ta adientya yaniz ulinuha.pdf

Upload: adientya-yanis

Post on 02-Mar-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    1/71

    EKSTRAKSI PEKTIN KULIT BUAH NAGA (Dragon

    fruit) DAN APLIKASINYA SEBAGAI EDIBLE FILM

    TUGAS AKHIRdisajikan sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Ahli Madia Program Studi Teknik Kimia

    oleh

    Adientya Yaniz Ulinuha

    5511311011

    PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2014

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    2/71

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Nama : Adientya Yaniz Ulinuha

    NIM : 5511311011

    Tugas Akhir

    Judul : Ekstraksi Pektin Kulit Buah Naga (Dragon fruit) dan Aplikasinya

    SebagaiEdible Film

    telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tugas

    akhir

    Pembimbing

    Dr. Megawati, S.T., M.T.

    NIP.197211062006042001

    ii

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    3/71

    PENGESAHAN KELULUSAN

    Tugas Akhir

    Judul : Ekstraksi Pektin Kulit Buah Naga (Dragon fruit) dan

    Aplikasinya SebagaiEdible Film

    oleh : Adientya Yaniz Ulinuha

    NIM 5511311011

    telah dipertahankan dalam sidang ujian tugas akhir Program Studi Teknik Kimia

    Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, dan disahkan pada:

    Hari : K a m i s

    Tanggal : 8 M e i 2 0 1 4

    Dekan, Ketua Program Studi,

    Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd Prima Astuti Handayani, S.T., M.T.

    NIP. 196602151991021001 NIP. 197203252000032001

    Penguji Pembimbing

    Bayu Triwibowo, S.T., M.T. Dr. Megawati, S.T., M.T.

    NIP. 198811222013101129 NIP. 197211062006042001

    iii

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    4/71

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    Jangan kecewakan orang tuamu

    Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan, jika kita bersungguh-sungguh.

    Tidak ada orang yang benar-benar malas. Seorang pemalas adalah orang

    yang rajin tidak melakukan apa-apa. (Almarhum Ustadz Jefri Al-Buchori)

    PERSEMBAHAN

    1.Bapak, Ibu dan saudara-saudaraku tercinta

    2.Dosen-dosenku

    3.Teman-temanku

    4.Almamaterku

    iv

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    5/71

    INTI SARI

    Ulinuha, A, Yaniz. 2014. Ekstraksi Pektin Kulit Buah Naga (Dragon fruit) danAplikasinya Sebagai Edible Film. Tugas Akhir. Program Studi Teknik

    Kimia D3, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing

    Dr. Megawati, S.T., M.T.

    Bahan pangan berbentuk segar maupun hasil olahannya mudah rusak

    apabila tidak ditangani dengan baik. Kerusakannya dipercepat dengan terjadinya

    oksidasi terhadap makanan sehingga akan memperpendek umur simpan dan

    mengurangi nutrisi dari makanan itu sendiri, dengan demikian peranan

    pengemasan menjadi sangat penting. Kemasan selain melindungi makanan, juga

    harus mempunyai sifat ramah lingkungan. Salah satu alternatif bahan kemasan

    yang ramah lingkungan (biodegradable) yang bisa dipilih adalah edible film.

    Edible film merupakan lapisan tipis yang digunakan untuk melapisi makanan

    (coating) atau diletakkan di antara komponen yang berfungsi sebagai penahan

    terhadap transfer massa za-zat luar seperti kadar air, oksigen, lemak, dan cahaya.

    Salah satu bahan dasar pembuatan edible film adalah pektin. Pektin

    merupakan senyawa polisakarida kompleks dengan komponen utama asam D-

    galakturonat. Pektin dapat diperoleh dari kulit buah-buahan, salah satunya adalah

    kulit buah naga. Kulit buah naga mengandung pektin 10,8% yang dapat

    dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan edible film. Ekstraksi pektin kulit buah

    naga secara konvensional sudah pernah diteliti, namun ekstraksi menggunakan

    gelombang mikro belum pernah dilakukan. Sehingga percobaan ini dilakukandengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ekstraksi pektin kulit buah naga

    menggunakan gelombang mikro terhadap yield pektin yang dihasilkan yaitu

    dengan methode Microwave Assisted Extaction (MAE). Ekstraksi dilakukan

    dengan variasi berat bahan dan waktu ekstraksi, kemudian pektin yang di dapat

    digunakan sebagai bahan pembuatan edible film.

    Variasi berat bahan dilakukan pada 10, 15 dan 20 gram dalam 300 mL

    pelarut asam oksalat dengan waktu ekstraksi 20 menit dan daya 600 W,

    sedangkan variasi waktu ekstraksi dilakukan pada 15, 20 dan 25 menit dengan

    berat bahan 10 gram dan daya 600 W. Pektin yang diperoleh dilakukan uji

    Fourier Transform Infrared (FTIR) dan selanjutnya digunakan sebagai bahan

    pembuatan edible film. Hasil percobaan diperoleh bahwa ekstraksi pektin kulitbuah naga dengan metode MAE menghasilkan yield pektin lebih besar

    dibandingkan menggunakan metode konvensional, dengan yield pektin sebesar

    72%. Variasi berat bahan mempengaruhi yield pektin yang dihasilkan, semakin

    sedikit bahan yang digunakan dalam ekstraksi, semakin besar yield pektin kulit

    buah naga yang dihasilkan, yield pektin terbesar dihasilkan pada variasi berat 10

    gram. Variasi waktu ekstraksi juga memberikan pengaruh terhadap yield pektin,

    semakin lama waktu ekstraksi semakin besar yield pektin kulit buah naga yang

    dihasilkan, yield pektin terbesar dihasilkan pada waktu ekstraksi 25 menit. Hasil

    analisis FTIR menunjukkan bahwa pektin mengandung beberapa senyawa, yaitu

    eter, karbon siklik, haloalkana, karbonil, alkena/gugus alkil, alkohol dan ester.

    Pektin hasil ekstraksi dapat digunakan sebagai bahan pembuatan edible film.

    v

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    6/71

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat, taufik, dan

    hidayahNya sehingga penulis dapat melalui masa-masa sulit, panjang, tegang,

    melelahkan dan menyedihkan dalam pembuatan Tugas Akhir ini. Tugas akhir ini

    merupakan hasil penelitian yang berjudul Ekstraksi Pektin Kulit Buah Naga

    (Dragon fruit) dan Aplikasinya Sebagai Edible Filmyang telah dilakukan

    selama 8 bulan mulai Oktober 2013 hingga Mei 2014.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengolah limbah kulit buah naga menjadi

    pektin dan memanfaatkannya sebagai bahan pembuatan edible film. Melalui

    penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran untuk menciptakan bahan

    pengemas yang ramah lingkungan.

    Banyak pihak yang telah memberikan kontribusi baik berupa dorongan,

    bantuan, motivasi, bimbingan dan kritikan yang membangun dalam penulisan

    Tugas Akhir ini, mulai dari persiapan dan pelaksanaan penelitian serta penulisan.

    Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1.Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Teknik

    Universitas Negeri Semarang.

    2.Prima Astuti Handayani, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi D3

    Teknik Kimia.

    3.Dr. Megawati, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah

    memberikan masukan, nasehat dan pengarahan dalam penyempurnaan

    penyusunan Tugas Akhir.

    4.Bayu Triwibowo, S.T., M.T. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

    masukan dalam penyempurnaan penyusunan Tugas Akhir.

    5.Para Dosen Program Studi Teknik Kimia atas ilmu yang diberikan.

    6.Danang Subarkah, S.Si. sebagai laboran yang telah memberikan bantuan

    dan fasilitas penelitian.

    7.Bapak Muh. Khaeroni dan Ibu Nur Rokhimah tercinta yang mendidikku

    selalu mendoakanku, dan dengan ikhlas memberikan motivasi, nasehat,

    kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil.

    vi

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    7/71

    8.Mbah kakungku Sapardi dan Sugianto serta mbah utiku Siti Fatimah dan

    Antiah atas doa, nasehat dan perhatian yang diberikan pada cucumu ini.

    9.Adikku yang lucu atas doa dan gurauan yang menghibur, semoga bisa

    menjadi lebih baik dari mas.

    10.Seluruh anggota keluarga yang menyemangati, mendoakan, memotivasi

    dan memberikan dukungan.

    11.Teman-teman Prodi Teknik Kimia D3 khususnya angkatan 2011 Falih

    Ghoniyal Haq, Ayu Candra Dewi, Rizky Widyastuti, Rosa Dwi

    Kurniawan, Asriningtyas Ajeng Eprihana, Heti Nurcahyanti, Eko

    Nurjannah, Anis Tri Wahyuni, Nur Nalindra Putra, Muhammad Nur Aziz,

    Sunar Tejo Tsani, Radityo Pungky Permana, Ayu Dewi Prameswari,

    Khozin Asror, Nova Susilowati, Eko Aji Surdiansyah, Nita Setianingsih

    untuk tawa, canda, suka, duka, sedih, senang yang dilalui bersama serta

    semangat yang diberikan.

    12.Adik-adik angkatan yang memberikan semangat, perhatian, dukungan dan

    motivasi.

    13.Semua pihak yang telah mendukung dan membantu hingga

    terselesaikannya tugas akhir ini.

    Penulis menyadari dengan keterbatasan kemampuan, penulis menyadari

    bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari

    sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun.

    Semoga Tugas Akhir ini memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu

    pengetahuan terutama di bidang Teknik Kimia.

    Semarang, April 2013

    Penulis

    vii

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    8/71

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii

    PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

    INTISARI .............................................................................................................. v

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... viiiDAFTAR TABEL ................................................................................................. x

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    1.1Latar Belakang ......................................................................... 1

    1.2Permasalahan ........................................................................... 3

    1.3Tujuan ...................................................................................... 4

    1.4Manfaat .................................................................................... 4

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 5

    2.1Buah Naga ............................................................................. 5

    2.1.1Morfologi Buah Naga ............................................................ 5

    2.1.2Khasiat dan Kandungan Gizi Buah Naga .............................. 6

    2.2Struktur Pektin ....................................................................... 7

    2.2.1Sifat Fisis dan Kimia Pektin .................................................. 10

    2.2.2Kegunaan Pektin .................................................................... 13

    2.3Pemungutan Pektin ................................................................ 14

    2.4Edible Film ............................................................................ 16

    2.5Pembuatan Film ..................................................................... 17

    BAB III PROSEDUR KERJA .................................................................... 19

    3.1Alat ........................................................................................ 19

    3.2Bahan ..................................................................................... 20

    viii

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    9/71

    3.3Rangkaian Alat ...................................................................... 20

    3.4Cara Kerja .............................................................................. 21

    3.4.1Ekstraksi Pektin dengan Metode Analisis Standar ................ 21

    3.4.2Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode ................................ 22

    Microwave Assisted Extraction (MAE) dengan Variasi Berat

    Bahan

    3.4.3Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode ................................ 23

    Microwave Assisted Extraction (MAE) dengan Variasi Waktu

    Ekstraksi

    3.4.4PembuatanEdible Film denganPlasticizer dan .................... 23

    Aplikasinya pada Permen

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 24

    4.1Preparasi Bahan Baku ........................................................... 25

    4.2Analisis Yield Pektin Standar ................................................ 26

    4.3Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode MAE ...................... 27

    4.3.1Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode MAE ...................... 28

    dengan Variasi Berat Bahan

    4.3.2Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode MAE ...................... 29

    dengan Variasi Waktu

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 35

    5.1Simpulan ................................................................................ 35

    5.2Saran ...................................................................................... 35

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 39

    ix

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    10/71

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    2.1Komposisi Gizi per 100 Gram Daging Buah Naga .................................... 6

