ta-m ghurron muhajjalin.pdf

81
UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI IKLAN TELEVISI SOSIALISASI PEMILU 2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PADA PEMILIH PEMULA TUGAS KARYA AKHIR M. GHURRON MUHAJJALIN 1006711031 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI DEPOK MEI 2014 i Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Upload: trantuong

Post on 13-Jan-2017

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI IKLAN TELEVISI SOSIALISASI PEMILU 2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PADA

PEMILIH PEMULA

TUGAS KARYA AKHIR

M. GHURRON MUHAJJALIN 1006711031

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

DEPOK MEI 2014

i

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 2: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI IKLAN TELEVISI SOSIALISASI PEMILU 2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PADA

PEMILIH PEMULA

TUGAS KARYA AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

M. GHURRON MUHAJJALIN 1006711031

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KEKHUSUSAN KOMUNIKASI MEDIA

DEPOK MEI 2014

ii

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 3: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 4: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 5: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 6: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 7: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 8: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 9: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 10: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 11: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 12: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 13: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

ABSTRAK

Nama : M. Ghurron Muhajjalin Program Studi : Sarjana Ilmu Komunikasi Judul : Evaluasi Iklan Televisi Sosialisasi Pemilu 2014 Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia pada Pemilih Pemula

Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi formatif terhadap iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 dari Komisi Pemilihan Umum RI pada pemilih pemula. Penelitian ini menggunakan model pencapaian tujuan dimana evaluasi dilakukan melalui pengukuran tingkat kesuksesan atau kegagalan dalam mencapai objektif dari program. Melalui kuisioner yang diberikan pada 30 pemilih pemula serta wawancara dengan pihak sosialisasi KPU RI, penelitian ini menunjukkan bahwa iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 dikategorikan sangat efektif dalam hal peningkatan partisipasi pemilih. Kemudian juga dikategorikan cukup efektif dalam hal penyebarluasan informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu; serta peningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang kepemiluan. Namun, untuk mengatasi beberapa kendala seperti minimnya pemilih muda yang menjadikan KPU sebagai sumber utama informasi, penelitian ini kemudian merekomendasikan KPU RI untuk (1) membangun kerjasama yang sinergis dan berkelanjutan utamanya dalam hal sosialisasi pemilu dengan media massa dan LSM terkait, serta (2) melakukan pemilihan media sosialisasi dengan seksama dan menyesuaikan konten pesan dengan platform media yang dipilih.

Kata Kunci: Evaluasi Program, Goal-Attainment, Sosialisasi Pemilu, Platform Sosialisasi, Konten Sosialisasi.

viii

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 14: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

ix

ABSTRACT

Name : M. Ghurron Muhajjalin Program : Bachelor of Communication Title : Evaluation of General Election 2014 Television Advertising Outreach Program of Indonesian General Election Commission on First-Time Voters This study is a formative evaluation of the television ads outreach programs of the 2014 election Indonesian General Election Commission. This study uses a model of goal-attainment models where the evaluation is done by measuring the level of success or failure in achieving the objectives of the program. Through a questionnaire given to 30 first-time voters as well as interviews with the KPU RI socialization, this study shows that the program has been very effective in terms of increasing voter participation. Then also been effective in terms of information dissemination, stage, and program schedule of the elections; and increasing knowledge, understanding and the ability of the electoral community. However, to overcome some obstacles such as the low number of young voters who make the Commission as the main source of information, this study then recommends KPU RI to (1) build synergistic and sustainable especially in terms of socialization election by the mass media and NGOs, as well as (2) conduct media selection and socialization carefully tailor the message content with selected media platforms.

Keywords: Program Evaluation, Goal-Attainment, Election Outreach Program, Outreach Platform, Content of Outreach Program

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 15: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

1

 

  

BAB 1

ANALISIS SITUASI

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia, tahun 2014 dapat dikatakan sebagai tahun politik karena pada tahun

ini dilaksanakan pemilihan umum lima tahunan dimana seluruh warga negara

Indonesia akan menentukan sendiri anggota legislatif dan Presiden Republik

Indonesia yang akan menjabat selama lima tahun periode kepemimpinan. Dari

seluruh pemilu yang telah diselenggarakan, Indonesia kini termasuk ke dalam

peringkat 53 (dari 167 negara) dalam Indeks Demokrasi berdasarkan riset dari The

Economist Intellegence Unit (The Economist Intellegence Unit, 2013).

Pengukuran indeks demokrasi ini didasarkan pada lima kategori yaitu proses

pemilu dan pluralisme di dalamnya, hak-hak sipil, fungsi dan kinerja

pemerintahan, partisipasi politik, serta budaya politik. Indonesia mendapatkan

nilai 6,76 pada indikator proses pemilu dan pluralisme di dalamnya serta 6,11

pada indikator partipasi politik (dalam skala 1 sampai 10).

Di Indonesia sendiri, lembaga yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan

pemilihan umum (pemilu) yang sesuai dengan Undang-Undang dan dasar Negara

adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia (DPR RI, 1999).

Begitu juga dengan Pemilu 2014 yang diikuti oleh 12 partai nasional dan 3 partai

lokal Aceh. Adanya KPU RI diharapkan mampu meningkatkan kualitas penerapan

demokrasi di Indonesia dengan menyelenggarakan pemilu yang sesuai dengan

semboyannya yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

1.1.1. Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap Pemilu dari Tahun ke Tahun

Pemilu yang kini diadakan setiap lima tahun sekali, tentunya terus mengalami

perkembangan dalam setiap penyelenggaraanya. Selain itu, setiap pemilu juga

memiliki konteks sosial budaya yang berbeda yang tidak bisa disamakan dengan

pemilu sebelumnya. Misalnya saja Pemilu 2014 kini hanya diikuti oleh 12 partai

1

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 16: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

2

 

 

politik nasional dan 3 partai daerah karena proses verifikasi yang cukup ketat,

berbeda dengan Pemilu 2009 yang diikuti oleh 38 partai. Hal ini tentunya juga

merubah peta persaingan politik yang ada.

Perubahan lain terkait situasi sosial pemilu adalah tentang penerimaan informasi

terkait pemilu oleh masyarakat. Mayoritas partai politik semakin terfokus pada

kampanye melalui media massa baik televisi dan media cetak karena memiliki

jangkauan yang luas dan masih dirasa efektif dibandingkan kampanye melalui

mobilisasi massa dan orasi langsung. Hal ini salah satunya terlihat dalam

penelitian Mujani dan Liddle (2010) yang menunjukkan bahwa 88,8% pemilih

telah melihat pemberitaan politik dan pemerintahan di televisi, sedangkan 34,9 %

pemilih juga telah membaca berita mengenai pemilu di surat kabar.

Selain itu, pada Pemilu 2014 mulai berkembang tren media sosial seperti

Facebook dan Twitter sebagai salah satu platform kampanye. Melihat penetrasi

internet Indonesia yang telah mencapai sekitar 71,19 juta orang atau sekitar 28%

(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2014), beberapa partai semisal

Gerindra telah menjadikan media sosial sebagai salah satu fokus dalam

berkampanye dan secara rutin melakukan kampanye melalui platform tersebut.

Peran media sosial dalam Pemilu 2014 semakin besar melihat jumlah pemilih

pemula yang kerap berinteraksi dengan dunia maya berkisar antara 22 juta orang

atau 12% dari jumlah total pemilih (Litbang Kompas, 2014). KPU mendefinisikan

pemilih pemula sebagai pemilih yang baru pertama kali akan melakukan

penggunaan hak pilihnya karena pada pemilu periode sebelumnya belum

memenuhi syarat untuk menjadi pemilih (Biro Teknis dan Hupmas KPU, 2010).

Adapun syarat yang harus dipenuhi agar warga negara Indonesia mempunyai hak

memilih berdasarkan UU No. 10 Tahun 2008 pasal 19 ayat 1 adalah genap

berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin.

KPU sebagai lembaga resmi negara yang bertanggung jawab untuk memberikan

informasi mengenai pemilu kepada calon pemilih juga menggunakan beberapa

media tertentu untuk menyebarluaskan informasi. Pada Pemilu 2014, KPU dapat

dikatakan telah memanfaatkan seluruh platform penyebaran informasi yang telah

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 17: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

3

 

Universitas Indonesia

   

 

ada. Selain memanfaatkan media konvensional yaitu televisi dan publikasi cetak

seperti baliho, billboard, dan poster; KPU juga memanfaatkan internet dan media

sosial seperti Facebook, email, Twitter, Blackberry Messenger, digital library,

dan situs resmi KPU. Selain itu KPU juga memanfaatkan telepon dan layanan

SMS broadcast untuk menjangkau calon pemilih.

Namun walaupun media penyebaran informasi terkait pemilu semakin beragam,

tren partisipasi masyarakat dalam pemilu tengah mengalami penurunan seperti

ditunjukkan pada grafik di bawah ini.

     

Gambar 1.1. Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu (Sumber: KPU 2013)

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan tingkat partisipasi

masyarakat dalam pemilu hingga 20% dalam kurun waktu 10 tahun (1999-2009).

Jika penurunan ini terjadi secara linier diperkirakan partisipasi masyarakat hanya

mencapai sekitar 60% pada 2014 dan kurang dari 50% pada 2019.

Tren penurunan partisipasi masyarakat dalam pemilu di Indonesia merupakan

suatu bentuk apatisme masyarakat terhadap pemerintah dan perpolitikan

Indonesia. Soebagio (2008) mengemukakan bahwa penurunan partisipasi

masyarakat dalam pemilu/peningkatan golput di Indonesia terjadi karena beberapa

alasan berikut:

• Pemilu dan Pilkada langsung belum mampu menghasilkan perubahan

berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

• Menurunnya kinerja partai politik yang tidak memiliki platform politik

yang realistis dan kader politik yang berkualitas serta komitmen politik

yang berpihak kepada kepentingan publik.

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 18: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

4

 

Universitas Indonesia

   

 

• Merosotnya integritas moral aktor-aktor politik (elit politik) yang

berperilaku koruptif dan lebih mengejar kekuasaan/kedudukan.

• Tidak terealisasikannya janji-janji yang dikampanyekan oleh elit politik

kepada publik yang mendukungnnya.

• Kejenuhan pemilih karena sering adanya Pemilu yang dipandang sebagai

kegiatan seremonial berdemokrasi yang lebih menguntungkan bagi para

elit politik.

• Kurang netralnya penyelenggara Pemilu yang masih berpotensi melakukan

keberpihakan kepada kontestan tertentu.

Hal-hal inilah yang secara terus-menerus dirasakan oleh masyarakat sehingga

berakibat pada tingginya tingkat apatisme masyarakat terhadap pemerintah dan

pemilu.

1.1.2. Peran Sentral KPU

Tren penurunan partisipasi masyarakat dalam pemilu inilah yang kemudian

menjadi salah satu alasan diadakannya program sosialisasi pemilu. Melalui

program ini, KPU berusaha meminimalisir angka golput sehingga pemilihan

umum dapat dilaksanakan secara lebih demokratis. Selain melakukan sosialisasi

melalui berbagai media massa, publikasi cetak, dan mobilisasi massa; KPU juga

menggandeng berbagai tokoh seperti tokoh perempuan, difabel, serta tokoh

keagamaan untuk mengarahkan calon pemilih agar menggunakan hak suaranya

dalam Pemilu 2014.

Program sosialisasi pemilu 2014 sendiri merupakan bagian dari grand design

kehumasan yang dirancang dan dilaksanakan oleh Biro Teknis dan Hubungan

Partisipasi Masyarakat di bawah Sekretaris Jendral KPU. Berdasarkan Peraturan

KPU no. 23, program sosialisasi pemilu ini memiliki 3 tujuan yaitu (1)

Penyebarluasan informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu, (2)

Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang

kepemiluan, (3) Mendorong peningkatan partisipasi pemilih. Dalam grand design

kehumasan ini disebutkan bahwa terdapat 12 kegiatan yang termasuk ke program

sosialisasi, yaitu:

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 19: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

5

 

Universitas Indonesia

   

 

a. Training of Trainers (TOT) penggerak pemilu.

b. Duta pemilu/agen pemilu.

c. Training of Trainers (TOT) tokoh perempuan, difabel, pemilih pemula,

dan tokoh keagamaan.

d. Mengadakan lomba jingle.

e. Mengadakan lomba icon pemilu.

f. Gebyar pencanangan icon pemilu disertai lomba gerak jalan dan hiburan

rakyat.

g. Lomba foto pemilu.

h. Lomba film pendek KPU.

i. Baliho, spanduk, flyer, poster.

j. Iklan pemilu.

k. Balon udara KPU.

l. Billboard TV KPU.

