sumber hara sebagai pengganti ab pada budidaya … · sumber hara sebagai pengganti ab mix pada...
TRANSCRIPT
SUMBER HARA SEBAGAI PENGGANTI AB MIX PADA
BUDIDAYA SAYURAN DAUN SECARA HIDROPONIK
RIZQI UTAMI NUGRAHA
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sumber Hara sebagai
Pengganti AB mix pada Budidaya Sayuran Daun Secara Hidroponik adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Rizqi Utami Nugraha
NIM A24090067
ABSTRAK
RIZQI UTAMI NUGRAHA. Sumber Hara sebagai Pengganti AB mix pada
Budidaya Sayuran Daun Secara Hidroponik. Dibimbing oleh ANAS
DINURROHMAN SUSILA.
Kenaikan harga pupuk menyebabkan kenaikan biaya dalam sistem
hidroponik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hara yang dapat
menggantikan AB mix dengan cara menguji beberapa sumber hara, yaitu NPK
15:15:15 dan NPK 12:14:12 dengan penyetaraan konsentrasi N terhadap AB
mixpada budidaya bayam (Amaranthus L.), pakchoy (Brassica rapa cv. pakchoy)
dan selada (Lactuca sativa) secara hidroponik. Penelitian ini dilaksanakan di
Green House Unit Lapangan Dramaga, University Farm, IPB Dramaga Bogor,
dari Februari sampai April 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
RKLT (Rancangan Kelompok Lengkap Teracak) dengan menggunakan 3
perlakuan (AB mix, NPK 15:15:15, dan NPK 12:14:12) dan 4 ulangan. Masing-
masing komoditas merupakan percobaan yang terpisah dengan 3 perlakuan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa perlakuan pupuk AB mix memberikan hasil
produksi tertinggi terhadap tanaman bayam, pakchoy dan selada yaitu pada
komponen hasil panen rata-rata bobot per tanaman, bobot total dan bobot layak
pasar, berturut-turut sebesar 21.65 g, 259.75 g, 235.75 g tanaman bayam, 46.06 g,
552.75 g, 465.75 g tanaman pakchoy dan 25.93 g, 311.15 g tanaman selada.
Berdasarkan hasil penelitian pupuk NPK 15:15:15 dan NPK 12:14:12 tidak dapat
menggantikan pupuk AB mix sebagai sumber hara pada tanaman bayam, pakchoy
dan selada secara hidroponik.
Kata kunci: AB mix, hidroponik, NPK 15:15:15, NPK 12:14:12, sayuran daun
ABSTRACT
RIZQI UTAMI NUGRAHA. Sources as Subtitute AB Nutrient mix for
Hydroponic Leafy Vegetables. Supervised by ANAS DINURROHMAN
SUSILA.
Increasing in fertilizer price causing increasing in hydroponic system cost.
The objective of the research is to find the best fertilizer that can replace AB mix
by examining several sources of nutrients, such as NPK 15:15:15 and NPK
12:14:12by equalizing element N for hydroponic cultivation spinach (Amaranthus
L.), pakchoy (Brassica rapa cv. pakchoy) and lettuce (Lactuca sativa L.) in
hydroponic. The research was conducted in the Green House, Dramaga Field
Unit, University Farm, IPB Dramaga Bogor from February to April 2013. The
treatments (AB mix, NPK 15:15:15, NPK 12:14:12) were arranged in randomized
completely blok design with 4 replications. Each commodities is separate
experiments with 3 treatmens. The results showed that fertilizer treatments gave
the highest yield in spinach plants, pakchoy and lettuce in the components yields
an average weight/plant, total weight and weight of marketable yield, respectively
at 21.65 g, 259.75 g, 235.75 g spinach, 46.06 g, 552.75 g, 465.75 g pakchoy and
25.93 g, 311.15 g lettuce. Based on these results NPK15:15:15 and NPK12:14:12
fertilizer can not replace AB mix as a source of plant nutrients in spinach, pakchoy
and hydroponic lettuce.
Keywords: AB mix, hydroponic, leafy vegetables, NPK 15:15:15, NPK 12:14:12
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
SUMBER HARA SEBAGAI PENGGANTI AB MIX PADA
BUDIDAYA SAYURAN DAUN SECARA HIDROPONIK
RIZQI UTAMI NUGRAHA
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
Judul Skripsi : Sumber Hara sebagai Pengganti AB mix pada Budidaya Sayuran
Daun Secara Hidroponik
Nama : Rizqi Utami Nugraha
NIM : A24090067
Disetujui oleh
Dr. Ir. Anas Dinurrohman Susila, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc Agr.
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan
Februari 2013 sampai April 2013 ini ialah Hidroponik Sayuran Daun, dengan
judul Sumber Hara sebagai Pengganti AB mix pada Budidaya Sayuran Daun
Secara Hidroponik.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Anas Dinurrohman
Susila, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam
penulisan karya ilmiah ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Mamat, Bapak Milin selaku staf University Farm IPB dan kepada para
pihak yang telah membantu kelancaran selama penelitian berlangsung, teman-
teman Socrates 46, kos putri 3rrr khususnya ones, nori, mei, nadia, niwayan, yeni,
clara, cintia dan riris yang telah membantu dan memberi dukungan selama
persiapan hingga skripsi ini selesai. Ungkapan terimakasih juga disampaikan
kepada papah (alm), mamah, adik-adikku tercinta ilmi dan muflih, atas segala doa
dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Rizqi Utami Nugraha
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Tanaman Bayam 3
Tanaman Pakchoy 3
Tanaman Selada 4
Larutan Hara 4
Sistem Hidroponik 5
Unsur Nitrogen 5
METODE 5
Tempat dan Waktu 5
Bahan dan Alat 6
Metode Percobaan 6
Pelaksanaan Percobaan 7
Pengamatan 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Kondisi Umum 8
Bayam (Amaranthus L.) 9
Pakchoy (Brassica rapa cv. Pakchoy) 11
Selada (Lactuca sativa L.) 14
Pembahasan 16
SIMPULAN DAN SARAN 19
Simpulan 19
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 22
DAFTAR TABEL
1 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap tinggi dan diameter batang
tanaman bayam 9
2 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap jumlah daun, lebar daun dan
panjang daun tanaman bayam 10
3 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap skor warna daun, bobot daun,
bobot batang dan bobot akar tanaman bayam 10
4 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap bobot layak pasar, bobot tidak
layak pasar, bobot total dan bobot per tanaman pada tanaman bayam 11
5 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap tinggi dan diameter batang
tanaman pakchoy 12
6 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap jumlah daun, lebar daun dan
panjang daun tanaman pakchoy 12
7 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap bobot per tanaman, bobot layak
pasar, bobot tidak layak pasar dan bobot total tanaman pakchoy 13
8 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap bobot daun, bobot batang dan
bobot akar dan skor warna daun tanaman pakchoy 13
9 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap tinggi dan diameter batang
tanaman selada 14
10 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap jumlah daun, lebar daun dan
panjang daun tanaman selada 15
11 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap bobot per tanaman, bobot tidak
layak pasar dan bobot total tanaman selada 15
12 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap bobot daun, bobot batang dan
bobot akar tanaman selada 16
DAFTAR GAMBAR
1 Kondisi tanaman selada 2 MST yang mengalami etiolasi pada berbagai
jenis perlakuan:P0 pupuk AB mix, P1 NPK 15:15:15, P2 NPK 12:14:12 9
2 Perbandingan tanaman bayam 17 HST pada berbagai jenis perlakuan:
P0 pupuk AB mix, P1 NPK 15:15:15, P2 NPK 12:14:12 11
3 Perbandingan tanaman pakchoy 30 HST pada berbagai jenis perlakuan:
P0 pupuk AB mix, P1 NPK 15:15:15, P2 NPK 12:14:12 14
4 Perbandingan tanaman selada 32 HST pada berbagai jenis perlakuan:
P0 pupuk AB mix, P1 NPK 15:15:15, P2 NPK 12:14:12 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada tanaman bayam
22
2 Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada tanaman pakchoy 22
3 Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada tanaman selada
23
4 Perhitungan penyetaraan konsentrasi N 23
5 Data suhu dan kelembaban rumah kaca bulan Maret - April 2013 23
6 Analisis usaha tani tanaman pakchoy perlakuan pupuk AB mix secara
hidroponik
24
7 Analisis usaha tani tanaman pakchoy perlakuan pupuk NPK 15:15:15
secara hidroponik 25
8 Analisis usaha tani tanaman pakchoy perlakuan pupuk NPK 12:14:12
secara hidroponik
26
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran merupakan salah satu produk pertanian yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat pedesaan ataupun perkotaan. Sayuran bukan merupakan makanan
pokok, meskipun demikian hampir semua orang memerlukan sayuran sebagai
menu pelengkap untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Masyarakat juga
menginginkan produk sayuran yang berkualitas. Pertambahan penduduk dan
konsumsi per kapita menyebabkan kebutuhan sayuran mengalami peningkatan.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Hortikultura (2013) produksi sayuran
nasional meningkat pada tahun 2013 dari tahun sebelumnya yakni sebesar 11 415
623 ton. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2009) konsumsi sayuran
penduduk Indonesia pada tahun 2009 baru mencapai 43.5 kg per kapita per tahun.
