tantangan dan masa depan ilmu

45
FILSAFAT ILMU TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya , setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan rasional juga memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Maka seiring dengan berkembangnya zaman, makin berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan yang ada. 1

Upload: ayu-naoman

Post on 26-May-2015

25.443 views

Category:

Education


87 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tantangan dan masa depan ilmu

FILSAFAT ILMU

TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya , setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan objek formal.

Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek

material ilmu kedokteran.

Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan rasional juga memiliki objek material dan objek

formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan

ada yang tidak tampak.

Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan

yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh,

radikal, dan rasional tentang segala yang ada. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan

hal yang empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan

menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Maka

seiring dengan berkembangnya zaman, makin berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan yang ada.

Kemajuan pesat ilmu pengetahuan yang dicapai manusia pada ujung pertengahan kedua abad ke-

20, memungkinkan arus informasi menjadi serba cepat: apa dan oleh siapa dari seluruh muka bumi

(bahkan sebagian jagat raya) - menembus ke seluruh lapisan masyarakat dengan bebas tanpa

membedakan siapa dia si penerima. Tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi,

ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran. Pengaruh perkembangan ilmu

pengetahuan terhadap pola kemasyarakatan alienasi adalah suatu kondisi psikologis seorang individu

yang dinafasi oleh kesadaran semu (tentang misteri keabadian termasuk Tuhan), keberadaan, dan dirinya

sendiri sebagai individu serta komunitas.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan cenderung meniru budaya barat bisa

jadi menciptakan sebuah alienasi budaya.Orang merasa asing dengan budayanya sendiri. Kaum muda

1

Page 2: Tantangan dan masa depan ilmu

tidak lagi at home dengan kebudayaan yang telah membentuk identitas sosialnya. Kemajuan-kemajuan

memungkinkan banyaknya pilihan (multiple options) dan membuka kesempatan tumbuhnya

materialisme dan rasionalisme dengan luar biasa. Tuntutan hidup begitu tinggi. Kemakmuran yang

dicapai tidak terkendali, gaya hidup menjadi konsumtif dan hedonistik. Manusia pribadi yang menjadi

begitu sibuk untuk mempertahankan hidup menyuburkan sosok individualistik. Kaya dan sukses dari

segi materi jadi satu-satunya tujuan hidup. Persaingan demikian ketat, sehingga penghargaan manusia

terhadap waktu mencapai titik tertinggi dibandingkan masa sebelumnya. Yang tersisa hanya wajah

kehidupan tidak manusiawi dimana bahaya masa depan ialah manusia menjadi robot karena terjadi

alienasi diri. Ini merupakan pengaruh negatif dari kemjuan ilmu jika tidak di dasari dengan akhlak,

norma, moral dan landasan agama yang ada. Jangan sampai perkembangan ilmu menjadikan manusia

sebagai objek, menyeret dan memaksanya pada model kehidupan yang menyimpang.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban manusia yang ada pada saat ini

merupakan bentuk desakan dari pengaruh berkembangnya aspek-aspek kehidupan di masa lalu. Manusia

dengan alam pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular

serta membentuk sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada masa

depan manusia yang berbeda dan lebih kompleks. Prediksi pada ilmuwan Barat yang menyatakan bahwa

agama formal (organized religion) akan lenyap, atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi, ketika iptek

dan filsafat semakin berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang terjadi proses

artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai jalur sosial, politik, ekonomi, bahkan dalam teknologi.

Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur

pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber,

hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Yang juga

sekaligus sebagai bahan diskusi bersama dalam proses pembelajaran. Adapun judul yang diangkat dalam

makalah ini yaitu “Tantangan Dan Masa Depan Ilmu”.

Tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk membantu para mahasiswa kedepan agar dapat

dijadikan sebagai pengetahuan dan masukan tentang bagaimana, apa pengertian, serta konteks yang

berhubungan dengan tantangan dan masa depan ilmu.

2

Page 3: Tantangan dan masa depan ilmu

BAB IIPERMASALAHAN

Rumusan Masalah

1. Apa Hubungan Antara Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan ?

2. Apa Hubungan Antara Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia ?

3. Apa Hubungan Antara Etika, Moral, Norma dan Ilmu Pengetahuan ?

4. Bagaimana Sikap Ilmiah yang Harus Dimiliki Oleh Ilmuwan ?

Dalam Makalah ini akan membahas :

1. Hubungan Antara Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan

2. Hubungan Antara Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia

3. Hubungan Antara Etika, Moral, Norma dan Ilmu Pengetahuan

4. Sikap Ilmiah yang Harus Dimiliki Oleh Ilmuwan

3

Page 4: Tantangan dan masa depan ilmu

BAB III

PEMBAHASAN

Pengertian Ilmu, Krisis Kemanusiaan, Masa Depan Manusia, Agama, Etika,

Moral, dan Norma

Pengertian Ilmu

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “Alima-ya’lamu, dan science dari bahasa Latin Scio, scrie artinya

to know. Sinonim yang paling akurat dalam bahasa Yunani adalah epitisteme. Sedangkan secara

terminology ilmu atau science adalah semacam pengetahuan yang mempunyai cirri-ciri, tanda-tanda dan

syarat-syarat tertentu. Menurut ensiklopedia pengertian ilmu adalah “Ilmu pengetahuan yaitu suatu

system dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengetahuan tertentu,

yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, sehingga menjadi kesatuan suatu system dari

pelbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan yang dilakukan secara

teliti dengan memakai metode tertentu.

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005

diantaranya  adalah :

Pengertian kata “ilmu” secara bahasa adalah pengetahuan tentang sesuatu yang disusun secara bersistem

menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu

dibidang itu.

Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum

kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak

dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.

Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum

dan sistematik, dan ke empatnya serentak.

Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten

tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.

4

Page 5: Tantangan dan masa depan ilmu

Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem

yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal

yang sedang dikaji.

Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan

suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat

oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.

Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-

ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika …. maka “.

Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia

mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan

kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.

Ciri-ciri utama ilmu secara terminologi adalah:

1. Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.

2. Koherensi sistematik ilmu.

3. Tidak memerlukan kepastian lengkap.

4. Bersifat objektif.

5. Adanya metodologi.

6. Ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya

Pengertian Krisis kemanusiaan

Krisis adalah suatu keadaan dimana terjadinya peralihan dari keadaan lama menuju keadaan baru

yang belum pasti. Misalnya, metode lama telah ditinggalkan, tetapi metode baru belum sepenuhnya

dapat digunakan, sehingga yang terjadi adalah kebingungan, karena belum adanya metodologi baru

yang memadai.