Penelitian ini kemudian difokuskan pada evaluasi iklan televisi yang merupakan

bagian dari program sosialisasi Pemilu 2014. Iklan pemilu melalui televisi dipilih

karena kegiatan ini merupakan kegiatan sosialisasi yang paling banyak

menjangkau masyarakat. Selain itu, peran media massa kini juga semakin sentral

dalam pemilu dan politik secara keseluruhan. Seperti dikemukakan Brian McNair

(2003) bahwa sekarang politik telah berada di era mediasi dimana media massa

tidak hanya menjadi sarana penyampaian pesan dari organisasi politik (termasuk

KPU) kepada masyarakat namun juga mentransformasikan pesan tersebut melalui

berbagai proses interpretasi dan pembuatan berita. Selain itu media televisi dipilih

karena di Indonesia sendiri, televisi merupakan media yang paling dominan

dibandingkan dengan media lain. Hal ini terlihat dari data BPS yang menyebutkan

bahwa pada tahun 2012 persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang

menonton televisi adalah sebesar 91,68% (Badan Pusat Statistik, 2012).

Berdasarkan pengamatan, iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 yang dibuat oleh

KPU ini tidak hanya terbatas pada 1 tema saja. Terdapat banyak varian iklan

dengan tema dan pesan yang berbeda-beda. Misalnya, ada iklan yang ditujukan

untuk memberitahukan waktu pelaksanaan pemilu dan ada pula iklan yang

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 20: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

6

 

Universitas Indonesia

   

 

ditujukan untuk memberitahukan mekanisme menjadi pemilih khusus. Dengan

begitu, masyarakat akan semakin mengenal proses dan tahapan pemilu serta

semakin tergerak untuk berpartisipasi dalam pemilu.

Namun, iklan sosialisasi Pemilu 2014 dari KPU ini nampaknya masih memiliki

beberapa kekurangan. Kekurangan utama yang paling terlihat adalah buruknya

pemilihan media dan pemilihan jam tayang. Jarang sekali masyarakat melihat

iklan sosialisasi Pemilu 2014 di media/channel yang menjadi leader atau memiliki

penonton dalam jumlah besar seperti RCTI, SCTV, dan Trans TV. KPU lebih

memilih memanfaatkan jasa channel lain dengan jumlah penonton yang relatif

lebih sedikit jika dibandingkan dengan channel yang menjadi market leader

dalam industri seperti TVRI, dan NET. Selain itu, jam penayangan iklan yang

dipilih juga masih dirasa kurang efektif. Banyak iklan yang ditayangkan terlalu

pagi (sekitar pukul 05.00) dan banyak pula yang ditayangkan terlalu malam

(diatas jam 22.00). Iklan sosialisasi Pemilu ini juga sangat jarang ditayangkan

pada waktu prime time yang merupakan waktu dengan jumlah penonton paling

banyak (dalam 1 hari).

Kelemahan-kelemahan yang telah disebutkan di atas salah satunya disebabkan

oleh dana sosialisasi pemilu yang terbatas serta semakin tingginya harga spot

iklan di televisi. Hal ini kemudian juga disebabkan oleh banyaknya stasiun televisi

yang kurang kooperatif dengan KPU dan pemerintah secara umum. Misalnya saja,

masih banyak stasiun televisi yang belum melaksanakan PP No. 11. Th. 2005

pasal 25 yang menyebutkan bahwa RRI, TVRI, dan Lembaga Penyiaran Publik

Lokal wajib menyediakan waktu untuk siaran iklan layanan masyarakat yang

dilakukan dalam waktu yang tersebar mulai dari pukul 05.00 sampai dengan pukul

22.00 waktu setempat dengan harga khusus, atau jika dalam keadaan darurat

ditetapkan oleh Pemerintah sesuai dengan keperluan. Kemudian disebutkan juga

di pasal 25 ayat 6 bahwa waktu siaran iklan layanan masyarakat paling sedikit

30% (tiga puluh perseratus) dari siaran iklannya setiap hari. Jika seluruh stasiun

televisi dapat melaksanakan aturan ini, tentunya iklan sosialisasi Pemilu 2014 dari

KPU yang tergolong ke dalam iklan layanan masyarakat dapat ditayangkan secara

lebih efektif dan efisien.

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 21: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

7

 

Universitas Indonesia

   

 

1.2. Pernyataan Masalah

Telah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam Pemilu 2014, diprediksikan akan

terjadi tingkat penurunan partisipasi masyarakat/calon pemilih. Di sisi lain,

berdasarkan pengamatan yang dilakukan hingga bulan Maret 2014 (satu bulan

sebelum pelaksanaan pemilu legislatif) pelaksanaan sosialisasi pemilu oleh KPU

RI masih dirasa kurang. Hal ini kemudian terbukti dari beberapa pemberitaan

media massa yang juga melihat pelaksanaan program sosialisasi KPU yang

kurang efektif. Beberapa di antaranya adalah pemberitaan oleh Kompas.com yang

mengutip pendapat praktisi iklan Butet Kertarajasa mengenai pelaksanaan

sosialisasi pemilu. Dalam pemberitaan tersebut, Butet mencermati jam tayang

iklan sosialisasi pemilu yang kebanyakan dirasa belum sesuai (Aritonang, 2011).

selain itu, situs berita Tempo.co juga memberitakan pendapat pengamat politik

yang memprediksikan angka partisipasi pemilih pada Pemilu 2014 kemungkinan

turun di angka 60% (Fikri, 2014). Padahal di satu sisi, salah satu target program

sosialisasi pemilu 2014 oleh KPU RI adalah tercapainya angka partisipasi pemilih

hingga 75%. 

Selain itu berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada bulan Maret 2014,

konten dari modul sosialisasi yang digunakan oleh KPU RI masih sama persis

dengan konten modul sosialisasi Pemilu 2009. Modul-modul yang dimaksud

terdiri dari 3 seri dengan judul “Pemilu untuk Pemula”, “Siap Menjadi Pemilih”

dan “Memilih dengan Cerdas & Cermat”. Modul inilah yang digunakan oleh agen

pemilu pada program sosialisasi yang bersifat langsung kepada masyarakat

melalui KPU Daerah. Pada intinya, modul ini merupakan bahan pendidikan

pemilu bagi masyarakat. Konten dari modul ini semisal adalah sistem pemilu di

Indonesia, bagaimana cara menjadi pemilih yang sah, pemilih yang memberikan

suara di TPS lain, serta anjuran agar memilih calon legislatif/presiden yang

memiliki rekam jejak yang baik.

Sayangnya, dalam modul tersebut juga masih ditemukan beberapa informasi yang

masih mengacu pada Pemilu 2009 salah satunya seperti terlihat pada modul

dengan judul “Memilih dengan Cerdas & Cermat” dimana terdapat informasi

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 22: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

8

 

Universitas Indonesia

   

 

bahwa pemilu Presiden putaran II akan dilaksanakan pada 8 September 2009

(Biro Teknis dan Hupmas KPU, 2010). Hal ini menunjukkan belum adanya

keseriusan dari pihak KPU sendiri untuk berbenah dan melaksanakan program

sosialisasi yang lebih baik untuk mencapai target yang telah direncanakan.

Beberapa kegiatan yang termasuk ke dalam rangkaian program sosialisasi Pemilu

2014 seperti lomba jingle Pemilu, lomba maskot Pemilu, dan lomba film pendek

KPU juga tidak ditunjang oleh publikasi yang baik sehingga partisipasi masyarkat

hanya terbatas pada lingkup pulau Jawa yang juga didominasi oleh warga Jakarta.

Fakta bahwa program sosialisasi pemilu 2014 oleh KPU belum maksimal

kemudian juga diperkuat oleh hasil survey dari Youth Studies Centre (YouSure)

Fisipol UGM yang menunjukkan bahwa sumber informasi pemilih pemula di

Provinsi Yogyakarta mengenai pemilu masih didominasi oleh media massa yaitu

sebesar 37%, kemudian diikuti oleh sekolah sebesar 12%, berbeda dengan KPU

serta aparat desa yang hanya sebesar 9%. Informasi dari KPU dan aparat desa

yang dimaksud merupakan program sosialisasi langsung melalui tatap muka yang

dilakukan oleh agen pemilu/penggerak pemilu dengan memanfaatkan modul

pemilu yang telah dibuat KPU. Program sosialisasi secara langsung ini cukup

penting mengingat banyaknya masyarakat di daerah yang belum banyak terpapar

oleh media massa dan belum mengenyam pendidikan secara layak.

Masyarakat yang mayoritas mendapatkan informasi terkait pemilu melalui media

massa kemudian juga menimbulkan masalah lain yang timbul akibat banyaknya

politisi yang sekaligus menjabat sebagai pemilik media sehingga pemberitaan

serta informasi mengenai pemilu memiliki kecenderungan untuk memihak

kelompok/partai tertentu.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pelaksanaan program sosialisasi

Pemilu 2014 masih belum maksimal dan oleh karenanya dirasa belum

memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai penyelenggaraan Pemilu

2014 dan belum mampu meningkatkan partisipasi masyarakat untuk

menggunakan hak suaranya dalam Pemilu 2014. Di sisi lain, KPU juga mendapat

hambatan eksternal yang meningkatkan apatisme masyarakat terhadap politik dan

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 23: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

9

 

Universitas Indonesia

   

 

pemerintahan sehingga meningkatkan kemungkinan masyarakat untuk golput atau

tidak berpartisipasi dalam Pemilu 2014.

Sejauh ini, program evaluasi yang dilaksanakan KPU masih mencakup

pengukuran persepsi masyarakat terhadap program dan kinerja kehumasan dan

KPU secara berkala dan belum terfokus pada evaluasi terhadap program

sosialisasi Pemilu secara khusus. KPU juga belum merencanakan pengevaluasian

oleh evaluator eksternal, padahal di satu sisi hasil evaluasi dari evaluator eksternal

dapat memperkaya dan melengkapi hasil evaluasi internal mereka.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini kemudian berusaha mengetahui

efektivitas pesan dan penggunaan media selama pelaksanaan program sosialisasi

Pemilu 2014. Penelitian ini kemudian difokuskan pada efektifitas pemilihan

media yang digunakan dalam program sosialisasi KPU serta kesesuaian pesan

yang dibuat dengan karakteristik media yang digunakan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran menyeluruh

terkait pelaksanaan program sosialisasi Pemilu 2014 Komisi Pemilihan Umum

(KPU) RI. Selain itu, penelitian ini juga memiliki beberapa tujuan khusus yang

dipaparkan dalam beberapa poin berikut:

1. Memberikan evaluasi terhadap iklan televisi program sosialisasi Pemilu

2014 dari KPU RI.

2. Memberikan rekomendasi terhadap program sosialisasi Pemilu 2014

khususnya yang terkait dengan iklan televisi, sebagai upaya untuk

memaksimalkan tujuan pelaksanaan program tersebut.

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 24: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

10

 

   

BAB 2

KERANGKA EVALUASI

2.1. Model Evaluasi Program

Francis G. Caro (1971) dalam bukunya mengemukakan bahwa terdapat dua

macam model penelitian dalam penelitian evaluasi yaitu model pencapaian tujuan

(goal-attainment model) dan model sistem (the system model). Model penelitian

yang digunakan dalam penelitian evaluasi ini adalah model pencapaian tujuan

(goal-attainment model). Dalam model ini, evaluasi program dilihat sebagai suatu

proses pengukuran tingkat kesuksesan atau kegagalan dalam mencapai objektif

dari program. Jenis evaluasi dalam penelitian ini adalah evaluasi formatif yang

berarti bahwa penelitian ini dilakukan di tengah pelaksanaan program. Pemilihan

jenis evaluasi ini kemudian juga memperngaruhi model penelitian. Berikut

merupakan grafik yang menjelaskan model penelitian evaluasi program yang

digunakan.

 

Gambar 2.1. Model Evaluasi Program Formatif

 

Dari Gambar di atas, dapat dilihat bahwa model pencapaian tujuan merupakan

model evaluasi yang mendasarkan diri pada objektif dari suatu program. Pada

proses evaluasi ini, keefektifan suatu program diukur dari sukses/tidaknya

program tersebut meraih objektifnya. Model ini berasumsi bahwa jika objektif

dari suatu program dapat didefinisikan, maka pelaksana program dapat memilih

10

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 25: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

11

 

 

metode dan kriteria yang paling tepat untuk mencapai objektif tersebut (Caro,

1971 p. 74).

2.2. Evaluasi Program

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian evaluasi. Terminologi ‘evaluasi’

sendiri oleh Alkin (1973) didefinisikan sebagai suatu proses untuk memastikan

area perhatian, memilih informasi yang tepat, serta mengumpulkan dan

menganalisis informasi dalam rangka menghasilkan data yang berguna bagi

pembuat keputusan untuk menentukan pilihan diantara alternatif yang ada.

Penelitian evaluasi adalah penelitian penerapan yang mencoba menentukan

seberapa baiknya program mencapai tujuannya (Neuman, 2003). Penelitian

evaluasi bertujuan untuk memilih, memperbaiki, dan memantapkan program yang

telah atau sedang dijalankan.

