tahukah yesus akan hari kiamat? - by stefanus tay & ingrid tay

3

Click here to load reader

Upload: gilbert-hanz

Post on 03-May-2017

234 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tahukah Yesus Akan Hari Kiamat? - By Stefanus Tay & Ingrid Tay

Tahukah Yesus akan hari kiamat?

By Stefanus Tay & Ingrid Tay

Pernyataan Yesus tentang akhir jaman dalam ayat Mrk 13: 32, memang

mengundang bermacam interpretasi, namun sebaiknya kita berpegang pada apa

yang menjadi pengertian Bapa Gereja, karena demikianlah yang dipegang oleh

Gereja Katolik. Ayatnya berbunyi demikian, “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak

seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya

Bapa saja.”

Jika kita hanya membaca sepintas, atau mengambil arti harafiah pernyataan ini,

maka kita dapat mengambil kesimpulan yang tidak sesuai dengan arti yang

semestinya.

Hal ini yang terjadi, setidaknya yang dimengerti oleh 2 kelompok ini:

1. Themistius dan para pengikutnya, di abad ke 6, mengartikan ayat tersebut

bahwa Yesus benar-benar tidak tahu akan hal saat akhir jaman ini. Heresi ini

dikenal dengan nama Agnoetae: Penyangkalan akan kepenuhan

pengetahuan manusiawi di dalam diri Kristus.

2. Para penganut Protestant Kenotic Christology (Kristologi Kenotik menurut

Protestan) yang berpendapat bahwa melalui Inkarnasi maka Tuhan Yesus

melepaskan kepenuhan sifat-sifat keilahian-Nya, sehingga Sang Sabda

menjadi terbatas dalam hal omniscience, omnipresence dan omnipotence.

Martin Luther mendasari pendapatnya ini dengan teks dari Flp 2:6-11. Teori

ini dikembangkan secara ekstrim oleh teolog Protestan, Wolfgang Friedrich

Gess (1819-91) yang menyatakan bahwa melalui Inkarnasi terjadi perubahan

besar dalam Trinitas, karena Allah Bapa ‘berhenti’ menghasilkan Sabda,

sehingga Roh Kudus hanya bersumber pada Allah Bapa, dan tidak melibatkan

Kristus. Secara objektif dapat kita lihat bahwa teori ini dapat mengarah

kepada penyangkalan akan kesamaan substantial antara Allah Bapa dan

Yesus (Allah Putera), yang hampir sama dengan heresi Arianisme pada awal

abad ke 4.

Gereja Katolik TIDAK mengartikan ayat tersebut seperti kedua pendapat di atas.

Sebab Gereja Katolik berpegang pada apa yang tertera di banyak ayat di dalam

Alkitab yang menyatakan kesetaraan Yesus dengan Allah Bapa, sebagai Firman

yang adalah Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia (Yoh 1:1, 14), sebagai

Pribadi kedua dari Trinitas dan tentang banyaknya bukti Alkitabiah tentang ke-

Allahan Yesus dan kesetaraan-Nya dengan Allah Bapa. Kesetaraan ini mencakup

segala hal, termasuk dalam hal pengetahuan akan hari dan saat

Penghakiman Terakhir.

Page 2: Tahukah Yesus Akan Hari Kiamat? - By Stefanus Tay & Ingrid Tay

Pengajaran Gereja Katolik tentang hal ini berdasarkan dari pengajaran Magisterium

Gereja yang ditegaskan di dalam:

1. Konsili Nicea (325), yang menegaskan doktrin Ke-Allah-an Yesus: bahwa

Kristus adalah Tuhan, “consubstantial”/ sehakekat dengan Allah Bapa. Konsili

ini diadakan untuk menegakkan pengajaran Gereja yang pada waktu itu

diserang oleh faham sesat Arianisme.

