tahap implementasi aknes bundel
DESCRIPTION
ytuyvtyutytTRANSCRIPT
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa dari masing-masing tahapan yang telah
dilakukan pada Praktik Profesi Keperawatan Komunitas wilayah RW 07 Kelurahan
Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir. Analisis ini ditampilkan berupa faktor
pendukung, penghambat dan rencana tindak lanjut terhadap masing-masing kegiatan. Praktik
asuhan keperawatan komunitas dilaksanakan selama 10 minggu yaitu dimulai dari tanggal 28
November 2011 sampai 4 Februari 2012. Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa dibuat
berdasarkan Planning Of Action (POA) yang telah disusun bersama RW Siaga “Amanah” dan
warga RW 07 Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir pada saat pelaksanaan
Loka Karya Mini Masyarakat (LKMM) I.
A. Tahap Persiapan
Pelaksanaan kegiatan Praktik Profesi Keperawatan Komunitas merupakan
kegiatan yang berorientasi pada kesehatan masyarakat. Tahap persiapan yang dilalui oleh
mahasiswa meliputi survey lapangan atau lokasi praktik kemudian tempat praktik profesi
dilaksanakan. Administrasi mulai dari dinas kesehatan, izin pemakaian lokasi praktik
lapangan, izin dan koordinasi dari Pihak Kecamatan, Puskesmas dan Pihak Kelurahan,
sampai pihak RW kemudian persiapan lokasi praktik lapangan, penyusunan kuesioner,
pedoman wawancara, observasi dan Winshield Survey untuk pendataan serta acara
pembukaan sekaligus serah terima mahasiswa dengan pihak Kelurahan Limbungan Baru
Kecamatan Rumbai Pesisir.
Setelah lahan praktik ditinjau, mahasiswa mulai melakukan Survey lokasi praktik
yaitu melihat secara garis besar situasi dan keadaan wilayah RW 07 yang berkoordinasi
dengan pihak RW. Berdasarakan hasil pengamatan terlihat bahwa RW 07 terletak di
daerah pinggiran dengan jumlah penduduk yang banyak, terlihat dengan padatnya
perumahan di RW 07. Masyarakat bersifat heterogen, dimana tingkat ekonomi cukup
tinggi atau menengah keatas, dilihat dari perumahan yang rata-rata permanen, dan
pendidikan masyarakat menengah keatas. Hal ini sesuai dengan teori yang didapat dimana
231
sebelum melakukan suatu kegiatan terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana keadaan
lingkungan, kemudian melibatkan orang-orang yang cocok serta membuat komitmen
untuk bekerjasama (Stanhope & Landcaster, 2004).
Dalam melakukan tahap persiapan, faktor pendukung terdiri dari adanya
kerjasama yang baik antara mahasiswa untuk mempersiapkan kegiatan secara bersama-
sama, adanya bimbingan penuh yang diberikan oleh koordinator Praktik Profesi
Komunitas dan pembimbing lapangan, lokasi dan pelayanan kesehatan yang mudah
dijangkau dengan kendaraan bermotor, aktifnya masyarakat untuk berperan serta dalam
kegiatan serta adanya kerjasama dari berbagai lintas seperti dukungan dari lintas program
(Dinas Kesehatan) dan lintas sektoral (Kelurahan, Kecamatan). Adapun faktor
penghambat yang dirasakan adalah wilayah RW 07 yang cukup luas sehingga
membutuhkan waktu yang lama bagi mahasiswa untuk menjangkau seluruh wilayahnya
dan kurangnya sosialisasi pada masyarakat terhadap kedatangan mahasiswa, sehingga
adanya tanggapan yang salah dari masyarakat saat mahasiswa melakukan survey
lapangan.
Rencana tindak lanjut pada tahap ini adalah :
a. Untuk RW diharapkan dapat mensosialisasikan kedatangan mahasiswa kepada
masyarakat, sehingga mempermudah sosialisasi mahasiswa pada masyarakat.
b. Untuk mahasiswa hendaknya membagi mahasiswa dalam beberapa kuota, per RT,
sehingga dapat menjangkau semua wilayah RW 07 dan mensosialisasikan diri pada
masyarakat dengan menjelaskan tujuan mahasiswa praktik di komunitas tepatnya di
RW 07.
B. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis, sehingga masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat, baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosiologis, ekonomi maupun spiritual dapat
ditentukan. Pengkajian mengacu pada pengumpulan data kesehatan masyarakat,
memantau status kesehatan masyarakat, kebutuhan akan kesehatan masalah kesehatah
yang terjadi, cara memperoleh informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada di
232
masyarakat (Hitchcock, Schubert & Thomas, 2003). Dalam melakukan pengkajian
terdapat beberapa bagian yaitu terdapat lima kegiatan mulai dari pengumpulan data,
pengolahan data, analisa data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat
dan priotitas masalah. Selain itu juga berdasarkan oleh model keperawatan.
Dalam keperawatan komunitas terdapat beberapa model keperawatan, diantaranya
Teori lingkungan oleh Nightingale (Nightingale’s theory of environment), Self-Care
Model oleh Orem, Adaptation Model dari Roy, S.C, Health Care System Model oleh Betty
Neuman dan Community as Client or Partnership Model oleh McFarlane (Mendfora,
2010).
Pada tahap pengkajian dilakukan kegiatan penyebaran kuesioner, obsevasi,
wawancara dan winsheld survey. Hal ini sesuai dengan model keperawatan Neuman
bahwa masalah kesehatan ditimbulkan dari berbagai variabel, yaitu fisiologis, psikologis,
sosiokultural & developmental, sehingga semua aspek perlu dikaji untuk menentukan
penyebab terjadinya masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Konsep yang
dikemukakan oleh Betty Neuman adalah konsep ”Health care system” yaitu model
konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan
pada penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri yang bersifat ;
fleksibel, normal, dan resisten. Konsep utama menurut Betty Neuman yaitu manusia,
lingkungan dan sehat. (Mendfora, 2010)
Tahap pengumpulan data dilakukan dari tanggal 29 November sampai 1 Desember
2011. Dalam penyebaran kuesioner, teknik yang dilakukan oleh mahasiswa adalah door to
door (rumah ke rumah) dengan teknik pengambilan sampel yaitu proposional cluster
sampling. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2010) yang mengatakan
penyebaran kuesioner pada populasi yang melebihi 200 orang populasi, maka dapat
dilakukan teknik propotional cluster sampling, dengan pengambilan sampel secara acak
dan proposional berdasarkan jumlah populasi dari masing-masing RT. Berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus yang sesuai, dengan jumlah populasi 207 orang,
maka diperoleh sampel 137 orang. Dalam kegiatan observasi, hal yang diobsevasi adalah
lingkungan fisik seperti kondisi rumah dan air, ibu yang sedang hamil, bayi dan balita
serta anak sekolah.
