takdir dalam perspektif badiuzzaman said nursi …
TRANSCRIPT
TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI
(Studi Kritis Kitab Risâlah Nȗr)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S. Ag) dalam bidang Ilmu AL-Qur`an dan Tafsir
Oleh:
Nurhasanah
NIM. 11210447
PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
2018 M/ 1439 H
TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI
(Studi Kritis Kitab Risâlah Nȗr)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S. Ag) dalam bidang Ilmu AL-Qur`an dan Tafsir
Oleh:
Nurhasanah
NIM. 11210447
Pembimbing:
Ali Mursyid, M. Ag
PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA
2018 M/ 1439 H
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibarat sebuah bangunan, iman dapat dikatakan sebagai fondasinya.
Apabila fondasi iman ini tidak kuat, maka bangunan Islampun terancam
roboh. Karena itu, penting untuk mempelajari konsep iman yang benar,
termasuk enam rukunnya yang wajib diyakini satu demi satu, yang
menentukan sah tidaknya keimanan seseorang.
Qadar merupakan rukun iman keenam dalam Islam. Banyak orang
yang sering terbalik dalam mengartikannya bahkan tersesat dalam
memahaminya. Pertanyaan semacam “mengapa saya Islam, sementara
tetangga saya non muslim?; mengapa wajah saya jelek, sementara banyak
orang yang ganteng dan cantik?; mengapa saya hidup miskin sementara
teman saya kaya?, inikah suratan takdir?”. Pertanyaan tersebut menjadi
persoalan yang pelik jika mereka yang mempertanyakan hal semacam itu
tidak mengetahui makna takdir.
Banyak orang yang memperdebatkan masalah ini, ada yang berkata
bahwa apakah manusia melakukan keburukan sesuai dengan kehendak Allah
atau tidak, apakah manusia dapat menghentikan apa yang ingin dilakukannya
sesuai dengan keinginannya dan akhirnya manusia sampai pada kesimpulan
bahwa dirinya dapat menciptakan perbuatannya sendiri1. Oleh karena itu para
ulama shalafusshalihin menyimpulkan bahwa permasalahan takdir haruslah
disesuaikan dengan pandangan al-Qur’an dan sunnah yang shahih. Kalau
tidak, boleh jadi seseorang akan terjerumus pada kekafiran atau bisa juga
terjebak pada sikap apatis atau liberal.
1 Sayyidah Afaf Muhammad Baharits, Cahaya Tauhid, (Jakarta: Pustaka Afaf, 2005), h.
102
2
Terlepas dari permasalahan itu, pandangan mengenai takdir
membawa dampak yang tidak kecil dalam kehidupan. Banyak orang
berkeyakinan salah mengenai takdir, menyalahkan Tuhan atas berbagai
kesulitan dan kemalangan yang menimpannya. Ini membuktikkan bahwa
pandangan mengenai takdir akan mempengaruhi sikap dan mental seseorang
dalam kehidupan. Setidaknya terdapat perbedaan dalam bersikap antara
orang yang mempercayai bahwa dirinya adalah wujud yang terbelenggu
dengan orang yang meyakini bahwa dirinya sendirilah yang berkuasa
sepenuhnya atas masa depan nasibnya.2
Problem pertama yang muncul dalam permasalahan takdir adalah
perbedaan pemaknaan terhadap takdir itu sendiri. Fethullah Gulen (L. 1941)
dalam bukunya Qadar menuliskan bahwa, adakalanya makna kata takdir
merupakan ketetapan Allah SWT yang berhubungan erat dengan kehendak
manusia. Maksudnya, manusia diberi kewenangan untuk berbuat sesuatu, dan
perbuatan yang merupakan hasil dari pilihan manusia itu sesuai dengan
kehendak Allah SWT. Adakalanya pula makna kata takdir merupakan
ketetapan akhir dari segala sesuatu yang diciptakan Allah dalam ilmunya
yang bersifat azali dan abadi baik sebelum takdir terwujud maupun setelah
terwujud.3
Pernyataan di atas menunjukkan adanya dua makna tentang takdir
yang seakan bertentangan. Makna pertama memberi pemahaman bahwa
takdir tidak lepas dari ketetapan Allah dan kehendak parsial manusia dan
makna yang lain menginformasikan tentang takdir merupakan ketetapan
akhir dari Allah. Jika demikian takdir tidak hanya berkisar pada ilmu Allah
semata sehingga kata takdir jika dimaknai sebagai sekedar kehendak Allah
dengan ilmuNya hanyalah pengertian secara sempit.
2Syahrin Harahap, Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, (Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya: 1999), h. 29 3Fethullah Gulen, Qadar, (Jakarta: Republik 2015), Cetakan ke II, h. 4
3
Membicarakan tentang makna takdir tidak luput dari pandangan aliran
yang sangat menonjol dalam pembahasan ini, yakni Jabariyah4 dan
Qadariyah5 serta Mu’tazilah. Menurut aliran Jabariyah semua kejadian itu
telah ditentukan oleh Allah dari awal, baik berupa nasib baik maupun nasib
buruk. Semua yang dilakukan atas kehendak Allah SWT dan manusia tidak
dapat menghindarinya, tanpa dapat berikhtiar untuk mengubahnya.
Dasar pemikiran aliran Jabariyah mengenai takdir adalah manusia
tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan
perbuatannya. Manusia dalam aliran ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan.
