surat ketetapan pajak
DESCRIPTION
surat ketetapan pajak, kelebihan pajak, surat tagihan pajak dan surat paksa.TRANSCRIPT
TUGAS PERPAJAKAN
Surat Ketetapan Pajak, Kelebihan Pembayaran Pajak, Surat
Tagihan Pajak, dan Surat Paksa
Disusun Oleh :
Aditya Damarjati (12030111130185)
Saut Taruli J (12030111130025)
Mukti Bagus S (12030111130157)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO 2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik sesuai yang diharapkan.
Dalam makalah ini kami membahas Surat Ketetapan Pajak, Kelebihan Pembayaran Pajak,
Surat Tagihan Pajak, dan Surat Paksa
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan dan
memperdalam pemahaman mengenai apa itu Surat Ketetapan Pajak, Kelebihan Pembayaran
Pajak, Surat Tagihan Pajak, dan Surat Paksa
Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat dan dapat memberikan
wawasan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini
mungkin memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu Penulis mengharapkan saran dan
kritik agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi . Terima kasih.
Semarang, September 2012
Penulis
Surat Ketetapan Pajak
Surat Ketetapan Pajak merupakan suatu ketetapan tertulis yang menimbulkan hak dan
kewajiban, memuat besarnya utang pajak pada tahun tertentu bagi WP yang nama dan
alamatnya tercantum dalam SKP.
Menurut UU no 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pembayaran Pajak
(KUP) SKP adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil atau Surat Pajak
Lebih Bayar.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Surat Ketetapan Kurang Bayar diterbitkan oleh direktur Jenderal Pajak dalam jangka
waktu 5 Tahun setelah terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak, apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar.
2. Apabila surat Pemberiahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam surat teguran.
3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN dan
PPNBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenakan tarif 0 %.
4. Apabila kewajiban pembukuan dan pemeriksaan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat
diketahui besarnya pajak terutang.
5. Apabila kepada WP diterbitkan diterbitkan NPWP dan / atau dikukuhkan sebagai PKP
secara jabatan.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBPT) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Penerbitan surat
ini didasarkan pada hal berikut :
1. Hasil pemeriksaan atau pemeriksaan ulang terhadap data baru yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak terutang atau ditemukannya data baru yang belum
terungkap.
2. Hasil penelitian atas putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap terhadap WP yang dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau bidang lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada negara.
Surat Ketetapan Pajak Nihil
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) diterbitkan apabila setelah dilakukannya
pemeriksaan, ditemukan adanya jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama
dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau
tidak ada pembayaran pajak.
Untuk masing-masing jenis pajak, SKPN diterbitkan untuk :
1. Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang terutang atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
2. Pajak Pertambahan Nilai, apabila jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang
terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Jika terdapat pajak yang
dipungut oleh pemungut PPN , jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara
jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN.
3. Pajak penjualan atas Barang Mewah, apabila jumlah pajak yang dibayarkan sama
dengan jumlah pajak yang erutang atau pajak tidak terutang dan tidak adapembayaran
pajak.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
Surat Ketetapan Lebih Bayar (SKPLB) diterbitkan untuk :
1. Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak (jumlah pajak yang dibayar) lebih
besar daripada jumlah pajak terutang.
2. Pajak Pertambahan Nilai, apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah
pajak yang terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak
Keluaran diurangi dengan pajakyang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan
Nilai tersebut.
3. Pajak Penjualan Barang Mewah, apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar
daripada jumlah pajak terutang.
Prosedur penerbitan SKPLB adalah sebagai berikut.
1. WP mengajukan permohonan secara tertulis kepada Dirjen Pajak. Permohonan
tersebut dapat disampaikan dengan mengisi kolom dalam SPT atau dengan surat
tersendiri.
2. Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak, harus menerbitkan SKPLB paling lambat 12 bulan
setelah surat permohonan diterima secara lengkap. Ketentuan ini tidak berlaku
terhadap WP yang seddang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana
perpajakan.
3. Apabila dalam jangka waktu tersebut Dirjen Pajak tidak memberi surat keputusan,
permohonan pengembalian kelebihan pajak dianggap dikabulkan dan SPKLB
harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 bulan setelah jangka waktu tersebut
berakhir.
4. Apabila SPKLB terlambat diterbitkan dalam jangka waktu 1 bulan setelah jangka
waktu tersebut berakhir, maka Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2%
sebulan setelah dihitung sejak berakhirnya jangka waktu tersebut sampai dengan
saat diterbitkan SKPLB.
Apabia pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan
terhadap WP yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan tindak piddana perpajakan,
tetapi tidak dilanjutkan dengan penyidikan atau dilanjutkan dengan penyidikan dan
penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan tetapi diputus bebas atau lepas dari segala
tuntutan hukumberdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, dan dalam hal kepada WP diterbitkan SKPLB, kepada WP diberikan imbalan bunga
sebesar 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 12
bulan sejak surat permohonan diterima sampai dengan saat diterbitkan SKPLB.
Kelebihan Pembayaran Pajak
Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit
pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang atau
telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang, dengan catatan Wajib
Pajak tidak punya hutang pajak lain.
A. Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
1. Dalam hal jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari pada
jumlah pajak yang terutang :
Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke Direktur Jenderal
Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat WP terdaftar atau
berdomisili.
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar (SKPLB) dalam hal:
o Pajak Penghasilan, apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang;
o Pajak Pertambahan Nilai, apabila jumlah kredit pajak lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut
oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terutang
dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak
yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut; atau;
o Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, apabila jumlah pajak yang
dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
. SKPLB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak paling lama 12 (dua belas)
bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap.
o Apabila dalam jangka waktu 12 bulan sejak permohonan restitusi,
Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka
permohonan dianggap dikabulkan, dan SKPLB diterbitkan dalam
waktu paling lambat 1 (satu) bulan setelah jangka waktu berakhir.
o Apabila SKPLB terlambat diterbitkan, kepada Wajib Pajak diberikan
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dihitung sejak
berakhirnya jangka waktu 1 (satu) bulan tersebut sampai dengan saat
diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
2. Dalam hal pembayaran pajak yang seharusnya tidak terhutang,
Pajak yang yang seharusnya tidak terutang adalah pajak yang telah dibayar oleh
WP yang bukan merupakan objek pajak yang terutang atau kesalahan pemotongan
atau pemungutan yang mengakibatkan pajak yang dipotong atau dipungut lebih
besar daripada pajak yang seharusnya dipotong atau dipungut berdasarkan
ketentuan perundang-undangan perpajakan atau bukan merupakan objek pajak.
Dalam hal ini :
a. Wajib Pajak (WP orang pribadi dan badan termasuk orang pribadi yang
belum memiliki NPWP) dapat mengajukan permohonan restitusi ke kantor
Direktur Jenderal Pajak melalui KPP tempat WP terdaftar atau berdomisili
apabila terjadi kesalahan pembayaran pajak atas pajak yang seharusnya
tidak terutang.Surat permohonan harus melampirkan:
- Asli bukti pembayaran pajak;
- Perhitungan pajak yang seharusnya tidak terutang; dan
- Alasan permohonan pengembalian pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang.
b. WP yang dipotong atau dipungut (PPh, PPN dan PPnBM) dapat
mengajukan permohonan restitusi ke kantor Direktur Jenderal Pajak melalui
KPP tempat WP yang dipotong atau yang dipungut terdaftar atau melalui
KPP tempat Pengusaha Kena Pajak yang dipungut dikukuhkan dengan
catatan PPh dan PPN serta PPnBM yang dipotong atau dipungut belum
dikreditkan atau dibiayakan.Surat permohonan harus melampirkan:
- Asli bukti pemotongan/pemungutan pajak;
- Perhitungan pajak yang seharusnya tidak terutang; dan
- Alasan permohonan pengembalian pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang.
