sustained sprint terhadap kemampuan lari cepat …/perbedaan...perbedaan pengaruh antara latihan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERBEDAAN PENGARUH ANTARA LATIHAN SHORT SPRINT DAN
SUSTAINED SPRINT TERHADAP KEMAMPUAN LARI CEPAT 100
METER PADA SISWA EKSTRAKURIKULER ATLETIK
SMP NEGERI 5 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
ARCHANUDIN SOLECHAN
X.5607010
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
November 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Archanudin Solechan
NIM : X.5607010
Jurusan/Program Studi : JPOK UNS/Penkepor
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PERBEDAAN PENGARUH
ANTARA LATIHAN SHORT SPRINT DAN SUSTAINED SPRINT
TERHADAP KEMAMPUAN LARI CEPAT 100 METER PADA SISWA
EKSTRAKURIKULER ATLETIK SMP NEGERI 5 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam daftar pustaka
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sangsi atas perbuatan saya.
Surakarta, November 2012
Yang membuat pernyataan
Archanudin Solechan
NIM. X.5607010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERBEDAAN PENGARUH ANTARA LATIHAN SHORT SPRINT DAN
SUSTAINED SPRINT TERHADAP KEMAMPUAN LARI CEPAT 100
METER PADA SISWA EKSTRAKURIKULER ATLETIK
SMP NEGERI 5 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
ARCHANUDIN SOLECHAN
X.5607010
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
November 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, November 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Agus Margono, M.Kes. Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes.
NIP. 19580822 198403 1 002 NIP. 19620518 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Fadilah Umar, S.Pd., M.Or
Sekretaris : Slamet Widodo, S.Pd., M.Or
Anggota I : Drs. Agus Margono, M.Kes.
Anggota II : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes.
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Archanudin Solechan. PERBEDAAN PENGARUH ANTARA LATIHAN
SHORT SPRINT DAN SUSTAINED SPRINT TERHADAP KEMAMPUAN
LARI CEPAT 100 METER PADA SISWA EKSTRAKURIKULER
ATLETIK SMP NEGERI 5 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN
2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Surakarta, November 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh
antara latihan short sprint dan sustained sprint terhadap kemampuan lari cepat
100 meter pada siswa putra peserta ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. (2) Latihan yang lebih baik pengaruhnya
antara latihan short sprint dan sustained sprint terhadap kemampuan lari cepat
100 meter pada siswa putra peserta ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan pretest
posttest design. Populasi dan sampel penelitian ini siswa peserta ekstrakurikuler
atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 35 yang
terbagi menjadi dua yaitu 5 berjenis kelamin wanita dan 30 berjenis kelamain
laki-laki. Sampel penelitian ini sebanyak 30 orang dengan teknik purposive
sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes lari cepat
100 meter. Analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui, kelompok 1 (latihan short sprint)
memiliki prosentase peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter 6.97%.
Sedangkan kelompok 2 (latihan sustained sprint) memiliki peningkatan
kemampuan lari cepat 100 meter sebesar 4.29%. Demikian hasil tersebut dapat
disimpulkan, latihan short sprint memiliki pengaruh yang lebih baik daripada
latihan sustained sprint terhadap peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter
pada siswa putra peserta ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun
pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: Latihan Short Sprit dan Sustained Sprint, Kemampuan Lari Cepat
100 Meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Seseorang disebut sukses jika ia bisa tetap hidup dan menikmati
kesuksesannya dengan rasa syukur.
(Bum Philips)
Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
(Terjemahan Q.S. Al Mujadalah:11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Allah SWT sebagai Ibadah
Bapak dan ibu tercinta atas kepercayaannya selama ini
Kakak danAdikku yang tersayang
Keluarga besar Vorenzo FS
Sahabat Kepor’07
Teman – teman JPOK UNS 2007
SMP Negeri 5 Karanganyar yang telah membantu diselesaikannya skripsi ini
Dan Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak maka skripsi
ini tidak dapat selesai. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. H Agustiyanto, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Kepelatihan
Olahaga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., sebagai pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, saran dan masukan, sehingga skripsi ini
terselesaikan.
5. Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes., sebagai pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen JPOK FKIP UNS Surakarta yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
7. Kepala SMP Negeri 5 Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Siswa putra ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran
2011/2012 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini
Surakarta, November 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................……………..…………….……..………………
PERNYATAAN.................................................................................................
PENGAJUAN ...............................……..…………………...……………….
PERSETUJUAN .........................…….…….……………..…………..……..
PENGESAHAN ..............................…..…………………..……………….…
ABSTRAK…………………………..……………………..…………..……...
MOTTO .....................………………..…………………..………………...…
PERSEMBAHAN ...............................…………………..……………..….....
KATA PENGANTAR ………...………………..….……….…..……………
DAFTAR ISI ..................................................…………..………..………….
DAFTAR GAMBAR ..................................…………..……………..………
DAFTAR TABEL ...........................…………………..……..………………
DAFTAR GRAFIK…………….…………………………..……..….……….
DAFTAR LAMPIRAN ...............................…………..…………………..…
BAB I PENDAHULUAN …..…….……………..…………...……………
A. Latar Belakang Masalah ………………..……….…..….………
B. Indentifikasi Masalah …..……………..………………....…….
C. Pembatasan Masalah …….…………..…………………………
D. Perumusan Masalah ……….………………………..………….
E. Tujuan Penelitian …..…....………………………….…………..
F. Manfaat Penelitian ………..….…………………..……………..
BAB II LANDASAN TEORI …...…...………………...…………………..
A. Tinjauan Pustaka ……………………...…..………………..…..
1. Lari Cepat ……………………………….……….…..……..
a. Lari Cepat 100 Meter …………….……….……..….….
b. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Lari Cepat
100 Meter ….............................……………….………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xiii
xiv
xv
xvi
1
1
4
4
5
5
5
7
7
7
7
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
c. Teknik Lari Cepat 100 Meter ……..........……..……….
2. Latihan Lari Cepat 100 Meter …....…..…...………………..
a. Hakikat Latihan ……………..……..……….…………..
b. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Latihan Lari
Cepat 100 Meter …………...…...….…...…………...….
c. Prinsip-Prinsip Latihan ……..………..………….….….
d. Komponen-Komponen Latihan ……..….....………..….
3. Sistem Energi Latihan Lari Cepat ………..…..…….………
a. Sistem Penyediaan Energi ………….………….……….
b. Sistem Energi Latihan Lari Cepat …...…..…………..…
4. Latihan Kecepatan dengan Short Sprint …...…..…………..
a. Pengertian Short Sprint …………………..…………….
b. Pengaruh Latihan Short Sprint terhadap Kemampuan
Lari Cepat 100 Meter ……………..……………..……..
5. Latihan Kecepatan dengan Sustained Sprint ……......…..…
a. Pengertian Sustained Sprint …….…………………..….
b. Pengaruh Latihan Sustained Sprint terhadap
Kemampuan Lari Cepat 100 Meter ……………….……
B. Kerangka Berpikir ........………………………………………..
C. Hipotesis ………………………………………………….……
BAB III METODE PENELITIAN .......................………………………....
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......……………………………...
B. Rancangan/Desain Penelitian …….………………..…………..
C. Populasi dan Sampel ……………….………………….……….
D. Teknik Pengambilan Sampel ……….…………….………….…
E. Pengumpulan Data ………………….………………………….
F. Validasi Instrumen Penelitian ……….…………………………
G. Analisis Data ………………………….….…………………….
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................………………………………..
A. Deskripsi Data ...............……………….………………………
B. Pengujian Persyaratan Analisis ……..………………….………
11
16
16
18
19
23
26
26
26
28
28
29
30
30
31
32
34
35
35
35
36
37
37
37
37
41
41
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
C. Pengujian Hipotesis …….………………………………….......
D. Hasil Penelitian …………………...……..…..…………………
1. Uji Reliabilitas …………………...……….………………..
2. Uji Perbedaan sebelum Diberi Perlakuan …….……………
3. Uji Perbedaan sesudah Diberi Perlakuan …...………….....
4. Perbedaan Prosentase Peningkatan Kemampuan Lari Cepat
100 Meter …..………………………………………………
E. Pembahasan Hasil Penelitian ………………..………………….
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........…………………
A. Simpulan .................…………………………………………...
B. Implikasi ....................…………………………………………
C. Saran .........................………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA …............................……………………….....……….
LAMPIRAN ........................………………………………………………….
43
45
45
46
47
49
51
53
53
53
54
55
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
1. Kontribusi Setiap Panjang Langkah Pelari …….………..………...
2. Faktor-Faktor Dasar Lari …………………...…..…….……….….
3. Posisi Aba-Aba Bersedia ……..…………...…..………….……...
4. Sikap Badan Aba-Aba Siap …..…………...…..………….….…...
5. Sikap Badan Aba-Aba Ya …………..…...……...………………..
6. Teknik Lari Cepat ……………………...…………...…………......
7. Teknik Melewati Garis Finish ……...……….………..…….........
8. Skematis Kerangka Berpikir ……...…………………...………....
9. Skematis Rancangan Penelitian …………………………….…….
10. Teknik Pengelompokn Sampel secara Ordinal Pairing ….……….
11. Tes Lari Cepat 100 Meter …...…………………………...…….…
9
10
12
13
13
15
16
32
35
36
78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
1. Karakteristik Umum Sistem Energi …...……...........……….……
2. Metode Latihan Short Sprint …......………………...…….…..….
3. Metode Latihan Sustained Sprint ………………….….….…........
4. Deskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lari Cepat
100 Meter Kelompok 1 dan Kelompok 2 ………….……............
5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ……………..……...…...
6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ………...……………...
7. Hasil Uji Reliabilitas Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lari
Cepat 100 Meter …………………………………………………
8. Range Kategori Reliabilitas ….………………………………......
9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok 1
dan Kelompok 2 ……………..………………..............................
10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada
Kelompok 1 ………………………………………...……………
11. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada
Kelompok 2 …………………………………………...................
12. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok
1dan Kelompok 2 ………………………………………...............
13. Penghitungan Prosentase Peningkatan Kemampuan Lari Cepat
100 Meter antara Kelompok 1dan Kelompok 2 …….….…….....
27
28
30
41
42
43
45
45
46
47
48
49
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
Grafik
1. Rerata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lari Cepat 100
Meter Kelompok 1 dan Kelompok 2 ……………………......………
2. Rerata Perbedaan Data Tes Awal Kemampuan Lari Cepat 100
Meter antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 …..………….………....
3. Perbedaan Rerata Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lari
Cepat 100 Meter Kelompok 1 ………………..……………….….…
4. Perbedaan Rerata Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lari
Cepat 100 Meter Kelompok 2 ………………….……...……….…...
5. Perbedaan Rerata Data Tes Akhir Kemampuan Lari Cepat 100
Meter antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ….…………….….....…
6. Prosentase Peningkatan Kemampuan Lari Cepat 100 Meter antara
Kelompok 1 dan Kelompok 2 …………………………………….....
41
46
47
48
49
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
1. Data Tes Awal Kemampuan Lari Cepat 100 Meter ..……...…..…
2. Hasil Tes Awal Kemampuan Lari Cepat 100 Meter Berdasarkan
Rangking ……………………………………………………..…...
