suspensi 1,2,3

30
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASEUTIKA 1 SUSPENSI 1,II,III SULFUR TANGGAL PERCOBAAN : 1, 22 mei 2013-05 juni 2013 DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 : KETUA : 1. Budi Nur I ( 0661 11 139 ) 2. Anisa ( 0661 11 136 ) 3. ayu gheni ( 0661 11 137 ) 3. Fitriani Awaliah ( 0661 11 138 ) DOSEN PEMBIMBING : 1. Dra. Muztabadihardja., Apt. 2. Siti Sa’diah, M.Si., Apt. 3. Septia Andini, S.Farm, Apt. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: niisa-aniisa-s

Post on 01-Dec-2015

192 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

laporan praktikum farmasetika

TRANSCRIPT

Page 1: suspensi 1,2,3

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASEUTIKA 1

SUSPENSI 1,II,III

SULFUR

TANGGAL PERCOBAAN : 1, 22 mei 2013-05 juni 2013

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

KETUA : 1. Budi Nur I ( 0661 11 139 )

2. Anisa ( 0661 11 136 )

3. ayu gheni ( 0661 11 137 )

3. Fitriani Awaliah ( 0661 11 138 )

DOSEN PEMBIMBING :

1. Dra. Muztabadihardja., Apt.2. Siti Sa’diah, M.Si., Apt.3. Septia Andini, S.Farm, Apt.

LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2013

Page 2: suspensi 1,2,3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Percobaan

a. Suspensi I

Mengetahui cara membuat formula sediaan suspensi, pengaruh bahan pembasah

dan cara pengembangan bahan pensuspensi yang digunakan.

b. Suspensi II

Mengetahui dan melihat pengaruh bahan suspensi alam dan semi sintetis tunggal

dan campuran dalam suspensi, dengan penambahan konsentrasi bahan pembasah

yang paling baik dari hasil pengamatan praktikum suspensi I.

c. Suspensi III

Melihat pengaruh bahan pengental dan alat pengaduk dengan konsentrasi bahan

pensuspensi serta konsentrasi bahan pembasah yang paling baik hasil pengamatan

praktikum suspensi II.

I.2 Dasar Teori

Suspepensi adalah suatu sediaan dengan sistem heterogen yang terdiri dari

fasa terdispersi sebagai fasa dalam dan fasa pendispersi sebagai fasa luar. Fasa

pendispersi berbentuk partikel dengan kehalusan tertentu yang tidak larut dalam fasa

pendispersi. Fasa luar merupakan bagian terbesar yang berbentuk cair. Jumlah partikel

yang terdispersi di dalam suspensi oral tergantung dari dosis bahan berkhasiat yang

dipakai.

Secara umum sediaan suspensi terdiri dari :

1. Bahan berkhasiaat dengan kelarutan yang relatif kecil di dalam fasa

pendispersi

Sifat partikel yang harus diperhatikan adalah ukuran partikel dan sifat

permukaan padat-cair. Partikel yang terdispersi dapat bersifat hidrofilik dan

hidrofobik. Untuk partikel yang bersifat hidrofobik perlu dilakukan proses

pembasahan terlebih dahulu agar dapat terdispersi dengan sempurna dalam

pelarut.bahan pembasah yang lazim dipakai adalah surfaktan yang mempunyai

sifat dapat menurunkan tegangan permukaan antara zat padat dengan zat cair.

Untuk zat padat yang bersifat hidrofob lebih baik digunakan surfaktan sebagai

Page 3: suspensi 1,2,3

zat pembasah, karenadengan berkurangnya tegangan permukaan padat-cair

proses pembasahan zat padat yang terdispersi akan lebih baik.

2. Bahan Pembantu

- Bahan pembasah : surfaktan dan humektan

- Bahan pensuspensi yang ditambahkan kedalam sediaan suspensi adalah

untuk memodifikasi viskositas fasa luar dan mencegah terjadinya

proses pengendapan zat padat yang terdispersi dalam fasa luar.