Angka tersebut berada jauh dibawah standar konsumsi sayur yang
direkomendasikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO), yaitu sebesar
73 kg per kapita per tahun. Salah satu cara memenuhi kebutuhan sayuran nasional
yaitu dengan meningkatan produksi sayuran untuk mengimbangi adanya
permintaan pasar terhadap sayuran bermutu.
Sistem budidaya sayuran yang dilakukan masyarakat Indonesia umumnya
secara konvensional. Upaya peningkatan produktivitas dan kualitas sayuran secara
konvensional telah banyak dilakukan oleh petani meskipun hasilnya kurang
memuaskan. Sistem budidaya secara konvensional yang menggunakan input
eksternal (pupuk dan pestisida kimia) secara tidak terkendali dapat menyebabkan
peningkatan keberadaan organisme pengganggu tanaman (OPT), yang menjadi
penyebab penurunan produktivitas dan kualitas sayuran. Kegiatan produksi
hortikultura dituntut harus dapat menghasilkan produk yang memenuhi syarat 4K :
kualitas, kuantitas, kontinuitas dan kompetitif.
Hidroponik merupakan salah satu sistem budidaya pertanian yang
digunakan untuk memperbaiki kualitas sayuran yang dihasilkan. Hidroponik dapat
didefinisikan sebagai sistem budidaya tanaman dengan menggunakan media selain
tanah, tetapi mengunakan media bersifat inert media yang tidak memiliki
kandungan unsur hara di dalamnya seperti kerikil, pasir, gambut, vermikulit, batu
apung atau serbuk gergaji dan ditambahkan larutan hara yang berisi seluruh unsur
yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. Budidaya hidoponik memiliki
beberapa keuntungan, yaitu: pertumbuhan tanaman terkontrol, hasil produksi
tanaman dengan kualitas dan kuanitas yang tinggi dan tanaman jarang terserang
hama penyait karena lingkungan lebih terkendali (Resh 2004). Menurut Parks dan
Murray (2011) budidaya secara hidroponik memerlukan larutan hara yang cukup,
air, dan oksigen pada perakaran tanaman agar mendapatkan pertumbuhan tanaman
yang baik. Toshiki (2012) menambahkan bahwa diantara faktor-faktor yang
mempengaruhi sistem produksi tanaman secara hidroponik, larutan hara dianggap
menjadi salah satu faktor penentu yang paling penting dari hasil dan kualitas
tanaman.
Budidaya sayuran daun secara hidroponik umumnya menggunakan larutan
hara berupa larutan hidroponik standar (AB mix). AB mix merupakan larutan hara
yang terdiri dari larutan hara stok A yang berisi hara makro dan stok B yang berisi
2
hara mikro. Permasalahannya pada saat ini adalah penggunaan larutan hara AB
mix memerlukan biaya yang relatif tinggi. Masyarakat umum memandang bahwa
teknologi secara hidroponik memiliki nilai ekonomi yang cukup besar dalam hal
perawatan dan harga pupuk.
Alternatif dalam pengembangan teknologi hidroponik sangat diperlukan
agar mempermudah masyarakat khususnya petani kecil dalam menerapkan
budidaya sayuran daun secara hidroponik. Penelitian sebelumnya menunjukan
bahwa penggunaan pupuk majemuk menghasilkan pertumbuhan tanaman cukup
baik untuk sayuran daun yang ditanamn secara hidroponik, akan tetapi
penggunaan pupuk majemuk tersebut masih terlalu mahal untuk budidaya sayuran
daun secara komersil. Oleh karena itu perlu memanfaatkan beberapa sumber hara
dengan harga yang relatif lebih murah. Beberapa sumber hara yang digunakan
pada percobaan ini adalah pupuk NPK 15:15:15, dan NPK 12:14:12. Penggunaan
beberapa sumber hara tersebut dengan konsentrasi N (180 mg.l-1
N) telah
disetarakan dengan larutan hara AB mix pada budidaya sayuran daun.
Sayuran daun yang digunakan dalam percobaan ini yaitu selada (Lactuca
sativa L.), bayam ( AmaranthusL.) dan pakchoy (Brassica rapa cv. Pakchoy).
Selada merupakan salah satu jenis sayuran daun dengan tingkat permintaan yang
cukup tinggi. Menurut Bernard (1993) tanaman selada dengan metode hidroponik
menghasilkan produksi sebanyak 24% lebih tinggi dibandingkan dengan metode
konvensional. Menurut Utama et al (2006) bayam dan pakchoy merupakan jenis
sayuran daun yang dapat diproduksi dengan cepat dan dapat ditumbuhkan secara
hidroponik.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan hara yang dapat menggantikan
AB mix dengan cara menguji beberapa sumber hara: NPK 15:15:15 dan NPK
12:14:12 dengan penyetaraan konsentrasi N terhadap AB mix pada budidaya
bayam (AmaranthusL.), selada (Lactuca sativa L.) dan pakchoy (Brassica rapa
cv.pakchoy) secara hidoponik.
Hipotesis
1. Penggunaan NPK 15:15:15 dapat menggantikan peran AB mix dalam
peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman bayam, selada dan pakchoy
secara hidroponik.
2. Penggunaan NPK 12:14:12 dapat menggantikan peran AB mix dalam
peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman bayam, selada dan pakchoy
secara hidroponik.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Bayam
Bayam merupakan jenis sayuran daun berasal dari keluarga
Amaranthaceae terdiri dari banyak spesies. Klasifikasi secara umum menurut
Grubben (1976) adalah sebagai berikut: kingdom: Plantae, divisi: Spermathopyta,
kelas: Angiospermae, subkelas: Dicotyledone, ordo: Caryophyllales, famili:
Amaranthaceae, genus: Amaranthus, spesies: Amaranthus spp.
Syarat tumbuh bayam hampir sama dengan tanaman lainnya. Tanaman
bayam dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun dataran tinggi. Tanaman bayam
tumbuh normal pada pH optimum yaitu pada pH netral (6-7). Ketinggian tempat
yang optimum untuk tanaman bayam yaitu kurang dari 1 400 m dpl. Suhu
optimum untuk tanaman bayam berkisar 17-28 °C, dan kelembaban optimum
untuk tanaman bayam berkisar 50-60 % (Lestari 2009).
Bayam dapat ditanam secara langsung, akan tetapi sebaiknya dilakukan
proses persemaian terlebih dahulu untuk memperoleh bibit yang seragam. Pindah
tanam dilakukan pada umur 10-14 hari (Karsono et al. 2002). Menurut Utama et
al. (2006) Bayam merupakan tanaman ekonomis dan dapat ditumbuhkan secara
hidroponik. Bayam memiliki siklus hidup yang relatif singkat, umur panen
tanaman ini 3-4 minggu .
Waktu terbaik untuk panen adalah pagi atau sore hari saat suhu lingkungan
rendah karena sayuran daun sensitif terhadap pemanenan selama periode panas
(Utama 2005). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998) pemanenan bayam
dilakukan dengan cara mencabut tanaman beserta akarnya agar daya tahan
sayuran lebih lama saat dipasarkan.
Tanaman Pakchoy
Pakchoy merupakan tanaman semusim dengan klasifikasi sebagai berikut :
divisi: Spermatophyta, kelas: Angiospermae, famili: Brassicaceae dan genus:
Brassica. Daun pakchoy tersusun spiral dan menyebar berwarna hijau
tua.Petiolrata dan tebal (0.5-1 cm) berwarna hijau atau putih (Rubatzky dan
Yamaguchi 1999). Pakchoy dapat tumbuh di dataran rendah untuk pertumbuhan
vegetatif.Benih pakchoy berkecambah dalam 3-5 hari pada suhu 20-25 °C.pH 5.5-
7.0 baik untuk proses pertumbuhan tanaman pakchoy (Tay dan Toxopeus 1994).
Penyakit yang paling merusak tanaman pakchoy adalah soft rot pada
daerah tropis yang disebabkan oleh Erwinia carotovora. Penyakit tersebut dapat
dikurangi dengan cara memperpendek masa pertumbuhan tanaman. Hama
tanaman pakchoy yang paling merusak khususnya saat musim kering adalah
Plutella xylostella (diamond-back moth) dan kutu daun. Pengendalian hama
dilakukan dengan cara aplikasi insektisida dan pengendalian secara biologis.
Budidaya pakchoy dapat dilakukan secara langsung atau dilakukan proses
persemaian terlebih dahulu. Proses transplanting dari persemaian setelah daun
berjumlah 4-5 helai. Umur panen berbeda tergantung varietas dan teknik
penanaman yang umumnya berkisar 32-39 HST (Tay dan Toxopeus 1994).