Jadi nama Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung arti
memaksa. Memang dalam aliran ini terdapat faham bahwa manusia
melakukan pekerjaannya dalam keadaan terpaksa.6
Menurut aliran ini bahwa manusia terpaksa dan tidak memiliki pilihan
dan kekuasaan. Manusia tidak bisa berbuat lain dari apa yang telah
dilakukannya. Allah SWT, telah mentakdirkan atas dirinya segala amal
perbuatan yang mesti dikerjakannya, dan segala perbuatan itu adalah ciptaan
Allah sama seperti apa yang Dia ciptakan pada benda-benda yang tidak
bernyawa.7 Yang berarti segala perbuatan manusia tidak boleh lepas dari
skenario dan kehendak Allah. Segala akibat, baik dan buruk yang diterima
oleh manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah.
Adapun aliran Qadariyah memaknai takdir dengan berpendirian
bahwa segala ketentuan yang terjadi dan akan terjadi ada di dalam kehendak
4Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan dari hamba secara hakikat dan
menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah swt. artinya,manusia tidak punya
andil sama sekali dalam melakukan perbuatannya,Tuhanlah yang menentukan
segala-galanya. Lihat Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1960) h.31 5Qadariyah adalah sebuah firqah yang mengingkari ilmu Allah terhadap perbuatan
hambaNya dan berkeyakinan bahwa Allah belum membuat ketentuan terhadap
makhlukNya. Lihat Harum Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1960) h.31 6 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1986), Cet. 5, h. 31
7 Abdul Rozak, dkk, Ilmu Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), h. 42
4
manusia. Mereka beranggapan bahwa apabila segala sesuatu ditentukan oleh
kehendak Allah, lalu untuk apa manusia berusaha?.
Ajaran aliran Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai
kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya.
Menurut faham Qadariyah manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan
sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dengan demikian nama
Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari
pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada takdir Allah.8
Aliran ini sangat menekankan posisi manusia yang amat menentukan
dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai mempunyai kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau tidak melaksanakan
kehendaknya itu. Dalam menentukan keputusan yang menyangkut
perbuatannya sendiri, manusialah yang menentukan tanpa campur tangan
Allah.9
Sementara aliran Mu’tazilah10
berpendapat bahwa Allah bersifat
bijaksana dan adil. Ia tak dapat berbuat jahat dan bersifat zalim. Tidak
mungkin Allah menghendaki supaya manusia berbuat hal-hal yang
bertentangan dengan perintah-Nya. Dengan demikian manusia sendirilah
sebenarnya yang mewujudkan perbuatan baik dan perbuatan jahatnya, iman
dan kufurnya, kepatuhan dan tidak kepatuhan kepada Allah. Atas perbuatan-
perbuatannya ini manusia memperoleh balasan-balasan. Dan untuk
terwujudnya perbuatan-perbuatannya itu Allah memberikan daya dan
8 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 31
9 Abudin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1998), h. 37 10
Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan Teologi yang lebih
mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum Khawarij
dan Murji’ah. Dalam pembahasan mereka banyak memakai akal sehingga mereka mendapat
nama kaum Rsionalis Islam. Lihat Harum Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1960)
h.38
5
kekuatan kepadanya. Tidak mungkin Allah menurunkan perintah pada
manusia untuk berbuat sesuatu kalau manusia tidak mempunyai daya dan
kekuatan untuk berbuat.11
Baik aliran Jabariyah, Qadariyah, maupun Mu’tazilah masing-
masing memiliki pandangan yang berbeda tentang takdir, dimana setiap
paham dari aliran ini saling bertolak belakang. Jika Jabariyah lebih
mengedepankan takdir dengan beranggapan segala sesuatu adalah kehendak
Allah dan menafikan ikhtiar, maka lain halnya dengan aliran Qadariyah yang
mengedepankan ikhtiar manusia dan menafikan kehendak Allah. Adapun
Mu’tazilah beranggapan bahwa Allah suci dari keburukan sehingga tidak
mungkin menciptakan keburukan, dan menisbatkan penciptaan keburukan
kepada manusia.
Berkaitan dengan pemikiran tersebut di atas, terdapat seorang tokoh
yang memiliki perhatian khusus mengenai masalah takdir. Beliau adalah
Badiuzzaman Said Nursi (w. 1960 M), seorang tokoh yang memiliki
pandangan berbeda dan dapat menyatukan pandangan dari aliran-aliran
tersebut. Karena pentingnya pembahasan tentang takdir ini beliau menulis
dan menempatkannya dalam bab khusus dalam salah satu kitabnya berjudul
Al-Kalimat (Sőzler). Beliau juga menafsirkan salah satu ayat yang
menurutnya berkaitan dengan takdir dalam karyanya yang berjudul Isyârât
al-I’jâz fî Madzhânnil Al-Îjâz (İşaratű’l İ’caz)
Ulama tersebut adalah Said Nursi lahir tahun 1877 di desa Nurs
Provinsi Bitlis, di sebelah selatan Danau Van di Anatolia timur. Ayah Nursi,
Sufi Mirza, memiliki sepetak kecil tanah. Bersama isterinya, Nuriye, mereka
dikenal sebagai sosok yang saleh dan teguh pendirian.