Sriboonruang dalam Sanong (2002) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu bidang

dalam ilmu terapan yang bertujuan untuk memahami tingkat kesuksesan suatu

projek dan sejauh mana objektif yang yang dipenuhi oleh objek tersebut.

Informasi yang diperoleh dari evaluasi pada pertengahan pelaksanaan projek akan

memungkinkan pihak terkait untuk menghasilkan keputusan yang mampu

menguatkan kelebihan dan meningkatkan efektifitas projek tersebut.

Dalam penelitian ini, telah disebutkan secara spesifik bahwa evaluasi yang

dilakukan adalah evaluasi program. Wholey, et.al (2010) kemudian menjelaskan

bahwa yang dimaksud dengan evaluasi program merupakan suatu penerapan

metode yang berusaha mencari tahu mengenai pelaksanaan dan hasil program.

Evaluasi program dapat berupa pemantauan (monitoring) berkala dan dapat pula

berupa studi tunggal yang melihat proses ataupun hasil dari program.

Pada penelitian ini, evaluasi program yang dimaksud adalah evaluasi terhadap

program sosialisasi Pemilu 2014 oleh KPU RI. Sosialisasi sendiri didefinisikan

sebagai proses dimana seseorang mempelajari dan menerima secara utuh suatu

tindakan yang terbentuk dalam masyarakat atau kelompok sosial tertentu

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 26: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

12

 

Universitas Indonesia

   

 

(Kammeyer, Ritzer, dan Yetman, 1990). Program sosialisasi Pemilu 2014

merupakan program skala nasional yang ditujukan untuk memberikan informasi

dan pemahaman, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2014.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, penelitian evaluasi ini terfokus pada iklan

televisi yang merupakan bagian dari program sosialisasi Pemilu 2014.

Penggunaan iklan sebagai sarana sosialisasi ini sejalan dengan apa yang

dikemukakan oleh Kotler, dkk, (2002) bahwa terdapat 7 tipe media utama yang

digunakan dalam suatu program sosialisasi/kampanye sosial. Tujuh tipe media

utama tersebut adalah iklan, hubungan masyarakat, material cetak, item promosi

spesial, penjualan secara personal, media populer.

Iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 ini berdasarkan jenisnya tergolong ke dalam

iklan layanan masyarakat yang didefinisikan oleh Crompton dan Lamb (1986)

sebagai suatu pengumuman atau pemberitahuan yang bersifat non komersial yang

mempromosikan program-program kegiatan, layanan pemerintah, layanan

organisasi non-bisnis dan pemberitahuan-pemberitahuan lainnya tentang layanan

kebutuhan masyarakat di luar ramalan cuaca dan pemberitahuan yang bersifat

komersial (Kasali, 1993).

Lebih jelas lagi, penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian evaluasi pesan

dalam iklan dan program sosialisasi Pemilu 2014 secara keseluruhan. Dengan kata

lain, penelitian ini lebih memfokuskan pada pesan yang disampaikan dalam

program serta pemilihan media yang dilakukan KPU RI.

2.3. Tujuan Evaluasi

Dari pemaparan di atas, kemudian ditarik kesimpulan bahwa evaluasi ini

merupakan evaluasi program formatif yang dilakukan di tengah pelaksanaan

program sosialisasi Pemilu 2014 dengan tujuan mengkaji kemungkinan terpenuhi

atau tidaknya target pencapaian hasil program berdasarkan hasil sementara, untuk

menentukan langkah-langkah korektif yang dimungkinkan agar target pencapaian

hasil program dapat dipenuhi sesuai dengan rencana semula.

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 27: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

13

 

   

BAB 3

GAMBARAN PROGRAM

3.1. Tujuan Program

Berdasarkan Peraturan KPU no. 23, program sosialisasi pemilu ini memiliki 3

tujuan yaitu (1) Penyebarluasan informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu,

(2) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang

kepemiluan, (3) Mendorong peningkatan partisipasi pemilih.

3.1.1. Jenis, Ruang Lingkup, dan Tujuan Evaluasi

Kegiatan evaluasi tidak pernah terlepas dari suatu tujuan tertentu. Wholey (1978)

menjelaskan bahwa penentuan tujuan evaluasi merupakan bagian dari proses

evaluasi yang kemudian menjadi dasar perencanaan evaluasi itu sendiri. Patton

(1997) mengemukakan tiga kegunaan dari temuan evaluasi yaitu: memberikan

penilaian menyeluruh, mengembangkan program, dan memberikan pemahaman

mengenai pola tertentu yang mengarahkan pada keefektifan program.

Mark, Henry, dan Julnes (2001) kemudian juga menjelaskan bahwa tujuan utama

dari suatu evaluasi adalah perbaikan sosial, dimana evaluasi dapat berkontribusi

pada institusi demokratis untuk memilih, mengawasi, meningkatkan, dan

merasionalisasi kebijakan dan program sosial. Variabel utama yang perlu dinilai

dalam evaluasi mengau kepada variabel tujuan program dan kemudian melakukan

perbandingan seberapa jauh capaian program menurut indikator tujuan yang

dimaksud.

Penelitian ini berusaha mengevaluasi iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 oleh

KPU RI. Penelitian evaluasi ini bersifat formatif yang berarti evaluasi ini

dilakukan saat program berlangsung (Scriven, 1991). Evaluasi formatif ini dipilih

karena berdasarkan pengamatan, hingga bulan Maret 2014 (satu bulan sebelum

pelaksanaan pemilu legislatif) pelaksanaan sosialisasi pemilu oleh KPU RI masih

dirasa kurang.

13

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 28: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

14

 

 

Unit analisis yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemilih pemula. Pemilih

pemula dipilih karena jumlahnya yang cukup signifikan dalam Pemilu 2014.

Selain itu, pemilih pemula juga dianggap sebagai pihak yang paling

membutuhkan sosialisasi pemilu dari KPU karena minimnya pengetahuan pemilih

pemula terkait pemilu dimana mereka baru pertama kali berpartisipasi.

3.1.2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini berusaha mengevaluasi iklan sosialisasi Pemilu 2014 terhadap

pemilih pemula. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

disesuaikan dengan jenis data yang ingin diperoleh, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kejelasan pesan dan ketepatan media penyampai pesan

yang digunakan metode survey melalui kuisioner. Responden dari

kuisioner ini adalah pemilih pemula yang dalam penelitian ini adalah

mahasiswa/mahasiswi aktif Universitas Indonesia. Kuisioner ini terdiri

dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka berupa pertanyaan secara

langsung kepada responden sehubungan dengan jawaban yang diberikan

pada lembar kuisioner.

Teknik penarikan sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah non-

probabilita, yaitu accidental sampling dimana sampel dipilih berdasarkan

kebetulan atau siapa saja yang ditemui secara insidental dan memenuhi

kriteria responden.

2. Sedangkan untuk pemilihan media, dalam penelitian ini dilakukan

wawancara mendalam kepada pihak KPU. Pihak KPU yang dimaksud

adalah perwakilan dari Biro Teknis dan Hubungan Partisipasi Masyarakat

yang merupakan biro pelaksana program sosialisasi Pemilu 2014.

 

3.2. Gambaran Umum Program

Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum

dan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 29: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

15

 

Universitas Indonesia

   

 

Umum Komisi Pemilihan Umum, dijelaskan bahwa untuk melaksanakan

Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut (DPR,

1999) :

1. merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum;

2. menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak

sebagai peserta Pemilihan Umum;

3. membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan

mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat

sampai di Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;

4. menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk

setiap daerah pemilihan;

5. menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah

pemilihan untuk DPR, DPRD I dan DPRD II;

6. mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil

Pemilihan Umum;

7. memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.

Sebagai suatu komisi pemerintahan yang profesional, KPU juga memiliki visi

yang menjadi acuan kerja organisasi. Visi dari KPU sendiri adalah terwujudnya

Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki

integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demi terciptanya

demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk mencapai visi tersebut, KPU kemudian juga merumuskan misi organisasi

yang terangkum dalam beberapa poin. Salah satu misi organisasi/tujuan dari KPU

adalah untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif

dalam Pemilihan Umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang

demokratis. Dalam rangka mencapai misi tersebut, KPU RI memiliki beberapa

program terkait dimana salah satunya adalah program sosialisasi pemilu.

Program sosialisasi yang dilakukan oleh KPU RI sendiri dibagi menjadi 2, yaitu

yang dilakukan oleh KPU dan yang dilakukan oleh LSM dengan kerjasama

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 30: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

16

 

Universitas Indonesia

   

 

dengan lembaga donor (yang panduannya harus sesuai dengan KPU). Selain itu,

KPU Daerah (KPUD) juga memeliki wewenang tersendiri untuk merancang

program sosialisasi pemilu di masing-masing daerah. Untuk menghadapi Pemilu

2014, Biro Teknis dan Hubungan Partisipasi Masyarakat KPU RI telah merancang

program sosialisasi pemilu yang terdiri dari beberapa kegiatan dimana salah

satunya adalah mencanangkan iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014. Iklan televisi

inilah yang kemudian akan dianalisa efektifitasnya pada penelitian ini.

Iklan pemilu merupakan suatu kegiatan sosialisasi berupa video pendek tematik

berisi informasi terkait Pemilu 2014 dan ajakan untuk berpartisipasi dalam Pemilu

2014 yang menyasar khalayak dalam jumlah besar dengan menggunakan media

televisi.

Dalam penelitian ini, iklan sosialisasi pemilu yang akan dikaji adalah iklan yang

ditayangkan sepanjang bulan Maret 2014. Dari sini kemudian didapatkan 5 iklan

televisi sosialisasi Pemilu 2014 yaitu iklan KPU versi “Jingle Pemilu Judika”,

iklan KPU versi “DPK”, iklan KPU versi “DPD”, iklan KPU versi “DCT”, dan

iklan KPU versi “Hari Pencoblosan”.

Seperti telah dipaparkan sebelumnya, penelitian ini mefokuskan pada iklan

televisi karena iklan merupakan kegiatan dalam program sosialisasi Pemilu 2014

yang paling banyak menjangkau masyarakat. Selain itu, iklan yang diambil adalah

iklan yang ditayangkan pada bulan Maret 2014 karena rentang waktu ini sudah

mendekati waktu pelaksanaan pemilu legislatif (9 April 2014) sehingga

diasumsikan rentang waktu tersebut adalah waktu dimana penayangan iklan

sosialisasi Pemilu 2014 memiliki intensitas yang tinggi.

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 31: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

17

 

   

BAB 4

ANALISIS DATA

4.1. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen

Pre-test dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur reliabilitas dan validitas

penelitian. Uji reliabilitas dalam penelitian diukur secara keseluruhan atau semua

indikator yang dicantumkan dalam kuisioner diukur bersamaan. Secara

keseluruhan, penelitian ini tergolong reliabel karena memiliki nilai alpha

cronbach di atas 0,50 atau lebih tepatnya adalah 0,562 (terlampir). Selain itu, uji

reliabilitas masing-masing indikator juga menunjukkan bahwa seluruh indikator

yang digunakan sudah reliabel.

Sedangkan untuk uji validitas, penelitian ini menggunakan indikator nilai Kaiser

Mayer Olkin untuk mengetahui valid/tidaknya indikator dalam penelitian.

Berdasarkan hasil pre-test yang dilakukan, penelitian ini tergolong valid karena

menunjukkan nilai KMO di atas 0,50 atau 0,576 (terlampir).

4.2. Data Demografis Responden

Pada bagian ini dijelaskan data-data demografis responden berdasarkan usia dan

jenis kelamin. Data terkait umur dan jenis kelamin responden dimaksudkan untuk

menunjukkan keragaman responden serta persebaran dari tiap-tiap karakteristik

responden.

4.2.1. Usia

Berdasarkan usia, mayoritas usia dari responden yang tergolong pemilih pemula

adalah 20 tahun (60%). Responden dengan usia 19 tahun menempati proporsi

kedua terbanyak dengan jumlah 6 orang atau 20% dari total responden.

Persebaran usia responden secara detil dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Universitas Indonesia

   

17

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 32: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

18

 

 

Tabel 4.1. Persebaran Usia Responden

Usia Frekuensi Presentase 18-19 tahun 9 30%

20-21 tahun 21 66,7%

22 tahun 1 3.3%

Total 30 100%

4.2.2. Jenis Kelamin

 

Gambar 4.1. Jenis Kelamin Responden

Jika dilihat dari segi usia, jumlah responden laki-laki dan perempuan dapat

dikatakan hampir sama. Responden laki-laki menjadi mayoritas dengan presentase

sebesar 53,3% sedangkan responden perempuan memiliki presentase sebesar

46,7%.