    2.2Lanjutan Komposisi Gizi per 100 Gram Daging Buah Naga ..................... 7

    4.1Pengaruh Berat Bahan Terhadap Yield Pektin ........................................... 29

    4.2Yield Percobaan dengan Variasi Waktu ..................................................... 30

    4.3Yield Pektin Literatur dengan Variasi Waktu ............................................ 30

    4.4Komposisi Senyawa Pektin Literatur ......................................................... 32

    4.5Komposisi Senyawa Pektin Hasil Percobaan ............................................. 33

    x

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    11/71

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    2.1Spesies Buah Naga ........................................................................................ 6

    2.2Komponen Utama Molekul Pektin ............................................................... 8

    2.3Rantai Molekul Pektin .................................................................................. 8

    2.4FTIR Pektin ................................................................................................... 13

    3.1Seperangkat Alat Ekstraksi dengan Pelarut Asam Oksalat ........................... 19

    MenggunakanMicrowave Assisted Extraction

    3.2Seperangkat Alat Hidrolisis dan PembuatanEdible Film............................. 20

    4.1Pektin Hasil Analisis Standar ........................................................................ 26

    4.2Gel Pektin ...................................................................................................... 28

    4.3Yield Pektin Kulit Buah Naga dengan Variasi Berat Bahan ........................ 29

    4.4Yield Pektin Kulit Buah Naga dengan Variasi Waktu .................................. 31

    4.5Spektrum Pektin Kulit Buah Naga ................................................................ 32

    4.6Edible Film .................................................................................................... 33

    4.7AplikasiEdible Film ..................................................................................... 34

    xi

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    12/71

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1.Cara Kerja Preparasi Bahan Baku ................................................................... 39

    2.Cara Kerja Ekstraksi Pektin dengan Metode Analisis Standar ....................... 40

    3.Cara Kerja Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode MAE ............................. 41

    dengan Variasi Berat Bahan

    4.Cara Kerja PembuatanEdible Film denganPlasticizer.................................. 42

    5.Data Pengamatan ............................................................................................. 43

    6.Analisis Data ................................................................................................... 46

    7.Dokumentasi Pemungutan Pektin dengan Metode MAE ................................ 50

    8.UjiFourier Transform Infrared (FTIR) .......................................................... 55

    xii

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    13/71

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Bahan pangan berbentuk segar maupun hasil olahannya mudah rusak

    apabila tidak ditangani dengan baik. Kerusakannya dipercepat dengan

    terjadinya oksidasi terhadap makanan yang akan memperpendek umur simpan

    dan mengurangi nutrisi dari makanan itu sendiri. Dengan demikian perananpengemasan menjadi sangat penting (Anugrahati 2001 dalam Herdigenarosa

    2013). Kemasan selain melindungi makanan, juga harus mempunyai sifat

    ramah lingkungan. Penggunaan polimer sintetik seperti plastik mempunyai

    peranan penting untuk pembungkusan produk makanan. Penggunaan plastik

    untuk kemasan makanan sudah meluas, tetapi tidak disertai perhatian terhadap

    dampak negatif yang ditimbulkannya. Selain merusak lingkungan,

    penggunaan plastik juga berpotensi mengganggu kesehatan manusia, karena

    transfer senyawa dari kemasan plastik selama penyimpanan dapat

    menimbulkan resiko keracunan (Budiyanto 2008 dalam Herdigenarosa 2013).

    Salah satu alternatif bahan pelindung yang ramah lingkungan

    (biodegradable) yang bisa dipilih adalah edible film (Wahyono 2009 dalam

    Nugroho dkk. 2013). Edible film merupakan lapisan tipis yang digunakan

    untuk melapisi makanan (coating) atau diletakkan di antara komponen yang

    berfungsi sebagai penahan terhadap transfer massa seperti kadar air, oksigen,

    lemak, dan cahaya atau berfungsi sebagai pembawa bahan tambahan pangan

    (Krochta 1997 dalam Nugroho 2013). Keuntungan edible film antara lain

    dapat dikonsumsi langsung bersama produk yang dikemas, tidak mencemari

    lingkungan, memperbaiki sifat organoleptik produk yang dikemas, berfungsi

    sebagai suplemen penambah nutrisi, sebagai flavor, pewarna, zat antimikroba,

    dan antioksidan (Murdianto 2005 dalamNugroho dkk. 2013).

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    14/71

    2

    Salah satu bahan dasar pembuatan edible film adalah pektin. Pektin

    merupakan senyawa polisakarida kompleks dengan komponen utama asam D-

    galakturonat (Rouse 1977 dalam Fitriani 2003). Pektin dapat diperoleh dari

    kulit buah-buahan seperti pisang, jeruk bali, buah naga dan lain-lain. Buah

    naga dapat menjadi pilihan sebagai alternatif untuk bahan baku sumber pektin,

    terutama dari kulitnya. Buah naga (Dragon fruit) selain dikonsumsi dalam

    bentuk segar juga diolah menjadi beberapa produk olahan. Sedangkan kulitnya

    yang mempunyai berat 30-35% dari berat buah, belum dimanfaatkan dan

    hanya dibuang sebagai sampah sehingga dapat menyebabkan pencemaran

    lingkungan. Padahal, kulit buah naga mengandung pektin 10,8% yang dapat

    dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan edible film (Jamilah, 2011). Proses

    ekstraksi secara konvensional dengan panas yang berlebihan dapat

    menyebabkan kerusakan pektin sehingga menurunkan kualitasnya (Sudiyono,

    2012). Selain itu panjangnya waktu yang diperlukan untuk ekstraksi

    menyebabkan energi yang diperlukan untuk pemanasan juga semakin tinggi

    (Purwanto, 2010). Ekstraksi dengan menggunakan mikrowave dapat

    mengurangi kebutuhan energi yang digunakan dibandingkan dengan cara

    konvensional, disamping itu kemungkinan kerusakan senyawa pektin dapat

    dikurangi (Fishman 2000 dalam Sudiyono 2012). Oleh karena itu, ekstraksi

    pektin kulit buah naga dengan memanfaatkan teknologi gelombang mikro

    perlu dipelajari.

    Edible film dari pektin masih memiliki kekurangan sehingga

    dibutuhkan zat aditif untuk memperbaiki sifatnya, seperti plasticizer karena

    dapat meningkatkan elastisitas pada suatu material (Darni dkk. 2009 dalam

    Herdigenarosa 2013). Sorbitol dan gliserol merupakan jenis plasticizer yang

    dapat digunakan dalam pembuatan edible film. Pembuatan edible film dari

    pektin yang berasal dari sumber-sumber yang berbeda dengan plasticizer

    gliserol dan sorbitol telah dilakukan, namun pembuatan ediblefilm yang

    berasal dari pektin kulit buah naga belum banyak dilakukan. Dengan demikian

    pektin kulit buah naga menarik untuk digunakan sebagai bahan pembuatan

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    15/71

    3

    edible film dan diharapkan dapat dijadikan sebagai solusi permasalahan

    pelapis alami untuk bahan pangan.

    Ekstraksi pektin kulit buah naga secara konvensional menggunakan

    variasi pH, volume pelarut, waktu ekstraksi, jenis pelarut sudah pernah diteliti

    (Woo dkk. 2010; Tang dkk. 2011; Nazaruddin dkk. 2011; Ismail dkk. 2012).

    Pelarut ammonium oksalat/asam oksalat menghasilkan yield paling tinggi

    dengan suhu ekstraksi 85C, waktu ekstraksi 1 jam, pH 4,6 (Nazaruddin dkk.

    2011). Namun ekstraksi pektin kulit buah naga dengan pelarut asam oksalat

    menggunakan radiasi gelombang mikro serta pengaruh variasi berat bahan dan

    waktu belum pernah dilakukan. Istilah ekstraksi yang sumber energinya

    dibantu oleh radiasi gelombang mikro ini sering disebut dengan Microwave

    Assisted Extraction (MAE). Sementara itu, metode ekstraksi dengan pelarut

    menggunakan panas yang perpindah secara konduksi-konveksi sering disebut

    dengan istilah konvensional karena sudah terlebih dahulu dicoba, dipelajari,

    dan diterapkan. Sebutan ini tentunya hanya untuk memudahkan dalam rangka

    membuat perbandingan hasilnya. Pektin hasil ekstraksi kulit buah naga

    memiliki karakteristik yang khas, sehingga perlu diuji kemungkinannya

    sebagai bahan baku edible film (Ismail dkk. 2012). Berdasarkan permasalahan

    tersebut maka ekstraksi pektin kulit buah naga dengan pelarut asam oksalat

    menggunakan radiasi gelombang mikro sebagai sumber energi dengan variasi

    berat bahan, waktu ekstraksi dan aplikasinya sebagai edible film perlu

    dilakukan.

    1.2Permasalahan

    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

    sebagai berikut:

    a.Berapakah yield pektin kulit buah naga (Dragon fruit) hasil ekstraksi

    dengan pelarut asam oksalat menggunakan metode Microwave Assisted

    Extraction (MAE)?

    b.Bagaimanakah pengaruh penggunakan radiasi gelombang mikro, MAE

    terhadap yield pektin kulit buah naga?

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    16/71

    4

    c.Bagaimanakah pengaruh berat bahan terhadap yield pektin kulit buah naga

    yang dihasilkan menggunakan metode MAE?

    d.Bagaimanakah pengaruh waktu terhadap yield pektin kulit buah naga yang

    dihasilkan menggunakan metode MAE?

    e.Apakah pektin kulit buah naga hasil ekstraksi dapat digunakan sebagai

    bahan pembuatan edible film?

    1.3Tujuan

    Tujuan dari tugas akhir ini, sebagai berikut:

    a.Mengetahui yield pektin kulit buah naga dengan pelarut asam oksalat

    menggunakan metode MAE.

    b.Mengetahui pengaruh penggunakan MAE terhadap yield pektin kulit buah

    naga (Dragon fruit).

    c.Mengetahui pengaruh berat bahan terhadap yield pektin kulit buah naga

    yang dihasilkan menggunakan metode MAE.

    d.Mengetahui pengaruh waktu terhadap yield pektin kulit buah naga yang

    dihasilkan menggunakan metode MAE.

    e.Membuat edible film dari pektin kulit buah naga.

    1.4Manfaat

    Manfaat yang dapat diberikan dari tugas akhir ini, antara lain:

    a.Memanfaatkan limbah kulit buah naga untuk diambil pektinnya.

    b.Memanfaatkan pektin kulit buah naga sebagai edible film.

    c.Memberikan alternatif kemasan yang ramah lingkungan.

    d.Mengurangi limbah kulit buah naga yang mencemari lingkungan.

    e.Meningkatkan nilai ekonomis dari kulit buah naga dengan

    menggunakannya sebagai bahan edible film.

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    17/71

    5

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1Buah Naga

    Buah naga sering disebut sebagai kaktus manis atau kaktus madu

    adalah buah dari beberapa jenis kaktus marga Hylocereus dan Selenicereus.

    Buah naga ditemukan pertama kali di tempat tumbuhnya yang asli, di

    lingkungan hutan belantara dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika

    Selatan. Saat ini, buah naga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti

    Taiwan, Vietnam, Filipina, Malaysia dan juga Indonesia (Winarsih 2007

    dalam Rahmawati 2012). Pengembangan tanaman buah naga sangat bagus

    dibudidayakan di daerah tropis seperti di Indonesia.