Said muda memulai studinya pada usia 9 tahun di bawah arahan
saudara tuanya, Abdullah. Karena tidak puas dengan metode pendidikan yang
11
Harun Nasution, Teologi Islam, h. 41
6
ada, Nursi berpindah-pindah dari satu madrasah ke madrasah yang lain di
kawasan Nurs selama 5 tahun.
Dengan metodenya sendiri Said Nursi berhasil mencapai level yang
layak diganjar diploma ketika berusia 14 tahun. 90 jilid buku dipelajari dan
dihafalkan oleh beliau. Said muda mulai berkeliling dari satu tempat ke
tempat yang lain, menantang ulama setempat untuk melakukan debat publik
dan mampu mengalahkannya, sehingga beliau mendapat gelar Badiuzzaman
(Keajaiban Zaman).
Berkenaan dengan pembahasan tentang takdir, Badiuzzaman Said
Nursi menyimpulkan beberapa prinsip dasar untuk memahami takdir sebagai
bantahan terhadap paham aliran-alian teologi lainnya, sehingga menarik
untuk di bahas.
Dalam bukunya Sőzler atau Al-Kalimat, yirmialtıncı sőz (kalimat ke
26) Nursi menjelaskan bahwa takdir dan ikhtiar adalah dua bagian dari iman
yang bersifat aktual dan perasaan dimana keduanya menjelaskan batasan
Iman dan Islam. Menurutnya keduanya bukan kajian ilmiah dan teoritis.
Artinya, seorang mukmin menyerahkan segala sesuatu kepada Allah, dan
menyandarkan semua perkara kepada-Nya. Mukmin tersebut senantiasa
dalam kondisi seperti ini hingga mengembalikan aktivitas dan dirinya kepada
Allah. Akan tetapi, agar manusia tidak terlepas pada beban dan tanggung
jawab, maka dihadapannya nampak ikhtiar (usaha) dengan berkata engkau
bertanggung jawab, engkau mempunyai kewajiban. Kemudian agar tidak
sombong dengan kebaikan-kebaikan dan amal shalih yang dilakukannya,
takdir menghampirinya seraya berkata lihatlah batas kemampuanmu,
sesungguhnya bukan engkau yang melakukannya12
Dengan demikian takdir menyelamatkan manusia dari sifat sombong,
misalnya bangga terhadap amal-amal kebaikan yang telah dianugrahkan
12
Bediuzzaman Said Nursi, Sozler, (Istanbul, RNK. Nesriyet, 2009), h. 502
7
kepadanya serta terbuai dengannya. Sedangkan ikhtiar menyelmatkannya dari
sifat tidak memiliki tanggung jawab. Karena manusia jika tidak baik maka
dia buruk.
Pada sisi yang lain, Said Nursi membantah pemikiran aliran teologi
lainnya. Said Nursi dalam bukunya İşaratű’l İ’caz mengatakan bahwa
penciptaan keburukan bukanlah keburukan karena penciptaan dari sisi
malakutiyyah terhitung baik. Itu karena penciptaannya demi
menyempurnakan berbagai kebaikan sehingga iapun menjadi baik dilihat dari
yang lain.13
Beliau juga menegaskan dalam karyanya tersebut: “Wahai para
pengikut Mu’tazilah! Sesungguhnya hamba bukanlah pencipta hasil
pekerjaan seperti apa yang dihasilkan dari sebuah pekerjaan tetapi merupakan
sumber pekerjaan semata karena tidak ada pemberi efek selain Allah dan
seperti itulah kehendak tauhid. Kemudian wahai para pengikut jabariyyah!
Seorang hamba tidaklah dipaksa tetapi manusia memiliki ikhtiar parsial
karena Allah Maha Bijaksana, karena itulah keinginan penyucian.14
Said Nursi memadukan takdir dan ikhtiar, sehingga dalam membahas
permasalahan takdir tak lepas dari bahasan ikhtiar. Dan Nursi membantah
pemikiran aliran teologi lainnya tentang takdir dengan bukti-bukti yang nyata
yang dirangkum dalam penafsirannya pada surat al-Baqarah: 7. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk menampilkan serta menguraikan pandangan Said
Nursi tentang takdir dalam kitabnya Risâlah Nȗr, dengan alasan bahwa
penulis ingin mengenal lebih dekat sosok Badîuzzaman Said Nursi, dan juga
pandangan pemikiran dan penafsiran Badîuzzaman Said Nursi tentang takdir.
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang ditulis dalam bentuk
skripsi dengan judul: “Takdir Dalam Perspektif Badîuzzaman Said Nursi”
13
Bediuzzaman Said Nursi, Isyaratu’l İ’caz, (Istanbul, RNK Nesriyet: 2009), h. 80 14
Bediuzzaman Said Nursi, Isyaratu’l İ’caz, h.81
8
B. Permasalahan
Melihat beberapa permasalahan yang muncul terkait dengan takdir,
maka penulis perlu untuk melakukan identifikasi, pembatasan, dan
perumusan masalah terhadap pembahasan yang dikaji.
1. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah dari judul yang dibahas oleh
penulis, terdapat beberapa masalah yang patut untuk dibahas, antara
lain adalah:
a. Masih banyaknya orang yang belum memahami mengenai
konsep takdir hingga akhirnya memunculkan paradigma untuk
menyalahkan Tuhan atas berbagai kesulitan dan kemalangan
yang menimpannya.
b. Adanya pertentangan dalam memaknai takdir khususnya jika
dikaitkan dengan faham-faham aliran teologi Islam.
