tanggung jawab hukum para pihak dalam …
TRANSCRIPT
i
TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM
PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUKO
(Studi Penerapan Asas Mengikatnya Perjanjian/Pacta Sunt Servanda)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Oleh:
JAE PRASETIO SAKUNTALA
C100150030
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM
PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUKO
(Studi Penerapan Asas Mengikatnya Perjanjian/Pacta Sunt Servanda)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
JAE PRASETIO SAKUNTALA
C100150030
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
(Septarina Budiwati, S.H., M.H., C.N.)
ii
iii
1
TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM
PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUKO
(Studi Penerapan Asas Mengikatnya Perjanjian/Pacta Sunt Servanda)
Abstrak
Tujuan diadakannya perjanjian sewa menyewa adalah untuk memberikan hak
pemakaian kepada pihak penyewa sehingga benda yang bukan berstatus hak milik
dapat disewakan oleh pihak yang mempunyai hak atas benda atau barang tersebut.
Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk dan isi perjanjian sewa menyewa ruko
antara kedua belah pihak, mengetahui tanggung jawab hukum perjanjian sewa
menyewa ruko antara kedua belah pihak dan mengetahui penerapan asas
mengikatnya suatu perjanjian atau pacta sunt servanda pada perjanjian sewa
menyewa ruko antara kedua belah pihak. Penelitian ini menggunakan pendekatan
yuridis normatif. Jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan Bentuk
Perjanjian ini dibuat secara tertulis dibawah tangan dan telah memenuhi 4 (empat)
syarat sahnya perjanjian, Isi perjanjian sewa menyewa ruko di beteng di jelaskan
pada premis perjanjian yang berbunyi “kedua belah pihak dengan ini menerangkan
bahwa pihak kedua selaku pemilik sah dan telah setuju untuk menyewakan kepada
pihak pertama,dan pihak pertama telah setuju untuk menyewa dari pihak kedua
berupa: Ruko Blok A.” Hal ini berarti perjanjian ini benar sesuai dengan perjanjian
sewa menyewa pasal 1548 KUH Perdata dimana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk memberikan kepada pihak lainnya kenikmatan dari suatu barang,
selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga. Hak dan kewajiban
para pihak sewa menyewa ruko di beteng berdasarkan pada pasal 1338 KUH Perdata.
Perjanjian sewa menyewa ruko di Benteng Trade Center dijalankan berdasarkan asas
pacta sunt servanda bahwa perjanjian yang dibuat secara sah maka mengikat kepada
para pihak untuk memenuhinya.
Kata Kunci: perjanjian sewa menyewa, asas pacta sunt servanda, tanggung jawab
hukum
Abstract
The purpose of holding a lease agreement is to give the right of use to the lessee so
that the object that is not the title can be leased by the party who has the right to the
object or goods. This study aims to determine the form and contents of the shop lease
agreement between the two parties, know the legal responsibilities of the shop lease
agreement between the two parties and know the application of the principle of
binding an agreement or pacta sunt servanda on the shop lease agreement between
the two parties. This research uses a normative juridical approach. Type of
qualitative research. The results of this research show that the form of this
Agreement is made in writing under the hand and has fulfilled 4 (four) conditions for
the legality of the agreement. has agreed to lease it to the first party, and the first
party has agreed to lease from the second party in the form: Ruko Blok A. "This
means that this agreement is true in accordance with the lease agreement article 1548
of the Civil Code in which one party is bound to give it to the party others enjoyment
of an item, for a certain time and with the payment of a price. The rights and
2
obligations of the parties to rent a shop in Beteng are based on article 1338 of the
Civil Code. The lease agreement for the shop house at Benteng Trade Center is based
on the principle of pacta sunt servanda that the agreement made legally is binding on
the parties to fulfill it.
