tak edy hall

Upload: edy-dwi-permana

Post on 13-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROPOSALTERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA PASIEN HALUSINASIDI RUANG SADEWA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA PAKEM

Disusun Oleh :I MadeEdy Dwi Permana

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA2013/2014

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di bidang kesehatan sudah demikian pesatnya hingga berdampak pada sumber daya manusia yang menuntut pelayanan prima. Bidang pelayanan kesehatan psikiatri juga terus mengembangkan mutu pelayanan antara lain dengan adanya berbagai terapi baik medis, modalitas, konseling, psikoterapeutik, pendidikan kesehatan, perawatan berkelanjutan, perawatan mandiri Activity Daily Living (ADL).Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi medik yang terarah bagi pasien baik fisik maupun mental dengan mempergunakan aktivitas sebagai media terapi. Terapi aktivitas kelompok memegang peranan penting dalam proses penyembuhan klien dan meningkatkan mutu pelayanan. Melalui aktivitas pasien diharapkan dapat berkomunikasi lebih baik untuk mengekspresikan dirinya dan kemampuan pasien dapat diketahui secara baik oleh terapis maupun oleh pasien itu sendiri.Terapi Aktivitas Kelompok (TAK): sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan persepsi sensori. Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi medik yang terarah pasien baik fisik maupun mental. Penyelenggaraan dan pelaksanaan terapi aktivitas akan dilakukan di ruang sadewa RSJ Grhasia dimana memiliki kapasitas jumlah 60 tempat tidur dan jumlah total pasien saat ini adalah 41 orang dimana pasien yang mengalami gangguan persepsi halusinasi berjumlah 13 orang (31,7 %). Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol halusinasi dengan melatih kegiatan. Dengan menggunakan aktivitas sebagai media terapi maka diharapkan pasien dapat mandiri semaksimal mungkin, dapat berkomunikasi dengan baik serta mampu untuk mengatasi gangguan halusinasi sehingga dapat membedakan antara halusinasi dengan kenyataan.

B. Tujuan Adapun tujuan dari dilaksanakannya terapi aktivitas kelompok ini terbagi atas :1. Tujuan Umuma. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan klienb. Untuk melihat sejauh mana kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi yaitu dengan melakukan aktivitas.c. Membentuk sosialisasi dengan meningkatkan hubungan antar sesama klien di Bangsal Sadewad. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan konsep diri klien.2. Tujuan Khususa. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi.b. Klien dapat mengontrol halusinasai dengan melakukan aktivitasc. Klien dapat memperagakan cara melakukan aktivitas yang di latih

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Pengertian Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukanpada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan Skizofrenia. Dari seluruh klien schizophrenia 70 % di antaranya mengalami halusinasi.Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau di luar tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain. Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (PPDGJ III, 2001). Menurut Emil Kraepelin, 1986 gangguan ini disebut Demensia prekoks yang dalam perjalanannya memperlihatkan adanya deteriorasi dibedakan menjadi katatonik, hebefrenik dan paranoid (Adi Soekarto,1997). Gejala-gejala yang karakteristiknya meliputi proses psikologik yang multipel dan dapat digolongkan kedalam: isi dan bentuk pikir, persepsi, afek, insight, kemauan, hubungan dengan dunia luar, perilaku psikomotorik.Salah satu dari gejala pasien dengan skizofrenia adalah gangguan persepsi. Persepsi merupakan tanggapan indera terhadap rangsang yang datang dari luar dan rangsang dari luar itu dapat berupa rangsang penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan rabaan (taktil) atau dapat disebut juga sebagai halusinasi. Pada pasien dengan skizofrenia dapat terjadi berbagai bentuk halusinasi tetapi terutama adalah halusinasi pendengaran, yang meliputi suara orang yang berasal dari luar kepalanya. Suara itu mungkin sudah dikenal dan sering sebagai hinaan atau cacian secara tunggal atau banyak.Halusinasi terbagi atas 4 macam tingkatan, yang pertama adalah halusinasi yang bersifat menyenangkan dan datang saat individu sendiri. Kedua, halusinasi bersifat mencemooh, menjijikkan, mencela, mengutuk dan menyalahkan. Ketiga, halusinasi sudah mulai memberi perintah, isi halusinasi mungkin sangat menarik bagi individu dan individu merasa kesepian jika suara tidak ada. Keempat, halusinasi bersifat mengancam individu jika individu tidak mengikuti perintah (Intansari.N, 2004).

B. Rentang Respon HalusinasiHalusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.Rentang respon (Harnawati, 2008):Respon AdaptifRespon Maladaptif

Pikiran logisDistorsi pikiran gangguan piker/delusi

Persepsi akurat ilusiHalusinasi

Emosi konsisten dengan reaksi emosi berlebihanSulit berespon emosi

Berhubungan socialMenarik diri

C. KlasifikasiPada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya :1) Halusinasi pendengaranKarakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara - suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.2) Halusinasi penglihatanKarakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan. 3) Halusinasi penghiduKarakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti darah, urine atau feses. Kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan demensia. 4) Halusinasi perabaKarakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.5) Halusinasi pengecapKarakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.6) Halusinasi sinestetikKarakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

D. EtiologiMenurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi dapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan.