4
Tanaman selada
Tanaman selada merupakan tanaman semusim yang tingginya dapat
mencapai 30-70 cm. Klasifikasi selada secara umum adalah sebagai berikut:
kingdom: Plantae, divisi: Magnoliophyta, kelas: Magnoliopsida, ordo: Asterales,
family: Compositae, genus: Lactuca dan spesies: Lactuca sativa L. Selada terbagi
menjadi tiga tipe, yaitu selada crop, selada daun, dan selada cos. Selada crop
memiliki karakteristik membentuk crop yang padat dan pada bagian dalam
terdapat daun yang tipis. Selada daun memiliki karakteristik berdaun dengan urat
daun yang halus dan tidak membentuk crop. Selada cos memiliki karakteristik
daun yang sempit namun panjang, berbentuk silinder dan tidak kompak (Grubben
dan Sukprakarn 1994).
Syarat tumbuh normal untuk tanaman selada yaitu pada suhu 17-28 °C,
bahkan terdapat tanaman selada yang toleran terhadap suhu tinggi lebih dari 30 °C.
Suhu lebih dari 30 °C menyebabkan selada yang tidak tahan suhu tinggi terhambat
proses perkecambahannya, menghambat pertumbuhan tanaman dan merangsang
terjadinya bolting sehingga menyebabkan rasa pahit. Tanaman selada yang tidak
toleran suhu tinggi membutuhkan naungan karena kurang tahan cahaya matahari
yang terik dan cuaca panas (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).
Larutan Hara
Larutan hara untuk sistem hidroponik adalah larutan yang mengandung ion
anorganik terbentuk dari garam terlarut yang merupakan elemen terpenting bagi
pertumbuhan tanaman. Larutan hidroponik standar yang biasa digunakan adalah
larutan AB mix yang terdiri dari stok A (berisi larutan hara A) mengandung
KNO3, Ca(NO3)2, NH4NO3 dan FeEDTA, stok B (berisi larutan hara stok B)
mengandung KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4, MnSO4, CuSO4, ZnEDTA, H3BO3
dan NH4-M0O4 dan asam dengan jumlah 15-20 % dari total larutan stok A dan B
(Resh 2004). Toshiki (2012) mengemukakan bahwa larutan hara menjadi salah
satu faktor yang penting bagi produksi dan kualitas tanaman secara hidroponik.
Tanaman memerlukan sejumlah besar unsur makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan
juga memerlukan sejumlah kecil unsur mikro (Cl, Fe, B, Mn, Zn, Cu, Ni dan Mo).
Unsur makro dan mikro tersebut terkandung di dalam larutan hidroponik standar
(AB mix).
Parks dan Murray (2011) menyatakan konsentrasi yang terkandung dalam
larutan hara perlu diperhatikan dengan menggunakan konduktivitas listrik (EC)
yang tepat. Nilai EC yang digunakan pada sayuran daun berkisar 1.5-2.5 mS/cm.
Kelebihan nilai EC menyebabkan toksisitas dan plasmolisis sel-sel tanaman.
Sistem Hidroponik
Hidroponik dapat didefinisikan sebagai sistem budidaya tanaman dengan
menggunakan media selain tanah, tetapi menggunakan media bersifat inert seperti
kerikil, pasir, gambut, vermikulit, rockwoll, perlite, batu apung atau serbuk gergaji
dan ditambahkan larutan hara yang berisi seluruh unsur yang diperlukan bagi
pertumbuhan tanaman (Resh 2004).
5
Media tanam yang digunakan untuk sistem hidroponik harus terhindar dari
bakteri, racun, jamur, dan virus yang dapat menjadi penyebab patogen tanaman.
Terdapat dua jenis media tanam hidroponik yaitu media tanam bahan organik
terdiri dari: arang sekam, serbuk kayu, gambut, batang pakis, dan sabut kelapa.
Media tanam bahan anorganik terdiri dari: pasir, kerikil, batu apung, pecahan
batu, perlit, dan zeolit. Pemilihan media tanam yang baik sesuai dengan metode
hidroponik yang akan digunakan dapat memberikan pertumbuhan tanaman yang
optimal (Resh 2004).
Fertigasi merupakan sistem irigasi bersamaan dengan pemberian hara yang
umum digunakan pada sistem budidaya secara hidroponik. Aplikasi fertigasi dapat
dilakukan dengan menggunakan pupuk baik dalam bentuk pupuk padat yang
dilarutkan dalam air maupun pupuk cair yang dicampurkandalam air irigasi.Untuk
dapat memenuhi kebutuhan pupuk bagi tanaman perlu diketahui kebutuhan pupuk
optimal tanaman pada setiap tahap pertumbuhan untuk memperoleh kualitas
tanaman yang baik (Hermantoro 2003).
Unsur Nitrogen (N)
Unsur hara makro yang utama meliputi N, P, dan K. Disamping karbon,
hidrogen, dan oksigen nitrogen merupakan salah satu unsur makro yang penting
dalam pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur makro merupakan unsur kimia yang
dibutukan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
secara normal. Nitrogen juga berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino,
protein, DNA, dan RNA tanaman. Pertumbuhan vegetatif tanaman dapat
dirangsang dengan aplikasi pemupukan N, apabila aplikasi tidak teratur akan
menyebabkan gejala defisiensi unsur N seperti klorosis, daun tua berwarna
kuning, dan pertumbuhan tanaman terhambat sehingga akan menyebabkan
penurunan hasil panen (Arteca 2006).
METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan mulai Februari sampai dengan April 2013.
Kegiatan penelitian dilaksanakan pada dua tempat, yaitu: di Green House Unit
Lapangan Dramaga, University Farm IPBDramaga Bogor dengan ketinggian
tempat 250 m dpl dengan titik koordinat 6033’5.68” LS dan 106
0 42’ 51.33” BT,
dan Laboratorium Pasca Panen IPB, Dramaga, Bogor.
6
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih selada varietas
Belini, pakchoy varietas Nauli, bayam varietas Amaranth alabama, kascing, arang
sekam, insektisida berbahan aktif (carbofuran dan deltametrin), larutan hara
hidroponik standar AB mix (Larutan hara stok A: KNO3, Ca(NO3)2, dan Fe
EDTA) dan (larutan hara stok B: KNO3, K2SO4, KH2SO4, MgSO4, MnSO4,
CUSO4, (NH4)SO4, Na2HBO3, ZnSO4, dan NaMoO4) komposisi hara yang
digunakan sebagai berikut : Ca++
177ppm, Mg++
24ppm, K+210ppm, NH4
+ 25ppm,
NO3- 233ppm, SO4
- 113ppm, PO4
- 60ppm, Fe 2.14ppm, B 1.2ppm, Zn 0.26ppm,
Cu 0.048ppm, Mn 0.18ppm dan Mo 0.046ppm, pupuk NPK (15:15:15) dengan
kandungan (15% N, 15% P2O5, 15% K2O, 2 % MgO, 3 % S) , pupuk NPK
(12:14:12) dengan kandungan (12% N, 14% P2O5, 12% K2O, 1 % Mg dan
dilengkapi dengan unsur mikro seperti Mn, B, Cu, Co, dan Zn dalam jumlah kecil).
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi polybag ukuran 40 x
40 cm, tray semai, kontainer 120 l, gelas ukur 1000 ml, timbangan digital, bagan
warna daun (BWD), EC meter, pH meter, penggaris, jangka sorong, kamera, dan
alat tulis.
Metode Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu jenis sumber hara. Setiap jenis
komoditas merupakan percobaan yang terpisah dengan tiga perlakuan, yaitu P0 =
Kontrol (Pupuk AB mix) dengan dosis 300 ml/polybag, P1 = Pupuk NPK
(15:15:15) dengan penyetaraan unsur N pada AB mix (Lampiran 4) dengan dosis
300 ml/polybag, P2 = Pupuk NPK (12:14:12) dengan penyetaraan unsur N dengan
dosis 300 ml/polybag. Perlakuan diulang sebanyak 4 ulangan sehingga terdapat 12
satuan percobaan. Setiap satu satuan percobaan terdiri dari 3 polybag yang berisi 4
tanaman/polybag sehingga total jumlah satu jenis komoditas yang ditanam
sebanyak 144 tanaman. Komoditas yang ditanam terdiri dari 3 jenis sehingga total
tanaman yang ditanam sebanyak 432 tanaman. Pengamatan dipilih secara acak
dengan memilih 3 tanaman contoh dalam satuan percobaan, jumlah tanaman
sampel sebanyak 36 tanaman untuk setiap komoditas, sehingga total tanaman
sampel sebanyak 108 tanaman.
Model matematika yang digunakan adalah:
Yijk = µ + αi + βj + εij
Keterangan :
Yijk= Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke –j
µ= Nilai rata-rata pengamatan
αi= Pengaruh perlakuan ke-i
βj= Pengaruh ulangan kontrol ke –j
εij= Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan kontrol ke-j.
