suksesi gunung merapi

8
A. Pengertian Suksesi merupakan proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan suatu komunitas atau ekosistem yang disebut ekosistem klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam tingkat klimaks tersebut, komunitas atau ekosistem telah mencapai keadaan keseimbangan yang juga disebut dengan homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan (Anonim, 2008). Beberapa ahli mengatakan bahwa proses suksesi selalu progresif artinya selalu mengalami kemajuan, sehingga membawa pengertian ke dua hal (Anonim, 2011): 1. Pergantian progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu dari habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi. 2. Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form). Namun demikian perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup hilangnya jenis-jenis tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas struktural sebagai akibat dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin saja terjadi misalnya hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan vegetasi seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau regresi (suksesi yang mengalami kemunduran). Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2965 m dan berlokasi 28 km sebelah utara kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunung Merapi secara berkala mengalami erupsi seperti yang terjadi pada tahun 2006 dan 2010. Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Oktober 2010 merupakan erupsi terbesar yang pernah terjadi pada Gunung Merapi. Erupsi ini memberikan dampak langsung terhadap lingkungan di sekitar Gunung Merapi berupa kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh lahar, awan panas dan debu vulkanik. Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 melepaskan debu vulkanik dalam volume yang besar. Debu vulkanik ini dilepaskan dalam kondisi panas dan membakar pepohonan serta menutupi tanah di sekitar Gunung Merapi. Debu vulkanik memiliki kandungan air dan nutrisi yang rendah sehingga tidak dapat menjadi substrat bagi tumbuhan (Nadirman Iqdam, 2013).

Upload: dysa-nirmala-afganisme

Post on 17-Feb-2016

64 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Suksesi Gunung Merapi

TRANSCRIPT

Page 1: Suksesi Gunung Merapi

A.      PengertianSuksesi merupakan proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju

ke satu arah secara teratur. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan suatu komunitas atau ekosistem yang disebut ekosistem klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam tingkat klimaks tersebut, komunitas atau ekosistem telah mencapai keadaan keseimbangan yang juga disebut dengan homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan (Anonim, 2008).

Beberapa ahli mengatakan bahwa proses suksesi selalu progresif artinya selalu mengalami kemajuan, sehingga membawa pengertian ke dua hal (Anonim, 2011):

1.   Pergantian progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu dari habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.

2.    Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).Namun demikian perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup hilangnya

jenis-jenis tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas struktural sebagai akibat dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin saja terjadi misalnya hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan vegetasi seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau regresi (suksesi yang mengalami kemunduran).

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2965 m dan berlokasi 28 km sebelah utara kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunung Merapi secara berkala mengalami erupsi seperti yang terjadi pada tahun 2006 dan 2010. Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Oktober 2010 merupakan erupsi terbesar yang pernah terjadi pada Gunung Merapi. Erupsi ini memberikan dampak langsung terhadap lingkungan di sekitar Gunung Merapi berupa kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh lahar, awan panas dan debu vulkanik. Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 melepaskan debu vulkanik dalam volume yang besar. Debu vulkanik ini dilepaskan dalam kondisi panas dan membakar pepohonan serta menutupi tanah di sekitar Gunung Merapi. Debu vulkanik memiliki kandungan air dan nutrisi yang rendah sehingga tidak dapat menjadi substrat bagi tumbuhan (Nadirman Iqdam, 2013).

B.       Penyebab Suksesi1.  Iklim

Tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada vegetasi.

2.    Topografi

Page 2: Suksesi Gunung Merapi

            Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain:a)   Erosi:

Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai.

b)   Pengendapan (denudasi):Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat tersebut.

3.    BiotikPemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan pertanian

demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.