2. Pembatasan Masalah
Dikarenakan studi ini merupakan studi pemikiran
Badiuzzaman Said Nursi mengenai takdir yang difokuskan pada
penafsirannya terhadap ayat-ayat al-Qur`an maka studi ini dibatasi
pada studi pemahaman Said Nursi tentang takdir dalam penafsirannya
terhadap surah al-Hijr : 21 pada kitab al-Kalimat dan penafsiran
surah al-Baqarah : 7 pada kitab İşaratű’l İ’caz yang oleh beliau
ditafsirkan ssebagai ayat yang membahas mengenai takdir. Dan
penulis membatasi penafsiran pada dua ayat tersebut karena
Badîuzzaman Said Nursi hanya menggunakan dua ayat ini dalam
pembahasannya tentang takdir. Berbeda dengan ulama yang lain, Said
Nursi tidak menumpulkan semua ayat yang berhubungan dengan
takdir tetapi hanya mengambil satu sampel ayat yang mewakili ayat
9
yang lainnya dalam membahas mengenai takdir, lalu oleh beliau
ditafsirkan dengan argumentasi.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menyusun
sebuah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip-prinsip memahami takdir perspektif
Badîuzzaman Said Nursi?
2. Bagaimana penafsiran Badîuzzaman Said Nursi pada surah Al-
Baqarah:7 ?
3. Bagaimana Badîuzzaman Said Nursi memadukan antara takdir dan
ikhtiar dalam penafsirannya pada surah al-Hijr : 21?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan pokok-pokok permasalahan
seperti yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengungkap prinsip-prinsip memahami takdir perspektif
Badîuzzaman Said Nursi
2. Mengetahui penafsiran Badîuzzaman Said Nursi pada surah Al-
Baqarah:7
3. Mengungkap bagaimana Badîuzzaman Said Nursi memadukan antara
takdir dan ikhtiar dalam penafsirannya pada surah al-Hijr : 21
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini dibedakan dalam dua bentuk yaitu:
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan
pengetahuan ilmiah di bidang ilmu agama Islam dan tafsir.
b. Penelitian ini dapat dijadikan penelitian selanjutnya yang serupa,
dan sedikit banyak penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi
10
pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang ilmu agama Islam
dan tafsir.
2. Secara Praktis
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan setiap bagian dari
masyarakat mampu mengetahui prinsip dasar memahami takdir,
khususnya permasalahan takdir dalam pandangan Badîuzzaman
Said Nursi
b. Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat lebih memahami
kekayaan intelektul umat Islam, dan mengetahui faham ahlu
sunnah wal-jama’ah serta lebih mendekati kebenaran ajaran
mengenai takdir sebagaimana yang dimaksudkan agama Islam.
E. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa kajian yang membahas mengenai takdir dan
Badiuzzaman Said Nursi, diantara kajian yang penulis temukan adalah
sebagai berikut:
Konsep Takdir dalam al-Qur`an, oleh Sulaiman Ibrahim. Tesis UIN
Syarif Hidayathullah Jakarta yang membahas takdir dalam ayat-ayat al-
Qur`an dengan menggunakan metode Maudhu’i15
. Persamaan skripsi ini
dengan skripsi yang akan penulis teliti adalah sama-sama membahas tentang
takdir, jika skripsi ini lebih menitikberatkan kepada konsep takdir dalam al-
Qur’an maka dalam hal ini penulis membahas tentang takdir dalam
pandangan seorang tokoh, yakni membatasi hanya pada satu orang saja.
Konsep Takdir Murtadha dan Imprlikasinya dengan Pembentukan
Akhlak Peserta Didik dalam Pendidikan Agama Islam, oleh Zunus Zafrudin
yang membahas takdir dalam pandangan Murtadha Mutahhari yang dapat
memberikan ketenangan jiwa kepada peserta didik dan dapat menekan jiwa
15
Sulaiman Ibrahim, “Konsep Takdir dalam Al-Qur`an”,Tesis, (Ciputat: UIN Syahid
Hidayathullah Jakarta: 2003), h. 6, (t.d)
11
peserta didik untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.16
Persamaan
skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis teliti adalah sama-sama
membahas tentang takdir, dan sama-sama memilih pemikiran salah satu
tokoh. Jika skripsi ini lebih menitikberatkan kepada konsep takdir menurut
Murthada maka dalam hal ini penulis lebih mengedepankan pandangan
Badiuzzaman Said Nursi.
Takdir dalam Pandangan Fakhr al-Din al-Razi, oleh Djaya
Cahyadi.17
Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis teliti
adalah sama-sama membahas tentang takdir. Dalam skripsi ini Fakhr al-Din
al-Razi dalam penafsirannya terhadap ayat-ayat seputar takdir memiliki
kecenderungan determinis. Menurutnya perbuatan manusia dipengaruhi atau
bergantung pada faktor-faktor di luar kekuasaannya. Takdir dipandang
sebagai suatu ketetapan yang telah ditentukan sejak azali. Apa yang
diinginkan dan diperbuat manusia bergantung kepada kehendak Ketuhanan.
Sedangkan skripsi ini lebih menitikberatkan kepada konsep takdir dalam
Risâlah Nȗr karya Badiuzzaman Said Nursi, yang mengetengahkan
konsepnya tentang takdir yang tidak bisa dipisahkan dengan ikhtiar manusia.