- Dapar

- Pengwet

- Flavour : pewarna pemanis , penutup rasa

Bahan suspensi akn mengembang didalam air dan cara pengembangan

bahan pensuspensi memegang peranan penting dalam stabilita zat padat yang

terdispersi dalam pembawa. Oleh karena itu bahan pensuspensi harus

dikembangkan secara maksimum sebelum dimasukan kedalam sediaan. Cara

pengembangan pensuspensi tergantung dari sifat bahan pensuspensi yang

dipakai.

Stabilitas Suspensi

Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah

cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel. Cara

tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa

faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah :

1) Ukuran Partikel

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel

tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara luas

partikel berbanding terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara

luas penampang dengan daya tekan keatas terdapat hubungan linier. Artinya

semakin kecil ukuran partikel semakin besar luasw penampangnya. Sedangkan

semakin besar luas penampang partikel maka daya tekan keatas cairan akan

semakin besar, akibatnya memperlambat gerakan partikel untuk mengendap.

2) Kekentalan ( Viskositas )

Kekentalan suatu cairan juga mempengaruhi kecepatan aliran cairan

tersebut, semakin kental suatu cairan maka kecepatan alirannya semakin

Page 4: suspensi 1,2,3

turun/semakin kecil. Kecepatan aliran tersebut juga akan mempengaruhi

gerakan turun partikel yang terdapat didalamnya.

3) Jumlah Partikel ( Konsentrasi )

Jika dalam suatu ruangan terdapat partikel dalam jumlah besar maka

partikel akan sulit melakukan gerakan bebas karena sering terjadi benturan

antara partikel tersebut. Oleh benturan ini akan menyebabkan terbentuknya

endapan zat tersebut, olek karena itu semakin besar konsentrasi partikel,

makin besar kemungkinannya terjadi endapan partikel dalam awktu yang

singkat.

4) Sifat atau muatan Partikel

Suatu suspensi kemungkinan besar terdiri atas beberapa macam

campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian, ada

kemungkinan terjadi interaksi antar bahan yang menghasilkan bahan yang

sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut merupakan sifat

alam,jadi tidak dapat dipengaruhi.

Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain

sifat partikel terdispersi ( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium

pendispersi serta komponen – komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma,

pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah

yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket

harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan

di tempat yang sejuk “.

Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :

1) Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang

terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan

ditujukkan untuk penggunaan oral.

2) Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang

terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.

3) Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-

partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk

penggunaan pada mata.

4) Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel

halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

Page 5: suspensi 1,2,3

5) Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium

cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran

spinal.

6) Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan

pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua

persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang

sesuai.

Keuntungan Sediaan Suspensi

1) Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat

terlepasnya obat .

2) Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.

3) Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan,

karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.

Kerugian Bentuk Suspensi

1) Rasa obat dalam larutan lebih jelas.

2) Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres,

tablet, dan kapsul.

3) Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar

kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator.

Sifat Fisik untuk Formulasi Suspensi yang Baik.

Ada beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam mengembangkan suatu

bentuk suspensi yaitu:

1) Suspensi harus tetap homogen pada suatu periode, paling tidak pada periode

pengocokan dan penuangan sesuai dengan dosis yang dikehendaki.

2)  Pengendapan yang terjadi saat penyimpanan harus mudah didispersikan

kembali pada saat pengocokan.

3)  Suspensi harus kental untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel

yang terdispersi, tapi viskositas tidak boleh terlalu kental sehingga

menyulitkan saat penuangan.

Page 6: suspensi 1,2,3

4) Partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga memberikan penampilan

hasil jadi yang baik dan tidak kasar.

Sistem pada Pembentukan Suspensi

Sistem Deflokulasi

1) Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.

2) Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing patikel mengendap terpisah

dan ukuran partikel adalah minimal.

3) Sediaan terbentuk lambat.

4) Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi.

Sistem Flokulasi

1) Partikel merupakan agregat yang bebas

2) Sedimentasi terjadi begitu cepat

3) Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi

kembali seperti semula.

