak diperiksa atau

dipanggil secara patut. Perlawanan itu tidak dapat menangguhkan

jalannya lelang eksekusi, kecuali Ketua Pengadilan Negeri Klaten

memerintahkan agar lelang eksekusi ditangguhkan sampai Pengadilan

Negeri Klaten memutus perlawanan itu (Pasal 207 HIR/Pasal 225 RBg);

f. Penundaan eksekusi dapat diterapkan apabila perlawanan tersita

didasarkan pada Pasal 207 HIR/Pasal 225 RBg yang disesuaikan dengan

asas kasuistik dan asas eksepsional. Tidak ada alasan penundaan eksekusi

yang bersifat menentukan. Perkembangan dalam situasi sosial sekarang,

hanya ada satu alasan yang dapat digunakan untuk menangguhkan

eksekusi. Penerapannya berbeda antara satu kasus dengan kasus lainnya,

harus menyesuaikan keadaan yang ada;

g. Ketua Pengadilan Negeri sepenuhnya memegang dan mempunyai

kebijakan untuk menunda eksekusi. Eksekusi dapat ditunda/ditangguhkan

apabila segera terlihat/nampak bahwa perlawanan diajukan dengan alasan

yang sifatnya mendasar guna menangguhkan eksekusi. Ketua Pengadilan

Negeri Klaten tidak memerintahkan lelang eksekusi barang jaminan

untuk ditangguhkan, jadi lelang eksekusi tetap dijalankan meskipun

perlawanan masih dalam proses pemeriksaan;

h. Lelang eksekusi putusan Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 sudah benar

menurut Hukum Acara Perdata Indonesia. Angsuran utang tidak dapat

Page 73: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxiii

dijadikan dasar alasan guna menangguhkan lelang eksekusi, karena

jumlah angsuran utang Pelawan (WHP) kepada Terlawan belum bisa

melunasi utang. Lelang eksekusi hanya dapat ditangguhkan atas perintah

Ketua Pengadilan Negeri Klaten, apabila telah terbukti bahwa Termohon

Eksekusi (WHP) sudah melunasi utangnya kepada Pemohon Eksekusi;

i. Lelang eksekusi didasarkan atas Pasal 200 ayat (1) HIR/Pasal 216 ayat (1)

RBg, bahwa penjualan barang jaminan yang telah disita oleh Pengadilan

Negeri Klaten dilakukan dengan perantaraan kantor lelang (KPKNL

Surakarta). Ketentuan Pasal 200 ayat (1) HIR/Pasal 216 ayat (1) RBg

yang memerintahkan penjualan lelang dilakukan dengan bantuan kantor

lelang, berarti sumber hukum pelaksanaan lelang eksekusi tidak hanya

merujuk pada HIR/RBg, karena HIR/RBg tidak mengatur lebih lanjut

tata caranya;

j. Lelang eksekusi barang jaminan dalam putusan Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor :

1465 K/Pdt/2006 dilakukan menurut Peraturan Lelang (Vendu

Reglement, Ordonantie 28 Februari 1908 Staatsblad 1908 : 189

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad :

1941 : 3). Peraturan lelang itu tidak berdiri sendiri, terdapat beberapa

Peraturan Pelaksanaan yang dikeluarkan Menteri Keuangan demi

mengefektifkan dan mengaktualkan pelaksanaan lelang yang diatur

dalam Peraturan Lelang yang beberapa kali mengalami perubahan,

terakhir diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 40/PMK.

07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang;

k. Lelang eksekusi barang jaminan dalam putusan Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor :

1465 K/Pdt/2006 dilakukan oleh Pejabat Lelang Kelas I yang diangkat

berdasarkan atas SK Menteri Keuangan Nomor : 06/KM.06/UP.11/2007

tertanggal 3 Mei 2007 dan berdasarkan pada Surat Tugas dari Kepala

KPKNL Surakarta Nomor : ST-332/WKN.09/KP.02/2008 tanggal 1

Agustus 2008.

Page 74: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxiv

2. Dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus

perkara perlawanan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. ditinjau dari

Hukum Acara Perdata Indonesia.