Keywords: lease agreement, pacta sunt servanda principle, legal responsibility
1. PENDAHULUAN
Bangunan adalah suatu tempat kita untuk berlindung dari teriknya matahari dan
derasnya hujan. Semakin berkembangnya jaman, bangunan bukan hanya di
peruntukkan sebagai tempat berlindung dari teriknya matahari dan juga deras nya air
hujan, akan tetapi juga dapat difungsikan sebagai tempat jual beli barang. Tempat ini
biasa di sebut Rumah Toko atau orang indonesia biasa menyebutnya Ruko. Dalam
era Industrialisasi ini berkembangnya teknologi yang semakin maju maka kebutuhan
manusia akan semakin meningkat, seiring dengan berkembangan zaman. Pada
dasarnya manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhannya. Karena keterbatasan
kemampuan yang berbeda-beda, tidak sedikit orang yang lebih cenderung memilih
jasa penyewaan ruko untuk usaha.
Ruko adalah sebutan bagi bangunan bangunan di Indonesia yang umumnya
bertingkat antara dua hingga lima lantai,dimana tempat tersebut biasanya disewakan
untuk tempat usaha. Ruko biasanya berpenampilan sederhana dan sering dibangun
bersama ruko-ruko lainnya yang sama atau mirip sebagai suatu komplek. Bagi
masyarakat yang taraf perekonomiannya tinggi yang mampu membangun ruko,
mereka dapat menyewakan ruko tersebut kepada orang orang yang membutuhkan.
Pada pasal 1548 KUHPerdata yang berbunyi “Sewa menyewa adalah suatu
perjanjian,dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan
kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang,selama suatu waktu tertentu
dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu
disanggupi pembayarannya”.
Sewa menyewa dalam hukum Islam dalam fiqih disebut dengan ijarah yang
menurut bahasa berarti al-ajru yang berarti al-iwadu atau ganti. Menurut istilah sewa
menyewa atau ijarah adalah memberikan manfat benda kepada orang lain dengan
suatu ganti pembayaran (Abdurrahman, 1992). kebolehan transaksi ijarah ini
3
didasarkan pada Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 233 sebagai
berikut:
Artinya: “Jika kamu hendak menyusukan anak kamu (kepada orang lain)
maka tidak bedosa apabila kamu memberikan pembayaran secara pantas.
Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ingatlah bahwa Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah: 233)
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat penulis kemukakan bahwa dalam
perjanjian sewa menyewa apabila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau
jasa dari suatu benda disebut ijârah al’ain, seperti sewa menyewa rumah untuk
ditempati. Bila yang menjadi objek transaksi itu berupa manfaat atau jasa dari tenaga
seseorang disebut ijarah az-zimmah atau upah mengupah. Sekalipun objeknya
berbeda keduanya dalam konteks fiqih disebut al-ijârah (Ghazaly, 2010). Tujuan
diadakannya perjanjian sewa menyewa adalah untuk memberikan hak pemakaian
kepada pihak penyewa sehingga benda yang bukan berstatus hak milik dapat
disewakan oleh pihak yang mempunyai hak atas benda atau barang tersebut.
Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya pada satu orang lain atau lebih
(Budiwati, 2018). dari peristiwa ini terciptanya suatu hubungan hukum antara dua
orang tersebut yang di namakan perikatan. Dalam suatu perjanjian biasanya
melibatkan dua pihak yaitu pihak yang mengikatkan dirinya untuk memberikan
kenikmatan dari suatu barang (pemberi sewa) dan pihak yang menerima dan
merasakan kenikmatan dari suatu barang sewa (penyewa),maka sudah sepatutnya
penyewa memberikan perlindungan hukum terhadap barang yang disewakan
terhadap penyewa (Harahap,1986).
Adapun perjanjian yang sah, ada bila perjanjian yang memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan undang-undang, dengan demikian perjanjian tersebut diakui oleh
hukum. Seperti disebutkan dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
4
mengenai syarat syahnya perjanjian yaitu: Ada persetujuan kehendak antara para
pihak yang mengadakan perjanjian (consessus). ada kecakapan para pihak untuk
suatu perjanjian (capacity), ada sesuatu hal tertentu (certain subject metter) dan, ada
sebab yang halal (legal cause) (Kadir, 1982).
