tambahan metlit
DESCRIPTION
SEMOGA BERMANFAAT :)TRANSCRIPT
http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa/ tgl 4 januari
2013, 13.56
Munandar (1999) mengatakan ciri-ciri kemampuan kreativitas yang berhubungan dengan kognisi
dapat dilihat dari keterampilan berfikir lancar, keterampilan berfikir luwes, keterampilan berfikir
orisinil,dan keterampilan menilai. Keterampilan berfikir lancar memiliki ciri-ciri: (1)
mencetuskan banyak gagasan dalam menyelesaikan masalah; (2) memberikan banyak cara atau
saran untul melakukan berbagai hal; (3) bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak
daripada yang lain. Kemampuan berfikir luwes mempunyai ciri-ciri: (1) menghasilkan gagasan
penyelesaian masalah atau jawaban suatu pertanyaan yang bervariasi; (2) dapat melihat suatu
masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda; (3) menyajikan suatu konsep dengan cara yang
berbeda.
Kemampuan berfikir orisinil mempunyai ciri-ciri: (1) memberikan gagasan yang baru dalam
menyelesaikan masalah; (2) membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian
atau unsur-unsur. Kemampuan keterampilan memperinci (mengelaborasi) mempunyai ciri-ciri:
(1) mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain; (2) menambah atau memperinci suatu
gagasan sehingga meningkatkan kualitas gagasan tersebut. Sedangkan kemampuan keterampilan
mengevaluasi mempunyai ciri-ciri: (1) dapat menentukan kebenaran suatu kebenaran pertanyaan
atau kebenaran suatu rencana penyelesaian masalah; (2) dapat mencetuskan gagasan-gagasan
penyelesaian suatu masalah dan dapat melaksanakannya dengan benar; dan (3) mempunyai
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.
Menurut Rothenberg dan Hausmen bahwa beberapa ahli mempunyai perbedaan pendapat
mengenai kreativitas, namun terdapat persamaan diantaranya: (1) kreativitas berhubungan
dengan sesuatu yang baru dan bernilai; (2) kreativitas meliputi seluruh aspek kehidupan
termasuk dalam keilmuan matematik; (3) kemampuan kretivitas berbeda dengan kemampuan
intelegensi, artinya walaupun intelegensinya tinggi belum tentu kreatif begitu pun sebaliknya; (4)
setiap orang mempunyai potensi untuk kreatif jika memiliki sifat spontan dan terbuka.
Menurut Stenberg dan Lubart berdasarkan investment theory of creativity yang mereka
kembangkan bahwa terdapat enam atribut dari kreativitas yaitu kecerdasan (intelligence),
pengetahuan (knowledge), motivasi (motivation), dukungan lingkungan (an encouragement
environment), ketepatan cara atau gaya berfikir (appropriate thinking style), dan ketepatan
person (an appropriate personality).
Menurut Fisher (1995), kreativitas adalah kemampuan dan sikap seseorang untuk membuat
produk yang baru. Sedangkan menurut Evan (1991), kreativitas adalah kemampuan untuk
menemukan kaitan-kaitan yang baru, lemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang yang baru,
dan kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi dari banyak konsep yang ada pada
fikiran. Kreativitas bukanlah mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada, akan tetapi
kretivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dengan cara membuat kombinasi,
membuat perubahan, atau mengaplikasikan ide-ide yang ada pada wilayah yang berbeda (Harris,
1998). Dari pendapat diatas, dapat diartikan bahwa berfikir kreatif adalah aktivitas berfikir agar
muncul kreativitas pada seseorang, atau berfikir untuk menghasilkan hal yang baru bagi dirinya.
LTSIN (2001) secara khusus mendefinisikan berfikir kreatif adalah “creative thinking is the
process which we use when we come up with a new idea. It is the merging of ideas which have
not been merged before”. LTSIN menyatakan bahwa berfikir kreatif adalah proses (bukan hasil)
untuk menghasilkan ide baru dan ide itu merupakan gabungan dari ide-ide yang sebelumnya
belum disatukan.