Eksekusi dimohonkan terhadap putusan Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt.

jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006. Ketua

Pengadilan Negeri Klaten kemudian menerbitkan Surat Penetapan Sita

Ekseusi bernomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tertanggal 2 April 2008 yang

diikuti dengan aanmaning tertanggal 7 April 2008 kepada Termohon

Eksekusi, serta mengeluarkan Surat Pelaksanaan Sita Eksekusi Nomor :

W.12.U.9/HPDT.04.01/IV/2008 tanggal 22 April 2008.

Gugatan Perlawanan terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Klaten

tanggal 2 Mei 2008, tanggal 5 Mei 2008 register perkara perdata Nomor :

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. Dalam gugatan perlawanannya, Pelawan berdalil

bahwa perlawanan yang diajukannya berdasarkan alasan yang kuat, yaitu

sebagian utang sudah dibayar, namun sisa cicilan tidak ikut diperhitungkan.

Alasan itu didasarkan pada isi buku M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup

Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata. Alasan itu merupakan alasan yang

kasuistik yang dapat diterapkan guna menunda eksekusi. Alasan yang sama,

berbeda penerapan dan penilaiannya, sehingga alasan itu tidak berlaku umum

untuk semua penundaan eksekusi.

Amar Putusan Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 telah berkekuatan

hukum tetap (in kracht van gewijsde). Amar putusan itu menyatakan sebagai

hukum bahwa Tergugat I (WHP) telah ingkar janji dan menghukum Tergugat

II (D) untuk menjual secara lelang melalui perantara Pengadilan Negeri

Klaten guna membayar/melunasi utang Tergugat I (WHP) kepada Penggugat

dan kerugian materiil yang ditimbulkan. Pokok utang sebesar Rp.

367.355.201,00 dan kerugian materiil sebesar Rp. 4.501.940,00 terhitung

sejak putusan berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde). Total yang

harus dibayar sebesar Rp. 533.926.981,00.

Page 75: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxv

Dalam persidangan, Pelawan mengajukan bukti berupa fotocopy Bilyet

Giro Bank CIC Cabang Nonongan Solo yang keseluruhannya berjumlah

sebesar Rp. 75.000.000,00, dengan diberi tanda P.1 s.d. P.11. Alat bukti yang

diajukan oleh Pelawan berupa fotocopy Bilyet Giro Bank CIC Cabang

Nonongan Solo yang sudah disesuaikan dengan aslinya. Terlawan

mengajukan fotocopy Akta Perjanjian Utang Piutang Nomor : 02 tertanggal 6

Januari 2004 dengan diberi tanda T.1 dan telah sesuai dengan aslinya. Kedua

pihak yang berperkara tidak mengajukan saksi dalam pemeriksaan di

persidangan.

Fotocopy sebagai alat bukti di persidangan adalah sah sebagai akta

otentik atau akta pada umumnya, jika dapat diperlihatkan aslinya. Penerapan

ini merujuk pada ketentuan Pasal 1888 KUHPerdata. Salinan dan ikthisar

dapat dipercaya jika sesuai dengan aslinya dan senantiasa dapat diperintahkan

untuk ditunjukkan aslinya. Salinan adalah sah sebagai alat bukti serta nilai

kekuatan pembuktiannya sempurna dan mengikat sebagaimana yang melekat

pada aslinya. Ketentuan itu diatur dalam Pasal 1889 KUHPerdata.

Pasal 165 HIR : Surat (akta) yang sah, ialah suatu surat yang diperbuat demikian oleh atau dihadapan pegawai umum yang berkuasa untuk membuatnya, menjadi bukti yang cukup bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya dan sekalian orang yang mendapat hak daripadanya, tentang segala hal yang disebut di dalam surat itu dan juga tentang yang ada dalam surat itu sebagai pemberitahuan saja, dalam hal terakhir ini hanya jika yang diberitahukan itu berhubungan langsung dengan perihal pada surat (akta) itu.

Berdasarkan Pasal 165 HIR, akta otentik dapat dibagi menjadi dua, yaitu

(Sudikno Mertokusumo, 2006 : 155-156) :

a. Akta Ambtelijk, yaitu akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi wewenang

untuk itu dengan mana pejabat tersebut menerangkan apa yang dilihat

dan apa yang dilakukannya;

b. Akta Partij, yaitu akta yang dibuat dihadapan pejabat yang diberi

wewenang untuk itu dengan mana pejabat menerangkan apa yang dilihat

dan dilakukannya.