233
Dalam melakukan wawancara, beberapa orang yang yang diwawancarai terdiri
dari ketua RW 07 dan RT 1,2,3 dan 4, kader posyandu, tokoh masyarakat setempat,
petugas puskesmas dan petugas kantor lurah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi
lingkungan RW 07 dari berbagai bidang dan aspek, terutama aspek kesehatan. Pengkajian
terakhir yakni Winshield survey yaitu pengkajian menggunakan pancaa indra, antara lain
fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan RW 07, pembuangan limbah termasuk limbah
industri serta kebisingan pabrik di sekitar lingkungan.
Setelah dilakukan pengkajian selanjutnya data yang diperoleh ditabulasi,
diintrepetasi dan dianalisa kemudian dilakukan perumusan masalah, dan disusun rencana
kegiatan (POA) dan prioritas masalah bersama RW siaga ‘Amanah’ yang telah dibentuk
pada minggu pertama. Rencana kegiatan tesebut juga disetujui dan disepakati bersama
masyarakat pada saat Loka Karya Mini Masyarakat I (LKMM I).
Berdasarkan hasil tabulasi dan analisa data didapatkan 5 masalah kesehatan di
RW 07 yaitu Resiko meningkatnya angka penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat:
ISPA, Diare, dan DBD, risiko meningkatnya angka kejadian gangguan pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan balita: gizi kurang risiko penurunan kesejahteraan keluarga dan
Risiko meningkatnya perilaku kenakalan remaja serta untuk lansia ditemukan masalah
resiko meningkatnya kejadian penyakit kronik: Hipertensi dan rematik. Langkah
selanjutnya merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah-masalah yang
ditemukan dan menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Kegiatan-kegiatan untuk mengatasi diagnosa komunitas akan dilakukan tanggal 19
Desember 2011 sampai 4 Februari 2012.
Dalam pengkajian, yang menjadi faktor pendukung adalah mayoritas masyarakat
berpartisipasi aktif dalam memberikan informasi selama pengumpulan data, adanya
dukungan positif dari aparat pemerintahan (Ketua RW, Ketua RT) dan tokoh masyarakat
di RW 07 Kelurahan Limbungan Baru kecamatan Rumbai Pesisir, tersedianya alat
pengumpulan data berupa kuesioner yang dirancang oleh mahasiswa berdasarkan hasil
survey lapangan dan adanya dukungan dan kerjasama dari lintas program dan lintas
sektoral. Faktor penghambat dalam kegiatan ini adalah masyarakat yang heterogen,
mayoritas pekerjaan masyarakat swasta (honorer, karyawan, buruh) sehingga sulit ditemui
pada siang hari, sebagian kecil masyarakat masih beranggapan bahwa pelaksanaan
234
kegiatan sepenuhnya tanggung jawab mahasiswa dan masih ditemukannya beberapa
masalah kesehatan yang kurang disadari oleh masyarakat.
Rencana tindak lanjut pada tahap ini adalah
a. Untuk pihak kelurahan dan puskesmas ikut serta dan mendukung setiap kegiatan
yang akan dilakukan.
b. Untuk Pihak RW, RT dan kader posyandu lebih meningkatkan kesadaran masyarakat
dengan melakukan sosialisasi pada masyarakat bahwa masalah kesehatan yang
ditemukan masalah bersama dan harus diatasi bersama dan melakukan kegiatan-
kegiatan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.
c. Untuk RW Siaga yang telah dibentuk hendaknya ikut serta dalam semua kegiatan
yang telah dirancang sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing.
C. Diagnosis Keperawatan
Menurut NANDA dalam Stanhope & Lancaster (2004), diagnosa keperawatan
adalah penilaian klinis terhadap respon individu keluarga atau komunitas terhadap
masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan
memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan. Ada tiga jenis diagnosa
keperawatan yaitu aktual, risiko, serta potensial. Diagnosa keperawatan dinyatakan aktual
jika masalah dirasakan, risiko jika masalah belum terjadi tetapi telah ditemukan data yang
mendukung untuk timbulnya masalah, sedangkan diagnosa keperawatan yang bersifat
potensial adalah diagnosa keperawatan yang mengacu pada peningkatan derajat
kesehatan.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan di RW 07 Kelurahan Limbungan Baru
Kecamatan Limbungan Baru dapat dirumuskan dengan diagnosa keperawatan sebagai
berikut:
1. Risiko meningkatnya angka penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat: ISPA, diare
dan DBD di RW 07 Kelurahan Limungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir
berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan
yang sehat
2. Risiko meningkatnya angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi
dan balita: gizi kurang di RW 07 kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai
235
Pesisir berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam upaya
peningkatan status gizi kurang
3. Resiko penurunan derajat kesejaheraan keluarga di RW 07 Kelurahan Limbungan
Baru berhubungan dengan kurang pengetahuan dan motivasi keluarga terutama
pasangan usia subur unuk mengikuti program KB
4. Resiko meningkatnya kejadian penyakit kronik: Hipertensi dan rematik di lingkungan
RW 07 Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir berhubungan dengan
kebiasaan hidup lansia yang tidak sehat.
Berdasarkan diagnosa keperawatan diatas yang dilakukan intervensi adalah satu
diagnosa keperawatan komunitas yang menjadi prioritas utama yaitu Risiko meningkatnya
angka penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat: ISPA, diare dan DBD di RW 07
Kelurahan Limungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir berhubungan dengan kurangnya
motivasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang sehat serta satu diagnosa
keperawatan gerontik yaitu Resiko meningkatnya kejadian penyakit kronik: Hipertensi dan
rematik di lingkungan RW 07 Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir
berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak sehat. Untuk keperawatan gerontik,
akan diimplementasikan pada saat praktik profesi keperawatan gerontik pada tanggal 24
Januari s/d 3 Februari 2012.
Dalam merumuskan diagnosa keperawatan, mahasiswa tidak menemukan
hambatan yang signifikan. Hal ini disebabkan adanya kerjasama yang baik antar mahasiswa
denganmasyarakat.
D. Tahap Intervensi
Setelah dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas di wilayah RW 07
Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir maka langkah selanjutnya adalah
menyusun rencana intervensi keperawatan mulai dari memprioritaskan masalah,
menetapkan tujuan dan penyusunan rencana intervensi. Penyusunan intervensi bertujuan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada bersama masyarakat dan anggota RW Siaga
“Amanah”.