3. Hasil Tes Awal Kemampuan Lari Cepat 100 Meter Berdasarkan
Rangking dan Pengelompokan Sampel secara Ordina Pairing …
4. Uji Reliabilitas Data Tes Awal Kemampuan Lari Cepat 100
Meter …………………………………………………….……….
5. Uji Normalitas Kelompok 1 dan Kelompok 2 ……………………
6. Uji Homogenitas Kemampuan Lari Cepat 100 Meter ……………
7. Hasil Tes Akhir Kemampuan Lari Cepat 100 Meter kelompok 1
dan Kelompok 2 ………….…….………………………..…….....
8. Reliabilitas Data Tes Akhir Kemampuan Lari Cepat 100 Meter ...
9. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lari
Cepat 100 Meter Kelompok 1 dan Kelompok 2 …………..….…
10. Uji t Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2 …...……….……...
11. Uji t Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 1 ……...………..……..
12. Uji t Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 2 ………...………..…..
13. Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ....
14. Menghitung Peningkatan Kemampuan Lari Cepat 100 Meter
dalam Persen pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ………….........
15. Petunjuk Tes Kemampuan Lari Cepat 100 Meter ……………….
16. Program Latihan Sprint dengan Short Sprint dan Sustained Sprint
17. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ……………………………
18. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta .....
19. Surat Keterangan Penelitian dari SMP Data Tes Awal
Kemampuan Lari Cepat 100 Meter ……………….....…………..
59
60
61
62
64
66
67
68
70
72
73
74
75
76
77
79
81
83
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang menggunakan gerak fisik
sebagai sarana pembelajaran. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani banyak
manfaatyang diperoleh di dalamnya. Jaja Suharja Husdarta (2009: 14-16)
(1) memenuhi kebutuhan anak akan gerak, (2) mengenalkan anak pada lingkungan
dan potensi dirinya, (3) menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna, (4)
menyalurkan energi yang berlebihan dan, (5) merupakan proses pendidikan secara
Pendidikan jasmani memiliki manfaat secara multilateral terhadap peserta
didik. Untuk mencaai manfaat tersebut, maka dalam kurikulum pendidikan
jasmani telah diatur macam-macam cabang olahraga yang harus diajarkan sesuai
jenjang pendidikannya masing-masing. Salah satu cabang olahraga yang wajib
diajarkan kepada peserta didik dari tingkat sekolah paling rendah (Taman Kanak-
Kanak) sampai Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/SMK) yaitu atletik.
Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman
wajib diajarkan di sekolah-sekolah, karena atletik merupakan mother dari semua
cabang olahraga. Gerakan-gerakan yang ada di dalam atletik dimiliki oleh
sebagian besar cabang-
Atletik merupakan cabang olahraga yang memiliki nomor jalan, lari,
lompat dan lempar. Untuk nomor lari terdiri dari: lari jarak pendek, jarak
menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross
country. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit,
lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing,
tolak peluru dan lontar martil.
Lari cepat 100 meter atau sprint merupakan salah satu nomor lari jarak
pendek. Lari cepat 100 meter merupakan nomor lari jarak pendek yang diajarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 pada peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kompetensi dasar dari
pembelajaran lari cepat 100 meter pada siswa SMP yaitu mempraktikkan variasi
dan kombinasi teknik dasar atletik serta nilai toleransi, percaya diri, keberanian,
menjaga keselamatan diri dan orang lain, bersedia berbagi tempat dan peralatan.
Untuk mengembangkan kompetensi dasar tersebut, maka diajarkan teknik-teknik
lari cepat 100 meter yang meliputi: teknik start, teknik lari cepat dan teknik
memasuki garis finish.
Banyak aspek dalam kompetensi dasar yang dikembangkan melalui
pembelajaran lari cepat 100 meter. Namun untuk meningkatkan kemampuan lari
cepat 100 meter (prestasi lari cepat 100 meter) dibutuhkan latihan di luar
pembelajaran Penjas secara reguler. Karena prestasi yang tinggi dalam lari cepat
100 meter dibutuhkan latihan secara sistematis dan kontinyu. Kegiatan olahraga
prestasi lari cepat 100 meter (ekstrakurikuler) dilakukan di SMP Negeri 5
Karanganyar.
Kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 5 Karanganyar merupakan
kegiatan di luar jam pelajaran sekolah yang wajib diikuti oleh para peserta didik
kelas VII dan kelas VIII. Kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 5 Karanganyar
merupakan wahana untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik
agar mampu berprestasi yang tinggi. Kegiatan ekstrakurikuler atletik di SMP
Negeri 5 Karanganyar dilakukan satu kali dalam satu minggu. Latihan yang
dilakukan satu kali dalam seminggu jelas tidak maksimal untuk meningkatkan
kemampuan lari cepat 100 meter siswa peserta ekstrakurikuler atletik SMP Negeri
5 Karanganyar. Mochamad Sajoto
ini pada umumnya setuju untuk menjalankan program latihan 3 kali setiap
Latihan ekstrakurikuler atletik yang hanya dilakukan satu kali dalam
seminggu oleh SMP Negeri 5 Karanganyar, sehingga kurang maksimal
menciptakan sprinter-sprinter yang potensial. Kurang maksimalnya kegiatan
ekstrakurtikuler atletik di SMP Negeri 5 Karanganyar, sehingga sprinter-sprinter
dari SMP Negeri 5 Karanganyar jarang memperoleh prestasi pada perlombaan lari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 cepat 100 meter antar siswa SMP, seperti POPDA atau PORSENI atau lomba
lainnya yang sederajat.
Tidak maksimalnya kemampuan lari cepat 100 meter siswa peserta
ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar disebabkan oleh beberapa
faktor di antaranya siswa kurang sungguh-sungguh mengikuti latihan, siswa
sering tidak masuk dalam kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Selain permasalahan tersebut, latihan yang dilaksanakan selama
ini masih monoton. Latihan kecepatan yang diberikan hanya terbatas pada latihan
koordinasi ABC Running dan pengulangan lari cepat.
Memberikan latihan yang variatif sangat penting dalam latihan olahraga
prestasi agar peserta didik tidak jenuh dan bosan mengikuti latihan. Seorang guru
Penjas harus mengembangkan ilmu pengetahuannya tentang ilmu kepelatihan
olahraga prestasi, termasuk latihan lari cepat 100 meter. Rushall & Pyke (1990:
short
sprint and sustained sprint
Short sprint merupakan latihan kecepatan yang menempuh jarak cukup
pendek kurang dari 100 meter. Jarak tempuh dalam latihan short sprint yaitu
antara 30-40 meter yang dilakukan dengan kecepatan maksimal. Sedangkan
latihan sustained sprint merupakan latihan kecepatan yang dilakukan secara
berkesinambungan atau terus menerus menempuk jarak lebih dari 100 meter yaitu
antara 200-300 meter. Dari kedua latihan kecepatan tersebut belum diketahui
latihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan lari
cepat 100 meter. Karena masing-masing latihan kecepatan tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda. Untuk mengetahui pengaruh latihan short sprint dan
sustained sprint terhadap peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter, maka
Perbedaan Pengaruh antara Latihan
Short Sprint dan Sustained Sprint terhadap Kemampuan Lari Cepat 100 Meter
pada Siswa Peserta Ekstrakurikuler Atletik SMP Negeri 5 Karanganyar Tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini
dapat didentifikasi sebagai berikut:
1. Kegiatan ekstrakurikuler atletik di SMP Negeri 5 Karanganyar belum
maksimal untuk meningkatkan kemampuan lari cepat 100 meter.
2. Siswa peserta ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun
pelajaran 2011/2012 kurang sungguh-sungguh dalam mengikuti latihan dan
jarang masuk.
3. Latihan kecepatan dalam kegiatan ekstrakurikuler atletik di SMP Negeri 5
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 masih monoton.
4. Belum diterapkan latihan short sprint terhadap kemampuan lari cepat 100
meter pada siswa putra peserta ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
5. Belum diterapkan latihan sustained sprint terhadap kemampuan lari cepat 100
meter pada siswa putra peserta ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5
Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang dapat diidentifikasi, maka perlu dibatasi agar
tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Dalam meningkatkan kemampuan lari cepat 100 meter dapat dilakukan latihan
short sprint dan sustained sprint.
2. Kemampuan lari cepat 100 meter siswa putra peserta ekstrakurikuler atletik
SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalahan dan pembatasan masalah tersebut di
atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh antara latihan short sprint dan sustained sprint
terhadap kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra peserta
ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012?
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara latihan short sprint dan
sustained sprint terhadap kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra
peserta ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran
2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh antara latihan short sprint dan sustained sprint terhadap
kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra peserta ekstrakurikuler
atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
2. Latihan mana yang lebih baik pengaruhnya antara latihan short sprint dan
sustained sprint terhadap kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra
peserta ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran
2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut di atas,
diharapkan penelitian ini memberi manfaat antara lain:
1. Dapat meningkatkan kemampuan lari cepat 100 meter bagi siswa yang
dijadikan sampel penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6 2. Bagi guru Penjaskes dan siswa SMP Negeri 5 Karanganyar dapat menambah
pengetahuan dalam ilmu olahraga pada umumnya dan latihan-latihan untuk
meningkatkan kemampuan lari cepat 100 meter.
3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang
penelitian ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Lari Cepat
a. Lari Cepat 100 Meter
Lari cepat atau sering disebut lari jarak pendek atau sprint merupakan lari
yang dilakukan dengan kecepatan maksimal dari garis start sampai garis finish.
Tamsir
Aip Syarifuddin (1992: 41)
atau lari cepat (sprint) adalah suatu cara lari dimana si
atlet harus menempuh seluruh jarak dengan kecepatan semaksimal mungkin.
Artinya harus melakukan lari yang secepat-cepatnya dengan mengerahkan seluruh
kekuatannya mulai awal (mulai dari start) sampai melewati garis akhir (finish
Menurut Rianto Hambali Lari jarak pendek adalah
lari yang menempuh jarak antara 50 m sampai dengan jarak 400 m .
Berdasarkan pengertian lari cepat (sprint) dapat disimpulkan bahwa, lari
cepat merupakan suatu cara lari menempuh jarak tertentu yang dilakukan dengan
kecepatan penuh atau maksimal dari garis start sampai garis finish. Aip
pendek ada tiga nomor yang selalu dilombakan yaitu (1) jarak 100 m, (2) jarak
200 m, (3) jarak 400 m. Ketiga jarak atau nomor tersebut menjadi nomor utama
atau sering disebut dengan nomor bergengsi dalam kejuaraan atletik, baik bersifat
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, lari cepat 100 meter
yaitu, lari degan kecepatan penuh atau maksimal dari garis strat sampai garis
finish dengan menemuh jarak 100 meter.