Krisis kemanusiaan merupakan suatu peristiwa atau runtutan peristiwa ancaman kritis terhadap

kesehatan, keamanan, dan keberadaan atau eksistensi suatu komunitas atau suatu kelompok besar

dalam suatu wilayah luas.

5

Page 6: Tantangan dan masa depan ilmu

Pengertian Masa Depan

menurut tinjauan istilah masa depan ialah suatu masa atau kondisi yang berada di depan manusia,

akan tetapi kondisi tersebut biasanya digunakan untuk waktu yang panjang, mungkin juga tidak

terbatas dan kadang-kadang masih bersifat abstrak. Masa depan untuk jangka pendek biasanya

digunakan istilah besok, besok lusa, bulan depan atau tahun depan.

Menurut berbagai contoh yang banyak kami temukan pada masyarakat tertentu, istilah masa depan ini

banyak dipergunakn pada kondisi tertentu. Misalnya orang tua yang menyarankan anaknya untuk

memperhatikan masa depannya, masa depan di sini berorientasi kepada  persiapan diri untuk

memasuki kehidupan rumah tangga agar supaya mereka tidak mengalami kesulitan. Pengertian masa

depan ini bergeser kembali ketika diletakkan atau digunakan pada orang-orang yang sudah

berkeluarga. Masa depan diartikan kepada masa tua, sehingga anjuran tersebut menyarankan agar

mempersiapkan diri untuk menghadapi masa tua yang cukup menyulitkan bagi manusia, sehingga

tidak sedikit manusia yang melakukan pendidikan terhadap anak-anaknya agar supaya kelak dapat

dijadikan tempat bergantung dan tidak banyak menimbulkan kesulitan bagi dirinya. Dipersiapkan

rumah tangga, tempat tinggal yang cocok ,dan kondisi ketuaan, demikian seterusnya.

Pengertian masa depan ini bergeser lagi ketika digunakan kepada para orang yang sudah memasuki

masa tua, orientasinya sekarang kepada masa kehidupan setelah kematian, sehingga mereka lebih

mengkonsentrasikan diri pada aktifitas ibadah sebagai bekal akhirat.

Menurut pendapat penulis, masa depan ialah masa yang paling depan, setelah itu sudah tidak ada

masa lagi di depannya. Kalau masa depan diartikan dengan masa rumah tangga bagi generasi muda

atau masa tua bagi orang yang sudah memasuki kehidupan keluarga, berarti masa itu bukan masa

depan karena di depannya masih ada masa lagi. Sedangkan masalah keadaan masa depan,  di mana

harus diperlukan persiapan khusus, menurut pendapat penulis, masa tersebut sangat rawan sekali,

yang banyak memungkinkan bencana-bencana besar bagi siapa yang memasukinya apabila tidak

memiliki persiapan dengan baik.

Apabila masa depan diartikan secara salah, seperti diartikan masa rumah tangga, atau masa tua, maka

persiapan seseorang akan dikonsentrasikan secara penuh kepada hal-hal yang di atas. Akibatnya ia

mungkin akan berhasil pada masa itu tetapi akan mendapatkan kehancuran ketika ia memasuki

kepada masa depan yang sesungguhnya, karena mereka sebelumnya tidak mempersiapkan ke arah

sana.

Di dalam kondisi industrialisasi seperti sekarang ini, tidak sedikit para orang tua dan generasi muda

yang memandang kehidupan  di dunia ini dipandang sebagai masa depannya, sehingga seluruh

kegiatan-kegiatan mereka mengacu pada hal-hal yang dapat meningkatkan prestasi kehidupan

6

Page 7: Tantangan dan masa depan ilmu

duniawi, mereka tidak segan-segan mengorbankan segala yang dimiliki untuk kesuksesan dunia. dan

kami rasa banyak sekali contoh-contoh sosial yang menggambarkan kejadian-kejadian di atas. mari

kita renungkan bersama lagi, rencana apa yang akan kita lakukan untuk menyongsong kehidupan

lebih baik di masa mendatang , dimana era globalisasi  dan perkembangan teknologi yang sangat

pesat ini:)

Pengertian Agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada

Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-

kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta

āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal

dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”.

Maksudnya dengan berReligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan (wikipedia.com).

Untuk memberikan batasan tentang makna agama memang agak sulit dan sangat subyektif. Karena

pandangan orang terhadap agama berbeda-beda. Ada yang memandangnya sebagai suatu institusi yang

diwahyukan oleh Tuhan kepada orang yang dipilihnya sebagai nabi atau rasulnya, dengan ketentuan-

ketentuan yang telah pasti. Ada yang memandangnya sebagai hasil kebudayaan, hasil pemikiran manusia,

dan ada pula yang memandangnya sebagai hasil dari pemikiran orang orang yang jenius, tetapi ada pula

yang menganggapnya sebagai hasil lamunan, fantasi, ilustrasi (Syafa’at,1965).

Menurut sejarah, agama tumbuh bersamaan dengan berkembangnya kebutuhan manusia. Salah satu

dari kebutuhan itu adalah kepentingan manusia dalam memenuhi hajat rohani yang bersifat spritual, yakni

sesuatu yang dianggap mampu memberi motivasi semangat dan dorongan dalam kehidupan manusia.

Oleh karena itu, unsur rohani yang dapat memberikan spirit dicari dan dikejar sampai akhirnya mereka

menemukan suatu zat yang dianggap suci, memiliki kekuatan, maha tinggi dan maha kuasa. Sesuai

dengan taraf perkembangan cara berpikir mereka, manusia mulai menemukan apa yang dianggapnya

sebagai Tuhan. Dapatlah dimengerti bahwa hakikat agama merupakan fitrah naluriah manusia yang

tumbuh dan bekembang dari dalam dirinya dan pada akhirnya mendapat pemupukan dari lingkungan

alam sekitarnya. Ada yang menganggap bahwa agama di dalam banyak aspeknya mempunyai persamaan

dengan ilmu kebatinan. Yang dimaksud ilmu agama di sini pada umumnya adalah agama-agama yang

bersifat universal. Artinya para pengikutnya terdapat dalam masyarakat yang luas yang hidup di berbagai

daerah (Thalhas, 2006). Di samping itu ajarannya sudah tetap dan ditetapkan (established) di dalam

7

Page 8: Tantangan dan masa depan ilmu

kaedahnya atau ketetapannya dan semuanya hanya dapat berubah di dalam interpretasinya saja. Agama

mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar dapat memberi kebahagiaan di dunia dan

akhirat baik kepada dirinya sendiri maupun kepada masyarakat di sekitarnya. Selain itu agama juga

memberikan ajaran untuk membuka jalan yang menuju kepada al-Khaliq, Tuhan yang Maha Esa ketika

manusia telah mati.

