tak pada lansia

10
PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA LANSIA TERAPI KOGNITIF & TERAPI PENDENGARAN A. Latar Belakang S eiring dengan bertambahnya usia, penurunan pendengaran merupakan hal yang umum terjadi. Gejala ini bersifat semakin tua semakin berat ( gradual ). Sehingga banyak orang yang tidak menyadarinya. Di Indonesia, belum ada data pasti tentang berapa persen lansia (usia lebih dari 60 tahun) menderita presbycusis (gangguan pendengaran ) . Namun dari penelitian di AS, terdapat sekitar 33% presbycusis pada usia lebih dari 60-70 tahun, dan 45% pada usia lebih dari 70 tahun (Feeney, 2008). Proses penuaan seringkali ditandai dengan menurunnya fungsi berbagai organ tubuh, salah satunya adalah fungsi pendengaran. Sekitar 30-35% orang berusia antara 65-75 tahun akan mengalami gangguan pendengaran secara perlahan lahan akibat proses penuaan yang dikenal dengan istilah presbicusis. Akibat adanya gangguan pendengaran ini, seringkali orang-orang disekitarnya akan berbicara dengan suara yang lebih lantang dan keras dengan para lansia. Namun demikian bukan berarti semakin keras suara yang diucapkan akan terdengar lebih baik bagi mereka karena ternyata suara yang terlalu keras pun akan terdengar menyakitkan di telinga mereka. Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok

Upload: bakhrul-ulum

Post on 02-Feb-2016

71 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

tak pada lansia

TRANSCRIPT

Page 1: Tak Pada Lansia

PRE PLANNING

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PADA LANSIA

TERAPI KOGNITIF & TERAPI PENDENGARAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan bertambahnya usia, penurunan pendengaran merupakan hal yang

umum terjadi. Gejala ini bersifat semakin tua semakin berat (gradual). Sehingga banyak

orang yang tidak menyadarinya. Di Indonesia, belum ada data pasti tentang berapa persen

lansia (usia lebih dari 60 tahun) menderita presbycusis (gangguan pendengaran ). Namun

dari penelitian di AS, terdapat sekitar 33% presbycusis pada usia lebih dari 60-70 tahun,

dan 45% pada usia lebih dari 70 tahun (Feeney, 2008).

Proses penuaan seringkali ditandai dengan menurunnya fungsi berbagai organ tubuh,

salah satunya adalah fungsi pendengaran. Sekitar 30-35% orang berusia antara 65-75

tahun akan mengalami gangguan pendengaran secara perlahan lahan akibat proses

penuaan yang dikenal dengan istilah presbicusis. Akibat adanya gangguan pendengaran

ini, seringkali orang-orang disekitarnya akan berbicara dengan suara yang lebih lantang

dan keras dengan para lansia. Namun demikian bukan berarti semakin keras suara yang 

diucapkan akan terdengar lebih baik bagi mereka karena ternyata suara yang terlalu keras

pun akan terdengar menyakitkan di telinga mereka.

Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan

perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang

sama. Aktivitas diguanakan sebagai terapi dan kelompok diguanakan sebagai target

asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung,

saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat lansia melatih perilaku

baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku yang maladaptif Oleh karena itu,

dibutuhkan satu kegiatan yang dapat menumbuhkan kerja sama dan kerukunan antar PM.

Dengan demikian diharapkan suasana kehidupan di bangsal menjadi lebih kooperatif dan

dapat memberikan ketenangan bagi PM. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah

TAK yang melibatkan seluruh peserta dalam bentuk terapi kognitif dan pendengaran.

Di dalam melakukan survey pada tanggal 13 September 2015 di ruang anggrek

terdapat 12 PM dan diantaranya ada beberapa PM yang usianya lebih dari 60 tahun.

Sesuai teori yang sudah dijelaskan diatas bahwa jika lansia sudah berusia 60 tahun lebih

Page 2: Tak Pada Lansia

akan terjadi penurunan fungsi pendengaran. Dari uraian diatas maka kelompok kami akan

melakukan TAK pada lansia dalam bentuk terapi kognitif dan pendengaran.

B. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan terapi kognitif dan terapi pendengaran lansia makin

meningkatkan aktivitas dan meningkatkan kemampuan sosial

C. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan terapi kognitif dan terapi pendengaran lansia mampu

a. Mengingat bentuk objek yang telah ditunjukkan.

b. Melatih konsentrasi untuk memusatkan perhatian sesuai petunjuk yang diberikan.

c. Melatih ketajaman pendengaran.

D. Landasan Teori

Terapi kognitif berfokus pada masalah, orientasi pada tujuan, kondisi dan waktu saat

itu. Terapi ini memandang individu sebagai pembuat keputusan. Terapi kognitif telah

menunjukkan kefektifan penanganan dalam masalah klinik misalnya cemas,

schizophrenic, substance abuse, gangguan kepribadian, gangguan mood. Dalam

prakteknya, terapi ini dapat diaplikasikan dalam pendidikan, tempat kerja dan seting

lainnya.

Istilah kognitif mulai populer setelah teori piaget banyak dibahas para ahli th 1960-

an. Pengertian kognisi, meliputi aspek- aspek  struktur intelek yang digunakan untuk

mengetahui sesuatu. Menurut chaplin, kognisi memiliki pengertian yang luas mengenai

berpikir dan mengamati yang telah mengakibatkan individu memperoleh pengertian.

Kognitif menurut piaget, perkembangan kognitif tidak hanya dari hasil kematangan

organisme, atau dari pengaruh lingkungan saja, melainkan interaksi diantara keduanya.

Pengertian Pendengaran adalah salah satu sarana penting dalam diri manusia. Kehilangan

pendengaran merupakan ancaman terhadap komunikasi dan kehidupan pribadi dan

sosial. Orang yang mengalami masalah kehilangan pendengaran biasa dikenal dengan

istilah tuna rungu. Tuna rungu adalah kerusakan atau kelainan pendengaran yang

menyebabkan seseorang tidak dapat mendengar atau daya pendengarannya berkurang.

Page 3: Tak Pada Lansia

E. Kriteria Peserta

a. PM yang cukup kooperatif.

b. PM yang mengerti bahasa Indonesia.

c. PM yang ada diruang anggrek.

d. PM dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang mengidap penyakit

fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain)

F. Sasaran

Sasaran : Semua PM di Ruang Anggrek Unit Pelayanan Sosial Lansia Puncak Gading

Semarang

Target : Semua PM diruang anggrek dan PM dengan usia diatas 60 tahun

G. Jenis Kegiatan

Terapi aktivitas kelompok : Terapi kognitif dan terapi pendengaran

H. Pengorganisasian

1. Leader : Yuli Rosa Prasetya

2. Co Leader : Fajar Widhi Atmojo

3. Observer : Bakhrul Ulum, Lailatul Fitria,

4. Fasilitator : Ida Mariana, Dwi Angga S., Laili Maaftukhah, Efriyawan.

I. Seting Kegiatan

1. Perawat terdiri dari satu orang leader, satu orang co leader , dan 2 orang fasilitator

2. Leader memimpin kegiatan

3. Dipilih tempat yang aman dan nyaman

4. Posisi duduk melingkar

J. Waktu Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Kamis 17 September 2015

Waktu : Pukul 09.00 – 09.45 WIB

Tempat : Ruang Anggrek Unit Pelayanan Sosial Lansia Puncak Gading

Semarang

Page 4: Tak Pada Lansia

K. Alat dan Media

pengeras suara, spidol, kertas bergambar, sound system.

