suci nitip ya

Download Suci Nitip Ya

If you can't read please download the document

Upload: ariean-poetra

Post on 08-Dec-2014

110 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Tanggal Praktikum Dosen Pembimbing

: 9 Maret 2011 : drh. Hera Maheswari

Kelompok Praktikum : 5 Sore B

DARAH II MENGHITUNG JUMLAH BDM, NILAI HEMATOKRIT DENGAN METODE MIKROHEMATOKRIT, KADAR Hb DENGAN METODE SAHLI DAN MENGHITUNG MCV DAN MCHCAnggota Kelompok : Nur Fitria Anggraini Irwan Manshur Ahmad Rimadinar Azwarini Mayang Suci Septiawaty* R.M. Rizky Jauhari B04090134 B04090135 B04090136 B04090137 B04090139

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

PENDAHULUAN Darah merupakan jaringan cair (liquid tissue) yang terdiri atas elemen sel dan matriks cair yang disebut plasma. Dalam tubuh makhluk hidup, darah memiliki fungsi yang spesifik diantaranya untuk mentransfor gas O2 dari paruparu ke sel tubuh dan gas CO2 dari sel tubuh ke paru-paru, mentransfor nutrien, air, hormon dan enzim, membantu mengatur keseimbangan asam-basa (pH), membantu mengatur temperatur tubuh, membantu mengatur konsentrasi cairan, membantu membuang sisa metabolisme ke ginjal, hati, paru-paru dan kelenjar peluh, menghentikan pendarahan dengan clotting factor dan mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme dan toksin. Komponen-komponen darah terdiri atas plasma darah (55 %) yang mencakup air (90 %), protein (70 %), elektrolit, asam amino, glukosa, zat anorganik, enzim, hormon dan sisa metabolit (3 %). Komponen lainnya yaitu butir-butir darah (45 %) yang mencakup eritrosit, leukosit (granuler dan agranuler), dan trombosit. Masing-masing butir darah ini memiliki proses pembentukan darah yang berbeda-beda. Eritropoiesis merupakan proses pembentukan sel darah merah yang dimulai dari proeritroblast, normoblast awal, normobalast basofil, normoblast asidofil dan retikulosit. Eritropoiesis terbagi atas dua tahapan, pada masa fetus yang terjadi di Yolk sac, hati dan limpa, sedangkan setelah lahir terjadi di sumsum merah. Limfositopoiesis merupakan proses pembentukan sel darah putih yang dimulai dari praganulosit, promyelosit, myelosit, diferensiasi (metamyolosit, neutrofil, eosinofil dan basofil), dan leukosit (neutrofil, eosinofil dan basofil). Pembentukan sel darah putih ini terjadi di sumsum merah dan di seluruh jaringan lymphoid (lymphonodulus, limpa dan tonsil). Trombocytopoiesis merupakan proses pembentukan trombosit yang terjadi di sumsum merah. Dalam proses disentrifius, darah terbagi atas tiga lapisan yaitu lapis paling atas 54 % adalah plasma darah, lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah buffy coat yang terdiri atas leukosit dan keping-keping darah, sedangkan pada lapisan bawah (merah) 45 % adalah eritrosit atau hematokrit.

2

TUJUAN Praktikum ini bertujuan untuk menghitung jumlah darah merah, menentukan nilai hematokrit, mengukur kadar Hb dan menghitung MVC dan MCHC. ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang digunakan adalah kapas, kaca benda, jarum suntik atau lancet, kaca penutup, mikroskop, stopwatch, gelas arloji yang berlapis parafin, jarum pentul, cawan, pipet eritrosit, pipet mikrokapiler dilapisi heparin, hemositometer, tabung Westergren, kamar hitung, kertas tissue, larutan pengencer Hayem, mikrokapiler, crestaseal, alat pemusing (mikrosentrifus), mikrohematokrit (microcapillary hematocrit reader), tabung Sahli dan hemoglobinometer. Bahan-bahan yang digunakan adalah larutan HCl 0,1N, alkohol, aquadest, antikoagulan nartium sitrat, Rees dan Ecker. METODE KERJA A. Menghitung Jumlah Butir Darah Merah (BDM) Kamar hitung dan mikroskop disiapkan dengan hati-hati dan dibersihkan dengan lap bersih yang lembut. Kamar hitung diperiksa dan diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x sehingga terlihat kotak-kotak. Selanjutnya aspirator dipasang pada ujung pipet eritrosit. Setelah daerah pengambilan darah dibersihkan, pembuluh darah ditusuk dan darah yang keluar dihapus terlebih dahulu. Kemudian darah yang keluar berikutnya diisap dengan menggunakan aspirator sampai batas 0,5 atau 1,0 pada pipet eritrosit. Ujung pipet dibersihkan dengan kertas atau kain yang lembut (kertas tissue). Berikutnya larutan pengencer Hayem diisap dengan hati-hati sampai tanda 101 yang tertera pada pipet, dengan catatan tidak boleh ada gelembung dan pembekuan darah. Aspirator dilepaskan dari pipet dan dijaga agar jangan sampai ada cairan yang keluar lagi dari pipet. Isi pipet dikocok membentuk gerakan angka delapan, dengan menutup kedua ujung pipet dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan sehingga larutan yang tercampur hanya larutan yang berada pada bagian pipet yang membesar saja (1,0 101,0). Cairan di ujung pipet yang tidak ikut terkocok dibuang. Selanjutnya dimasukkan setetes cairan secara hati-hati ke dalam kamar hitung dengan cara