Pengaruh Modernisasi di Turki atas Penafsiran Badiuzzaman Said
Nursi, oleh Muhammad Labib Syauqi.18
Program Studi Tafsir Hadis UIN
Syarif Hidayathullah Jakarta tahun 2010, menyimpulkan bahwa negara Turni
adalah negara yang lahir dari negara Usmani yang berarti negara Islam.
Namun seiring berjalannya waktu Turki dengan segala problemanya bergeser
menjadi negara yang jauh dari agama dimana saat ini Turki dikenal dengan
negara sekuler. Dan terjadilah modernisasi di Turki. Badiuzzaman Said Nursi
16
Zunus Safrudin, “Konsep Takdir Murtadha dan Imprlikasinya dengan Pembentukan
Akhlak Peserta Didik dalam Pendidikan Agama Islam”, Skripsi, (Yogyakarta:UIN Sunan
Kalijaga, 2014), (t.d) 17
Djaya Cayadi, “Takdir dalam Pandangan Fakhr al_Din al-Razi”,Skripsi, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayathullah, 2011), (t.d) 18
Muhammad Labib Syauqi, “Pengaruh Modernisasi di Turki atas Penafsiran
Badiuzzaman Said Nursi”, Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayathullah, 2010), (t.d)
12
muncul sebagai sosok yang mempertahankan Islam di tengah-tengah
modernisasi yang terjadi di Turki terbukti dari banyaknya karya karya beliau
yang menyinggung tentang moralitas yang merupakan platform pemikiran
Nursi. Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis kaji adalah
sama-sama menggunakan pemikiran Badiuzzaman Sadi Nursi dalam tulisan.
Adapun perbedaan skripsi yang akan penulis kaji dengan skripsi ini adalah
dari tema bahasan yang mengangkat pembahasan mengenai pengaruh
modernisasi di Turki atas penafsiran Badiuzzaman Said Nursi. Sedangkan
skripsi yang penulis kaji mengangkat tema mengenai konsep takdir dalam
pandangan Badiuzzaman Said Nursi.
Beberapa kajian ini telah banyak membahas persoalan tentang takdir
dan Said Nursi, agar menghindari kesamaan atau peniruan maka penulis
mencoba membahas dari sisi yang belum diungkapkan, yaitu dengan
mengemukakan Takdir dalam Perspektif Badiuzzaman Said Nursi
F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan hal yang angat penting dari sebuah
penelitian sehingga metode penelitian tidak bisa dipisahkan dari sebuah
penelitian. Bahkan metode penelitian akan membentuk sebuah karakteristik
keilmuan dari penelitian, karena eksistensi metode dalam sebuah penelitian
ini berfungsi sebagai jalan bagaimana penelitian ini dapat diselesaikan.
Dalam pembahasan skripsi ini meliputi beberapa hal, sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang diterapkan dalam skripsi ini adalah
penelitian kepustakaan (library research), yaitu serangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca
dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.19
Penelitian telaah
19
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2008), edisi ke-2, Cet. ke-1, h. 3
13
pustaka ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan dengan mengumpulkan beragam data, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.20
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi
dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
a. Sumber primer adalah sumber utama yang terdiri dari literatur-
literatur asli karangan Badiuzzaman Said Nursi yang terangkum
dalam master peace-nya Risâlah Nȗr. Yang dikhususkan pada
kitab Al-Kalimat dan İşaratű’l İ’caz
b. Sumber sekunder adalah ensiklopedi Al-Qur`an, kamus-kamus
bahasa, jurnal, dan buku-buku yang berkaitan dengan
pembahasan dalam skripsi ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dengan
cara penelusuran kepustakaan. Penelusuran kepustakaan penulis lakukan
dengan sistem manual maupun dengan sistem komputerisasi. Sistem
manual yang penulis maksud adalah dengan mengumpulkan data dari
berbagai sumber di beberapa perpustakaan. Adapun sistem komputerisasi
adalah penulis mencari informasi terkait dari berbagai data di internet.
Setelah menemukan bahan, selanjutnya akan ditelaah secara intens
sehingga dapat membantu dalam memberi penjelasan terkait.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), Cet. ke-8, h. 9
14
Metode ini juga disebut dengan teknik dokumentasi, yaitu
mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, makalah seminar dan lain sebagainya. Teknik ini merupakan
penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian.
4. Analisis Data21
Untuk menganalisa data pada penelitian ini, penulis
menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu penelitian yang
menguraikan dan menganalisa data-data yang ada. Dengan demikian
penelitian ini tidak terbatas hanya pada pengumpulan data, namun juga
menganalisa dan menginterpretasi data guna memunculkan sebuah
gagasan baru.
Penelitian ini adalah penelitian dalam bidang tafsir, oleh
karenanya untuk mendukung proses penelitian terhadap pembahasan
yang dikaji dan untuk memperoleh kesimpulan yang maksimal, maka
dalam hal ini setelah penulis mendapatkan data-data yang berkaitan
dengan pembahasan takdir menurut Badiuzzaman Said Nursi, penulis
kemudian melakukan pendeskripsian terhadap data-data tersebut sesuai
dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Penulis mengumpulkan
dua ayat yang telah di tetapkan Said Nursi sebagai ayat yang berkaitan
dengan takdir yang kemudian dihimpun dan selanjutnya dikaji secara
mendalam sesuai dengan pendalaman Said Nursi baik penafsirannya
dengan metode tahlili maupun dengan penafsiran tematiknya. Semua itu
dijelaskan dengan rinci.
