susunan acara penyuluhan
DESCRIPTION
wkeeeeeeekekekekkeakskkadgkagkhakkhkhakd adgadgadgadg agad gTRANSCRIPT
SUSUNAN ACARA PENYULUHAN
Penyuluhan diadakan di dalam Puskesmas Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan
Topik Bahasan : upayakesehatan
Sub topik : Pre Diabetes
Tempat : Poli Umum dan Poli Penyakit Tidak Menular
Sasaran : Pengunjung Poli Umum dan Poli Penyakit Tidak Menular
Hari/tanggal :
Waktu : 45 Menit
Penyuluh : Koas Fakultas Kedokteran UniversitasTrisakti.
1. Dini Rachmi Fitrianty2. Hendri Antonius3. Pricillia Horas The
I. TUJUAN
1.1 TujuanUmum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, pengunjung dan keluarga
mengerti tentang pre-diabetes.
1.2 TujuanKhusus.
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit tentang pre-diabetes, pengunjung
dan keluarga rmampu :
1. Menyebutkan definisi pre-diabetes
2. Menyebutkan penyebab pre-diabetes
3. Menyebutkan faktor resiko pre-diabetes
4. Menyebutkan tanda dan gejala pre-diabetes
5. Menyebutkan penatalaksanaan dan pencegahan pre-diabetes
1
II. MATERI (TERLAMPIR)
1. Definisi pre-diabetes
2. Penyebab pre-diabetes
3. Faktor resiko pre-diabetes
4. Tanda dan gejala pre-diabetes
5. Penatalaksanaan dan pencegahan pre-diabetes
III. METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, yaitu penyajian
materi penyuluhan tentang pre-diabetes. Setelah dilakukan ceramah, disediakan waktu
untuk tanya jawab diakhir penyuluhan.
IV. MEDIA, ALAT, &SUMBER
Adapun alat peraga yang digunakan dalam penyampaian materi ini adalah:
1. Pamflet
2. Toa
V. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Tahapan KegiatanPenyuluhan Kegiatanpenduduk Waktu
1. Pendahuluan
- Salam
- Perkenalan
- Tujuan
Penyuluhan
- Mengucapkan salam
- Memperkenalkan
anggota penyuluhan
- Menjelaskan tujuan
penyuluhan
- Menjawab
salam
- Menyimak
5
menit
2. Pelaksanaan
- Definisi pre- - Menjelaskan Definisi pre-
20
2
diabetes
- Penyebab pre-
diabetes
- Faktor resiko pre-
diabetes
- Tanda dan gejala
pre-diabetes
- Penatalaksanaan
dan pencegahan
pre-diabetes
diabetes
- Menjelaskan Penyebab
pre-diabetes
- Menjelaskan Faktor
resiko pre-diabetes
- Menjelaskan Tanda dan
gejala pre-diabetes
- Menjelaskan
Penatalaksanaan dan
pencegahan pre-diabetes
- Menyimak
menit
3 Penutup
- Tanya jawab
- Diskusi
- Salam
- Memberi
kesempatan bagi
pengunjung poli
umum dan poli
penyakit tidak
menular untuk
bertanya
- Penyuluh memberikan
jawaban
- Membuat kesimpulan
- Mengucapkan salam
penutup
- Bertanya
mengenai
materi yang
belum
dipahami
- Menyimak
- Menjawab
salam
20
menit
VI. EVALUASI
3
a. Prosedur : Lisan
b. Bentuk soal : Pertanyaan Langsung
c. Butir pertanyaan:
1. Sebutkan dan jelaskan definisi pre-diabetes
2. Sebutkan dan jelaskan penyebab pre-diabetes
3. Sebutkan dan jelaskan faktor resiko pre-diabetes
4. Sebutkan dan jelaskan tanda dan gejala pre-diabetes
5. Sebutkan dan jelaskan penatalaksanaan dan pencegahan pre-diabetes
VII. LAMPIRAN MATERI
4
Prediabetes
VII.1. Pendahuluan
Prevalensi prediabetes di Indonesia cukup tinggi, yakni ± 10,2 %, sehingga
diperkirakan 24 juta penduduk Indonesia telah menyandang prediabetes.1,2
Penyandang prediabetes dalam perkembangannya mempunyai 3 kemungkinan:
sekitar 1/3 nya akan tetap sebagai prediabetes, 1/3 kasus akan menjadi diabetes mellitus
tipe 2 (DMT2), dan 1/3 sisanya dapat kembali menjadi normoglikemi. Prediabetes
meningkatkan risiko absolut menjadi DM sebesar 2-10 kali lipat, bahkan pada beberapa
populasi peningkatan resiko tersebut dapat lebih tinggi lagi.1,2
Resiko terjadinya penyakit kardiovaskular pada prediabetes sama besarnya dengan
DM. Berbagai keadaan tersebut semakin meyakinkan bahwa tindakan dan program
pencegahan dini DM sangat diperlukan, antara lain melalui penanganan prediabetes.