4) Wujud suspensi kurang menyenangkan karena sedimentasi terjadi cepat dan

diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

Page 7: suspensi 1,2,3

BAB II

DATA PREFORMULASI

Data yang diperlukan sebagai berikut :

Tanggal : 1,22 mei 2013 – 05 juni 2013

Nama bahan berkhasiat : Sulfur

Data preformulasi :

1. Warna : kuning keabuan pucat atau kuning kehijauan pucat

2. Rasa : tidak berasa

3. Bau : tidak berbau

4. Organoleptik : serbuk amorf atau serbuk hablur

5. Mikroskopik : partikel hampur bulat berkelompok

6. Polimorfisa : -

7. Berat jenis : 32,06

8. Kelarutan :

- Air : tidak larut

- Etanol : sangat sukar larut

9. Titik leleh : lebih kurang 1150

10. Kerapatan masa : -

11. Khasiat aktif : antiskabies

12. pKa koefisien partisi : -

13. kecepatan disolusi :-

14. Data stabilitas sediaan ruahan dan sediaan jadi :

Page 8: suspensi 1,2,3

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

a. Alat

Aluminium foil

Beaker glass

Batang pengaduk

Cawan uap

Gelas ukur

Mortir

Penangas air

Pipet tetes

Rak tabung

Spatula

Stamper

Tabung sedimentasi

Timbangan

b. Bahan

Aquadest

CMC

Natrium benzoat

PGA

sulfur

Tween 80

Tilosa

Tragakan

III.2 Formula

Suspensi I

Formula 1 2 3 4

Sulfur 2,5 %

Tween 80 - 0,05% 0,1% 0,1%

Na benzoat 0,1 % 0,1 % 0,1 % 0,1 %

Tilosa 2% 2% 2% -

Aqua ad 60 ml 60 ml 60 ml 60 ml

Page 9: suspensi 1,2,3

Suspensi II

Formula 1 2 3 4

Sulfur 2,5 %

Tween 80 - - - -

Na benzoat 0,1 % 0,1 % 0,1 % 0,1 %

Bahan

pensuspensi

PGA : CMC

(1 : 1) 2 %

Tragakan : PGA

(1 : 1) 2%

Tilosa:CMC

(1 :1) 2%

Tragakan:CMC

(1 : 1) 2%

Aqua ad 60 ml 60 ml 60 ml 61 ml

Suspensi III

Formula 1 2

Sulfur 2,5 %

Wetting agent - -

Suspending

agent

Tragakan : PGA

( 1: 1 ) 2%

Tragakan : PGA

( 1: 1 ) 2%

pengental Sirup simpleks

30%

Sirup : Sorbitol

( 2 : 1 ) 30%

Na. benzoat 0,1 % 0,1 %

pewarna 1 tetes 1 tetes

Essence 3 tetes 3 tetes

Aqua ad 60 ml 60 ml

III.3 Cara Kerja

Suspensi I

1) Disiapkan alat dan bahan

2) Dipanaskan aquadest hingga mendidih

3) Kaliberasi tabung sedimentasi ad 60 ml sebanyak 4 tabung.

4) Dimasukkan zat aktif ( sulfur ) dalam mortir,gerus ad homogen ( m1 ).

5) Dilarutkan Na benzoat dengan sedikit aquadest yang telah mendidih ( m2 )

kemudian campurkan kedalam ( m1 ), lalu gerus add homogen.

6) Pada formula 2,3 dan 4 ditambahkan wetting agent ( tween 80 ), gerus add

homogen.

Page 10: suspensi 1,2,3

7) Pada formula 1 tidak ditambahkan wetting agent ( tween 80), gerus add homogen.

8) Kemudian dikembangkan tilosa, lalu ditambahkan pada formula 1, 2, dan 3, gerus

add homogen.

9) Dimasukan kedalam tabung sedimentasi tambahkan air aquadest yang telah

dimasak, add 60 ml.

10) Kemudian ditutup dengan alumunium foil.

Suspensi II

1) Disiapkan alat dan bahan

2) Dipanaskan aquadest hingga mendidih

3) Kaliberasi tabung sedimentasi ad 60 ml sebanyak 4 tabung.

4) Dimasukkan zat aktif ( sulfur ) dalam mortir,gerus add homogen ( m1 ).

5) Dilarutkan Na benzoat dengan sedikit aquadest yang telah mendidih ( m2 )

kemudian campurkan kedalam ( m1 ), gerus add homogen.