Page 76: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxvi

Kekuatan pembuktian dari akta otentik, sebagai berikut (Sudikno

Mertokusumo, 2006 : 161-162) :

a. Kekuatan pembuktian lahir;

Suatu akta yang lahirnya tampak sebagai akta otentik dan memenuhi

syarat-syarat yang telah ditentukan, maka akta itu berlaku atau dapat

dianggap sebagai akta otentik sampai dapat dibuktikan sebaliknya. Baik

akta ambtelijk maupun akta partij, mempunyai kekuatan pembuktian

lahir.

b. Kekuatan pembuktian formil;

Akta otentik membuktikan kebenaran daripada apa yang dilihat,

didengar dan dilakukan pejabat. Akta ambtelijk tidak terdapat pernyataan

atau keterangan dari para pihak, pejabatlah yang menerangkan. Dalam

akta partij, bagi siapapun telah pasti bahwa pihak-pihak dan pejabat

menyatakan seperti yang tercantum diatas tanda tangan mereka.

c. Kekuatan pembuktian materiil.

Akta ambtelijk hanya membuktikan kebenaran apa yang dilihat dan

dilakukan oleh pejabat. Kebenaran pernyataan pejabat serta akta itu

dibuat oleh pejabat adalah pasti bagi siapapun. Pada umumnya, akta

ambtelijk tidak mempunyai kekuatan pembuktian materiil. Akta

ambtelijk yang mempunyai kekuatan pembuktian materiil hanya akta

yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil. Kekuatan pembuktiannya

diserahkan pada pertimbangan hakim. Akta partij, bagi para pihak dan

mereka yang memperoleh hak daripadanya merupakan bukti sempurna.

Semua akta partij mempunyai kekuatan pembuktian materiil.

Dalam kasus yang menjadi obyek penelitian penulis, Pelawan

mengajukan akta ambtelijk yang mempunyai kekuatan pembuktian bebas.

Terlawan mengajukan akta partij yang kekuatan pembuktiannya sempurna

dan mengikat. Hakim terikat pada akta partij yang mempunyai kekuatan

pembuktian sempurna untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam

menjatuhkan putusan.

Page 77: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxvii

Batas minimal pembuktian dalam perkara perdata tidak tergantung pada

faktor kuantitas, melainkan didasarkan pada faktor kualitas dari alat bukti.

Nilai kekuatan pembuktian sempurna dan mengikat pada akta otentik, pada

dasarnya dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan bantuan atau dukungan alat

bukti yang lain (M. Yahya Harahap, 2007 : 546).

Tanggal 20 Agustus 2008 lelang eksekusi atas putusan Pengadilan Negeri

Klaten Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg.

jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 telah dilaksanakan melalui perantaraan KPKNL

Surakarta. Perlawanan yang diajukan tidak menangguhkan lelang eksekusi

barang jaminan.

Gugatan pokok perlawanan Pelawan adalah agar penetapan sita eksekusi

Nomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. terhadap tanah dengan sertifikat hak milik

No. 312 seluas ± 2180 M² terletak di Desa Gatak, Kecamatan Delanggu,

Kabupaten Klaten adalah tidak sah dan melawan hukum, sebagaimana

tercantum dalam petitum nomor 3 gugatan perlawanan. Petitum itu

dinyatakan ditolak. Tanggal 20 Agustus 2008, sertifikat tersebut telah

dilakukan eksekusi guna memenuhi isi putusan Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465

K/Pdt/2006 yang telah berkekuatan hukum tetap. Perkara perlawanan Nomor

: 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt., diputus pada tanggal 19 Maret 2009.

Petitum nomor 3 dalam gugatan perlawanan yang merupakan petitum

pokok, telah ditolak. Petitum yang lain dan selebihnya yang erat kaitannnya

dengan petitum pokok pun sudah seharusnya ditolak.

Perlawanan yang diajukan Pelawan dimaksudkan untuk menunda lelang

eksekusi dan mengurangi nilai jumlah eksekusi. Lelang eksekusi pada

kenyataannya telah dijalankan pada saat pemeriksaan gugatan perlawanan

dilakukan. Perlawanan yang diajukan Pelawan tidak dapat mengangguhkan

lelang eksekusi.