Strategi intervensi terdiri dari promosi kesehatan, pelayanan kesehatan, kegiatan
kelompok dan pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan rencana kegiatan difokuskan pada
236
kegiatan promosi kesehatan, pencegahan penyakit tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif. Penyusunan rencana ini sesuai dengan model keperawatan komunitas yang
digunakan yaitu dengan pendekatan intervensi primer, sekunder, dan rehabilitatif.
Adapun faktor pendukung, penghambat, dan rencana tindak lanjut yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Faktor Pendukung
a. Masyarakat menyadari bahwa masalah kesehatan yang ditemukan harus diatasi
segera dengan melibatkan mahasiswa sebagai fasilitator untuk kegiatan-kegiatan
yang telah disepakati bersama berdasarkan prioritas masalah.
b. Adanya kerjasama yang baik dengan lintas program (Dinas Kesehatan dan
Puskesmas) dan lintas sektoral (Kelurahan) yang mendukung dalam pelaksanaan
kegiatan di masyarakat RW 07 Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai
Pesisir.
b. Faktor Penghambat
a. Kurang tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan yang direncanakan
b. Tidak ada tempat untuk melakukan penyuluhan sehingga pelaksanaan kegiatan
terkadang menjadi terlambat/ diundur dari waktu yang telah direncanakan.
c. Rencana Tindak Lanjut
a. Pihak Kelurahan diharapkan dapat mendukung dalam setiap kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa praktik profesi dan tenaga kesehatan yang ada di
wilayah RW 07 Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir.
b. Pihak RT dan RW mampu bekerjasama dalam mempertahankan status kesehatan
masyarakat yang optimal dan tanggap terhadap masalah kesehatan yang terjadi di
lingkungan sekitarnya.
c. Pihak RW SIAGA “Amanah” diharapkan bisa menjalankan fungsinya sebagai
wadah untuk memandirikan masyarakat dalam mengenal masalah kesehatan dan
mempertahankan status kesehatan masyarakat yang optimal.
d. Mahasiswa mampu menyiasati waktu dalam melaksanakan kegiatan yang
direncanakan.
237
Adapun rencana intervensi dari kegiatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa yang
telah ditetapkan adalah:
1) Risiko meningkatnya angka penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat: ISPA, diare
dan DBD di RW 07 Kelurahan Limungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir
berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan
yang sehat
Rencana kegiatan:
a. Penyuluhan kesehatan tentang penyakit-penyakit akibat lingkungan yang tidak
sehat, antara lain: Penyuluhan ISPA, Penyuluhan Diare, Penyuluhan DBD
b. Penyebaran Leaflet tentang penyakit-penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat,
antara lain: Penyebaran leaflet ISPA, Penyebaran leaflet Diare, Penyebaran leaflet
DBD
c. Bekerjasama dengan pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam pelaksanaan
fogging untuk mengatasi DBD
d. Bekerjasama dengan pihak Kecamatan Rumbai Pesisir dalam pengadaan tempat
sampah di setiap RT
e. Mengaktifkan kegiataan gotong royong minimal 2 kali tiap bulan
f. Mengadakan lomba lingkungan sehat antar RT (LOMBA RT BERSIH)
2) Risiko meningkatnya angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi
dan balita: gizi kurang di RW 07 kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai
Pesisir berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam upaya
peningkatan status gizi kurang
Rencana kegiatan:
a. Penyuluhan kesehatan bagi orang tua yang memiliki bayi atau balita, tentang gizi
seimbang bagi bayi dan balita
b. Penyebaran leaflet tentang gizi seimbang bagi bayi dan balita
c. Penyuluhan Pijat Bayi
d. Bekerjasama dengan pihak puskesmas/ pihak yang terkait dalam memberikan
pelatihan kader RW SIAGA unit KIA tentang stimulasi tumbuh kembang
238
3) Risiko penurunan kesejahteraan keluarga di RW 07 Kelurahan Limbungan Baru
Kecamatan Rumbai Pesisir berhubungan dengan kurang pengetahuan dan motivasi
keluarga terutama pasangan usia subur untuk mengikuti program KB.
Rencana kegiatan:
a. Penyuluhan kesehatan bagi PUS tentang KB: pengertian, fungsi KB, jenis KB,
beserta cara penggunaan
b. Penyebaran leaflet tentang KB
4) Resiko meningkatnya kejadian penyakit kronik: Hipertensi dan rematik di lingkungan
RW 07 Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir berhubungan dengan
kebiasaan hidup lansia yang tidak sehat.
Rencana Kegiatan:
a. Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat, tentang penyakit hipertensi
b. Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat, tentang penyakit reumatik
c. Penyebaran leaflet tentang penyakit hipertensi, reumatik
d. Pengaktifan Posbindu bagi kader dan RW SIAGA pokja KADARZI
e. Penyuluhan dan Pelatihan senam kader posbindu
f. Penyuluhan tentang Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
g. Mengadakan pemeriksaan kesehatan khususnya tekanan darah, kadar gula darah
h. Mengadakan senam lansia setiap minggu
i. Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
E. Tahap Implementasi
Setelah disusun perencanaan (POA) yang telah disepakati oleh masyarakat dan
pengurus RW Siaga “Amanah” maka dilakukan implementasi sesuai rencana tersebut.
Menurut teori Mc. Farley dan Anderson (2004), dijelaskan bahwa dalam melakukan suatu
tindakan perlu adanya perumusan strategi untuk kegiatan serta bagaimana agar tindakan
yang dilakukan mencapai suatu tujuan. Strategi yang digunakan yaitu pendidikan
kesehatan, proses kelompok, kelompok kerja, dan kerjasama lintas program dan sektoral.
239
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan mulai dari tanggal 29 Desember 2011 sampai sebelum
LKMM 2 bersama partisipasi masyarakat.
Berikut ini akan diuraikan faktor pendukung, faktor penghambat, dan rencana
tindak lajut dari setiap diagnosa keperawatan yang telah dilakukan implementsai dalam
upaya menyelesaikan masalah yang telah ditemukan di masyarakat yaitu:
1. Risiko meningkatnya angka penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat: ISPA, diare
dan DBD di RW 07 Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir
berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan
yang sehat
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan berdasarkan
diagnosa pertama yaitu:
a. Penyuluhan kesehatan tentang penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
dan Diare
Penyuluhan kesehatan tentang ISPA dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 29
Desember 2011 yang dilakukan di halaman rumah Ketua RW 07 Kelurahan
Limbungan Baru. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan ISPA digabung dengan kegiatan
penyuluhan diare. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan dari pukul 16.30 dan berakhir
pada pukul 18.00. Kegiatan penyuluhan ISPA dan diare ini menggunakan strategi
pendidikan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan dan penyebaran leaflet ISPA dan
diare. Dilakukan juga pemeriksaan kesehatan gratis yaitu pemeriksaan tekanan darah
dan golongan darah untuk menarik perhatian masyarakat untuk menghadiri kegiatan
penyuluhan tersebut. Kegiatan penyuluhan ISPA dan diare ini dihadiri oleh 74 peserta
yang terdiri dari ibu-ibu yang memiliki anak ISPA dan diare, bapak-bapak serta
beberapa lansia juga terlihat hadir pada acara tersebut. Evaluasi dari kegiatan tersebut
yaitu lebih dari 70 % warga hadir dalam penyuluhan tersebut dari awal hingga akhir
kegiatan.