6) Kemudian ditambahkan bahan pensuspensi yang yang telah dikembangkan

( PGA : CMC ) kedalam formula 1, ( tragakan : PGA ) kedalam formula 2, ( tilosa

: CMC ) kedalam formula 3,( tragakan : CMC ) kedalam formula 4,lalu gerus add

homogen.

7) Dimasukan kedalam tabung sedimentasi tambahkan air aquadest yang telah

dimasak, add 60 ml.

8) Kemudian ditutup dengan alumunium foil.

Suspensi III

1) Disiapkan alat dan bahan

2) Dipanaskan aquadest hingga mendidih

3) Kaliberasi tabung sedimentasi ad 60 ml sebanyak 4 tabung.

4) Dimasukkan zat aktif ( sulfur ) dalam mortir,gerus add homogen ( m1 ).

5) Dilarutkan Na benzoat dengan sedikit aquadest yang telah mendidih ( m2 )

kemudian campurkan kedalam ( m1 ), gerus add homogen.

6) Ditambahkan bahan pensuspensi yang yang telah dikembangkan

( tragakan : PGA ) pada formula 1 dan 2,lalu gerus add homogen.

7) Kemudian ditambahkan sirupus simpleks pada formula 1, dan sirupus

simpleks:sorbitol pada formula 2, lalu gerus add homogen. Lalu tambahkan

pewarna dan essence.

Page 11: suspensi 1,2,3

8) Dimasukan kedalam tabung sedimentasi tambahkan air aquadest yang telah

dimasak, add 60 ml.

9) Kemudian ditutup dengan alumunium foil.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 12: suspensi 1,2,3

IV.1 Hasil Pengamatan

Suspensi 1

Pengamatan Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4

Hari ke-1 Hv : - Hv : - Hv : - Hv : -

Ho : 7 cm Ho : 7 cm Ho : 7 cm Ho : 6,8 cm

Hv / Ho 0 0 0 0

Hari ke-2 Hv : 6 cm Hv : 6 cm Hv : 5,5 cm Hv : 6 cm

Ho : 7 cm Ho : 6,9 cm Ho : 7 cm Ho : 6,9 cm

Hv / Ho 0,857 cm 0.87 cm 0,785 cm 0,87 cm

Hari ke-3 Hv : 6 cm Hv : 6,2 cm Hv : 5,7 cm Hv : 6 cm

Ho : 7 cm Ho : 7 cm Ho : 7 cm Ho : 6,9 cm

Hv / Ho 0,857 cm 0,88 cm 0,815 cm 0,87 cm

* formula I dianggap palling stabil (mudah terdispersi kembali), maka FI dipilih untuk

digunakan pada pembuatan suspensi II

Suspensi 2

Pengamatan Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4

Hari ke-1 Hv : 0,4 cm Hv : 0,1 cm Hv : 0,1 cm Hv : 0,3 cm

Ho : 7 cm Ho : 7 cm Ho : 7 cm Ho : 7 cm

Hv / Ho 0,057 cm 0,014 cm 0,014 cm 0,042 cm

Hari ke-2 Hv : 3 cm Hv : 3,5 cm Hv : 3,2 cm Hv : 3 cm

Ho : 7 cm Ho : 7 cm Ho : 7 cm Ho : 7 cm

Hv / Ho 0,428 cm 0,5 cm 0,457 cm 0,428 cm

Hari ke-3 Hv : 2,7 cm Hv : 3,2 cm Hv : 3,7 cm Hv : 3,1 cm

Ho : 7 cm Ho : 7 cm Ho : 7 cm Ho : 7 cm

Hv / Ho 0,385 cm 0,457 cm 0,528 cm 0,442 cm

* formula II dianggap paling stabil, maka FII digunakan pada pembuatan suspensi III