4.3. Konsumsi Iklan Televisi Sosialisasi Pemilu 2014 oleh Responden

Sebelum melihat efektifitas program sosialisasi Pemilu 2014, dalam penelitian ini

sebelumnya juga dipaparkan beberapa data mengenai konsumsi dan penerimaan

pesan responden terkait iklan televisi dari KPU. Data ini mencakup intensitas

konsumsi iklan televisi dari KPU, pesan yang diingat dari iklan KPU, serta opini

masyarakat terhadap iklan televisi KPU.

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 33: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

19

 

 

4.3.1. Intensitas Responden dalam Menonton Iklan Televisi (TVC)

Sosialisasi Pemilu 2014

Sebelum melakukan analisa terhadap intensitas responden dalam menonton iklan

televisi sosialisasi Pemilu 2014, terlebih dahulu dilakukan pengklasifikasian dari

variabel tersebut. Dalam membuat klasifikasi ini, digunakan rumus (n-1)/n

dimana koefisien n adalah jumlah pilihan dalam skala likert yang digunakan

(dalam penelitian ini jumlah pilihan yang digunakan adalah 4 pilihan). Klasifikasi

intensitas menonton iklan televisi (TVC) sosialisasi Pemilu 2014 dari KPU adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.2. Klasifikasi Intensitas Menonton Iklan Televisi Sosialisasi Pemilu 2014

1,00 – 1,74 Sangat tinggi

1,75 – 2,49 Tinggi

2,50 – 3,24 Rendah

3,25 – 4,00 Sangat rendah

Dari sini kemudian dilakukan analisis deskriptif dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3. Analisis Deskriptif Intensitas Menonton Iklan Televisi (TVC)

Sosialisasi Pemilu 2014

N Valid 30Missing 0

Mean 2.7667Median 3.0000Std. Deviation .81720

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata intensitas responden dalam

menonton iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 adalah 2,7667 yang berarti bahwa

intensitas responden dalam menonton iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014

tergolong rendah.

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 34: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

20

 

 

4.3.2. Pesan yang Diingat Responden dari Iklan Sosialisasi Pemilu 2014

Gambar 4.2. Pesan Iklan Televisi KPU yang Paling Diingat Responden

Pada Gambar di atas dapat dilihat bahwa pesan pada iklan televisi dari KPU yang

paling diingat responden adalah pesan terkait waktu pelaksanaan Pemilu legislatif

2014. Pesan ini menjadi pesan yang paling diingat dengan presentase yang cukup

tinggi yaitu sebesar 66,6%. Dari sini dapat dilihat bahwa pesan yang diingat

responden masih mencakup informasi mengenai tahapan serta jadwal Pemilu

legislatif 2014. Informasi ini tentunya juga dapat meningkatkan partisipasi

pemilih pemula dalam Pemilu 2014 karena mereka menjadi tahu kapan mereka

harus meluangkan waktunya untuk memberikan hak suara. Namun di sisi lain,

iklan televisi KPU belum mampu menyampaikan pesan yang meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman masyarakat terkait kepemiluan. Hal ini terlihat dari

rendahnya tingkat penerimaan pesan yang terkait pengetahuan kepemiluan oleh

responden seperti informasi mengenai mekanisme menjadi pemilih khusus yang

hanya diingat oleh 16,67% responden serta informasi mengenai daftar lembaga

yang akan dipilih dalam Pemilu 2014 dan informasi mengenai partai-partai

peserta Pemilu 2014 yang hanya diingat oleh 3,3% responden.

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 35: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

21

 

 

4.4. Preferensi Media dan Sumber Informasi Responden

Sebagai bagian dari upaya untuk memberikan rekomendasi yang tepat guna bagi

program, responden juga diberikan pertanyaan mengenai preferensi media dan

sumber informasi mereka terkait Pemilu 2014. Hasil dari pertanyaan tersebut

dijabarkan dalam Gambar di bawah ini.

Gambar 4.3. Media yang Menjadi Sumber Informasi Pemilu 2014 Responden

Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa media yang menjadi sumber informasi

utama terkait Pemilu 2014 bagi responden adalah internet dengan presentase

mencapai 57,9%. Responden kemudian juga diberikan pertanyaan terbuka untuk

melihat alasan mereka memilih media tersebut, dan dari pertanyaan tersebut

ditemukan bahwa mayoritas responden memilih internet sebagai media yang

menjadi sumber informasi utama terkait Pemilu 2014 karena internet merupakan

media yang mudah diakses. Sedangkan untuk sumber informasi utama responden

terkait Pemilu 2014 dijelaskan melalui Gambar berikut:

Gambar 4.12. Pihak yang Menjadi Sumber Informasi Pemilu 2014 Responden

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 36: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

22

 

 

Dari Gambar di atas, terlihat bahwa media massa menjadi sumber informasi

utama responden terkait Pemilu 2014 dengan presentase sebesar 54,5%.

Mayoritas responden yang memilih media massa sebagai sumber informasi utama

Pemilu 2014 memilih media massa karena merasa media massa dapat dipercaya

dan tidak berpihak.

4.5. Opini Responden Terkait Iklan Sosialisasi Pemilu 2014

Opini/pendapat responden terkait iklan sosialisasi Pemilu 2014 dari KPU dilihat

melalui 3 indikator yaitu kejelasan pesan yang disampaikan dalam iklan,

pemilihan talent, serta kesesuaian iklan dengan situasi nyata Pemilu 2014. Hasil

analisa dari 3 indikator yang telah disebutkan di atas ditunjukkan pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4.4. Nilai Rata-Rata Tiap Indikator dari Opini Terkait Iklan Sosialisasi

Pemilu 2014

Indikator Mean

Kejelasan penyampaian pesan oleh talent

dalam iklan. 2.0400

Ketepatan pemilihan talent dalam iklan. 2.6800

Kesesuaian penggambaran situasi pada iklan

dengan situasi nyata Pemilu 2014 2.7600

Dari sini dapat dilihat bahwa rata-rata responden tidak setuju dengan pemilihan

talent dalam iklan serta penggambaran situasi pada iklan dalam kaitannya dengan

situasi nyata Pemilu 2014. Namun, rata-rata responden setuju bahwa pesan dalam

iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 sudah disampaikan dengan jelas. Dari sini,

ketiga indikator tersebut kemudian digabungkan untuk melihat bagaimana opini

responden terkait iklan sosialisasi Pemilu 2014. Data yang dimaksud disajikan

pada tabel di bawah ini:

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 37: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

23

 

 

Tabel 4.5. Analisis Deskriptif Opini Responden Terkait Iklan Sosialisasi Pemilu

2014

N Valid 25Missing 5

Mean 2.4933Median 2.3333Std. Deviation .29059

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa opini responden terkait iklan sosialisasi

Pemilu 2014 cenderung kurang baik. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang

menunjukkan angka 2,493. Hal ini berarti rata-rata responden berpendapat bahwa

iklan televisi dari KPU belum mampu menyampaikan pesan sosialisasi Pemilu

2014 dengan baik.

4.6. Efektifitas Program Sosialisasi Pemilu 2014 

Penelitian ini berusaha melakukan evaluasi terhadap program sosialisasi Pemilu

2014 dengan cara mengukur efektifitas pelaksanaan program. Efektifitas program

sosialisasi Pemilu 2014 ini dapat dilihat dari seberapa jauh pencapaian objektif

dari program itu sendiri. Oleh karena itu, analisa dalam penelitian ini dibagi sesuai

dengan tujuan pelaksanaan program sosialisasi Pemilu 2014. Tujuan tersebut

mencakup (1) Penyebarluasan informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu, (2)

Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang

kepemiluan, (3) Mendorong peningkatan partisipasi pemilih. Tingkat capaian dari

masing-masing tujuan ini dilihat dari jumlah presentase responden yang sudah

memiliki kemampuan kognitif terkait tiap-tiap tujuan yang telah disebutkan

sebelumnya. Misalnya, seorang responden akan dikategorikan memiliki

kemampuan kognitif terkait tujuan pertama jika responden tersebut mengetahui

informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu.

Analisis data ini kemudian diawali dengan klasifikasi tingkat keefektifan program

berdasarkan pencapaian tujuan. Klasifikasi ini didasarkan pada persentase jumlah

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 38: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

24

 

 

responden yang sudah memiliki kemampuan kognitif terkait tiap-tiap tujuan pada

program Sosialisasi Pemilu 2014. Klasifikasi ini dipaparkan pada tabel berikut:

Tabel 4.6. Klasifikasi Tingkat Capaian Tujuan Program Sosialisasi Pemilu 2014

Klasifikasi Capaian Program Tingkat Efektifitas

0%-25% Sangat tidak efektif

26%-50% Tidak efektif

51%-75% Efektif

75%-100% Sangat efektif

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa suatu capaian dikategorikan sangat tidak

efektif jika responden yang memiliki kemampuan kognitif terkait tujuan program

hanya mencapai 25% atau kurang. Begitu pula seterusnya.

4.6.1. Informasi, Tahapan, Jadwal, dan Program Pemilu

Gambar 4.5. Pengetahuan Responden Terkait Informasi, Tahapan, Jadwal, dan

Program Pemilu

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa presentase responden yang mengetahui

informasi, tahapan, jadwal, dan program pemilu mencapai 60,66% sedangkan

responden yang tidak mengetahui informasi, tahapan, jadwal, dan program pemilu

mencapai angka 39,34%. Dalam penelitian ini, sumber pengetahuan responden

terkait informasi, tahapan, jadwal, dan program pemilu juga dianalisa dengan

hasil yang dijabarkan pada Gambar di bawah ini:

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 39: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

25

 

 

Gambar 4.6. Sumber Pengetahuan Responden Terkait Informasi, Tahapan,

Jadwal, dan Program Pemilu

Dari Gambar di atas, dapat dilihat bahwa KPU dan partai politik bukan

merupakan sumber informasi utama responden untuk mengetahui informasi,

tahapan, jadwal, dan program pemilu. Hanya 20% responden yang mendapatkan

pengetahuan terkait informasi, tahapan, jadwal, dan program pemilu dari publikasi

KPU dan hanya 13,3% responden yang mendapatkannya dari program kampanye

partai politik. Sumber informasi yang menjadi pilihan mayoritas responden adalah

media massa dengan presentase sebesar 60%.

20% responden yang mendapatkan pengetahuan terkait informasi, tahapan,

jadwal, dan program pemilu dari publikasi KPU juga menjabarkan secara spesifik

informasi yang mereka terima seperti ditunjukkan dalam grafik di bawah ini:

Gambar 4.7. Informasi yang Didapatkan Responden dari Publikasi KPU

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 40: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

26

 

 

Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa informasi dari publikasi KPU yang

didapatkan oleh mayoritas responden adalah informasi mengenai jadwal

pelaksanaan pemilu legislatif (6 orang). Sedangkan informasi mengenai daftar

partai politik peserta Pemilu 2014 menempati peringkat kedua atau sebesar 4

orang.

Sedangkan penjabaran spesifik mengenai informasi apa saja yang diterima oleh

13,3% responden yang mendapatkan pengetahuan terkait informasi, tahapan,

jadwal, dan program pemilu dari program kampanye partai politik ditunjukkan

pada Gambar di bawah ini:

Gambar 4.8. Informasi yang Didapatkan Responden dari Program Kampanye

Partai Politik

Dapat dilihat pada Gambar di atas bahwa informasi yang paling banyak didapat

responden dari program kampanye partai politik adalah informasi mengenai daftar

partai politik peserta Pemilu 2014. Maksudnya, saat suatu partai politik

melaksanakan program kampanye-nya maka secara tidak langsung masyarakat

akan mengetahui bahwa partai tersebut merupakan partai peserta Pemilu 2014.

Kemudian dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa program kampanye partai

politik yang paling banyak dijadikan sumber informasi responden adalah

publikasi cetak partai (baliho, spanduk, dll) kemudian diikuti oleh iklan televisi

partai.

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 41: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

27

 

 

4.6.2. Pengetahuan Masyarakat Tentang Kepemiluan

Gambar 4.9. Pengetahuan Masyarakat Tentang Kepemiluan

Dari Gambar di atas, dapat dilihat bahwa sebanyak 55,93% responden telah

memiliki pengetahuan terkait kepemiluan. Responden yang tidak memiliki

pengetahuan terkait kepemiluan menunjukkan presentase yang tidak jauh berbeda

yaitu sebesar 48,9%.

Dalam rangka mengetahui pengetahuan terkait kepemiluan pemilih pemula,

responden juga diberikan pertanyaan terbuka sebagai upaya cross-check agar

dapat diketahui bahwa responden benar-benar memiliki pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan terkait kepemiluan. Data dari keseluruhan

pertanyaan terbuka tersebut akan dijabarkan dalam poin-poin di bawah ini:

• Syarat menjadi pemilih tetap dalam Pemilu 2014

Dari 46,7% (14 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih

tetap dalam Pemilu 2014, 14,3% (2 orang) menuliskan informasi yang salah.