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8 b. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Lari Cepat 100 Meter
Lari cepat 100 meter merupakan lari yang dilakukan dengan kecepatan
maksimal dari garis start menuju garis finish menepuh jarak 100 meter. Untuk
mencapai kecepatan maksimal dalam lai cepat 100 meter sda beberapa hal yang
i jarak pendek
perlu memperhatikan 4 masalah yaitu: (1) starting potition, (2) starting action, (3)
sprinting action, (4) finishing action Yoyo Bahagia,
Ucup Yusuf dan Adang Suherman (2000: 11-
ditentukan oleh panjang langkah (srtide length) dan kontinyuitas
langkah/frekuensi langkah (stride frequency) juga sering disebut stride cendence
atau rate of striding
1) Panjang Langkah (Stride Length)
Panjang langkah merupakan faktor penting dalam lari cepat. Karena
kecepatan lari harus dilakukan dengan mempercepat frekuensi langkah dan
memperpanjang langkah. Menurut Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang
Suherman (2000: 12) menyatakan, setiap panjang langkah pelari
merupakan hasil penjumlahan tiga jarak yaitu:
a) Jarak tolakan kaki, yaitu jarak horizontal antara kaki yang menolak dengan titik berat badan pelari.
b) Jarak melayang di udara, yaitu jarak horisontal yang dicapai oleh pelari dengan perpindahan titik berat badan selama di udara.
c) Jarak pendaratan, yaitu jarak horisontal yang dicapai oleh pelari antara titik berat badan dengan kaki yang mendarat
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, panjang langkah merupakan
penjumlahan dari jarak tolakan kaki, jarak melayang di udara dan jarak
pendaratan. Lebih lanjut Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman
(2000: 13) memberikan petunjuk cara mengukur panjang langkah sebagai
berikut:
a) Langkah pertama adalah melakukan pengukuran panjang langkah atlet yang akan dilatih, yaitu atlit melakukan lari cepat 25 meter di atas lintasan yang dapat memperlihatkan bekas tolakan kaki setiap langkahnya (foot print). Kemudian diukur rata-rata panjang langkahnya dengan meteran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b) Langkah kedua tentukan spesialisasi jarak lari cepat dari atlet itu. c) Langkah ketiga observasi kekuatan otot-otot tungkai dan kekuatan
sendi pergelangan kaki (ankle strenght). d) Langkah keempat mengukur fleksibilitas sendi panggul dan sendi
pergelangan kaki. e) Langkah kelima fungsikan sistem tuas pada kedua tungkai pelari.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, panjang langkah dalam lari
cepat dapat diketahui dengan cara mengukur panjang langkah atlet,
mengetahui spesialisasi jarak lari cepat atlet, mengobservasi kekuatan otot
tungkai dan kekuatan sendi pergelangan kaki, mengukur fleksibilitas sendi
pinggul dan pergelangan kaki serta menfungsikan sistem tuas pada kedua
tungkai pelari.
Gambar 1. Kontribusi Setiap Panjang Langkah Pelari (Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman, 2000: 12)
2) Frekuensi Langkah (Stride Frequency)
Frekuensi langkah sangat berperan penting untuk memperoleh
kecepatan lari yang maksimal. Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang
Suherman (2000: 14) menyatakan:
Frekuensi langkah merupakan perbandingan antara banyaknya kaki kontak dengan tanah dengan kaki melayang di udara. Sehubungan dengan langkah ini maka mengenal istilah setengah langkah yaitu, jarak sentuhan kaki kiri dan kaki kanan. Sedangkan yang dimaksud satu langkah adalah jarak antara sentuhan kaki kiri dan kaki kiri, atau kaki kanan dan kaki kanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, untuk
memperoleh kecepatan lari yang maksimal, maka harus memiliki
perbandingan yang lebih besar kaki kontak dengan tanah. Artinya, semakin
banyak kaki kontak dengan tanah maka akan memiliki frekuensi langkah yang
banyak, sehingga kecepatan lari menjadi lebih maksimal.
Kecepatan lari menjadi maksimal apabila dapat ditempuh dengan
waktu yang sangat singkat. Waktu lari ditentukan oleh jarak dan rata-rata
kecepatan. Rata-rata kecepatan dapat dihitung dengan cara membagi jarak
tempuh dengan waktu yang ditempuh. Panjang langkah ditentukan oleh jarak
take off, melayang di udara dan jarak pendaratan kaki. Jarak melayang di
udara ditentukan oleh kecepatan lepas, sudut lepas, ketinggian lepas dan
tahanan udara. Sedangkan frekuensi langkah ditentukan oleh kecepatan
melangkah yang mencakup banyaknya kaki menyentuh tanah dengan
banyaknya kaki melayang di udara. Secara skematis Yoyo Bahagia, Ucup
Yusuf dan Adang Suherman (2000: 15) menggambarkan faktor-faktor dasar
lari sebagai berikut:
Gambar 2. Faktor-Faktor Dasar Lari
(Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman, 2000: 15)
Waktu Lari
Rata-Rata Kecepatan
Jarak
Frekuensi langkah Panjang Langkah
Waktu langkah
Melayang di udara Jarak pendaratan Jarak tolakan
Waktu di udara
Tolakan kaki di tanah
Tahanan udara Ketinggian lepas Sudut lepas Kecepatan lepas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11 c. Teknik Lari Cepat 100 Meter
Prestasi yang tinggi dapat dicapai dalam lari cepat tidak terlepas dari
penguasaan teknik lari cepat yang baik dan benar. Dengan menguasai teknik lari
cepat yang benar, maka akan diperoleh efektifitas gerakan lari yang baik, sehingga
akan mendukung pencapai prestasi lari cepat lebih maskimal. Menurut Aip
Syarifuddin (1992
harus dipahami dan sikuasai yaitu mengenai: (1) teknik start, (2) teknik lari dan,
(3) teknik melewati garis finish
Pendapat tersebut menunjukkan, teknik lari cepat terdiri dari tiga bagian
yaitu, teknik start, teknik lari dan, teknik melewati garis finish. Dari ketiga teknik
lari cepat tersebut harus dirangkaikan secara harmonis, luwes dan lancar dalam
satu pola gerakan yang utuh tidak diputus-putus pelaksanaannya. Agar siswa
dapat melakukan lari cepat 100 meter dengan baik dan mencapai prestasi yang
tinggi, maka teknik-teknik tersebut harus dipahami dan dikuasai. Untuk lebih
jelasnya ketiga teknik lari cepat tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Teknik Start
Start atau pertolakan merupakan kunci pertama yang harus
dikuasai. Kecerobohan atau keterlambatan dalam melakukan start berarti
kerugian besar bagi seorang sprinter. Kemampuan melakukan start yang
baik sangat dibutuhkan, karena lari cepat dimenangkan dalam selisih
waktu yang sangat kecil. Kesalahan maupun keterlambatan melakukan
start akan merugikan pelari.
Teknik start untuk lari jarak pendek adalah start jongkok
(chrouching start
Start pendek (bounch start), (2) Start menengah (medium start), (3) Start
panjang (long start
terletak pada penempatan antara ujung kaki bagian depan dengan lutut
kaki belakang, sedangkan sikap badan, lengan dan yang lainnya hampir
sama. Menurut Soegito, Bambang Wijanarko & Ismiyati (1993: 99) tahap
mengambil sikap jongkok dengan aba-aba bersedia sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1) Salah satu kaki diletakkan di tanah dengan jarak 1 jengkal dari garis start.
2) Kaki lainnya diletakkan tepat di samping lutut yang terletak di tanah dengan jarak 1 kepal.
3) Badan membungkuk ke depan. 4) Kedua tangan terletak di tanah tepat di belakang garis start
(tidak boleh menyentuh atau melampauinya). 5) Keempat jari tangan rapat, ibu jari terbuka. 6) Kepala tunduk, leher rileks (tidak tegang). 7) Pandangan ke bawah (lihat tanah). 8) Konsentrasi pada aba-aba berikutnya
Berikut ini disajikan ilustrasi gambar pelaksanaan posisi aba-aba
Gambar 3. Posisi Aba-Aba Bersedia (Soegito, Bambang Wijanarko & Ismiyati, 1992: 99)
Aba-
Bambang Wijanarko & Ismiyati (1993: 99) tahap persiapan akan lari
dengan aba-
1) Lutut yang terletak di tanah diangkat. 2) Pinggul diangkat setinggi bahu. 3) Berat badan dibawa ke muka 4) Kepala tetap tunduk dan leher rileks 5) Pandangan tetap ke bawah 6) Konsentrasi pada aba-aba berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan teknik lari cepat pada aba-
Gambar 4. Sikap Badan pada Aba-Aba Siap
(Soegito, Bambang Wijanarko & Ismiyati, 1992: 100)
Aba-aba berikut setelah aba-
pelaksanaan pada aba-
Ismiyati (1993: 100) sebagai berikut:
1) Menolak ke depan dengan kuat tetapi jangan melompat, melainkan meluncur.
2) Badan tetap rendah/condong ke depan. 3) Disertai gerakan lengan yang diayunkan dengan kuat pula. 4) Disusul dengan gerakan langkah kaki pendek-pendek tetapi
cepat agar badan tidak tersungkur. Berikut ini disajikan ilustrasi gambar gerakan pada aba-
sebagai berikut:
Gambar 5. Sikap Badan pada Aba- (Soegito, Bambang Wijanarko & Ismiyati, 1992: 100)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2) Teknik Lari Cepat
Dalam lari cepat harus memperhatikan teknik lari yang benar. Pada
waktu lari cepat, badan dalam posisi hampir tegak lurus pada tanah dan
condong ke depan 60 derajat. Rusli Lutan dkk., (1992: 137) menyatakan,
condong ke depan. Sikap badan seperti ini memungkinkan titik berat
Kecepatan lari akan lebih baik apabila didukung gerakan kedua
lengan. Kedua lengan harus rileks, dengan kedua tangan agak mengepal
dan ibu jari menyilang pada jari telunjuk. Sudut dari persendian siku
sedapat mungkin tetap membentuk sudut lebih kurang 90 derajat, sedikit
mengurang bila lengan ke depan dengan tangan mencapai setinggi bahu
atau sedikit lebih tinggi. Lengan sebaiknya bergerak ke belakang dan ke
depan, seolah-olah kedua lengan itu bergerak disekitar sumbu yang
melalui persendian bahu. Gerakan lengan yang efisien adalah sangat
penting. Kepala sebaiknya dalam garis yang alami dengan badan. Bila
terlalu condong ke depan badan atau terlalu ke belakang, menyebabkan
langkah atlet akan lebih pendek.
Kecepatan maksimal harus dilakukan oleh sprinter saat melakukan
start sampai pada jarak kira-kira jarak 60 meter. Sekali kecepatan puncak
sudah tercapai, maka dengan sekuat tenaga harus dipertahankan atau
ditingkatkan dengan memperlebar langkah tanpa mengurangi kecepatan
dan didukung menggerakkan kedua lengan sesuai dengan kecepatan yang
ingin dicapai semaksimal mungkin. Beberapa prinsip lari cepat yang harus
diperhatikan menurut Soegito, Bambang Wijanarko & Ismiyati (1992: 12)
antara lain:
1) Lari pada ujung kaki. 2) Menumpu dengan kuat, agar mendapatkan dorongan ke depan
dengan kuat pula. 3) Badan condong ke depan + 600, sehingga titik berat badan
selalu di depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4) Ayunan lengan kuat-kuat dan cepat, siku dilipat, tangan menggengam lemas, agar gerakan langkah kaki juga cepat dan kuat.
5) Setelah + 20 m dari garis start, langkah diperlebar tetapi condong badan harus tetap dipertahankan. Serta ayunan lengan dan gerakan langkah kaki juga dipertahankan kecepatan dan kekuatannya, bahkan kalau mungkin ditingkatkan.