Perjanjian yang sudah dibuat secara sah maka mengikat kepada para pihak
untuk memenuhinya. Dalam pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, yang menyatakan bahwa “setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak itu mengikat para pihak
tersebut, Dalam hal salah satu pihak dalam perjanjian tidak melaksanakanya, maka
pihak lain dalam pelaksanaan berhak untuk memaksakan pelaksanaan melalui
mekanisme dan jalur hukum yang berlaku (Subekti, 1995). Perjanjian itu mengikat
kepada para pihak yang membuatnya artinya menimbulkan tanggung jawab hukum
untuk memenuhinya “pacta sunt servanda atau janji itu mengikat”
Hukum sewa menyewa juga tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor.44
Tahun 1994 yaitu tentang jaminan hukum antara pemilik properti dan penyewa, asal
terdapat perjanjian tertulis yang sah. Perjanjian tertulis tersebut berisi 3 klausa yang
penting yakni hak dan kewajiban pemilik dan penyewa, jangka waktu sewa, beserta
harga sewa properti.
Dalam penelitian ini penulis akan membahas mengenai pelaksanaan perjanjian
sewa menyewa ruko di beteng, dalam penerapan asas pacta sunt servanda yaitu
mengikatnya tanggung jawab hukum kepada para pihak untuk memenuhinya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat
permasalahan tersebut dengan melakukan penelitian skripsi yang berjudul “
TANGGUNG JAWAB HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN SEWA
MENYEWA RUKO (Studi penerapan Asas Mengikatnya Perjanjian/Pacta Sunt
Servanda).
2. METODE
Metode penelitian menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu metode
pendekatan dengan menggunakan sumber data sekunder (Soemitro, 1990).
5
Menggunakan jenis penelitian penelitian kualitatif dengan menggunakan studi
pustaka sebagai acuannya. Mengenai penelitian ini, penulis akan menggunakan
metode pendekatan deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan ada
tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat
(Amiruddin dan Asikin, 2012). Menggunakan jenis data sekunder berupa bahan
hukum pimer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer yang digunakan
adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Bahan hukum sekunder adalah
sumber data yang berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan
dokumen-dokumen (Marzuki, 2007). Teknik pengumpulan data melalui studi
lapangan dengan observasi dan wawancara serta tinjauan kepustakaan. Wawancara
adalah merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi langsung dari
responden (Ishaq, 2017). Observasi adalah merupakan alat pengumpul data yang
biasanya dipergunakan, apabila tujuan penelitian hukum yang bersangkutan adalah
mencatat perilaku hukum sebagaimana terjadi di dalam kenyataan. Metode analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif
adalah suatu analisis data yang digunakan untuk aspek-aspek normatif (yuridis)
melalui metode yang bersifat deskriptif analisis, seperti menguraikan gambaran dari
data yang diperoleh dan menghubungkannya satu sama lain untuk mendapatkan
suatu kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh
gambaran yang baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada atau
sebaliknya. Data tersebut kemudian dianalisa secara interpretative menggunakan
teori maupun hukum positif yang telah dituangkan kemudian secara deduktif ditarik
kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada (Sugugono, 2003).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Bentuk dan Isi Dari Perjanjian Sewa Menyewa Ruko di Benteng Trade
Center
Bentuk dan isi perjanjian sewa menyewa ruko dibuat secara tertulis dibawah tangan,
para pihak dalam perjanjian ini menuangkannya dalam bentuk tertulis mengenai
kepentingan mereka dalam perjanjian, syarat-syarat yang diperjanjikan serta
6
kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi dalam perjanjian. Bentuk perjanjian yang
dibuat secara tertulis ini merupakan wujud dari Asas Kebebasan berkontrak yang
dianut oleh Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Selain berisi nama para pihak, perjanjian tersebut memuat klausul-klausul yang
dijabarkan dalam pasal-pasal, yang antara lain mengatur tentang objek yang
disewakan, ketentuan-ketentuan khusus, harga sewa, biaya service charge, kewajiban
pihak pertama,masa berlaku perjanjian, tambahan, hak dan kewajiban pihak kedua,
pengembalian objek sewa, perpanjang sewa menyewa, lain-lain, penutup serta
ketentuan tentang tata cara penyelesaian sengketa dan domisili hukum.
Asas kebebasan berkontrak diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-
undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa : “Semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Dengan
menekankan pada perkataan semua, maka Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-undang
Hukum Perdata ini berisi suatu pernyataan kepada masyarakat bahwa kita
diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja atau tentang apa
saja, dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu
undang-undang. Asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan kepada
seseorang untuk mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian dalam bentuk lesan
atau tertulis, mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan isi, syarat dan
luasnya perjanjian.