3

ujung pipet ditempelkan pada pertemuan antara dasar kamar hitung dan kaca penutup. Butir-butir darah yang berada di dalam kamar hitung dibiarkan mengendap dan selanjutnya butir-butir darah merah dihitung jumlahnya. B. Hematokrit (% volume BDM) Daerah pengambilan darah dibersihkan kemudian pembuluh darah ditusuk, setelah darah keluar, ujung mikrokapiler yang bertanda merah atau biru ditempelkan pada tetesan darah tadi. Darah dibiarkan mengalir sendiri sampai 4/5 bagian pipa kapiler terisi. Ujung pipa yang bertanda dengan crestaseal selanjutnya disumbat dan pipa-pipa kapiler ditempatkan dalam alat pemusing (mikrosentrifus), dengan bagian yang tersumbat ditempatkan menjauhi alat pemusing dengan kecepatan 2500-4000 RPM selama 15 menit. Setelah selesai dipusing, akan terbentuk lapisan-lapisan yang terdiri atas plasma yang jernih di bagian atas, kemudian lapisan putih abu-abu (trombosit dan leukosit), dan lapisan merah yang terdiri atas eritrosit. Pengukuran nilai hematokrit ditentukan dengan % volume eritrosit yang diukur dengan alat baca mikrohematokrit (microcapillary hematocrit reader). C. Kadar Hb dengan Metode Sahli Tabung Sahli diisi dengan larutan HCl 0.1N sampai angka 10 (garis paling bawah pada tabung), kemudian daerah pengambilan darah dibersihkan dengan alcohol dan dibiarkan hingga kering. Pembuluh darah ditusuk, kemudian darah dihisap sampai batas angka 20 (0.02 ml) secara perlahan-lahan dengan pipet Sahli beserta aspiratornya. Ujung pipet dibersihkan dan darah segera dimasukkan ke dalam tabung Sahli. Tabung sahli kemudian diletakkan di antara kedua bagian standar warna dalam alat hemoglobinometer dan dibiarkan selama tiga menit sampai terbentuk asam hematin yang berwarna coklat. Aquadest kemudian ditambahkan setetes demi setetes dengan menggunakan pipet tetes ke dalam tabung sambil diaduk sampai warnanya sama dengan warna standard. Tinggi permukaan cairan pada tabung Sahli kemudian dibaca dengan dilihat skala kolom gr %. Hasil pengamatan kemudian dicatat pada lembar kerja yang disediakan

4

D. Menghitung MVC dan MCHC MVC dan MCHC dari hasil percobaan dihitung dan dicantumkan pada lembar kerja yang disediakan. HASIL PRAKTIKUM 1. Menghitung jumlah darah merah Jumlah butir darah merah pada 5 kotak = 588 butir 1 mm3 = 50 x 588 = 29.400 butir Pengenceran 200 kali = 200 x 29.400 = 5.880.000 Menetukan Nilai Hematokrit Nilai hematokrit yang diperoleh : PCV = 43 % = 10 gram/% 2. Mengukur kadar Hb Kadar hemoglobin (Hb) dengan metode Sahli Kadar Hemoglobin (Hb) = 65% dari nilai normal Atau = 9,1 gram % (65/100*14 = 9,1) 3. Menghitung MCV dan MCHC a. MCV = PCV x 10 : jumlah eritrosit = 43 x 10 : 6,42 x 106 = 6,7 x 10-5 mm3/ b. MCHC = Hb x 100 : PCV = 10 x 100 : 43 = 23,25 gram/% PEMBAHASAN Darah merupakan jaringan cair (liquid tissue) yang terdiri dari elemen sel dan matriks cair yang disebut plasma darah. Darah mempunyai peran yang sangat penting dalam proses metabolisme tubuh makhluk hidup. Di antaranya dalam transport oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2), mengangkut sari makanan dan sisa metabolism, mengatur transportasi hormon, dan juga berperan dalam