Berikut ini disajikan ilustrasi gambar teknik lari cepat 100 meter
sebagai berikut:
Gambar 6. Teknik Lari Cepat (Tamsir Riyadi, 1985:30)
3) Teknik Memasuki Garis Finish
Memasuki garis finish merupakan faktor yang paling menentukan
kalah atau menangnya seorang pelari. Menurut Agus Mukholid (2004:
102) teknik melewati garis finish terbagi menjadi tiga cara yaitu:
1) Dengan cara lari terus secepat-cepatnya melewati garis finish dengan tidak mengubah posisi lari.
2) Saat akan menyentuh pita atau melewati garis finish, dada dicondongkan ke depan.
3) Saat akan meneyntuh pita atau melewati garis finish, dada diputar sehingga salah satu bahu maju ke depan terlebih dahulu.
Teknik memasuki finish tersebut di atas sangat penting untuk
dipahami dan dikuasai oleh seorang pelari, sebab meskipun mempunyai
kekuatan dan kecepatan yang baik sering kalah karena teknik memasuki
finish yang kurang baik. Seorang pelari bebas menentukan dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
atau teknik sendiri yang dianggap lebih efektif dan efisien. Berikut ini
disajikan ilustrasi gerakan saat memasuki garis finish sebagai berikut:
Gambar 7. Teknik Melewati Garis Finish (Agus Mukholid, 2004: 102)
2. Latihan Lari Cepat 100 Meter
a. Hakikat Latihan
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sudjarwo (1993: 14) menyatakan,
-ulang, secara ajeg
dengan selalu memberikan peningkatan beban lati
training) merupakan proses kerja yang sistematis dan
dilakukan secara berulang-
Menurut Abdul Hamidsyah Noer
sistematis dan kontinyu dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan
berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah beban
Yusuf Adisasmita &
Aip Syarifuddin (1996:145) bahwa,
berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah
Hakikat latihan yang dikemukakan tiga ahli tersebut pada prinsipnya
mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa,
latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17 kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin
meningkat.
Latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis
dan kontinyu, dilakukan dalam waktu yang lama dan secara berulang-ulang
dengan beban latihan yang semakin meningkat untuk mencapai tujuan yang telah
juan
Yusuf
Adisasmita & Aip Syarifuddin
untuk membantu atlit meningkatkan keterampilan dan prestasi olahraganya
gkan Bompa (1990: 4) menyatakan tujuan umum
latihan yaitu:
1) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara multiralteral.
2) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni.
3) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang olahraganya.
4) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang diperlukan.
5) Untuk mengelola kualitas kemauan. 6) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim
secara optimal. 7) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlit. 8) Untuk pencegahan cidera. 9) Untuk meningkatkan pengetahuan teori.
Tujuan umum latihan pada prinsipnya sangat luas. Namun hal yang utama
dari latihan olahraga prestasi yaitu, untuk meningkatkan keterampilan dan
mencapai prestasi setinggi mungkin dari atlit yang berlatih. Menurut Yusuf
Adisasmita & Aip Syarifuddin, (1996: 12-
tersebut, ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam latihan yaitu, (1) Latihan
fisik, (2) latihan
aspek tersebut saling berkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18 b. Hal-Hal yang harus Diperhatikan dalam Latihan Lari Cepat 100 Meter
Latihan merupakan suatu proses untuk mencapai prestasi yang tinggi.
Untuk mencapai prestasi lari cepat 100 meter, maka harus melakukan latihan
secara baik dan teratur. Namun demikian, dalam melakukan latihan lari cepat 100
meter ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Depdiknas (2000: 113-114)
maksimal perlu diidentifikasi terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi
faktor-faktor penentu kecepatan menurut Suharno (1993: 48) yaitu:
1) Macam fibril otot yang dibawa sejak lahir (pembawaan), fibril berwarna putih (phasic) baik untuk gerak yang cepat.
2) Pengaturan nervous system. 3) Kekuatan otot 4) Kemampuan elastisitas dan relaksasi suatu otot 5) Kemampuan dan disiplin individu atlet.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kecepatan lari
dapat ditingkatkan dengan baik jika memiliki unsur-unsur penentu kecepatan yang
baik. Jika unsur-unsur penentu tersebut dalam kondisi baik, maka kecepatan lari
dapat ditingkatkan secara maksimal. Selain itu, dalam melatih kecepatan harus
dilakukan dengan cara yang tepat. Lebih lanjut Suharno (1993: 49) menyatakan:
Cara melatih kecepatan sprint dapat dilakukan dengan interval training yaitu: 1) Volume beban latihan 5-10 kali giliran lari, tiap-tiap giliran atlet lari
secepat-cepatnya dengan jarak 30-80 meter. 2) Intensitas lari 80%-100% dengan pedoman waktu dari pelatih. 3) Frekuensi dan tempo secepat-cepatnya. 4) Peningkatan beratnya latihan dapat mencari variasi perubahan ciri-ciri
loading sesuai dengan kehendak atlet dan pelatih.
Menerapkan cara latihan yang tepat sangat penting agar diperoleh hasil
latihan yang maksimal. Cara-cara melatih kecepatan tersebut harus dipahami dan
dikuasi dengan baik dan benar. Selain itu, dalam latihan harus berpedoman pada
prinsip-prinsip latihan yang tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19 c. Prinsip-Prinsip Latihan
Dalam setiap kali latihan, baik atlet maupun pelatih harus memperhatikan
prinsip-prinsip latihan. Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-
prinsip latihan diharapkan latihan yang dilakukan dapat meningkat dengan cepat,
dan tidak berakibat buruk baik pada fisik maupun teknik atlet. Berkaitan dengan
pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan
Prinsip latihan pada dasarnya merupakan suatu pedoman dalam
memberikan beban latihan, sehingga beban latihan dapat diberikan dengan tepat,
sehingga akan terjadi peningkatan. Latihan yang didasarkan prinsip latihan yang
tepat, maka tujuan prinsip latihan akan tercapai. Adapun tujuan dari prinsip
Prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan dalam latihan menurut Sudjarwo
(1993: 21-
(3) Prinsip interval, (4) Prinsip penekanan beban (stress), (5) Prinsip makanan
baik dan, (6) Prinsip
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip latihan mencakup enam
aspek yaitu: prinsip individu, prinsip penambahan beban, prinsip interval, prinsip
nekenanan beban, prinsip makanan baik dan prinsip llatihan sepanjang tahun.
Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam latihan
olahraga prestasi. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip
latihan tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-
prinsip latihan dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Prinsip Individu
Manfaat latihan akan lebih berarti, jika di dalam pelaksanaan
latihan didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih.
Perbedaan antara atlet yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat
kemampuan dasar serta prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
individu harus diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Sadoso
Sumosardjuno (1994: 13) menyatakan, "Meskipun sejumlah atlet dapat
diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi kecepatan
kemajuan dan perkembangannya tidak sama". Menurut Andi Suhendro
dalam melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan
kepada setiap atlet, sekali atlet tersebut memiliki prestasi yang sama.
Konsep latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap
Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan yang
diterapkan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan
latihan harus selalu mengingat kemampuan dan kondisi masing-masing
atlet. Faktor-faktor individu yang harus mendapat perhatian misalnya
tingkat ketangkasan atlet, umur atau lamanya berlatih, kesehatan dan
2) Prinsip Penambahan Beban (Over Load Principle)
Prinsip beban lebih merupakan dasar dan harus dipahami seorang
pelatih dan atlet. Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang
mendasar untuk memperoleh peningkatan kemampuan kerja. Kemampuan
seseorang dapat meningkat jika mendapat rangsangan berupa beban
latihan yang cukup berat, yaitu di atas dari beban latihan yang biasa
diterimanya. Andi Suhendro (2007: 3.7) m
akan meningkat prestasinya apabila dalam latihan mengabaikan prinsip
Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,
prinsip beban lebih bertujuan untuk meningkatkan perkembangan
kemampuan tubuh. Pembebanan latihan yang lebih berat dari sebelumnya
akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga
kemampuan tubuh akan meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat
mempunyai peluang untuk mencapai prestasi yang lebih baik.
Salah satu hal yang harus tetap diperhatikan dalam peningkatan
beban latihan harus tetap berada di atas ambang rangsang latihan. Beban
latihan yang terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan atlet,
tetapi justru sebaliknya yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau
dapat mengakibatkan atlet menjadi sakit.
3) Prinsip Interval
Interval atau istirahat merupakan bagian penting dalam latihan. Hal
ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi atlet. Berkaitan dengan prinsip
interval Sudjarwo (1993
merupakan serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu
(interval). Faktor istirahat (interval) haruslah diperhatikan setelah jasmani
.
Istirahat atau interval merupakan faktor yang harus diperhatikan
dalam latihan. Kelelahan akibat dari latihan harus diberi istirahat. Dengan
istirahat akan memulihkan kondisi atlet, sehingga untuk melakukan latihan
berikutnya kondisinya akan lebih baik.
4) Prinsip Penekanan Beban (Stress)
Pemberian beban latihan pada suatu saat harus dilaksanakan
dengan tekanan yang berat atau bahkan dapat dikatakan membuat atalet
stress. Penekanan beban latihan harus sampai menimbulkan kelelahan
secara sungguh-sungguh, baik kelelahan lokal maupun kelelahan total
jasmani dan rokhani atlet. Dengan waktu tertentu serta beban latihan
dengan intensitas maksimal akan berakibat timbulnya kelelahan lokal yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
otot-otot tertentu atau pun fungsi organisme. Kelelahan total disebabkan
adanay beban latihan dengan volume yang besar, serta intensitasnya
maksimal dengan waktu yang cukup lama. Prinsip penekanan beban
(stress) diberikan guna meningkatkan kemampuan organisme,
penggemblengan mental yang sangat diperlukan untuk menghadapi
pertandingan-pertandingan.
5) Prinsip Makanan Baik
Makanan yang sehat dan baik sangat penting bagi seorang atlet.
Makanan yang dikonsumsi atlet harus sesuai dengan tenaga yang
diperlukan dalam latihan. Untuk menentukan jenis makanan yang harus
dikonsumsi seorang atlet harus bekerjasama dengan ahli gizi. Sudjarwo
g atlet diperlukan 25-35% lemak,
15% putih telur, 50-
Pentingnya peranan makanan yang baik untuk seorang atlet, maka harus
diperhatikan agar kondisi atlet tetap terjaga, sehingga akan mendukung
pencapaian prestasi yang maksimal.
6) Prinsip Latihan Sepanjang Tahun
Pencapaian prestasi yang tinggi dibutuhkan latihan yang teratur
sistematis dari latihan yang diberikan secara teratur dan ajeg serta
dilaksanakan sepanjang tahun tanpa berseling. Hal ini bukan berarti tidak
Sistematis suatu latihan sepanjang tahun akan diketahui melalui
periode-periode latihan. Oleh karena itu, latihan sepanjang tahun harus
dijabarkan dalam periode-periode latihan. Melalui penjabaran dalam
periode-periode latihan, maka tujuan kan lebih fokus, sehingga prestasi
yang tinggi dapat dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23 d. Komponen-Komponen Latihan
Setiap pelatihan olahraga akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang
bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, kejiwaan dan keterampilan. Efisiensi dari
suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh
dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas, serta
frekuensi penampilan (densitas).