Meskipun para pihak bebas untuk membuat perjanjian apa saja, hal ini tidak
berarti para pihak yang membuat perjanjian bisa seenaknya untuk membuat
perjanjian apa saja yang disukainya. Pasal 1337 KUH Perdata memberikan
pembatasan dalam membuat perjanjian. Pasal ini menyebutkan bahwa suatu sebab
adalah terlarang, apabila dilarang oleh Undang-undang atau apabila berlawanan
dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum. Jika bunyi Pasal 1337 KUH Perdata
ini dikaitkan dengan asas kebebasan berkontrak yang dianut oleh Buku III Kitab
Undang-undang Hukum Perdata, maka dapat dikemukakan suatu pernyataan bahwa
para pihak bebas untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan
perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.
Dengan demikian, asas kebebasan berkontrak yang disebut juga dengan istilah
7
“sistem terbuka” ini memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat
untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar
ketertiban dan kesusilaan.
Pada premis perjanjian dijelaskan “kedua belah pihak dengan ini menerangkan
bahwa pihak kedua selaku pemilik sah dan telah setuju untuk menyewakan kepada
pihak pertama,dan pihak pertama telah setuju untuk menyewa dari pihak kedua
berupa: Ruko Blok A.” Hal ini berarti perjanjian ini benar sesuai dengan perjanjian
sewa menyewa pasal 1548 KUH Perdata dimana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk memberikan kepada pihak lainnya kenikmatan dari suatu barang,
selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga.
Berdasarkan isi dan tujuan diadakan perjanjian sewa menyewa ruko antara ibu
nila nur’aini, SE dengan PT.Andalan Propertindo, maka dapat dinyatakan bahwa
perjanjian sewa menyewa ruko tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban
umum. Oleh karena itu, meskipun perjanjian sewa menyewa ruko tidak diatur dalam
Undang-undang, tetapi perjanjian ini tidak dilarang untuk dilaksanakan, asalkan
dalam pelaksanaannya telah memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian seperti yang
dintatakan dalam Pasal 1320 KUHPerdata yakni adanya persesuain kehendak atau
kesepakatan dari mereka yang membuat perjanjian, kecapakan untuk membuat
perjanjian, ada suatu hal tertentu, dan sebab yang halal.
Selain asas kebebasan berkontrak yang dianut dalam perjanjian sewa menyewa
rumah tersebut, juga menganut Asas kepercayaan. Asas kepercayaan ini mengandung
pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan perjanjian akan memenuhi
setiap prestasi yang diadakan di antara mereka di belakang hari. Jadi perjanjian
tersebut menumbuhkan kepercayaan di antara kedua pihak yang mengadakan
perjanjian bahwa satu sama lain akan memegang janjinya. Dengan kata lain akan
memenuhi prestasinya di belakang hari. Tanpa adanya kepercayaan ini, maka
perjanjian itu tidak mungkin akan diadakan oleh para pihak.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat peneliti jelaskan bahwa perjanjian sewa
menyewa ruko antara Ibu nila nur’aini, SE dengan PT. Andalan Propertindo yang
dilakukan secara tertulis menurut peneliti sudah sah menurut hukum yang berlaku.
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
8
Perdata, bahwa suatu perjanjian dinyatakan sah apabila telah memenuhi 4 (empat)
syarat komulatif.
3.2 Tanggung Jawab Hukum dari Para Pihak
Adanya hak dan kewajiban pada masing – masing pihak atau tanggung jawab hukum
dari masing – masing pihak. Apa yang menjadi kewajiban pihak pertama merupakan
hak dari pihak kedua, sedangkan kewajiban pihak kedua merupakan hak pihak
pertama selama perjanjian ini berlangsung. Kedua belah pihak harus memahami dan
menaati hak dan kewajiban masing – masing yang telah disepakati agar jalannya
perjanjian ini berlangsung dengan baik dan lancar tanpa adanya problematika atau
masalah di kemudian hari. Tanggung jawab hukum ini berlaku mengikat bagi para
pihak sejak adanya perjanjian hingga masa perjanjian berakhir.