Lebih detail lagi LTSIN (2001) menyatakan bahwa ide seseorang berfikir kretif minimal
mempunyai salah satu karakteristik dari: (a) ide itu belum ada sebelumnya; (b) sudah ada di
tempat lain hanya saja ia tidak tahu; (c) ia menemukan proses baru untuk melakukan sesuatu; (d)
ia menerapkan proses yang sudah ada pada area yang berbeda; (e) ia mengembangkan sebuah
cara untuk melihat sesuatu pada perspektif yang berbeda. Dari lima karakteristik diatas, kita
dapat menyimpulkan bahwa berfikir kreatif dapat berupa ide baru yang belum ada sebelumnya
dan dapat berupa ide baru sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya.
Kepekaan berfikir kreatif dapat diukur dengan indikator-indikator yang telah ditentukan para
ahli, salah satunya menurut Torrance. Menurut Torrance kemampuan berfikir kreatif terbagi
menjadi tiga hal, yaitu :
1. Fluency (kelamcaran), yaitu menghasilkan banyak ide dalam berbagai kategori/ bidang.
2. Originality (Keaslian), yaitu memiliki ide-ide baru untuk memecahkan persoalan.
3. elaboration (Penguraian), yaitu kemampuan memecahkan masalah secara detail.
http://feryferdiansyah16.blogspot.com/2012/11/berpikirkreatif-matematis.html
Poerwadarminta (Syukur, 2004: 10), mengartikan berpikir sebagai penggunaan akal budi
manusia untuk mempertimbangkan atau memutuskan sesuatu. Sedangkan Liputo (1996)
berpendapat bahwa berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan untuk
maksud tertentu. Maksud yang dapat dicapai dalam berpikir adalah memahami, mengambil
keputusan, merencanakan, memecahkan masalah dan menilai tindakan. Dari kedua pendapat
diatas, tampak bahwa kata berpikir mengacu pada kegiatan akal yang disadari dan terarah.
Terdapat bermacam-macam cara berpikir, diantaranya berpikir vertikal, lateral, kritis,
analitis, kreatif dan strategis. Tetapi pada penelitian ini akan difokuskan pada berpikir kreatif.
Menurut Hariman (Huda, 2011), berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha
menciptakan gagasan yang baru. Berpikir kreatif dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan
mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau pemikiran yang baru. Pendapat lain
dari Pehkonen (Huda,2011), beliau memandang berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari
berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran.
Maksud berpikir divergen sendiri adalah memberikan bermacam-macam kemungkinan jawaban
dari pertanyaan yang sama. Sementara itu Munandar (Huda,2011) menjelaskan pengertian
berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu
masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban.
Pengertian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif seseorang makin tinggi, jika ia
mampu menunjukkan banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah. Tetapi semua jawaban
itu harus sesuai dengan masalah dan tepat, selain itu jawabannya harus bervariasi.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai
berpikir secara logis dan divergen untuk menghasilkan ide atau gagasan yang baru. Produk dari
berpikir kreatif itu sendiri adalah kreativititas. Sebagaimana dikemukakan oleh beberapa tokoh
mengenai definisi kreativitas berikut ini (Huda, 2011: 9) :
1. Menurut Munandar kreativitas merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu
yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan
dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru
antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
2. Barron menyatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan atau
menciptakan sesuatu yang baru.
3. Siswono menjelaskan bahwa kreativitas merupakan produk dari berpikir (dalam hal ini
berpikir kreatif) untuk menghasilkan suatu cara atau sesuatu yang baru dalam memandang suatu
masalah atau situasi.
4. Solso menjelaskan bahwa kreativitas merupakan aktivitas kognitif yang menghasilkan sesuatu
yang baru dalam menghadapi masalah.