Ajaran agama yang universal mengandung kebenaran yang tidak dapat dirubah meskipun masyarakat

yang telah menerima itu berubah dalam struktur dan cara berfikirnya. Maksud di sini adalah bahwa ajaran

agama itu dapat dijadikan pedoman hidup, bahkan dapat dijadikan dasar moral dan norma-norma untuk

menyusun masyarakat, baik masyarakat itu bersifat industrial minded, agraris, buta aksara, maupun cerdik

pandai (cendikiawan). Karena ajaran agama itu universal dan telah estabilished, maka agama itu dapat

dijadikan pedoman yang kuat bagi masyarakat baik di waktu kehidupan yang tenang maupun dalam

waktu yang bergolak. Selain itu, agama juga menjadi dasar struktur masyarakat dan member pedoman

untuk mengatur kehidupannya.

Pengertian Etika

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak

kesusilaan ata adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak

(moral).

Selain akhlak kita juga lazim menggunakan istilah etika. Etika merupakan sinonim dari akhlak. Kata ini

berasal dari bahasa Yunani yakni ethos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang dimaksud kebiasaan

adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan seperti merokok

yang menjadi kebiasaan bagi pecandu rokok. Sedangkan etika menurut filasafat dapat disebut sebagai

ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan

manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Etika membahasa tentang tingkah laku manusia.

Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap

waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal

pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena

pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang

berlainan.

8

Page 9: Tantangan dan masa depan ilmu

Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut.

Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbutaan yang dilakukan

oleh manusia. 

Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil

pemikiran maka etika tidak bersifat mutla, absolut dan tidak pula universal.

Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu

perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, terhina dsb. Keempat, dilihat dari segi

sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan zaman.

Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan

kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.

Pengertian Moral

Istilah moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup. (Gunarsa,

1986) Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus

dipatuhi. (Shaffer, 1979) Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur prilaku individu

dalam hubunganya dengan masyarakat. Moral merupakan tindakan manusia yang bercorak khusus yang

didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik dan buruk. Morallah yang membedakan manusia dengan

makhluk tuhan yang lainya dan menempatkan pada posisi yang baik diatas makhluk lain. 

Moral merupakan realitas dari kepribadian pada umumnya bukan hasil perkembangan pribadi semata,

akan tetapi adalah merupakan tindakan atau tingkah laku seseorang. Moral tidaklah bisa sipisahkan dari

kehidupan beragama.

Di dalam agama Islam perkataan moral identik dengan akhlak.di mana kata “akhlak” berasal dari

bahasa Arab jama’ dari “khulqun” yang menurut bahasa berarti budi pekerti. 

Moral merupakan norma yang sifatnya kesadaran atau keinsyafan terhadap suatu kewajiban melakukan

sesuatu atau suatu keharusan untuk meninggalkan perbuatan – perbuatan tertentu yang dinilai masyarakat

9

Page 10: Tantangan dan masa depan ilmu

melanggar norma – norma. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa suatu kewajiban dan norma moral

sekaligus menyangkut keharusan untuk bersikap bersopan santun. Baik sikap sopan santun maupun

penilaian baik - buruk terhadap sesuatu, keduanya sama – sama bisa membuat manusia beruntung dan

bisa juga merugikan. Disini terdapat kesadaran akan sesuatu perbuatan dengan memadukan kekuatan nilai

intelektualitas dengan nilai – nilai moral.

Nilai – nilai intelektualitas merupakan sumber pertimbangan terhadap sesuatu yang benar dan yang

salah, sedangkan nilai – nilai moral merupakan sumber pertimbangan suasana hati tentang kebaikan dan

keburukan. Jika seseorang dapat membedakan dan mampu memilih kesetangkupan antara yang baik dan

yang benar dengan yang buruk dan yang salah, maka nilai – nilai moral yang hakiki senantiasa dapat

ditemukan, yaitu yang baik dan yang benarlah sebagai pilihannya. Kehidupan moral tidak bisa dipisahkan

dari keyakinan beragama, karena nilai moral yang tegas, pasti dan tetapi tidak berubah karena keadaan,

tempat dan waktu, adalah nilai yang bersumber pada agama. Karena itu didalam pembinaan generasi

muda perlulah kehidupan moral dan agama itu sejalan dan mendapat perhatian khusus.

Sebagai dua istilah yang memiliki kaitan satu dengan yang lainnya, nilai dan moral sebenarnya

tidak dapat berdiri sendiri. Bahkan dalam konteks tertentu nilai dan moral sering disatukan menjadi nilai

moral. Tetapi dalam istilah tersebut termuat makna baru yang menggambarkan adanya kualitas moral.

Ketika nilai dipisahkan dari moral maka arti nilai tidak terpengaruhi oleh moral, yakni tetap pada arti

awalnya sebagai suatu keyakinan yang mana seseorang betindak atas dasar pilihannya.

Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika

lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli

filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral

secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu. Namun demikian, dalam beberapa

hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk

menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio,

sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan

berkembang dan berlangsung di masyarakat.

Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti

pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya

perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul

salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.

10

Page 11: Tantangan dan masa depan ilmu

Pengertian Norma

Norma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas

yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran,

aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau

sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Norma

dapat diterapkan pada perbuatan-perbuatan konkret. Dengan tidak adanya norma maka kiranya kehidupan

manusia akan menjadi brutal. Pernyataan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan manusia yang tidak

ingin tingkah laku manusia bersifat semaunya.

Norma-norma mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud: perintah dan larangan. Apakah

yang dimaksud perintah dan larangan menurut isi norma tersebut? Perintah merupakan kewajiban bagi

seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan

merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang

tidak baik. Ada bermacam-macam norma yang berlaku di masyarakat.

Macam-macam norma yang telah dikenal luas ada empat, yaitu:

Norma Agama Ialah peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah-perintah, larangan

larangan dan ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap norma ini

akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa berupa “siksa” kelak di akhirat. Contohnya ialah

kita harus menjalankan perintah sebagai makhluk Tuhan.