    2.1.1Morfologi Buah Naga

    Banyak spesies dari buah naga tetapi yang terdapat di pasar Indonesia

    antara lain buah naga kulit merah dengan daging buah putih (Hylocereus

    undatus Hawth. Britton&Rose). Buah naga kulit merah dengan daging buah

    merah (Hylocereus sp) dan buah naga kulit merah dengan daging buah merah

    mencolok (Hylocereus costaricensis Webb. Britton&Rose). Selain tiga

    spesies di atas, ada juga spesies lainnya, yaitu buah naga kulit merah dengan

    daging buah merah keunguan (Hylocereus polyrhizus Webb. Britton&Rose)

    dan kulit kuning dengan daging buah putih (Selenicereus megalanthus A.

    Berger Riccob). Dua spesies terakhir terdapat dalam jumlah yang sedikit dan

    harganya sangat mahal. Berat buah naga kulit merah, kecualipolyrhizus dapat

    mencapai 500 gram atau lebih (Le Bellec dkk. 2006 dalam Jaya 2010).

    Sedangkan buah naga dengan kulit kuning beratnya kurang dari 250 gram

    (Mizrahi dkk. 2004 dalam Jaya 2010). Berat maksimum Hylocereus

    polyrhizus adalah 350 gram (Le Bellec dkk. 2006 dalam Jaya 2010).

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    18/71

    6

    A B C D E

    Gambar 2.1 Spesies buah naga

    A.Hylocereus undatus, B.Hylocereus sp., C.Hylocereus costaracensis,

    D.Hylocereus polyrhizus dan E. Selenicerus megalanthus

    (sumber: Mizrahi dkk. 2004 dalam Jaya 2010)

    2.1.2Khasiat dan Kandungan Gizi Buah Naga

    Di balik kesegaran dan kenikmatannya, buah naga ternyata

    memiliki banyak khasiat. Buah naga sangat baik untuk sistem peredaran

    darah, efektif untuk mengurangi tekanan emosi dan menetralkan racun

    dalam darah (Winarsih 2007 dalam Rahmawati 2012). Badan Litbang

    Pertanian RI menyebutkan bahwa buah naga dapat menurunkan kadar

    kolesterol, penyeimbang gula darah, menguatkan fungsi ginjal dan tulang,

    serta meningkatkan kerja otak. Buah naga juga merupakan sumber vitamin

    dan mineral yang cukup baik untuk kesehatan tubuh. Buah naga

    mengandung gizi yang cukup banyak (Tabel 2.2).

    Tabel 2.1 Komposisi Gizi per 100 gram Daging Buah Naga

    Kandungan gizi per 100 gram daging buah naga

    Komponen KadarAir (g) 82,5 83,0

    Protein (g) 0,16 0,23

    Lemak (g) 0,21 0,61

    Serat/dietary fiber (g) 0,7 0,9

    Betakaroten (mg) 0,005 0,012

    Kalsium (mg) 6,3 8,8

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    19/71

    7

    Tabel 2.2 Lanjutan Komposisi Gizi per 100 gram Daging Buah

    Fosfor (mg) 30,2 36,1

    Besi (mg) 0,55 0,65

    Vitamin B1 (mg) 0,28 0,30

    Vitamin B2 (mg) 0,043 0,045

    Vitamin C (mg)

    Niasin (mg)

    8 9

    1,297 1,300

    (sumber: Taiwan Food Industry Develop & Research Authorities 2005

    dalam Rahmawati 2012)

    Fungsi dari kandungan buah naga antara lain sebagai berikut

    (Winarsih 2007 dalam Rahmawati 2012):

    a.Protein dari buah naga mampu melancarkan metabolisme tubuh dan

    menjaga kesehatan jantung.

    b.Serat berfungsi mencegah kanker usus, penyakit kencing manis dan

    baik untuk diet.

    c.Karoten berfungsi menjaga kesehatan mata, menguatkan otak dan

    mencegah penyakit.

    d.Kalsium untuk menguatkan tulang.

    e.Fosfor untuk pertumbuhan jaringan tubuh.

    f.Zat besi untuk menambah darah.

    g.Vitamin B1 untuk kestabilan suhu tubuh, vitamin B2 untuk

    meningkatkan nafsu makan, vitamin C untuk menjaga kesehatan dan

    kehalusan kulit.

    2.2Struktur Pektin

    Senyawa kimia pektin pertama kali ditemukan oleh Vauguelin pada

    tahun 1790. Istilah pektin pertama kali digunakan oleh Braconot pada

    tahun 1825 untuk menggambarkan komponen utama pembentuk gel buah-

    buahan. Istilah ini berasal dari Yunani yang berarti mengentalkan (Imeson

    1992 dalam Fitriani 2003).

    Pektin merupakan senyawa polisakarida kompleks dengan

    komponen utama asam D-galakturonat (Gambar 2.2), tetapi terdapat juga

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    20/71

    8

    D-galaktosa, L-arabinosa dan L-rhamnosa dalam jumlah bervariasi dan

    kadang-kadang terdapat gula lain dalam jumlah kecil. Pektin merupakan

    senyawa-senyawa asam anhidrogalakturonat yang dihubungkan dengan

    ikatan -1,4 glikosidik. Beberapa gugus karboksilnya dapat teresterifikasi

    dengan metanol, beberapa ternetralisasi dengan kation dan lainnya berupa

    asam-asam bebas. Polimer asam anhidrogalakturonat tersebut, Gambar

    2.2, merupakan rantai lurus atau tidak bercabang (Rouse 1977 dalam

    Fitriani 2003).

    Gambar 2.2 Komponen utama molekul pektin (sumber: Fitriani 2003)

    Gambar 2.3 Rantai molekul pektin (sumber: Fitriani 2003)

    Kelompok-kelompok senyawa pektin secara umum disebut

    substansi pektat, yang meliputi protopektin, asam pektinat dan asam pektat

    (Fitriani, 2003). Protopektin adalah substansi pektat yang tidak larut dalam

    air, terdapat dalam tanaman, jika dipisahkan secara hidrolisis akan

    menghasilkan asam pektinat. Asam pektinat adalah asam poligalakturonat

    yang bersifat koloid dan mengandung sejumlah kecil metil ester. Asam

    pektinat pada kondisi yang sesuai dapat membentuk gel dengan gula dan

    asam. Pektin merupakan asam pektinat dengan kandungan metil ester dan

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    21/71

    9

    derajat netralisasi yang berbeda-beda. Sedangkan senyawa asam pektat

    ditunjukkan sebagai senyawa asam poligalakturonat yang bersifat koloid

    dan pada dasarnya bebas dari kandungan metil ester (Klavons, Bennet dan

    Vanner dalam Fitriani 2003). Menurut tata nama yang dikeluarkan oleh

    American Society; istilah pektin digunakan secara umum bagi asam

    pektinat yang larut dalam air dan bisa membentuk gel dengan gula dan

    asam pada perbandingan yang tepat (Glicksman 1969 dalam Fitriani

    2003).

    Berdasarkan kandungan metoksilnya, pektin dapat dibagi menjadi

    dua golongan yaitu pektin berkadar metoksil tinggi (HMP), dan pektin

    berkadar metoksil rendah (LMP). Pektin bermetoksil tinggi mempunyai

    kandungan metoksil minimal 7%, sedangkan pektin bermetoksil rendah

    mempunyai kandungan pektin maksimal 7%. Pektin dengan kadar

    metoksil lebih rendah dari 7% dapat membentuk gel bila ada ion-ion

    logam bivalen. Ion logam bivalen dapat bereaksi dengan gugus-gugus

    karboksil dari 2 molekul asam pektat dan membentuk jembatan. Pada

    pembentukan gel ini, tidak diperlukan gula dan tekstur gel yang terbentuk

    kurang keras (Guichard dkk. 1991 dalam Hariyati 2006).

    Penggunaan asam dalam ekstraksi pektin adalah untuk

    menghidrolisis protopektin menjadi pektin yang larut dalam air ataupun

    membebaskan pektin dari ikatan dengan senyawa lain, misalnya selulosa

    (Fitriani, 2003). Meyer (1978) dalam Fitriani 2003, menyatakan bahwa

    protopektin merupakan makromolekul yang mempunyai berat molekul

    tinggi, terbentuk antara rantai molekul pektin satu sama lain atau dengan

    polimer lain. Protopektin tidak larut karena dalam bentuk kalsium-

    magnesium pektinat. Proses pelarutan protopektin menjadi pektin dapat

    terjadi karena adanya penggantian ion kalsium dan magnesium oleh ion

    hidrogen ataupun oleh putusnya ikatan antara pektin dengan selulosa.

    Semakin tinggi konsentrasi ion hidrogen (pH) semakin rendah,

    kemampuan untuk mengganti ion kalsium dan magnesium ataupun

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    22/71

    10

    memutus ikatan dengan selulosa akan semakin tinggi pula, dan pektin

    yang larut akan bertambah.

    2.2.1Sifat Fisis dan Kimia Pektin

    Di dalam Kodeks Makanan Indonesia disebutkan bahwa pektin

    merupakan zat berbentuk serbuk kasar hingga halus berwarna putih

    kekuningan, tidak berbau dan memiliki rasa seperti lendir (Fitriani, 2003).

    Menurut Crues (1958) dalam Fitriani 2003, menyatakan bahwa pektin

    kering yang telah dimurnikan berupa kristal yang berwarna putih dengan

    kelarutan yang berbeda-beda sesuai dengan kandungan metoksilnya,

    penyebarannya dalam pelarut dan berat molekulnya. Pektin yang

    mempunyai kadar metoksil tinggi larut dalam air dingin, sedangkan pektin

    dengan kadar metoksil rendah larut dalam alkali dan asam oksalat.

    Menurut Towle dan Christensen (1973) dalam Fitriani 2003, umumnya

    kelarutan pektin meningkat dengan meningkatnya kandungan metil ester

    atau dengan menurunnya berat molekul. Selain itu, pH, suhu, konsentrasi

    garam dan kandungan gula juga mempengaruhi kelarutan pektin.

    Sifat-sifat fisis seperti kelarutan, viskositas, dan kemampuan

    membentuk gel tergantung pada karakteristik kimia pektin seperti berat

    molekul, dan kandungan senyawa-senyawa kimia lainnya termasuk dalam

    bagian molekul pektin. Sifat-sifat pektin di dalam larutan juga dipengaruhi

    oleh kondisi larutan itu sendiri seperti pH dan bahan-bahan terlarut,

    misalnya kation-kation (Nelson dkk. 1977 dalam Fitriani 2003).

    Pektin larut dalam air dan pelarut organik polar seperti formamida

    dan metil sulfoksida. Kelarutan pektin dalam air ditentukan oleh sejumlah

    gugus metoksil, penyebarannya dalam pelarut serta bobot molekulnya

    (Walter 1991 dalam Fitriani 2003).

    Pektin bersifat asam dan koloidnya bermuatan negatif karena

    adanya gugus karboksil bebas. Larutan 1% pektin yang tidak ternetralisasi

    akan memberikan pH 2,7-3. Larutan pektin stabil pada kisaran pH 2-4.

    Pada pH lebih dari 4 atau kurang dari 2, viskositas dan kekuatan gelnya

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    23/71

    11

    menurun disebabkan oleh depolimerisasi pada pektin. Sedangkan pada

    kondisi basa, pektin dapat mengalami saponifikasi dan degradasi melalui

    reaksi -eliminasi (Nelson dkk. 1977 dalam Fitriani 2003).

    Pada kondisi asam, ikatan glikosidik gugus metil ester dari pektin

    cenderung terhidrolisa menghasilkan asam galakturonat. Selama perlakuan

    dengan asam pada suhu rendah, kecepatan hidrolisa pada ikatan glikosidik

    akan lebih lambat dibandingkan kecepatan deesterifikasi, sehingga

    dimungkinkan pembuatan pektin berester rendah dengan sedikit perusakan

    pada rantainya. Pektin dapat terhidrolisa oleh asam, basa dan enzim.