Beberapa ahli mengatakan suksesi tanaman merupakan perubahan keadaan tanaman. Suksesi yang menempati habitat utama disebut Sere. Sedangkan variasi yang terjadi diantaranya disebut Seral. Komunitas yang timbul pada susunan itu disebut Komunitas Seral. Biasanya komunitas seral itu tidak tampak dengan jelas, mereka kenal hanya karena beberapa spesies tanaman dominan tumbuh diantaranya. Tumbuhan pertama yang tumbuh di habitat yang kosong disebut tanaman Pioner. Lazimnya suksesi tanaman tidak menunjukkan suatu seri tingkat-tingkat atau tahap-tahap tetapi terus menerus dan merupakan pergantian yang lambat dan kompleks. Penempatan individu vegetasi ini individu per individu, dan tidak merupakan loncatan-loncatan dari suatu komunitas dominan ke komunitas dominan yang lain. Spesies dominan dari suatu komunitas akan tetap stabil dalam jangka waktu yang lama. Kemudian akan bercampur dengan vegetasi baru. Vegetasi baru ini mungkin menggantikan vegetasi yang telah ada tetapi mungkin juga tidak (bila komunitas yang baru itu tidak menghendaki kondisi yang diciptakan menjadi dominan terutama dari segi kondisi pencahayaan).

Jika habitat menjadi ekstrem tidak memenuhi syarat untuk tumbuhnya tanaman-tanaman maka timbul tanaman dari komunitas berikutnya yang sesuai dengan lingkungan yang baru, kemudian tanaman ini menjadi dominan. Setelah beberapa kali mengalami pergantian semacam itu, suatu saat habitat akan terisi oleh spesies-spesies yang sesuai dan mampu bereproduksi dengan baik. Sehingga proses ini mencapai Komunitas Klimaks yang matang, dominan, dapat memelihara dirinya sendiri dan selanjutnya bila ada pergantian, maka pergantian itu relatif sangat lambat.

C.      Pembagian SuksesiSuksesi dapat dibedakan menjadi dua macam atau dua jenis (Anonim, 2008).Jenis-jenisnya antara lain :1. Suksesi primerSuksesi primer dapat terjadi apabila komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan yang dapat menyebabkan suksesi primer dapat terjadi secara alami maupun dipengaruhi campur

Page 3: Suksesi Gunung Merapi

tangan manusia. Contoh gangguan secara alami antara lain tanah longsor, letusan gunung merapi, endapan lumpur di sungai dan endapan pasir di pantai. Sedangkan contoh gangguan yang disebabkan oleh manusia adalah kegiatan penambangan ( batu bara, timah, dan minyak bumi ).2. Suksesi sekunderSuksesi sekunder dapat terjadi apabila komunitas mendapat gangguan, tetapi hanya mengakibatkan rusaknya komunitas. Pada suksesi ini, komunitas masih tampak substrat lama dan sebagian kehidupan lama masih ada. Suksesi ini dapat terjadi secara alami maupun buatan (disebabkan oleh manusia). Contoh gangguan yang disebabkan secara alami adalah banjir, gelombang tsunami, kebakaran hutan, dan angin ribut. Sedangkan contoh gangguan yang disebabkan oleh manusia adalah penebangan hutan, pembukaan hutan denan membuka hutan , dan pembakaran padang rumput dengan sengaja.

D.      Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor

1. Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.3. Kehadiran pemencar benih.4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, sporam

dan benih serta curah hujan.5. Jenis substrat baru yang terbentuk

6. Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.

III.             ISI

Awan panas (wedhus gembel) yang menyapu permukaan lereng selatan (sejauh ±5 km saat letusan 2006 dan ±10 km pada tahun 2010) merupakan contoh gejala abiotik yang mempengaruhi gejala biotik khususnya vegetasi/ hutan (gambar 1). Pada kondisi normal, Gunung Merapi memberi kontribusi bagi produksi gas atmosfer, terutama gas N2 dan aerosol. Namun, aktivitas vulkaniknya menghasilkan lelehan lava pijar yang lantas terkonversi menjadi gas, debu dan material vulkanik suhu tinggi yang dapat merusak komunitas hutan di lereng selatan yang dilaluinya dan mempengaruhi kondisi ekologi tanah.