21
Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan
berdasarkan focus atau masalah yang ingin dijawab. Lihat V. Sujarweni, Metodologi
Penelitian,(Yogyakarta: PT. Pustaka Baru, 2014), Cet. I, h. 34
15
Setelah penulis memahami bagaimana gambaran tentang kondisi
ayat dan topik yang dibahas kemudian penulis menganalisa dalam
rangka pengembangan teori berdasarkan data yang diperoleh, sehingga
dapat membantu penulis untuk menemukan hasil penelitian yang akurat.
G. Teknik dan Sistematika Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh IIQ
Jakarta Press tahun 2011 yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta.
Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang
diuraikan dalam skripsi ini dan agar pembahasan skripsi ini lebih terarah dan
sistematis, maka secara keseluruhan penyajian skripsi ini akan memuat lima
bab dengan perincian dan sistematika sebagai berikut:
Pada bab pertama dari skripsi ini penulis terlebih dahulu memuat
pendahuluan. Tujuan dari pendahuluan ini adalah sebagai gambaran umum
atas pembahasan pada bab-bab berikutnya atau sebagai pengantar untuk bab
berikutnya. Dalam pendahuluan ini, poin pertama yang dimunculkan adalah
uraian tentang latar belakang masalah, lalu beranjak kepada identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan.
Pada bab kedua ini berisi tentang pengenalan takdir yang meliputi
pengertian takdir, pandangan ulama tentang takdir dan urgensi mengetahui
makna takdir. Pengertian takdir sengaja didahulukan dalam bab ini karena
mengingat bahwa untuk mengetahui lebih mendalam mengenai takdir, maka
hal yang paling pertama dilakukan adalah dengan mengetahui arti secara
bahasa maupun secara istilah dari berbagai perspektif. Selanjutnya di dalam
16
bab ini juga dibahas mengenai apa sajakah objek daripada takdir. Hal ini
dimaksudkan agar pemikiran tentang takdir lebih meluas.
Pada bab ketiga berisi tentang profil Kitab Risâlah Nȗr yang meliputi
biografi Said Nursi, karir Intelektual Said Nursi, pengenalan tentang kitab
Risâlah Nȗr khususnya kitab Al-Kalimat dan İşaratű’l İ’caz dan metodologi
penafsiran Said Nursi. Pengenalan tentang Badiuzzaman Said Nursi
merupakan bagian yang penting dalam penulisan skripsi ini, karena
pengetahuan tentang Said Nursi membantu untuk memahami cara
penafsirannya tentang takdir.
Pada bab keempat berisi prinsip memahami takdir menurut
Badiuzzaman Said Nursi, penafsiran Badiuzzaman Said Nursi terhadap surah
al Baqarah : 7 dan bagaimana Badiuzzaman Said Nursi memadukan antara
takdir dan ikhtiar dalam penafsirannya pada surah al-Hijr : 21. Sengaja
penulis uraikan dalam beberapa poin agar penafsiran tentang takdir lebih
terlihat jelas.
Pada bab terakhir, yaitu bab kelima berisi tentang kesimpulan dan
saran-saran. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari perumusan
masalah yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga
disebutkan mengenai saran-saran, hal ini dimaksudkan agar peneliti
selanjutnya bisa mendapatkan informasi untuk penelitian mengenai takdir.
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar kepada hasil penelitian penulis mengenai takdir perspektif
Badiuzzaman Said Nursi. Maka dalam rangka untuk menemukan hasil yang
sistematis, berikut penulis coba rangkum dalam sebuah kesimpulan.
1. Said Nursi merangkum beberapa dasar pijakan atau prinsip untuk
memahami hakikat takdir untuk menengahi perdebatan para teolog
mengenai takdir. Dan mempertemukan dua pemikiran aliran yang
berbeda pandangan tentang takdir, dengan berpegang pada konsep ahlu
sunnah wal jamâ’ah
2. Hasil penafsiran Said Nursi dari surah al-baqarah ayat 7 tentang takdir
bahwa ketika Allah menutup hati, mata dan pendengaran mereka
sesungguhnya bukanlah takdir Allah yang menginginkan hal itu untuk
mereka tetapi pilihan mereka sendiri dikarenakan buruknya ikhtiar
mereka.
3. Hubungan ikhtiar dan takdir bagi Said Nursi merupakan dua hal yang
tidak bisa dipisahkan dan untuk memahaminya tidak dengan akal tetapi
dengan perasaan. Jika orang yang berbicara tentang takdir dan ikhtiar
memiliki iman yang sempurna dan hati yang tenang serta merasakan
kehadiran Allah pasti akan menyerahkan semua urusan alam dan juga
dirinya kepada Allah. Ia percaya bahwa seluruh urusan berjalan di
bawah kendali dan pengaturan Allah. Ia memikul tanggung jawab
dengan merujuk kepada ikhtiar yang dipandang sebagai sumber
perbuatan dosa. Dengan demikian ia tetap menyucikan Tuhan, masih
berada di bawah wilayah penghambaan, serta tunduk dan menjalankan
104
kewajiban Ilahi. Ia juga melihat takdir pada berbagai kebaikan dan
kemuliaan yang bersumber darinya agar tidak lupa diri dan bersyukur
kepada Tuhan. Ia juga melihat takdir pada sejumlah musibah yang
menimpanya sehingga bersabar.
