taman nasional

7
Ana Estu Rakhmawati Alkautsir (11/316324/HK/18834) TAMAN NASIONAL (Potret Implementasi Paham Konservasi Alam) 1. Pendahuluan Pada dasarnya, manusia sangat bergantung pada alam untuk hidup. Namun, sudah dalam beberapa dekad, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan tidak berpihak kepada masyarakat, namun hanya menguntungkan golongan-golongan tertentu saja. Seperti yang sudah dibahas di dalam pembahasan-pembahasan sebelumnya, Undang-Undang yang seharusnya mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Indonesia tidak dapat diharapkan untuk mencegah kerusakan-kerusakan pada kekayaan alam di Indonesia. Pemanfaatan sumber daya hutan dengan basis taman nasional diharapkan dapat menjamin kelestarian sumber daya alam dan meningkatkan mafaat bagi kesejahteraan masyarakat dengan adanya jasa-jasa lingkungan (air dan wisata) maupun hasil hutan non kayu yang diperoleh tanpa merusak ekosistem atau menebang pohong. Pemerintah menetapkan zonasi di taman nasional, yaitu zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, zona pemanfaatan tradisional, dan lain-lain. Beberapa upaya manajemen seperti ICDP (Integrated Conservation and Development Project) dn IPAS (Integrated Protecte Area System), Manajemen Bioregional, Manajemen Partisipatif, Manajemen Kemitraan serta adanya Peraturan Nomer P.19/Menhut-II/2004

Upload: anna-estu-rakhmawati-alkautsir

Post on 23-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Taman Nasional di Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Taman Nasional

Ana Estu Rakhmawati Alkautsir (11/316324/HK/18834)

TAMAN NASIONAL (Potret Implementasi Paham Konservasi Alam)

1. Pendahuluan

Pada dasarnya, manusia sangat bergantung pada alam untuk hidup. Namun, sudah dalam

beberapa dekad, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan tidak berpihak kepada

masyarakat, namun hanya menguntungkan golongan-golongan tertentu saja. Seperti yang sudah

dibahas di dalam pembahasan-pembahasan sebelumnya, Undang-Undang yang seharusnya

mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Indonesia tidak dapat diharapkan untuk mencegah

kerusakan-kerusakan pada kekayaan alam di Indonesia.

Pemanfaatan sumber daya hutan dengan basis taman nasional diharapkan dapat menjamin

kelestarian sumber daya alam dan meningkatkan mafaat bagi kesejahteraan masyarakat dengan

adanya jasa-jasa lingkungan (air dan wisata) maupun hasil hutan non kayu yang diperoleh tanpa

merusak ekosistem atau menebang pohong. Pemerintah menetapkan zonasi di taman nasional,

yaitu zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, zona pemanfaatan tradisional, dan lain-

lain.

Beberapa upaya manajemen seperti ICDP (Integrated Conservation and Development

Project) dn IPAS (Integrated Protecte Area System), Manajemen Bioregional, Manajemen

Partisipatif, Manajemen Kemitraan serta adanya Peraturan Nomer P.19/Menhut-II/2004 Tentang

Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam belum

memberikan hasil yang optimal dan masih bersifat trial and error.

2. Sejarah Perkembangan Kebijakan Taman Nasional

Usaha penetapan taman nasional pertama kalinya dilakukan di Amerika Serikat ketika

Presiden Abraham Lincoln menetapkan Yellowstone sebagai kawasan perlindungan alam yang

kemudian menjadi taman nasional pertama di dunia. Lima tonggak penting dalam perkembangan

pengelolaan kawasan konservasi adalah:

Page 2: Taman Nasional

1. Era Yellowstone: yang bertujuan untuk perlidungan spesies tertentu sebagai prioritas

utama

2. Era 70-an: dalam Kongres IUCN (International Union for Conservation of Nature

and Natural Resources) di New Delhi yang menetapkan pengkategorian kawasan

konservasi menurut kriteria tertentu sehingga lebih efektif dan efisien.

3. Era 80-an: dalam Kongres CNPPA (Commission on National Parks and Protected

Areas) yang memberikan pesan agar setiap unit kawasan konservasi harus dibuat

sesuai dengan rencana agar tercapai tujuannya.

4. Era 90-an: dalam Kongres WCPA (World Commission on Protected Areas) yang

menentukan bahwa taman nasional tidak bisa hanya dikelola oleh single institution,

melainkan harus melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan, khususnya

masyarakat sekitar kawasan, yaitu dengan pendekatan pengelolaan seperti pendekatan

partisipatif dan pendekatan bersama.

5. Era 2000an: berdasarkan Kongres WCPA, ditentukan bahwa pengelolaan kawasan

harus mampu memberikan manfaat ekonomi bagi para pihak yang berkepentingan,

termasuk masyarakat yang tinggal di dalam maupun sekitar daerah konservasi.

3. Potret Permasalahan di Taman Nasional

a. Illegal Loging

Berdasarkan dari literature-literatur yang ada, pembalakan liar identik dengan

korupsi yang dilakukan oleh oknum aparat pemerintah, baik sipil, militer maupun

kepolisian, pengusaha, dan masyarakat. Korupsi pembalakan liar yang dimaksud

termasuk berupa pemberian hak pengusahaan, pada seluruh rantai produk kayu, mulai

dari tahap perencanaan, pemanenan, dan transport bahan baku sampai manajemen

keuangan.

b. Dampak perubahan tata guna lahan di sekitar kawasan konservasi.