    Pemanasan dapat menyebabkan degradasi senyawa pektin (Towle dan

    Christensen 1973dalam Fitriani 2003).

    Sifat fisik pektin tergantung dari karakteristik kimia pektin

    (Guichard dkk. 1991 dalam Hariyati 2006). Faktor yang mempengaruhi

    pembentukan gel dengan tingkat kekenyalan dan kekuatan tertentu

    meliputi pH, konsentrasi pektin, suhu, ion kalsium, dan gula (Chang dan

    Miyamoto 1992 dalam Hariyati 2006). Kekentalan larutan pektin

    mempunyai kisaran yang cukup lebar tergantung pada konsentrasi pektin,

    garam, dan ukuran rantai asam poligalakturonat (Rouse 1977 dalam

    Hariyati 2006).

    Pektin dengan kadar metoksil lebih rendah dari 7% dapat

    membentuk gel bila ada ion-ion logam bivalen. Ion logam bivalen dapat

    bereaksi dengan gugus-gugus karboksil dari 2 molekul asam pektat dan

    membentuk jembatan. Pada pembentukan gel ini, tidak diperlukan gula

    dan tekstur gel yang terbentuk kurang keras (Guichard dkk. 1991 dalam

    Hariyati 2006).

    Pembentukan gel dari pektin dengan derajat metilasi tinggi

    dipengaruhi juga oleh konsentrasi pektin, persentase gula, dan pH.

    Semakin besar konsentrasi pektin, semakin keras gel yang terbentuk.

    Konsentrasi 1% telah menghasilkan kekerasan yang cukup baik. Gula yang

    ditambahkan tidak boleh lebih dari 65% agar terbentuknya kristal-kristal di

    permukaan gel dapat dicegah (Guichard dkk 1991 dalam Hariyati 2006).

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    24/71

    12

    Pembentukan gel pektin metoksil tinggi terjadi melalui ikatan hidrogen

    diantara gugus karboksil bebas dan antara gugus hidroksil. Pada pektin

    metoksil rendah, kemampuan membentuk gel dengan gula dan asam

    hilang. Sebaliknya pektin ini mampu membentuk gel dengan adanya ion

    kalsium (Gliksman 1969 dalam Hariyati 2006).

    Untuk mengetahui gugus fungsional dan informasi mengenai

    struktur pektin, perlu dilakukan uji Fourier Transform Infrared (FTIR)

    (Ismail, 2012). Spektroskopi FTIR merupakan salah satu teknik analitik

    yang sangat baik dalam proses identifikasi struktur molekul suatu

    senyawa. Komponen utama spektroskopi FTIR adalah interferometer

    Michelson yang mempunyai fungsi menguraikan (mendispersi) radiasi

    infra merah menjadi komponen-komponen frekuensi. Penggunaan

    interferometer Michelson tersebut memberikan keunggulan metode FTIR

    dibandingkan metode spektroskopi infra merah konvensional maupun

    metode spektroskopi yang lain. Diantaranya adalah informasi struktur

    molekul dapat diperoleh secara tepat dan akurat (memiliki resolusi yang

    tinggi). Keuntungan yang lain dari metode ini adalah dapat digunakan

    untuk mengidentifikasi sampel dalam berbagai fase (gas, padat atau cair).

    Kesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam identifikasi dengan

    spektroskopi FTIR dapat ditunjang dengan data yang diperoleh dengan

    menggunakan metode spektroskopi yang lain (Harmita 2006 dalam

    Kusumastuti 2011). Adapun komponen-komponen pektin berdasarkan

    frekuensi yang terukur oleh FTIR tersaji seperti pada Gambar 2.4.

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    25/71

    13

    Gambar 2.4 FTIR Pektin (sumber : Ismail, 2012)

    2.2.2Kegunaan Pektin

    Dalam bidang farmasi, pektin mempunyai potensi yang cukup baik,

    seperti untuk penyembuhan diare, menurunkan tingkat kolesterol darah,

    anemia, bahan kapsul obat-obatan (Towle dan Christensen 1973 dalam

    Fitriani 2003). Pektin mempunyai efek haemostatik dan anti fibrinolik

    serta meningkatkan laju sedimentasi eritrosit (Pilknik dan Voragen 1970

    dalam Fitriani 2003). Selain itu pektin sering juga digunakan pada

    berbagai aplikasi industri seperti industri kosmetika (pasta gigi, sabun,

    lotion dan krim), baja dan perunggu (quenching), plastik, bahan sintetis

    serta film nitropectin (Muhidin 1999 dalam Fitriani 2003).

    Di bidang pengobatan, pektin digunakan untuk perbaikan otot

    pencernaan, menurunkan kolesterol dan trigliserida (penyebab penyakit

    jantung), menghentikan pendarahan internal (diminum) mapun eksternal

    (dikompres), juga menyerab kelebihan air dalam usus serta mengikat dan

    menghilangkan racun dalam usus (pada penyakit diare). Pada industri

    makanan dimanfaatkan sebagai pembentuk gel, stabilizer dalam ice cream

    dan sari buah tertentu, pengental dan pelapis puding, serta lainnya

    (Subagyo dan Achmad, 2010)

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    26/71

    14

    2.3Pemungutan Pektin

    Pemungutan pektin dilakukan melalui beberapa cara, yaitu

    sedimentasi (pengendapan), dimaksudkan untuk memisahkan pektin dari

    larutannya (Suhardi 1997 dalam Subagyo 2010). Hal ini dilakukan bila

    pektin hasil diinginkan kering. Yang lazim dilakukan adalah dengan

    menambahkan alkohol, aseton dan ion polivalen. Pemurnian, dimaksudkan

    untuk mengisolasi komponen pektin dari komponen ikutan yang tidak

    diinginkan. Ekstraksi, dimaksudkan untuk memungut pektin dengan

    menambahkan pelarut berupa air (dingin atau panas) atau larutan asam

    yang dipanaskan, seperti asam sitrat, asam tartrat, asam laktat, asam

    oksalat, asam klorida atau asam sulfat.

    Ekstraksi secara umum adalah perpindahan massa suatu komponen

    dari suatu zat ke zat yang lain. Perpindahan massa suatu komponen dari

    zat padat ke zat cair sering disebut ekstraksi padat cair atau leaching. Jika

    suhu pelarut tinggi biasanya waktu ekstraksi yang diperlukan lebih singkat

    dari pada jika digunakan pelarut bersuhu rendah (Brown 196l dalam

    Subagyo 2010). Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi

    menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap

    komponen lain dalam campuran. Pelarut polar akan melarutkan zat terlarut

    yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan zat terlarut yang non

    polar atau disebut dengan like dissole l ike (Suyitno 1989 dalam

    Rahmawati 2012).

    Tetapi pada umumnya ekstraksi pektin dilakukan dengan

    menggunakan ekstraksi asam, baik asam mineral maupun asam organik,

    seperti asam natrium heksametafosfat (Ranggana 1977 dalam Fitriani

    2003), asam sulfat (Cruess 1958 dalam Fitriani 2003), asam khlorida

    (Suradi 1984 dalam Fitriani 2003), asam nitrat (Rouse dan Crandall 1978

    dalam Fitriani 2003).

    Proses ekstraksi secara konvensional dengan panas yang

    berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pektin sehingga menurunkan

    kualitasnya (Sudiyono, 2012). Selain itu panjangnya waktu yang

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    27/71

    15

    diperlukan untuk ekstraksi menyebabkan energi yang diperlukan untuk

    pemanasan juga semakin tinggi (Purwanto, 2010). Ekstraksi dengan

    menggunakan mikrowave dapat mengurangi kebutuhan energi yang

    digunakan dibandingkan dengan cara konvensional, disamping itu

    kemungkinan kerusakan senyawa pektin dapat dikurangi (Fishman 2000

    dalam Sudiyono 2012).

    Teknologi Microwave Assisted Extraction (MAE) merupakan

    teknik untuk mengekstrak bahan-bahan terlarut di dalam bahan tanaman

    dengan bantuan energi gelombang mikro. Teknologi tersebut cocok bagi

    pengambilan senyawa yang bersifat thermolabil karena memiliki kontrol

    terhadap suhu yang lebih baik dibandingkan pemanasan konvensional.

    Selain kontrol suhu yang lebih baik, MAE juga memiliki beberapa

    kelebihan, diantaranya adalah waktu ekstraksi yang lebih singkat,

    konsumsi energi dan solvent yang lebih sedikit, yield yang lebih tinggi,

    akurasi dan presisi yang lebih tinggi, adanya proses pengadukan sehingga

    meningkatkan fenomena transfer massa (Purwanto, 2010).

    Tiga faktor penentu dalam ekstraksi pektin adalah suhu, pH dan

    waktu reaksi. Kisaran pH yang direkomendasikan adalah 1,8-3 tetapi yang

    sering digunakan adalah pH 2,0-2,8 (Bhatia dkk. l959; Kertesz 195l;

    Othmer 1958; Suhardi 1997 dalam Subagyo 2010). Batasan bagi

    kombinasi kondisi operasi untuk pencapaian optimasi hasil perlu

    memperhatikan beberapa hal berikut (Bhatia dkk. 1959 dalam Subagyo

    2010):

    a.Penggunaan pH rendah tidak boleh dikombinasikan dengan suhu yang

    tinggi karena dapat menyebabkan terhidrolisisnya pektin yang sudah

    terdispersi ke solven.

    b.Suhu ekstraksi tinggi tidak boleh dikombinasikan dengan waktu

    ekstraksi yang lama. Karena pada suhu tinggi dan dalam waktu

    ekstraksi yang lama pektin akan terdegradasi ketika pektin terlepas dari

    jaringan dinding sel.

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    28/71

    16

    Pemakaian perbandingan larutan pengekstrak terhadap bahan juga

    sangat bervariasi, tergantung pada kemampuan dan daya serap bahan

    terhadap air dan faktor-faktor lainnya. Perbandingan bahan dengan cairan

    pengekstrak juga berpengaruh terhadap sifat-sifat pektin yang dihasilkan

    seperti sifat warna, flavor dan kemampuan dalam membentuk gel dari

    pektin (Fitriani, 2003).

    Sedimentasi pektin dapat dilakukan dengan alkohol, aseton,

    garam metal kalium sulfat dan alumunium sulfat (Morris 1951 dalam

    Fitriani 2003) menggunakan alkohol 95 persen yang mengandung 2 mL

    asam khlorida setiap 1 liter etanol. Biasanya untuk pengendapan secara

    komersial digunakan alkohol dan garam metal seperti alumunium

    hidroksida, kalium sulfat atau alumunium sulfat.

    Penggumpalan pektin terjadi karena gangguan terhadap kestabilan

    dispersi koloidnya. Pektin termasuk koloidal hidrofilik yang bermuatan

    negatif (dari gugus karboksil bebas yang terionisasi) dan tidak mempunyai

    titik isolistrik. Seperti koloid hidrofilik umumnya, pektin distabilkan

    terutama oleh hidrasi partikelnya daripada oleh muatannya. Pektin

    distabilkan oleh selapis air melalui ikatan elektrostatik antara muatan

    negatif molekul pektin dan muatan positif molekul air. Penambahan zat

    pendehidrasi seperti alkohol dapat mengurangi stabilitas dispersi pektin

    karena efek dehidrasi mengganggu keseimbangan pektin air, sehingga

    pektin akan menggumpal (Rouse 1977 dalam Fitriani 2003).