Page 78: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxviii

Alasan yang disebut Pelawan yaitu sebagian utang sudah dibayar, namun

sisa cicilan tidak ikut diperhitungkan dianggap sebagai alasan yang kuat guna

menangguhkan eksekusi. Alasan itu ternyata bukan merupakan alasan yang

dapat menangguhkan lelang eksekusi, karena sebagian utang yang telah

dibayar ditambah dengan sisa cicilan utang tidak dapat digunakan untuk

membayar/melunasi utang Pelawan (WHP) kepada Terlawan.

Pengadilan Negeri Klaten menyatakan perlawanan tidak beralasan dan

Pelawan dinyatakan sebagai Pelawan yang tidak benar, karena dasar gugatan

perlawanan tidak sesuai aturan hukum guna menangguhkan eksekusi. Biaya

perkara dibebankan kepada Pelawan sebagai pihak yang kalah.

Berdasarkan pada uraian penulis diatas, maka dapat ditegaskan bahwa

yang menjadi dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam

perkara perlawanan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt., antara lain :

a. Bahwa berdasarkan pada bukti P.1 s.d. P.11 yang diajukan oleh Pelawan,

menerangkan Pelawan telah mengangsur utang piutang sebesar Rp.

75.000.000,00 kepada Terlawan;

b. Bahwa bukti T.1 yang diajukan oleh Terlawan menyatakan antara Pelawan

dan Terlawan telah terjadi perjanjian utang piutang, karena ingkar janji

maka barang jaminan berupa sertifikat No. 312 seluas ± 2180 M² terletak

di Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten telah dilakukan

penetapan sita eksekusi guna memenuhi bunyi putusan Pengadilan

Negeri Klaten Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 telah mempunyai

kekuatan hukum tetap;

c. Bahwa Pengadilan Negeri Klaten pada tanggal 20 Agustus 2008 telah

melaksanakan putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor :

1465 K/Pdt/2006 telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dengan

melakukan lelang eksekusi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

dan lelang eksekusi adalah sah dan tidak melawan hukum;

Page 79: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxix

d. Bahwa gugatan pokok perlawanan yang diajukan Pelawan adalah agar

penetapan sita eksekusi Nomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. terhadap tanah

dengan sertifikat hak milik No. 312 seluas ± 2180 M² terletak di Desa

Gatak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten adalah tidak sah dan

melawan hukum, akan tetapi ternyata sertifikat itu telah dilakukan

eksekusi guna memenuhi isi putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor :

1465 K/Pdt/2006 telah selesai dilaksanakan, sehingga petitum nomor 3

gugatan pelawan harus ditolak;

e. Bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, karena petitum nomor 3 yang

merupakan petitum pokok gugatan perlawanan ditolak, maka petitum lain

pada nomor 1, 2, 4 s.d. 9 yang erat kaitannya dengan gugatan pelawan

adalah tidak beralasan dan harus ditolak;

f. Bahwa Pelawan tidak dapat membuktikan dalil-dalil gugatannya guna

menangguhkan lelang eksekusi putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor

: 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor :

1465 K/Pdt/2006, maka gugatan perlawanan ditolak untuk seluruhnya;

g. Bahwa pelawan adalah pihak yang dikalahkan, biaya perkara yang timbul

dalam gugatan ini harus dibebankan kepada pelawan.

Penulis dalam pembahasan kedua ini ingin memberikan pendapat atas

dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus perkara

perlawanan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. Secara substansial, dasar

pertimbangan hakim dalam putusan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.,

menurut penulis telah sesuai dengan aturan Hukum Acara Perdata Indonesia.

Perlawanan tersita sekarang hanya dapat dikabulkan dengan satu alasan

faktual yang sifatnya mendasar. Alasan itu adalah putusan yang dieksekusi

telah dipenuhi seluruhnya atau grosse akta (pengakuan hutang, hak

tanggungan, atau jaminan fidusia) telah dilunasi seluruhnya atau sebagian,

sedangkan pelunasan sebagian itu tidak dikurangi jumlah utang (M. Yahya

Harahap, 2006 : 437). Alasan yang sama, berbeda penerapan dan

Page 80: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxx

penilaiannya. Alasan itu tidak berlaku umum untuk semua penundaan

eksekusi. Perlawanan yang diajukan dengan alasan selain itu, sudah

seharusnya ditolak.

Penulis setuju dengan putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Klaten

yang menjatuhkan putusan menolak perlawanan dan menyatakan Pelawan

sebagai Pelawan yang tidak baik, serta menghukum Pelawan untuk

membayar biaya perkara, dalam putusan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.