Gunung meletus terjadi karena adanya aktivitas pada lempeng bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi pada batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma yang mengandung gas naik menuju permukaan karena memiliki bobot yang ringan dibandingkan batuan yang disekitarnya membentuk kabin magma (gudang material vulkanik). Magma yang terus naik berada di bawah tekanan batu-batuan berat disekelilingnya. Sehingga, tekanan pada magma menyebabkan magma meletus atau melelehkan conduit(saluran) pada bagian batuan yang rapuh atau retak yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya keluar melalui

Page 4: Suksesi Gunung Merapi

lubang ini. Setelah semburan berhenti, kawah yang menyerupai mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak gunung merapi. Setelah gunung api terbentuk, tidak semua magma yang muncul pada letusan berikutnya akan keluar melalui lubang utama. Sebagian mungkin terpecah di retakan dinding atau bercabang melalui saluran yang lebih kecil. Magma yang melalui saluran ini mungkin akan keluar melalui lubang lain yang terbentuk pada sisi gunung, atau mungkin juga tetap berada di bawah permukaan.

Perubahan ekstrim berupa rusak atau bahkan hilangnya vegetasi berakibat terjadinya ketidakseimbangan ekosistem. Ketiadaan vegetasi tentu menghilangkan fungsi ekologi produksi gas oksigen bagi wilayah hilir Gunung Merapi dan ini tentu memberi dampak bagi kehidupan yang ada di sana. Dengan kata lain, siklus daur biogeokimia, khususnya daur oksigen dan nitrogen tentu akan mengalami perubahan.

Adapun dampak langsung yang ditimbulkan dari adanya gunung meletus dengan hutan maupun kawasan hutan adalah ketika aliran lava pijar (magma) yang sebagian terpecah di retakan dinding atau yang langsung keluar dari letusan melalui lubang utama dapat menimbulkan kebakaran hutan di sekitar letusan gunung berapi tersebut. Dampak lainnya ialah debu-debu vulkanik yang timbul dari letusan gunung berapi dapat mengakibatkan layunya bahkan kematian pada pepohonan dan tumbuhan di sekitar wilayah letusan gunung berapi. Setelah letusan gunung berapi, umumnya tanah di sekitar wilayah letusan dapat menjadi subur sehingga suksesi alami terjadi. Tidak ada antisipasi yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak kerusakan hutan akibat gunung meletus karena memang gunung meletus merupakan gejala atau siklus alami yang terjadi di bumi. Antisipasi hanya bisa dilakukan untuk mencegah ada korban jiwa.

Perubahan ekstrim berupa rusak atau bahkan hilangnya vegetasi berakibat terjadinya ketidakseimbangan ekosistem. Ketiadaan vegetasi tentu menghilangkan fungsi ekologi produksi gas oksigen bagi wilayah hilir Gunung Merapi dan ini tentu memberi dampak bagi kehidupan yang ada di sana. Dengan kata lain, siklus daur biogeokimia, khususnya daur oksigen dan nitrogen tentu akan mengalami perubahan.

Setelah letusannya itu terjadi dan mengakibatkan ekosistem yang ada pada hutan-hutan di daerah sekitar gunung merapi hangus maka mula-mula terdapat tumbuhan tingkat rendah, seperti lumut dan paku-pakuan. Kemudian tumbuhan tingkat tinggi. Proses ini disebut suksesi. Suksesi adalah suatu cara umum perubahan progresif dalam komposisi spesies suatu komunitas yang sedang berkembang. Hal ini secara bertahap disebabkan oleh reaksi biotik dan berlangsung melalui sederetan tahapan dari tahapan pelopor menuju tahapan klimaks.