Mayoritas responden (50%) mendapatkan informasi mengenai syarat menjadi

pemilih tetap dalam Pemilu 2014 dari media massa.

• Mekanisme warga negara yang belum terdaftar dalam DPT untuk

mengikuti Pemilu 2014

Dari 33,3% (10 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih

tetap dalam Pemilu 2014, 50% (5 orang) menuliskan informasi yang salah.

• Mekanisme partisipasi pemilih yang sedang tidak berada di wilayah TPS

tempat ia terdaftar

Dari 36,7% (11 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih

tetap dalam Pemilu 2014, 63,6% (7 orang) menuliskan informasi yang salah.

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 42: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

28

 

 

• Cara memilih calon legislatif yang sah sesuai aturan KPU

Dari 80% (24 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih

tetap dalam Pemilu 2014, 12,5% (3 orang) menuliskan informasi yang salah.

• Perbedaan antara pencoblosan pada nama calon legislatif dan pencoblosan

pada lambang partai

Dari 46,7% (14 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih

tetap dalam Pemilu 2014, 57,1% (8 orang) menuliskan informasi yang salah.

4.6.3. Pemahaman Masyarakat Tentang Kepemiluan

Sedangkan dari segi Pemahaman, analisis yang dilakukan menunjukkan hasil

sebagai berikut:

Gambar 4.10. Pemahaman Masyarakat Tentang Kepemiluan

Dari segi pemahaman, hasil analisis menunjukkan bahwa hanya terdapat 36,67%

responden yang memiliki pemahaman tentang kepemiluan. Sedangkan, 63,33%

responden belum memiliki pemahaman tentang kepemiluan.

Selain itu berdasarkan hasil cross-check melalui pertanyaan terbuka terkait

pemahaman responden tentang kepemiluan, didapatkan data sebagai berikut:

• Peran dan fungsi masing-masing lembaga yang akan dipilih anggotanya

dalam Pemilu legislatif 2014

Dari 33,3% (10 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih

tetap dalam Pemilu 2014, 60% (6 orang) menuliskan informasi yang salah.

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 43: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

29

 

 

• Nilai dan pengertian dari parliamentary treshold dalam Pemilu legislatif

2014

Dari 36,7% (11 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih

tetap dalam Pemilu 2014, 63,6% (7 orang) menuliskan informasi yang salah.

Mayoritas responden (50%) mendapatkan informasi mengenai syarat menjadi

pemilih tetap dalam Pemilu 2014 dari media massa.

• Nilai dan pengertian dari presidential treshold dalam Pemilu legislatif

2014

Dari 40% (12 orang) responden yang merasa mengetahui syarat menjadi pemilih

tetap dalam Pemilu 2014, 41,6% (5 orang) menuliskan informasi yang salah.

Mayoritas responden (46,1%) mendapatkan informasi mengenai syarat menjadi

pemilih tetap dalam Pemilu 2014 dari media massa.

4.6.4. Partisipasi Pemilih

 

Gambar 4.11. Tingkat Partisipasi Responden Dalam Pemilu 2014

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat partisipasi pemilih pemula pada Pemilu

legislatif 2014 ini mencapai 76,7%. Hasil ini sesuai dengan rencana KPU RI yang

menargetkan tingkat partisipasi masyarakat sebesar 75%, atau 4% lebih tinggi dari

tingkat partisipasi masyarakat pada Pemilu 2009. Dari sini penelitian ini juga

berusaha mencari tahu alasan responden tidak berpartisipasi dalam Pemilu

legislatif 2014 dengan hasil yang dijabarkan dalam Gambar berikut:

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 44: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

30

 

Universitas Indonesia

   

 

 

Gambar 4.12. Alasan responden tidak berpartisipasi dalam Pemilu Legislatif 2014

Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang tidak

menggunakan hak suaranya (4 orang) beralasan bahwa mereka tidak memilih

karena mereka sedang tidak berada di wilayah dimana dia terdaftar sebagai

pemilih. Selain itu, terdapat 3 orang responden yang memiliki alasan lain dimana

umumnya mereka tidak bisa memberikan hak suara karena sibuk/tengah

melakukan kegiatan lain.

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 45: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

31

 

 

BAB 5

INTERPRETASI, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI

5.1. Interpretasi Temuan Penelitian

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penelitian evaluasi ini berusaha

melihat seberapa jauh capaian program berdasarkan tujuan/perencanaan program

itu sendiri. Tabel di bawah ini kemudian berusaha menunjukkan poin-poin apa

saja yang belum tercapai dari masing-masing iklan sosialisasi Pemilu 2014 jika

dibandingkan dengan perencanaan awal. Perencanaan awal dari iklan sosialisasi

Pemilu 2014 yang dimaksud terdiri dari beberapa tujuan yaitu: (1) Intensitas

paparan iklan yang tinggi pada pemilih, (2) Pemilihan talent iklan yang sesuai

dengan target khalayak, (3) Penggambaran situasi pemilu dalam iklan yang sesuai

dengan situasi nyata, serta (4) Pesan yang dapat diterima oleh target khalayak.

Pada tabel di bawah ini akan dipaparkan tujuan apa saja yang belum dipenuhi oleh

tiap-tiap iklan dalam implementasi penayangannya.

Tabel 5.1. Hasil Evaluasi Iklan Televisi Sosialisasi Pemilu 2014

No. Gambar Cuplikan Iklan Keterangan

1.

Judul : Iklan KPU versi “Jingle Pemilu Judika”

Durasi : 1 Menit

Talent : Judika “Idol”

Deskripsi :

Dalam iklan ini, talent (Judika) menyanyikan jingle Pemilu 2014 yang intinya mendorong masyarakat untuk menggunakan hak pilih.

Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan pemilihan talent dalam iklan

Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan penggambaran situasi pada iklan

 

31

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 46: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

32

 

 

2.

Judul : Iklan KPU versi “Daftar Pemilih Khusus (DPK)”

Durasi : 30 detik

Talent : Melani Putria

Deskripsi :

Iklan ini berisi pesan terkait mekanisme menjadi daftar pemilih khusus.

intensitas paparan iklan sosialisasi Pemilu 2014 di kalangan pemilih pemula masih rendah.

Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan pemilihan talent dalam iklan

Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan penggambaran situasi pada iklan

3.

Judul : Iklan KPU versi “Dewan Perwakilan Daerah (DPD)”

Durasi : 1 menit

Talent : Agung Hercules

Deskripsi :

Iklan ini berisi pesan/informasi terkait lembaga-lembaga yang akan dipilih dalam pemilihan umum legislatif 2014 dimana salah satunya adalah DPD.

Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan pemilihan talent dalam iklan

Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan penggambaran situasi pada iklan

4.

Judul : Iklan KPU versi “daftar Calon Tetap (DCT)”

Durasi : 30 detik

intensitas paparan iklan sosialisasi Pemilu 2014 di kalangan pemilih pemula masih rendah.

Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan pemilihan talent dalam iklan

Rata-rata pemilih pemula

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 47: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

33

 

Universitas Indonesia

   

 

Talent : Joni Kribo

Deskripsi :

Iklan ini memberikan pesan bahwa masyarakat dapat melihat rekam jejak calon legislatif yang akan dipilih melalui situs resmi KPU.

tidak setuju dengan penggambaran situasi pada iklan

5.

Judul : Iklan KPU versi “Hari Pencoblosan”

Durasi : 30 detik

Talent : Daus Separo, Deliana Siahaan

Deskripsi :

Iklan ini memberikan pesan terkait waktu pelaksanaan pemilu serta ajakan pada masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya.

intensitas paparan iklan sosialisasi Pemilu 2014 di kalangan pemilih pemula masih rendah.

Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan pemilihan talent dalam iklan

Rata-rata pemilih pemula tidak setuju dengan penggambaran situasi pada iklan

5.1.1. Konsumsi Iklan Televisi Pemilu 2014 oleh Responden

Dalam bagian ini terdapat tiga hal yang dianalisa yaitu intensitas menonton oleh

responden, pesan yang diingat responden dan opini responden terkait iklan

sosialisasi Pemilu 2014. Dari segi intensitas, hasil olah data menunjukkan bahwa

intensitas responden dalam menonton iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014

tergolong rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, rendahnya

intensitas menonton iklan dikarenakan pihak KPU yang memang tidak

menayangkan iklan sosialisasi Pemilu 2014 secara intensif. Kedua, iklan

sosialisasi Pemilu 2014 tidak ditayangkan pada stasiun televisi yang memiliki

jumlah penonton tinggi. Dan ketiga, intensitas konsumsi iklan responden rendah

dikarenakan rendahnya pula intensitas responden dalam menonton televisi. Hal ini

sejalan dengan temuan lain dalam penelitian yang menunjukkan bahwa hanya

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 48: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

34

 

Universitas Indonesia

   

 

21,1% responden yang menjadikan televisi sebagai sumber informasi untuk

Pemilu 2014.

Kemudian, pesan yang paling diingat responden dari iklan sosialisasi Pemilu

2014 adalah waktu pelaksanaan Pemilu legislatif 2014 (66,6% resoponden

mengingat pesan tersebut). Hal ini sejalan dengan rencana dari pihak sosialisasi

KPU yang lebih memfokuskan program sosialisasi untuk meningkatkan

partisipasi dalam Pemilu 2014 dan menyebarkan informasi mengenai tahapan

pemilu (Ramadhan, 2014). Dari sini dapat disimpulkan bahwa program sosialisasi

KPU belum menjadikan tujuan kedua yaitu meningkatkan pengetahuan,

pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang kepemiluan sebagai prioritas

utama. Selain itu, dari segi konten dan penyajian, responden juga memiliki opini

yang kurang baik terhadap iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014. Responden

melihat bahwa iklan sosialisasi Pemilu 2014 belum mampu menyampaikan

informasi terkait Pemilu 2014 dengan baik.

5.1.2. Efektifitas Program Sosialisasi Pemilu 2014

5.1.2.1. Informasi, Tahapan, Jadwal, dan Program Pemilu

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, analisis efektifitas program sosialisasi

Pemilu 2014 didasarkan pada tingkat pencapaian tujuan (goal-attainment) dari

pelaksanaan program. Tujuan pertama program sosialisasi Pemilu 2014

sebagaimana disebutkan dalam Peraturan KPU no. 23 adalah “Penyebarluasan

informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu”. Berdasarkan analisa yang telah

dilakukan, 60,66% responden telah memiliki pengetahuan terkait tujuan pertama

ini. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari tingkat pencapaian

tujuan pertama, program sosialisasi Pemilu 2014 ini sudah efektif.

Namun, hasil analisis data lain menunjukkan bahwa ternyata sumber pengetahuan

mayoritas responden terkait tujuan pertama ini bukan berasal dari KPU. Hanya

20% responden yang menjadikan KPU sebagai sumber pengetahuan utama

mereka terkait informasi, tahapan, jadwal, dan program pemilu, sedangkan 60%

responden menjadikan media massa sebagai sumber pengetahuan mereka. Dengan

mengaitkan hasil analisis tersebut dengan preferensi sumber informasi responden

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 49: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

35

 

Universitas Indonesia

   

 

terkait Pemilu 2014, memang terlihat bahwa mayoritas responden (54,5%) lebih

memilih media massa sebagai sumber informasi Pemilu 2014 dibandingkan KPU,

LSM, dan pihak lain. Alasan utama mengapa mayoritas responden memilih media

massa sebagai sumber informasi adalah karena responden melihat media massa

sebagai pihak yang dapat dipercaya dan tidak berpihak.

5.1.2.2. Pengetahuan, Pemahaman dan Kemampuan Masyarakat

Tentang Kepemiluan

Tujuan kedua program sosialisasi Pemilu 2014 sebagaimana disebutkan dalam

Peraturan KPU no. 23 adalah “Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan

kemampuan masyarakat tentang kepemiluan”. Hasil analisis sebagaimana

dipaparkan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa sebanyak 55,93%

responden telah memiliki pengetahuan tentang kepemiluan. Kemudian dari segi

pemahaman, analisis menunjukkan bahwa hanya 36,67% responden yang

memiliki pemahaman tentang kepemiluan. Hasil ini nampaknya sesuai dengan

hasil in-depth interview dengan pihak KPU yang memang menyatakan bahwa

terdapat skala prioritas pada pencapaian tujuan program sosialisasi KPU dimana

peningkatan partisipasi masyarakat pada pemilu serta penyebarluasan informasi,

tahapan, jadwal dan program pemilu lebih diutamakan dibandingkan dengan

peningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang

kepemiluan.

Kemudian, melalui upaya cross-check pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan

responden tentang kepemiluan melalui pertanyaan terbuka, ditemukan bahwa

masih terdapat responden yang memiliki pengetahuan kepemiluan yang masih

salah. Jika dirata-rata dari seluruh responden yang memberikan jawaban, terdapat

45,3% responden yang memberikan jawaban salah pada pertanyaan mengenai

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan mereka tentang kepemiluan.

