tabel

7
BODY MASS INDEX Tekanan darah, indeks massa tubuh atau BMI, dan juga lingkar pinggang akan membantu mengetahui risiko penyakit kardiovaskular. Tentang Body Mass Index (BMI) : •Disebut juga Adolphus Quatelet ditemukan pada pertengan abad 19 •Merupakan perhitungan yang paling banyak digunakan untuk mendiagnosa overweight maupun obesitas. Cara perhitungan BMI : BMI = Berat Badan (kg) / {Tinggi Badan (m)} 2 Klasifikasi oleh BMI BMI (kg/m2) Status < 18,5 Underweight 18,5 – 24,9 Normal 25,0 – 29,9 Overweight 30,0 – 34,9 Obesitas I 35,0 – 39,9 Obesitas II ≥ 40 Obesitas III (Obesitas Ekstrim)

Upload: nila-meilani

Post on 17-Apr-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BMI

TRANSCRIPT

Page 1: Tabel

BODY MASS INDEX

Tekanan darah, indeks massa tubuh atau BMI, dan juga lingkar pinggang

akan membantu mengetahui risiko penyakit kardiovaskular.

Tentang Body Mass Index (BMI) :

•Disebut juga Adolphus Quatelet ditemukan pada pertengan abad 19

•Merupakan perhitungan yang paling banyak digunakan untuk

mendiagnosa overweight maupun obesitas.

Cara perhitungan BMI :

BMI = Berat Badan (kg) / {Tinggi Badan (m)}2

Klasifikasi oleh BMI

BMI (kg/m2) Status

< 18,5 Underweight

18,5 – 24,9 Normal

25,0 – 29,9 Overweight

30,0 – 34,9 Obesitas I

35,0 – 39,9 Obesitas II

≥ 40 Obesitas III (Obesitas Ekstrim)

Page 2: Tabel

HIPERKOLESTEROLEMIA

Hiperkolesterolemia adalah peningkatan kadar kolesterol darah diatas

batas

normal. Hiperkolesterolemia merupakan faktor resiko dari penyakit

jantung koroner. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu

atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam

pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis yang akan

mempersempitkan lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran

darah ke otot jantung sehingga terjadi kerusakan dan gangguan fungsi otot

jantung.

Di Indonesia, angka kejadian hiperkolesterolemia menurut penelitian

MONICA I (1988) sebesar 13.4 % untuk wanita dan 11,4 % untuk pria. Pada

MONICA II (1994) didapatkan meningkat menjadi 16,2 % untuk wanita dan 14 %

pria. Prevalensi hiperkolesterolemia masyarakat pedesaan, mencapai 200 – 248

mg/dL atau mencapai 10,9 % dari total populasi pada tahun 2004. Penderita

pada generasi muda, yakni usia 25 – 34 tahun, mencapai 9,3 %. Wanita menjadi

kelompok paling banyak menderita masalah ini, yakni 14,5 %, atau hampir dua

kali lipat kelompok laki-laki. (Bahri, 2004).

Semakin lanjutnya usia risiko menderita hiperkolesterolemia semakin

besar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian

hiperkolesterolemia, diantaranya jenis kelamin, pola makan, obesitas, kebiasaan

olah raga dan kebiasaan merokok terhadap hiperkolesterolemia pada lansia.

Hiperkolesterolemia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor

genetik, pola makan, obesitas, kurangnya olahraga, stress, kebiasaan merokol

maupun mengonsumsi minuman beralkohol.

Hiperkolesterolemia ada dua :

1. Hiperkolesterolemia primer

Hiperkolesterolemia primer adalah suatu penyakit herediter yang

menyebabkan seseorang mewarisi kelainan gen pembentuk reseptor lipoprotein

berdensitas rendah pada permukaan membrane sel tubuh.(Guyton,Arthur C.,

Hall,John E., 2008) (terjadi akibat mutasi dalam gen untuk reseptor

LDL(Price,Sylvia Anderson., Wilson,Lorraine McCarty, 2006)) Bila reseptor ini

tidak ada, hati tidak dapat mengabsorpsi lipoprotein berdensitas sedang atau

Page 3: Tabel

lipoprotein berdensitas rendah. Tanpa adanya absorpsi tersebut, mesin

kolesterol di sel hati menjadi tidak terkontrol dan terus membentuk kolesterol

baru. Hati tidak lagi member respons terhadap inhibisi umpan balik dari jumlah

kolesterol plasma yang terlalu besar. Akibatnya, jumlah lipoprotein berdensitas

sangat rendah yang dilepaskan oleh hati ke dalam plasma menjadi sangat

meningkat.

Pasien dengan hiperkolesterolemia familial yang parah memiliki

konsentrasi kolesterol darah sebesar 600 sampai 1000 mg/dl, yaitu empat

sampai enam kali nilai normal. Banyak pasien seperti ini yang meninggal

sebelum usia 20, karena infark miokardium atau gejala sisa penyumbatan

aterosklerosis di seluruh pembuluh darah tubuh. (Guyton,Arthur C., Hall,John E.,

2008)

2. Hiperkolesterolemia sekunder

Hiperkolesterolemia sekunder diakibatkan oleh adanya gangguan

sistemik. (Price,Sylvia Anderson., Wilson,Lorraine McCarty, 2006)

Page 4: Tabel

HIPERKOLESTEROLEMIA FAMILIAL

Hiperkolesterolemia familial (HF) merupakan kelainan kolesterol yang

diturunkan dari generasi ke generasi akibat gen yang cacat. Walaupun tidak ada

yang dapat dilakukan untuk mencegahnya, namun jika hal ini dideteksi dini

dengan pemeriksaan darah sederhana, maka kelainan tersebut dapat ditangani

dengan pengobatan sederhana.

Disebabkan kadar kolesterol tinggi sering kali tidak menimbulkan gejala,

orang seringkali tidak sadar bahwa mereka menyandang hiperkolesterolemia

familial atau kelainan lipid turunan lainnya.

Penyakit yang diturunkan ini terjadi akibatkan oleh adanya defek gen pada

reseptor LDL permukaan membran sel tubuh. Ketidakadaan reseptor ini

menyebabkan hati tidak bisa mengabsorpsi LDL. Karena mengganggap LDL tidak

ada, hati kemudian memproduksi VLDL yang banyak ke dalam plasma. Pada

pasien dengan Hiperkolesterolemia familial ditemukan kadar kolesterol total

mencapai 600 sampai 1000 mg/dl atau 4 sampai 6 kali dari orang normal.

Banyak pasien ini meninggal sebelum berumur 20 tahun akibat infark miokard.

Tanda HF :

Deposit kolesterol di tendon (xanthomata tendon)

- Deposit putih keras di tendon ruas jari

- Penebalan tendon Achilles di belakang pergelangan kaki

Deposit kolesterol di kulit sekitar mata atau kelopak maya

(xanthelasmata)

Cincin putih pucat di pinggir iris mata (arkus kornea)

Page 5: Tabel

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/repository.usu.ac.idundip.ac.id