Identifikasi dan penatalaksanaan awal bagi para pasien prediabetes yang dapat menurunkan
insiden DM serta komplikasinya akan sangat bermanfaat tidak hanya bagi pasien, namun
juga bagi keluarga dan pemerintah.1,2,3
Prediabetes adalah suatu kondisi yang serius. Siapapun yang mempunyai kondisi
prediabetes beresiko besar untuk didiagnosis menjadi diabetes mellitus.1
VII. 2. Epidemiologi
The National Diabetes Data Group (NDDG) pertama kali pada tahun 1970
memperkenalkan istilah intoleransi glukosa. Subjek dengan intoleransi glukosa tidak bisa
dikategorikan menjadi diabetes, tetapi memiliki kadar glukosa lebih tinggi dari orang
normal. The Expert Comitte on the Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus tahun
2003 memperluas konsep ini dengan memasukkan glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
dan toleransi glukosa terganggu (TGT) ke dalam kategori pra diabetes yang berhubungan
dengan progresivitas dan komplikasiDM. Beberapa penelitian membuktikan bahwa TGT
merupakan faktor resiko untuk timbulnya diabetes melitus tipe 2 dibandingkan GDPT.4
5
Diperkirakan 300 juta penduduk di seluruh dunia mengalami prediabetes.
Penelitian di negara berkembang melaporkan 9,2% populasi umum mengalami GDPT,
4,3% mengalami TGT dan 25,5% mengalami keduanya.4
Prevalensi prediabetes pada populasi Indian di Arizona, Oklahoma dan Dakota
Utara masing masingnya ada 14,8%, 15,1% dan 22,8%. Prevalensi GDPT di Australia,
Mauritanius dan Skandinavia berkisar antara 4,55%-10,15%. Sedangkan di Taiwan
prevalensi pra diabetes hingga 23,3%. Prevalensi pre diabetes di Jepang, Singapura, Afrika
Selatan dan India berkisar antara 8,02%-15,85%. Dari berbagai penelitianTGT merupakan
resiko besar untuk terjadinya diabetes dibandingkan GDPT. Progresivitas perkembangan
dari TGT menjadi diabetes kurang lebih 6-10% per tahun. Apabila pasien mengalami TGT
dan GDPT sekaligus maka kemungkinan berkembang menjadi DM dalam waktu 6 tahun
adalah 65%.4
VII. 3. Definisi
Menurut definisi dari the American Diabetes Association and US Department of
Health and Human Services, prediabetes adalah suatu tahapan dimana kadar glukosa diatas
normal tetapi masih di bawah kadar glukosa darah untuk diagnosis diabetes. Kondisi ini
mencakup toleransi glukosa terganggu (TGT) dan / ataupun glukosa puasa terganggu
(GPT). American Diabetes Association (ADA) mendefinisikan prediabetes sebagai GPT
yaitu kadar glukosa puasa 100 mg/dl (5,6 mmol/L) – 125 mg/dl (7,0 mmol/L) atau bila
kadar glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa 75 gram 140-199 mg/dl (7,8 – 11
mmol/L) yang sering disebut dengan TGT.2,3
Menurut consensus of Management and Prevention of Diabetes Mellitus Type- 2 di
Indonesia,yang dilakukan oleh Indonesian Society for Endocrinologist, Penegakan TGT
dan GPTditegakkan sesuai dengan algoritma diagnostik standar. Untuk pasien dengan
keluhan diabetes klasik, jika setelah dua kali uji dari satu kali glukosa darah dan glukosa
darah puasa, kita mendapatkan hasil yang meragukan (di atas normal, tetapi tidak sampai
pada kriteria diabetes), pasien akan diminta untuk melakukan tes beban OGTT (Uji