4. Keistimewaan dari penafsiran takdir menurut Said Nursi adalah
penggunaan contoh atau permisalah dalam memaparkan hakikat takdir.
Sehingga tafsir ini tidak hanya bisa dinikmati oleh kaum ulama tetapi
juga untuk kaum awam.
B. Saran-Saran
Setelah melalui proses penelitian mengenai takdir persektif Badiuzzaman
Said Nursi dan berdasar kepada kesimpulan di atas, maka penulis
menyarankan beberapa hal, yakni:
1. Sebagai penulis saya berharap masyarakat pada umumnya
menyempatkan waktunya untuk membaca karya-karya tafsir tematik.
Seperti tafsir tematik karya Badiuzzaman Said Nursi
2. Saya juga berharap untuk kalangan akademisi dapat membaca dan
mengkaji tafsir tematik Risalah Nur yang syarat makna agar mampu
bersikap netral dan berwawasan lebih luas dalam memahami konsep
takdir dari berbagai sisi.
3. Saya sebagai penulis juga berharap pengkajian tentang takdir
perspektif Badiuzzaman Said Nursi ini masih diteruskan
pengkajiannya, karena tentu masih banyak kekurangan yang
dilakukan penulis dalam skripsi ini.
105
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ahmadi, Musa ibn Muhammad ibn Milyani, Mu‟jam al-Muta‟addiyât bi
Harfin, Beirut: Dâr al-„Ilm al-Malâyîn, 1979
Al-„Aqqad, Abbas Mahmud, Filsafat Qur`an,Terjemah oleh Tim Pustaka
Firdaus, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996
Abbas, Nukman, Al-Asy‟ari: Misteri Perbuatan Manusia dan Takdir Tuhan,
Jakarta: Erlangga, tt
Afriantoni, Konsep Pendidikan Akhlak Badiuzzaman Said Nursi, Yogyakarta
: Pustaka Ilmu, 2015
Anis, Ibrahim, dkk, Al-Mu‟jam al-Wasit, Kairo: Majma‟ al-Lugat al-
Arabiyah, 1972
Azra, Azyumardi, Tema-Tema Pokok Al-Qur‟an tentang Ketuhanan,
Jakarta: Angkasa, 2008
Baharits, Sayyidah Afaf Muhammad, Cahaya Tauhid, Jakarta: Pustaka Afaf,
2005
Baidhan, Nashruddin, Metode Penafsiran Al-Qur`an, Kajian Kritis terhadap
Ayat-ayat yang Beredaksi Mirip, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002, Cet. ke-1
, Nasaruddin, Prof. Dr., Rekonstruksi Ilmu Tafsir, Yoghyakarta, PT.
Dana Bhakti Prima Yasa, 2000
Cayadi, Djaya, “Takdir dalam Pandangan Fakhr al_Din al-Razi”,Skripsi,
Jakarta: UIN Syarif Hidayathullah, 2011
Fazlurrahman, Tema Pokok Al-Qur‟an, terjemah oleh Anas Mahyuddin dari
judul asli Major Themes of The Qur`an, Bandung: Penerbit
Pustaka, 1983
FORDIAN and Turk Kultur Cemiyeti, Visi Emansipator Al-Qur`an
Perspektif Said Nursi, Cairo: Sozler Publication, 2010
Fakhruddin, Muhammad al-Razi, Al-tafsir Al-Kabir wa mafatih al-Ghaib,
Jilid XVI, Bairut: Istiqlalul Kubra, 1963
106
Al-Ghazali, Tahâfut al-Falâsifah, Beirut: D^ar al-Fikr al-Lubnâni, 1990
Al-Ghurabi,Ali Mustafa, Tarikh al-Firaq al-Islamiyah, Kairo: tp,th
Gulen, Fethullah, Qadar, Jakarta: Republik 2015, Cetakan ke-2
Harahap, Syahrin, Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan,
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya: 1999
Habanakah, Abdurrahman, Pokok-Pokok Akidah Islam, Jakarta: Gema Insani,
1998
Haqqi, Muhammad Safa‟ Syeikh Ibrahim, Ulum Al-Qur`an min Khilal
Muqaddimat al-Tafsir, Beirut: Muassasah al-Risalah, 2004
Hijazi, Muhammad Mahmud, Al- Tafsir al-Wadih, Juz 27, cet ke III, Mashr:
Matba‟ah al-Istiqlalul Kubra, 1963
Ibrahim, Sulaiman, “Konsep Takdir dalam Al-Qur`an”,Tesis, Ciputat: UIN
Syahid Hidayathullah Jakarta: 2003
Ilyas, Yunahar, Kuliah Aqidah Islam,Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam : 1995, Cet. Ke-3
Jami‟an, Arifin, Memahami Takdir, Gresik: CV. Bintang Pelajar, 1986
Al-Juhniy, Mani bin Hammad, al-Mausu‟ah al-Muyassarah fi al-adyan wa
al-Mazahib wa al-Ahzab al-Mu‟asyirah, Jilid 1, Dar al-Nadwah
al-„Alimiyah li al-Taba‟ah wa al-Nasyr,tt
Al-Khatib,Abdul Karim, al-Qadhâ‟ wa al-Qadar baina al-Falsafah wa ad-
Dîn, Kairo: Dar al-Fikt al-„Arabiy, 1979
Madjid, Nurcholish, Islam: Doktrin dan Peradaban, Bandung: Mizan, 1990
Ma‟luf, Louis, Al-Munjid fi Lughati wal Adabi wal „Ulum, Bairut: Matba‟ah
Katalukiyah, tt
Manzur, Jamaluddin Muhammad bin Mukram Ibn, Lisan al_arab, Jilid 5,
Beirut: Dar Sadir, 1994, Cet.3
107
Mat, Mohamad Zaidin bin, Bediuzzaman Said Nursi Sejarah Perjuangan dan
Pemikiran, Malaysia: Malita Jaya Publisher, 2001
Mutawali, Hasan Al-Sayyid, Muzakkar al-Tauhid wa al-FiraI, Kairo:
Matba‟at Hijazi, 1955
Al-Munawwir, A.W., Kamus Al-Munawwir, Jogjakarta: Pondok Pesantren
Al-Munawwir, 1984
Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 1960
, Harum, Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah, Analisa,
Perbandingan, Jakarta: UI-Press, 1986
Nawawi, Syaikh, Kâsyifah as-Saja‟, Indonesia: Maktabah al-Madaniyyah,
t.th.