5.1.2.3. Partisipasi Pemilih

Dari segi partisipasi pemilih, hasil analisis menunjukkan bahwa 76,7% responden

telah berpartisipasi pada Pemilu legislatif 2014 sehingga dapat dikatakan bahwa

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 50: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

36

 

Universitas Indonesia

   

 

program sosialisasi Pemilu 2014 ini sudah sangat efektif dalam hal peningkatan

partisipasi pemilih. Hal ini merupakan hal yang baik karena pada pemilu kali ini,

KPU memasang target tingkat partisipasi masyarakat sebesar 75%. Pencapaian

target ini berlawanan dengan berbagai prediksi sebelumnya yang memperkirakan

jumlah partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2014 yang lebih rendah dari Pemilu

2009.

Penelitian ini juga berusaha menganalisa alasan responden tidak berpartisipasi

pada Pemilu legislatif 2014. Dari hasil olah data dapat dilihat bahwa mayoritas

responden yang tidak menggunakan hak pilih dikarenakan mereka sedang tidak

berada di wilayah dimana dia terdaftar sebagai calon pemilih. Dari sini kemudian

dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa responden yang belum mengetahui

mekanisme memilih di wilayah lain/wilayah yang berbeda dengan tempat dia

terdaftar sebagai pemilih. Hasil analisis lain juga menunjukkan hal yang sama

dimana hanya 36,7% (11 orang) responden yang mengetahui mekanisme

partisipasi bagi pemilih yang sedang tidak berada di wilayah TPS tempat dia

terdaftar.

5.2. Kesimpulan

Untuk kegiatan sosialisasi Pemilu 2014 yang berupa iklan melalui media televisi,

pemilih pemula cenderung memiliki intensitas yang rendah dalam menonton iklan

tersebut. Jika dikaitkan dengan data psikografis pemilih pemula, rendahnya

intensitas konsumsi iklan televisi dari KPU ini dikarenakan pemilih pemula

memiliki preferensi yang tinggi pada konten di internet dibandingkan televisi.

Selain itu, pemilih pemula yang mengkonsumsi iklan televisi terkait sosialisasi

Pemilu 2014 juga masih menganggap bahwa iklan tersebut belum menyampaikan

informasi Pemilu 2014 secara baik.

Sedangkan untuk efektifitas program sosialisasi Pemilu 2014 yang diukur melalui

tingkat capaian tujuan program (goal-attainment), hasil analisis menunjukkan

bahwa tingkat capaian dari tiap-tiap tujuan berbeda. Tujuan dengan capaian paling

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 51: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

37

 

Universitas Indonesia

   

 

baik adalah tujuan ketiga yaitu peningkatan partisipasi pemilih. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 dikategorikan sangat

efektif dalam meningkatkan partisipasi pemilih. Kemudian, untuk tujuan pertama

yaitu penyebarluasan informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu

menunjukkan tingkat capaian yang dapat dikategorikan cukup efektif. Namun

untuk tujuan pertama ini, perlu ditekankan terdapat sebagian kecil responden yang

menjadikan KPU sebagai sumber pengetahuan terkait informasi, tahapan, jadwal

dan program pemilu. Terakhir, tujuan kedua yaitu peningkatkan pengetahuan,

pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang kepemiluan menjadi tujuan

dengan tingkat capaian yang paling rendah dengan kategori cukup efektif di level

pengetahuan dan tidak efektif di level pemahaman. Lebih jauh lagi, dari seluruh

responden yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan terkait

kepemiluan, ternyata hampir setengah dari respoden masih memberikan informasi

yang salah.

5.3. Rekomendasi

Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang telah dijabarkan sebelumnya,

penelitian ini kemudian menghasilkan beberapa rekomendasi bagi pihak KPU

terkait perencanaan dan pelaksanaan program sosialisasi pemilu. Rekomendasi

yang dimaksud dipaparkan lewat beberapa poin di bawah ini:

• Pada tahap perencanaan, pihak KPU harus menyadari bahwa pihak lain

terutama media massa memiliki peran yang sangat besar dalam proses

diseminasi informasi pada masyarakat. Oleh karena itu, hubungan dan

kerjasama antara KPU dengan pihak lain seperti LSM dan media massa

harus sinergis dan berkelanjutan. Selain memberikan materi/konten

informasi pemilu pada media massa dan LSM, KPU juga perlu melakukan

pengawasan secara berkala terhadap konten dan metode yang disampaikan

oleh media massa dan LSM. KPU juga seharusnya melakukan pengawasan

terhadap informasi yang telah menyebar di masyarakat. Hal ini tentunya

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 52: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

38

 

Universitas Indonesia

   

 

ditujukan untuk menghindari kesalahan informasi yang beredar di

masyarakat.

• Informasi yang disampaikan KPU melalui iklan harus memiliki

diferensiasi dengan informasi dari sumber lain terutama dengan

pemberitaan media massa baik televisi, media cetak, maupun situs berita.

Hal ini dikarenakan, media massa telah menjadi sumber informasi utama

pemilih pemula terkait pemilu. Jadi seharusnya dalam menyampaikan

informasi harus ada sinergisasi strategi dan metode komunikasi antara

KPU dan media massa. Oleh karena itu selain menginformasikan, iklan

KPU seharusnya juga bisa mempersuasi calon pemilih untuk

menggunakan hak pilih dan berpartisipasi pada berbagai rangkaian

kegiatan pemilu. Media massa juga seharusnya dihimbau untuk

meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan masyarakat

tentang kepemiluan misalnya dengan cara mengarahkan konsumen media

tersebut untuk pro-aktif mencari informasi lebih mendalam terkait pemilu

pada sumber resmi KPU.

• Dari segi platform penyampaian informasi, KPU seharusnya melakukan

pemilihan media secara seksama berdasarkan pemahaman terhadap

kebiasaan/psikografis tiap-tiap segmen dalam masyarakat. Seluruh metode

komunikasi yang dipilih harus disesuaikan dengan segmen yang akan

disasar. Untuk segmen pemilih pemula, disarankan agar KPU lebih

memfokuskan program sosialisasi melalui media internet melihat jumlah

pemilih pemula yang memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi

konten dari internet dibanding media lain.

• Pihak KPU juga perlu menyesuaikan pesan yang disampaikan dengan

platform yang digunakan. Untuk iklan melalui media televisi, pesan yang

disampaikan sebaiknya adalah pesan tunggal serta disampaikan dengan

cara yang lebih persuasif. Untuk informasi yang lebih kompleks dapat

disampaikan melalui media lain seperti internet. Dengan begitu, seluruh

pesan dapat disampaikan secara efektif sehingga seluruh tujuan program

dapat tercapai dengan baik.

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 53: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

39

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Caro, F. G. (Ed.). (1977). Readings in Evaluation Research. Russell Sage Foundation.

Chinnanon, Sanong. (2002). UNODC Regional Training Monitoring and Evaluation for Alternative Development Projects. Thailand: International Center (IC), Chiang Mai University Chiang Mai

Chinnanon, Sanong. (2002). UNODC Regional Training Monitoring and Evaluation for Alternative Development Projects. Thailand: International Center (IC), Chiang Mai University Chiang Mai

Kammeyer, K. C., Ritzer, G., & Yetman, N. R. (1990). Sociology: Experiencing Changing Societies. Allyn & Bacon.

Kasali, Rhenald. (1993). Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Grafiti.

Lee, Nancy R., Kotler, Philip. (2011). Social Marketing: Influencing Behaviors for Good. Los Angeles: SAGE Publications.

McNair, B. (2003). An Introduction to Political Communication (3rd ed.). London: Taylor & Francis.

Neuman, L. W. (2003). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. Boston: Pearson Education.

Patton, M. Q. (1997). Utilization-focused evaluation (3rd ed.). Springer Netherlands.

Scriven, M. (1991). Beyond Formative and Sumative Evaluation. Chichago: University of Chichago Press.

Wholey, J. S., Hatry, H. P., & Newcomer, K. E. (2010). Handbook of Practical Program Evaluation (Vol. 19). John Wiley & Sons.

Jurnal

Alkin, M. C. (1973). Evaluation Theory Development. In B. R. Worthen & J. R. Sanders (Eds.), Educational Evaluation: Theory and Practice (pp. 150- 155). Belmont, California: Wadsworth Publishing Company, Inc.

Universitas Indonesia

   Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 54: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

40

 

Universitas Indonesia

   

 

Mujani, S., & Liddle, R. W. (2010). Personalities, Parties, and Voters. Journal of Democracy, 21(2), 35-49.

Soebagio, H. (2010). Implication of the White Group in Perspective of the Democracy Development in Indonesia. MAKARA of Social Sciences and Humanities Series, 12(2).

Wholey, J. S. (1987). Evaluability Assessment: Developing Program Theory. New Directions for Program Evaluation, 1987(33), 77-92.

Sumber Elektronik

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2014, Januari 15). Press Release - Profil Terkini Internet Industri Indonesia. Diakses 6 Juli , 2014, dari situs resmi APJII: http://www.apjii.or.id/v2/read/content/info- terkini/213/press-release-profil-terkini-internet-industri-ind.html

Fikri, Ahmad. (Maret 25, 2014). Tingkat Partisipasi Pemilih Turun 60 Persen. Tempo.co.http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/03/25/269565286/Tingk at-Partisipasi-Pemilih-Turun-60-Persen

Litbang Kompas. (2014, April 4). Antusiasme Pemilih Muda. Diakses Juli 6, 2014, dari Portal Berita Kompas.com: http://nasional.kompas.com/read/2014/04/08/1946582/Antusiasme.Pemilih .Muda

Media Center KPU (2009, Juli 24). Rekapitulasi Nasional Perolehan Suara Pilpres 2009. Mei 8, 2014. http://mediacenter.kpu.go.id/images/media center/pilpres2009/rekapitulasi_nasional.pdf

Robekka, Deytri. (Januari 8, 2014). Praktisi Iklan: Sosialisasi Pemilu Tidak Efektif. Kompas.com. http://nasional.kompas.com/read/2014/01/08/ 2204370/Praktisi.Iklan.Sosial isasi.Pemilu.Tidak.Efektif

The Economist Intellegence Unit (2013, Maret 14). Democracy Index 2012: Democracy at a Standstill. Mei 8, 2014. http://pages.eiu.com/rs/eiu2/images/Democracy-Index-2012.pdf

Youth Studies Centre UGM. (Maret 12, 2014). Sosialisasi Pemilu kepada Pemilih Pemula di DIY Tidak Maksimal. http://ugm.ac.id/id/berita/8786- sosialisasi.pemilu.kepada.pemilih.pemula.di.diy.tidak.maksimal

Wawancara

Ramadhan, S. H. (2014, Mei 23). (M. G. Muhajjalin, Interviewer)

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 55: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

No. Kuesioner Tanggal

Salam,

Saya mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi yang tengah melaksanakan Tugas Karya Akhir

mengenai Evaluasi Program Sosialisasi Pemilu 2014 Komisi Pemilihan Umum (KPU)

sebagai salah satu syarat kelulusan. Saya membutuhkan bantuan Saudara/i untuk mengisi

kuesioner berikut karena informasi yang Saudara/i berikan amat bermanfaat bagi penelitian

ini.

Kami harapkan Saudara/i dapat menjawab semua pertanyaan dan tidak melewatkan

pertanyaan. Dimohon pula untuk tidak menjawab berdasarkan jawaban ideal, tetapi

berdasarkan pengalaman pribadi anda.

Profil Responden

Nama:

Usia:

Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan

Angkatan: 2010 2011 2012 2013

Status: Mahasiswa

Pekerja/ Pegawai

Lain-lain: .....