    2.4Edible Film

    Edible film merupakan lapisan tipis yang digunakan untuk melapisi

    makanan atau diletakkan di antara komponen yang berfungsi sebagai

    penahan terhadap transfer massa seperti kadar air, oksigen, lemak, dan

    cahaya atau berfungsi sebagai pembawa bahan tambahan pangan (Krochta

    1997 dalam Nugroho 2013). Menurut Bourtoom (2008) dalam Wirawan

    2012, edible film merupakan lapisan tipis yang dapat dikonsumsi dan

    sering digunakan sebagai pelapis makanan. Keuntungan edible film antara

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    29/71

    17

    lain dapat dikonsumsi langsung bersama produk yang dikemas, tidak

    mencemari lingkungan, memperbaiki sifat organoleptik produk yang

    dikemas, berfungsi sebagai suplemen penambah nutrisi, sebagai flavor,

    pewarna, zat antimikroba, dan antioksidan (Murdianto 2005 dalam

    Nugroho 2013).

    2.5Pembuatan Film

    Pembuatan film dari pektin dilakukan dengan membuat larutan

    pektin metoksil rendah kemudian diikuti dengan larutan yang mengandung

    Ca2+ untuk membentuk gelatinasi. Pelapis jenis ini memiliki permeabilitas

    uap air yang tinggi sehingga untuk mencegah terjadinya dehidrasi, maka

    pelapis ini dilapisi lagi dengan lipid yang akan menurunkan permeabilitas

    uap airnya.Lipidpenyusun film diantaranya waxes, asilgliserol, dan asam

    lemak (Krochta 1994 dalam Wirawan 2012).

    Edible film yang terbentuk dari pektin biasanya bersifat rapuh

    sehingga diperlukan penambahan plasticizer untuk mengubah sifat fisik

    dari film. Plasticizer dapat menurunkan gaya intermolekul dan

    meningkatkan fleksibilitas film dengan memperlebar ruang kosong

    molekul dan melemahkan ikatan hidrogen rantai polimer (Suppakul 2006

    dalam Wirawan 2012). Penggunaanplasticizer harus diminimalkan karena

    beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa plasticizer dapat

    meningkatkan permeabilitas uap air dan menurunkan sifat kohesi film

    yang mempengaruhi sifat mekanik film (Silva dkk. 2009 dalam Wirawan

    2012). Jenis Plasticizer yang paling umum digunakan pada pembuatan

    edible film adalah gliserol, sorbitol dan polietilen glikol. Karena sifatnya

    yang hidrofilik maka plasticizer ini cenderung banyak menyerap uap air

    (Suppakul 2006; Laila 2008 dalam Wirawan 2012).

    Kadar plasticizer yang digunakan pada pembuatan edible film

    dapat mempengaruhi kuat tarik lapisan film. Tekanan turun dan

    ketegangan meningkat secara signifikan seiring dengan kenaikan

    plasticizer dalam seluruh lapisan film (Cervera dkk. 2004 dalam Wirawan

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    30/71

    18

    2012). Ketika suatu plasticizer tidak bergabung dalam jaringan polimer,

    maka jarak antara rantai-rantai polimer semakin melebar. Karena pengaruh

    kuat tariknya, pergerakan dari rantai polimer berada pada plasticized film,

    sehingga terjadi penurunan suhu transisi gelas dari material-material rantai

    polimer dan terjadi peningkatan kelenturan dari material-material itu

    (Suppakul 2006 dalam Wirawan 2012). Penelitian Bozdemir dan Tutas

    (2003) dalam Wirawan 2012, menunjukkan bahwa gliserol merupakan

    plasticizer dengan kemampuan menurunkan ikatan hidrogen antar polimer

    yang terbesar sedangkan sorbitol merupakan yang terkecil dibandingkan

    denganplasticizer lain seperti propilen glikol dan polietilen glikol. Namun

    ikatan hidrogen antar polimer yang kuat akan membuat film yang

    terbentuk menjadi keras dan kurang fleksibel, dan begitu pula sebaliknya.

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    31/71

    19

    BAB III

    PROSEDUR KERJA

    3.1Alat

    a.Oven microwave

    b.Ekstraktor kaca

    c.Kondensor

    d.Labu takar

    e.Pemompa air

    f.Pisau

    g.Blender

    h.Pipet ukur

    i.Ball filler

    j.Pompa vakum

    k.Beker gelas

    l.Gelas ukur

    m.Timbangan digital

    n.Statif

    o.Klem

    p.Cawan porselen

    q.Oven listrik

    r.Desikator

    s.Selang

    t.Ember

    u.Teflon

    v.Buret

    w.Ayakan

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    32/71

    20

    3.2Bahan

    a.Kulit buah naga

    b.Asam oksalat

    c.Aquades

    d.Gliserol

    e.CaCl2.2H2O

    f.Ethanol 96%

    g.Silika gel

    h.Kertas saring

    3.3Rangkaian Alat

    Kondensor

    OvenMikrowave

    Ekstraktor kaca

    Setting Waktu

    Gambar 3.1 Seperangkat Alat Ekstraksi dengan Pelarut Asam Oksalat

    MenggunakanMicrowave Assited Extraction

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    33/71

    21

    Pengaduk

    Statif Gelas

    bekerTermometer alkohol

    Kompor listrik

    Gambar 3.2 Seperangkat Alat Hidrolisis dan PembuatanEdible Film

    3.4Cara Kerja

    3.4.1Ekstraksi Pektin dengan Metode Analisis Standar

    1.Memilih kulit buah naga yang tidak cacat, dipotong kecil-kecil

    kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 55 C

    sampai berat konstan.

    2.Potongan kulit buah naga kering diblender, sehingga diperoleh

    serbuk.

    3.Mengambil 5 gram serbuk ditambahkan 40 mL aquades.

    4.Dipanaskan sambil dilakukan pengadukan hingga larut.

    5.Larutan dimasukkan labu takar 50 mL dan ditambahkan aquades

    sampai tanda batas.

    6.Disaring dengan kertas saring dan diambil 10 mL filtrat.

    7.Ditambahkan 25 mL aquades dan ditambahkan 2 tetes indikator

    PP.

    8.Dititrasi dengan NaOH 1N.

    9.Ditambahkan 1mL NaOH 1N dan dibiarkan selama 1 malam.

    10.Ditambah 5 mL asam asetat 1 N hingga warna menjadi jernih.

    11.Setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 ml Kalsium Khlorida 1 N dan

    diaduk sampai rata.

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    34/71

    22

    12.Disaring dengan kertas saring yang telah dibasahi dengan

    aquades.

    13.Dikeringkan menggunakan oven pada suhu 102 C.

    14.Didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

    15.Endapan dicuci dengan air panas untuk menghilangkan Khlorida.

    16.Kertas saring yang berisi endapan ditimbang dan dikeringkan

    pada suhu 100 C.

    17.Setelah dingin kertas saring ditimbang kembali.

    3.4.2Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode Microwave Assisted

    Extraction (MAE) dengan Variasi Berat Bahan

    1.Memilih kulit buah naga yang tidak cacat, dipotong kecil-kecil

    kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 55 C sampai

    berat konstan.

    2.Potongan kulit buah naga kering diblender, sehingga diperoleh

    serbuk.

    3.Serbuk dengan berat tertentu ditambahkan dengan pelarut asam

    oksalat (0,25%) pH 4,6 0,01 dengan volume 300 mL.

    4.Mikrowave dihidupkan pada gelombang 600 W.

    5.Diambil filtrat hasil ekstraksi dan ditambahkan ethanol 95%,

    perbandingan filtrat dengan ethanol 1 : 1,5 untuk mengendapkan

    pektin, proses pengendapan dilakukan selama 12 jam.

    6.Pektin dikeringkan menggunakan oven pada suhu 65 C, sampai

    berat konstan.

    7.Percobaan dilakukan pada variasi berat serbuk (10, 15 dan 20

    gram) dan waktu ekstraksi 20 menit.

    8.Analisis yield pektin dan ujiFourier Transform Infrared (FTIR).

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    35/71

    23

    3.4.3Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode MAE dengan Variasi Waktu

    Ekstraksi

    1.Memilih kulit buah naga yang tidak cacat, dipotong kecil-kecil

    kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 55 C

    sampai berat konstan.

    2.Potongan kulit buah naga kering diblender, sehingga diperoleh

    serbuk.

    3.Serbuk dengan berat tertentu ditambahkan dengan pelarut asam

    oksalat (0,25%) pH 4,6 0,01 dengan volume 300 mL.

    4.Mikrowave dihidupkan pada gelombang 600 W.

    5.Diambil filtrat hasil ekstraksi dan ditambahkan ethanol 95%,

    perbandingan filtrat dengan ethanol 1 : 1,5 untuk mengendapkan

    pektin, proses pengendapan dilakukan selama 12 jam.

    6.Pektin dikeringkan menggunakan oven pada suhu 65 C, sampai

    berat konstan.

    7.Percobaan dilakukan pada variasi waktu ekstraksi (15, 20 dan 25

    menit) dan berat serbuk 10 gram.

    8.Analisis yield pektin dan uji FTIR.

    3.4.4Pembuatan Edible Film dengan Plasticizer dan Aplikasinya pada

    Permen

    1.Melarutkan 1,5 gram pektin dalam 100 ml larutan yang

    mengandung 0,6 g plasticizer/g pektin pada suhu kamar sambil

    dilakukan pengadukan selama 1,5 jam agar larutan homogen.

    2.Memanaskan larutan pada suhu 70 C, kemudian menambahkan

    larutan CaCl2.2H2O (0,6 gram dalam 15 ml aquades) selama 30

    menit (sedikit demi sedikit).

    3.Menuang larutan pada teflon dan juga pada permen kemudian

    dikeringkan dengan oven pada suhu 50C selama 15 jam.

    4.Menyimpan film dan permen yang sudah terlapisi film ke dalam

    eksikator berisi silika gel.

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    36/71

    24

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Mengacu pada tujuan yang akan dicapai, beberapa hal yang akan

    dipelajari meliputi, preparasi bahan baku, analisis yield pektin standar,

    ekstraksi pektin menggunakan metodeMicrowave Assisted Extraction (MAE)

    dengan variasi berat bahan dan variasi waktu, serta pembuatan edible film

    dengan penambahanplasticizer. Sebelum bahan digunakan untuk percobaan,perlu dilakukan preparasi terlebih dahulu dengan tujuan untuk mendapatkan

    serbuk kulit buah naga kering yang sekecil mungkin dan seragam.

    Selanjutnya dilakukan analisis yield pektin standar, sebab setiap kulit buah

    naga memiliki yield pektin standar yang belum tentu sama, kondisi iklim,

    cuaca maupun geografis dapat mempengaruhi yield pektin yang dihasilkan,

    sehingga perlu dilakukan analisis yield pektin standar terhadap kulit buah

    naga yang akan digunakan. Ekstraksi pektin kulit buah naga dalam percobaan

    ini dilakukan dengan menggunakan metode MAE, metode ini dipilih karena

    cocok bagi pengambilan senyawa yang bersifat thermolabil seperti pektin,

    dikarenakan metode ini memiliki kontrol terhadap suhu yang lebih baik

    dibandingkan proses pemanasan konvensional, selain itu MAE juga memiliki

    beberapa kelebihan lain, diantaranya adalah waktu ekstraksi yang lebih

    singkat, konsumsi energi dan solvent yang lebih sedikit, yield yang lebih

    tinggi, serta akurasi dan presisi yang lebih tinggi (Purwanto, 2010). Selain itu

    karena metode konvensional menggunakan pemanasan, sehingga

    menyebabkan degradasi senyawa pektin (Towle dan Christensen 1973 dalam

    Fitriani 2003). Pada percobaan ini ekstraksi menggunakan metode MAE

    dilakukan dengan varisi berat bahan dan variasi waktu. Pektin hasil ekstraksi

    kemudian diaplikasikan sebagai bahan pembuatan edible film dengan

    penambahan plasticizer, plasticizer ditambahkan dengan tujuan untuk

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    37/71

    25

    meningkatkan elastisitas film yang dihasilkan (Darni dkk. 2009 dalam

    Herdigenarosa 2013).