Sementara itu, Munandar (Huda, 2004) mengemukakan alasan mengapa kreativitas pada
diri siswa perlu dikembangkan. Pertama, dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan
dirinya (Self Actualization). Kedua, pengembangan kreativitas khususnya dalam pendidikan
formal masih belum memadai. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi
juga memberikan kepuasan tersendiri. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia
untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa kreativitas
mempunyai peranan penting dalam kehidupan, sehingga kreativitas perlu dikembangkan
terutama pada generasi muda yang mengemban cita-cita sebagai penerus bangsa.
Menurut Pehkonen (Mahmudi, 2010:3), kreativitas tidak hanya terjadi pada bidang-
bidang tertentu, seperti seni, sastra, atau sains, melainkan juga ditemukan dalam berbagai bidang
kehidupan termasuk matematika. Pembahasan mengenai kreativitas dalam matematika lebih
ditekankan pada prosesnya, yakni proses berpikir kreatif. Oleh karena itu, kreativitas dalam
matematika lebih tepat diistilahkan sebagai berpikir kreatif matematis. Meski demikian, istilah
kreativitas dalam matematika dipandang memiliki pengertian yang sama dengan berpikir kreatif
matematis, sehingga istilah keduanya dapat digunakan secara bergantian.
Krutetski (Mahmudi, 2010:3) mendefinisikan kemampuan berpikir kreatif matematis
sebagai kemampuan menemukan solusi masalah matematika secara mudah dan fleksibel.
Menurut Livne (Mahmudi, 2010:3), berpikir kreatif matematis merujuk pada kemampuan untuk
menghasilkan solusi bervariasi yang bersifat baru terhadap masalah matematika yang bersifat
terbuka.
Dari pendapat tokoh-tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif matematis
adalah aktivitas mental yang disadari secara logis dan divergen untuk menemukan jawaban atau
solusi bervariasi yang bersifat baru dalam permasalahan matematika.
B. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat ditingkatkan dengan memahami proses
berpikir kreatifnya dan berbagai faktor yang mempengaruhinya serta melalui latihan yang tepat
(Huda, 2011: 11). Selain itu, kemampuan berpikir kreatif seseorang juga dapat ditingkatkan dari
satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi yaitu dengan cara memahami proses berpikir, dan
faktor-faktornya serta melalui latihan-latihan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tingkat kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat berubah dari satu tingkat ke tingkat
selanjutnya yang lebih tinggi. Menurut Guilford (Herdian, 2010) indikator dari berpikir kreatif
ada lima yaitu :
a. Kepekaan (problem sensitivity) adalah kemampuan mendeteksi (mengenali dan memahami)
serta menanggapi suatu pernyataan, situasi dan masalah.
b. Kelancaraan (fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.
c. Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam,
pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
d. Keaslian (originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang
asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakaan orang.
e. Elaborasi (elaboration) adalah kemampuan menambah situasi atau masalah sehingga menjadi
lengkap, dan merincinya secara detail, yang didalamnya dapat berupa tabel, grafik, gambar,
model, dan kata-kata.
http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-
pembelajaran
Berpikir kreatif adalah berpikir secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang
kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan. Penelitian Brookfield (1987) menunjukkan bahwa orang
yang kreatif biasanya (1) sering menolak teknik yang standar dalam menyelesaikan masalah, (2)
mempunyai ketertarikan yang luas dalam masalah yang berkaitan maupun tidak berkaitan
dengan dirinya, (3) mampu memandang suatu masalah dari berbagai perspektif, (4) cenderung
menatap dunia secara relatif dan kontekstual, bukannya secara universal atau absolut, (5)
biasanya melakukan pendekatan trial and error dalam menyelesaikan permasalahan yang
memberikan alternatif, berorientasi ke depan dan bersikap optimis dalam menghadapi perubahan
demi suatu kemajuan. Marzano (1988) mengatakan bahwa untuk menjadi kreatif seseorang
harus: (1) bekerja di ujung kompetensi bukan ditengahnya, (2) tinjau ulang ide, (3) melakukan
sesuatu karena dorongan internela dan bukan karena dorongan eksternal, (4) pola pikir divergen/
menyebar, (5) pola pikir lateral/imajinatif.