E. Tanda dan GejalaPasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering di dapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau bicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang di alaminya (apa yang di lihat, di dengar atau di rasakan).Derajat Halusinasi :1. Comforting (kecemasan level sedang, biasanya menyenangkan) Karakteristik : pengalaman emosional yang kuat seperti kecemasan, merasa sendiri, perasaan bersalah, kejahatan, dan ketakutan dan klien mencoba fokus pada pikiran yang menyenangkan untuk membebaskan dari nyeri. Klien mengenali bahwa pikiran dan pengalaman sensori bisa dikontrol jika kecemasan diatur/dikendalikan. Nonpsikotik. Perilaku : tersenyum/tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa ada suara yang keluar, gerakan mata yang cepat, respon verbal yang sangat lambat, diam dan linglung.2. Condemning (kecemasan level berat, biasanya mengerikan) Karakteristik : pengalaman sensori yang mengerikan dan menakutkan. Dimulai dengan merasa kehilangan kontrol dan mencoba menjauh dari sumber yang dapat dilihat. Klien mungkin merasa disulitkan dengan pengalaman sensori itu dan menarik diri dari orang lain. Psikotik sedang. Perilaku : peningkatan tanda-tanda vital (TD, RR, HR), perhatian menyempit, linglung, kemungkinan tidak bisa membedakan antara halusinasi dengan realitas. 3. Controlling (kecemasan level berat, sensory experience become omnipotent) Karakteristik : halusinator menimbulkan pertentangan, dan klien mengalah. Ketika halusinasi mungkin akan, dan klien akan merasa sendiri. Psikotik. Perilaku : keringat dingin, tremor, tidak mampu mengikuti perintah, sulit berhubungan dengan orang lain, perhatian hanya beberapa detik atau menit.4. Concuering (kecemasan level panik, generally becomes elaborate and interwofen with delusion ) Karakteristik : pengalaman sensori mungkin mengancam, halusinasi akan bertahan beberapa jam atau hari jika tidak mendapat intervensi terapeutik. Psikotik berat. Perilaku : panik, potensial bunuh diri, perilaku kekerasan, bingung, menarik diri, kataton, tidak dapat mengikuti perintah yang kompleks, tidak mampu mengikuti satu orang atau lebih.

F. PsikopatologiPsikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar. Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis, maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.

G. PenatalaksanaanPenatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :1. Menciptakan lingkungan yang terapeutikUntuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan diisolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien diberitahu. Pasien diberitahu tindakan yang akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.2. Melaksanakan program terapi dokterSering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada. Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.4. Memberi aktivitas pada pasienPasien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan.Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugas lain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.6. Terapi medis pada pasien halusinasi chlorpromazine (CPZ) yang berwarna orange diminum 3x sehari jam 7 pagi, 1 siang dan 7 malam. CPZ berfungsi untuk menghilangkan suara-suara, Thrixyphenidyl (THP) berwarna putih diminum 3x sehari berguna untuk membuat relaks dan tidak kaku diminum jam 7 pagi, 1 siang dan 7 malam. Halloperidol berwarna merah jambu diminum 3x sehari berfungsi untuk agar pikiran tenang. Apabila suara sudah hilang obat tetap dikonsumsi agar tidak kambuh lagi. Apabila obat habis konsultasi ke dokter untuk mendapatkan obat.

H. Hubungan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dengan HalusinasiPada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.Terapi Aktivitas Kelompol (TAK) atau sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan persepsi sensori. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasinya dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti therapy ini adalah klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerja sama.

BAB IIIRENCANA KEGIATANTERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

A. TopikMelakukan aktivitas

B. Tujuan1. Tujuan umum:Klien mampu melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan klien 2. Tujuan khusus :a) Klien dapat menyampaikan dengan benar cara melakukan aktivitas yang dilatihb) Klien dapat melakukan aktivitas dengan benarc) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.

C. Latar BelakangTerapi Aktivitas Kelompok (TAK): sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan persepsi sensori. Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi medik yang terarah pasien baik fisik maupun mental. Penyelenggaraan dan pelaksanaan terapi aktivitas akan dilakukan di ruang sadewa RSJ Grhasia dimana memiliki kapasitas jumlah 60 tempat tidur dan jumlah total pasien saat ini adalah 41 orang dimana pasien yang mengalami gangguan persepsi halusinasi berjumlah 13 orang (31,7 %).Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol halusinasi dengan melatih kegiatan. Dengan menggunakan aktivitas sebagai media terapi maka diharapkan pasien dapat mandiri semaksimal mungkin, dapat berkomunikasi dengan baik serta mampu untuk mengatasi gangguan halusinasi sehingga dapat membedakan antara halusinasi dengan kenyataan.