Semua komponen dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model yang
sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga
yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan
secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai
tujuan penampilannya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak
menentukan keterampilan yang tinggi termasuk, maka kompleksitas latihan
merupakan hal yang sangat diutamakan. Menurut Andi Suhendro (2007: 3.17)
komponen-komponen penting yang harus diperhatikan dalam suatu latihan
density atau kekerapan
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, komponen latihan mencakup:
volume latihan, intensitas latihan, density dan kompleksitas latihan. Komponen-
komponen latihan tersebut sangat penting dalam latihan olahraga prestasi.
Komponen-komponen latihan tersebut berkaitan antara yang satu dengan yang
lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen latihan tersebut harus diterapkan
dengan baik dan benar agar tujuan latihan dapat tercapai. Untuk lebih jelasnya
komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Volume Latihan
Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang sangat
penting untuk mendapatkan teknik yang tinggi dan pencapaian fisik yang
adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya
suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
setiap giliran". Pengertian seri atau set, menurut Mochamad Sajoto (1995:
Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua
cabang olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga pada cabang
olahraga yang menuntut kesempurnaan teknik atau keterampilan taktik.
Hanya jumlah pengulangan latihan yang tinggi yang dapat menjamin
akumulasi jumlah keterampilan yang diperlukan untuk perbaikan
penampilan secara kuantitatif. Perbaikan penampilan seorang atlet
merupakan hasil dari adanya peningkatan jumlah satuan latihan serta
jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan.
2) Intensitas Latihan
Intensitas latihan merupakan komponen kualitas latihan yang
mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu
tertentu. Semakin banyak kerja yang dilakukan, semakin tinggi
yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam
aktivitas jasmani baik da
Intensitas latihan tercermin dari kuatnya stimuli (rangsangan)
syaraf dalam latihan. Kuatnya rangsangan tergantung dari beban,
kecepatan gerakan dan variasi interval atau istirahat antar ulangan. Antara
intensitas latihan dan volume latihan sulit untuk dipisahkan, karena latihan
selalu mengkaitkan antara kuantitas dan kualitas latihan. Untuk mencapai
hasil latihan yang baik, maka intensitas latihan yang diberikan tidak boleh
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu latihan yang tidak
memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan
sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas
latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3) Densitas Latihan
Densitas merupakan frekuensi (kekerapan) dala melakukan
serangkaian stimuli (rangsangan) harus dilakukan dalam setiap unit waktu
dalam latihan. Dalam hal ini Andi Suhendro (2007: 3.24) menyatakan,
Density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu
latihan yan
Densitas menunjukkan hubungan yang dicerminkan dalam waktu
antara aktifitas dan pemulihan (recovery) dalam latihan. Ketepatan
densitas dinilai berdasarkan perimbangan antara aktivitas dan pemulihan.
Perimbangan ini berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan
seseorang. Lama waktu isntirahat atau interval antar aktivitas tergantung
pada berbagai faktor antar alain: intensitas latihan, status kemampuan
peserta, fase latihan, serta kemampuan spesifik yang ditingkatkan.
4) Kompleksitas Latihan
Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang
dilaksanakan dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan
membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab penting dalam
menambah intensitas latihan. Keterampilan teknik yang rumit atau sulit,
mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan
menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap
dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu
gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks,
dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang
baik dan yang jelek. Seperti dikemukakan Bompa (1990: 28) bahwa,
Komponen-komponen latihan yang telah disebutkan di atas harus
dipahami dan diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Untuk memperoleh
hasil latihan yang optimal, komponen-komponen latihan tersebut haru
diterapkan dengan baik dan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3. Sistem Energi Latihan Lari Cepat
a. Sistem Penyediaan Energi
Energi didefinisikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan
kerja, sedangkan kerja didefiniskan sebagai penerapan suatu gaya melalui suatu
jarak. Dengan demikian energi dan kerja tidak dapat dipisahkan (Fox, 1984: 11).
Banyak energi yang digunakan untuk kerja otot tergantung pada intenitas,
frekuensi, serta ritme dan durasi latihan. Energi yang diperlukan untuk suatu
latihan kegiatan atau kontrasi otot tidak dapat diserap langsung dari makanan yang
dimakan, tetapi diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP (Adenosin
Triphospahte). ATP inilah merupakan sumber energi yang langsung digunakan
otot untuk melakukan kontraksi.
ATP merupakan suatu komponen kompleks yang tersusun atas suatu
komponen adenosine dan tiga komponen phosphate. ATP tersimpan dalam otot
rangka dalam jumlah yang sangat terbatas. Agar supaya kontraksi otot tetap
berlangsung, maka ATP ini harus segera disintesis kembali. ATP bisa diberikan
pada sel-sel otot melalui 3 (tiga) cara metabolisme, yaitu: 2 (dua) secara
anaerobik dan 1 (satu) secara aerobik. Ketiga cara ini disebut: (1) Sistem ATP-PC
(2) Glikolisis anaerobik; (3) Sistem Aerobik.
b. Sistem Energi Latihan Lari Cepat
Lari cepat atau sprint merupakan gerakan maju yang dilakukan dengan
maksimal dari garis strat sampai garis finish. Berdasarkan hal tersebut, maka
sistem energi yang digunakan yaitu sistem anaerobik. Sistem energi anaerobik
merupakan sistem energi otot yang dalam kerjanya tidak memerlukan oksigen.
LANKOR (2007: 41) menyatakan:
Sistem energi anaerobik dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1) Sistem anaerobik alaktit. Merupakan penggunaan energi awal untuk
bergerak atau start, sehingga sering disebut start up system. Sistem ini memiliki kerj adengan intensitas yang tinggi dengan waktu yang sangat singkat (1-5 detik) dan tidak menghasilkan zat buang seperti asam laktat, sehingga disebut anaerobik alaktit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2) Sistem anaerobik laktat. Merupakan sistem energi tanpa menggunakan oksigen, tetapi menghasilkan zat buang atau asam laktat, sehingga disebut sistem anaerobik laktat. Sistem ini bekerja dengan intensitas yang tinggi dalam waktu yang relatif lebih lam dibandingkan dengan sistem energi alaktit (6 detik sampai 2 menit).
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, lari cepat 100 meter
membutuhkan sistem energi anaerobik laktat. Karena waktu yang ditempuh lari
cepat 100 meter lebih dari 6-15 detik detik bagi pemula (siswa SMP). Dari sistem
energi tersebut, maka dapat dipahami bahwa setiap cabang olahraga memiliki
sistem energi predominan yang berbeda, sehingga implementasinya dalam meltih
harus menjadi pertimbangan dalam memberikan latihan yang tepat untuk cabang
olahraga yang memiliki sistem energi predominan tertentu. Davis et al, (1986: 52)
memberikan gambaran umum karakteristik sistem penyediaan energi sebagai
berikut:
Tabel 1. Karakteristik Umum Sistem Energi
ATP-PC System Lactic Acid System Oxygen System Anaerobic Veri Rapid Chemical fuel PC Very limited ATP production Muscular stores limited Used with sprint or any high- power- short-duration activity
Anaerobic Rapid Food fuel: glycogen Limited ATP production By-product, lactic acid causes muscular fatigue Used with activities of 1 to 3 min duration
Aerobik Slow Food fuel: glycogen, fats, and protein Unlimited ATP production NO fatiguing by products Used with endurance or long duration activities
Dalam kaitannya dengan sistem penyediaan energi yang telah diuraikan,
kebanyakan aktivitas fisik atau olahraga menggunakan secara kombinasi.
Aktivitas fisik dalam waktu singkat dan eksplosif sebagian diperoleh dari sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28 anaerobik (ATP-PC dan LA), sedangkan aktivitas fisik dalam waktu yang lama
energi dicukupi dari sistem aerobik.
4. Latihan Kecepatan dengan Short Sprint
a. Pengertian Short Sprint
Ditinjau dari kata short sprint dapat didefinisikan yaitu lari jarak pendek
Short sprint adalah latihan
kecepatan dengan menggunakan jarak tempuh cukup pendek kurang dari 100
meter Sedangkan Rushall & Pyke (1990: 270) memberikan contoh metode latihan
short sprint untuk anak laki-laki sebagai berikut:
Tabel 2. Metode Latihan Short Sprint
Repetitions Distance Intensity Work/recovery
period Recovery activity
15 x 30 m 100% + 30 sec Stretch/walk
10 x 40 m 100% + 60 sec Walk/jog
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan kecepatan
dengan short sprint yaitu latihan kecepatan dengan menempuh jarak pendek
(dekat) kurang dari 100 meter, yaitu dengan jarak antara 30 - 40 meter yang
dilakukan dengan kecepatan maksimal secara berulang-ulang. Intensitas latihan
short sprint yaitu maksimal. Istirahat diantara pengulangan gerakan 30 detik
sampai 60 detik dan istirahat dilakukan dengan peregangan atau berjalan.
Latihan kecepatan dengan jarak pendek kurang dari 100 meter pada
umumnya bertujuan untuk mengembangkan sistem ATP-PC. Menurut Sharkey
yang dikutip Andi S
melibatkan periode maksimal dan periode istirahat, hal ini dimaksudkan agar
dapat meningkatkan tingkat ATP-
n 90%, daya tahan
-PC
dan LA sebesar 90%, La dan O2 sebesar 6% dan O2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan short sprint
pada prinsipnya dapat meningkatkan ATP-PC, meningkatkan daya tahan
anaerobik, daya tahan aerobik, meningkatkan LA dan O2. Pada latihan short
sprint harus ditempuh dengan waktu tertentu dan diberikan istirahat yang cukup.
Seperti dikemukakan Andi Suhendro (2007: 4.23) bahwa:
Pelari harus berlari pada kecepatan maksimal, waktu yang diperlukan untuk lari kecepatan maksimal sepanjang 60 meter adalah kira-kira 6-7 detik. Sedangkan pada periode pemulihan harus dilakukan dengan istirahat sempurna. Untuk mengetahui seorang pelari sudah mencapai istirahat sempurna dapat dilihat dari denyut nadi istirahat, kira-kira 70-80 kali per menit.