6
Glukosa Toleransi Oral). Bila hasil darah dua jam beban glukosa pasca glukosa 140 - 199
mg / dL , pasien akan dimasukkan dalam kriteria toleransi glukosa terganggu.2
Definisi diabetes dan prediabetes berdasarkan penilaian resiko penyakit serta
distribusi populasi plasma glukosa. Data menunjukkan bahwa level glukosa plasma di atas
nilai ambang batas memiliki insidensi retinopati meningkat secara signifikan dan telah
digunakan untuk membantu mendefinisikan diabetes.2
VII. 4. Etiologi
Penyebab pasti pradiabetes tidak diketahui, meskipun para peneliti telah
menemukan beberapa gen yang terkait dengan resistensi insulin. Kelebihan lemak terutama
lemak perut dan tidak beraktivitas juga tampaknya menjadi faktor penting dalam
perkembangan pradiabetes. Yang jelas adalah bahwa orang yang memiliki pradiabetes,
tubuhnya tidak bisa megelolah gula (glukosa) dengan baik lagi. Hal ini menyebabkan gula
dalam aliran darah lebih banyak dari pada gula yang melakukan fungsi yang normal yaitu
memicu sel yang membentuk otot-otot dan jaringan lain. Sebagian besar glukosa dalam
tubuh berasal dari makanan yang kita makan, khususnya makanan yang mengandung
karbohidrat. Setiap makanan yang mengandung karbohidrat dapat mempengaruhi kadar
gula darah, tidak hanya makanan manis.4
Selama pencernaan, gula memasuki aliran darah dan dengan bantuan insulin
kemudian diserap ke dalam sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi. Insulin adalah
hormon yang berasal dari pankreas. Ketika kita makan, pankreas mengeluarkan insulin ke
dalam aliran darah. Insulin beredar merupakan seperti sebuah kunci yang membuka pintu
mikroskopis yang memungkinkan gula memasuki sel. Insulin menurunkan jumlah gula
dalam aliran darah. Apabila tingkat gula darah turun, maka sekresi insulin dari pankreas
7
juga akan berkurang. Bila menderita pradiabetes, proses ini mulai bekerja tidak normal.
Gula darah akan meningkat dari pada melaksanakan fungsinya untuk membuka sel-sel. Hal
ini terjadi ketika pankreas tidak membuat cukup insulin atau sel-sel menjadi resisten
terhadap tindakan insulin atau keduanya.3,4
Patofisiologi prediabetes umumnya didasari atas perubahan sensitivitas insulin dan
fungsi β-pancreas, biasanya karena peningkatan adiposit. Sensitivitas insulin berbanding
terbalik dengan kadar glikemik, bahkan dalam rentang glukosa puasa normal. Peningkatan
konsentrasi glukosa plasma puasa dari 70 – 125 mg/dL (3,9 – 6,9 mmol/L) berkaitan
dengan suatu penurunan sensitivitas insulin > 3 kali. Individu dengan isolated GPT
menunjukkan penurunan sensitivitas insulin sekitar 25 %, dan individu yang mengalami
kombinasi GPT dan TGT menunjukkan penurunan sensitivitas insulin sekitar 80 %
dibandingan dengan individu yang kadar glukosa puasanya berada dalam interval
referensi.3,4,5
VII. 5. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya prediabetes sama dengan faktor resiko terjadinya DM tipe
2. Faktor resiko tersebut dapat dibagi menjadi faktor resiko yang dapat dirubah ( obesitas,
aktivitas fisik, nutrisi) dan yang tidak dapat dirubah ( genetik, usia, diabetes gestasional).