D. Seleksi KlienSesuai dengan teori pada terapi aktivitas kelompok menurut Stuart dan Laraia (2001) jumlah anggota kelompok adalah 6-10 orang, maka jumlah klien yang diambil pada terapi ini adalah 6 orang dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut : 1. Kriteria inklusia. Klien yang dirawat di ruang Sadewa b. Klien berusia 20-50 tahunc. Klien telah berada pada tahap maintenanced. Klien mengalami gangguan persepsi halusinasi dan sudah mampu mengontrol halusinasinya.e. Klien tidak mengalami gangguan pendengaran atau tuna rungu dan tuna wicara.2. Kriteria eksklusia. Klien yang masih dalam tahap akut atau krisis.b. Klien berusia > 20 tahunc. Klien yang tidak mengalami gangguan persepsi halusinasi

E. Jadwal KegiatanKegiatan dilakukan di ruang Sadewa RSJ Grhasia, hari kamis tanggal 26 Juni 2014. TAK akan berlangsung selama 30 menit yaitu dari pukul 09.00 WIB sampai pukul 09.30 WIB

F. Metodea. Ceramahb. Tanya jawabc. Demonstrasid. Bermain peran

G. Media dan Alata. Spidol dan whiteboardb. Nama pasienc. Alat-alat untuk menyapud. Handphone/tape

H. Pengorganisasian1. Klien 1) Tn. Yunadi2) Tn. Dani3) Tn. Damar4) Tn. Budi5) Tn. Arif6) Tn. Saftadi

2. Tim Terapi1) Leader: Edy Uraian tugas: a) Mengkoordinasi seluruh kegiatanb) Memimpin jalannya terapi kelompokc) Memimpin diskusi2) Co leader: YudhaUraian tugas: a) Membuka acara.b) Mendampingi leaderc) Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.d) Menyerahkan kembali posisi kepada leader.e) Menutup acara diskusi.

3) Observer: PhilipusUraian tugas:a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan jalannya acarab) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok dengan evaluasi kelompok

4) Fasilitator : Nunu dan LeoUraian tugas :a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatanc) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatand) Membimbing kelompok selama permainan diskusie) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatanf) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalahg) Memutar musik saat TAK berlangsung

I. Setting Tempat

Keterangan:

: Leader

: Co Leader

: Observer : Klien

: Fasilitator

1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk lingkaran2. Leader berada di depan klien, fasilitator berada diantara klien dan observer berada di luar lingkaran3. Ruangan nyaman dan tenang

J. Langkah Kegiatan

1. Persiapan a. Mengingatkan kontrak b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan2. Orientasi 1. Salam terapeutik kepada klien1) Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri papan nama)2) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua klien (beri papan nama)2. Penjelasan tujuan TAKTujuan TAK ini bertujuan untuk mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas3. Evaluasi/validasi1) Menanyakan perasaan klien saat ini4. Kontrak1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mengenal suara-suara yang didengar2) Leader menjelaskan aturan main3) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada leader4) Lama kegiatan 30 menit5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir3. Tahap kerjaa. Hidupkan kaset tape rekorder dan edarkan bola berlawanan arah jarum jam b. Pada saat tape dimatikan klien yang mendapatkan bola di suruh untuk beraktivitas seperti menyapu lantai c. Setelah selesai satu orang klien menyapu, nyalakan kembali musiknya untuk melanjutkan kegiatannyad. Beri pujian jika klien mampu untuk melakukan aktivitas dengan benar4. Tahap terminasia. Evaluasi Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan tersebut Memberi pujian atas keberhasilan dalam melakukan aktivitasb. Rencana tindak lanjut Menganjurkan setiap klien untuk melatihnya kembali Mmasukkan dalam jadwal kegiatan harian klien c. Kontrak yang akan datang Melakukan latihan mengontrol halusinasi dengan minum obat

K. Evaluasi 1. Evaluasi Struktur a) Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatanb) Posisi tempat duduk di kursi yang telah dipersiapkan c) Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatand) Alat yang digunakan dalam kondisi baike) Leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.2. Evaluasi Prosesa) Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.b) Leader mampu memimpin acara.c) Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.d) Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.e) Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.f) Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompokg) Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir3. Evaluasi HasilDiharapkan 75% dari kelompok mampu :b) Menjelaskan kegiatan yang ingin dilatihc) Mempraktikkan kegiatan yang dilatih4. Format evaluasi1. Kempauan verbal No Aspek yang dinilaiNama klien

1.Menyampaikan cara benar dalam menyapu lantai

2.Memakai alat yang sesuai

3.Mampu membersihkan alat setelah pemakaian

Jumlah

2. Kempauan non verbalNo Aspek yang dinilaiNama klien

1.Kontak mata

2.Cara menyapu yang benar

3.Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai

4.Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

Jumlah

Petunjuk 1. Dibawah ini nama klien, tulis nama panggilan klien yang mengikuti TAK2. Untuk tiap klien semua aspek dinilai, dengan member tanda V jika ditemukan pada klien dan tanda X jika tidak ditemukan pada klien.3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan jika mendpar nilai 3 atau 4 , klien mampu. Jika nila 2, klien dianggap belum mampu.

Daftar Pustaka

Kelliat.B A (2005) Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.

Maslim. R (2003) Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : Bag. Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

Nurjannah I. (2004) Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Mocomedia.

Soekarto. A (1997) Psikiatri Klinik Ed.3. Yogyakarta : Bag. Ilmu Kedokteran Jiwa FK.

17