Norma Kesusilaan Ialah peraturan hidup yang berasal dari suara hati sanubari manusia. Pelanggaran

norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat penyesalan. Norma kesusilaan bersifat

umum dan universal, dapat diterima oleh seluruh umat manusia. Contoh norma ini diantaranya ialah kita

harus berlaku jujur.

Norma Kesopanan Ialah norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri untuk mengatur

pergaulan sehingga masing-masing anggota masyarakat saling hormat menghormati. Akibat dari

pelanggaran terhadap norma ini ialah dicela sesamanya, karena sumber norma ini adalah keyakinan

masyarakat yang bersangkutan itu sendiri.

Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata krama atau adat istiadat.

11

Page 12: Tantangan dan masa depan ilmu

Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia, melainkan bersifat khusus dan setempat

(regional) dan hanya berlaku bagi segolongan masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi

segolongan masyarakat, mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian. Contoh norma ini diantaranya

ialah Berilah  tempat  terlebih  dahulu   kepada   wanita   di dalam   kereta  api,  bus   dan  lain-lain,

terutama wanita yang tua, hamil atau membawa  bayi.

Norma Hukum Ialah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan negara. Isinya

mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat

negara, sumbernya bisa berupa peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan

agama. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa, sanksinya berupa ancaman

hukuman.

A. HUBUNGAN ANTARA KEMAJUAN ILMU DAN KRISIS

KEMANUSIAAN

Suatu kenyataan yang tampak jelas dalam dunia modern yang telah maju ini, ialah adanya

kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu kebahagiaan orang dalam hidup. Kemajuan industri telah

dapat menghasilkan alat-alat yang memudahkan hidup, memberikan kesenangan dalam hidup,

sehingga kebutuhan-kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk memenuhinya. Seharusnya kondisi

dan hasil kemajuan itu membawa kebahagiaan yang lebih banyak kepada manusia dalam hidupnya.

Akan tetapi suatu kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh,

hidup semakin sukar dan kesukaran-kesukaran material berganti dengan kesukaran mental. Beban

jiwa semakin berat, kegelisahan dan ketegangan serta tekanan perasaan lebih sering terasa dan lebih

menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.

Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih

untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi

tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini,

termasuk di indonesia ditandai oleh gejalah kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf

yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah

tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Untuk

memahami gerak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka

kehadiran filsafat ilmu berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi

bomerang bagi kehidupan umat manusia.

12

Page 13: Tantangan dan masa depan ilmu

Dalam masyarakat beragama, ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan

karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling

tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena manusia diberi daya berfikir, daya

berfikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang bersamaan, daya

pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai mahluk

Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama manusia, tetapi juga kepada

pencipta-Nya.

Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara

metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena

permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi

filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan

masing-masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dan tidak

mencirikan cabang filsafat yang otonom. Ilmu memang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan

secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu

sosial, di mana keduanya mempunyai ciri-ciri yang sama.

Pertama, filsafat ilmu ingin menjawab pertanyaan laandasan ontologis ilmu; obyek apa yang

ditelaah? Bagaimana korelasi antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir,

merasa dan mengindera) yang menghasilkan ilmu? Dari landasan ontologis ini adalah dasar untuk

mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu. Noeng Muhadjir dalam bukunya

flsafat ilmu mengatakan, ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu

perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran

semesta universal. Ontologi berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam

rumusan Lorens Bagus, menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua

bentuknya.

Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dalam Perspektif mengatakan, ontologi

membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain,

suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Tiang penyangga yang  kedua adalah Epistimologi

ilmu  atau teori pengetahuan. Ini merupakan cabang filsafat yang berurusan dengan hakekat dan

lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban

atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu pengetahuan mempunyai peran

penting dalam membentuk peradaban dan kebudayaan manusia, dan dengan itu pula tampaknya,

muncul semacam kecenderungan yang terjalin pada jantung setiap ilmu pengetahuan dan juga para

ilmuwan untuk lebih berinovasi untuk penemuan dan perumusan berikutnya.

13

Page 14: Tantangan dan masa depan ilmu

Kecenderungan yang lain ialah adanya hasrat untuk selalu menerapkan apa yang dihasilkan ilmu

pengetahuan, baik dalam dunia teknik mikro maupun makro. Dengan demikian tampaklah bahwa

semakin maju pengetahuan, semakin meningkat keinginan manusia, sampai memaksa, merajalela,

dan bahkan membabi buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya tidak manusiawi lagi, bahkan

cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah merencanakan dan menghasilkannya.

Kecenderungan yang kedua inilah yang lebih mengerikan dari yang pertama, namun tidak dapat

dilepaskan dari kecenderungan yang pertama.

Kedua kecenderungan ini secara nyata paling menampakkan diri dan paling mengancam

keamanan dan kehidupan manusia, dewasa ini dalam bidang lomba persenjataan, kemajuan dalam

memakai serta menghabiskan banyak kekayaan bumi yang tidak dapat diperbaharui kembali,

kemajuan dalam bidang kedokteran yang telah mengubah batas-batas paling pribadi dalam hidup

manusia dan perkembangan ekonomi yang mengakibatkan melebarnya jurang kaya dan miskin.

Ilmu pengetahuan dan teknologi akhirnya mau tak mau mempunyai kaitan langsung ataupun tidak,

dengan setruktur sosial dan politik yang pada gilirannya berkaitan dengan jutaan manusia yang

kelaparan, kemiskinan, dan berbagai macam ketimpangan yang justru menjadi pandangan yang

menyolok di tengah keyakinan manusia akan keampuhan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk

menghapus penderitaan manusia.

Kedua kecenderungan di atas yang ternyata condong menjadi lingkaran setan ini perlu dibelokkan

manusia sendiri sehingga tidak menimbulkan ancaman lagi. Kesadaran akan hal ini sudah muncul

dalam banyak lingkungan ilmuwan yang prihatin akan perkembangan teknik, industri, dan

persenjataan yang membahayakan masa depan kehidupan umat manusia dan bumi kita. Untuk

itulah maka epistimologi ilmu bertugas menjawab pertanyaan; bagaimana proses pengetahuan yang

masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi ilmu? Bagaimana prosedur dan mekanismenya?

Tiang penyangga filsafat ilmu yang ketiga adalah aksiologi ilmu; Ilmu adalah sesuatu yang paling

penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi

secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa

peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti

hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya.

Dengan kemajuan ilmu juga, manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi,

pemukiman, pendidikan, komonikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana

untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.

Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat bagi

manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat

menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya pembuatan bom yang pada awalnya untuk

14

Page 15: Tantangan dan masa depan ilmu

memudahkan kerja manusia, namun kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif

yang menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Di sinilah ilmu harus diletakkan secara

proposional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika ilmu tidak

berpihak kepada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan malapetaka.

Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada

masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari siilmuwannya. Seorang ilmuwan akan

dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa

pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggungjawab seorang

ilmuwan haruslah dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis, dan

tanggung jawab moral.

B. HUBUNGAN ANTARA AGAMA, ILMU DAN MASA

DEPAN MANUSIA

Pentingnya Agama bagi Manusia

Tidak mudah memahami pengertian agama apabila hanya satu atau dua definisi saja. Setiap agama

dan kepercayaan mempunyai pengertiannya masing-masing. Setiap manusia harus menghargai

berbagai perbedaan pengertian dalam setiap agama dan kepercayaan tersebut. Agama dapat dilihat

sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah-

masalah penting dan aspek-aspek alam semesta yang tidak dapat dikendalikannya dengan teknologi

maupun sistem organisasi sosial yang dikenalnya. Pengertian agama yang lain yaitu agama sebagai

seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi melalui mitos dan menggerakkan kekuatan-kekuatan

supranatural dengan tujuan untuk mencapai atau menghindari terjadunya perubahan keadaan pada

manusia atau alam semesta (Sare, 2007).

Agama memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi sosial dan fungsi psikologis. Secara psikologis,

agama dapat mengurangi kegelisahan manusia dengan memberikan penerangan tentang hal-hal yang

tidak diketahui dan tidak dimengerti olehnya di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lebih mudah

dimengerti, misalnya tentang kematian. Selain itu, agama juga memberi ketenangan pada manusia

karena dapat memberikan sebuah harapan bahwa ada sebuah kekuatan supranatural yang dapat

menolong manusia pada saat menghadapi bahaya atau tertimpa suatu musibah. Ditinjau secara sosial,

15

Page 16: Tantangan dan masa depan ilmu

agama mempunyai sanksi bagi seluruh perilaku manusia yang beraneka ragam. Agama juga

menanamkan pengertian tentang kebaikan dan kejahatan dengan memberikan semacam pedoman

tentang perilaku hidup dan berinteraksi. Dalam hal ini, agama dapat dikatakan sebagai pemelihara

ketertiban sosial. Selain itu, agama juga sebagai alat yang efektif untuk meneruskan tradisi lisan

dalam sebuah masyarakat (Sare, 2007).

Dilihat dari pengertian pentingnya agama bagi manusia, terdapat dua konsep mendasar agama bagi

kehidupan manusia, yaitu agama dalam arti what religion does dan what is religion. Pengertian

pertama menunjuk pada apa kegunaan agama bagi kehidupan manusia, sedangkan pengertian yang

kedua menunjuk pada apa makna agama bagi manusia, yaitu sebagai pedoman untuk bertindak di

dalam menjalankan seluruh aktivitas kehidupannya (Moesa, 2007)

Pentingnya Peran Manusia Terhadap Agama

Selama ini kita banyak membicarakan tentang peran agama dalam setiap lini kehidupan manusia.

Namun apakah pernah terpikirkan , seberapa pentingkah peran manusia bagi agama itu sendiri?

Bagi kebanyakan manusia, kerohanian dan agama memainkan peran utama dalam kehidupan mereka.

Sering dalam konteks ini, manusia tersebut dianggap sebagai “orang manusia” terdiri dari sebuah

tubuh, pikiran, dan juga sebuah roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh itu

sendiri dan bahkan kematian. Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak ragawi) adalah

letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa otak memiliki pengaruh penting

terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia tak dibuktikan ataupun ditegaskan; konsep tersebut

disetujui oleh sebagian orang dan ditolak oleh lainnya. Juga, adalah perdebatan di antara organisasi

agama mengenai benar/tidaknya hewan memiliki jiwa; beberapa percaya mereka memilikinya,

sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya milik manusia, serta ada juga yang percaya

akan jiwa kelompok yang diadakan oleh komunitas hewani dan bukanlah individu.

Menurut Feuerbach, yang disebut Allah adalah kesadaran manusia itu sendiri. Menurut pemikiran itu

maka Feuerbach menyimpulkan bahwa agama adalah kesadaran Nan tak terbatas. Maka agama

berakar pada jati diri manusia, yang bersifat memiliki kesadaran nan tak terbatas. Agama adalah

hubungan manusia dengan jati dirinya nan tak terbatas. Agama palsu terjadi apabila manusia

memproyeksikan Nan tak terbatas tersebut keluar dan dalam oposisi terhadap dirinya. Dengan

demikian, manusia menciptakan Allah menurut citranya sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa

manusia jugalah yang menciptakan agama. Manusia adalah awal, pusat , dan akhir agama. Menurut

Feuerbach, ini bukanlah ateisme, melainkan humanisme (Jacobs, 2002).

Pendapat lain mengatakan bahwa agama merupakan produk dan alienasi dari manusia. Manusia tidak

16

Page 17: Tantangan dan masa depan ilmu

menciptakan agama, dan agama tidak menciptakan manusia. maka agama adalah kesadaran diri dan

perasaan diri manusia (Leahy, 2008).

Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bagi Kehidupan Manusia

Perkembangan sejarah manusia selalu diwarnai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang melingkupinya. Hal ini tentunya berbanding lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya sehari-hari. Teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk memenuhi

kebutuhannya. Seiring dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,

pemanfaatan ilmu pengetahuan dan turunannya yang berbentuk teknologi ini, meluas bukan hanya

untuk memenuhi kebutuhan manusia secara sempit. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dapat mendorong manusia mendayagunakan sumber daya alam lebih efektif dan efisien. Pemanfaatan

teknologi meluas pada upaya penghapusan kemiskinan, penghapusan jam kerja yang berlebihan,

penciptaan kesempatan untuk hidup lebih lama dengan perbaikan kualitas kesehatan manusia,

membantu upaya-upaya pengurangan kejahatan, peningkatan kualitas pendidikan, dan sebagainya

(Keraf dan Dua, 2001). Bahkan secara lebih komprehensif, ilmu pengetahuan dan teknologi juga

dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang pembangunannya. Puncaknya, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi bukan saja membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

sehari-hari.Perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi dapat menaikkan kualitas manusia dalam

keterampilandan kecerdasannya untuk meningkatkan kemakmuran serta inteligensimanusia.Lebih

jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia

(Mas’ud dan Paryono, 1998).