Sedangkan Haris (1998) dalam artikelnya tentang pengantar berpikir kreatif menyatakan bahwa
indikator orang berpikir kreatif itu meliputi: (1) Ingin tahu, (2) mencari masalah, (3) menikmati
tantangan, (4) optimis, (5) mampu membedakan penilaian, (6) nyaman dengan imajinasi, (7)
melihat masalah sebagai peluang, (8) melihat masalah sebagai hal yang menarik, (8) masalah
dapat diterima secara emosional, (9) menantang anggapan/ praduga, dan (10) tidak mudah
menyerah, berusaha keras. Dikatakanya bahwa kreativitas dapat dilihat dari 3 aspek yakni sebuah
kemampuan, perilaku, dan proses.
a. Sebuah kemampuan
Kreativitas adalah sebuah kemampuan untuk memikirkan dan menemukan sesuatu yang baru,
menciptakan gagasan-gagasan baru baru dengan cara mengkombinasikan, mengubah atau
menerapkan kembali ide-ide yang telah ada.
b. Sebuah perilaku
Kreativitas adalah sebuah perilaku menerima perubahan dan kebaruan, kemampuan bermain-
main dengan berbagai gagasan dan berbagai kemungkinan, cara pandang yang fleksibel, dan
kebiasaan menikmati sesuatu.
c. Sebuah proses
Kreativitas adalah proses kerja keras dan berkesimbungan dalam menghasilkan gagasan dan
pemecahan masalah yang lebih baik, serta selalu berusaha untuk menjadikan segala sesuatu lebih
baik.
Selanjutnya Harris juga menyatakan bahwa untuk dapat berpikir kreatif seseorang perlu memiliki
metode berpikir kreatif. Berbagai metode yang dapat dilakukan antara lain: (1) evolusi, yakni
gagasan-gagasan baru berakar dari gagasan lain, solusi-solusi baru berasal dari solusi
sebelumnya, hal-hal baru diperbaiki/ditingkatkan dari hal-hal lama, setiap permasalahan yang
pernah terpecahkan dapat dipecahkan kembali dengan cara yang lebih baik , (2) sintesis, yakni
adanya dua atau lebih gagasan-gagasan yang ada dipadukan ke dalam gagasan yang baru, (3)
revolusi, yakni gagasan baru yang terbaik merupakan hal yang benar-benar baru, sebuah
perubahan dari hal yang pernah ada, (4) penerapan ulang, yakni melihat lebih jauh terhadap
penerapan gagasan, solusi, atau sesuatu yang telah dirumuskan sebelumnya, sehingga dapat
dilihat penerapan lain yang mungkin dapat dilakukan, dan (5) mengubah arah, yakni perhatian
terhadap suatu masalah dialihkan dari satu sudut pandang tertentu ke sudut pandang yang lain.
Hal ini dimaksudkan untuk memecahkan suatu masalah, bukan untuk menerapkan sebuah
pemecahan masalah
Pada bagian lain dinyatakan bahwa perilaku negatif yang menghambat untuk berpikir kreatif,
diantaranya adalah:
a. Oh tidak, sebuah masalah !
Reaksi terhadap sebuah masalah seringkali lebih besar dari pada masalah itu sendiri. Sebuah
masalah adalah kesempatan dan tantangan untuk meningkatkan segala sesuatu. Masalah adalah
(1) perbedaan yang ada dengan keadaan yang diinginkan, (3) menyadari atau mempercayai bila
ada sesuatu yang lebih baik dari situasi saat ini, dan (3) kesempatan untuk bertindak positif.
b. lni mustahil untuk dilakukan
Perilaku seperti ini, seperti kalah sebelum bertarung. Beberapa ungkapan yang terkait dengan
ini : (1) manusia tidak akan pernah terbang, (2) penyakit tak bisa ditaklukan, (3) roket tidak akan
keluar dari atmosfir.