Faktor yang dapat dirubah yang penting adalah obesitas ( terutama perut) dan kurangnya
aktivitas fisik.2
a. Faktor genetik
Gen yang berhubungan dengan resiko terjadinya DM, sampai saat ini belum bias
diidentifikasikan secara pasti. Adanya perbedaan yang nyata kejadian DM antara
grup etnik yang berbeda meskipun hidup di lingkungan yang sama menunjukkan
adanya kontribusi gen yang bermakna terjadinya DM. Meskipun tidak jelas
sebabnya, orang-orang dari ras tertentu termasuk Afrika-Amerika, Hispanik, Indian
Amerika, Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik lebih mungkin untuk menjad
prediabetes.2
b. Usia
8
Prevalensi DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Dalam dekade terakhir
ini, usia terjadinya DM semakin muda. Resiko pradiabetes meningkat seiring
bertambahnya usia, terutama setelah usia 45 tahun. Ini mungkin karena orang
cenderung kurang berolahraga, kehilangan massa otot dan menambah berat badan
dengan bertambahnya usia mereka. Namun, orang tua bukanlah satu-satunya
beresiko prediabetes dan diabetes tipe 2. Insiden gangguan ini juga meningkat di
kelompok usia yang lebih muda.2
c. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Ini meliputi 2-
5% dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada
janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar. 6
Pada diabetes gestasional toleransi glukosa biasanya kembali normal setelah
melahirkan akan tetapi wanita tersebut memiliki resiko menderita DM di kemudian
hari. Bila pernah menderita diabetes gestasional saat kehamilan, maka resiko
menderita diabetes akan meningkat. Apabila pernah melahirkan bayi dengan berat
bada lebih dari 9 pound (4,1 Kg), maka ririko DM juga meningkat.2
d. Obesitas
Obesitas merupakan faktor resiko yang paling penting. Jaringan lemak lebih banyak
yang dimiliki terutama di dalam dan di antara otot dan kulit di sekitar perut
menyebabkan sel menjadi lebih tahan terhadap insulin.
Beberapa studi jangka panjang menunjukkan bahwa obesitas merupakan prediktor
yang kuat untuk timbulnya DM tipe 2. Lebih lanjut, intevensi yang bertujuan
mengurangi obesitas juga mengurangi insidensi DM tipe 2. Beberapa studi jangka
panjang juga menunjukkan bahwa lingkar pinggang atau rasio pinggang pinggul
yang menunjukkan keadaan lemak visceral ( abdominal), merupakan indikator yang
lebih baik dibandingkan indeks masa tubuh, sebagai faktor resiko prediabetes. Data
tersebut memastikan bahwa distribusi lemak lebih penting dibanding dengan jumlah
total lemak obesitas.2
9
e. Aktivitas Fisik
Berkurangnya intensitas aktivitas fisik memberikan kontribusi yang besar terhadap
peningkatan obesitas. Berbagai studi menunjukan bahwa kurangnya aktifitas fisik
merupakan prediktor bebas terjadinya DM Tipe 2 pada pria maupun wanita.
Semakin sedikit beraktivitas, semakin besar resiko pradiabetes. Aktivitas fisik
membantu mengontrol berat badan, dengan beraktivitas maka glukosa digunakan
sebagai energi dan membuat sel-sel lebih sensitif terhadap insulin.2
f. Nutrisi
Kalori total yang tinggi, diit rendah serat, beban glikemik yang tinggi dan rasio poly
unsaturated fatty acid ( PUFA) dibanding lemak jenuh yang rendah, merupakan
faktor resiko terjadinya DM.2
VII. 6. Patogenesis
Regulasi glukosa post prandial tergantung pada stimulasi sekresi insulin pada sel
beta pancreas yang akan mensupresi glukoneogenesis hepar dan menekan glikogenolisis.
Insulin dilepaskan untuk meningkatkan ambilan glukosa di otot dan jaringan perifer. Kadar
glukosa puasa tergantung pada produksi glukosa hepar (glikogenolisis dan
glukoneogenesis), kadar insulin puasa dan sensitivitas insulin. Dalam keadaan normal
insulin bekerja mempertahankan kadar glukosa plasma supaya selalu dalam batas normal
(normoglikemia) saat puasa ataupun post prandial. Hipoglikemia tidak terjadi saat puasa
karena hati memproduksi glukosa melalui glikogenolisis dan glukoneogenesis, sebaliknya
sesudah makan glukosa plasma tidak terlalu meningkat karena sel beta pankreas
menghasilkan insulin yang meningkatkan asupan glukosa pada otot dan jaringan adiposa.
Perjalanan menjadi diabetes melitus (pra diabetes) awalnya masih terjadi normoglikemia,
pada tahap lanjut akan terjadi kenaikan kadar glukosa plasma puasa dan post prandial.