Suspensi 3

Page 13: suspensi 1,2,3

Pengamatan Formula 1 Formula 2

Hari ke-1 Hv : 0,2 cm Hv : 0,1

Ho : 6,8 cm Ho : 6,7 cm

Warna : hijau +++ Warna : hijau +++

Essence : apel +++ Essence : apel+++

Hv / Ho 0,03 cm 0,015 cm

Hari ke-2 Hv : 3 cm Hv : 5,7 cm

Ho : 6,7 cm Ho : 6,9 cm

Warna : hijau +++ Warna : hijau ++

Essence : apel +++ Essence : apel +++

Hv / Ho 0,447 cm 0,826 cm

Hari ke-3

Hv : 5,2 cm Hv : 5,7 cm

Ho : 6,6 cm Ho :6,3 cm

Warna : hijau +++ Warna : hijau ++

Essence : apel +++ Essence : apel +++

Hv / Ho 0,788 cm 0,904 cm

IV.2 Pembahasan

Dalam percobaan kali ini dibuat sediaan suspensi, Percobaan ini dilakukan

secara bertahap yaitu dimulai dari suspensi I, suspensi II, hingga suspensi III dengan

tujuan untuk mendapatkan hasil atau sedian suspensi yang paling stabil.

Dimulai pada percobaan suspensi I yang bertujuan untuk mengetahui cara

membuatan formula sediaan sespensi. Dengan menggunakan zat aktif, bahan

pembasah dan bahan pengembang suspensi. Zat aktif yang digunakan adalah Sulfur,

bahan pembasah yang digunakan adalah tween 80, dan menggunakan tilosa sebagai

bahan pensuspensi, Selain itu ditambahkan zat pengawet berupa Na.benzoat untuk

mencegah tumbuhnya zat mikroorganisme selama penyimpanan. pada percobaan ini

dibuat 4 formula yang berbeda dengan konsentrasi yang sudah ditentukan pada tabel

formula. Dalam pengamatan kami melihat pengaruh bahan pembasah dan bahan

pensuspensi yang digunakan pada masing-masing formula.

Dari hasil pengamatan selama beberapa hari pengukuran pada 4 formula,

terjadi perubahan tingginya suspensi dalam tabung sedimentasi, Selain itu terjadi

Page 14: suspensi 1,2,3

endapan. Menurut hasil pengamatan kelompok kami selama 3 hari formula yang

memenuhi syarat dari suspensi adalah formula 1. Formula 1 menggunakan zat aktif

sulfur sebanyak 1,5 gram tanpa bahan pembasah,dengan bahan pensuspensi sebanyak

2 % yang dikembangkan terlebih dahulu dalam 10 kali jumlah tilosa. Kami memilih

formula 1 karena formula ke 1, endapan yang terjadi saat penyimpanan mudah

didispersikan kembali pada saat pengocokan.

Pada praktikum suspensi II, pembuatan suspensi bertujuan untuk mengetahui

dan melihat bahan pensuspensi alam dan semi sintesis tunggal dan campuran dalam

suspensi, dengan penambahan konsentrasi bahan pembasah yang paling balik dari

hasil pengamatan sebelumnya. Dengan bahan berkhasiat yang digunakan sama

dengan suspensi I. Pada suspensi II menggunakan bahan pensuspensi campuran,

Adapun bahan suspensi yang digunakan berupa PGA, CMC, Tragakan, dan Tiloca

yang dalam masing-masing formula terdiri dari 2 bahan pensuspensi yang dapat

dilihat seperti dalam table. Supending agent berfungsi untuk mendispersikan partikel

tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan

sedimentasi diperlambat.

Dari keempat formula tersebut, formula II yang dipilih dalam pembuatan

proses suspensi selanjutnya. Formula II yang menggunakan bahan pensuspensi

Tragakan dan PGA juga dikembangkan sebelum dimasukkan kedalam zat

terdispersinya. Tragakan dikembangkan dalam air 20x dari konsentrasi tragakan dan

PGA harus dikembangkan dalam air panas sebanyak 1,5x dari konsentrasi PGA. Hasil

suspensi inilah yang akan dipergunakan pada suspensi III sehingga sediaan menjadi

lebih sempurna.

Pada suspensi III akan dilihat pengaruh bahan pengental dan konsentrasi

bahan pembasah mana yang paling baik hasil pengamatan praktikum suspensi II.