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dan perlakuan yang
mempengaruhi dianalisis dengan uji Duncan Multiple Range Taste (DMRT)
dengan taraf nyata 5%.
7
Pelaksanaan Percobaan
Percobaan dilaksanakan setelah rumah kaca dibersihkan dan
disterilisasikan. Setelah itu alat dan bahan dipersiapkan untuk digunakan. Proses
penyemaian benih dilakukan dalam tray semai selama 21 hari atau setelah muncul
3-4 helai daun dari masing-masing komoditas dengan menggunakan media tanam
kascing. Pindah tanam dari persemaian dilakukan ke dalam polybag yang
berukuran 40 cm x 40 cm dengan menggunakan media tanam arang sekam.
Volume media yang digunakan berukuran 10 l. Setiap polybag ditanami 4 bibit
untuk setiap komoditas.
Pembuatan pupuk AB mix dilarutkan ke dalam kontainer A (larutan hara
stok A) dan kontainer B (larutan hara stok B) dengan volume masing-masing 90 l.
Sebanyak 250 ml larutan stok A dan B diencerkan pada kontainer besar berukuran
120 l dengan volume 100 l. Pengukuran EC antara 1.5-2.5 mS.cm-1
dan nilai pH
5.5-7. Larutan hara AB mix digunakan sebagai pembanding sedangkan larutan
pupuk NPK (15:15:15), dan larutan pupuk NPK (12:14:12) dilarutkan secara
terpisah dengan penyetaraan konsentrasi N pada larutan AB mix (180 mg.l-1
N).
Konsentrasi pupuk NPK (15:15:15) yang didapatkan sebanyak 1.2 g.l-1
dan NPK
(12:14:12) sebanyak 1.5 g.l-1
(Lampiran 4). Pupuk dilarutkan pada kontainer
berukuran 120 l dengan volume masing-masing 100 l. Proses penyiraman dan
pemupukan untuk larutan AB mix, NPK (15:15:15), dan NPK (12:14:12)
dilakukan secara bersamaan dengan sistem fertigasi manual. Aplikasi dilakukan
satu kali pada pagi hari setiap pukul 07.00 dan disiramkan pada masing-masing
media sebanyak 300 ml/polybag. Proses pemeliharaan tanaman meliputi
pemberantasan hama. Proses pemanenan dilakukan pada tanaman bayam berumur
17 HST (Hari Setelah Tanam), pakchoy berumur 30 HST, dan selada berumur 32
HST.
Pengamatan
Pengukuran dan pengamatan dilakukan sebelum dan setelah panen.
Pengamatan dilakukan pada 3 tanaman contoh secara acak untuk setiap ulangan.
Pengamatan dilakukan satu minggu sekali mulai dari 1 HST sampai dengan
menjelang panen. Peubah-peubah yang diamati bagian vegetatif tanaman adalah
sebagai berikut: tinggi tanaman, diukur mulai dari pangkal tanaman sampai titik
tumbuh dengan menggunakan penggaris. Jumlah daun, dihitung pada daun yang
telah membuka sempurna. Lebar daun, diukur melintang pada daun terlebar dari
setiap tanaman contoh umur 1 MST. Panjang daun, diukur mulai dari pangkal
daun sampai ujung daun. Diameter batang, diukur pada bagian batang dekat
dengan permukaan media menggunakan jangka sorong.
Peubah-peubah yang diamati pada saat pasca panen adalah sebagai berikut:
bobot per tanaman, ditimbang dengan mengikutsertakan akar tanaman. Bobot
daun, ditimbang hanya daunnya saja. Bobot batang, ditimbang hanya batang
tanaman saja. Bobot akar, ditimbang hanya akar tanaman saja. Skor warna daun,
diukur pada 1 helai daun untuk setiap tanaman contoh dengan menggunakan alat
bagan warna daun (BWD). Bobot layak pasar yaitu bobot tanaman yang layak
untuk dipasarkan dipilih berdasarkan bobot per tanaman dalam satu satuan
8
percobaan, kriteria bobot yang layak pasar untuk bayam adalah 10 g, pakchoy 40-
50 g dan selada 60-110 g. Bobot tidak layak pasar yaitu bobot tanaman yang tidak
termasuk kriteria bobot layak pasar. Bobot total tanaman yaitu bobot total dari
setiap satu satuan percobaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi umum
Tanaman bayam, pakchoy, dan selada yang berumur 21 hari siap
dipindahtanamkan dari persemaian ke dalam rumah kaca. Kondisi tanaman bayam,
pakchoy, dan selada setelah transplanting di dalam rumah kaca mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat, normal, dan tidak mengalami kematian
khususnya pada tanaman sampel hingga akhir penelitian. Tanaman selada yang
berumur 2 MST (minggu setelah tanam) terlihat gejala etiolasi (Gambar 1).
Suhu dan kelembaban rata-rata selama di dalam rumah kaca mengalami
perbedaan setiap harinya. Suhu rata-rata dalam rumah kaca berkisar 29-390C,
sedangkan untuk kelembaban rata-rata dalam rumah kaca berkisar 62-85 %
selama percobaan berlangsung (Lampiran 5). Keadaan suhu yang cukup tinggi
dan kelembaban yang rendah menjadikan tanaman bayam, pakchoy dan selada
layu sesaat pada siang hari, namun saat suhu menurun dan kelembaban meningkat
pada sore hari tanaman kembali segar.
Hama mulai menyerang tanaman saat berumur 2 MST. Hama yang
menyerang tanaman bayam, pakchoy, dan selada selama penelitian berlangsung
yaitu penggorok daun (Liriomyza sp.), belalang coklat (Acrididae) dan kutu daun
(Aphididae). Aplikasi insektisida dilakukan pada tanaman yang menunjukan
gejala tanda-tanda serangan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif
deltametrin. Aplikasi insektisida dilakukan 2 kali selama masa tanam, yaitu pada
2 MST dan 3 MST dengan konsentrasi 2 cc/l.
Bayam dipanen pada umur 17 HST (hari setelah tanam) sedangkan untuk
pakchoy 30 HST dan selada 32 HST. Pemanenan dilakukan pagi hari agar
menghindari terjadinya kehilangan hasil panen.
9
Gambar 1 Kondisi tanaman selada 2 MST yang mengalami etiolasi pada berbagai
jenis perlakuan : P0 pupuk AB mix, P1 pupuk NPK 15:15:15 dan P2
pupuk NPK 12:14:12
Bayam (Amaranthus L.)
Tinggi tanaman dan diameter batang
Berdasarkan Tabel 1 menunjukan bahwa perlakuan jenis hara tidak
mempengaruhi tinggi tanaman dan diameter batang, akan tetapi pada diameter
batang 2 MST perlakuan jenis hara menunjukan pengaruh sangat nyata.
Perlakuan pupuk AB mix pada 2 MST menghasilkan diameter batang paling besar
dibandingkan diameter batang pada perlakuan pupuk NPK 15:15:15 dan NPK
12:14:12.
Tabel 1 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap tinggi tanaman dan diameter
batang tanaman bayam
Perlakuan Umur tanaman
1(MST) 2(MST)b
Tinggi tanaman (cm)
AB mix 9.21 19.73
NPK 15:15:15 9.13 19.58
NPK 12:14:12 9.01 19.5
Uji F tn tn
Diameter batang (cm)a
AB mix 0.35 0.70a
NPK 15:15:15 0.29 0.57b
NPK 12:14:12 0.32 0.59b
Uji F tn ** aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT 5%, bMST= minggu setelah tanam.
10
Jumlah daun, lebar daun dan panjang daun
Perlakuan pemupukan tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah
daun, lebar daun dan panjang daun tanaman bayam kecuali, pada jumlah daun
umur 2 MST (Tabel 2). Perlakuan pupuk AB mix menghasilkan jumlah daun lebih
banyak dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK 15:15:15 tetapi tidak berbeda
dengan NPK 12:14:12.
Tabel 2 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap jumlah daun, lebar daun dan
panjang daun tanaman bayam
Perlakuan Umur tanaman
1 (MST)b 2 (MST)
Jumlah dauna
AB mix 6.92 15.00a NPK 15:15:15 6.92 11.42b NPK 12:14:12 7.08 13.08ab Uji F tn * Lebar daun (cm) AB mix 4.32 8.18 NPK 15:15:15 4.33 7.51 NPK 12:14:12 4.34 7.56 Uji F tn tn Panjang daun (cm) AB mix 0.35 12.63 NPK 15:15:15 0.29 11.64 NPK 12:14:12 0.32 12.15 Uji F tn tn
aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT 5%, bMST= minggu setelah tanam.