    4.1Preparasi Bahan Baku

    Sebelum bahan digunakan untuk percobaan, perlu dilakukan preparasi

    terlebih dahulu dengan tujuan untuk mendapatkan serbuk kulit buah naga

    kering yang sekecil mungkin dan seragam. Bahan baku yang digunakan

    adalah kulit buah naga dari jenisHylocereus polyrhizus, yaitu buah naga kulit

    merah dengan daging buah merah keunguan. Sebelum kulit buah naga

    dilakukan proses ekstraksi dengan metode Microwave Assisted Extraction

    (MAE), dilakukan proses preparasi terlebih dahulu. Proses preparasi dimulai

    dengan mengeringkan kulit buah naga menggunakan oven dengan suhu 55C

    sampai berat konstan. Pengeringan bahan baku dalam proses preparasi perlu

    dilakukan, karena metode pengeringan pada persiapan bahan memiliki yield

    yang lebih besar dibandingkan dengan kulit yang tidak dikeringkan terlebih

    dahulu. Hal ini disebabkan pengeringan bahan baku akan memperluas

    permukaan sehingga lebih optimal ketika ekstraksi, dan difusi larutan ke

    bahan akan lebih baik dibandingkan dengan keadaan segar, sebab dalam

    keadaan segar kandungan air dalam bahan yang tinggi akan menutup

    permukaan yang mempersulit difusi larutan asam untuk mengekstrak pektin

    dari bahan. Pada proses pengeringan suhu yang dipilih 55C, karena suhu

    pengeringan lebih dari itu ataupun semakin tinggi akan menyebabkan pektin

    yang terkandung di dalam bahan terdegradasi. Selain itu pengeringan juga

    berfungsi untuk meminimalisasi jumlah pelarut yang digunakan dalam proses

    ekstraksi, ini dikarenakan pengecilan ukuran dan massa (Fitriani, 2003).

    Setelah kulit buah naga kering kemudian dihaluskan menggunakan blender

    dengan tujuan memperluas area permukaan kontak antara bahan dengan

    pelarut, sehingga meningkatkan rendemen pektin hasil ekstraksi dengan

    Microwave Assisted Extraction (MAE). Setelah preparasi, yield pektin dalam

    bahan baku dianalisis menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut asam

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    38/71

    26

    karena metode ini mempermudah terhidrolisisnya protopektin menjadi pektin

    (Hariyati, 2006).

    4.2Analisis Yield Pektin Standar

    Setiap kulit buah naga memiliki yield pektin standar yang belum tentu

    sama, kondisi iklim, cuaca maupun geografis dapat mempengaruhi yield

    pektin yang dihasilkan, sehingga perlu dilakukan analisis yield pektin standar

    terhadap kulit buah naga yang akan digunakan. Yield pektin dari analisis

    standar pada kulit buah naga berdasarkan percobaan ini adalah 9,6% w/w.

    Sedangkan menurut literatur, kandungan pektin kulit buah naga adalah 10,8%

    (Jamilah, 2011). Ini membuktikan bahwa kondisi iklim, cuaca maupun

    geografis penanaman buah naga mempengaruhi yield pektin yang dihasilkan.

    Pektin hasil analisis standar memiliki warna putih bersih, seperti pada

    Gambar 4.1., tetapi kekuatan gelnya rendah, ini kemungkinan disebabkan

    oleh jenis zat pendehidrasinya, dalam percobaan ini zat pendehidrasi yang

    digunakan adalah NaOH yang memiliki berat molekul 40 g/mol atau dapat

    dikatakan rendah. Semakin besar berat molekul zat yang digunakan untuk

    mendehidrasi pektin, maka kekuatan gel yang dihasilkan semakin tinggi.

    Sehingga dalam proses ekstraksi pektin selanjutnya dalam percobaan ini zat

    pendehidrasi yang digunakan adalah ethanol yang memiliki berat molekul

    yang lebih besar daripada NaOH.

    Gambar 4.1 Pektin Hasil Analisis Standar

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    39/71

    27

    4.3Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode MAE

    Pada ekstraksi pektin kulit buah naga menggunakan metode MAE

    dengan variasi berat bahan ini, pelarut yang digunakan adalah asam oksalat.

    Penggunaan asam dalam ekstraksi pektin adalah untuk menghidrolisis

    protopektin menjadi pektin yang larut dalam air ataupun membebaskan pektin

    dari ikatan dengan senyawa lain, misalnya selulosa (Fitriani, 2003).

    Setelah proses ekstraksi selesai, kemudian dilakukan penggumpalan

    pektin yaitu dengan menambahkan ethanol 95%, penggumpalan ini terjadi

    karena gangguan terhadap kestabilan dispersi koloidalnya. Pektin termasuk

    koloidal hidrofilik yang bermuatan negatif (dari gugus karboksil bebas yang

    terionisasi) dan tidak mempunyai titik isolistrik. Seperti koloid hidrofilik

    umumnya, pektin distabilkan terutama oleh hidrasi partikelnya dari pada oleh

    muatannya. Pektin distabilkan oleh selapis air melalui ikatan elektrostatik

    antara muatan negatif molekul pektin dan muatan positif molekul air.

    Penambahan zat pendehidrasi seperti alkohol dapat mengurangi stabilitas

    dispersi pektin karena efek dehidrasi mengganggu keseimbangan pektin-air,

    sehingga pektin akan menggumpal (Rouse 1977 dalam Fitriani 2003).

    Hasil penggumpalan pektin berwarna putih kecoklatan (Gambar 4.2)

    dengan kekuatan gel rendah, ini dikarenakan pengaruh dari gelombang

    microwave yang cukup tinggi, semakin tinggi gelombang menyebabkan suhu

    ekstraksi yang semakin tinggi, dengan suhu ekstraksi semakin tinggi pektin

    yang dihasilkan semakin tidak jernih, sehingga gel yang diperoleh pun keruh

    dan kekuatan gel berkurang (Kertesz 1951 dalam Hariyati 2006). Pada alat

    microwave oven yang digunakan, gelombang microwave dikonversikan pada

    dayanya, yang berarti pada daya tinggi maka intensitas gelombang juga

    tinggi, sehingga pemanasan lebih cepat. Kekuatan gel dari pektin yang rendah

    ini dibuktikan dengan masih mudahnya air dalam pektin yang keluar bila

    diangkat. Gel pektin yang didapatkan kemudian dilakukan pengeringan pada

    tekanan yang rendah, dengan tujuan agar pektin tidak terdegradasi (Ranganna

    1977 dalam Hariyati 2006). Jika pektin tidak dilakukan pengeringan, maka

    kondisi lembab pada gel pektin akan dimanfaatkan oleh jamur untuk tumbuh

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    40/71

    28

    dan berkembang biak, sehingga merusak pektin. Pektin yang sudah

    dikeringkan kemudian ditumbuk sampai pektin berbentuk serbuk halus, agar

    nantinya pektin mudah dilarutkan dalam pembuatan edible film.

    Gambar 4.2 Gel Pektin

    4.3.1Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode MAE dengan Variasi Berat

    Bahan

    Variasi berat bahan dalam ekstraksi pektin kulit buah naga belum

    pernah dipelajari, sehingga percobaan ini ditujukan untuk mengetahui

    pengaruh variasi berat bahan terhadap yield pektin kulit buah naga. Pada

    percobaan ini, variasi berat bahan dipelajari pada berat bahan 10, 15 dan 20

    gram. Berdasarkan yield pektin hasil ekstraksi dapat dikatakan bahwa

    semakin sedikit bahan yang diekstraksi, semakin tinggi yield pektin yang

    dihasilkan. Hal ini terlihat seperti pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.3. Hal ini

    terjadi karena dengan semakin sedikitnya bahan maka kontak antara bahan

    dengan pelarut menjadi lebih besar, sebaliknya jika bahan semakin banyak,

    kesempatan kontak antara bahan dengan pelarut menjadi lebih kecil. Dari

    hasil percobaan, berat bahan 10 gram memberikan yield paling tinggi, yaitu

    72% sedangkan untuk berat bahan 15 gram yield pektin yang dihasilkan

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    41/71

    29

    18,33% dan variasi berat 20 gram menghasilkan yield pektin terendah yaitu

    12,45%.

    Tabel 4.1 Pengaruh Berat Bahan Terhadap Yield Pektin

    (Waktu = 20 menit ; P = 600 watt; Konsentrasi pelarut = 0,25% ;

    Volume pelarut = 300 mL )

    Berat bahan (gram) Yield (%)

    10 72

    15 18,33

    20 12,45

    Gambar 4.3 Yield Pektin Kulit Buah Naga dengan Variasi Berat Bahan

    4.3.2Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode MAE dengan Variasi Waktu

    Variasi waktu ekstraksi terhadap yield pektin kulit buah naga memang

    pernah dipelajari, tetapi metode ekstraksi yang digunakan masih secara

    konvensional. Sehingga percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk

    membandingkan yield pektin hasil ekstraksi secara konvensional dengan

    ekstraksi menggunakan metode Microwave Assisted Extraction (MAE).

    Variasi waktu ekstraksi pada percobaan ini dilakukan pada variasi waktu 15,

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    42/71

    30

    20 dan 25 menit. Variasi waktu ekstraksi memberikan pengaruh terhadap

    yield pektin yang dihasilkan, dengan semakin lamanya waktu ekstraksi, yield

    pektin yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini terlihat seperti Tabel 4.2 dan

    Gambar 4.4., ini terjadi karena kontak antara bahan dengan pelarut

    berlangsung lebih lama sehingga memberikan kesempatan lebih besar kepada

    pelarut untuk menghidrolisis protopektin, selain itu dengan semakin lamanya

    gelombang mikrowave kontak dengan bahan mengakibatkan suhu yang

    semakin tinggi, sehingga kinetika reaksi hidrolisis protopektin menjadi

    semakin meningkat, akibatnya yield pektin yang dihasilkan semakin besar

    (Hariyati, 2006). Pada hasil percobaan waktu ekstraksi 25 menit memberikan

    yield pektin paling besar, yaitu 63%. Perbandingan hasil penelitian sejenis

    menunjukkan bahwa ekstraksi pektin menggunakan metode Microwave

    Assisted Extraction (MAE) lebih efektif dan efisien, karena selain menghemat

    konsumsi energi, waktu yang digunakan untuk ekstraksi juga lebih singkat,

    selain itu yield pektin yang dihasilkan juga lebih tinggi.

    Tabel 4.2 Yield Percobaan dengan Variasi Waktu

    (Berat bahan = 10 gram; P = 600 watt; Konsentrasi pelarut = 0,25%;

    Volume pelarut = 300 mL )

    Waktu (menit) Yield (%)

    15 9

    20 15

    25 63

    Tabel 4.3 Yield Pektin Literatur dengan Variasi Waktu

    (Berat bahan = 10 gram; Konsentrasi pelarut = 40%)

    Waktu (menit) Yield (%)

    30 10,40

    60 12,11

    120 16,76

    (sumber: Woo, 2010)

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    43/71

    31

    Gambar 4.4 Yield Pektin Kulit Buah Naga dengan Variasi Waktu

    Pektin yang didapatkan dari hasil ekstraksi selanjutnya dilakukan uji

    FTIR untuk mengidentifikasi kelompok bahan kimia utama dalam pektin,

    kelompok-kelompok fungsional utama pektin biasanya di wilayah antara

    1.000 dan 2.000 cm-1 dari spektrum FTIR (Kalapathy & Proctor 2001 dalam

    Ismail 2012). Adanya gugus karbonil pada 1639,08 cm-1 menunjukkan bahwa

    sampel tersebut tergolong sebagai pektin, dan juga adanya gugus C-O pada

    1102,9 cm-1 yang diikuti juga oleh gugus karbonil pada 1639,08 cm-1

    menunjukkan bahwa sampel mengandung gugus ester. Ikatan absorpsi pada

    1102,9 cm-1 berasal dari eter dan CC siklik dalam struktur cincin molekul

    pektin (Ismail, 2012). Komposisi senyawa pektin tersebut disusun pada Tabel

    4.4. Komposisi pektin hasil ekstraksi kulit buah naga menggunakan MAE

    pada percobaan disajikan pada Gambar 4.5. Berdasarkan keterangan literatur

    di atas komposisi senyawa kimia di dalam pektin tersebut dituliskan seperti

    pada Tabel 4.5.