2. Konsili Chalcedon (451), yang membacakan “The Tome of Leo”, bunyinya,

“Jadi di dalam keutuhan dan kesempurnaan Yesus sebagai manusia, Allah

telah menjelma, lengkap di dalam segala sesuatunya sebagai Allah, lengkap

di dalam segala sesuatunya sebagai manusia, ….. menaikkan derajat

manusia, tanpa mengurangi derajat-Nya sebagai Allah: sebab dengan

mengosongkan Diri-Nya, Ia yang tidak kelihatan membuat Diri-Nya menjadi

kelihatan; Pencipta segala sesuatu menginginkan DiriNya menjadi mahluk

yang mortal, bukan karena kegagalan kekuasaan-Nya, namun karena

pernyataan belas kasihan-Nya. Oleh karena itu, Ia yang tetap Allah,

mengambil rupa manusia, bahkan menjadi seorang hamba. Sebab, kedua

sifat itu [ke-Allahan dan kemanusiaan-Nya] tetap mempertahankan karakter

keduanya tanpa menghilangkan satu sama lain: dan ke-AllahanNya tidak

menghapuskan karakter hamba, ke-hamba-anNya tidak mengurangi karakter

ke-Allahan-Nya.”

3. Patriarkh Alexandria, bernama Eulogius, bersama dengan uskup-uskup

Yerusalem, Stephanus dan Sophronius dan Paus Gregorius Agung

menanggapi heresi Agnoetae (abad ke 6) tersebut dengan menyatakan,

“Allah Putera yang Mahatahu mengatakan bahwa Ia tidak tahu harinya [akhir

jaman, sehingga] Ia tidak menyatakannya, bukan disebabkan oleh sebab Ia

sendiri tidak tahu, tetapi karena Ia tidak mengizinkan hal tersebut diketahui

sama sekali…. Putera Tunggal Allah yang menjelma menjadi manusia

yang sempurna untuk kita, pasti mengetahui hari dan saatnya

Penghakiman Terakhir di dalam diriNya sebagai manusia, namun

demikian Ia tidak mengetahui hal itu dari kapasitasnya sebagai

manusia…. Sebab untuk maksud apa bahwa Ia yang menyatakan DiriNya

sebagai Kebijaksanaan Allah yang menjelma, jika ada sesuatu yang tidak

diketahui olehNya sebagai Kebijaksanaan Allah? … Juga tertulis bahwa, ….

Allah Bapa menyerahkan segala sesuatu ke dalam tanganNya [Yesus Kristus

di dalam Yoh 13:3]. Jika disebutkan segala sesuatu, tentu termasuk hari dan

saat Penghakiman Terakhir. Siapa yang begitu naif untuk mengatakan bahwa

Allah Putera menerima di dalam tangan-Nya sesuatu yang tidak diketahui

olehNya?”

4. St. Maximus (580-662): Jika para nabi saja dapat mengetahui hal- hal di masa

depan yang akan terjadi, betapa lebih lagi Kristus dapat mengetahui semua

itu melalui kesatuan-Nya dengan Sang Sabda.[1]

5. Sedangkan untuk menanggapi Kristologi Kenotik menurut Protestant,

Paus Pius XII dalam memperingati Konsili Chalcedon yang ke 1500, menulis

surat ensiklik Sempiternus Rex pada tahun 1951, yang mengecam

Page 3: Tahukah Yesus Akan Hari Kiamat? - By Stefanus Tay & Ingrid Tay

penyalah-artian ayat Filipi 2:7 pada mereka yang berpikir bahwa tidak ada

keilahian di dalam Sabda yang menjadi manusia dalam diri Kristus. Menurut

Bapa Paus, ini adalah maksud yang keliru, seperti halnya heresi Docetism

yang mengklaim sebaliknya. Selanjutnya Bapa Paus menegaskan kembali apa

yang telah ditetapkan di dalam The Tome of Leo, “Ia yang sungguh-sungguh

Allah telah lahir, lengkap di dalam ke-Allahan-Nya, dan lengkap di dalam

kemanusiaan-Nya.”

Demikian yang dapat kami tuliskan mengenai Mrk 13:32. Di atas semua ini kita

perlu dengan rendah hati menerima, bahwa pihak Magisterium Gereja adalah yang

paling dapat menginterpretasikan ayat-ayat Alkitab dengan benar, dalam kesatuan

dengan ayat-ayat yang lain di dalam Alkitab, dan Tradisi Suci Gereja.

CATATAN KAKI:

1. Lihat Quaestiones et dubia 66 (I, 67), PG 90: 840 [↩]