Skor warna daun, bobot daun, bobot batang dan bobot akar
Perlakuan tiga jenis sumber hara mempengaruhi skor warna daun dan
bobot daun tanaman bayam (Tabel 3). Perlakuan NPK 12:14:12 menghasilkan
skor warna daun yang lebih tinggi. Skor warna daun menunjukan bahwa daun
dengan perlakuan NPK 12:14:12 berwarna lebih hijau. Perlakuan pupuk AB mix
menghasilkan bobot daun lebih besar dibandingkan dengan kedua perlakuan yang
lain. Perlakuan ketiga sumber hara tidak berpengaruh nyata terhadap bobot akar
dan batang per tanaman bayam.
Tabel 3 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap warna daun, bobot daun, bobot
batang dan bobot akar tanaman bayam
Perlakuan Skor warna
dauna
Bobot per tanaman (g)
Daun Batang Akar
AB mix 3.08b 13.17a 9.00 2.67 NPK 15:15:15 3.00b 8.67b 6.58 2.59
NPK 12:14:12 3.50a 9.42b 7.00 2.61
Uji F * * tn tn aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT 5%.
11
Bobot layak pasar, bobot tidak layak pasar, bobot per tanaman dan
bobot total
Berdasarkan Tabel 4 perlakuan jenis sumber hara tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot layak pasar, bobot tidak layak pasar, bobot per tanaman. Perlakuan
pupuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot total. Perlakuan pupuk
AB mix menghasilkan tanaman bayam dengan bobot total lebih banyak
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Tabel 4 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap bobot layak pasar, bobot tidak
layak pasar, bobot per tanaman dan bobot total tanaman bayam
Perlakuan
Bobot 12 tanaman (g)
Bobot per
tanaman (g) Bobot layak
pasar Bobot tidak
layak pasar Bobot total
AB mix 235.75 24.00 259.75a 21.65 NPK 15:15:15 195.50 28.00 223.50b 18.63 NPK 12:14:12 180.50 46.25 226.75b 18.90 Uji F tn tn * tn
aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT 5%.
Gambar 2 Perbandingan tanaman bayam umur 17 HST pada berbagai jenis
perlakuan, P0 : pupuk AB mix, P1: pupuk NPK 15:15:15, P2: pupuk
NPK 12:14:12
Pakchoy ( Brassica rapa cv. Pakchoy)
Tinggi tanaman dan diameter batang
Berdasarkan Tabel 5 ketiga perlakuan pupuk tidak berpengaruh nyata pada
tinggi tanaman umur 1-4 MST dan diameter batang umur 1-2 MST. Perlakuan
pupuk menunjukan pengaruh yang sangat nyata terlihat pada diameter batang
umur 3 MST dan menunjukan pengaruh yang nyata pada umur 4 MST. Perlakuan
menggunakan pupuk AB mix menghasilkan diameter batang lebih besar dari
perlakuan NPK 12:14:12 tetapi tidak berbeda dengan perlakuan NPK 15:15:15.
12
Jumlah daun, lebar daun dan panjang daun
Perlakuan ketiga jenis sumber hara yang digunakan tidak berpengaruh
nyata terhadap jumlah daun umur 1-2 MST, akan tetapi pada umur 3-4 MST
perlakuan jenis sumber hara memberikan pengaruh yang nyata (Tabel 6).
Perlakuan jenis sumber hara tidak berpengaruh nyata terhadap lebar daun dan
panjang daun kecuali, pada umur 2 MST menunjukan pengaruh yang nyata.
Perlakuan pupuk AB mix menghasilkan jumlah dan panjang daun lebih besar.
Sedangkan perlakuan pupuk NPK 15:15:15 menghasilkan jumlah daun, lebar daun
dan panjang daun yang tidak berbeda.
Tabel 5 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap tinggi tanaman, dan diameter
batang tanaman pakchoy
Perlakuan
Umur tanaman
1(MST)b 2(MST) 3(MST) 4(MST)
Tinggi tanaman (cm) AB mix 2.99 3.89 4.77 5.44
NPK 15:15:15 3.23 4.04 4.69 5.13
NPK 12:14:12 2.92 3.81 4.54 5.27
Uji F tn tn tn tn Diameter batang (cm)
a AB mix 0.19 0.29 0.40a 0.51a NPK 15:15:15 0.17 0.28 0.35b 0.45ab NPK 12:14:12 0.17 0.27 0.35b 0.41b Uji F tn tn ** *
aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT 5%,bMST= minggu setelah tanam
Tabel 6 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap jumlah daun, lebar daun, dan
panjang daun tanaman pakchoy
Perlakuan
Umur tanaman
1(MST)b 2(MST) 3(MST) 4(MST)
Jumlah dauna
AB mix 6.67 9.67 13.17a 16.75a
NPK 15:15:15 6.58 9.17 11.92b 14.08b NPK 12:14:12 6.33 9.50 12.25b 14.92b Uji F tn tn * *
Lebar daun (cm) AB mix 3.04 4.58a 5.16 5.43
NPK 15:15:15 3.06 4.56a 5.24 5.57 NPK 12:14:12 2.91 3.90b 4.48 4.78 Uji F tn * tn tn
Panjang daun (cm)
AB mix 8.17 11.23a 12.2 12.73 NPK 15:15:15 7.81 10.71b 12.16 12.58 NPK 12:14:12 7.59 10.15b 11.16 11.52 Uji F tn * tn tn
aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT 5%, bMST = minggu setelah tanam
13
Bobot per tanaman, bobot layak pasar, bobot tidak layak pasar dan
bobot total
Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa peubah bobot per tanaman, bobot
layak pasar, bobot tidak layak pasar dan bobot total sangat nyata dipengaruhi oleh
perlakuan jenis sumber hara. Perlakuan dengan pupuk AB mix menghasilkan
bobot per tanaman, bobot layak pasar dan bobot total tertinggi dibandingkan
kedua perlakuan lainnya. Peubah bobot tidak layak pasar dengan perlakuan pupuk
AB mix memberikan hasil yang rendah.
Tabel 7 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap bobot per tanaman, bobot layak
pasar, bobot tidak layak pasar dan bobot total tanaman pakchoy
Perlakuan Bobot per
tanaman (g)
Bobot 12 tanaman (g)a
Bobot layak
pasar Bobot tidak layak
pasar Bobot total
AB mix 46.06a 465.75a
87.00b
552.75a NPK 15:15:15 32.58b 81.50b
295.75a
377.25b
NPK 12:14:12 28.67b 95.25b
248.75a
344.00b Uji F ** ** ** **
aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT 5%.
Bobot daun, bobot batang, bobot akar, skor warna daun
Peubah bobot daun sangat nyata dipengaruhi oleh perlakuan jenis sumber
hara. Perlakuan dengan pupuk AB mix menghasilkan bobot daun tertinggi
dibandingkan dengan kedua perlakuan lainnya. Peubah bobot batang dan bobot
akar menunjukan pengaruh yang nyata terhadap perlakuan jenis sumber hara.
Perlakuan dengan pupuk AB mix menghasilkan bobot batang dan bobot akar lebih
tinggi dibandingkan kedua perlakuan lainnya. Perlakuan ketiga jenis sumber hara
tidak berpengaruh nyata terhadap skor warna daun, skor warna daun berkisar
3.08-3.50 menunjukan bahwa warna daun pakchoy cukup hijau.
Tabel 8 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap bobot daun, bobot batang, bobot
akar, skor warna daun tanaman pakchoy
Perlakuan Bobot per tanaman (g)
Dauna Batang Akar Skor warna daun
AB mix 52.00a
2.08a
2.49a
3.08
NPK 15:15:15 35.58b
1.17b
2.41b
3.08
NPK 12:14:12 31.25b
1.08b
2.41b
3.50
Uji F ** * * tn aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidaberbeda nyata menurut uji
DMRT 5%.
14
Gambar 3 Perbandingan tanaman pakchoy 30 HST pada berbagai jenis perlakuan
pupuk. P0: pupuk ABmix, P1: pupuk NPK 15:15:15, P2: pupuk NPK
12:14:12
Selada (Lactuca sativa L.)
Tinggi tanaman dan diameter batang
Perlakuan jenis sumber hara yang digunakan tidak berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman selada umur 1-4 MST dan diameter batang umur 1-2
MST (Tabel 9). Umur 3-4 MST perlakuan jenis sumber hara menunjukan
pengaruh yang nyata pada peubah diameter batang. Perlakuan pupuk AB mix
menghasilkan diameter batang lebih besar dibandingkan perlakuan NPK 12:14:12
tetapi tidak berbeda dengan perlakuan NPK 15:15:15.