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    44/71

    32

    Gambar 4.5 Spektrum Pektin Kulit Buah Naga

    Spektrum di atas hampir mirip dengan spektrum yang sebelumnya

    sudah ada pada Gambar 2.4.

    Tabel 4.4 Komposisi Senyawa Pektin LiteraturIkatan Absorpsi (cm-1) Gugus Senyawa

    1630 1650 C = O Karbonil

    1740 1760 O Karboksilat

    RCOH

    1100 R-O-R Eter

    1200 C C siklik Karbon siklik

    (sumber: Ismail, 2012)

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    45/71

    33

    Tabel 4.5 Komposisi Senyawa Pektin Hasil Percobaan

    Ikatan Absorpsi (cm-1) Gugus Senyawa

    1102,9 C O & C - C siklik Eter dan Karbon Siklik

    1044,37 C O Eter

    1414,68 CX Haloalkana

    1639,08 C = O Karbonil

    2928,05 C Hsp3 Alkena/gugus alkil

    3430,82 O H Alkohol

    1102,9 & 1639,08 O Ester

    RCOR

    Pektin yang didapatkan dari hasil ekstraksi dan dijadikan bentuk

    serbuk kemudian digunakan sebagai bahan pembuatan edible film, hasilnya

    seperti yang terlihat pada Gambar 4.6. Pada pembuatan edible film ini

    dilakukan penambahan plasticizer. Plasticizer ditambahkan dengan tujuan

    untuk meningkatkan elastisitas film yang dihasilkan (Darni 2009 dalam

    Herdigenarosa 2013).Edible film yang dihasilkan dari percobaan ini memiliki

    kuat tarik yang rendah, ini kemungkinan disebabkan banyaknya plasticizer

    yang ditambahkan, karena semakin banyak plasticizer yang ditambahkan

    nilai kuat tarik cenderung menurun (Wirawan, 2012). Nilai kuat tarik edible

    film tergantung dari berat molekulnya, semakin besar berat molekul

    plasticizer semakin meningkat kuat tarik dari edible film (Laila 2008 dalam

    Wirawan 2012). Padahal berat molekul dari plasticizer gliserol hanya 92,09

    g/mol atau dapat dikatakan rendah, sehingga nilai kuat tarik edible film yang

    dihasilkan rendah.

    Gambar 4.6Edible Film

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    46/71

    34

    Selanjutnya edible film yang dihasilkan dilakukan pengamatan

    permeabilitas uap air (Water vapour permeability), nilai permeabilitas uap air

    dari edible film yang dihasilkan rendah, ini dapat dilihat ketika edible film

    selesai dikeluarkan dari pemanas oven setelah beberapa menit film yang

    dihasilkan lembab atau dapat dikatakan menyerap air. Ini mungkin

    dikarenakan penambahan platicizer pada film yang cukup banyak.

    Penambahanplasticizer yang banyak menyebabkan permeabilitas uap air dari

    film semakin besar yang menunjukkan bahwa nilai permeabilitasnya rendah,

    selain itu film dari pektin memang bersifat hidrofilik, plasticizerjuga bersifat

    hidrofilik sehingga transfer uap air dari lingkungan ke permukaan edible film

    menjadi lebih cepat (Wirawan, 2012). Edible Film yang dihasilkan juga

    diaplikasikan terhadap permen, tetapi karena nilai permeabilitas uap airnya

    rendah menyebabkan edible film tidak dapat melapisi permen dengan baik

    sebab film terus mengeluarkan air akibat dari sifat hidrofilik plasticizer dan

    film yang berbahan pektin. Hasil aplikasi tersebut disajikan pada Gambar 4.7.

    Pada gambar terlihat terdapat air pada bagian bawah permen.

    Gambar 4.7 AplikasiEdible Film

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    47/71

    35

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    a.Yield pektin hasil ekstraksi kulit buah naga menggunakan metode

    Microwave Assisted Extraction (MAE) dengan pelarut asam oksalat 300

    mL dan berat bahan 10 gram adalah 72%.

    b.Ekstraksi pektin kulit buah naga menggunakan MAE menghasilkan yieldyang lebih besar dibandingkan menggunakan metode konvensional,

    ekstraksi menggunakan MAE dengan waktu 25 menit menghasilkan yield

    pektin 63% sedangkan metode konvensional dengan waktu ekstraksi 120

    menit hanya menghasilkan yield 16,76%.

    c.Variasi berat bahan dalam ekstraksi pektin menggunakan MAE

    mempengaruhi yield pektin yang dihasilkan, pada volume pelarut 300 mL,

    semakin sedikit bahan yang digunakan dalam ekstraksi, semakin besar

    yield pektin kulit buah naga yang dihasilkan, ini terbukti dengan berat

    bahan 10 gram menghasilkan yield pektin sebesar 72% sedangkan

    ekstraksi dengan berat bahan 20 gram hanya menghasilkan yield 12,45%.

    d.Variasi waktu ekstraksi menggunakan metode MAE memberikan

    pengaruh terhadap yield pektin kulit buah naga dan waktu ekstraksi pektin

    kulit buah naga yang optimal dengan volume pelarut asam oksalat 300 mL

    berat bahan 10 gram adalah pada waktu ekstraksi 25 menit.

    e.Pektin kulit buah naga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan edible

    film.

    5.2Saran

    a.Ekstraksi pektin kulit buah naga menggunakan metode MAE dengan

    variasi konsentrasi pelarut asam oksalat perlu dilakukan untuk mengetahui

    konsentrasi asam oksalat yang optimal.

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    48/71

    36

    b.Penggunaan pektin kulit buah naga sebagai bahan pembuatan edible film

    dengan penambahan plasticizer jenis lain perlu dilakukan untuk

    mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas edible film.

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    49/71

    37

    DAFTAR PUSTAKA

    Achmad, Z dan Subagyo, P. 2010. Pemungutan Pektin dari Kulit dan Ampas Apel

    Secara Ekstraksi.Eksergi Vol 10 (2): 48.

    Bae, In Young., Chau, Hoa K., Fishman, Marshall L., Hotchkiss Jr, Arland T., Lee,

    Byeong-Hoo., Lee, Suyong., Lee, Heungsook., ., Lee, Heyon Gyu., Savary,

    Brett J dan Yoo, Sang-Ho. 2012. Structural Characteristics of Pumpkin

    Pectin Extracted by Microwave Heating.Institute of Food Technologists

    Journal of Food Science Vol. 77 (11): 1169-1173.

    Basito, R., Baskara, K.A dan Nugroho, A.A. 2013. Kajian Pembuatan Edible Film

    Tapioka dengan Pengaruh Penambahan Pektin Beberapa Jenis Kulit Pisang

    Terhadap Karakteristik Fisik dan Mekanik. Teknosains Pangan Vol 2 (1):

    74.

    Chong, Y.Y., Li Hiong, S.K., Tang, P.Y dan Woo, K.K. 2010. Pectin Extraction

    and Characterization from Red Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus) :

    Preliminary Study.Jurnal of Biological Sciences 10 (7) : 631-636.

    Dzulkifly, M.A., Jamilah, B., Kharidah, M., Noranizan, A dan Shu, C.E. 2011.

    Physico-chemical Characteristic of Red Pitaya (Hylocereus polyrhizus) peel.

    International Food Research Journal 18: 279-286.

    Ernie, Prasetya, A dan Wirawan, S.K. 2012. Pengaruh Plasticizer Pada

    Karakteristik Edible Film Dari Pektin.Reaktor, Vol. 14 (1): 61-67

    Fessenden, J.S. dan Fessenden, R. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid I.

    Terjemahan Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.

    Fitriani, Vina. 2003. Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin dari Kulit Jeruk Lemon

    (Citrus medica var Lemon). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Hariyati, M.N. 2006. Ekstraksi Dan Karakterisasi Pektin dari Limbah Proses

    Pengolahan Jeruk Pontianak (Citrus nobilis var microcarpa). Skripsi. Institut

    Pertanian Bogor. Bogor.

    Hartati, I., Kurniasari, L dan Purwanto, H. 2010. Pengembangan Microwave

    Assisted Extractor (MAE) pada Produksi Minyak Jahe dengan Kadar

    Zingiberene Tinggi. Universitas Wahid Hasyim.Momentum Vol 6 (2) : 9.

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    50/71

    38

    Herdigenarosa, Muren. 2013. Pembuatan Edible Coating dari Pektin Kulit Buah

    Jeruk Bali (Citrus maxima) dengan Variasi Sorbitol Sebagai Plasticizer.

    Skripsi. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

    Ismail, N.S.M., Nazaruddin, R., Norziah, M.H dan Zainudin, M. 2012. Extraction

    and Characterization of Pectin from Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus)

    using Various Extraction Conditions. Sains Malaysiana 41(1): 41 45

    Jaya, I.K.D. 2010. Morfologi Dan Fisiologi Buah Naga Dan Prospek Masa

    DepannyaDi Indonesia. Crop Agro Vol.3 (1): 44-50.

    Kusumastuti, Ari. 2011. Pengenalan Pola Gelombang Khas dengan Interpolasi. UIN

    Maulana Malik Ibrahim Malang. Vol. 2 (1): 7-12.

    Natyalaksmi, 2014. Laporan Analisis Pangan Buah. On line at

    http://www.WordPress.com.(accessed 30 Januari 2014).

    Nazaruddin, R., Norazelina, S.M.I., Norziah, M.H dan Zainudin, M. 2011. Pectins

    From Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus) Peel.Malays. Appl. Biol. 40(1):

    19-23.

    Rahmawati, Asri. 2012.Pemanfaatan Kulit Buah Naga (Dragon Fruit) Sebagai

    Pewarna Alami Makanan Pengganti Pewarna Sintetis. Tugas Akhir.

    Universitas Negeri Semarang.

    Sudiyono, 2012. Ekstraksi Dan Kegunaan Pektin Dari Kulit Jeruk. Universitas

    Widyagama Malang. Malang.

    Wong, C.J., Woo, K.K dan Tang, P.Y. 2011. Optimization of Pectin From Peel of

    Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus).Asian Journal of Bilogical Sciences 4

    (2): 189-195.