5

mengatur suhu, pH serta konsentrasi cairan dalam tubuh makhluk hidup. Komponen darah dapat dibedakan menjadi : 1. Plasma darah 2. Benda-benda darah Nilai hematokrit dapat ditentukan dengan cara memasukkan darah kelinci ke dalam mikrokapiler yang bertanda merah atau biru sebanyak 4/5 bagian pipa kapiler. Selanjutnya pipa kapiler tersebut di tempatkan pada mikrosentrifus dengan kecepatan 2500-4000 RPM selama 5 menit. Mikrosentrifius ini berfungsi sebagai pemisah antar lapisan dalam darah sesuai dengan massanya. Biasanya lapisan-lapisan yang terbentuk terdiri atas lapis paling atas (jernih) 54% adalah plasma darah, lapis tengah (abu-abu putih) 1% adalah leukosit dan trombosit, lapis paling bawah (merah) 45% adalah eritosit atau hematokrit. Nilai hematokrit diukur dari % volume eritrosit dalam darah. Pada percobaan kali ini, nilai hematokrit darah diperoleh sebanyak 43% dengan menggunakan alat baca mikrohematokrit (microcapillary hematocrit reader). Hal ini mengindikasikan bahwa hematokrit kelinci tersebut dalam kadar yang normal. Karena nilai hematokrit yang normal adalah sekitar 36-48%. Hematokrit biasanya digunakan untuk menunjukkan kadar sel darah merah dibandingkan jumlah cairan darah. Hematokrit dapat meningkat karena terjadi perembesan cairan ke luar dari pembuluh darah sehingga darah menjadi lebih kental. Kadar hematokrit di bawah normal menunjukkan gejala anemia, sedangkan bila hematokrit berada di atas normal, maka diperkirakan menderita polisitemia. Menghitung kadar hemoglobin dengan menggunakan metode sahli dilakukan dengan cara mengisi tabung sahli dengan larutan HCl 0,1 N. Larutan HCl ini tergolong kedalam suatu asam yang kuat ( pH yang rendah ) yang sama kuatnya dengan H2SO4 yang dapat membentuk Acid hematin yang memberikan warna kuning kecoklatan. Di dalam lambung juga terdapat HCl yang dapat membantu dalam proses pencernaan makanan dan mempunyai daya mematikan bagi bakteri. Selanjutnya darah dimasukkan kedalam tabung sahli tersebut dan diukur berapa kadar Hb nya. Pada percobaan ini, kadar Hb dalam darah dapat diperoleh dengan membaca tinggi permukaan cairan pada tabung sahli dengan melihat skala kolom gr %. Sehingga diperoleh kadar Hb kelinci sebanyak 10 gr

6

%. Sedangkan kadar hemoglobin normal sebesar 12%-17%. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar Hb kelinci berada dalam kondisi tidak normal sehingga diperkirakan kelinci tersebut menderita anemia. Dengan kata lain, uji kadar hemoglobin dalam darah ini dilakukan untuk menentukan jenis penyakit anemia apa yang diderita oleh spesies tersebut. Volume Eritrosit Rata-Rata (VER) atau mean corpuscular volume (MCV) mengukur besar rata-rata sel darah merah. MCV yang kecil berarti ukuran sel darah merahnya lebih kecil dari ukuran normal. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi atau penyakit kronis. MCV dari percobaan sebesar 6,7 x 10 5

/mm3 MCV yang besar menunjukkan adanya anemia megaloblastik, dengan sel

darah merahnya besar dan berwarna muda. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan asam folat. Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (KHER) atau mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC atau CHCM) masingmasing mengukur jumlah dan kepekatan hemoglobin. MCHC pada praktikum sebesar 23,25 gram/%. KESIMPULAN Perhitungan BDM, nilai hematokrit dan kadar Hb dilakukan untuk mendeteksikesehatan suatu individu. Dari hasil percobaan didapatkan jumlah BDM sebesar 5.880.000 dan nilai hematokrit sebesar 43% dalam keadaan normal dan Hb juga dalam keadaan tidak normal dengan nilai 10g%. Jumlah BDM, nilai hematokrit, dan kadar Hb berpengaruh terhadap pengukuran MCV dan MCHC untuk mendeteksi apakah suatu individu terkena anemia atau tidak. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa kelinci yang digunakan pada praktikum menderita penyakit Normocytic anemia. Hal ini ditandai dengan nilai MCV normal dan MCHC normal. Jumlah BDM dalam keadaan normal serta kandungan Hb dalam setiap sel normal. DAFTAR PUSTAKA Guyton & Hall. 1997. Text Book Of Physiology. Philadelphia. W.B. Saunders Company Junqueina, L.carlos. 1997. Histologi Dasar. Edisi ke-8. Jakarta : EGC Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa, M.Djauhari Widjayakusuma. Jakarta : EGC

7

8