Peran Manusia Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan sejarah manusia selalu diwarnai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang melingkupinya. Hal ini tentunya berbanding lurus dengan upaya manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dan teknologi adalah sarana yang digunakan manusia untuk

memenuhi kebutuhannya. Secara definitif, ilmu adalah pengetahuan yang membantu manusia dalam

mencapai tujuan hidupnya. Maka, patutlah dikatakan, bahwa peradaban manusia sangat bergantung

kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam bidang ini, pemenuhan kebutuhan manusia bisa

dilakukan secara lebih cepat dan lebih mudah (Jujun, 2003). Secara lebih spesifik, Eugene Staley

menegaskan bahwa teknologi adalah sebuah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani

(Siti, 2001).

Pada tahap selanjutnya, seiring dengan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,

pemanfaatan ilmu pengetahuan dan turunannya yang berbentuk teknologi ini, meluas bukan hanya

17

Page 18: Tantangan dan masa depan ilmu

untuk memenuhi kebutuhan manusia secara sempit. Pemanfaatan teknologi meluas pada upaya

penghapusan kemiskinan, penghapusan jam kerja yang berlebihan, penciptaan kesempatan untuk

hidup lebih lama dengan perbaikan kualitas kesehatan manusia, membantu upaya-upaya pengurangan

kejahatan, peningkatan kualitas pendidikan, dan sebagainya (Sonny dkk., 2001). Bahkan secara lebih

komprehensif, ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan pemerintah dalam menunjang

pembangunannya. Misalnya dalam perencanaan dan programing pembangunan, organisasi

pemerintah dan administrasi negara untuk pembangunan sumber-sumber insani, dan teknik

pembangunan dalam sektor pertanian, industri, dan kesehatan.

Puncaknya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan saja membantu manusia dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lebih jauh, ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil

mendatangkan kemudahan hidup bagi manusia. Bendungan, kalkulator, mesin cuci, kompor gas,

kulkas, OHP, slide, TV, tape recorder, telephon, komputer, satelit, pesawat terbang, merupakan

produk-produk teknologi yang, bukan saja membantu manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi

membuat hidup manusia semakin mudah (Ibnu, 1998). Manfaat-manfaat inilah yang mula-mula

menjadi tujuan manusia mengembangkan ilmu pengetahuan hingga menghasilkan teknologi. Mulai

dari teknologi manusia purba yang paling sederhana berupa kapak dan alat-alat sederhana lainnya.

Sampai teknologi modern saat ini, yang perkembangannya jauh lebih pesat dari perkembangan

teknologi sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini sanggup membawa berkah

bagi umat manusia berupa kemudahan-kemudahan hidup, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan

dalam benak manusia.

Hubungan Agama, Ilmu, Teknologi, dan Kebudayaan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang berdampak positif, yakni

dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan

transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak

negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia.

Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali.

Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya

mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin

Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap benar

oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.

18

Page 19: Tantangan dan masa depan ilmu

Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan

orang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari

keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan.

Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika kebenaran iptek

yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan

kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan

anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda.

Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran agama tidak

bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati

ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali.

mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama

mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya

Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan seperti

ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta

kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga

wujud: ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung

ajaran agama, pengembangan iptek.

POSISI AGAMA DALAM PENGEMBANGAN ILMU

Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk

mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut

tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di

indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf yang

menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup

oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami

gerak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran agama

sangatlah penting. Agama menjadi salah satu faktor pendukung dan sangat utama dalam

perkembangan ilmu. Merujuk pada realita mengenai Indonesia yang memiliki penduduk (muslim)

terbesar di dunia, membuktikan bahwa posisi agama di Indonesia sangat penting.

Dalam masyarakat beragama (Islam), ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai

ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang

19

Page 20: Tantangan dan masa depan ilmu

paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena manusia diberi daya

berfikir, daya berfikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang

bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia

sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesama manusia, tetapi

juga kepada pencipta-Nya.

Namun, perlu juga diingat bahwa ikatan agama yang terlalu kaku dan tersetruktur kadang kala dapat

menghambat perkembangan ilmu. Karena itu, perlu kejelian dan kecerdasan memperhatikan sisi

kebebasan dalam ilmu dan sistem nilai dalam agama agar keduanya tidak saling bertolak belakang.

Disinilah perlu rumusan yang jelas tentang ilmu secara filosofis dan akademik serta agama agar ilmu

dan teknologi tidak menjadi bagian yang lepas dari nilai-nilai agama dan kemanusiaan serta

lingkungan. Ilmu Di Dalam mengembangkan ilmu dan teknologi seharusnya bermanfaat mencari

keredhaan Allah.  Ini hanya boleh dicapai melalui aplikasi agama dalam ilmu dan teknologi . Maka

langkah awal ialah agama perlu diintegrasi ke dalam ilmu dan teknologi untuk memastikan ilmu dan

teknologi tidak lari dari manfaat asal kejadian manusia. Ini juga didorong oleh faktor bahwa agama

itu tidak terikat dengan ilmu dan teknologi.

Agama mengajar seseorang untuk hidup bertujuan.  Tujuan beragama adalah untuk menjamin /

mendapatkan kesejahteraan di akhirat dalam kepatuhan di dunia. Setiap amalan yang dilakukan di

dunia harus berada di atas landasan yang diridhai oleh Allah. Telah dinyatakan dengan jelas dalam

Alquran bahwa manusia adalah khalifah Allah yang bertanggung jawab untuk memelihara dan

mengatur alam ini.  Justru setiap urusan manusia harus memelihara keharmonisan dan keseimbangan

alam.  Jika perkembangan ilmu dan teknologi di atas landasan ini, maka sudah tentu perkembangan

ilmu dan teknologi tidak akan merusak bumi karena setiap perkembangan ilmu dan teknologi

dirancang dengan teliti. Seandainya ini terlalu bersifat idealistik, setidaknya ia dapat meminimalkan

dampak negatif yang timbul karena  perkembangan ilmu dan teknologi tersebut, pastinya dilakukan

secara berhati-hati untuk memelihara kepentingan alam.

