subjek hukum&domisili

4
A. Subjek Hukum Menurut Subekti Subyek Hukum adalah “pembawa hak atau subyek di dalam hukum, yaitu orang”. I. Manusia Sebagai Subyek Hukum Kapan mulai dan berakhirnya seseorang sebagai Subyek Hukum? Seseorang mulai sebagai Subyek Hukum atau sebagai pendukung hak dan kewajiban sejak dilahirkan sampai dengan meninggal dunia dengan mengingat Pasal 2 KUHPerdata. Pasal 2 KUHPerdata menyatakan: Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai telah dilahirkan, bilamana juga kepentingan si anak menghendakinya. Mati sewaktu dilahirkannya, dianggaplah ia tidak pernah telah ada. Kalau kita lihat Pasal 2 ayat (1) di atas dapat dismpulkan bahwa anak yang masih di dalam kandangan seorang wanita juga sudah dianggap sebagai Subyek Hukum atau pembawa hak dan kewajiban apabila kepentingan si anak menghendakinya. Hal ini erat hubungannya dengan Pasal 836 dan Pasal 899 KUHPerdata II. Badan Hukum Sebagai Subyek Hukum Adalah sustu perkumpulan atau lembaga yang dibuat oleh hukkum dan mempunyai tujuan tertentu. Sebagai subjek hukum, badan hukum mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum yaitu : i. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggotanya ii. Hak dan Kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para anggotanya. Badan hukum terbagi atas 2 macam yaitu : 1. Badan Hukum Privat (Privat Recths Persoon)

Upload: ghina-zahida

Post on 24-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

test

TRANSCRIPT

Page 1: Subjek Hukum&Domisili

A. Subjek Hukum

Menurut Subekti Subyek Hukum adalah “pembawa hak atau subyek di dalam hukum, yaitu

orang”.

I. Manusia Sebagai Subyek Hukum

Kapan mulai dan berakhirnya seseorang sebagai Subyek Hukum? Seseorang mulai

sebagai Subyek Hukum atau sebagai pendukung hak dan kewajiban sejak dilahirkan

sampai dengan meninggal dunia dengan mengingat Pasal 2 KUHPerdata.

Pasal 2 KUHPerdata menyatakan:

Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai telah

dilahirkan, bilamana juga kepentingan si anak menghendakinya.

Mati sewaktu dilahirkannya, dianggaplah ia tidak pernah telah ada.

Kalau kita lihat Pasal 2 ayat (1) di atas dapat dismpulkan bahwa anak yang masih di

dalam kandangan seorang wanita juga sudah dianggap sebagai Subyek Hukum atau

pembawa hak dan kewajiban apabila kepentingan si anak menghendakinya. Hal ini erat

hubungannya dengan Pasal 836 dan Pasal 899 KUHPerdata

II. Badan Hukum Sebagai Subyek Hukum

Adalah sustu perkumpulan atau lembaga yang dibuat oleh hukkum dan mempunyai

tujuan tertentu. Sebagai subjek hukum, badan hukum mempunyai syarat-syarat yang

telah ditentukan oleh hukum yaitu :

i. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggotanya

ii. Hak dan Kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para

anggotanya.

Badan hukum terbagi atas 2 macam yaitu :

1. Badan Hukum Privat (Privat Recths Persoon)

Badan Hukum Privat (Privat Recths Persoon) adalah badan hukum yang didirikan

berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan banyak orang

di dalam badan hukum itu.

2. Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon)

Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon) adalah badan hukum yang didirikan

berdasarkan publik untuk yang menyangkut kepentingan publik atau orang banyak

atau negara umumnya.

Page 2: Subjek Hukum&Domisili

B. Domisili/Tempat Tinggal

1. Pengertian Domisili

Domisili adalah terjemahan dari Domicili atau Woonplaats yang artinya tempat

tinggal. Menurut Pasal 77, Pasal 1393; 2 KUHPerdata tempat tinggal itu adalah “tempat

dimana sesuatu perbuatan hukum harus dilakukan”. Bagi orang yang tidak mempunyai

tempat kediaman tertentu, maka tempat tinggal dianggap dimana ia sungguh-sungguh

berada.

2. Macam-macam Domisili

a. Tempat tinggal sesungguhnya yaitu tempat yang bertalian dengan hak-hak melakukan

wewenang perdata seumumnya.

Tempat tinggal sesungguhnya dibedakan antara:

Tempat tinggal sukarela/bebas yang tidak terikat/tergantung hubungannya

dengan orang lain.

Tempat tinggal yang wajib/tidak bebas yaitu yang ditentukan oleh hubungan

yang ada antara seseorang dengan orang lain. Misalnya: tempat tinggal suami

isteri, tempat tinggal anak yang belum dewasa di rumah orang tuanya, orang di

bawah pengampuan di tempat curatornya.

b. Tempat tinggal yang dipilih, yaitu tempat tinggal yang berhubungan dengan hal-hal

melakukan perbuatan hukum tertentu saja. Tempat tinggal yang dipilih ada dua macam

yaitu:

Tempat kediaman yang dipilih atas dasar undang-undang misalnya dalam hukum

acara dalam menentukan waktu eksekusi dari vonis.

Tempat kediman yang dipilih secara bebas misalnya dalam melakukan

pembayaran memilih Kantor Notaris (menurut Sri Soedewi M. Sofwan).

Menurut Subekti ada juga yang disebut “rumah kematian” atau “domisili

penghabisan”, yaitu rumah dimana seseorang meninggal dunia. Rumah penghabisan ini

mempunyai arti penting untuk menentukan hukum waris yang harus diterapkandan untuk

menentukan kewenangan mengadili kalau ada gugatan.

Tempat kediaman untuk Badan Hukum disebut tempat kedudukan badan hukum

ialah tenpat dimana pengurusnya menetap. Menurut KUHPerdata domisili/tempat tinggal

itu ada dua jenis, yaitu:

I. Tempat tinggal umum terdiri dari :

Tempat tinggal sukarela atau bebas

Page 3: Subjek Hukum&Domisili

Pasal 17 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap orang dianggap mempunyai

tempat tinggal dimana ia menempatkan kediaman utamanya. Dalam hal

seseorang tidak mempunyai tempat kediaman utama maka tempat tinggal

dimana ia benar-benar berdiam adalah tempat tinggalnya.

Tempat tinggal yang tergantung pada orang lain, misalnya:

o Wanita bersuami mengikuti suaminya

o Anak di bawah umur mengikuti tempat tinggal orangtuanya/walinya

o Orang dewasa yang ada di bawah pengampuan mengikuti curatornya

o Pekerja/buruh mengikuti tempat tinggal majikannya

II. Tempat tinggal khusus atau yang dipilih menurut Pasal 24 KUHPerdata ada dua

macam, yaitu:

Tempat tinggal yang terpaksa dipilih ditentukan undang-undang (Pasal 106 : 2

KUHPerdata)

Tempat tinggal yang dipilih secara sukarela harus dilakukan secara tertulis

artinya harus dengan akta (Pasal 24 : 1 KUHPerdata), bila ia pindah maka untuk

tindakan hukum yang dilakukannya ia tetap bertempat tinggal di tempat yang

lama.