Penulis berpendapat bahwa pelawan memang merupakan pelawan yang

tidak baik, karena mengajukan perlawanan guna menangguhkan lelang

eksekusi dengan mengajukan dalil bahwa sebagian utang telah dibayar,

namun semua cicilan pembayaran tidak ikut diperhitungkan. Pelawan (WHP)

memang telah membayar angsuran kepada Terlawan, namun jumlahnya tidak

mencukupi guna melunasi utang. Penulis pun menilai bahwa Pelawan

merupakan pelawan yang tidak benar, karena perlawanan diajukan dengan

alasan yang tidak sesuai untuk menangguhkan eksekusi. Perlawanan yang

diajukan oleh pihak yang kalah hanya sebagai kedok untuk menunda lelang

eksekusi, bukan diajukan murni dengan alasan yang relevan. Pelawan

mengajukan perlawanan yang seperti itu, harapannya apabila lelang eksekusi

ditunda, Pelawan mendapatkan kelonggaran waktu untuk mengusahakan

pemenuhan isi putusan. Pelawan sebagai pihak yang kalah, sudah

sepantasnya membayar biaya perkara yang timbul. Ketentuan itu didasarkan

pada Pasal 181 ayat (1) HIR.

Alasan relevan untuk menunda lelang eksekusi adalah dengan pelunasan

utang oleh Pelawan (WHP) kepada Terlawan atau sebagian utang yang telah

dibayar ditambah dengan sisa cicilan utang dapat digunakan untuk melunasi

utang Pelawan (WHP) kepada Terlawan. Apabila Pelawan (WHP) hanya

memenuhi sebagian isi putusan, lelang eksekusi tetap dapat dijalankan.

Pelunasan utang pelawan (WHP) kepada Terlawan merupakan alasan faktual

Page 81: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxxi

yang sifatnya mendasar, karena dengan alasan tersebut lelang eksekusi dapat

ditangguhkan.

Penulis berpendapat, guna mewujudkan proses peradilan yang baik,

secara prosedural seharusnya perlawanan diperiksa terlebih dahulu dan lelang

eksekusi ditangguhkan untuk sementara waktu. Lelang eksekusi dijalankan

setelah perlawanan diputus oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Klaten dan

putusan telah berkekuatan hukum tetap. Lelang eksekusi yang dijalankan

pada saat perlawanan masih diperiksa adalah tidak tepat. Ada beberapa alasan

penundaan eksekusi yang sering diajukan dalam praktik peradilan. Alasan

tersebut tidak dapat dijadikan patokan umum untuk menunda eksekusi. Setiap

alasan permohonan penundaan eksekusi harus diteliti, diperiksa dan

dipertimbangkan lebih lanjut untuk dikabulkan atau ditolak.

Dalam perkara Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt., Surat Penetapan Sita

Eksekusi perkara Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 yang bernomor :

07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri Klaten

tanggal 2 April 2008, diikuti dengan aanmaning tertanggal 7 April 2008 dan

Surat Pelaksanaan Sita Eksekusi Nomor : W.12.U.9/HPDT.04.01/IV/2008

tanggal 22 April 2008. Perlawanan terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan

Negeri Klaten tanggal 2 Mei 2008 dan diperiksa setelah upaya mediasi gagal

dilakukan, ditandai dengan surat pernyataan yang ditandatangani oleh

mediator tanggal 13 Agustus 2008. Lelang eksekusi dijalankan pada tanggal

20 Agustus 2008 dan perlawanan diputus oleh majelis hakim Pengadilan

Negeri Klaten pada tanggal 19 Maret 2009.

Perkara perlawanan seharusnya diperiksa terlebih dahulu setelah upaya

mediasi gagal dengan menunda lelang eksekusi yang dijalankan pada tanggal

20 Agustus 2008 untuk sementara waktu, sampai perlawanan diputus oleh

majelis hakim Pengadilan Negeri Klaten dan putusan telah berkekuatan

hukum tetap. Lelang eksekusi bisa dijalankan setelah perlawanan diputus oleh

Page 82: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxxii

majelis hakim Pengadilan Negeri Klaten pada tanggal 19 Maret 2009 dan

berkekuatan hukum tetap dalam waktu dua minggu usai perkara diputus.