Adanya perubahan tata guna lahan oleh maraknya pemekaran provinsi dan

kabupaten mengakibatkan perlunya penataan ruang untuk mengakomodir berbagai

kepentingan. Kurangnya informasi yang dimiliki oleh kepala daerah tentang

keberadaan kawasan konservasi di wilayahnya menyebabkan pembagian tata ruang

wilayah seringkali merugikan kepentingan konservasi. Serta kurangnya visi misi dan

Page 3: Taman Nasional

koordinasi dan kerjawama antar sector menyebabkan kerusakan ekosistem yang

dampaknya sangat luas.

c. Perburuan ilegal.

Adanya pemburuan illegal yang terjadi di dalam taman nasional dikarenakan oleh

degradasi (kualitas dan kuantitas) habitat. Perbuaruan yang dilakukan dengan

menggunakan jerat, perangkap, racun, anjing, dan senapan seringkali salah sasaran

dan mengenai satwa yang dilindungi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kebiasaan

pemburuan dan pengonsumsian daging hewan satwa liar yang terjadisecara turun

temurun.

d. Minimnya data dasar potensi keaneragaman hayati.

Pada dasarnya, data potensi keaneragaman hayati merupakan data dasar untuk

rencana pengelolaan dan pengembangan pemanfaatan, sehingga dapat terarah dan

lestari. Minimya data ini diakibatkan ile kurangnya kegiatan penelitian di taman

nasionak yang dilakukan oleh peneliti dari perguruan tinggi maupun lembaga riset.

Sementara itu tenaga teknis di taman nasional yang jumlahnya terbatas menyebabkan

inventarisasi potensi keanekaragaman hayati tidak dapat dilaksanakan dengan baik.

e. Masalah tata batas.

Masalah yang berkaitan dengan tata batas di taman nasional antara lain: (1) belum

definitifnya tata batas luar kawasan; (2) hilangnya atau tidak jelasnya tata batas di

lapangan; (3) sengketa tata batas dengan masyarakat; (4) pelanggaran tata batas oleh

masyarakat; (5) belum ditata batasnya zonasi kawasan, dan (6) kurangnya sosialisasi

tata batas kepada masyarakat.

f. Minimnya sumber daya manusia

Pada dasarnya secara kuantitas, tenaga lapangan di Indonesia untuk mengelola

masalah taman nasional masih terbatas. Secara kualitas, kurangnya tenaga yang ahli,

ataupun mengerti tentang kehutanan dipekerjakan di bidang ini.

g. Minimnya dukungan penelitian.

Hal tersebut diakibatkan oleh adanya kurangnya penelitian-penelitian yang

membahas tentang hal ini. Kebanyakan penelitian cenderung bersifat akademik, yaitu

menguji suatu teori tertentu atay menjawab pertanyaan mengenai segolongan spesies

binatang.

Page 4: Taman Nasional

4. Kepentingan Politik

Pada dasarnya, konflik di sektor kehutanan melibatkan berbagai pihak, mulai dari skala

loka;, nasional maupun internasional. Setelah jatuhnya rezin Orde Baru, muncullah berbagai

konflik baru yang disebabkan oleh “euphoria reformasi” yang membuka kesempatan untuk

menyalurkan kehenak dan aspirasi masyarakat yang selama ini dikekang oleh rezim Orde Baru.

Konflik di taman nasional terjadi karena praktek pengelolaan taman nasional tidak

mementingkan kepentingan masyarahkat, namun cenderung mementingkan aspek ekologis dan

politik. Keterpurukan ekonomi menyebabkan manusia terdorong untuk melakukan perambahan

dan atau penambahan hutan.

5. Jejaring Aktor.

Berdasarkan sejarahnya, sejak awal pembentukan, taman nasional merupakan hak milik

negara. Namun, di Indonesia menerapkan sistem ICDP dan IPAS yang menerapkan bahwa

masyarakat local dengan tata nilai budayanya diperlakukan sebagai bagian integral dari

pengembangan kawasan konservasi. Selanjutnya, dikenal pula konsep pembangunan bioregional

yang diinisiasi oleh WRI-IUCN-UNEP, dan selanjutnya konsep CCA, yang melibatkan LSM

local sebagai fasilitator. Namun, konsep yang ditawakan lebih bersifat keproyekan sehingga

tidak menyenntuh permasalahan sebenernya yang ada.

6. Ruang Kebijakan

Belum adanya pemecahan masalah atas masalah-masalah taman nasional seringkali

dikorelasikan dengan kesejahteraan masyarakat sekitar taman nasional yang rendah. Kurang

tanggapnya pemerintah atas inti masalah yang terjadi pada taman nasional mengakibatkan

munculnya kekhawatiran akan ketidakmampuan dan ketidakmauan pemerintah daerah dan

masyarakat lokal untuk meningkatkan efektifiras dan efisiensi dakam pengamanan hutan,

sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka, yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan

kualitas pengelolaan taman nasional.

7. Opini

Kurang terlibatnya masyarakat dalam usaha pelestarian taman nasional mengakibatkan kurangnya

kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian taman nasional. Pemerintah sebaiknya mulai

mengerahkan concern kedalam masalah inti dari taman nasional yaitu good faith dalam setiap-setiap

individu yang berperan dalam hal ini. Baik dengan pendidikan sebelum terjun ke dalam masalah ini

Page 5: Taman Nasional

maupun dengan adanya pengaturan yang benar-benar tegas dan mencakup seluruh permasalahan

konservasi lingkungan ini.

-1026 kata-