Tabel 9 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap tinggi tanaman dan diameter
batang tanaman selada
Umur tanaman Perlakuan 1(MST)
b 2(MST) 3(MST) 4(MST) Tinggi tanaman (cm)
AB mix 2.64 6.61 9.18 15.21 NPK 15:15:15 2.18 5.67 8.75 14.9 NPK 12:14:12 2.44 4.92 7.41 13.54 Uji F tn tn tn tn Diameter batang (cm)
a AB mix 0.21 0.31 0.38a 0.47a NPK 15:15:15 0.2 0.3 0.36a 0.42ab NPK 12:14:12 0.19 0.26 0.32b 0.37b Uji F tn tn * *
aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT 5%, bMST =minggu setelah tanam
Jumlah daun, lebar daun dan panjang daun
Berdasarkan Tabel 10 menunjukan bahwa perlakuan jenis sumber hara
tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, lebar daun dan panjang daun
selada kecuali, pada lebar daun umur 3 MST dan panjang daun umur 2 MST.
Perlakuan pupuk NPK 12:14:12 menghasilkan lebar daun lebih tinggi dari
15
perlakuan pupuk AB mix tetapi tidak berbeda dengan pupuk NPK 15:15:15 dan
perlakuan pupuk AB mix menghasilkan panjang daun lebih tinggi dari kedua
perlakuan lainnya.
Tabel 10 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap jumlah daun, lebar daun dan
panjang daun tanaman selada
Perlakuan Umur tanaman
1(MST)b 2(MST) 3(MST) 4(MST)
Jumlah daun AB mix 5.00 6.17 7.08 8.75
NPK 15:15:15 4.83 7.17 8.50 9.00 NPK 12:14:12 4.58 6.58 7.58 8.58 Uji F tn tn tn tn
Lebar daun (cm)a
AB mix 3.48 4.73 4.96b 5.79
`NPK 15:15:15 3.17 4.18 5.09ab 5.93 NPK 12:14:12 3.03 4.46 5.26a 5.64 Uji F tn tn * tn
Panjang daun (cm)
AB mix 7.69 10.13a 10.48 11.75 NPK 15:15:15 7.23 8.44b 10.26 12.09 NPK 12:14:12 6.96 8.84b 10.58 11.58 Uji F tn * tn tn
aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT 5%, bMST = minggu setelah tanam.
Bobot per tanaman, bobot tidak layak pasar dan bobot total
Peubah bobot per tanaman, bobot tidak layak pasar dan bobot total sangat
nyata dipengaruhi oleh perlakuan ketiga jenis hara yang digunakan (Tabel 11).
Perlakuan pupuk AB mix menghasilkan bobot per tanaman, bobot tidak layak
pasar dan bobot total tertinggi dari kedua perlakuan lainnya.
Tabel 11 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap bobot per tanaman, bobot tidak
layak pasar dan bobot total tanaman selada
Perlakuan Bobot per
tanaman (g)
Bobot 12 tanaman (g)a
Bobot tidak layak
pasar Bobot total
AB mix 25.93a 311.15a 311.15a NPK 15:15:15 17.31b 203.45b 203.45b NPK 12:14:12 16.38b 180.43b 180.43b Uji F ** ** **
aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT 5%.
Bobot daun, bobot batang dan bobot akar
Berdasarkan data bobot daun, bobot batang, bobot akar tanaman selada
‘Belini’ (Tabel 12) menunjukan bahwa perlakuan jenis sumber hara berpengaruh
sangat nyata terhadap peubah bobot daun dan bobot akar. Perlakuan menggunakan
16
pupuk AB mix menghasilkan bobot daun dan bobot akar lebih tinggi dibandingkan
dengan kedua perlakuan yang lain. Perlakuan jenis sumber hara tidak berpengaruh
nyata terhadap peubah bobot batang tanaman selada.
Tabel 12 Pengaruh perlakuan jenis hara terhadap bobot daun, bobot batang, bobot
akar tanaman selada
Perlakuan Bobot per tanaman (g)
a
Daun Batang Akar
AB mix 22.16a 2.87 2.45a NPK 15:15:15 14.51b 2.70 1.23b NPK 12:14:12 13.69b 2.67 0.88b Uji F ** tn **
aAngka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut
uji DMRT 5%.
Gambar 4 Perbandingan tanaman selada 32 HST pada berbagai jenis perlakuan
pupuk. P0: pupuk AB mix, P1: pupuk NPK 15:15:15, P2: pupuk NPK
12:14:12
Pembahasan
Perlakuan dengan menggunakan pupuk AB mix memiliki pertumbuhan
vegetatif dan hasil panen terbaik pada tanaman bayam, pakchoy dan selada
dibandingkan dengan kedua pupuk lainnya. Jenis sumber hara yang digunakan
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap diameter batang tanaman
bayam dan pakchoy. Hal ini sesuai dengan penelitian Iqbal (2006) bahwa
pemberian komposisi hara yang seimbang dapat diserap tanaman secara efektif
serta menghasilkan daun yang lebar, dan diameter batang yang lebih besar.
Kandungan pupuk AB mix diduga memiliki komposisi seimbang yang dibutuhkan
oleh tanaman. Komposisi hara seimbang yang dimaksud adalah kandungan unsur
hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman telah terkandung di dalam
larutan hara AB mix dan nutrisi yang diperoleh tanaman dari larutan hara AB mix
telah memenuhi kebutuhan tanaman.
17
Perlakuan beberapa sumber hara yang digunakan pada tanaman bayam,
pakchoy, dan selada hingga akhir pengamatan secara umum tidak memberikan
pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, dan panjang daun.
Penggunaan pupuk AB mix, NPK 15:15:15 dan NPK 12:14:12 akan diperoleh
hasil tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, panjang daun yang tidak berbeda.
Menurut penelitian Iqbal (2006) pertumbuhan vegetatif setiap tanaman sangat
dipengaruhi oleh komponen hara yang diberikan. Presentase N yang berbeda pada
fase vegetatif tanaman menyebabkan tanaman tersebut mengalami perbedaan
dalam proses pertumbuhannya.
Parameter yang perlu diperhatikan pada larutan hara hidroponik yaitu pH
larutan, konduktivitas listrik (EC) dan suhu larutan. EC adalah menggambarkan
kadar garam yang terlarut di dalam suatu larutan. Alat pengukur kadar garam
dalam larutan hara yaitu EC meter. EC mengindikasi konsentrasi atau kepekatan
suatu larutan mengenai nutrisi yang terkandung pada larutan yang diserap oleh
suatu tanaman (Toshiki 2012). Nilai EC pupuk AB mix 1.50 mS.cm-1
, pupuk NPK
15:15:15 1.69 mS.cm-1
dan pupuk NPK 12:14:12 1.36 mS.cm-1
. Menurut Parks
dan Murray (2011) nilai EC yang digunakan untuk sayuran daun berkisar 1.5-2.5
mS.cm-1
. Kelebihan nilai nilai EC dapat menyebabkan toksisitas dan plasmolisis
pada sel-sel tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Secara
umum dari semua pengamatan vegetatif pada bayam, pakchoy dan selada
perlakuan pupuk NPK 12:14:12 terlihat menghasilkan pertumbuhan terendah. Hal
ini diduga karena NPK 12:14:12 hanya mengandung unsur hara makro N, P, K
dan Mg serta hara mikro yaitu Mn, B, Cu, Co, Zn dan memiliki nilai EC yang
rendah yang menyebabkan pertumbuhan tanaman pada perlakuan tersebut terlihat
rendah dan tidak optimal. Menurut Permatasari (2001) menyatakan bahwa
semakin banyak unsur hara yang terkandung dalam larutan hara maka akan
semakin tinggi pula nilai EC yang terkandung, yang berarti kemampuan larutan
hara tersebut dalam menghantarkan ion-ion listrik ke akar tanaman akan semakin
tinggi sehingga penyerapan hara oleh tanaman juga semakin tinggi dan
pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal.
Perlakuan menggunakan pupuk AB mix memberikan rata-rata bobot per
tanaman dan bobot total tanaman bayam, pakchoy dan selada lebih besar daripada
pupuk NPK 15:5:15 dan NPK 12:14:12 berturut-turut sebesar 21.65 g dan 259.75
g tanaman bayam, 46.06 g dan 552.75 g tanaman pakchoy, 25.93 g dan 311.15 g
tanaman selada. Menurut Susila (2006) sumber larutan hara AB mix yang
digunakan pada sistem THST (Teknologi Hidroponik Sistem Terapung)
memberikan hasil panen selada yang terbaik daripada menggunakan NPK atau
tanpa menggunakan larutan hara. Rata-rata hasil panen bobot layak pasar untuk
perlakuan AB mix memberikan hasil tertinggi terhadap tanaman bayam dan
pakchoy dibandingkan perlakuan lainnya yakni berturut-turut sebesar 235.75 g
dan 465.75 g. Hal ini diperkuat oleh Masud (2009) bahwa ketersediaan unsur hara
makro dan mikro yang cukup dan sesuai menyebabkan pertumbuhan tanaman
akan terpacu secara optimal sehingga diperoleh hasil produksi berupa berat segar
dan berat kering tajuk pada tanaman selada dengan kombinasi perlakuan nutrisi
AB mix buatan sendiri dengan media tanam pasir.