Tempat tinggal

(Sekarang):

Apakah tempat tinggal anda sekarang sesuai dengan yang tertera di KTP anda? Ya Tidak

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 56: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

KUISIONER

1. Dalam satu bulan terakhir, seberapa sering anda melihat iklan televisi (TVC) dari

KPU?

a. Sangat sering

b. Sering

c. Jarang

d. Tidak pernah (Jika anda memilih opsi ini, silahkan langsung ke pertanyaan no. 7)

2. Iklan mana saja yang anda lihat? (anda bisa memilih lebih dari satu pilihan)

a. Iklan KPU versi “Jingle Pemilu Judika” b. Iklan KPU versi “DPK”

c. Iklan KPU versi “DPD” d. Iklan KPU versi “DCT”

e. Iklan KPU versi “Hari Pencoblosan”

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 57: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

3. Pesan apa yang anda ingat dari iklan KPU yang telah anda tonton?

naan Pemilu Legislatif 2014

sme untuk menjadi pemilih khusus

a yang akan dipilih pada Pemilu Legislatif 2014

peserta Pemilu 2014

e. ain-lain. Sebutkan: .....

setuju bahwa kata-kata yang disampaikan oleh talent dalam iklan

tonton sudah jelas?

setuju

. Sangat tidak setuju

an Pemilu yang anda tonton

setuju

d. angat tidak setuju

6. Apakah anda setuju bahwa situasi yang digambarkan pada iklan Pemilu yang anda

gat setuju

c. Tidak setuju

Informasi, Tahapan, Jadwal, dan Program Pemilu

b. Tidak

a. Waktu pelaksa

b. Mekani

c. Daftar lembag

d. Daftar Partai Politik

L

4. Apakah anda

Pemilu yang anda

a. Sangat

b. Setuju

c. Tidak setuju

d

5. Apakah anda setuju bahwa pemilihan talent pada ikl

sudah sesuai?

a. Sangat

b. Setuju

c. Tidak setuju

S

tonton sudah sesuai dengan situasi nyata Pemilu 2014?

a. San

b. Setuju

d. Sangat tidak setuju

7. Apakah anda mengetahui sebelumnya terkait tanggal pelaksanaan Pemilu legislatif

2014?

a. Ya

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 58: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

8. Apakah anda mengetahui sebelumnya terkait jam pelaksanaan Pemilu legislatif 2014?

bagi Partai Politik untuk melakukan

s, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan

kam anye kepada umum, dan pemasangan alat peraga sebelum Pemilu legislatif

b. Tidak

10. Apakah anda mengetahui rentang waktu bagi Partai Politik untuk melakukan

ik sebelum Pemilu legislatif 2014?

mengetahui rentang waktu untuk masa tenang sebelum Pemilu legislatif

Tidak

n, jadwal, dan program Pemilu legislatif

aan 12a.)

t ke pertanyaan 12b. dan 12c.)

ri publikasi KPU? (anda bisa memilih lebih

dari satu pilihan)

b. Jadwal kampanye Partai Politik peserta Pemilu 2014

i Politik

h khusus

atif 2014

rta Pemilu 2014

g. ain-lain. Sebutkan: .....

a. Ya b. Tidak

9. Apakah anda mengetahui rentang waktu

kampanye melalui pertemuan terbata

p

2014?

a. Ya

kampanye terbuka, kampanye melalui rapat umum, dan iklan media massa cetak dan

elektron

a. Ya b. Tidak

11. Apakah anda

2014?

a. Ya b.

12. Darimana anda mengetahui terkait tahapa

2014?

a. Publikasi KPU (Lanjut ke pertany

b. Program kampanye Partai Politik (Lanju

c. Lain-lain

12a. Informasi apa saja yang anda dapatkan da

a. Jadwal pelaksanaan Pemilu legislatif 2014

c. Hari tenang kampanye Parta

d. Mekanisme untuk menjadi pemili

e. Daftar lembaga yang akan dipilih pada Pemilu Legisl

f. Daftar Partai Politik pese

L

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 59: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

12b. Jenis program kampanye Partai Politik apa yang anda maksud?

a dapatkan dari program kampanye Partai Politik? (anda bisa

memilih lebih dari satu pilihan)

b. Jadwal kampanye Partai Politik peserta Pemilu 2014

e untuk m

e. Daftar lembaga yang akan dipilih pada Pemilu Legislatif 2014

engetahuan, Pemahaman dan Kemampuan Masyarakat Tentang Kepemiluan

13. Apakah anda terdaftar sebagai DPT dalam Pemilu 2014?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

14. Apakah anda mengetahui syarat untuk menjadi pemilih tetap dalam Pemilu 2014?

a. Ya (lanjut ke pertanyaan no. 14a. dan no. 14b.)

a. Iklan televisi Partai Politik

b.

c.

Kampanye terbuka Partai Politik

Publikasi cetak Partai (baliho, spanduk, banner, dll)

d. Lain-lain. Sebutkan: .....

12c. Informasi apa saja yang and

a. Jadwal pelaksanaan Pemilu legislatif 2014

c. Hari tenang kampanye Partai Politik

d. Mekanism enjadi pemilih khusus

f. Daftar Partai Politik peserta Pemilu 2014

g. Lain-lain. Sebutkan: .....

P

b. Tidak (lanjut ke pertanyaan no. 15)

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 60: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

h ini

tap dalam Pemilu

b. SM (misal: AyoVote, Matamassa, dll)

15a. Tuliskan alur mekanisme bagi warga negara yang telah memenuhi syarat namun belum

terdaftar dalam DPT untuk mengikuti Pemilu 2014 sebagaimana telah anda ketahui pada

kolom di bawah ini

14a. Apa saja syarat untuk menjadi pemilih tetap dalam Pemilu 2014? Tuliskan dalam kolom

di bawa

14b. Dari mana anda mendapatkan informasi mengenai syarat pemilih te

2014?

a. KPU

L

c. Media massa

d. Lain-lain

15. Apakah anda mengetahui mekanisme bagi warga negara yang telah memenuhi syarat

namun belum terdaftar dalam DPT untuk mengikuti Pemilu 2014?

a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 15a.)

b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 16)

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 61: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

16. Apakah anda mengetahui cara partisipasi bagi pemilih yang sedang tidak berada di

wilayah TPS tempat ia terdafatar pada hari pelaksanaan Pemilu legislatif 2014?

a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 16a.)

b. idak (Lanjut ke pertanyaan no. 17)

16a. Tulisk n cara/ mekanisme partisipasi bagi pemilih yang sedang tidak berada di wilayah

TPS tempat ia terdafatar pada hari pelaksanaan Pemilu legislatif 2014 sebagaimana telah

18. Apakah anda mengetahui perbedaan antara pencoblosan pada nama calon legislatif

T

a

anda ketahui pada kolom di bawah ini

17. Apakah anda mengetahui cara memilih calon legislatif yang sah sesuai aturan KPU?

a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 17a.)

b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 18)

17a. Tuliskan cara memilih calon legislatif yang sah sesuai aturan KPU sebagaimana telah

anda ketahui pada kolom di bawah ini

dan pencoblosan pada lambang partai?

a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 18a.)

b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 19)

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 62: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

8a. Jelaskan perbedaan antara pencoblosan pada nama calon legislatif dan pencoblosan pada

lambang partai sebagaimana telah anda ketahui pada kolom di bawah ini

getahui nama seluruh partai peserta Pemilu legislatif 2014?

t ke pertanyaan no. 19a.)

b. idak (Lanjut ke pertanyaan no. 20)

ll)

c. edia massa

20. Apakah sebelumnya anda mengetahui lembaga apa saja yang akan dipilih anggotanya

ilu legislatif 2014?

20a. Darim na anda mendapatkan informasi mengenai daftar lembaga apa saja yang akan

dipilih anggotanya dalam Pemilu legislatif 2014?

a. KPU

1

19. Apakah anda men

a. Ya (Lanju

T

19a. Darimana anda mendapatkan informasi mengenai partai peserta Pemilu legislatif 2014?

a. KPU

b. LSM (misal: AyoVote, Matamassa, d

M

d. Lain-lain

dalam Pem

a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 20a.)

b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 21)

a

b. LSM (misal: AyoVote, Matamassa, dll)

c. Media massa

d. Lain-lain

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 63: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

engetahui peran dan fungsi masing-masing lembaga yang akan dipilih

Pemilu legislatif 2014?

21a. Darimana anda mendapatkan informasi mengenai peran dan fungsi masing-masing

akan dipilih anggotanya dalam Pemilu legislatif 2014? Tuliskan pada kolom di bawah ini

e a para calon legislatif yang terdaftar pada Pemilu 2014?

a. b. Tidak

23. Apakah anda mengetahui nilai ambang batas parliamentary treshold dan memahami

maksud dari angka tersebut?

a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 23a. dan 23b.)

21. Apakah anda m

anggotanya dalam

a. Ya (Lanjut ke pertanyaan no. 21a. dan 21b.)

b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 22)

lembaga yang akan dipilih anggotanya dalam Pemilu legislatif 2014?

a. KPU

b. LSM (misal: AyoVote, Matamassa, dll)

c. Media massa

d. Lain-lain

ran dan fungsi masing-masing lembaga yang 21b. Berdasarkan sepengetahuan anda, apa pe

22. Apakah anda mengetahui bahwa KPU menyediakan fasilitas untuk melihat rekam

j j k

Ya

b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 24)

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 64: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

endapatkan informasi mengenai nilai dan pengertian dari

parliamentary treshold dalam Pemilu legislatif 2014?

dan apa ma sud dari angka tersebut? Tuliskan pada kolom di bawah ini

njut ke pertanyaan no. 24a. dan 24b.)

24a. Darim na anda mendapatkan informasi mengenai nilai dan pengertian dari presidential

treshold dalam Pemilu legislatif 2014?

a. PU

b. SM (misal: AyoVote, Matamassa, dll)

c. Media massa

d. Lain-lain

23a. Darimana anda m

a. KPU

b. LSM (misal: AyoVote, Matamassa, dll)

c. Media massa

d. Lain-lain

23b. Berdasarkan sepengetahuan anda, berapa nilai presentase dari parliamentary treshold

k

24. Apakah anda mengetahui nilai ambang batas presidential treshold dan memahami

maksud dari angka tersebut?

a. Ya (La

b. Tidak (Lanjut ke pertanyaan no. 25)

a

K

L

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 65: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

24b. Berdasarkan sepengetahuan anda, berapa nilai presentase dari presidential treshold dan

apa maksud dari angka tersebut? Tuliskan pada kolom di bawah ini

26. Apa alasan anda memilih media tersebut? (berdasarkan jawaban nomor 25) Tuliskan

27. Pihak mana yang menjadi sumber utama anda dalam mendapatkan informasi terkait

Pemilu 2014?

e. PU

25. Media apa yang menjadi sumber utama informasi terkait Pemilu 2014 yang anda

terima?

a. TV

b. Internet

c. Koran/ Majalah

d. Lain-lain

jawaban anda pada kolom di bawah ini

K

f. LSM (misal: AyoVote, Matamassa, dll)

g. Media massa

h. Lain-lain

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 66: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

28.

ipasi Pemilih

29.

30.

( ) Saya sedang tidak berada di wilayah tempat saya terdaftar sebagai pemilih.

( ) Saya

( ) Saya beranggapan bahwa suara saya tidak akan memberikan perubahan signifikan.

( ) Saya tidak mengerti tentang adanya pemilu legislatif.

( ) Lain-lain (sebutkan): ..........

TERIMAKASIH BANYAK ATAS PARTISIPASI ANDA

Apa alasan anda mempercayai informasi tersebut? (berdasarkan jawaban nomor 27)

ban anda pada kolom di bawah ini Tuliskan jawa

Partis

Apakah anda berpartisipasi dalam pemilu legislatif 2014?

a. Ya

b. Tidak (Jika anda memilih opsi ini, lanjut ke nomor 30)

Jika tidak, apa alasan anda?

tidak mengenal calon-calon legislatif yang saya pilih.

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 67: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Lampiran 2. Hasil Olah Data 1. Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.562 23

 

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Pembuka no. 1 38.1111 17.111 -.319 .679

Pembuka no. 4 38.0000 14.250 .149 .555

Pembuka no. 5 37.3333 14.250 .184 .549

Pembuka no. 6 37.3333 15.750 -.140 .597

Tujuan 1a 39.0000 14.000 .379 .528

Tujuan 1b 38.5556 14.278 .243 .542

Tujuan 1c 39.0000 16.750 -.416 .613

Tujuan 1d 38.8889 13.611 .429 .517

Tujuan 1e 39.1111 15.111 .086 .560

Tujuan 1f 38.1111 13.611 .142 .564

Tujuan 2a 38.7778 11.444 .540 .465

Tujuan 2b 38.5556 13.778 .382 .524

Tujuan 2c 38.3333 14.000 .535 .522

Tujuan 2d 38.5556 13.528 .453 .514

Tujuan 2e 39.0000 13.250 .623 .499

Tujuan 2f 38.6667 14.000 .296 .534

Tujuan 2g 38.3333 16.000 -.250 .587

Tujuan 2h 38.6667 14.250 .230 .543

Tujuan 2i 38.5556 13.028 .600 .494

Tujuan 2j 38.4444 14.528 .215 .547

Tujuan 2k 38.2222 15.444 .000 .563

Tujuan 2l 38.3333 14.000 .535 .522

Tujuan 3a 39.0000 15.500 -.072 .578

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 68: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

2. Uji Validitas

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .576

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 6.397

Df 6

Sig. .380

 

3. Analisis Tujuan 1 (Penyebarluasan informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu)

Ya Tidak Tujuan 1A 100 0 Tujuan 1B 50 50 Tujuan 1C 43,3 56,7 Tujuan 1D 53,3 46,7 Tujuan 1E 56,7 43,3 Rata-rata 60,66 39,34  

4. Analisis Tujuan 2 Pengetahuan Tentang Kepemiluan

Ya Tidak Tujuan 2A 90 10 Tujuan 2B 46,7 53,3 Tujuan 2C 33,3 66,7 Tujuan 2D 36,7 63,3 Tujuan 2E 80 20 Tujuan 2F 46,7 53,3 Tujuan 2G 46,7 53,3 Tujuan 2H 60 40 Tujuan 2J 63,3 36,7 Rata-rata 55,93 44,07  

Pemahaman Tentang Kepemiluan

  Ya Tidak Tujuan 2I 33,3 66,7 Tujuan 2K 36,7 63,3 Tujuan 2L 40 60 Rata-rata 36,67 63,33  

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 69: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Lampiran 3. Transkrip Wawancara

Pewawancara : Mohammad Ghurron Muhajjalin

Narasumber : Sahruni Hasna Ramadhan (Kepala Sub Bagian Sosialisasi dan Kampanye

KPU RI)

Pewawancara : Nah jadi yang mau ditanyain itu tentang program sosialisasi dari KPU ini Bu.