c. Aku tidak bisa melakukannya atau tak ada yang bisa dilakukan
Pemikiran yang baik dan perilaku yang positif serta kemampuan memecahkan masalah akan
melesat dalam memecahkan berbagai permasalahan. Untuk dapat melakukan hal ini kuncinya
adalah ketertarikan dan komitmen terhadap masalah itu sendiri.
d. Tapi saya tidak kreatif
Masalahnya ternyata bahwa kreativitas telah ditenggelamkan oleh guruan. Yang perlu dilakukan
adalah mengembalikan ke permukaan.
e. Itu kekanak-kanakkan
Dalam upaya kita untuk selalu tampil dewasa dan anggun, kita sering menganggap rendah
perilaku yang kreatif dan penuh permainan, yang pernah menandai masa kanak-kanak kita
sendiri. Terkadang orang tertawa karena memang ada yang lucu. Tapi sering kali orang justru
tertawa ketika mereka miskin akan imajinasi untuk memahami situasi yang ada.
f. Apa yang akan dipikirkan orang
Terdapat tekanan sosial untuk menyesuaikan diri untuk menjadi orang biasa saja, bukan menjadi
orang kreatif. Hampir sebagian orang besar kontributor terkenal yang membawa ke peradapan
lebih maju dihina, bahkan dihukum. Kemajuan hanya diciptakan oleh mereka yang cukup tegar
untuk ditertawakan.
g. Aku pasti gagal
Thomas Edison, dalam risetnya untuk menemukan filamen yang dapat memijarkan lampu,
melakukan lebih dari 1800 kali percobaan. Kegagalan haruslah diharapkan dan diterima.
Kegagalan adalah alat untuk belajar yang dapat membantu menuju keberhasilan. Gagal adalah
pertanda bahwa kita melakukan sesuatu, berusaha dan mencoba-jauh lebih baik daripada tidak
melakukan apa-apa.
Sedangkan hambatan mental terhadap berpikir kreatif dan pemecahan masalah, meliputi:
a. Pransangka
Gambaran yang kita miliki seringkali menghalangi kita untuk melihat lebih jauh dari pada apa
yang telah kita ketahui dan percayai, sehingga menjadikan sesuatu itu mungkin ada dan mungkin
teijadi.
b. Pendapat fungsional
Terkadang kita mulai melihat sebuah obyek hanya dari namanya, daripada melihat apa yang bisa
dilakukannya.
c. Tak ada bantuan belajar
Jika anda memerlukan informasi, ada perpustakaan, toko buku, teman, profesor dan internet.
Anda dapat belajar melakukan apapun yang anda inginkan.
d. Hambatan psikologi
Apa yang semula dianggap menjijikkan malah dapat membawa kepada solusi yang lebih baik.
Makan kadal mungkin terdengar tidak enak, tapi jika itu membuat anda bertahan hidup di alam
liar, itu merupakan solusi yang baik.
Untuk dapat memiliki perilaku positif untuk berpikir kreatif maka pada setiap individu siswa
perlu ditumbuhkan sifat-sifat berikut:
a. Rasa ingin tahu
Orang kreatif ingin mengetahui segala hal- segalanya-hanya sekedar untuk ingin tahu.
Pengetahuan tidak membutuhkan alasan.
b. Tantangan
Orang-orang kreatif suka mengidentifikasi dan mencari tantangan di balik gagasan, usulan,
permasalahan, kepercayaan dan pendapat.
c. Ketidakpuasan terhadap apa yang ada
Ketika anda merasa tidak puas terhadap sesuatu, ketika anda melihat ada masalah, akankah anda
mencoba memecahkan masalah dan memperbaiki keadaan. Semakin banyak masalah yang anda
temui, semakin banyak pula pemecahan dan peningkatan yang dapat anda buat.
d. Keyakinan bahwa masalah pasti dapat dipecahkan
Dengan keyakinan dan didukung pengalaman, pemikir kreatif percaya bahwa sesuatu pasti dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah.
e. Kemampuan membedakan keputusan dan kritik.