Insulin yang disekresikan tidak efektif menghambat glukoneogenesis hati dan
kemampuannya meningkatkan ambilan glukosa di otot dan adiposa berkurang. Selain itu
juga ditandai dengan gangguan respons terhadap fisiologi insulin terhadap metabolisme
glukosa, lipid dan protein serta pengaruh terhadap fungsi endotel. Glucose transporter
10
2/GLUT-2 merupakan transporter glukosa yang terdapat terutama di hepar dan sel beta
pancreas yang berespons cepat dalam menjaga kadar glukosa dalam plasma. Glucose
transporter 4/GLUT 4 terdapat pada otot dan jaringan adiposa yang berperan dalam
ambilan glukosa. Gangguan transpor glukosa inilah yang tejadi pada pasien dengan
resistensi insulin.Peningkatan insulin plasma (hiperinsulinemia) yang terjadi untuk
mengompensasi resistensi insulin yang terjadi akan berefek pada sel beta pankreas dan
akhirnya kelelahan sehingga tidak mampu menormalkan kadar glukosa menjadi
normoglikemia lagi. Beberapa kepustakaan menyebutkan pada tahap pra diabetes
sebenarnya sudah mulai terjadi defek sel beta pankreas hingga 70%. Pada saat itu kadar
glukosa plasma berkisar 100-125 mg/dL disebut sebagai glukosa darah puasa terganggu
(GDPT) dan kadar glukosa plasma setelah pembebanan 75 gram glukosa 140-199 mg/dL
disebut sebagat toleransi glukosa terganggu(TGT).4
Peningkatan kadar glukosa plasma pada GDPT dan TGT menduga terdapat
mekanisme yang berbeda dalam patogenesisnya. Glukosa darah puasa terganggu dan TGT
berbeda pada tingkat dan lokasi dominan terjadinya resistensi insulin. Individu dengan
GDPT predominan mempunyai resistensi insulin di hepar tetapi normal sensitivitas insulin
di otot.Sedangkan individu dengan TGT memiliki sensitivitas insulin hepar yang normal
atau sedikit menurun dan resistensi insulin sedang sampai berat di otot. Pada subjek yang
sekaligus mengalami GDPT dan TGT sudah terjadi resistensi insulin baik pada otot
maupun hepar.4
Setelah puasa 8-10 jam di hati akan terjadi glikogenolisis untuk mencegah
hipoglikemia. Setelah itu insulin fase awal (3-5 menit) pertama akan berespons mensupresi
glikogenolisis supaya mempertahankan darah dalam keadaan normoglikemia. Proses ini
terganggu pada individu yang mengalami GDPT. Hal ini dapat menjelaskan bagaimana
terjadinya peningkatan glukosa darah puasa pada GDPT. Respons insulin fase lambat (50-
120 menit) setelah post prandial normal pada GDPT, sehingga glukosa darah 2 jam setelah
pembebanan 75 Gram glukosa oral normal. Respons sekresi insulin fase awal pada TGT
juga terganggu dan setelah 2 jam pemberian glukosa oral sudah terjadi defek berat pada
sekresi insulin fase lambat. Hal ini dapat menerangkan peningkatan glukosa plasma setelah
11
2 jam pembebanan glukosa oral tetapi peningkatannya belum bisa dikategorikan sebagai
DM.4
VII. 7. Gejala
Seringkali, pradiabetes tidak memiliki tanda-tanda atau gejala. Adanya suatu area
kulit yang gelap, suatu kondisi yang disebuta canthosis nigricans, adalah salah satu dari
beberapa tanda-tanda yang menunjukkan risiko untuk diabetes. Daerah umum yang
mungkin akan terkena meliputi leher, ketiak, siku, lutut, dan buku-buku jari. Gejala klasik
diabetes tipe 2 yang harus dipantau meliputi: Peningkatan rasa haus, sering buang air kecil,
kelelahan dan penglihatan kabur. 2
VII. 8. Diagnosis
Test yang digunakan untuk mendiagnosis Prediabetes
Pada bulan Juni 2009, sebuah komite internasional yang terdiri dari para ahli dari
American Diabetes Association, the European Association for the Study of Diabetes dan
the International Diabetes Federation merekomendasikan bahwa test untuk menegakkan
diagnosis pradiabetes meliputi:
H emoglobin A1C atau hemoglobin glikosilasi. A1C adalah tes yang mengukur kadar