Dalam percobaan ini hanya dibuat 2 formula saja dimana zat yang membedakan yaitu

dari zat pengental. Formula I menggunakan sirupus simpleks sebanyak 30%

sedangkan formula II menggunakan sirupus simpleks dan sorbitol (2:1) 30%. Selain

ditambahkan zat pengental, ditambahkan pula zat pewarna dan essence agar lebih

menarik dan memperbaiki aromanya. Dari hasil pengamatan selama 3 hari dari kedua

formula tersebut dipilih formula 1 karena endapan yang terjadi saat penyimpanan

mudah didispersikan kembali pada saat pengocokan, dan Suspensi tetap homogen

pada suatu periode, yaitu pada periode pengocokan.

Page 15: suspensi 1,2,3

BAB V

KESIMPULAN

Page 16: suspensi 1,2,3

Sulfur merupakan zat aktif yang praktis tidak larut dalam air, sehingga untuk mencapai

kesempurnaan dalam pembuatan suspensi, perlu ditambahkan bahan-bahan seperti bahan

pensuspensi, pembasah, pengental, dll.

Pada suspensi I, formula sediaan suspensi yang paling baik yaitu pada formula I.

Pada suspensi II, formula sediaan suspensi yang paling baik yaitu pada formula II, dengan

penambahan bahan suspensi campuran berupa Tragakan dan PGA.

Pada suspensi III, formula sediaan suspensi yang paling baik yaitu pada formula I dengan

penambahan bahan pengental berupa sirupus simpleks 30%, sehingga formula inilah yang

dipilih untuk dikemas dalam wadah.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Jakarta : Gadjah Mada University Press

Page 17: suspensi 1,2,3

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta, 298

LAMPIRAN

Perhitungan :