Perjanjian tidak hanya diatur dalam hukum positif saja tetapi juga diatur
didalam al quran, Menurut surat Al Maidah ayat 1 yang artinya, Hai orang-orang
yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu..
Juga pada surat al Isra ayat 34 yang artinya Dan penuhilah janji; sesungguhnya
janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.
3.3 Penerapan Asas Pacta sunt Servanda
Perjanjian sewa menyewa ruko di Benteng Trade Center dijalankan berdasarkan asas
pacta sunt servanda bahwa perjanjian yang dibuat secara sah maka mengikat kepada
para pihak untuk memenuhinya. Dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang
menyatakan bahwa “perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang
undang bagi mereka yang membuatnya”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
perjanjian yang dibuat oleh para pihak itu mengikat para pihak tersebut. Dalam hal
salah satu pihak dalam perjanjian tidak melaksanakanya, maka pihak lain dalam
pelaksanaan berhak untuk memaksakan pelaksanaan melalui mekanisme dan jalur
hukum yang berlaku. Perjanjian itu mengikat kepada para pihak yang membuatnya
artinya menimbulkan tanggung jawab hukum untuk memenuhinya. Sehingga
terjadilah hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian tersebut.
9
4. PENUTUP
Bentuk Perjanjian ini dibuat secara tertulis dibawah tangan dan telah memenuhi 4 (
empat ) syarat sahnya perjanjian. Isi perjanjian sewa menyewa ruko di beteng di
jelaskan pada premis perjanjian yang berbunyi “kedua belah pihak dengan ini
menerangkan bahwa pihak kedua selaku pemilik sah dan telah setuju untuk
menyewakan kepada pihak pertama,dan pihak pertama telah setuju untuk menyewa
dari pihak kedua berupa: Ruko Blok A.” Hal ini berarti perjanjian ini benar sesuai
dengan perjanjian sewa menyewa pasal 1548 KUH Perdata dan memenuhi pasal
1338 KUH Perdata.
Hak dan kewajiban para pihak sewa menyewa ruko di beteng dibuat
berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata dan telah sesuai.
Perjanjian sewa menyewa ruko di Benteng Trade Center dijalankan
berdasarkan asas pacta sunt servanda bahwa perjanjian yang dibuat secara sah maka
mengikat kepada para pihak untuk memenuhinya.
Bagi pihak pertama / pemilik ruko, Dalam melaksanakan perjanjian sewa
menyewa ruko pihak yang pemilik ruko harus mematuhi peraturan dan memenuhi
kewajiban yang sudah disepakati agar pelaksanaan perjanjian sewa menyewa ruko
berjalan dengan lancar dan tidak mengalami kerugian.
Bagi pihak kedua / penyewa ruko, Sebelum menyepakati perjanjian sewa
menyewa ruko yang sudah dibuat oleh kedua belah pihak, pihak penyewa harus
benar - benar mempelajari dengan baik akta perjanjian sewa menyewa ruko tersebut
agar tidak terjadi kesalahpahaman dikemudian hari. dan harus mematuhi peraturan
dan memenuhi kewajiban yang sudah di sepakati agar pelaksanaan perjanjian sewa
menyewa ruko tersebut berjalan dengan lancar dan tidak mengalami kerugian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Masduha. (1992). Pengantar dan Asas-asas Hukum Perdta Islam,
Surabaya: Central Media.
Amiruddin dan Zainal Asikin. (2012). Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:
Rajawali Pers.
10
Budiwati, Septarina. (2018). Buku Ajar Hukum Perdata. Muhammadiyah University
Press: Surakarta.
Ghazaly, Abdul Rahman,dkk. (2010). Fiqih Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Harahap, M. Yahya. (1986). Segi Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni.
Ishaq. (2017). Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta
Disertasi, Bandung: Alfabeta.
Kadir, Muhammad Abdul. (1982). Hukum Perikatan. Bandung: Bandung Press.
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
Marzuki, Peter Mahmud. 2007). Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.
Soemitro, Ronny Hamitjo. (1990). Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri,
Semarang: Ghalia Indonesia.
Subekti. (1995). Aneka Perjanjian, cet.10. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Sugugono, Bambang. (2003). Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.