Sebagian besar gagasan baru, karena masih baru dan asing, maka terlihat aneh, ganjil, bahkan,
menjijikkan. Sebuah gagasan mulai tampak bagus ketika sudah lebih familiar atau dilihat dengan
konteks dan batasan yang berbeda. Jika suatu gagasan paling gila sekalipun dapat dipraktekkan
sebagai batu loncatan, gagasan tersebut efisien.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, usaha yang baik untuk
lakukan oleh guru adalah dengan meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif dalam
menunjang perkembangan kreativitas yakni lingkungan belajar yang secara langsung memberi
peluang bagi kita untuk berpikir terbuka dan fleksibel tanpa adanya rasa takut atau malu. Sebagai
contoh, Hasoubah (2002) memberikan gambaran situasi belajar yang dibentuk harus
memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seorang untuk memberikan ide dan pendapat.
Diskusi seperti ini harus dilaksanakan sedemikian rupa di mana dapat dilakukan kegiatan sebagai
berikut:
a. Melakukan brainstorming
Brainstorming adalah teknik yang bertujuan membantu kelompok kecil supaya dapat
menghasilkan ide yang bermutu. Ia berdasar pada sebuah konsep bahwa ide yang baik harus
dipisahkan dari penilaian atau evaluasi terhadap mutu ide tersebut. Karena itu, di dalam
brainstorming : (1) tidak ada kritik terhadap ide apapun, (2) ide harus ditulis tanpa diedit, (3) ide
yang liar, lucu, atau kurang berbobot dapat diterima, (4) semua jenis saran dan pendapat sangat
diharapkan, dan (5) memberikan kontribusi berdasarkan pendapat dari orang lain dapat diterima
b. Memakai cara SHEMAP
Berpikir kreatif bisa menjadi sangat abstrak, karena itu sulit untuk melihat seseorang
melakukannya. Berdasarkan hasil penelitian yang mengkaji fenomena ini seperti Universitas
Negeri Iowa yang mengembangkan model HOTS (higherorder-thinking-skills atau kemampuan
berpikir tingkat tinggi) sebagai mana dipaparkan Housobah (2002) menyebutkan bahwa berpikir
kreatif tidak dapat dilihat, tetapi produk/hasil dari berpikir kreatif tersebut dapat di lihat. Dengan
model HOTS ini seseorang dapat melangkah dari tingkatan ilmu yang sangat dasar kepada
tingkatan ilmu umum (generative) yang dianggap sebagai suatu yang diciptakan dan baru. Maka
kalau ilmu umum telah dihasilkan berarti proses berpikir kreatif telah terjadi.
Dari model HOTS ini, selanjutnya Hosaubah mengembangkan metode SHEMAP (Spekulasi-
Hipotesis- Ekspansi- Modifikasi- Analogi- Prediksi). Sebagai contoh, ketika seseorang
berspekulasi, apa manfaat mengambil mata kuliah di jurusan, Teknologi Guruan?. Pola pikir
berspekulasi untuk mencari jawaban dari pernyataan tersebut adalah pola mengembangkan dan
memodifikasi dalam bentuk cerita, hal ini bisa menghasilkan ide baru. Kalau dia harus membuat
hipotesis terhadap apa yang akan terjadi seandainya rencana "pengambilan sidik jari oleh aparat
keamanan terhadap para santri di pesantren yang dianggap menjadi sarang teroris", tindakan
membuat hipotesis dan prediksi dapat menghasilkan ide yang baru. Terakhir adalah membuat
analogi dan kreativitas. Ungkapan seperti ini " senyum Anda memberikan kehangatan sekaligus
memberi sinar harapan bagi diri saya". Dengan membuat analogi senyum ibarat kehangatan
secara jelas menjadikan seseorang berpikir kreatif.