Page 18: suspensi 1,2,3

Suspensi I

Formula 1

- Sulfur : 2,5100 x 60 ml = 1,5 ml = 1,5 gram

- Tween 80 : -

- Na.benzoat : 0,1100 x 60 ml = 0,06 ml = 0,06 gram

- Tilosa : 2

100 x 60 ml = 1,2 ml = 1,2 gram

1,2 gram x 10 = 12 ml

- Aqua ad : 60 ml - ( 1,5 ml + 0,06 ml + 12 ml ) = 46,44 ml

Formula 2

- Sulfur : 2,5100 x 60 ml = 1,5 ml = 1,5 gram

- Tween 80 : 0,05100 x 60 ml = 0,03 ml = 0,03 gram

- Na.benzoat : 0,1100 x 60 ml = 0,06 ml = 0,06 gram

- Tilosa : 2

100 x 60 ml = 1,2 ml = 1,2 gram

1,2 gram x 10 = 12 ml

- Aqua ad : 60 ml - ( 1,5 ml + 0,06 ml + 12 ml + 0,03 ml ) = 46,41 ml

Formula 3

- Sulfur : 2,5100 x 60 ml = 1,5 ml = 1,5 gram

- Tween 80 : 0,1100 x 60 ml = 0,06 ml = 0,06 gram

- Na.benzoat : 0,1100 x 60 ml = 0,06 ml = 0,06 gram

- Tilosa : 2

100 x 60 ml = 1,2 ml = 1,2 gram

1,2 gram x 10 = 12 ml

- Aqua ad : 60 ml - ( 1,5 ml + 0,06 ml + 12 ml + 0,06 ml ) = 46,38 ml

Page 19: suspensi 1,2,3

Formula 4

- Sulfur : 2,5100 x 60 ml = 1,5 ml = 1,5 gram

- Tween 80 : 0,1100 x 60 ml = 0,06 ml = 0,06 gram

- Na.benzoat : 0,1100 x 60 ml = 0,06 ml = 0,06 gram

- Tilosa : -

- Aqua ad : 60 ml - ( 1,5 ml + 0,06 ml + 0,06 ml ) = 58,38 ml

Suspensi II

Formula 1

- Sulfur : 2,5100 x 60 ml = 1,5 ml = 1,5 gram

- Tween 80 : −¿

- Na.benzoat : 0,1100 x 60 ml = 0,06 ml = 0,06 gram

- Pensuspensi : 2

100 x 60 ml = 1,2 gram→1,2gram : 2 = 0,6 gram

- PGA = 0,6 gram→air : 1 12

x 0.6 = 0,9 ml

- CMC =0,6 gram→air : 30 x 0,6 = 18 ml

- Aqua ad : 60 ml – ( 1,5 ml + 0,06 ml +0,9 ml + 18ml ) = 39,54ml

Formula 2

- Sulfur : 2,5100 x 60 ml = 1,5 ml = 1,5 gram

- Tween 80 : −¿

- Na.benzoat : 0,1100 x 60 ml = 0,06 ml = 0,06 gram

Page 20: suspensi 1,2,3

- Pensuspensi : 2

100 x 60 ml = 1,2 gram→1,2gram : 2 = 0,6 gram

- PGA = 0,6 gram→air : 1 12

x 0.6 = 0,9 ml

- Tragakan =0,6 gram→air : 20 x 0,6 = 12 ml

- Aqua ad : 60 ml – ( 1,5 ml + 0,06 ml +0,9 ml + 12ml ) = 45,54 ml

Formula 3

- Sulfur : 2,5100 x 60 ml = 1,5 ml = 1,5 gram

- Tween 80 : −¿

- Na.benzoat : 0,1100 x 60 ml = 0,06 ml = 0,06 gram

- Pensuspensi : 2

100 x 60 ml = 1,2 gram→1,2gram : 2 = 0,6 gram

- Tilosa = 0,6 gram→air : 10 x 0.6 = 6 ml

- CMC =0,6 gram→air : 30 x 0,6 = 18 ml

- Aqua ad : 60 ml – ( 1,5 ml + 0,06 ml +6 ml + 18ml ) = 34,44 ml

Formula 4

- Sulfur : 2,5100 x 60 ml = 1,5 ml = 1,5 gram

- Tween 80 : −¿

- Na.benzoat : 0,1100 x 60 ml = 0,06 ml = 0,06 gram

- Pensuspensi : 2

100 x 60 ml = 1,2 gram→1,2gram : 2 = 12 gram

- Tragakan = 0,6 gram→air : 20 x 0.6 = 12 ml

- CMC =0,6 gram→air : 30 x 0,6 = 18 ml

- Aqua ad : 60 ml – ( 1,5 ml + 0,06 ml +12 ml + 18ml ) = 28,44 ml

Suspensi III

Formula 1

- Sulfur : 2,5100 x 60 ml = 1,5 ml = 1,5 gram

Page 21: suspensi 1,2,3

- Tween 80 : −¿

- Na.benzoat : 0,1100 x 60 ml = 0,06 ml = 0,06 gram

- Pensuspensi : 2

100 x 60 ml = 1,2 gram→1,2gram : 2 = 12 gram

- Tragakan = 0,6 gram→air : 20 x 0.6 = 12 ml

- PGA =0,6 gram→air : 1 12

x 0,6 = 0,9 ml

- Sirup simpleks : 30

100 x 60 ml = 18 ml

- Pewarna : 1 tetes = 0,05 ml

- Essence : 3 tetes = 0,15 ml

- Aqua ad : 60 ml – ( 1,5 ml+0,06ml +12ml + 0,9ml + 18 ml + 0,05 ml + 0,15ml )

= 27,34 ml

Formula 2

- Sulfur : 2,5100 x 60 ml = 1,5 ml = 1,5 gram

- Tween 80 : −¿

- Na.benzoat : 0,1100 x 60 ml = 0,06 ml = 0,06 gram

- Pensuspensi : 2

100 x 60 ml = 1,2 gram→1,2gram : 2 = 12 gram

- Tragakan = 0,6 gram→air : 20 x 0.6 = 12 ml

- PGA =0,6 gram→air : 1 12

x 0,6 = 0,9 ml

- Sirup simpleks : 20

100 x 60 ml = 12 ml

- Sorbitol : 10

100 x 60 ml = 6 ml

- Pewarna : 1 tetes = 0,05 ml

- Essence : 3 tetes = 0,15 ml

- Aqua ad : 60 ml – ( 1,5 ml+0,06ml +12ml + 0,9ml + 18 ml + 0,05 ml + 0,15ml )

= 27,34 ml

Page 22: suspensi 1,2,3