c. WP yang melakukan pemotongan atau pemungutan dapat mengajukan
permohonan restitusi ke kantor Direktur Jenderal Pajak melalui KPP tempat
WP yang melakukan pemotongan atau pemungutan terdaftar atau
Pengusaha Kena Pajak yang melakukan pemungutan dikukuhkan, apabila
terjadi kesalahan pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukannya
dan pihak yang dipotong atau dipungut adalah :
- orang pribadi yang belum memiliki NPWP;
- subjek pajak luar negeri; atau
- terdapat kesalahan penerapan ketentuan oleh pemotong atau pemungutan
kecuali WP yang melakukan pemotongan atau pemungutan tidak dapat
ditemukan yang disebabkan antara lain karena pembubaran usaha.
Surat permohonan harus melampirkan :
- Asli bukti pembayaran pajak;
- Perhitungan pajak yang seharusnya tidak terutang;
- Alasan permohonan pengembalian pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang; dan d. Surat kuasa dari pihak yang dipotong atau dipungut
kepada WP yang melakukan pemotongan atau pemungutan atau Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan pemungutan.
d. Direktur Jenderal Pajak melakukan penelitian terhadap permohonan
pengembalian pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan WP diterima
secara lengkap dan menerbitkan SKPLB bila hasil penelitian tersebut
terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. Apabila hasil
penelitian tidak terdapat pajak yang seharusnya tidak terutang, maka
Direktur Jenderal Pajak harus memberitahu secara tertulis kepada WP.
B. Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Kepada Wajib Pajak yang Memenuhi
Persyaratan Tertentu
Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu yang dapat diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak adalah :
1. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
2. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan
jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh kurang dari
Rp1.800.000.000,00 (satu milyar delapan ratus juta rupiah) dan jumlah lebih
bayarnya kurang dari Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau paling banyak 0,5%
(setengah persen) dari jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT
Tahunan PPh tersebut;
3. Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT
Tahunan PPh paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan jumlah
lebih bayarnya kurang dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); atau
4. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai dengan jumlah penyerahan untuk suatu Masa Pajak paling
banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan jumlah lebih bayarnya
paling banyak Rp 28.000.000,00 (dua puluh delapan juta rupiah).
Terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak
yang memenuhi persyaratan tertentu, Kepala KPP melakukan penelitian atas :
o Kelengkapan SPT dan lampiran-lampirannya;
o Kebenaran penulisan dan penghitungan pajak;
o Kebenaran pembayaran pajak yang telah dilakukan oleh WP; dan
o Kebenaran alamat yang tercantum dalam SPT tersebut atau dalam SPT
perubahan alamat. dan menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan
diterima secara lengkap untuk Pajak Penghasilan dan paling lama 1 (satu)
bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan
Nilai. Dalam hal hasil penelitian menyatakan tidak lebih bayar, lampiran SPT
tidak lengkap, pembayaran pajak tidak benar, atau alamat tidak sesuai dengan
yang tercantum dalam SPT atau dengan pemberitahuan perubahan alamat
sehingga Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak tidak
diterbitkan, maka Kepala KPP harus memberitahu secara tertulis kepada WP.
Surat Tagihan Pajak
Pengertian STP ( Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 )
- STP adalah surat yang digunakan untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.
- Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan
pajak.
- Fungsi STP :
1
.
Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak,
2
.
Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda.
3
.
Sarana untuk menagih pajak.
Sebab Dikeluarkannya STP : (Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007)
- Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar .
- Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
akibat salah tulis dan atau salah hitung.
- Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.
- Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN tetapi tidak
melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
- Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi membuat faktur pajak atau
pengusaha telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat Faktur Pajak atau
membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya faktur
pajak.