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    51/71

    39

    Lampiran 1

    Cara Kerja Preparasi Bahan Baku

    Kulit buah naga

    Dipotong kecil-kecil

    Dipanaskan dalam oven T= 55C

    hingga konstan

    Kulit buah naga kering

    Dihaluskan dengan blender

    Serbuk kulit buah naga

    Diayak untuk menyeragamkan ukuran

    Lolos ayakan Tidak lolos ayakan

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    52/71

    40

    Lampiran 2

    Cara Kerja Ekstraksi Pektin dengan Metode Analisis Standar

    Serbuk kulit buah naga

    40 mL aquades

    Dipanaskan dan diaduk

    Larutan kulit buah naga

    Ditambahkan aquades hingga 50 mL

    Disaring menggunakan kertas saringAmpas kulit

    filtrat

    Diambil 10 mL filtrat

    Ditambah aquades 25 mL dan 2 tetes PP

    Ditambah dengan NaOH 1N setetes demi setetes sampai pH netral (jernih)

    Ditambah 1 mL NaOH 1N, dibiarkan 1 malam

    Ditambah 5 mL as.asetat 1N

    Ditambah 2,5 mL CaCl2 1N

    Disaring menggunakan penyaring vakumLimbah

    Gel pektin

    Dikeringkan suhu 102C, sampai konstan

    Ditimbang

    Dicuci dengan air panas bersuhu 60C

    Dikeringkan suhu 100C sampai konstan

    Pektin

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    53/71

    41

    Lampiran 3

    Cara Kerja Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode MAE dengan Variasi Berat

    Bahan

    Serbuk kulit buah naga

    Asam

    oksalat

    0,25%

    300 mL

    Ekstraksi dengan MAE

    (600 W) selama 20 menit

    Hasil ekstraksi

    Disaring

    Filtrat

    Residu

    Ditambahkan ethanol 95%

    Perbandingan 1:1,5

    Pektin terendapkan

    Dipisahkan Cairan

    Gel Pektin

    Dikeringkan dengan oven T = 65C sampai konstan

    Pektin

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    54/71

    42

    Lampiran 4

    Cara Kerja PembuatanEdible Film denganPlasticizer

    1,5 gram pektin

    Dilarutkan dalam 100 mL larutanplasticizer disertai pengadukan

    Dipanaskan suhu 70C, dijaga konstan

    Ditambahkan larutan CaCl2.2H2O

    Dituangkan dalam teflon

    Dikeringkan suhu 50C, 15 jam

    Film

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    55/71

    43

    Lampiran 5

    Data Pengamatan

    1.Preparasi Bahan Baku

    Perlakuan Pengamatan

    1. Memilih kulit buah naga yang tidak cacat,

    kemudian dicuci

    Kulit buah naga

    berwarna merah bersih

    2. Memotong kulit buah naga Potongan kulit buah

    naga

    3. Mengeringkan kulit buah naga menggunakan

    oven pada suhu 55C sampai berat konstan

    Kulit buah naga kering

    berwarna coklat

    4. Kulit buah naga kering diblender Serbuk kulit buah nagaberwarna coklat

    5. Serbuk kulit buah naga dilakukan

    pengayakan

    Bahan baku serbuk kulit

    buah naga halus

    2.Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode MAE dengan Metode Analisis Standar

    Perlakuan Pengamatan

    1. Serbuk kulit buah naga ditambah 40 mL

    aquades dilakukan pemanasan dan

    pengadukan

    Larutan berbentuk bubur

    kental berwarna coklat

    tua2. Larutan ditambahkan aquades 50 mL,

    dilakukan penyaringan

    10 mL filtrat berwarna

    coklat

    3. Penambahan aquades 25 mL dan 2 tetes

    indikator pp

    Warna coklat muda

    beningpH 13

    4. Dilakukan titrasi dengan NaOH 1N Warna coklat muda

    lebih bening (lebih

    cerah)

    5. Penambahkan 1 mL NaOH 1N dan dibiarkan Terbentuk endapan putih

    selama 1 malam.

    6. Penambahan 5 ml asam asetat 1 N hingga

    warna menjadi jernih

    Warna menjadi lebih

    jernih7. Setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 ml Kalsium

    Khlorida 1 N dan diaduk sampai rata.

    Timbul letupan

    berwarna putih, cairan

    kental hampir seperti

    jelly

    8. Dilakukan penyaringan dan dikeringkan suhu

    102C

    Bubuk pektin berwarna

    coklat kering

    9. Penyimpanan di desikator dan ditimbang Berat pektin 0,49 gram

    10. Pencucian endapan pektin dengan air panas

    untuk menghilangkan Khlorida

    Pektin basah berwarna

    putih kecoklatan

    11. Pengovenan pektin sampai berat konstan Pektin berwarna putih

    kecoklatan, yield 9,6%

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    56/71

    44

    3.Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode MAE dengan Variasi Berat Bahan

    Perlakuan Pengamatan

    1. Serbuk kulit buah naga dengan variasi berat

    bahan 10, 15 & 20 gram setiap 300 mL

    Serbuk kulit buah naga

    berwarna coklat

    larutan/pelarut

    2. Ekstraksi dengan MAE 20 menit Larutan berwarna coklat

    tua

    3. Penyaringan larutan dengan kertas saring Filtrat berwarna coklat

    muda bening dengan

    pH 5 (untuk semua rasio

    bahan, sesuai pH aquades)

    4. Penambahan ethanol konsentrasi 95%

    dengan perbandingan1 : 1,5 didiamkan selama semalam

    Pektinterendapkan

    berbentuk gel denganwarna coklat

    5. Endapan pektin dioven suhu 65C sampai

    berat konstan

    Pektin kering berwarna

    putih kecoklatan

    Yield pektin rasio bahan

    10 gram = 72%

    15 gram = 18,33%

    20 gram = 12,45%

    4.Ekstraksi Pektin Menggunakan Metode MAE dengan Variasi Waktu Ekstraksi

    Perlakuan Pengamatan

    1. Serbuk kulit buah naga dengan variasi waktu

    ekstraksi 5, 10, 15, 20 dan 25 menit

    Serbuk kulit buah naga

    berwarna coklat

    2. Ekstraksi dengan MAE dengan variasi waktu

    ekstraksi 5, 10, 15, 20 dan 25 menit

    Larutan berwarna coklat

    tua

    3. Penyaringan larutan dengan kertas saring Filtrat berwarna coklat

    muda bening dengan

    pH 5, sesuai pH aquades

    4. Penambahan ethanol 95% dengan

    perbandingan

    1 : 1,5 didiamkan selama semalam

    Pektin terendapkan

    berbentuk gel dengan

    warna coklat

    5. Endapan pektin dioven suhu 65C sampai

    berat konstan

    Pektin kering berwarna

    putih kecoklatan, yield

    5 menit = 21%

    10 menit = 21%

    15 menit = 9%

    20 menit = 15%

    25 menit = 63%

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    57/71

    45

    5.PembuatanEdible Film denganPlasticizer

    Perlakuan Pengamatan

    1. 1,5 gram pektin dilarutkan dalam 100 mL

    larutanplasticizer disertai pengadukan

    Larutan pektin berwarna

    coklat muda

    2. Memanaskan larutan suhu 70C Pektin larut sempurna

    3. Menambahkan larutan CaCl2.2H2O Cairan menjadi kental,

    terbentuk letupan putih

    4. Larutan dituangkan dalam teflon,

    dipanaskan suhu 50C selama 15 jam

    Edible film berwarna

    coklat transparan,

    elastis, daya tarik

    rendah, permeabilitas

    uap air rendah

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    58/71

    46

    Lampiran 6

    Analisis Data

    1.Perhitungan kebutuhan NaOH 1N

    N = M.e-

    N = 1M.1

    N = 1N

    M = x

    1M =

    2000 = g.1000

    g = 2 gram (dilarutkan dalam 50 mL aquades)

    2.Perhitungan kebutuhan 5 mL asam asetat (CH3COOH) 1N

    M =

    =

    =

    = 17,5 M

    CH3COOHCH3COO-+ H+

    N = M . e-

    = 17,5 M . 1

    = 17,4 N

    N1 . V1 = N2 . V2

    17,5 N.V1 = 1N. 5 mL

    V1 =

    V1 = 0,286 mL (diencerkean aquades sampai 5 mL)

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    59/71

    47

    3.Perhitungan kebutuhan 2,5 mL kalsium khlorida anhidrat (CaCl2.2H2O)1N

    CaCl2Ca2++ 2Cl-

    N = M.e-

    M =

    M = 0,5 M

    M = x

    0,5M = x

    183,75 = gram x 1000

    Gram = 0,18375 gram (ditambah aquades sampai 2,5 mL)

    4. Perhitungan analisis kadar pektin standar, dengan sampel 10 mL filtrat dari 5 gram

    bahan

    Rendemen :

    :

    : 9,6%

    5. Perhitungan rendemen pektin untuk 10 gram bahan, dengan sampel 10 mL filtratdiendapkan dengan ethanol 95%

    Asumsi :

    -

    Tidak terjadi kehilangan volume = 300 mL

    - Larutan pektin hasil ekstraksi homogen

    Total berat pektin : 0,24 gram x

    : 7,2 gram

    Rendemen : x 100%

    : 72%

    6.

    Perhitungan rendemen pektin untuk 15 gram bahan, diendapkan dengan ethanol 95%

    Rendemen :

    :

    : 18,333%

    7. Perhitungan rendemen pektin untuk 20 gram bahan, diendapkan dengan ethanol 95%

    Rendemen :

    :

    : 12,45%

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    60/71

    48

    8. Perhitungan rendemen pektin untuk 10 gram bahan, dengan sampel 10 mL filtrat

    diendapkan dengan ethanol 95%, dengan variasi waktu 5 menit

    Asumsi :

    -

    Tidak terjadi kehilangan volume = 300 mL

    -

    Larutan pektin hasil ekstraksi homogen

    Total berat pektin : 0,07 gram x

    : 2,1 gram

    Rendemen :

    :

    : 21%

    9. Perhitungan rendemen pektin untuk 10 gram bahan, dengan sampel 10 mL filtrat

    diendapkan dengan ethanol 95%, dengan variasi waktu 10 menit

    Asumsi :

    - Tidak terjadi kehilangan volume = 300 mL

    -

    Larutan pektin hasil ekstraksi homogen

    Total berat pektin : 0,07 gram x

    : 2,1 gram

    Rendemen :

    :

    : 21%

    10. Perhitungan rendemen pektin untuk 10 gram bahan, dengan sampel 10 mL filtrat

    diendapkan dengan ethanol 95%, dengan variasi waktu 15 menit

    Asumsi :

    - Tidak terjadi kehilangan volume = 300 mL

    - Larutan pektin hasil ekstraksi homogen

    Total berat pektin : 0,03 gram x

    : 0,9 gram

    Rendemen :

    :

    : 9%

    11.

    Perhitungan rendemen pektin untuk 10 gram bahan, dengan dampel 10 mL

    Filtrat diendapkan dengan ethanol 95%, dengan variasi waktu 20 menit

    Asumsi :

    -

    Tidak terjadi kehilangan volume = 300 mL

    - Larutan pektin hasil ekstraksi homogen

    Total berat pektin : 0,05 gram x: 1,5 gram

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    61/71

    49

    Rendemen :

    :

    : 15%

    12. Perhitungan rendemen pektin untuk 10 gram bahan, dengan dampel 10 mL

    Filtrat diendapkan dengan ethanol 95%, dengan variasi waktu 25 menit

    Asumsi :

    - Tidak terjadi kehilangan volume = 300 mL

    -

    Larutan pektin hasil ekstraksi homogen

    Total berat pektin : 0,21 gram x

    : 6,3 gram

    Rendemen :

    :

    : 63%

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    62/71

    50

    Lampiran 7

    Dokumentasi Pemungutan Pektin dengan Metode MAE

    1.Ekstraksi Pektin dengan Metode Analisis Standar

    Kulit Buah Naga

    Serbuk kulit buah naga

    Pemanasan disertai Pengadukan

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    63/71

    51

    Larutan hasil titrasi

    Residu pektin

    Pektin kering hasil ekstraksi

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    64/71

    52

    2.Ekstraksi Pektin dengan Metode MAE

    Larutan serbuk kulit buah naga

    Ekstraksi dengan metode MAE

    Filtrat hasil ekstraksi

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    65/71

    53

    Pengendapan pektin

    Gel pektin hasil penyaringan

    Serbuk pektin hasil ekstraksi

  • 7/26/2019 TA ADIENTYA YANIZ ULINUHA.pdf

    66/7