1) Faktor Pendukung
Peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan dan tampak antusias dalam kegiatan
penyuluhan yang dilaksanakan. Adanya feedback dari ibu-ibu dan bapak-bapak yang
240
menghadiri penyuluhan dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
ibu-ibu dan antusiasme dalam menjawab pertanyaan. Selain itu faktor pendukung
lainnya yaitu warga ikut membantu dalam mengumpulkan masyarakat untuk hadir
dalam acara penyuluhan ISPA dan diare tersebut menggunakan megaphone bersama
dengan mahasiswa. Beberapa warga juga ikut membantu dalam tahap persiapan tempat
dan alat seperti meminjamkan tikar.
2) Faktor Penghambat
Adapun kendala yang didapatkan saat penyuluhan ISPA ini yaitu waktu yang
sempat diundur karena tempat yang akan digunakan untuk penyuluhan tergenang air
banjir. Kendala lainnya yaitu tidak tersedianya fasilitas umum seperti mesjid (tempat
yang tertutup) di wilayah RW 07 ini sehingga sulit mempersiapkan tempat untuk
diadakannya acara terutama ketika musim hujan seperti sekarang. Waktu pelaksanaan
juga sempat mundur karena sebelum acara sempat turun hujan yang menghalangi
dimulainya acara.
3) Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut ditujukan kepada setiap aparat yang ada diantaranya yaitu:
a) Pemberian informasi kesehatan secara berkala tentang penyakit ISPA oleh POKJA
PHBS yang bekerjasama dengan pihak puskesmas Karya Wanita.
b) Pembinaan dan bimbingan kepada kader-kader posyandu terkait masalah ISPA
yang nantinya dapat disampaikan kepada masyarakat.
c) Pihak Kelurahan Limbungan Baru juga harus berperan serta dalam mengkordinasi
dan mendukung setiap kegiatan yang ada terkait masalah kesehatan lingkungan.
Dukungan tersebut dapat dilakukan dalam bentuk larangan pembakaran lahan atau
sampah sembarangan di wilyah RW 07.
b. Penyuluhan kesehatan tentang demam berdarah dengue (DBD)
Penyuluhan kesehatan tentang DBD dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 12
Januari 2012. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan bersamaan dengan wirid
241
mingguan yang diadakan di rumah Bapak Syahrial warga RW 07 Kelurahan
Limbungan Baru yang dimulai pukul 19.30 dan berakhir pada pukul 20.30. Kegiatan
penyuluhan DBD ini menggunakan strategi pendidikan kesehatan melalui kegiatan
penyuluhan dan penyebaran leaflet DBD. Kegiatan penyuluhan DBD ini dihadiri oleh
33 peserta yang terdiri dari ibu-ibu dan bapak-bapak serta beberapa lansia juga terlihat
hadir pada acara tersebut. Evaluasi dari pelaksanaan kegiatan yaitu mencapai 75 %
warga yang datang menghadiri kegiatan penyuluhan tersebut dari awal hingga akhir
acara.
1) Faktor Pendukung
Ibu-ibu serta bapak-bapak masih tetap aktif dalam kegiatan penyuluhan yang
dilaksanakan. Adanya feedback dari ibu-ibu dan bapak-bapak yang menghadiri
penyuluhan dengan dibuktikan oleh pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh ibu-ibu
dan antusiasme dalam menjawab pertanyaan. Selain itu factor pendukung lainnya yaitu
warag terbuka dalam menerima setiap kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa
termasuk menyelipkan kegiatan tersebut pada acara wiritan.
2) Faktor Penghambat
Kendala yang ditemukan saat dilaksanakan nya kegiatan penyuluhan DBD ini
yaitu terbatasnya waktu yang sudah malam, sehingga peserta saat di akhir acara tidak
konsentrasi mengikuti penyuluhan. Selain itu, juga terdapat keterbatasan masalah
tempat yaitu seluruh peserta tidak terletak pada tempat yang sama, yaitu ada peserta
yang duduk di luar serta duduk dibagian depan, namun kendala tersebut dapat di atasi
dengan mengmpulkan peserta di tengah ruangan, namun terlihat sangat padat dan
ramai.
3) Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut ditujukan kepada setiap aparat yang ada diantaranya:
a) Pemberian informasi kesehatan secara berkala terkait masalah DBD yang
dilaksanakan oleh kader-kader posyandu ataupun angggota RW Siaga “Amanah”
242
kususnya Pokja Kesling dengan meminta bantuan pembicara dari pihak
puskesmas.
b) Pembinaan serta bimbingan dari pihak puskesmas untuk melatih kader-kader
posyandu dan POKJA KESLING dalam penanggulangan DBD.
c) Pihak RW, Posyandu Berbunga Silang Lagi Berkembang, dan anggota RW Siaga
Amanah kususnya Pokja Kesling sebaiknya berkoordinasi dengan pihak
puskesmas karya wanita dalam penyediaan bubuk abate untuk masyarakat.
d) Pihak RW 07 sebaiknya berkoordinasi dengan pihak puskesmas dan Dinas
Kesehatan untuk melakukan fogging bila terdapat kasus DBD.
e) Pihak Kelurahan Limbungan Baru juga harus berperan serta dalam mengkordinasi
dan mendukung setiap kegiatan yang ada terkait masalah DBD. Dukungan tersebut
dapat di lakukan dalam bentuk .
c. Kegiatan Gotong Royong
Kegiatan dilaksanakan satu kali dalam satu bulan yaitu kegiatan gotong royong
pertama dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 25 Desember 2011 pada pukul 08.00
s/d 11.00 WIB di seluruh wilayah RW 07 Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan
Rumbai Pesisir. Strategi pelaksanaan yang dilakukan yaitu kerjasama lintas sektoral
yang bekerja sama dengan pihak RW dan melaporkan ke pihak Kelurahan Limbungan
Baru melalui pemberdayaan masyarakat. Kegitan gotong royong dilakukan pada setia
RT nya, yang di pantau oleh masing- masing ketua RT serta tanggung jawab 2
mahasiwa setiap RT nya. Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan ini yaitu untuk
menciptakan kondisi lingkungan RW yang sehat dan mencegah terjadinya masalah
kesehatan akibat lingkungan yang tidak sehat seperti penyakit ISPA, Diare, dan DBD.