Latihan lari yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kecepatan
maksimal, maka kecepatan akan meningkat secara optimal. Dalam latihan
kecepatan harus didasarkan prinsip-prinsip pengulangan lari cepat yang baik dan
benar. Pyke (1980) yang dikutip Andi Suhendro (2007: 4.23-4.24) prinsip-prinsip
latihan kecepatan yaitu:
1) Lama kerja 0-15 detik 2) Intensitas kerja 100% (maksimal). 3) Lama waktu pemulihan 1-2 menit 4) Rasio pemulihan 1:5 1:10 5) Jumlah ulangan 5-15 kali 6) Ulangan-ulangan harus dilakukan dengan singkat yaitu 5-10 detik 7) Waktu istirahat tidak terlalu panjang atau terlalu pendek 8) Istirahat yang dilakukan adalah sitirahat pasif (bukan sitirahat aktif)
Prinsip-prinsip latihan kecepatan dengan short sprint tersebut penting
untuk dipahami dan dikuasai seorang pelatih. Pemberian beban latihan yang tepat
dengan prinsip-prinsip latihan kecepatan yang benar, maka kecepatan lari akan
meningkat secara maksimal.
b. Pengaruh Latihan Short Sprint terhadap Kemampuan Lari Cepat 100
Meter
Latihan short sprint merupakan bentuk lari cepat yang dilakukan secara
berulang-ulangan. Jarak tempuh pada latihan short sprint yaitu kurang dari 100
meter (30-40 meter). Latihan lari cepat dilakukan secara berulang-ulang dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30 kecepatan maksimal. Latihan lari cepat yang dilakukan secara berulang-ulang
akan meningkatkan kecepatan lari seseorang. Latihan short sprint
mengembangkan sistem ATP-PC, LA, O2, daya tahan anaerobik dan daya tahan
aerobik yang dibutuhkan dalam lari cepat 100 meter. Dikembangkannya sistem
energi ATP-PC, LA dan O2 pada latihan short sprint, sehingga hal ini akan sangat
penting untuk lari cepat. Robert & Pyke (1 -
PC dapat memberikan energi yang cukup untuk usaha yang maksimal yang
dilakukan dalam waktu 5-
-PC terbentuk kembali setelah istirahat 30 detik sebesar ½
selama 1 menit sebesar ¾ , selama 1 ½ menit sebesar 7/8 dan selama 3 menit
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan short
sprint memiliki pengaruh terhadap kecepatan lari. Lari cepat yang dilakukan
dalam jarak 30-40 meter waktu yang dibutuhkan 5-10 detik dengan recovery 30
detik. Dengan recovery 30 detik, maka akan terbentuk ATP-PC sebesar ½% dari
jumlah yang seharusnya dimiliki sebelum aktivitas, sehingga hal ini sangat efektf
untuk latihan kecepatan berikutnya. Dengan terbentuknya ATP-PC, maka tidak
akan terjadi kelelahan sehingga akan mampu melakukan latihan kecepatan secara
berulang-ulang.
5. Latihan Kecepatan dengan Sustained Sprint
a. Pengertian Sustained Sprint
Sustained sprint merupakan bentuk latihan lari cepat (sprint) yang
dilakukan secara berkesinambungan atau terus menerus menempuk jarak lebih
dari 100 meter. Rushall & Pyke (1990: 271) memberikan contoh metode latihan
sustained sprint sebagai berikut:
Tabel 3. Metode Latihan Sustained Sprint
Repetitions Distance Intensity Work/recovery
period Recovery activity
7 x 200 m 90%-95% 3½ min Walk/jog
5 x 300 m > 90% 5 min Walk/jog
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan sustained
sprint merupakan latihan kecepatan dengan jarak tempuh lebih dari 100 meter.
Latihan kecepatan dengan sustained sprint jaraknya lebih dari 100 meter
dilakukan dengan kecepatan maksimal dan dilakukan secara berulang-ulang.
Jumlah ulangan dari latihan sustained sprint pada jarak 200 meter yaitu 7 kali
ulangan, sedangkan pada jarak 300 meter 5 kali ulangan. Intensitas latihannya 90-
95% atau > 90%, istirahat diantara ulangan 3 setengah menit sampai 5 menit.
Pada waktu istirahat dilakukan dengan berjalan atau lari kecil-kecil.
Latihan sustained sprint juga bertujuan untuk mengembangkan sistem
ATP-PC. Dengan demikian sistem energi pada latihan sustained sprint sama
seperti pada latihan short sprint. Sharkey yang dikutip Andi Suhendro (2007:
latihan lari cepat melibatkan periode maksimal dan
periode istirahat, hal ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan tingkat ATP-
mengembangkan kecepatan 90%, daya tahan anaerobik sebesar 6% dan daya
cepat mengembangkan ATP-PC dan LA sebesar 90%, La dan O2 sebesar 6% dan
O2
b. Pengaruh Latihan Sustained Sprint terhadap Kemampuan Lari Cepat 100
Meter
Latihan sustained sprint merupakan latihan kecepatan dengan jarak 200-
300 meter yang dilakukan dengan kecepatan maksimal. Latihan kecepatan
menempuh jarak 200-300 meter yang dilakukan secara berulang-ulang, maka akan
dapat meningkatkan kecepatan lari 100 meter. Ditinjau dari jarak 200-300 meter
dari latihan sustained sprint menunjukkan bahwa, latihan ini juga bertujuan untuk
mengembangkan daya tahan. Seperti dikemukakan Nossek (1982: 191) bahwa,
-
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan sustained sprint selain
bertujuan meningkatkan kecepatan, juga dapat mengembangkan daya tahan. Daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32 tahan juga sangat berperan penting dalam lari cepat 100 meter. Menurut Abdul
Hamidsyah Noer kita ingin mengembangkan
kecepatan, jangan hanya melatih kecepatan saja tetapi komponen-komponen yang
Pendapat tersebut menunjukkankan bahwa, kekuatan dan daya tahan
merupakan faktor yang dapat mendukung kecepatan lari seseorang. Dengan
latihan sustained sprint yang dilakukan secara berulang-ulang dan berpedoman
pada prinsip-prinsip latihan yang benar, maka akan dapat meningkatkan daya
tahan seseorang. Dengan meningkatnya daya tahan maka akan mendukung
kecepatan lari seseorang.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka yang mendasari dari variabel penelitian, dapat
digambarkan konseptual kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 8. Skematis Kerangka Berpikir
Berdasarkan konseptual kerangka berpikir yang digambarkan tersebut
dapat diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut:
Lari cepat 100 meter
Short Sprint Sustained Sprint
Latihan
Kemampuan lari cepat 100 meter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Short Sprint dan Sustained Sprint terhadap
Kemampuan Lari Cepat 100 Meter
Latihan short sprint dan sustained sprint merupakan bentuk latihan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan lari 100 meter. Dari kedua bentuk
latihan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan karakteristik
tersebut akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula terhadap peningkatan
kemampuan lari cepat 100 meter.
Latihan short sprint merupakan latihan lari cepat menempuh kurang dari
100 meter. Latihan lari cepat menempuh jarak kurang dari 100 meter dilakukan
secara berulang-ulang dengan kecepatan maksimal. Latihan short sprint dapat
mengembangkan unsur-unsur fisiologis terutama pengembangan ATP-PC, LA
dan O2. Dengan dikembangkan ATP-PC, LA dan O2, maka hal ini sangat berperan
penting dalam lari cepat 100 meter. Sedangkan latihan sustained sprint merupakan
latihan kecepatan menempuh lebih dari 100 meter dengan kecepatan maksimal
yang dilakukan secara berulang-ulang. Latihan sustained sprint juga
mengembangkan ATP-PC dan daya tahan. Dengan meningkatnya ATP-PC, LA
dan daya tahan dapat mendukung kecepatan lari seseorang.
Berdasarkan karakteristik dari latihan short sprint dan sustained sprint
serta unsur yang dikembangkan dari kedua latihan tersebut tentu akan
menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan lari cepat 100 meter.
Perbedaan perlakuan tentu akan menimbulkan respon yang berbeda pada diri
pelaku. Dengan demikian latihan short sprint dan sustained sprint akan memiliki
perbedaan pengaruh terhadap kemampuan lari cepat 100 meter.
2. Latihan Short Sprint Dibandingkan dengan Latihan Sustained Sprint
terhadap Kemampuan Lari Cepat 100 Meter
Berdasarkan perbedaan karakteristik antara latihan short sprint dan
sustained sprint menunjukkan bahwa, latihan short sprint memiliki pengaruh yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34 lebih baik terhadap peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter. Hal ini karena,
latihan short sprint dilakukan dalam jarak yang cukup dekat kurang dari 100
meter. Latihan lari cepat yang dilakukan dalam jarak yang cukup dekat, sehingga
akan lebih cepat terjadinya pemulihan ATP-PC dan LA. Dengan pulihnya ATP-
PC dan LA yang relatif cepat sangat bermanfaat untuk gerakan lari cepat dengan
kecepatan maksimal secara berulang-ulang.
Sedangkan latihan sustained sprint dilakukan jarak yang cukup jauh lebih
dari 100 meter dengan kecepatan maksimal dan dilakukan secara berulang-ulang.
Latihan lari cepat yang dilakukan dalam jarak cukup jauh lebih dari 100 meter,
maka pemulihan ATP-PC dan LA agak lambat. Agar terjadi pemulihan ATP-PC
dan LA dibutuhkan recovery yang memadai. Pemulihan ATP-PC yang lambat
sehingga akan berpengaruh terhadap latihan kecepatan berikutnya. Berdasarkan
karakteristik dari latihan shor sprint dan sustained sprint menunjukkan bahwa,
latihan short sprint memiliki pengaruh yang lebih baik daripada latihan sustained
sprint terhadap kemampuan lari cepat 100 meter.
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang telah
dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh antara latihan short sprint dan sustained sprint
terhadap kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra peserta
ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
2. Latihan short sprint lebih baik pengaruhnya daripada latihan sustained sprint
terhadap kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra peserta
ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan olahraga SMP Negeri 5
Karanganyar Jl. Lawu No 368 telp. (0271) 495213 .
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan (enam minggu)
dengan tiga kali latihan dalam satu minggu dari bulan Maret sampai dengan
pertengahan bulan April 201
15.00 17.00 WIB.
B. Rancangan/Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Rancangan
Pretest- . Gambar rancangan
penelitian sebagai berikut:
KE 1 Treatment A Posttest S Pretest MSOP
KE 2 Treatment B Posttest
Gambar 9. Skematis Rancangan Penelitian
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36 Keterangan : S = Sampel Pretest = Tes awal kemampuan lari cepat 100 meter MSOP = Matched Subject Ordinal Pairing KE1 = Kelompok 1 (K1) KE2 = Kelompok 2 (K2) Treatment A = Latihan short sprint Treatment B = Latihan sustained sprint Posttest = Tes akhir kemampuan lari cepat 100 meter
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada kemampuan lari cepat
100 meter pada tes awal. Setelah hasil tes awal dirangking, kemudian subjek yang
memiliki kemampuan setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok 1 (K1) dan
kelompok 2 (K2). Dengan demikian kedua kelompok tersebut sebelum diberi
perlakuan merupakan kelompok yang seimbang. Apabila pada akhirnya terdapat
perbedaan, maka hal ini disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan.
Pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara matched subjek ordinal
pairing. Adapun teknik pembagian kelompok secara matched subjek ordinal
pairing menurut Sutrisno Hadi (1995: 485) sebagai berikut:
1 2
4 3
5 6
8 7
9 dan seterusnya
Gambar 10. Teknik Pembagian Kelompok Ordinal Pairing
C. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel penelitian ini siswa peserta ekstrakurikuler atletik
SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 35 yang terbagi
menjadi dua yaitu 5 berjenis kelamin wanita dan 30 berjenis kelamin laki-laki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
D. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel penelitian ini yang digunakan dalam penelitian sebanyak 30 orang
dengan teknik purposive sampling Purposive
sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang berdasarkan ciri-ciri
tertentu pada diri sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjenis
kelamin laki-laki. Dari 30 orang yang dijadikan sampel penelitian, selanjutnya
dibagi menjadi dua kelompok dengan cara ordinal pairing berdasarkan hasil tes
lawal kemampuan lari cepat 100 meter. Kelompok 1 sebanyak 15 orang mendapat
perlakuan latihan short sprint. Kelompok 2 sebanyak 15 orang mendapat
perlakuan latihan sustained sprint.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes lari cepat 100
meter dari Andi Suhendro (2007: 2.49). Petunjuk pelaksanan tes terlampir.
F. Validitas Instrumen Penelitian
Validitas instrument penelitian berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir
kemampuan lari cepat 100 meter. Dari hasil tes awal kemampuan lari cepat 100
meter diperoleh nilai sebesar 0.832 dan tes akhir sebesar 0.934.