C. ANTARA ETIKA, MORAL, NORMA DAN ILMU

PENGETAHUAN

Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, berikut adalah keterangan

mengenainya. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang

20

Page 21: Tantangan dan masa depan ilmu

berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan arti aksiologi yang terdapat di

dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi

diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

Dari definisi-definisi mengenai aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa pemasalahan yang

utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah suatu yang dimiliki manusia untuk

melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat

mengacu pada permasalahan etika dan estetika.

Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat dikatakan bahwa obyek formal etika adalah

norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku

manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif, yaitu suatu

kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang

pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena

disekelilingnya.

Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul

dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabilah subjek sangat berperan dalam segala hal,

kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya; atau eksistensinya, maknanya dan faliditasnya

tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini

bersifat psikis atau fisis.

Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki

akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah

kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

Nilai itu objektif, jika ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai objektif

muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme. Objektivisme ini

beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar

secara realitas benar-benar ada. Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu pengetahuan.

Seorang ilmuwan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas dalam melakukan

eksprimen-eksprimen. Kebebasan inilah yang nantinya akan dapat mengukur kualitas

kemampuannya. Ketika seorang ilmuwa bekerja, dia hanya tertuju pada proses kerja ilmiahnya dan

tujuan agar penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia

tidak mau terikat dengan nilai-nilai subjektif, seperti nilai-nilai dalam masyarakat, nilai agama, nilai

adat, dan sebagainya. Bagi seorang ilmuwan kegiatan ilmiahnya dengan kebenaran ilmiah adalah

yang sangat penting.

Untuk itulah netralitas ilmu terletak pada epistimologinya saja, artinya tanpa berpihak kepada

siapapun, selain kepada kebenaran yang nyata. Sedangkan secara ontologis dan aksiologis, ilmuwan

21

Page 22: Tantangan dan masa depan ilmu

harus mapu menilai mana yang baik dan yang buruk, yang pada hakekatnya mengharuskan seorang

ilmuwan mempunyai landasan moral yang kuat. Tanpa ini seorang ilmuwan akan lebih merupakan

seorang momok yang menakutkan.

Etika keilmuan merupakan etika normatif yang merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat

dipertanggung jawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Tujuan

etika keilmuan adalah agar seorang ilmuwan dapat menerapkan prinsip-prinsip moral, yaitu yang

baik dan menghindarkan dari yang buruk kedalam prilaku keilmuannya, sehingga ia dapat menjadi

ilmuwan yang dapat mempertanggung jawabkan prilaku ilmiahnya. Etika normatif menetapkan

kaidah-kaidah yang mendasari pemberian penilaian terhadap perbuatan-perbuatan apa yang

seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya terjadi serta menetapkan apa yang bertentangan

dengan yang seharusnya terjadi.

Pokok persoalan dalam etika keilmuan selalu mengacu kepada “elemen-elemen” kaidah moral,

yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma yang bersifat utilitaristik

(kegunaan). Hati nurani disini adalah penghayatan tentang yang baik dan yang buruk dan

dihubungkan dengan prilaku manusia.

Nilai dan norma yang harus berada pada etika keilmuan adalah nilai dan norma moral. Lalu apa

yang menjadi kriteria pada nilai dan norma moral itu? Nilai moral tidak berdiri sendiri, tetapi ketika

ia berada pada atau menjadi milik seseorang, ia akan bergabung dengan nilai yang ada seperti nilai

agama, hukum, budaya, dan sebagainya. Yang paling utama dalam nilai moral adalah yang terkait

dengan tanggung jawab seseorang. Norma moral menentukan apakah seseorang berlaku baik

ataukah buruk dari sudut etis. Bagi seorang ilmuwan, nilai dan norma moral yang dimilikinya akan

menjadi penentu, apakah ia sudah menjadi ilmuwan yang baik atau belum.

Penerapan ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan, apakah itu berupa

teknologi, ataupun teori-teori emansipasi masyarakat, mestilah memperhatikan nilai-nilai

kemanusiaan, nilai agama, nilai adat, dan sebagainya. Ini berarti ilmu pengetahuan tersebut sudah

tidak bebas nilai. Karena ilmu sudah berada di tengah-tengah masyarakat luas dan masyarakat akan

mengujinya.

Oleh karena itu, tanggung jawab lain yang berkaitan dengan teknologi di masyarakat, yaitu

menciptakan hal yang positif. Namun, tidak semua teknologi atau ilmu pengetahuan selalu

memiliki dampak positif. Di bidang etika, tanggung jawab seorang ilmuwan, bukan lagi memberi

informasi namun harus memberi contoh. Dia harus bersifat objektif, terbuka, menerima kritik,

menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar, dan berani mengakui

kesalahan. Semua sifat ini, merupakan implikasi etis dari proses penemuan kebenaran secarah

ilmiah. Di tengah situasi di mana nilai mengalami kegoncangan, maka seorang ilmuwan harus

22

Page 23: Tantangan dan masa depan ilmu

tampil kedepan. Pengetahuan yang dimilikinya merupakan kekuatan yang akan memberinya

keberanian. Hal yang sama harus dilakukan pada masyarakat yang sedang membangun, seorang

ilmuwan harus bersikap sebagai seorang pendidik dengan memberikan contoh yang baik.

Tentang tujuan ilmu pengetahuan, ada beberapa perbedaan pendapat antara filosof dengan para

ulama. Sebagian berpendapat bahwa pengetahuan sendiri merupakan tujuan pokok bagi orang yang

menekuninya, dan mereka ungkapkan tentang hal ini dengan ungkapan, ilmu pengetahuan untuk

ilmu pengetahuan, seni untuk seni, sastra untuk sastra, dan lain sebagainya. Menurut mereka ilmu

pengetahuan hanyalah sebagai objek kajian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sendiri.

Sebagian yang lain cenderung berpendapat bahwa tujuan ilmu pengetahuan merupakan upaya para

peneliti atau ilmuwan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk menambahkan kesenangan

manusia dalam kehidupan yang sangat terbatas dimuka bumi ini. Menurut pendapat yang kedua ini,

ilmu pengetahuan itu untuk meringankan beban hidup manusia atau untuk membuat manusia

senang, karena dari lmu pengetahuan itulah yang nantinya akan melahirkan teknologi. Teknologi

jejas sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mengatasi berbagai masalah, dan lain sebagainya.

Sedangkan pendapat yang lainnya cenderung menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk

meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi umat manusia secara keseluruan.