1) Faktor Pendukung
Sebagian warga RW 07 tampak aktif dan kompak dalam pelaksanaan gotong
royong yang terlihat dari penyediaan peralatan gotong royong oleh warga dan
keterlibatan para ibu dalam penyediaan minuman dan makanan ringan bagi peserta.
Factor pendukung lainnya yaitu warga bersedia mengikuti kegiatan gotong royong dari
awal di mulai hingga selesai kegiatan. Warag juga tidak perlu didiktekan untuk
243
melakukan pekerjaan saat gotong royong. Warga cepat tanggap tanggap terhadap area
wilayah yang harus dibersihkan pada gotong royong tersebut.
2) Faktor Penghambat
Luasnya wilayah RW 07 dan masih banyak terdapat lahan kosong yang tidak
dimanfaatkan oleh pemiliknya serta masih ditemukan kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya kebersihan lingkungan yang terlihat dari tidak semua warga yang
terlibat dalam pelaksanaan gotong-royong. Kelemahan lainnya ada 1 wilayah di RT 04
yang sangat sulit untuk melakukan kegiatan sosial seperti gotong royong tersebut.
3) Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut kegiatan gotong royong yaitu:
a) Pelaksanaan gotong royong secara rutin dua kali sebulan untuk seluruh wilayah
RW 07 dengan monitor kegiatan oleh pengurus POKJAKES unit kesehatan
lingkungan dengan koordinasi ketua RW 07. Kegiatan gotong royong disertai
dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan metode 3 M plus.
b) Pihak Kelurahan sebaiknya menjadwalkan kegiatan gotong royong pada masing-
masing RW dengan tetap memberikan reinforcement seperti penghargaan pada
RW yang terbaik dan terbersih.
d. Lomba RT Bersih
Kegiatan penilaian Lomba RT bersih berlangsung pada hari Rabu dan Kamis
tanggal 25-26 Januari 2012 dimulai pada pukul 09.00 WIB dan berakhir pukul 11.00
WIB. Jumlah rumah yang dinilai sebanyak 6 rumah untuk masing-masing RT yang
diambil secara acak. Kegiatan dilaksanakan dengan strategi partnership. Penilaian
lomba RT bersih tersebut dinilai oleh 3 orang juri yang berasal dari pihak Kelurahan
LimbunganBaru, Puskesmas Karya Wanita, serta dari Mahasiswa Praktik Profesi
Keperawatan itu sendiri. Hasil penilaian didapatkan RT 01 sebagai pemenang lomba
RT bersih dengan total scoring 5040.
244
1) Faktor Pendukung
Kegiatan berlansung lancar dengan antusisme dari Pihak Puskesmas Karya
Wanita dalam melakukan penilaian. Beberapa RT yang akan dilakukan juga
menyambut baik kegiatan lomba RT bersih tersebut dengan melakukan gotong
royong sebelum penilaian dilaksanakan.
2) Faktor Penghambat
Faktor penghambat kegiatan ini yaitu tidak semua warga mau berpartisipasi
untuk mensukseskan kegiatan terlihat hanya beberapa warga yang mau
membersihkan wilayahnya.
3) Rencana tindak lanjut
Kegiatan ini dijadikan kegiatan wajib di wilayah RW 07 yang diadakan setiap
setahun sekali dengan berkoordinasi dengan pihak Puskesmas Karya Wanita dan
Kelurahan Rumbai Pesisir.
e. Kegiatan Fogging
Kegiatan dilaksanakan pada hari Minggu, 8 Januari 2012 pukul 07.30 WIB dan
berakhir 13.30 WIB, acara dimulai tepat pada waktunya yaitu pukul 07.30 WIB.
Dihadiri oleh Ketua RW 07, Ketua RT 04, LPM Kelurahan Limbungan Baru, dan
mahasiswa Praktik Profesi Keperawatan. Kegiatan fogging dilaksanakan oleh Ketua RW
07, Ketua RT 04, dan Mahasiswa Praktik Profesi Keperawatan. Kegiatan fogging
dilakukan di RT 01, RT 02, RT 03, dan RT 04 RW 07 Kelurahan Limbungan Baru.
Strategi pelaksanaan yang dilakukan yaitu partnership yang bekerja sama dengan pihak
Puskesmas Karya Wanita.
1) Faktor Pendukung
Faktor pendukung dari kegiatan fogging yaitu tersedianya alat dan obat yang
disediakan oleh pihak LPM Kelurahan Limbungan Baru serta obat-obatan untuk
fogging yang disediakan oleh pihak Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.
245
2) Faktor Penghambat
Hambatan pada saat pelaksanaan fogging adalah sebahagian warga ada yang
tidak berada di rumah sehingga fogging hanya dilakukan disekitar pekarangan rumah
warga. Wilayah RW 07 yang luas juga menyebabkan fogging tidak mencakup seluruh
wilayah RW 07, kemudian keterbatasan teknisi dalam melakukan fogging. Sehingga
solusi dari hambatan diatas adalah mahasiswa, Ketua RW, Ketua RT, beserta semua
warga RW 07 turun langsung dalam pelaksanaan fogging.
3) Rencana Tindak Lanjut
Pelaksanaan fogging tetap dilakukan oleh pihak RW 07 khususnya POKJA
KESLING yang bekerjasama dengan Pihak Puskesmas dan Pihak Dinas Kota
Pekanbaru setiap ada kejadian DBD di wilayah RW 07.
f. Penanaman TOGA
Kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Januari 2012 jam 08.15 WIB dan
berakhir jam 09.10 WIB dihalaman belakang Posyandu Berbunga Silang Lagi
Berkembang. Kegiatan diikuti oleh peserta senam jantung sehat pada saat itu yang
terdiri dari 15 orang. Kegiatan diawali dengan penyuluhan mengenai apa itu tanaman
obat keluarga meliputi pengertian, manfaat, klasifikasi tanaman, jenis-jenis, serta
manfaat tanaman obat keluarga. Setelah itu dilanjutkan dengan penanaman tanaman
obat keluarga itu sendiri oleh peserta penyuluhan. Strategi pelaksanaan yang
dilaksanakan yaitu pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan bersama dengan
mahasiswa.
1) Faktor pendukung
Faktor pendukung kegiatan ini yaitu tersedianya lahan untuk menanam serta
tersedianya berbagai jenis tanaman obat yang berada di wilayah tersebut. Peran serta
sebagian masyarakat juga sangat baik baik dalam kegiatan penanaman maupun
penyediaan tanaman obat yang akan ditanam.
246
2) Faktor penghambat
Tidak ada faktor penghambat yang berarti dalam kegiatan ini.
3) Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut dari kegiatan penanaman toga ini yaitu:
a) Pihak RW terutama kader posyandu dan setiap POKJA RW Siaga “Amanah”
merawat dan memelihara tanaman TOGA yang ada serta menambah jenis
tanaman TOGA selain yang sudah ada ditanam.
b) Bimbingan dan pengarahan lebih lanjut dari Puskesmas Karya Wanita mengenai
tanaman toga dan manfaatnya.
2. Resiko meningkatnya angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi
dan balita: gizi kurang di RW 07 Kelurahan Limbungan Baru Rumbai Pesisir
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam upaya peningkatan
status gizi kurang.
Implementasi diagnosa kedua merupakan implementasi untuk kegiatan tambahan hasil
lokakarya mini masyarakat. Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan berdasarkan diagnosa kedua yaitu:
a. Penyuluhan gizi seimbang
Penyuluhan kesehatan tentang gizi seimbang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal
19 Januari 2012 dilakukan di Rumah Ibu Siti Isminah warga RW 07 Kelurahan Limbungan
Baru. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan dari pukul 19.30 dan berakhir pada pukul
20.15. Kegiatan penyuluhan gizi seimbang ini menggunakan strategi pendidikan kesehatan
melalui kegiatan penyuluhan dan penyebaran leaflet gizi seimbang. Kegiatan penyuluhan
gizi seimbang ini dihadiri oleh 30 peserta yang terdiri dari ibu-ibu, bapak-bapak serta
beberapa lansia juga terlihat hadir pada acara tersebut. Evaluasi dari kegiatan tersebut yaitu
lebih dari 75 % warga yang menghadiri kegiatan penyuluhan tersebut.
247
1) Faktor Pendukung
Ibu-ibu serta bapak-bapak masih tetap aktif dalam kegiatan penyuluhan yang
dilaksanakan. Adanya feedback dari ibu-ibu dan bapak-bapak yang menghadiri
penyuluhan dengan dibuktikan oleh pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh ibu-ibu
dan antusiasme dalam menjawab pertanyaan. Selain itu faktor pendukung lainnya yaitu
warag terbuka dalam menerima setiap kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa termasuk
menyelipkan kegiatan tersebut pada acara wiritan.
2) Faktor Penghambat
Kendala yang ditemukan saat dilaksanakan nya kegiatan penyuluhan gizi seimbang
ini yaitu terbatasnya waktu yang sudah malam, sehingga peserta saat diakhir acara tidak
konsentrasi mengikuti penyuluhan. Selain itu, juga terdapat keterbatasan masalah tempat
yaitu seluruh peserta tidak terletak pada tempat yang sama, yaitu ada peserta yang duduk
di luar serta duduk dibagian depan. Kendala lainnya yaitu sebagian peserta (Bapak-
Bapak) meninggalkan acara sebelum acara selesai. Perbincangan Ibu-Ibu saat acara
dilaksanakan juga sulit untuk dipotong oleh moderator saat dilaksanakan seksi tanya
jawab.
3) Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut ditujukan kepada setiap aparat yang ada.
a) Untuk pihak RT maupun RW diharapkan tetap melakukan kegiatan penyuluhan
terkait masalah gizi bayi dan balita secara berkala. Kegitan tersebut dapat
dilaksanakan oleh kader-kader posyandu ataupun angggota RW Siaga “Amanah”
kususnya POKJA KADARZI yang telah dilantik dengan meminta bantuan pembicara
dari pihak puskesmas.
b) Pihak puskesmas juga harus jeli terhadap masalah gizi balita yang ada di wilayah RW
07 Kelurahan Limbungan Baru dengan cara turun langsung untuk melacak adanya
gizi kurang ataupun gizi buruk di wilayah RW tersebut. Pihak Puskesmas juga harus
selalu berkordinsai dengan pihak posyandu RW 07 untuk melakukan pelacakan
terhadap status gizi balita di wilayah tersebut.
248
3. Implementasi kegiatan hasil lokakarya mini masyarakat untuk diagnose ke-4 gerontik:
Risiko meningkatnya kejadian penyakit kronis : hipertensi dan rematik di lingkungan
RW 07 Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir berhubungan dengan
gaya hidup masyarakat yang kurang mendukung dalam upaya perawatan kesehatan
masyarakat dengan hipertensi dan rematik.
a. Senam Jantung Sehat Lansia
Kegiatan senam jantung sehat dilaksanakan setiap hari Sabtu pukul 06.30 WIB dan
berakhir pada pukul 07.30 WIB. Secara umum kegiatan berlangsung tepat pada waktunya.
Jumlah masyarakat yang hadir selama 5 minggu berturut-turut adalah 28 orang, 21 orang,
24 orang 17 orang dan 13 orang yang terdiri dari lansia, prelansia kader dan warga. Strategi
kegiatan yang dilaksanakan yaitu proses kelompok. Secara keseluruhan kegiatan yang
dilaksanakan berjalan denga lancar dibuktikan dengan jumlah peserta yang datang
mengikuti kegiatan senam selalu konstan (tetap) setiap waktunya.
1) Faktor pendukung
Faktor pendukung dari kegiatan senam lansia ini yaitu peserta yang aktif
mengikuti kegiatan senam pada setiap sabtu pagi. Faktor pendukung lainnya yaitu
kesediaan masyarakat untuk melakukan gotong-royong guna membuat tempat senam
yang tetap disamping Posyandu Berbunga Silang Lagi Berkembang.
2) Faktor penghambat
Faktor penghambat kegiatan senam lansia ini yaitu tidak tersedianya lapangan
yang cukup luas untuk pelaksanaan senam, sehingga pelaksanaan senam harus dilakukan
pada tempat yang berbeda setiap kalinya.
249
3) Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut yang dapat dilaksanakan diantaranya yaitu warga RW 07
tetap melanjutkan kegiatan senam jantung sehat tiap minggunya yang dipandu oleh
kader-kader Posyandu Berbunga Silang Lagi Berkembang, POKJA KADARZI dan
POKJA PHBS yang telah mengikuti pelatihan senam kader.
b. Pelatihan Senam Kader
Kegiatan dilaksanakan pada hari Senin, 30 Januari 2012, pukul 16.30 WIB dan
berakhir pada pukul 17.30 WIB bertempat di Posyandu Berbunga Silang Lagi
Berkembang RW 07 Kelurahan Limbungan Baru. Kegiatan diawali dengan
penyuluhan mengenai jantung sehat yang berisikan pengertian, manfaat, jenis, prinsip
serta langkah-langkah senam jantung sehat. Setelah pemberian materi dilanjutkan
dengan demonstrasi gerakan senam jantung sehat yang lakukan oleh mahasiswa
selanjutnya oleh para kader. Setelah kegiatan berlangsung, ditutup dengan kegiatan
senam jantung sehat secara bersama-sama. Strategi pelaksanaan kegiatan yaitu
pendidikan kesehatan serta proses kelompok. 12 peserta (86%) mengikuti kegiatan dari
awal hingga akhir acara.Terjadi peningkatan tingkat pengetahuan kader senam tentang
materi senam jantung sehat melalui evaluasi yang dilakukan pada akhir acara
(penutupan). 86 % peserta yang ada dapat mempraktekkan gerakan senam jantung
sehat yang telah di ajarkan sebelumnya.