L. Metode

Ceramah dan permainan

M. Proses Pelaksanaan

1. Leader

a. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok sebelum

kegiatan dimulai

b. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan

dirinya

c. Mampu  memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib

d. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok

e. Menjelaskan permainan

2. Co-Leader

a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien

b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang

3. Fasilitator

a. Memfasilitasi klien yang kurang aktif

b. Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan

4. Observer

a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan

b. Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung

M.. Langkah-langkah kegiatan

1. Perkenalan dan pengarahan

a. Mempersiapkan lingkungan : suasana tenang dan nyaman (tidak ribut)

b. Mempersiapkan tempat : pengaturan posisi tempat duduk, leader berdiri di depan

dan berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok

c. Mempersiapkan anggota kelompok : membuat kontrak kembali dengan PM untuk

mengikuti aktifitas kelompok terapi kognitif dan terapi pendengaran.

Page 5: Tak Pada Lansia

2. Pembukaan

a. Leader memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama

b. Leader menjelaskan tujuan terapi aktivitas dan membuat kontrak waktu dengan

PM dan lamanya kegiatan berlangsung

c. Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok antara lain : jika PM

ingin ke kamar mandi atau toilet harus minta ijin kepada leader, bila ingin

menjawab pertanyaan klien diminta untuk mengacungkan tangan dan diharapkan

klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3. Permainan

Setelah leader menjelaskan peraturan kegiatan, fasilitator membagikan kertas

bergambar untuk pembagian kelompok. Pembagian kelompok dibagi berdasarkan

perolehan gambar yang sama dari PM. Setelah terbentuk kelompok, fasilitator

menunjukkan gambar dan menyebutkan objek yang ada pada gambar kepada PM

untuk dibisikkan  ke PM yang ada dibelakangnya dan begitu seterusnya sampai pada

klien dibaris paling akhir. Kemudian PM yang paling akhir menyebutkan  dan

menggambarkan apa yang disampaikan dari PM pada baris pertama kepada

fasilitator.

4. Evaluasi

a. PM dapat mengikuti jalanya kegiatan dengan baik

b. PM aktif saat kegiatan berlangsung

c. PM aktif dalam permainan

5. Penutup

a. Leader menyampaikan apa yang telah dicapai anggota kelompok setelah

mengikuti kegiatan

b. Perawat memberikan reinforcement positif pada setiap klien yang mengikuti

kegiatan

N. Antisipasi Masalah

1. PM yang tidak aktif saat aktifitas kelompok penanganannya adalah dengan

memberikan motivasi oleh fasilitator

2. Bila PM meninggalkan kegiatan tanpa ijin, panggil nama klien, tanyakan alasan klien

meninggalkan kegiatan, berikan motivasi agar PM kembali mengikuti kegiatan

Page 6: Tak Pada Lansia

3. PM lain yang ingin mengikuti kegiatan, beri penjelasan pada PM tersebut bahwa

kegiatan ini ditujukan pada PM yang dipilih, katakan pada klien lain tersebut bahwa

akan ada waktu khusus untuk mereka

O. kriteria evaluasi

1. Evaluasi Input

a. Tim berjumlah  orang yang terdiri atas 1 leader, 1 co leader, 6 fasilitator dan 3

observer.

b. Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik

c. Peralatan pengeras suara berfungsi dengan baik

d. Klien, tidak ada kesulitan memilih klien yang sesuai dengan kriteria dan

karakteristik klien untuk melakukan terapi aktifitas kelompok kognitif dan

pendengaran

2. Evaluasi Proses

a. Leader menjelaskan aturan jalanya kegiatan dengan jelas

b. Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien

c. Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk dapat

mengawasi jalannnya kegiatan

d. 70% klien yang dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai.

3. Evaluasi Output

Setelah mengadakan terapi aktifitas kelompok terapi kognitif dan pendengaran

dengan 15 klien yang diamati, hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :

a. 70% klien yang dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai.

b. 70% klien dapat meningkatkan pendengaran dan kognitifnya.

c. 70% klien dapat meningkatkan kemampuan akan kegiatan kelompok (mengikuti

kegiatan dari awal sampai selesai)

d. 70% klien mampu melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya (mau

berinteraksi dengan perawat/klien lain)