Hasil panen tanaman selada tidak sesuai dengan kriteria layak pasar
dikarenakan kodisi tanaman selada mengalami etiolasi yang terlihat sejak 2 MST
(Gambar 1). Hal tersebut menjadi salah satu faktor selain faktor rusaknya daun
18
akibat tanaman terserang hama yang menyebabkan semua hasil panen tanaman
selada tidak layak untuk dipasarkan. Intensitas cahaya matahari yang tinggi dapat
menekan pertumbuhan tinggi tanaman, sebaliknya apabila intensitas cahaya
matahari rendah dapat menyebabkan ruas memanjang sampai batas tertentu dan
menyebabkan tanaman mengalami etiolasi (Firmansyah et al 2009). Faktor
penyebab tanaman selada mengalami etiolasi pada penelitian ini diduga karena
struktur atap rumah kaca yang digunakan kurang optimal dalam penyerapan
intensitas cahaya matahari. Perlakuan menggunakan pupuk AB mix memberikan
hasil tertinggi untuk bobot tidak layak pasar hasil panen selada yakni sebesar
311.15 g. Susila (2006) menyatakan bahwa penggunaan pupuk daun dapat
memperbaiki hasil panen, sehingga aplikasi pupuk dengan melakukan kombinasi
AB mix melalui akar dengan pupuk melalui daun dapat digunakan untuk
meningkatkan hasil dan kualitas tanaman selada. Kenyataannya penggunaan
pupuk NPK 12:14:12 (pupuk daun) tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman
selada secara THST. Hasil penelitian (Izzati et al 2006) menyimpulkan bahwa
pertumbuhan dan produksi tanaman selada yang terbaik secara hidroponik adalah
menggunakan larutan AB mix dengan cara fertigasi terputus. Kesimpulan dalam
penelitian Masud (2009) menyatakan bahwa kombinasi nutrisi AB mix buatan
sendiri dan media tanaman pasir memberikan hasil tertinggi terhadap jumlah daun
dan tinggi tanaman 7 MST, luas daun, panjang akar, berat segar dan berat kering
tajuk tanaman selada.
Perlakuan dengan menggunakan pupuk AB mix memberikan hasil
produksi dan kualitas tanaman lebih tinggi pada ketiga komoditas tersebut.
Ditinjau dari segi biaya, pupuk AB mix memiliki harga yang relatif lebih mahal
karena pemakaian dan pembelian pupuk AB mix harus satu paket. Pupuk NPK
15:15:15 dan pupuk NPK 12:14:12 memilki harga yang relatif lebih murah
dibandingkan AB mix dan bisa dibeli sesuai dengan kebutuhan. Hasil analisis
usaha tani yang terdapat pada lampiran menunjukkan bahwa, biaya produksi
tanaman pakchoy secara hidroponik menggunakan pupuk NPK 15:15:15 lebih
murah dibandingkan kedua pupuk lainnya akan tetapi, hasil produksi yang didapat
tidak begitu tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh hanya sedikit (Lampiran
7). Berbeda dengan biaya produksi tanaman pakchoy menggunakan pupuk AB
mix meskipun biaya cukup besar akan tetapi, hasil produksi menggunakan pupuk
AB mix sangat tinggi sehingga keuntungan yang didapat pun lebih tinggi
(Lampiran 6).
19
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengujian beberapa sumber hara memberikan hasil yang tidak berbeda
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman bayam, pakchoy dan selada akan tetapi
perlakuan pupuk AB mix memberikan hasil produksi yang lebih tinggi pada
tanaman bayam, pakchoy dan selada yaitu pada komponen bobot per tanaman,
bobot total dan bobot layak pasar yaitu berturut-turut sebesar 21.65 g, 259.75 g,
235.75 g tanaman bayam, 46.06 g, 552.75 g, 465.75 g tanaman pakchoy dan 25.93
g, 311.15 g tanaman selada.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pupuk AB mix memiliki
hasil terbaik dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK 15:15:15 dan NPK
12:14:12. Perlakuan pupuk NPK 15:15:15 dan NPK 12:14:12 tidak dapat
menggantikan peran AB mix dalam peningkatan pertumbuhan dan hasil panen
pada budidaya bayam, pakchoy, dan selada secara hidroponik.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan meningkatan aplikasi frekuensi
penyiraman yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam,
pakchoy dan selada hidroponik secara optimal.
20
DAFTAR PUSTAKA
Arteca RH. 2006. Introduction to Horticultural Science. Canada: Thomson Delmar
Learning.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi sayuran indonesia tahun 2010-2011.
[Internet]. [diunduh 2012 Desember 10]. Tersedia
pada :http://www.bps.go.id.
[BPS] Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012.
Produktivitas sayuran di indonesia tahun 2007- 2011. [Internet]. [diunduh
2012 Desember 10]. Tersedia pada:
http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/pdf-ATAP2011/Produkv-
Sayuran.pdf
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Produksi tanaman sayuran di Indonesia
periode 2011-2013. [Internet]. [diunduh 2014 Januari 8]. Tersedia pada:
http://www.hortikultura.deptan.go.id.
Firmansyah F, Anngo TM, Akyas AM. 2009. Pengaruh umur pindah tanam bibit
dan populasi tanaman terhadap hasil dan kualitas sayuran pakchoy
(Brassica campestris L. Chinensis group) yang ditanam dalam naungan
kasa di dataran medium. J Agricultura. 20(3):216-224. Grubben GJH. 1994. Amaranthus L.JS Siemonsma, K Piluek, editor.Bogor (ID): Plant
Resources of South-East Asia and vegetable 8 PROSEA Foundation.
Grubben GJH, S Sukprakarn. 1994. Lactuca sativa L. JS Siemonsma, K Piluek,
editor. Bogor (ID): Plant Resources of South-East Asia and Vegetables 8
PROSEA Foundation.
Hermantoro. 2003. Efektivitas sistem fertigasi kendi kasus pada tanaman lada
perdu [disertasi]. Bogor (ID): Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Hidayati M. 2009. Sistem hidroponik dengan nutrisi dan media tanam berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil selada. Media Litbang Sulteng. 2(2):131-
136.
Iqbal M. 2006. Penggunaan pupuk majemuk sebagai sumber hara pada budidaya
bayam secara hidroponik dengan tiga cara fertigasi [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Izzati IR, Suketi K, Widodo WD. 2006. Penggunaan pupuk majemuk sebagai
sumber hara pada budidaya selada (Lactuca sativa L) secara hidroponik
dengan tiga cara fertigasi. Di dalam: Efendi D, Widodo WD, editor.
Prosiding Seminar Nsional PERHORTI [Internet]. [2006 November 21].
Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian. hlm
1-16; [diunduh 2012 Oktober 21] . Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53831.pdf
Karsono S, Sudarmodjo, Y Sutiyoso. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga.
Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.
Kratky BA. 1993. A capillary non circulating hydroponic method for leaf and
semi-head lettuce. [Internet]. [diunduh 2013 Februari 04]. Tersedia pada:
http://horttech.ashspublications.org/content/3/2/206.full.pdf+html?sid=2cc
9aa80-324a-45d4-b4dc-682389eb5486.
21
Lestari G. 2009. Serial Rumah: Berkebun Sayuran Hidroponik. Jakarta (ID): Prima
Infosarana Media.
Parks S, Murray C. 2011. Leafy Asean Vegetables and Their Nutrion in
Hydroponics. Australian: State of New South Wales (AUS).
Permatasari H. 2001. Mempelajari kinerja sistem irigasi pada budidaya tanaman
pakchoy (brassica chinensis l.) secara hidroponik dengan media arang
sekam [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Resh HM. 2001. Hydroponic Food Production. United States of America (US):
New Concept Press.
Resh HM. 2004. Hydroponic Food Production 6th
Edition : A Definitife Guide Book
for The Advance Home Gardener and The Comercial Hydroponic Grower.
Mahwah, New Jersey: New Concept Press.
Rubatzky VE, M Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1: Prinsip, Produksi, dan Gizi,
edisi 2. Bandung (ID): ITB Press.
Rubatzky VE, M Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3:Prinsip, Produksi, dan Gizi,
edisi 2. Bandung (ID): ITB Press.
Sagwansupyakorn C. 1994. Brassica oleraceae L. P. 115-117. Siemonsma JS,
Pileuk K. editor. Bogor (ID): Plant resources of South-East Asia No.8 .
PROSEA :Vegetables.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Susila AD. 2006. Pengembangan teknologi maju untuk meningkatkan produksi
sayuran berkualitas sepanjang tahun. Bogor (ID): Departemen Agronomi
dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Tay DCS, Toxopeus H. 1994. Brassica rapa L. cv. Group Pak Choi. JS Siemonsma,
K Piluek, editor. Bogor (ID): Plant Resources of South-East Asia No.8.
PROSEA: Vegetable.
Tellez T, Merino FCG. 2012. Nutrient Solutions For Hydroponic Systems. Toshiki
A, editor. Cina: InTech.