Pada awalnya suatu daerah yang tidak tetap untuk waktu yang lama, tumbuhtumbuhan-tumbuhan perintis ataupun tumbuh tumbuhan-tumbuhan sisa dari yang lolos dari kerusakan alam kemudian segera dihuni oleh beragam spesies tumbuhan atau hewan. Organisme-organisme ini mengubah habitat sehingga sesuai bagi spesies lain. Masa pendewasaan perkembangan suatu daerah seringkali mencapai suatu keadaan relatif stabil yang diberikan sebagai tahapan klimaks. Selama masa perkembangan ini, penghunian suatu daerah baru, pertama-tama oleh tumbuhan melandasi jalan bagi hewan-hewan untuk tinggal di dalamnya.

Page 5: Suksesi Gunung Merapi

Vegetasi yang dibiarkan demikian saja, menunjukkan kecenderungan untuk berubah ke suatu arah tertentu. Biasanya dari komunitas yang tidak begitu rumit yang terdiri atas tumbuh-tumbuhan kecil menjadi komunitas yang lebih kompleks yang didominasi oleh tumbuh-tumbuhan yang lebih besar (atau bagaimanapun menimbulkan kesan adanya kompetisi yang lebih besar). Perubahan itu bersifat kontinu, tahap-tahap yang dikenal hanya merupakan ruas-ruas ungkapan vegetasi.

Pasca erupsi, secara alamiah hutan di lereng selatan Merapi yang mengalami  kerusakan akan kembali menuju ke kesetimbangan ekosistem yang baru melalui proses suksesi. Fakta suksesi ini sebelumnya telah ditemukan pasca erupsi tahun 2006 (Rio, 2008). Fakta ini juga dapat ditemukan pada situs pasca erupsi tahun 2010. Proses suksesi yang terjadi di Merapi termasuk dalam kategori suksesi primer, akibat dari tidak tersisanya vegetasi di area yang terkena langsung dampak semburan produk vulkaniknya. Kecepatan suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti luasan daerah komunitas awal yang rusak, spesies tumbuhan yang muncul atau terdapat di lingkungan sekitar area tersuksesi, jenis substrat baru yang terbentuk dan kondisi iklim.

Persoalan jangka panjang dampak persitiwa erupsi Merapi adalah konservasi. Perubahan keseimbangan ekosistem dan determinasi faktor waktu pada proses suksesi jelas memberi dampak besar bagi kehidupan manusia yang bergantung dari ekosistem Merapi. Oleh sebab itu, upaya percepatan pemulihan kondisi ekosistem Gunung Merapi perlu dikaji dan dilakukan melalui upaya konservasi. Namun, kecenderungan yang terjadi adalah upaya konservasi ini dilakukan tanpa strategi dan mempertimbangan kebutuhan ekologik secara baik. Penanaman bibit pohon yang bukan endemik hutan Merapi, adalah satu contoh upaya konservasi yang dapat menimbulkan masalah baru. Persoalan konservasi lain yang juga penting adalah konservasi sumber daya air yang amat dibutuhkan baik oleh masyarakat hulu maupun hilir Gunung Merapi.

Terlepas dari keuntungan materi (pasir, wisata) setelah erupsi, erupsi Gunung Merapi telah merusak ribuah hektar kawasan hutan, terutama kawasan hutan yang berada di wilayah Taman Nasional Gunung Merapi. Kerusakan kawasan ini tentunya disertai  dengan kepunahan ekosistem yang ada di dalamnya, terutama vegetasi yang menjadi sumber kehidupan. Melalui tahapan proses suksesi, lahan yang rusak sebetulnya bisa pulih kembali dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama.  Penelitian Suksesi alami dan Revegetasi lahan bekas erupsi  Gunung Merapi bertujuan untuk mengetahui vegetasi yang ada setelah 2 tahun paska erupsi dan mempercepat revegetasi di lahan terkena dampak erupsi.