Dalam perkara peralawanan tersebut, pihak yang kalah tidak mengajukan

upaya hukum.

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan pada pembahasan yang telah penulis kemukakan pada bab

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Aturan hukum yang dijadikan dasar lelang eksekusi tanah yang

mendapatkan perlawanan dari tersita dalam perkara Nomor :

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt.

Bertitik tolak pada putusan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt., aturan

hukum yang dijadikan dasar lelang eksekusi tanah yang mendapatkan

perlawanan dari tersita, yaitu :

a. Ketentuan Pasal 195 ayat (1) HIR, permohonan eksekusi diajukan kepada

Ketua Pengadilan Negeri Klaten berdasarkan putusan Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor :

1465 K/Pdt/2006 yang telah berkekuatan hukum tetap;

b. Ketua Pengadilan Negeri Klaten pada tanggal 7 April 2008 sesuai

ketentuan Pasal 196 HIR, memanggil Termohon Eksekusi untuk

memberi peringatan (aanmaning) berdasarkan Surat Penetapan Sita

Page 83: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxxiii

Eksekusi Nomor : 59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor :

181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor : 1465 K/Pdt/2006 jo. Nomor :

07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. tertanggal 2 April 2008;

c. Berdasarkan Pasal 197 ayat (1) HIR, Ketua Pengadilan Negeri Klaten

mengeluarkan Surat Pelaksanaan Sita Eksekusi Nomor :

W.12.U.9/HPDT.04.01/IV/2008 kepada Termohon Eksekusi pada

tanggal 22 April 2008;

d. Lelang eksekusi yang tetap dijalankan atas dasar Pasal 207 HIR/Pasal 225

RBg. Lelang eksekusi dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2008, dengan

perantaraan KPKNL Surakarta;

e. Lelang eksekusi didasarkan atas Pasal 200 ayat (1) HIR/Pasal 216 ayat (1)

RBg, dilakukan dengan perantaraan kantor lelang (KPKNL Surakarta)

atas permintaan Panitera/Sekretaris Pengadilan Negeri Klaten sesuai

Surat Permohonan Lelang Nomor : W.12.U.9/519/Pdt.04.01/VI/2008

tanggal 25 Juni 2008;

f. Lelang eksekusi menurut Peraturan Lelang (Vendu Reglement, Ordonantie

28 Februari 1908 Staatsblad 1908 : 189 sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Staatsblad : 1941 : 3) dan Peraturan Menteri

Keuangan RI No. 40/PMK. 07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Lelang, dilakukan Pejabat Lelang Kelas I yang diangkat berdasarkan SK

Menteri Keuangan Nomor : 06/KM.06/UP.11/2007 tertanggal 3 Mei

2007 dan berdasarkan pada Surat Tugas dari Kepala KPKNL Surakarta

Nomor : ST-332/WKN.09/KP.02/2008 tanggal 1 Agustus 2008.

2. Dasar pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus

perkara perlawanan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. ditinjau dari

Hukum Acara Perdata Indonesia.

Dalam putusan Nomor : 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt., hakim Pengadilan

Negeri Klaten memberikan dasar pertimbangan hukum yang secara garis

besar, yaitu :

a. Gugatan perlawanan ditolak untuk seluruhnya, karena Pelawan tidak dapat

membuktikan dalil guna menangguhkan eksekusi. Pelawan (WHP) telah

71

Page 84: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxxiv

membayar angsuran kepada Terlawan, namun jumlahnya tidak

mencukupi guna melunasi utang;

b. Petitum pokok dalam gugatan perlawanan ditolak, yaitu penetapan sita

eksekusi Nomor : 07/Pdt.Eks/2008/PN.Klt. terhadap tanah dengan

sertifikat hak milik No. 312 seluas ± 2180 M² terletak di Desa Gatak,

Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten adalah tidak sah dan melawan

hukum. Sertifikat itu telah dilakukan eksekusi tanggal 20 Agustus 2008

guna memenuhi isi putusan Pengadilan Negeri Klaten Nomor :

59/Pdt.G/2004/PN.Klt. jo. Nomor : 181/Pdt/2005/PT.Smg. jo. Nomor :