glukosa darah rata-rata seseorang selama 2 sampai 3 bulan terakhir. Hemoglobin
adalah bagian dari sel darah merah yang membawa oksigen ke sel-sel dan kadang-
kadang bergabung dengan glukosa dalam aliran darah. Juga disebut hemoglobin A1C
atau hemoglobin glikosilasi, tes ini menunjukkan jumlah glukosa yang menempel
pada sel darah merah, yang proporsional dengan jumlah glukosa dalam darah. Nilai
A1C antara 6 dan 6,5 persen dianggap pradiabetes. Sedangkan bila level 6,5 persen
atau lebih tinggi pada dua tes berbeda menunjukkan diabetes. Kondisi tertentu dapat
membuat tes A1C tidak akurat - seperti jika sedang hamil atau memiliki varian
hemoglobin.5
HbA1c telah direkomendasikan oleh ADA sebagai pilihan untuk mendiagnosis
diabetes (> 6,5%) dan juga untuk mendeteksi peningkatan risiko penyakit diabetes (5,7
12
– 6,4%). Sekarang ini HbA1c memang dinyatakan sebagai penanda yang lebih baik
dibandingkan glukosa plasma puasa dalam memprediksi risiko mortalitas dan penyakit
kardiovaskular pada individu nondiabetik, namun kurang baik bila dibandingkan
dengan konsentrasi glukosa 2 jam, akan tetapi tidak semua studi mendukung
pernyataan ini.5
Test lain yang dapat dipakai untuk mendiagnosis prediabetes yaitu :
Tes gula darah puasa. Contoh darah akan diambil setelah berpuasa selama sedikitnya
delapan jam atau semalam. Dengan tes ini, gula darah tingkat yang lebih rendah dari
100 mg / dL - 5,6 mmol / L adalah normal. Sebuah tingkat gula darah 100-125 mg / dL
(5,6-6,9 mmol / L) dianggap pradiabetes. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai
glukosa puasa terganggu (GPT). Apabila kadar gula darah 126 mg / dL (7.0 mmol / L)
atau lebih tinggi dapat mengindikasikan diabetes mellitus.5
Uji FPG adalah tes pilihan untuk mendiagnosis diabetes karena kenyamanan dan biaya
rendah. Tes FPG yang paling tepat yaitu bila dilakukan di pagi hari. Hasil dan
maknanya ditunjukkan pada Tabel 1. Orang dengan kadar glukosa puasa 100 sampai
125 mg / dL memiliki bentuk yang disebut pradiabetes glukosa puasa terganggu
(GPT). Memiliki GPT berarti seseorang memiliki peningkatan risiko berkembang
menjadi diabetes tipe 2 tetapi tidak belum diabetes. Apabila nilai FPG 126 mg / dL
atau di lebih, dan sudah dikonfirmasi dengan mengulangi tes pada hari lain, berarti
didiagnosis sebagai diabetes.5
Table 1. FPG test
Plasma Glucose Result (mg/dL) Diagnosis
13
99 or below Normal
100 to 125Prediabetes
(impaired fasting glucose)
126 or above Diabetes*
Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Contoh darah akan diambil setelah berpuasa
selama sedikitnya delapan jam atau semalam. Kemudian pasien akan minum larutan
gula, dan tingkat gula darah akan diukur lagi setelah dua jam. Tingkat gula darah
kurang dari 140 mg / dL (7,8 mmol / L) adalah normal. Tingkat gula darah 140-199 mg
/ dL (7,8-11,0 mmol / L) dianggap pradiabetes. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai
toleransi glukosa terganggu (TGT). Apabila nilai gula darah 200 mg / dL (11,1 mmol
/ L) atau lebih tinggi dapat mengindikasikan diabetes mellitus.5
Penelitian telah menunjukkan bahwa OGTT lebih sensitif dibandingkan tes FPG untuk
mendiagnosa pradiabetes, tetapi kurang nyaman untuk mengelola. TTOG memerlukan
berpuasa selama minimal 8 jam sebelum tes. Tingkat glukosa plasma diukur segera
sebelum dan 2 jam setelah seseorang minum cairan yang mengandung 75 gram glukosa
dilarutkan dalam air. Hasil dan maknanya ditunjukkan pada Tabel 2. Jika tingkat
glukosa darah adalah antara 140 dan 199 mg / dL 2 jam setelah minum cairan, orang
tersebut memiliki bentuk yang disebut pradiabetes toleransi glukosa terganggu (TGT).