G. Analisis Data
1. Mencari Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi intraklas dari
Atmojo Mulyono Biyakto (2001: 42), dengan rumus sebagai berikut:
MSA MSW
R = MSA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Keterangan: R = Koefisien reliabilitas MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok
2. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini terdiri uji normalitas dan uji
homogenitas. Adapun langkah-langkah masing-masing uji prasyarat tersebut
sebagai berikut:
a) Uji Normalitas
Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitan ini adalah uji
normalitas. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode
Lilliefors dari Sudjana (2002: 466). Prosedur pengujian normalitas tersebut
sebagai berikut:
a) Pengamatan x1, x2,.....xn dijadikan bilangan baku z1, z2,...... zn dengan
menggunakan rumus :
Xi - X zi = S
Keterangan : Xi = Dari variabel masing-masing sampel X = Rata-rata S = Simpangan baku
b) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z zi).
c) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,......zn yang lebih kecil atau sama
dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi).
banyaknya z1, z2,......zn yang zi maka S(zi) = n
d) Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
e) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut.Sebutlah harga terbesar ini Lo.
b) Uji Homogenitas
Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians
yang lebih besar dengan varians yang lebih kecil. Menurut Sutrisno Hadi
(2004: 312) rumusnya adalah:
SD2bs Fdbvb:dbvk =
SD2kt
Keterangan : Fdbvb : dbvk = Derajat kebebasan KE1 dan KE2 SD2bs = Standart deviasi KE1 SD2kt = Standart deviasi KE2
3. Uji Perbedaan
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji perbedaan dari
Sutrisno Hadi (1995: 457) sebagai berikut :
( Md ) t = d2
N (N-1)
Keterangan : t = Nilai uji perbedaan Md = Mean perbedaan dari pasangan
d2 = Jumlah deviasi kuadrat tiap sampel dari mean perbedaan N = Jumlah pasangan
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
( D )
Md =
N
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Keterangan :
D = Perbedaan masing-masing subjek
N = Jumlah pasangan
Untuk menghitung prosentase peningkatan kemampuan lari cepat 100
meter antara latihan short sprint dan sustained sprint menggunakan rumus
sebagai berikut:
Mean different Prosentase peningkatan = X 100%
Mean pretest
Mean different = mean posttest mean pretest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pada bab ini disajikan hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian
hasil penelitian berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes
akhir kemampuan lari cepat 100 meter siswa putra peserta ekstrakurikuler atletik
SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 20111/2012. Berturut-turut berikut
disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis
dan pembahasan hasil analisis data.
Tabel 4. Diskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lari Cepat 100
Meter Kelompok 1 dan Kelompok 2. Kelompok Tes N Mean SD Max Min
Kelompok 1 Awal 15 15.834 1.072 14.23 17.75
Akhir 15 14.820 1.225 13.15 17.23
Kelompok 2 Awal 15 15.870 1.050 13.52 17.88
Akhir 15 15.189 1.245 13.5 17
Rerata hasil tes awal dan tes akhir kemampuan lari cepat 100 meter antara
kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai
berikut:
Grafik 1. Rerata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lari Cepat 100 Meter Kelompok 1 dan Kelompok 2
15.834 15.870
14.820
15.189
14.200
14.400
14.600
14.800
15.000
15.200
15.400
15.600
15.800
16.000
Tes Awal Tes Akhir
K1 K2
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa, sebelum mendapat
perlakuan antara kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki rerata kemampuan lari
cepat 100 meter yang seimbang. Setelah mendapat perlakuan, antara kelompok 1
dan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter. Jika
dibandingkan antara kelompok 1 dan kelompok 2 menunjukkan bahwa, kelompok
1 memiliki peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter yang lebih besar
dibandingkan dengan kelompok 2.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis dalam penelitian ini yaitu uji normalitas dan
uji homogenitas. Berikut dipaparkan uji normalitas sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors.
Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal kemampuan
servis atas bolavoli kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok N Mean SD L hitung Lt 5%
K1 15 15.834 1.072 0.1540 0.220 K2 15 15.870 1.050 0.1237 0.220
Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 1 (K1)
diperoleh nilai Lhitung = 0.540. Nilai tersebut lebih kecil dari angka batas
penolakan pada taraf signifikan 5% yaitu 0,220. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data pada kelompok 1 (K1) termasuk berdistribusi normal.
Sedangkan dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 2 (K2)
diperoleh nilai Lhitung = 0.1237, ternyata juga lebih kecil dari angka batas
penolakan hipotesis nol pada taraf signifikan 5% yaitu 0,220. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok 2 (K2) termasuk berdistribusi
normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43 2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari
kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka
apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut
disebabkan perbedaan rata-rata kemampuan lari cepat 100 meter. Hasil uji
homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut:
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Hemogenitas Data
Kelompok N SD2 Fhitung Ft 5%
K 1 15 1.07 1,049 2.48
K 2 15 1.02
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung=
1.049. Sedangkan dengan db =14 lawan 14, angka Ft 5%= 2.48, ternyata nilai
Fhitung 1.049 lebih kecil dari Ft 5%= 2,48. Karena Fhitung < Ftabel 5%, maka hipotesis
nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 (K1) dan
kelompok 2 (K2) memiliki varians yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Short Sprint dan Sustained Sprint terhadap
Kemampuan Lari Cepat 100 Meter
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberi perlakuan,
diperoleh nilai t tes awal antara kelompok 1 dan kelompok 2 = 0.429, sedangkan
ttabel = 1.753. Ternyata thit < ttabel 5%, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi
perlakuan dalam keadaan seimbang atau tidak terdapat perbedaan kemampuan lari
cepat 100 meter. Hal ini artinya, antara kelompok 1 dan 2 berangkat dari titik
tolak kemampuan lari cepat 100 meter yang seimbang. Apabila setelah diberi
perlakuan terdapat perbedaan, hal ini karena adanya perbedaan perlakuan yang
diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Berdasarkan hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1
diperoleh nilai sebesar = 8.74 sedangkan ttabel = 1.753. Ternyata thitung > ttabel 5%,
yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa,
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada
kelompok 1. Hal ini artinya, kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan lari
cepat 100 meter yang disebabkan oleh perlakuan yang diberikan yaitu, latihan
short sprint.
Berdasarkan hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2
diperoleh nilai sebesar = 0.038, sedangkan ttabel = 1.753. Ternyata thitung < ttabel 5%,
yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada
kelompok 2. Hal ini artinya, kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan lari
cepat 100 meter yang disebabkan oleh perlakuan yang diberikan, yaitu latihan
sustained sprint.
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan yang dilakukan pada data tes akhir
antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh hasil thitung sebesar 1.648, sedangkan
ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 1.753. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa, tidak terdapat perbedaan yang signifikan tes akhir antara
kelompok 1 dan tes akhir kelompok 2. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara latihan short sprint dan sustained
sprint terhadap kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra peserta
ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012,
dapat diterima kebenarannya.
2. Latihan Short Sprint Dibandingkan dengan Sustained Sprint terhadap
Kemampuan Lari Cepat 100 Meter
Berdasarkan hasil penghitungan prosentase peningkatan kemampuan lari
cepat 100 meter diketahui bahwa, kelompok 1 memiliki nilai prosentase
peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter sebesar 6.97%. Sedangkan
kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter sebesar
4.29%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, kelompok 1 (latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45 short sprint) memiliki prosentase peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter
yang lebih besar daripada kelompok 1 (latihan sustained sprint). Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan, latihan short sprint lebih baik pengaruhnya
daripada latihan sustained sprint terhadap kemampuan lari cepat 100 meter pada
siswa putra peserta ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun
pelajaran 2011/2012, dapat diterima kebenarannya.
D. Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memaparkan hasil uji reliabilitas tes awal
dan tes akhir kemampuan lari cepat 100 meter, hasil uji perbedaan tes awal dan tes
akhir kemampuan lari cepat 100 meter dan prosentase peningkatan kemampuan
lari cepat 100 meter. Hasil penelitian sebagai berikut:
1. Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir kemampuan lari cepat 100
meter disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lari Cepat
100 Meter Tes Reliabilitas Kategori
Tes awal kemampuan lari cepat 100 meter 0.832 Tinggi
Tes akhir kemampuan lari cepat 100 meter 0.934 Tinggi sekali
Berdasarkan hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir kemampuan lari
cepat 100 meter rata-rata memiliki kategori tinggi. Untuk mengartikan kategori
koefisien reliabilitas tes tersebut, menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi
dari Book Walter seperti dikutip Mulyono B.(1992: 15) sebagai berikut:
Tabel 8. Range Kategori Reliabilitas
Kategori Validita Reliabilita Obyektivita Tinggi sekali Tinggi Cukup
0,80 1,0 0,70 0,79 0,50 0,69
0,90 1,0 0,80 0,89 0,60 0,79
0,95 1,0 0,85 0,94 0,70 0,84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46 Kurang Tidak signifikan
0,30 0,49 0,00 0,29
0,40 0,59 0,00 0,39
0,50 0,69 0,00 0,49
2. Uji Perbedaan sebelum Diberi Perlakuan
Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian diuji
perbedaanya terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui ketetapan
anggota pada kedua kelompok tersebut. Sebelum diberi perlakuan berangkat dari
keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara kelompok 1 dan
kelompok 2 sebelum diberi perlakuan sebagai berikut:
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok 1 dan
Kelompok 2.
Kelompok N Mean t Ttabel 5%
K1 15 15.834 0.429 1.753
K2 15 15.870
Secara lebih jelas rerata perbedaan hasil tes awal kemampuan lari
cepat 100 meter antara kelompok 1 dan kelompok 2 dalam penelitian disajikan
dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut:
Grafik 2. Rerata Perbedaan Data Tes Awal Kemampuan Lari Cepat 100 Meter
antara Kelompok 1 dan Kelompok 2
Berdasarkan hasil perbedaan rerata tes awal kemampuan lari cepat 100
meter pada kelompok 1 diketahui memiliki rerata 15.834 dan kelompok 2
memiliki rerata 15.870. Hasil rerata tersebut menunjukkan tidak jauh berbeda. Hal
15.834
15.870
15.810 15.820 15.830 15.840 15.850 15.860 15.870
K1 K2
detik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47 ini artinya, antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan tidak ada
perbedaan kemampuan lari cepat 100 meter pada awalnya.
3. Uji Perbedaan sesudah Diberi Perlakuan
Setelah dilakukan perlakuan, yaitu kelompok 1 diberi perlakuan latihan
short sprint dan kelompok 2 diberi perlakuan latihan sustained sprint, kemudian
dilakukan uji perbedaan. Uji perbedaan yang dilakukan dalam penelitian ini
hasilnya sebagai berikut:
a) Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 yaitu:
Tabel 10. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada
Kelompok 1
Kelompok N Mean thitung ttabel 5%
Tes awal 15 15.834 8.74 1.753
Tes akhir 15 14.820
Secara lebih jelas perbedaan rerata hasil tes awal dan tes akhir kemampuan
lari cepat 100 meter kelompok 1 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik
sebagai sebagai berikut:
Grafik 3. Perbedaan Rerata Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lari Cepat
100 Meter Kelompok 1
Berdasarkan hasil rerata tes awal dan tes akhir kemampuan lari cepat 100
meter kelompok 1 diperoleh nilai rerata tes awal sebesar 15.834, sedangkan rerata
15.834
14.820
14.000
14.500
15.000
15.500
16.000
Tes Awal Tes aAkhir
detik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48 hasil tes akhir diperoleh nilai sebesar 14.82. Berdasarkan hasil tersebut
menunjukkan bahwa, antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 terdapat
perbedaan kemampuan lari cepat 100 meter yang signifikan.
b) Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 yaitu:
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada
Kelompok 2.