SURAT TAGIHAN PAJAK ( Pasal 14 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Sanksi Administrasi yang dikenakan terkait dengan Surat Tagihan Pajak (STP) :
- Sanksi administrasi berupa denda Rp 50.000 ,- jika Wajib Pajak tidak atau terlambat
penyampaian SPT Masa dan Rp 100.000,- jika tidak atau terlambat menyampaikan
SPT Tahunan.
- Sanksi administrasi berupa denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak dalam hal
Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN tetapi tidak
melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP atau Pengusaha yang
tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi membuat faktur pajak atau pengusaha te1ah
dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat Faktur Pajak atau membuat faktur
pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya faktur pajak.
- Sanksi administrasi berupa bunga dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri
SPTnya, dimana hasil pembetulan tersebut menyatakan kurang bayar.
- Sanksi administrasi berupa bunga apabila Wajib Pajak terlambat/ tidak membayar
pajak yang sudah jatuh tempo pembayarannya.
Surat Paksa
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
Penerbitan
Surat Paksa diterbitkan apabila :
1. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan telah diterbitkan Surat Teguran atau
surat peringatan atau surat lain yang sejenis.
2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan pajak seketika dan
sekaligus, atau
3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak
Kekuatan Hukum
Surat Paksa mempunyai kekuatan hukum tetap karena mempunyai kekuatan eksekutorial dan
kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Hal-hal yang termuat dalam surat Paksa :
1. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak;
2. Dasar penagihan;
3. Besarnya utang pajak; dan
4. Perintah untuk membayar.
Penyampaian
1. Untuk wajib pajak Pribadi, Surat Paksa disampaikan kepada :
Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau tempat lain yang
memungkinkan
Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja di tempat
usaha Penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang bersangkutan tidak
dijumpai
Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta
peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan
belum dibagi
Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan
telah dibagi
2. Untuk Wajib Pajak Badan, Surat Paksa disampaikan kepada:
a. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung pajak, pemilik
modal, baik di tempat kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat tinggal
mereka atau tempat lain yang memungkinkan;
b. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang
bersangkutan apabila pengurus tidak ditemui;
c. Kurator, Hakim Pengawas atau Balai Harta Peninggalan dalam hal Wajib
Pajak dinyatakan pailit;
d. Likuidator atau orang atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan
dalam hal WajibPajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi;
e. Seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan
kewajiban perpajakan;
f. Melalui Pemerintah Daerah setempat minimal Lurah/Kepala Desa apabila
huruf a s.d. b tidak dapat dilaksanakan.
Apabila Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak diketahui tempat tinggalnya maka
pemberitahuan Surat Paksa dilaksanakan dengan cara menempelkan Surat Paksa pada papan
pengumuman kantor Pejabat yang menerbitkannya atau mengumumkan melalui media massa.
Apabila pemberitahuan Surat Paksa dapat dilakukan apabila di luar wilayah kerja pejabat
maka pejabat dimaksud meminta bantuan kepada Pejabat yang wilayah kerjanya meliputi
tempat pelaksanaan Surat Paksa.Besarnya biaya penyampaian Surat Paksa yang harus dibayar
oleh Penanggung Pajak adalah sebesar Rp50.000 (lima puluh ribu rupiah) untuk setiap Surat
Paksa.
Penolakan
Apabila penanggung pajak menolak Surat Paksa maka Jurusita Pajak meninggalkan Surat
Paksa dimaksud dan mencatatnya dalam Berita Acara bahwa Penanggung Pajak tidak mau
menerima Surat Paksa, dan dianggapnya telah diberitahukan
Keberatan
Apabila Penanggung Pajak keberatan atas pelaksanaan Surat Paksa Penanggung Pajak dapat
mengajukan gugatan ke Pengadilan Pajak dengan syarat :
1. Gugatan diajukan kepada Badan Peradilan Pajak
2. Gugatan diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak Surat Paksa