Memiliki TGT, seperti memiliki GPT, berarti seseorang memiliki peningkatan risiko
berkembang menjadi diabetes tipe 2 tetapi belum menjadi DM. Kadar glukosa 2 jam
200 mg / dL atau lebih, dikonfirmasi dengan mengulangi tes pada hari lain, berarti
seseorang memiliki diabetes.5
Table 2. OGTT
2-Hour Plasma Glucose Result (mg/dL) Diagnosis
14
139 and below Normal
140 to 199Prediabetes
(impaired glucose tolerance)
200 and above Diabetes*
Gestational diabetes juga didiagnosis berdasarkan pada nilai-nilai glukosa plasma
diukur selama OGTT, sebaiknya dengan menggunakan 100 gram glukosa dalam cairan
untuk ujian. Kadar glukosa darah diperiksa empat kali selama tes. Jika kadar glukosa
darah yang di atas normal setidaknya dua kali selama pengujian, wanita memiliki
gestational diabetes. Tabel 3 menunjukkan hasil di atas normal untuk OGTT untuk
diabetes gestational.5
Table 3. Gestational diabetes: Above-normal results for the OGTT*
When Plasma Glucose Result (mg/dL)
Fasting 95 or higher
At 1 hour 180 or higher
At 2 hours 155 or higher
At 3 hours 140 or higher
Jika kadar gula darah Anda normal, dokter anda dapat merekomendasikan tes skrining
setiap tiga tahun. Jika Anda memiliki pradiabetes, pengujian lebih lanjut mungkin
diperlukan. Misalnya, dokter harus memeriksa gula darah puasa Anda, A1C, kolesterol
total, kolesterol HDL, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol dan trigliserida
setidaknya sekali setahun, mungkin lebih sering jika Anda memiliki faktor risiko
tambahan untuk diabetes. Dokter mungkin juga merekomendasikan tes
15
mikroalbuminuria tahunan, yang memeriksa protein dalam urin Anda - tanda awal
kerusakan pada ginjal.5
VII. 9. Pencegahan
Berbagai studi menunjukan hubungan yang linier status glikemia denga resiko
penyakit kardiovaskuler. Kelompok prediabetes memiliki resiko terjadinya komplikasi
seperti diabetes. Dalam kaitan terjadinya resiko diabetes dan PKV pada kelompok
prediabetes, ternyata TGT lebih terkait dengan kedua resiko tersebut disbanding dengan
GPT. Diperlukan langkah pencegahan yang segera untuk menurunkan jumlah penderita
prediabetes, DMT2 dan PKV yang terkait diabetes.2 Langkah-langkah pencegahan
meliputi:
a. Intervensi gaya hidup
Modifikasi gaya hidup merupakan bagian utama terapi dan diberikan pada semua
pasien dan harus diingat pada setiap kunjungan pasien. Gaya hidup merupakan pendekatan
pengelolaan fundamental yang dapat mencegah atau menunda berkembangnya prediabetes
menjadi diabetes, serta menurunkan resiko penyakit mikrovaskular dan makrovaskular.
Intervensi gaya hidup memperbaiki semua faktor resiko diabetes dan komponen sindrom
metabolik, obesitas, hipertensi, dislipidemia dan hiperglikemia. Pasien diabetes seharusnya
menurunkan berat badan 5-10% dan mempertahankannya secara berkelanjutan. Penurunan
BB yang moderat tersebut mengahsilkan penurunan masa lemak, tekanan darah, glukosa,
kolesterol (LDL) dan trigliserida. Aktifitas jasmani yang direkomendasikan adalah aktifitas
jasmani intensitas sedang yang teratur 30-60 menit perhari, paling sedikit 4 hari dalam satu
minggu.2
Diit yang dianjurkan adalah pembatasan kalori, peningkatan asupan serat, dan
pembatasan karbohidrat. Khusus untuk penderita hipertensi diit yang disarankan adalah
asupan garam yang dikurangi dan pembatasan alkohol.2
b. Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis untuk pencegahan DM biasanya direkomendasikan sebagai
intervensi sekunder yang diberikan setelah atau bersama-sama dengan intervensi modifikasi
16
gaya hidup. Jika dengan intervensi gaya hidup belum terjadi penurunan BB maka harus
dipertimbangkan dimulainya penggunaan obat.2
Metformin
Alasan penggunaan metformin sebagian besar berdasar pada catatan keamanan obat
iniyang telah dipergunakan40 tahun, namun demikian, metformin tidak direkomendasikan
untuk semua orang dengan TGT. Metformin dapat menyebabkan asidosis laktat (gangguan
iskemia pada ginjal dan hepar). Metformin juga kurang berperan dalam pencegahan DM
pada orang usia tua > 60 tahun. Keterbatasan metformin juga disebakan adanya efek
samping saluran pencernaan yang bisa diatasi dengan peningkatan dosis secara bertahap.2
Acarbose
Acarbose bekerja dengan cara menghalangi enzim yang mencerna karbohidrat. Pada
studi STP NIDDM, dalam follow up 3,3 tahun, acarbose menurunkan resiko DM sebesar
25% dan resiko penyakit kardiovaskular sebesar 31% ( dibandingkan 19% placebo)
sehingga membatasi penggunaannya untuk pencegahan DM. Studi STP NIDDM
merekomendasikan penggunaan acarbose pada orang yang toleran dengan efek samping
saluran pencernaan untuk pencegahan DM dan resiko kardiovaskular. Acarbose juga
menurunkan kadar lipid terutama kadar lipid dan trigliserida saat puasa sebesar 15%.