c. Berpikir spasial
Seseorang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dengan (melakukan aktivitas)
berpikir spasial. Berpikir spasial adalah berpikir dengan cara mengubah ide yang ditulis dalam
bentuk prosa ke non prosa. Misalnya sebuah konsep atau teori yang ditulis dalam teks diubah
menjadi sebuah diagram. Usaha mengubah forma atau penyajian ide, konsep, dan deskripsi
keadaan tertentu sesuangguhnya merupakan sebuah kreativitas. Dengan menggunakan teknik
brainsorming, SHEMAP, dan berpikir spasial akal seseorang dapat menjelajahi teritorial/wilayah
yang tidak diketahui, “yang dengan sendirinya akan membangun kreativitas dan menjadikannya
seorang pemikir kreatif”.
kumpulan-makalah-baru.blogspot.com/2012/04/pengertian-berpikir-dan-mengingat.html
Berpikir
Pengertian Berpikir
Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide untuk membantu seseorang berpikir.
Macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut:
1. Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain.
Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi
ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif:
a. Asosiasi bebas: Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya.
Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran dapur, nasi atau
anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya.
b. Asosiasi terkontrol: Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas
tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya,
pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-
hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-
barang, piutang yang belum ditagih, dan sebagainya.
c. Melamun: yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang
tidak realistis.
d. Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur.
Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat
diingat.
e. Berpikir artistik: yaitu proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi
oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering
dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.
2. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada
sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu:
a. Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan.
b. Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru antara berbagai
hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk
artistik baru dan sebagainya.
Dalam berpikir selalu dipergunakan simbol, yaitu sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam
alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah simbol uang mewakili benda yang terdiri dari
lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf. Di samping kata-kata, bentuk-
bentuk simbol antara laibn angka-angka dan simbol matematika, simbol simbol yang
dipergunakan dalam peraturan lalu lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya.
Telah dikatakan di atas, bahwa berpikir terarah diperlukan dalam memecahkan persoalan-
persoalan. Untuk mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu
diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam memecahkan persoalan:
1. Strategi menyeluruh: di sini persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan dan dipecahkan
untuk keseluruhan itu.
2. Strategi detailistis: di sini persoalan di bagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan bagian
demi bagian.
Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh:
1. Set: pemecahan persoalan yang berhasil biasanya cenderung dipertahankan pada persoalan-
persoalan yang berikutnya (timbul: set). Padahal belum tentu persoalan berikut itu dapat
dipecahkan dengan cara yang sama. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan terutama
kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah dirinya.
2. Sempitnya pandangan: sering dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu
kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang
tersebut akan mencobanya terus, karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia
akan mengalami kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya padangan orang
tersebut. Sehingga tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan keluar.
B. Jenis-jenis Berpikir
Secara garis besar, ada dua macam berpikir; berpikir austistik dan berpikir realistik.
Berpikir autistik adalah proses berpikir yang biasa dikenal dengan melamun, seperti fantasi,
menghayal, dan lain sebagainya. Berpikir autistik menjadikan seseorang lari dari kenyataannya
dan memandang semua yang anda sebagai gambar-gambar fantastis. Pada kondisi seperti ini,
berpikir autistik merupakan kegiatan mental yang melantur dan tidak mempunyai tujuan serta
arah tertentu.
Sementara berpikir realistis adalah proses berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia
nyata dan diharapkan dengan itu akan mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi, disebut
juga dengan nalar (reasoning). Floyd L. Ruch membagi berpikir realistik menjadi tiga bagian;
Deduktif, Induktif, dan Evaluatif.
Berpikir deduktif, merupakan proses berpikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum
pada hal-hal yang bersifat khusus. Dalam logika, ini disebut dengan silogisme.
Berpikir induktif, merupakan kebalikan dari berpikir deduktif yaitu proses pengambilan
keputusan dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus menuju umum. Istilah ini dikenal dengan
generalisasi. Ketepatan berpikir induktif bergantung pada memadainya kasus yang dijadikan
dasar.