1) Faktor pendukung
Faktor pendukung kegiatan pelatihan senam kader yaitu keaktifan para kader dalam
mengikuti kegiatan pelatihan senam kader. Selain itu peserta sangat antusias
mempraktekan kegiatan senam yang yang telah diajarkan.
2) Faktor penghambat
Faktor penghambat kegiatan senam yaitu tidak tersedianya tempat yang cukup luas
untuk mengadakan senam.
250
3) Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan diantaranya yaitu kader-kader terutama
POKJA PHBS dan POKJA KADARZI dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam
pelatihan tersebut untuk membentuk kelompok pelatih senam.
c. Pengaktifan Posbindu
Kegiatan dilaksanakan pada hari Jumat, 27 Januari 2012, pukul 09.30 WIB dan
berakhir pada jam 10.55 WIB di Posyandu Berbunga Silang Lagi Berkembang RW
07 Kelurahan Limbungan Baru. Kegiatan diawali dengan pemberian materi mengenai
system 5 meja dalam posbindu kemudian dilanjutkan dengan role play system 5 meja
posbindu oleh mahasiswa kemudian dilanjutkan role play oleh kader-kader posbindu.
Strategi pelaksanaan kegiatan yaitu pendidikan kesehatan. 7 orang peserta (100%)
mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir acara. Seluruh peserta (100%) dapat
mempraktekan penerapan system 5 meja dengan baik. Terjadi peningkatan
pengetahuan kader tentang system 5 meja, melalui evaluasi dari moderator.
1) Faktor pendukung
Faktor pendukung kegiatan pengaktifan posbindu yaitu keaktifan peserta untuk
mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir yang ditunjukan melalui pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan serta keaktifan mengikuti kegiatan role play system 5
meja posbindu.
2) Faktor penghambat
Tidak ada hambatan yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan pengaktifan
posbindu ini.
3) Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut yang diharapkan yaitu:
1) Kader-kader posbindu di wilayah RW 07 menjalankan kembali kegiatan
posbindu lansia dengan mempraktekkan system 5 meja posbindu.
251
2) Kader-kader posbindu di wilayah RW 07 membuat jadwal kegiatan posbindu
selama 1 tahun kedepan agar kegiatan posbimdu terus berjalan.
3) Bimbingan dan arahan dari pihak puskesmas karya waanita terkait
penyampaian materi-materi mengenai program posbindu
d. Penyuluhan Hipertensi
Kegiatan penyuluhan hipertensi dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Januari 2012
pada pukul 08.18 – 09.23 WIB di Posyandu Berbunga Silang Lagi Berkembang.
Kegiatan diawali dengan senam lansia jantung sehat, selanjutnya penyuluhan
mengenai rematik dan terakhir yaitu demonstrasi obat-obatan tradisional untuk
mengatasi hipertensi. Kegiatan dilaksanakan dengan strategi pendidikan kesehatan.
80 % peserta menghadiri kegiatan penyuluhan hipertensi. kegiatan berjalan lancar
ditunjukan dengan 80% lansia sangat aktif selama kegiatan serta 70 % lansia mempu
menyebutkan kembali pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara pencegahan, diit,
serta perawatan pada penyakit hipertensi.
1) Faktor pendukung
Keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan ini merupakan faktor pendukung
kegiatan penyuluhan.
2) Faktor penghambat
Faktor penghambat kegiatan penyuluhan ini ruangan posyandu yang terlalu kecil,
sehingga peserta yang bisa masuk terbatas. Selanjutnya setting tempat yang kurang
tepat membuat ruangan menjadi semakin sempit.
3) Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut dari kegiatn penyuluhan senam rematik yaitu:
a) Pihak RW 07 terutama kader-kader serta POKJA yang telah dibentuk tetap
mengadakan kegiatan penyuluhan terkait hipertensi bekerjasama dengan
Puskesmas Karya Wanita.
252
b) Bimbingan dan arahan dari Puskesmas Karya Wanita untuk melatih kader-
kader dalam memberikan penyuluhan hipertensi.
e. Penyuluhan Rematik
Kegiatan penyuluhan rematik dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Januari 2012
pada pukul 20.00 – 20.30 WIB di rumah Ibu Tasmi warga RW 07 bersamaan dengan
kegiatan wirid mingguan yang diaadakan. Kegiatan diawali pembacaan wirid yasin,
cara makan-makan bersama dan selanjutnya penyampaiaan materi mengenai rematik
kemudian demonstrasi pembuatan obat-obatan tradisional mengatasi rematik. Strategi
pelaksanaan yang digunakan yaitu pendidikan kesehatan. kegiatan dihariri oleh 36
peserta wirid yang juga terdiri dari lansia. Kegiatan berjalan lancar ditunjukan 60 %
peserta mampu menyebutkan pengertian dan cara pencegahan rematik, 65 % peserta
mampu meyebutkan penyebab rematik, 70% peserta mampu menyebutkan tanda dan
gejala serta diit rematik, dan 80% peserta mampu meramu obat tradisional untuk
mengatasi nyeri rematik.
1) Faktor pendukung
Keaktifan peserta dan antusiasme peserta dalam mengikuti kegiatan
penyuluhan. Hal ini terlihat dari pertanyaan – pertanyaan yang muncul.
2) Faktor penghambat
Faktor penghambat sulit nya untuk mengadakan kegiatan selain di kegiatan
senam karena tidak ada fasilitas umum seperti mesjid yang dapat digunakan. Selain
itu hambatan ditemukan pada acara yang dikarenakan bergabung dengan acara wirid,
sehingga menyebabkan jalannya acara berjalan terburu-buru.
3) Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut dari kegiatn penyuluhan senam rematik yaitu:
c) Pihak RW 07 terutama kader-kader serta POKJA yang telah dibentuk tetap
mengadakan kegiatan penyuluhan terkait rematik bekerjasama dengan
Puskesmas Karya Wanita.
253
d) Bimbingan dan arahan dari Puskesmas Karya Wanita untuk melatih kader-
kader dalam memberikan penyuluhan rematik.