Acarbose juga menurunkan aterogenisitas dari LDL pada pasien dengan TGT.2
Orlistat
Orlistat adalah sebuah obat yang bekerja dengan mekanisme menghalangi enzim
yang memecah trigliserida didalam saluran cerna. Hasil dari sebuah studi menunjukan
orlistat dapat menurunkan BB sebesar 3-5 kg dalam 6 bulan, yang dapat dipertahankan
dalam waktu 4 tahun. Pengobatan pada subjek TGT yang obesitas denga orlistat sebagai
gaya hidup dapat menurunkan resiko terjadinya DMT2.2
KESIMPULAN
17
1. Penyandang prediabetes dalam perkembangannya mempunyai 3 kemungkinan: sekitar
1/3 nya akan tetap sebagai prediabetes, 1/3 kasus akan menjadi diabetes mellitus tipe 2
(DMT2), dan 1/3 sisanya dapat kembali menjadi normoglikemi.
2. Prediabetes adalah suatu tahapan dimana kadar glukosa diatas normal tetapi masih di
bawah kadar glukosa darah untuk diagnosis diabetes.
3. American Diabetes Association (ADA) mendefinisikan prediabetes sebagai GPT yaitu
kadar glukosa puasa 100 mg/dl (5,6 mmol/L) – 125 mg/dl (7,0 mmol/L) atau bila kadar
glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa 75 gram 140-199 mg/dl (7,8 – 11 mmol/L)
yang sering disebut dengan TGT.
4. Test yang digunakan untuk mendiagnosis prediabetes : H emoglobin A1C atau
hemoglobin glikosilasi, tes gula darah puasa, dan tes toleransi glukosa oral (TTGO).
5. Langkah-langkah pencegahan prediabetes meliputi intervensi gaya hidup dan
intervensi farmakologis.
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Nugroho H. Screening for IGT Clinical Practice. ( serial online ) 2011 ( Diakses
2 Maret 2013); Diunduh dari URL: http://ipd. undip. ac.id/publikasi/pustaka/13-
endokrin-metabolik/108-screening-for-igt-clinical-practice
2. Meddy Setiawan.. Prediabetes dan Peran HBA1C dalam Skrining dan Diagnosis
Awal Diabetes Mellitus. Vol 17. Staf pengajar fakultas kedokteran universitas
Muhammadiyah Malang. 2011
3. Tjokroprawiro A. Diabetes Mellitus-Capita Selecta In Daily Clinical Practice.
(serial online) 2011 (Diakses 2 Maret 2013 ); Diunduh dari URL:
http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_diabetes%20mellitus-capita%20selecta
%20in%20daily%20clinical%20practice_39_1716
4. Nasrul E, Sofitri. Hiperurisemia pada Pra Diabetes. Jurnal Kesehatan Andalas.
2012. Bagian Patologi Klinik FK Unand
5. National Diabetes Information Clearinghouse (NDIC). Diagnosis of Diabetes and
Prediabetes. (serial online) 2012 (Diakses 2 Maret 2013); Diunduh dari URl:
http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/diagnosis/
6. Suyono Slamet. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi ke IV. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.Jakarta: FKUI:2006 .Hal 1854
19