Utama IMS. 2005. Pascapanen produk segar hortikultura. [Internet]. [diunduh 2013
Maret 25]. Tersedia pada: http://www.google.co.id.
Utama HS, Isa SM, Indragunawan A. 2006. Perancangan dan implementasi sistem
optimalisasi pemeliharaan tanaman hidroponik. J Teknik Elektro. 8(1):1-4.
22
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada bayam ‘Amaranth
Alabama’
Peubah Umur tanaman (MST)
a
1 2
Tinggi tanaman tn tn
Jumlah daun tn *
Lebar daun tn tn
Diameter batang tn **
Panjang daun tn tn
Bobot per tanaman - tn
Bobot daun - *
Bobot batang - tn
Bobot akar - tn
Bobot layak pasar - tn
Bobot tidak layak pasar - tn
Skor warna daun - *
Bobot total - *
Bobot per 4 tanaman
- * aMST= minggu setelah tanam.
Lampiran 2 Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada pakchoy ‘Nauli’
Peubah Umur tanaman (MST)
a
1 2 3 4
Tinggi tanaman tn tn tn tn
Jumlah daun tn tn * *
Lebar daun tn * tn tn
Diameter batang tn tn ** *
Panjang daun tn * tn tn
Bobot per tanaman - - - **
Bobot daun - - - **
Bobot batang - - - *
Bobot akar - - - *
Bobot layak pasar - - - **
Bobot tidak layak pasar - - - **
Skor warna daun - - - tn
Bobot per 4 tanaman - - - **
Bobot total - - - ** aMST= minggu setelah tanam.
23
Lampiran 3 Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan pada selada ‘Belini’
Peubah Umur tanaman (MST)
a
1 2 3 4 Tinggi tanaman tn tn tn tn Jumlah daun tn tn tn tn Lebar daun tn tn * tn Diameter batang tn tn * * Panjang daun tn * tn tn Bobot per tanaman - - - ** Bobot daun - - - ** Bobot batang - - - tn Bobot akar - - - ** Bobot tidak layak pasar - - - ** Bobot per 4 tanaman
- - - **
Bobot total
- - - **
aMST= minggu setelah tanam.
Lampiran 4 Perhitungan penyetaraan konsentrasi N
NPK 15:15:15
Konsentrasi N pada AB mix ( 180 mg/l)
15 % N = 100/15 x 0.18 g/l
= 1.2 g/l
NPK 12:14:12
Konsentrasi N AB mix ( 180 mg/l)
12% N = 100/12 x 0.18 g/l
= 1.5 g/l
Lampiran 5 Data suhu dan kelembaban di dalam rumah kaca bulan Maret-
April 2013
Waktu Pagi Siang Sore
Suhu (0C) RH (%) Suhu (
0C) RH (%) Suhu (
0C) RH (%)
1 MST 30 83 38 61 28 85
2 MST 29 80 37 63 27 90
3 MST 31 77 38 62 30 76
4 MST 30 74 38 62 31 75
24
Lampiran 6 Analisis usaha tani pakchoy perlakuan pupuk AB mix secara
hidroponik
No Uraian Banyaknya Satuan Harga
satuan Total
(Rupiah)
Biaya Produksi Tetap 1 Sewa rumah kaca 1000 m
2 1 000 1000 000 2 Benih pakchoy 111 g 1 000 111 000 3 Media arang sekam 37 karung 6 000 222 000 4 Polibag 222 buah 200 44 400 5 Nutrisi AB mix 8700 g 32 278 400 6 Insektisida 305 ml 250 76 250 7 Kascing 44 kg 4 000 176 000 8 Jumlah 1 908 050 Biaya Tenaga Kerja 1 Sterilisasi Rumah Kaca 55 HKP 3 000 165 000 2 Total Biaya Produksi 2 073 050 Biaya per ikat pakchoy
(200 gr) 5 000
3 Produksi 122 833 gr 4 Penjualan 614 ikat 5000 3 070 000 5 Keuntungan 996 950 6 B/C 1.48
*Keterangan :
Harga benih bayam dan selada Rp 1 000/g, dalam 1000 m2
rumah kaca memerlukan 111
g benih bayam dan selada
Kebutuhan pupuk AB mixsampai panen untuk tanaman bayam memerlukan4200 g, dan
selada 9300 g dalam 1000 m2
rumah kaca
Produksi tanaman bayam 57 722 g, selada 69 144 g, perlakuan pupuk AB mix dalam
1000 m2
25
Lampiran 7 Analisis usaha tani pakchoy perlakuan pupuk NPK 15:15:15 secara
hidroponik
No Uraian Banyaknya Satuan Harga
satuan Total
(Rupiah)
Biaya Produksi Tetap 1 Sewa rumah kaca 1000 m
2 1 000 1000 000 2 Benih pakchoy 111 g 1 000 111 000 3 Media arang sekam 37 karung 6 000 222 000 4 Polibag 222 buah 200 44 400 5 Pupuk NPK 15:15:15 6 960 g 6 41 760 6 Insektisida 305 ml 250 76 250 7 Kascing 44 kg 4 000 176 000 8 Jumlah 1 671 410 Biaya Tenaga Kerja 1 Sterilisasi Rumah Kaca 55 HKP 3 000 165 000 2 Total Biaya Produksi 1 836410 Biaya per ikat pakchoy
(200 gr) 5 000
3 Produksi 83 833 g 4 Penjualan 419 ikat 5 000 2 095 000 5 Keuntungan 258590 6 B/C rasio 1.14
*Keterangan :
Harga benih bayam dan selada Rp 1 000/g, dalam 1000 m2
rumah kaca memerlukan 111
g benih bayam dan selada
Kebutuhan pupuk NPK 15:15:15 sampai panen untuk tanaman bayam memerlukan 3 360
g, dan selada 7 444 g dalam 1000 m2 rumah kaca
Produksi tanaman bayam 49 667 g, dan selada 45 211 g, perlakuan pupuk NPK 15:15:15
dalam 1000 m2 rumah kaca
26
Lampiran 8 Analisis usaha tani pakchoy perlakuan pupuk NPK 12:14:12 secara
hidroponik
No Uraian Banyaknya Satuan Harga
satuan Total (Rupiah)
Biaya Produksi Tetap 1 Sewa rumah kaca 1000 m
2 1 000 1000 000
2 Benih pakchoy 111 g 1 000 111 000 3 Media arang sekam 37 karung 6 000 222 000 4 Polibag 222 buah 200 44 400 5 Pupuk NPK 12:14:12 8700 g 52 452 400 6 Insektisida 305 ml 250 76 250 7 Kascing 44 kg 4 000 176 000 8 Jumlah 2 082 050 Biaya Tenaga Kerja 1 Sterilisasi Rumah
Kaca 55 HKP 3 000 165 000
2 Total Biaya Produksi 2 247 050 Biaya per ikat
pakchoy (200 gr) 5 000
3 Produksi 76 444 g 4 Penjualan 383 ikat 5 000 1 915 000 5 Keuntungan -332 050 6 B/C rasio -0.85
*Keterangan :
Harga benih bayam dan selada Rp 1 000/g, dalam 1000 m2
rumah kaca memerlukan 111
g benih bayam dan selada
Kebutuhan pupuk NPK 12:14:12 sampai panen untuk tanaman bayam memerlukan 4 200
g, dan selada 9 300 g dalam 1000 m2 rumah kaca
Produksi tanaman bayam 50 388 g, dan selada 40 094 g, perlakuan pupuk NPK 12:14:12
dalam 1000 m2 rumah kaca
27
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 28 Oktober 1991 dari ayah Dr
H. Ahmad Mujahid DN, MSi (Alm) dan ibu Hj. Erni mulyanti, Amd. Penulis
adalah putri pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1996 penulis memulai
pendidikan Taman Kanak-Kanak PUI Indramayu dan lulus pada tahun 1998.
Penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 3 Teluk
Agung Indramayu dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan
Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Husnul Khotimah Kuningan
Jawa Barat dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan
di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sindang Indramayu dan lulus pada tahun
2009. Pada tahun yang sama, penulis masuk sebagai mahasiswi Departemen
Agronomi dan Hortikultura di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana
pada tahun 2014.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi
kemahasiswaan intra dan ekstra kampus.Tercatat penulis pernah menjadi anggota
Organisasi Ikatan Keluarga Asal Indramayu (IKADA) tahun 2009, Bendahara staf
Olahraga dan Seni IKADA tahun 2011, dan Bendahara staf Informasi dan
Komunikasi HIMAGRON IPB tahun 2011.Penulis juga tercatat sebagai Asisten
Praktikum Dasar-Dasar Hortikultura pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga
tercatat pernah bekerja Part Time pada tahun 2013 sebagai Field Staff Asistant
Technology Transfer di Teaching Farm IPB – PT East West Seed Indonesia.
Selain itu, penulis juga aktif sebagai panitia kegiatan kemahasiswaan dan peserta
berbagai kegiatan seminar.