Kelompok N Mean thitung ttabel 5%
Tes awal 15 15.870 0.038 1.753
Tes akhir 15 15.189
Secara lebih jelas perbedaan rerata hasil tes awal dan tes akhir kemampuan
lari cepat 100 meter kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik
sebagai sebagai berikut:
Grafik 4. Perbedaan Rerata Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lari
Cepat 100 Meter Kelompok 2
Berdasarkan hasil rerata tes awal dan tes akhir kemampuan lari cepat 100
meter kelompok 2 diperoleh nilai rerata tes awal sebesar 15.870, sedangkan pada
hasil rerata tes akhir diperoleh nilai sebesar 15,189. Berdasarkan hasil tersebut
menunjukkan bahwa antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 terdapat
perbedaan kemampuan lari cepat 100 meter yang signifikan.
detik 15.870
15.189
14.800
15.000
15.200
15.400
15.600
15.800
16.000
Tes Awal Tes aAkhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
c) Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2
yaitu :
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan
Kelompok 2
Kelompok N Mean thitung ttabel 5%
K1 15 14.818 1.648 1.753
K2 15 15.189
Secara lebih jelas perbedaan rerata hasil tes akhir kemampuan lari cepat
100 meter antara kelompok 1 dan kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam
bentuk grafik sebagai sebagai berikut:
Grafik 5. Perbedaan Rerata Hasil Tes Akhir Kemampuan Lari Cepat 100 Meter
antara Kelompok 1 dan Kelompok 2
Berdasarkan rerata hasil tes akhir kemampuan lari cepat 100 meter, nilai
rerata kelompok 1 sebesar 14,818, sedangkan nilai rerata kelompok 2 sebesar
15,189. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa, rerata hasil tes akhir
kemampuan lari cepat 100 meter antara kelompok 1 dan kelompok 2 terdapat
perbedaan yang signifikan.
4. Perbedaan Prosentase Peningkatan Kemampuan Lari Cepat 100 Meter
Untuk mengetahui prosentase peningkatan kemampuan lari cepat 100
meter dilakukan penghitungan porsentase peningkatan hasil tes awal dan tes akhir
14.818
15.189
14.600 14.700 14.800 14.900 15.000 15.100 15.200
K1 K2
detik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50 kemampuan lari cepat 100 meter. Hasil penghitungan prosentase peningkatan
kemampuan lari cepat 100 meter antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai
berikut:
Tabel 13. Penghitungan Prosentase Peningkatan Kemampuan Lari Cepat 100
Meter antara Kelompok 1 dan Kelompok 2
Kelompok N Mean
Pretest
Mean
Posttest
Mean
Different
Prosentase
Peningkatan
Kelompok 1 15 15.834 14.820 1.014 6.97%
Kelompok 2 15 15.870 15.189 0.681 4.29%
Secara lebih jelasnya prosentase peningkatan kemampuan lari cepat 100
meter antara kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk grafik sebagai
berikut:
Grafik 6. Prosentase Peningkatan Kemampuan Lari Cepat 100 Meter antara
Kelompok 1 dan Kelompok 2
Berdasarkan hasil pengitungan prosentase peningkatan kemampuan lari
cepat 100 meter diketahui bahwa, kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan
lari cepat 100 meter sebesar 6.97%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan
kemampuan lari cepat 100 meter sebesar 4.29%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kelompok 1 memiliki prosentase peningkatan kemampuan lari
cepat 100 meter yang lebih besar daripada kelompok 2.
6,97%
4,29%
0,00% 1,00% 2,00% 3,00% 4,00% 5,00% 6,00% 7,00%
K1 K2
detik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
E. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Short Sprint dan Sustained Sprint terhadap
Kemampuan Lari Cepat 100 Meter
Latihan short sprint dan sustained sprint merupakan bentuk latihan untuk
meningkatkan kecepatan lari. Dari kedua bentuk latihan tersbeut memiliki
karakteristik yang berbeda. Latihan short sprint merupakan latihan lari cepat
menempuh jarak kurang dari 100 meter. Jarak yang ditempuh pada latihan short
sprint yaitu 30 40 meter dengan interval waktru isntirahat 30 60 detik. Latihan
short sprint pada jarak 30 40 meter dilakukan dengan kecepatan maksimal dan
dilakukan secara berulang-ulang. Latihan short sprint dapat mengembangkan
unsur-unsur fisiologis terutama pengembangan ATP-PC, LA dan O2. Dengan
dikembangkan ATP-PC, LA dan O2, maka hal ini sangat berperan penting dalam
lari cepat 100 meter. Sedangkan latihan sustained sprint merupakan latihan
kecepatan menempuh lebih dari 100 meter dengan kecepatan maksimal yang
dilakukan secara berulang-ulang. Jarak lari pada latihan sustained sprint yaitu 200
300 meter dengan interval waktu istirahat antara 3 ½ - 5 menit. Latihan
sustained sprint juga mengembangkan ATP-PC dan daya tahan. Dengan
meningkatnya ATP-PC, LA dan daya tahan dapat mendukung kecepatan lari
seseorang.
Berdasarkan karakteristik latihan short sprint dan sustained sprint
menunjukkan bahwa, ada perbedaan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan
lari cepat 100 meter. Dari unsur-unsur yang dikembangkan dari latihan short
sprint dan sustained sprint semuanya dibutuhkan dalam lari cepat 100 meter.
Namun demikian, latihan sustained sprint lebih cenderung meningkatkan daya
tahan, karena jarak lari yang cukup jauh yaitu 200 300 meter. Sedangkan latihan
short sprint lebih dominan meningkatkan kecepatan lari, karena jarak lari yang
cukup pendek antara 30 40 meter yang dilakukan dengan kecepatan maksimal.
Berdasarkan hal tersebut akan menimbulkan pengaruh yang berbeda
terhadap peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter. Hal ini dibuktikan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52 hasil tes akhir kemampuan lari cepat 100 meter antara kelompok 1 dan kelompok
2. Dari hasil uji perbedaan, rerata hasil tes akhir kemampuan lari cepat 100 meter
diketahui bahwa, kelompok 1 memiliki rerata 14.818, sedangkan kelompok 2
memiliki rerata 15.189. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa,
antara latihan short sprint dan sustained sprint memiliki pengaruh yang berbeda
terhadap peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra peserta
ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
2. Latihan Short Sprint Dibandingkan dengan Sustained Sprint terhadap
Kemampuan Lari Cepat 100 Meter
Berdasarkan perbedaan karakteristik latihan short sprint dan sustained
sprint serta unsur yang dikembangkan menunjukkan, latihan short sprint memiliki
pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter.
Karena pada latihan ini menempuh jarak pendek 30 40 meter dan dilakukan
dengan kecepatan maksimal. Pada latihan short sprint dikembangan unsur ATP-
PC, LA dan O2, dimana unsur ini sangat berperan penting dalam lari cepat.
Sedangkan latihan sustained sprint lebih cenderung mengembangkan daya tahan,
karena jarak lari yang cukup jauh yaitu antara 200 300 meter. Meskipun latihan
sustained sprint jaraknya cukup jauh, tetapi dilakukan dengan kecepatan
maksimal, maka maka akan meningkatkan kecepatan lari 100 meter.
Berdasarkan hasil penghitungan prosentase peningkatan kemampuan lari
cepat 100 meter diketahui, kelompok 1 (latihan short sprint) memiliki prosentase
peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter 6.97%. Sedangkan kelompok 2
(latihan sustained sprint) memiliki peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter
sebesar 4.29%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan, latihan short sprint
memiliki pengaruh yang lebih baik daripada latihan sustained sprint terhadap
peningkatan kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra peserta
ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,
ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh
simpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan short sprint dan
sustained sprint terhadap kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra
peserta ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran
2011/2012, dengan nilai perhitungan thit sebesar 1.648 dan ttabel sebesar 1.753
pada taraf signifikasi 5%.
2. Latihan short sprint lebih baik pengaruhnya daripada latihan sustained sprint
terhadap kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra peserta
ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
Kelompok 1 (kelompok latihan short sprint) memiliki peningkatan
kemampuan lari cepat 100 meter sebesar 6.97%. Sedangkan kelompok 2
(kelompok latihan sustained sprint) memiliki peningkatan kemampuan lari
cepat sebesar 4.29%.
B. Implikasi
Berdasarkan pada hasil simpulan dalam penelitian ini, ternyata latihan
short sprint dan sustained sprint memberikan pengaruh terhadap peningkatan
kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra peserta ekstrakurikuler atletik
SMP Negeri 5 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini menunjukkan
bahwa, setiap variabel memiliki implikasi baik secara bersama-sama atau secara
sendiri-sendiri. Atas dasar hasil penelitian dapat dijelaskan implikasi yang
ditimbulkan antara lain sebagai berikut:
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Latihan short sprint dan sustained sprint merupakan bentuk latihan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan lari cepat 100 meter. Latihan
short sprint memberikan pengaruh yang efektif terhadap peningkatan kemampuan
lari cepat 100 meter dibandingkan dengan latihan sustained sprint. Latihan short
sprint dengan menempuh jarak 30-40 meter yang dilakukan dengan kecepatan
maksimal secara berulang-ulang dapat memberikan peningkatan kecepatan lari
lebih maksimal. Sedangkan latihan sustained sprint dengan menempuh jarak 200
300 meter dengan kecepatan maksimal lebih cenderung memberi peningkatan
terhadap daya tahan. Namun demikian pada latihan sustained sprint dilakukan
dengan kecepatan maksimal, maka juga memberi kontribusi terhadap peningkatan
kemampuan lari cepat 100 meter. Berdasarkan unsur yang dikembangkan dalam
latihan sustained sprint, maka latihan ini lebih cocok untuk lari jarak menengah.
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang
ditimbulkan, maka kepada Pembina dan pelatih ekstrakurikuler atletik SMP
Negeri 5 Karanganyar disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Hendaknya dalam kegiatan esktrakurikuler atletik lebih ditingkatkan dan
unsur-unsur yang mendukung pencapaian prestasi lari cepat 100 meter
ditingkatkan semaksimal mungkin.
2. Frekuensi latihan ditambah, minimal tiga kali dalam satu minggu dan dibuat
program latihan yang baik.
3. Dalam pelaksanaan kegitan ekstrakurikuler atletik di SMP Negeri 5
Karanganyar, pelatih hendaknya mampu menerapkan metode-metode latihan
yang variatif sesuai tujuan latihan yang ditetapkan dengan tetap
memperhatikan tingkat kemampuan atletnya.
4. Diharapkan pelatih ekstrakurikuler atletik SMP Negeri 5 Karanganyar
senantiasa meningkatkan pengetahuannya dalam pelatihan olahraga,
khususnya pelatihan nomor lari cepat.