Waktu itu kan saya udah minta data tentang kegiatannya, yang saya dapet itu ada 12 termasuk

iklan, training penggerak pemilu, dan macem-macem itu. Jadi kalau dari bagian humas

sendiri program sosialisasinya dimulai dari kapan?

Narasumber : Ya dari pertama kali tahapan dimulai

Pewawancara : Tahapan...

Narasumber : Tahapan pemilu. Ketika April 2013. Eh ngga juga sih jadi kan itu kan

perintah undang-undang kamu liat deh itu berapa hari atau berapa bulan sebelum pemilu. Itu

kalau ga salah oktober 2012 itu harusnya kita udah mulai sosialisasi

Pewawancara : Oh jadi waktunya udah diatur undang-undang ya Bu

Narasumber : Iya, jadi di undang-undang tahapannya emang panjang gitu. Jadi sejak

tahapan dimulai itu sudah dimulai sosialisasi

Pewawancara : Terus kalau proses pemilihan kegiatannya itu gimana Bu? Dari pihak

sosialisasi sendiri penentuannya gimana?

Narasumber : Kalo itu sih kebijakan. Itu kan sebenernya tergambar di peraturan KPU yang

kemarin aku kasi. Jadi kita emang pake metode-metode yang termasuk social campaign.

Yang kayak gitu, jadi ya standar lah.

Pewawancara : Jadi itu prosesnya pihak sosialisasi mengajukan ke komisioner atau gimana?

Kalau masalah budget.

Narasumber : Kalau budget jadi gini, biasanya kita ada arahan sebelumnya bahwa

sosialisasi itu harusnya begini, metodenya begini, segmennya ini, kalau untuk segmen ini

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 70: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

harus metodenya begini. Nah kita yang menerjemahkannya dalam bentuk kegiatan. Setelah

dapet kegiatannya itu kita ajukan anggaran. Nah nanti kan anggaran kita biasanya ngajuin

berapa disetujuinnya berapa. Nah nanti kita sesuaikan lagi tapi sudah berdasarkan masukan

kebijakan.

Pewawancara : Oh jadi ada yang bagian rasionalisasi anggaran gitu ya bu

Narasumber : Ada, pasti.

Pewawancara : Terus kalo dari pemilu 2009 yang dulu ada perbedaan kegiatan ga dengan

yang sekarang?

Narasumber : Banyak, pasti. Pertama kalo kita kan basic nya memang jumlah pemilih. Nah

jumlah pemilihnya berubah kan berarti segmen nya bertambah. Terus dari sisi anggaran juga

beda benget. Ya pokoknya bertambah lah semuanya karena memang semuanya serba

berbeda. Misalnya iklan kan harganya naik,

Pewawancara : Tapi kalo dari yang 2009 itu ada evaluasinya gitu ga Bu? Misalnya kegiatan

ini kurang efektif jadi sebaiknya 2014 jangan dilakukan.

Narasumber : Kalo itu sih ada sebenarnya. Tapi kalo metode sih kurang lebih sama karena

kita kan menggunakan metode-metode yang memang digunakan dalam social campaign.

Memang ada beberapa justru yang waktu 2009 itu tidak dilakukan justru 2014 dilakukan.

Pewawancara : Terus kalo dari program sosialisasi ini yang jadi fokus utamanya apa bu?

Narasumber : Ya sebenarnya sih ada dua hal besar ya yang petama itu tentu saja ajakan

memilih. Karena itu kita lebih menyampaikan pesan-pesan yang general. Jadi supaya orang

ga golput. Terus yang satu lagi itu lebih ke tahapan pemilu. Terutama tahapan krusial dimana

kita benar-benar membutuhkan partisipasi masyarakat. misalnya pemutakhiran data, terus

kemudian bagaimana tata cara memilih, kayak gitu.

Pewawancara : Kalo dari KPU sendiri kan medianya banyak yang digunakan. Maksudnya

ada media cetak, televisi, dan macem-macem. Kalo dari alokasi anggaran dan fokusnya

sendiri itu lebih ke mana bu?

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 71: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

Narasumber : Jadi memang dari peraturan KPU bisa keliatan tuh metodenya. Kalo kita kan

berangkat dari hasil survey bahwa memang masyarakat lebih suka menerima informasi

pemilu dari televisi. Jadi kita memang paling besar itu campaign melalui media massa.

Pewawancara : Berarti sebelumnya memang sudah ada surveynya ya bu

Narasumber : Iya, tapi bukan kita yang survey sih. Kita pake dari polling center dan

lembaga-lebaga survey lain gitu. Itu bisa dilihat di perludem.

Pewawancara : Terus kalo yang saya lihat kan ini di bagian awal ada macem-macem nama

seperti penggerak pemilu, agen pemilu.

Narasumber : Nah kita memang metodenya juga kita bagi. Ada yang campaign-nya lewat

media massa, ada juga yang namanya mobilisasi sosial. Nah yang mobsos itulah yang kita

gunakan gerakan-gerakan itu, ada yang goes to campus, ada gerakan demokrasi. Jadi tidak

cuma melalui media massa gitu.

Pewawancara : Itu kan kalo saya lihat ada banyak macamnya gitu, ada penggerak pemilu,

agen pemilu, relawan demokrasi . itu bedanya apa ya Bu?

Narasumber : Kalo tugas sih sama, kalo di rancangan awal sih kita sebutnya agen/

penggerak sosialisasi.ternyata ketika bener-bener sudah akan di eksekusi ternyata yang

efektif itu kita menyebutnya sebagai relawan. Jadi intinya kita mau punya relawan yang

terjun langsung di tengah-tengah masyarakat. jadi sama aja sebenernya. Cuma penyebutannya

berubah-ubah.

Pewawancara : Berarti itu di tiap-tiap KPU Daerah juga ada ya Bu?

Narasumber : Iya, memang pada intinya kita menitik beratkan di level kabupaten kota. Jadi

yang direkrut itu orang-orang dari masing-masing kabupaten kota

Pewawancara : Jadi sistem kooridnasinya gimana Bu? Maksudnya materi dan lain-lain kan

semua harus seragam di tiap-tiap daerah.

Narasumber : Itu memang ada proses. Jadi ga lansung turun ke lapangan. Jadi sebelum

turun ke lapangan disini kita mempersiapkan dulu yang namanya modul-modul yang akan

digunakan. Nah itu dibagi ke dalam lima segmen. Jadi ada perempuan, pemilih pemula,

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 72: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

marjinal, disabilitas, kemudian tokoh agama. Nah itu kebijakan dari level pusat. Ada

beberapa ahli dikumpulkan untuk menyiapkan modul. Setelah itu baru kita siapkan

diseminasi ke setiap kabupaten/ kota. Tapi eksekusi rekruitmennya memang di tingkat

kabupaten/ kota berdasarkan modul yang kita bikin. Tapi di lapangannya sih dia lebih

fleksibel. Itu cuma jadi acuan gitu.

Pewawancara : Kalau pihak lain yang ikut ngebantu itu koordinasinya gimana bu? Kan ada

LSM atau media massa yang ikut bantu menjelaskan tentang pemilu atau ngasi pendidikan

pemilu.

Narasumber : Jadi kalo kita mungkin hanya koordinasi materi, bahan, dan apa yang perlu

disampaikan. Kalo anggaran mereka memang sendiri. Kalau dari konten pasti komunikasi

sama kami semua.

Pewawancara : Jadi seluruh konten harus sesuai dengan KPU ya bu?

Narasumber : Kalo konten iya, jadi semua yang disampaikan kan harus benar. Tapi kalo

metode dan mekanisme pelaksanaannya di lapangan itu diserahkan ke mereka masing-

masing. Makanya kita kan sebenarnya ada program kerjasama antar lembaga, program

penyusunan dokumen-dokumen dengan mereka.

Pewawancara : Kalo dari pelaksanaannya sendiri, ada kendala yang dialami ga ya?

Narasumber : Kendala sih pasti ada. Kendala yang paling utama sih waktu ya. Waktu

tahapannya itu kan terbatas, jadi tahapan ini harus dimulai dan berakhir di waktu tertentu. Di

saat yang sama ada tahapan lain yang harus dilakukan. Jadi selalu beririsan antar tahapan

lain. Jadi memang saling tumpang tindih gitu. Sementara ada mekanisme penggunaan

anggaran yang ga bisa seenaknya dan bener-bener harus rigid.

Terus ini kan sifatnya hirarki, jadi yang agak berat itu bagaimana mengkomunikasikan apa

yang jadi kebijakan di pusat bisa diterjemahkan di daerah.

Pewawancara : Kalau kegitan seperti berbagai lomba itu juga apakah inisiasinya didasari

oleh riset atau gimana?

Narasumber : Sebenernya kan gini, kalo riset kan kita ga pernah bikin riset khusus.

Makanya kita kan selalu ngambil metode yang secara teori udah ada. Jadi misalnya untuk

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 73: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

mobilisasi sosial itu, kegiatan apa yang efektif, yang mungkin bisa mengumpulkan massa

dalam jumlah banyak.

Pewawancara : Kalau rangkaian lomba-lomba itu sudah selesai ya bu?

Narasumber : Sudah, nah kalau lomba itu salah satu tujuannya itu kita mau melibatkan

masyarakat dalam pemilu ini. Jadi misalnya kita mau punya jingle, punya logo, nah itu salah

satu caranya kan kita buat lomba. Jadi idenya itu dari masyarakat.

Pewawancara : Pasca seluruh kegiatan sosialisasi ini dari KPU sendiri ada kegiatan evaluasi

ga ya?

Narasumber : Pasti nanti ada evaluasi. Kalo kita tiap 3 bulan sekali ada evaluasi, tapi lebih

ke serapan. Cuman bukan cuma soal itung-itungan uang, tapi lebih ke kenapa disini ga

maksimal, kenapa disana maksimal. Itu kan pasti implikasinya ke kegiatan. Terus biasanya

nanti ada evaluasi besar-besaran setelah pilpres.

Pewawancara : Jadi kira-kira bisa di bilang evaluasinya itu untuk mengukur efektifitas

kegiatannya gitu ya bu?

Narasumber : Ya itu kan kalo pemilu itu kayak siklus. Jadi setelah merencanakan dan

melaksanakan nanti pasti ada evaluasi. Nanti dari segala lini dievaluasi. Nah itu nanti akan

jadi masukan untuk penyelenggaran pemilu selanjutnya.

Pewawancara : Kalo yang tiga bulan sekali itu..

Narasumber : Itu sebenernya lebih ke, misalnya kenapa kegiatan yang sedang berjalan ga

efektif, jadi kemudian kita akan ambil langkah-langkah untuk triwulan selanjutnya. Jadi nanti

kegiatannya bisa di dorong lagi. Tapi masih pada level kebijakan. Jadi misalnya kalo ada

kegiatan yang kurang efektif itu kenapa, tantangannya apa, nanti kita kasih masukan, apakah

itu perlu dilanjutkan apa kita perlu menambah kegiatan dan apa yang harus dimaksimalkan.

Pewawancara : Jadi efektifitas seluruh kegiatan sejauh ini dibanding 2009 gimana bu?

Narasumber : Sebenernya liatnya di output nanti. Kita kan nanti pasti outputnya voter

turnout. Nah itu bisa dibandingkan. Tapi emang tantangannya berbeda jadi gabisa dibilang ini

lebih baik dari yang lain.

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 74: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

(lanjutan)

Pewawancara : Kalo dari partisipasi sendiri..

Narasumber : Kalo dari target partisipasi, pileg kan tercapai. 75,11%

Pewawancara : Mungkin segitu dulu Bu, karena kelihatannya Ibu masih banyak yang harus

dikerjain

Narasumber : Iya mas ini lagi sibuk banget emang, maaf ya. Nanti kalau ada yang

ditanyain email aja. Jangan lupa beritahu kapan saya harus balas.

 

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 75: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 76: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 77: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 78: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 79: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 80: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014

Page 81: TA-M Ghurron Muhajjalin.pdf

Evaluasi iklan..., M. Ghurron Muhajjalin, FISIP UI, 2014