1465 K/Pdt/2006. Petitum lain tidak beralasan dan harus ditolak. Pelawan

adalah pihak yang dikalahkan, biaya perkara yang timbul dibebankan

kepada Pelawan;

c. Alasan relevan untuk menunda lelang eksekusi adalah pelunasan utang

oleh Pelawan (WHP) kepada Terlawan atau sebagian utang yang telah

dibayar ditambah dengan sisa cicilan utang dapat digunakan untuk

melunasi utang Pelawan (WHP) kepada Terlawan;

d. Pada umumnya, perlawanan secara prosedural harus diperiksa terlebih

dahulu dan lelang eksekusi ditangguhkan untuk sementara waktu. Lelang

eksekusi dijalankan setelah perlawanan diputus oleh majelis hakim

Pengadilan Negeri Klaten dan putusan telah berkekuatan hukum tetap.

B. Saran Setelah mengetahui aturan hukum yang dijadikan dasar lelang eksekusi tanah

yang mendapatkan perlawanan dari tersita dan dasar pertimbangan hakim

Pengadilan Negeri Klaten dalam memutus perkara perlawanan Nomor :

39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. ditinjau dari Hukum Acara Perdata Indonesia, penulis

ingin memberikan saran, sebagai berikut :

1. Putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde),

hendaknya segera dipenuhi isi putusan itu dengan sukarela oleh pihak yang

kalah;

Page 85: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxxv

2. Dalam mengajukan perlawanan (verzet) terhadap eksekusi, seharusnya

diajukan dengan alasan yang secara faktual merupakan alasan yang relevan

guna menangguhkan eksekusi;

3. Dalam proses pemeriksaan perkara perlawanan, hendaknya hakim

memperhatikan asas kasuistis dan asas eksepsional. Kecermatan hakim

diperlukan untuk menerapkannya, karena asas-asas itu menyesuaikan masing-

masing kasus yang belum tentu sama dengan kasus yang lainnya;

4. Lelang eksekusi hendaknya dijalankan setelah perlawanan diputus dan telah

berkekuatan hukum tetap, guna mewujudkan peradilan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad. 2008. Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Amirudin dan Zainal Asikin. 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT. Raja Grfindo Persada.

Asep Nursobah. Sita dan Eksekusi dalam Katalog Yurisprudensi. http://hukumpedia.com/index.php?title=Sita_jaminan>[20 Januari 2010 pukul 10.00].

Atik Indriyani. 2006. “Aspek Hukum Personal Guaranty.” Jurnal Hukum Prioris. Vol. 1, No. 1.

Beni Ahmad Saebani. 2009. Metode Penelitian Hukum. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Endang Mintorowati. Perjanjian Jaminan dan Lembaga Jaminan. http://endangmintorowati.staff.hukum.uns.ac.id/2009/11/25/perjanjian-jaminan-dan-lembaga-jaminan/>[20 Januari 2010 pukul 10.30].

Eric A. Posner. 2009. “Fault In Contract Law”. Vol. 107. No. 8.

Karl W. Pilger. 1996. “Using Reformation To Enforce Defective Personal Guaranties”. Vol. 98. No. 10.

M. Yahya Harahap. 2006. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata. Jakarta: Sinar Grafika.

_________________. 2007. Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan. Jakarta : Sinar Grafika.

Page 86: STUDI TENTANG LELANG EKSEKUSI TERHADAP …/Studi... · buku-buku, laporan, arsip, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan masalah ... 39/Pdt.Plw/2008/PN.Klt. viewed from Indonesian

lxxxvi

Peter Mahmud Marzuki. 2008. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.

Purwahid Patrik dan Kashadi. 2001. Hukum Jaminan Edisi Revisi dengan UUHT. Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang.

R. Soeparmono. 2000. Hukum Acara Perdata dan Yurisprudensi. Bandung: Mandar Maju.

R. Tresna. 2005. Komentar HIR. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata. 2009. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju.

Salim HS. 2004. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: PT. Taja Grafindo Persada.

_______. 2005. Hukum Kontrak Teori dan Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika.

Soerjono Soekanto. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press.

Sudikno Mertokusumo. 1999. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty.

__________________. 2006. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Herziene Inlandsch Reglement (HIR).

Rechtsreglement Buitengewesten (RBg).

Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering (Rv).

Peraturan Lelang (Ordonansi 28 Februari 1908 Staatsblad 1908 : 189 jo. Staatsblad : 1941 : 3).

Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2000 tentang Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar Bij Voorrad) dan Provisionil.