Nata, Abudin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1998
Nursi, Bediuzzaman Said, Sozler,Istanbul, RNK. Nesriyet, 2009
, Isyaratu‟l İ‟caz, Istanbul, RNK Nesriyet: 2009
, İşaratü‟l İ‟jaz, Istanbul, RNK Neşriyet, 2006
, Al-Isyarat al-I‟Jaz, (Cairo: Sozler Publications,2011)
, Al-Lama‟at, Jakarta: Risalah Nur Press, 2017, Cet. II
, Al-Kalimat, Jakarta: Anatolia, 2011
, Al-Lama‟at Membumikan Inspirasi Ilahi, Jakarta: Risalah Nur
Press, 2014
, Al-Matsnawi al-„Arabi an-Nuri, Jakarta: Anatolia, 2009
Rozak, Abdul, dkk, Ilmu Kalam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006
Sabiq, Sayyid, Al-„Aqâ‟id al-Islâmiyyah, Kairo: Dâr al-Fikr, 1992
108
Safrudin, Zunus, “Konsep Takdir Murtadha dan Imprlikasinya dengan
Pembentukan Akhlak Peserta Didik dalam Pendidikan Agama
Islam”, Skripsi, Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga, 2014
Saleh, Ahmad Syukri, Metodologi Tafsir Al-Qur`an dalam Pandangan
Fazlur Rahman, Jakarta: Gaung Persada Teks, 2007
Salih, Ihsan Kasim, Said Nursi Pemikir & Sufi Besar Abad 20, Terj. dari
Bediuzzaman Said Nursi Nazrat al-„Ammah „an Hayatihi wa
Atsarihi oleh Nabilah Lubis, Jakarta: Murai Kencana, 2003
Shihab, M. Quraish, dkk, Ensiklopedi Al-Qur`an Kajian Kosa Kata dan
Tafsirnya, Jakarta: Yayasan Bimantara Jakarta, 2002, Jilid 2
, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati: 2000
, Wawasan al- Qur`an¸ Jakarta: Lentera Hati,2000
Ash-Shallabi, Ali Muhammad, Iman Kepada Qadar, Jakarta: Ummul Qura,
2014
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2009, Cet. ke-8
Sujarweni, V., Metodologi Penelitian, Yogyakarta: PT. Pustaka Baru, 2014,
Cet. I,
Syaltut, Mahmud, Al-Fatawa, Cet II, Mesir: Dar al-Qalam, 1970
Syauqi, Muhammad Labib, “Pengaruh Modernisasi di Turki atas Penafsiran
Badiuzzaman Said Nursi”, Skripsi, Jakarta: UIN Syarif
Hidayathullah, 2010
Sya‟rawi, Muhammad Mutawalli, Al-Fatâwâ, juz 1, Kairo: t.p., 1992
Al-Syahrastani, Muhammad Ibn „Abd al-Karim, Kitab al-Milal wa al-Nihal,
Jilid I, Beirut: Dar al-Fikr, 1997
Tebba, Sudirman , Nikmatnya Iman Menenangkan Hati Pikiran, Ciputat:
Pustaka Irvan, 2007
109
Vahide, Sukran, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi, Transformasi
Dinasti Usmani menjadi Republik Turki, Jakarta: Anatolia, 2007
, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi, Jakarta: Pernada
Media Grup, 2013
Al-Zamaksyari,Abu al-Qasim, Mahmud bin Umar, Al-Kasysyaf, Juz 4,
Teheran: tp,tt
Zakaria, Ahmad ibn Fâris ibn, Mu‟jam maqâyîs al-Lughah, juz 5, Kairo:
ittihâd al-Kitâb al-„Arab, 2002
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2008, edisi ke-2, Cet. ke-1
Zubaidi, Sujiat, Tafsir Kontemporer Bediuzzaman Said Nursi dalam Risale-i
Nur: Studi Konstruk Epistimolog