Berpikir evaluatif, yaitu proses berpikir secara kritis untuk menilai baik atau buruk, tepat atau
tidak, bahkan bermanfaat atau tidaknya sebuah gagasan. Karena proses ini merupakan proses
berpikir yang bebas, maka seseorang bisa saja untuk menambah atau mengurangi gagasan.
Ada lagi yang menambahkan dengan,
Berpikir analogi, adalah berpikir yang didasarkan pada pengenalan kesamaan. Biasanya, hal
ini dengan menggunakan perbandingan atau kontras. Menurut Robert J. Sternberg, “kita berpikir
secara analogis setiap kali kita menetapkan keputusan tentang sesuatu yang baru dalam
pengalaman kita, dengan menghubungkannya pada suatu yang sama pada masa lalu kita”.
Ada lagi jenis-jenis berpikir yang dijabarkan oleh Sarlito;
Berpikir asosiatif, adalah proses berpikir dimana suatu ide merangsang timbulnya ide lain.
Cara berpikir asosiatif dibagi menjadi dua macam;
1. Asosiasi bebas: satu ide aan menimbulkan ide mengenai hal lain, yaitu hal apa saja tanpa ada
batasannya. Misalnya ide tentang makan, dapat menimbulkan ide tentang restoran atau dapur.
2. Asosiasi terkontrol, satu ide tertentu akan menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-
batas tertentu. Misalnya ide tentang “membeli mobil” akan memunculkan ide lain tentang
harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau mungkin modelnya.
3. Melamun, mengkhayal secara bebas sebebas bebasnya tanpa batas, bahkan mengenai hal-hal
yang tidak realistis dan tidak logis.
4. Mimpi, ide-ide tentang beberapa hal yang timbul secara tidak sadar pada waktu tidur.
5. Berpikir artistik, adalah proses berpikir yang sangat subjektif, jalan pikiran sangat dipengaruhi
oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan sekitar.
Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan
kepada sesuatu, biasanya diarahkan kepada pemecahan persoalan. Ada dua macam berpikir
terarah, yaitu;
1. Berpikir kritis, adalah berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan atau pemelihan
terhadap suatu keadaan.
2. Berpikir kreatif, adalah berpikir untuk menemukan hubungan baru antara berbagai hal.
Ciri-ciri orang kreatif menurut Coleman dan Hammen adalah sebagai berikut;
1. Kemampuan kognitif; termasuk disini adalah kecerdasan yang berada di atas rata-rata,
kemampuan melahirkan gagasan baru dan berbeda.
2. Sikap yang terbuka; orang kreatif mempersiapkan diri menerima stimulasi internal dan
eksternal; memiliki pikiran yang beragam dan luas.
3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri. Orang kreatif cenderung tidak mau
didikte karena ia ingin menampilkan dirinya semampu dan semaunya; ia tidak ingin terlalu
terikat pada konvensi-konvensi sosial. Karena alasan inilah mungkin yang menyebabkan orang
kreatif sering dianggap nyentrik dan gila.
E. Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif tumbuh subur bila ditunjang oleh faktor personal dan situasional. Menurut
Coleman dan Hammen, faktor yang secara umum menandai orang-orang kreatif adalah :
1. Kemampuan Kognitif : Termasuk di sini kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan
gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif.
2. Sikap yang terbuka : orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal maupun
eksternal.
3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri : orang kreatif ingin menampilkan
dirinya semampu dan semaunya, ia tidak terikat oleh konvensi-kovensi. Hal ini menyebabkan
orang kreatif sering dianggap “nyentrik” atau gila. Selain faktor lingkungan psikososial,
beberapa peneliti menunjukan adanya faktor situasional lainnya. Maltzman menyatakan adanya
faktor peneguhan dari lingkungan. Dutton menyebutkan tersedianya hal-hal istimewa bagi
manusia kreatif, dan Silvano Arieti menekankan faktor isolasi dalam menumbuhkan kreativitas.