Untuk menghijaukan kembali lahan yang terkena tumpahan lahar diperlukan teknologi revegetasi dan pengelolaan yang sesuai dengan tuntutan ekologi dan kebutuhan hidup masyarakat sekitar letusan, antara lain dengan memilih jenis-jenis tanaman yang dapat beradaptasi dengan kondisi paska letusan, cepat tumbuh dan mempunyai karakteristik menguntungkan bagi ekologi dan kehidupan masyarakat.  Untuk mendukung keberhasilan revegetasi, pola tanam yang diterapkan harus sesuai dengan karakteristik/kondisi alami.  Perbaikan kondisi lahan  dilakukan dengan menggunakan emulsi yang dapat menjaga

Page 6: Suksesi Gunung Merapi

kelembaban tanah, sekaligus sebagai ameliorant dan bahan-bahan lainnya yang dapat menstimulir pertumbuhan pohon.

Dari kegiatan penelitian ini, secara ekonomi dapat memberikan manfaat khususnya bagi penduduk setempat dan lingkungan sekitar pada umumnya, manfaat tersebut diantaranya :

1.    Memilih jenis-jenis tanaman yang sesuai dan dapat beradaptasi dengan    kondisi lingkungan paska letusan, pemberian pupuk dan ameliorant akan meningkatkan keberhasilan produktivitas lahan berupa meningkatnya hasil panen dari komoditi yang ditanam.

2.    Revegetasi dengan jenis-jenis tanaman berkayu mempercepat penutupan lahan, menahan aliran air di permukaan tanah/menyimpan air dalam tanah yang bermanfaat sebagai sumber air tanah.  Jenis-jenis tanaman berkayu yang tergolong ke dalam jenis tanaman serba guna dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan (buah-buahan) dan kayu pertukangan.

3.    Pola tanam campuran antara jenis-jenis tanaman berkayu dengan tanaman pangan semusim disamping dapat meningkatkan kondisi lingkungan, hasil tanaman semusim dapat meningkatkan ketahanan pangan. Hasil tanaman pangan dapat dijadikan komoditi usaha yang dapat meningkatkan taraf hidup/ekonomi masyarakat

KesimpulanPeristiwa meletusnya gunung Merapi merupakan contoh dari pada awal terjadinya

suksesi primer. Komunitas yang ada sebelumnya, benar-benar hancur dan hilang secara total. Namun dalam kurun waktu tertentu, akan terbentuk habitat yang baru. Kejadian itumenyebabkan kerusakan lingkungan. Terutama pada struktur tanah, juga memusnahkan kehidupan makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Tumbuhan merupakan organisme yang sangat terkena dampak dari kejadian tersebut. Namun seiring dengan berjalanya waktu, adanya panas matahari, angin, hujan, dan faktor pendukung lain, akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan tanaman perintis/ vegetasi.( yaitu tanaman yang syarat dan toleransi hidupnya mudah, dalam hal ini adalah lumut kerak).

Daftar PustakaAnonim. 2008. “Suksesi”. <http://sobatbaru.blogspot.com/2008/06/pengertian-suksesi.html>. Diakses

tanggal 28 Mei 2013

Anonim. 2011. “suksesi”.  < http://crocodilusdaratensis.wordpress.com/2011/02/13/suksesi/> .  Diakses tanggal 28 Mei 2013

Anonim. 2011. “Suksesi”. <  http://suna-mahsunah.blogspot.com/2011/05/suksesi-primer-dan- sekunder.html >. Diakses tanggal 28 Mei 2013.

Rio. C. Handziko. 2008. Seleksi Hasil Penelitian Ekosistem di Hutan Bebeng Pasca Erupsi Merapi 2006 untuk Pembuatan Media CD Pembelajaran Suksesi Ekologi Biologi SMA. SKRIPSI. Yogyakarta: FMIPA UNY. Tidak Diterbitkan.

Nadirman Iqdam. 2013. Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Pasca Erupsi Merapi Di Taman Nasional Gunung Merapi, Yogyakarta. Skripsi Mahasiswa IPB, Bogor.