4. Implementasi keperawatan komunitas yang lainnya dilakukan oleh mahasiswa praktik
profesi keperawatan komunitas diantaranya:
a. Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Kegiatan usaha kesehatan sekolah dilaksanakan pada Hai Jumat, 23 Desember
2011 pada pukul 08.20 – 09.30 WIB di Seolah dasar (SD) Negeri 016 Kelurahan
Limbungan Baru kegiatan menjelasakan mengenai cara menggosok gigi yang benar
kepada seluruh siswa SD. Peserta kegiatan terdiri dari ± 200 orang yang terdiri dari
murid kelas I hingga kelas VI. Kegiatan dilaksanakan di halaman sekolah yang terdiri
dari rangkaian acara penyamapaian materi mengenai cara menggosok gigi yang benar,
pemutaran video kesehatan masalah gigi, dan selanjutnya demonstrasi cara menggosok
gigi yang benar oleh seluruh siswa. Atrategi pelaksanaan kegiatan merupakan strategi
kegiatan penddikan kesehatan. kegiatan berjalan lancar hal ini terlihat dari 100 siswa
aktif mengikuti kegiatan redemonstrasi cara menggosok gigi yang benar. Selanjutnya
85% siswa mampu menyebutkan manfaat, serta akibat jika tidak menggosok gigi yang
benar.
1) Faktor pendukung
Faktor pendukung kegiatan ini yaitu keaktifan para siswa untk mengikuti kegiatan
dari awal hingga akhir acara. Selain itu respon positif dari seluruh guru-guru yang
berada di sekolah tersebut, hal ini terlihat dari pengumuman yang disampaikan oleh guru
kepada siswa-siswi untuk membawa peralatan menggosok gigi.
2) Faktor penghambat
Faktor penghambat yaitu tidak terdapatnya sekolah di wilayah RW 07 sehingga
harus mencari sekolah lain di luar wilayah RW 07. Selain itu, faktor penghambat
kegiatan ini yaitu tidak tersedianya temapat seperti aula untuk pengadaan kegiatan. Hal
254
ini menyebabkan siswa harus berpanas-panasan serta layar yang tampilkan tidak terlihat
maksimal oleh para siswa.
3) Rencana tindak lanjut
Recanan tindak lanjut yang dapat dilakukan yaitu:
1) Pihak sekolah mengadakan kegiatan penyuluhan seanjutnya yang bekerja sama
dengan Puskesmas untuk memebrikan materi penyuluhan
2) Pihak Puskesmas Karya Wanita sebaiknya melakukan kunjungan rutin ke sekolah
dasar untuk mengenal masalah kesehatan yang ada sehingga dapat memberikan
penyuluhan yang tepat.
b. Kegiatan Usaha Kesehatan Kerja (UKK)
Kegiatan (Usaha Kesehatan Kerja) UKK dilaksanakan pada Hari Selasa, 10
Januari 2012 pada pukul 15.35 dan berakhir pada pukul 16.28 WIB. Kegiatan
dilaksanakan di bengkel las Bapak Surya di Jl. Harmonis RW 07 Keluraha Limbungan
Baru. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi penyampaian materi mengenai keselamatan
pada bengkel las, alat pelindung diri usaha bengkel las, serta perawatan pada akibat
usaha bengkel las melalui demonstrasi pembuatan obat-obat tradisional. Kegiatan
dilaksakan dengan strategi pelaksanaan pendidikan kesehatan. kegiatan dihadiri oleh
12 peserta. Kegiatan berjalan dengan lancar, hal ini terlihat 100% pserta megikuti
kegiatan dari awal ingga akhir acara.
a) Faktor pendukung
Faktor pendukung kegiatan ini yaitu keaktifan dari para peserta dalam mengikuti
acara. Tempat yang cukup luas juga penunjang pelaksanaan kegiatan menjadi baik.
b) Faktor penghambat
Faktor penghambat kegiatan ini yaitu, tertunda nya kegiatan ini Selma 3 kali
dikarenakan bengkel yang telah membuat kontrak membatalkan kegiatan
diakrenakan ada urusan penting.
255
c) Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan yaitu pihak Puskesmas Karya Wnita
harus rutin melakukan kunjungan kepada usaha kesehatan kerja yang terdapat
diwilayah kerjanya.
c. Kegiatan Revitalisasi Posyandu
Kegiatan revitalisasi posyandu dilaksanakan pada hari Senin, 2 Januari 2012 pukul
09.15 WIB dan berakhir 12.20 WIB di Posyandu Berbunga Silang Lagi Berkembang
RW 07 Kelurahan Limbungan Baru. Kegiatan dihadiri oleh 9 orang (6 kader Posyandu,
2 orang Pokja Kadarzi, 1 orang Pokja PHBS) dan 1 orang kader Posyandu yang tidak
hadir hadir karena sedang mengunjungi keluarganya di luar kota yang sedang sakit.
Kegiatan diawali dengan pre-test, kemudian penjelaskan materi mengenai system 5 meja
posyandu yang lebih ditekankan pada penyegaran meja 4. Setelah itu dilakukan role play
system 5 meja posyandu oleh mahasiwa dan redemonstrasi oleh para kader posyandu.
Selain sitem 5 meja pada posyandu pada saat acara juga dilakukan penjelasan mengenai
deteksi dini tumbuh kembang bayi, penjelasan mengenai gizi seimbang dan diakhiri oleh
post-test. Kegiatan menggunakan strategi pelaksanaan pendidikan kesehatan. kegiatan
dihadiri oleh 9 peserta. Kegiatan berjalan lancar dilihat dari 100 % Kader Posyandu
berperan aktif dalam menempati sistem lima meja Posyandu. Selain itu, 100 % Kader
Posyandu terlihat telah mengerti tentang penerapan sistem lima meja Posyandu.
1) Faktor pendukung
Faktor pendukung kegiatan ini yaitu keaktifan para kader dalam mengikuti kegiatan
dari awal hingga akhir acara.
2) Faktor penghambat
Faktor penghambat yaitu sempitnya tempat pelaksaan acara, sehingga kegiatan
terlihat sangat padat.
3) Rencana tinadak lanjut
Rencana tindak lanjut yang dilakukan yaitu:
256
1) Kader posyadu Berbunga Silang Lagi berkembang harus selalu menerapkan
system 5 meja yang telah di ajarkan kepada para kader pada setiap pelaksanaan
posyandu.
2) Pihak Puskesmas Karya Wanita harus selalu memantau kegiatan posyandu yang
diadakan tiap bulannya.
3) Bimbingan dan arahan dari pihak Puskesmas Karya wanita untuk melatih para
kader mengenai system 5 meja posyandu dan melatih para kader untuk melakukan
penyuluhan di meja 4.
257