Dalam perkembangannya, ilmu pengetahuan telah menjadi suatu sistem yang kompleks, dan

manusia terperangkap didalamnya, sulit dibayangkan manusia bisa hidup layak tanpa ilmu

pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak lagi membebaskan manusia, tetapi manusia menjadi

terperangkap hidupnya dalam sistem ilmu pengetahuan. Manusia telah menjadi bagian dari

sistemnya, manusia juga menjadi objeknya dan bahkan menjadi kelinci percobaan ilmu

pengetahuan. Ilmu pengetahuan telah melahirkan mahluk baru yang sistemik, mempunyai

mekanisme yang kadangkala tidak bisa dikontrol oleh manusianya sendiri. Suatu mekanisme

sistemik yang semakin hari semakin kuat, makin besar dan makin kompleks, dan rasanya telah

menjadi suatu dunia baru di atas dunia yang ada ini.

Dalam realitas kehidupan masyarakat dewasa ini, terjadi konflik antara etika prakmatik dengan

etika pembebasan manusia. Etika prakmatik berorentasi pada kepentingan-kepentingan elite sebagai

wujud kerja sama denga ilmu pengetahua dan kekerasan yang cenderung menindas untuk

kepentingannya sendiri yang bersifat materialistik. Etika pembebasan manusia, bersuifat spiritual

dan universal itu bisa muncul dari kalangan ilmuwan itu sendiri, yang bisa jadi karena menolak

etika prakmatik yang dirasakan telah menodai prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan agama yang

menjunjung tinggi kebenaran, kebebasan, dan kemandirian.

23

Page 24: Tantangan dan masa depan ilmu

Kemajuan ilmu pengetahuan dikembalikan pada tujuan semula  yaitu filsafat ilmunya sebagai

sarana untuk memakmurkan umat manusia dimuka bumi bukan malah sebaliknya mengancam

eksistensi manusia.

Diharapkan perkembangan ilmu yang begitu sepektakuler di satu sisi dan nilai-nilai agama yang

statis dan universal disisi lain dapat dijadikan arah dalam menentukan perkembangan ilmu

selanjutnya. Sebab, tanpa adanya bimbingan agama terhadap ilmu dikhawatirkan kehebatan ilmu

dan teknologi tidak semakin mensejahterahkan manusia, tetapi justru merusak dan bahkan

menghancurkan kehidupan mereka.

D. SIKAP ILMIAH YANG HARUS DIMILIKI ILMUWAN

Abad 21 ini ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) berkembang dengan pesatnya, dimana hampir

tiap hari orang menemukan teori-teori baru dari ilmuwan-ilmuwan yang baru pula. Tentu teori ini

bukanlah teori yang didapatkan begitu saja, tetapi merupakan teori yang dihasilkan dari penelitian

ilmiah yang dilakukan calon ilmuwan dalam kurun waktu tertentu. Walaupun tidak semua teori

baru yang dihasilkan dapat diaplikasikan langsung di dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi

biasanya dijadikan bandingan dengan teori-teori sebelumnya.

Banyaknya ilmuwan-ilmuwan baru yang ditelurkan oleh iptek, maka banyak pula persepsi

masyrakat terhadap ilmuwan-ilmuwan tersebut. Ada sebagian masyarakat yang mengapresiasi

ilmuwan-ilmuwan tersebut dengan menerima teori barunya, tetapi ada juga yang tidak mau

menerima teori-teori baru.

Hal-hal penting tersebut sebagai berikut :

Beriman, seorang calon ilmuwan yang beraliran kanan, dalam arti bukan soerang komunis atau

atheis karena dua aliran kiri ini tidak bertuhan. Dalam melakukan penelitian perlu memilki dan

disertai dengan iman yang kuat, keimanan yang kuat disini perlu dimiliki terutama jika calon

ilmuwan tersebut meneliti tentang gejala-gejala alam dan hubungannya dengan diri manusia.

Keimanan disini akan memberikan pencerahan bagi peneliti untuk dapat memisahkan mana yang

mutlak menjadi kuasa Tuhan, dan mana yang dapat dinalar serta dikelola oleh manusia. Sehingga

diakhir rangkaian penelitiannya, peneliti tidak mengambil kesimpulan bahwa manusia adalah pusat

segalanya, manusia memiliki semua kekuatan untuk mengatur alam ini dan melupakan ada Yang

Maha Kuasa sesungguhnya, sehingga berubah haluan ke paham atheisme.

24

Page 25: Tantangan dan masa depan ilmu

Rasional, seorang peneliti dalam melakukan penelitian harus bersifat rasional, artinya peneliti

tersebut harus mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya, apa yang ia dapatkan dari meneliti

haruslah diolah dengan baik sehingga yang dihasilkan dapat diapahami oleh masyarakat. Jangan

sampai penelitian yang dihasilkan menimbulkan kegaduhan dalam masyarakat, sehingga

secara logis masyarakat dapat menerima dan memahaminya.

Objektif, dalam melakukan penelitian seseorang tidak boleh menunjukkan rasa simpatik pada objek

yang diteliti, artinya dia merasa tidak berada dalam objek tersebut, sehingga hasi penelitian lebih

objektif, pun dalam menyampaikan penelitiannya harus objektif dengan tidak memasukkan

pendapat-pendapat pribadi peneliti yang sifatnya subjektif. Selain itu ilmuwan tidak boleh merasa

pamrih terhadap objek yang diteliti (disinterstedness).

Tekun, banyak peneliti terutama peneliti ilmu alam yang ketika dalam proses penelitian mengalami

kegagalan langsung merasa drop begitu saja, sehingga malas untuk kembali melakukan penelitian.

Sifat tekun dan pantang menyerah ini perlu karena merupakan penunjang keberhasilan seorang

peneliti. Ambil contoh Thomas Alfa Edison yang terus mengulang penelitiannya samapi 1000 kali

dan akhirnya menemukan bola lampu.

Inovatif, seorang ilmuwan tidak boleh merasa puas begitu saja terhadap teori yang dihasilkannya,

seorang ilmuwan setidaknya dapat mengahasilkan sesuatu yang baru tiap saat, dengan melakukan

riset dan berbagai aktivitas untuk menghasilkan penemuan yang baru dan lebih relevan dengan

perkembangan zaman

Demokratis,dalam artian bersikap terbuka apa hasil dari penelitiannya. Seorang ilmuwan harus

terbuka menyampaikan isi penelitiannya, sehingga semua orang dapat mengetahuinya. Demokratis

disini juga berarti, bahwa ketika teorinya dikemukakan lalu ada orang atau ilmuwan lain yang

mengkritiknya, maka sebagai ilmuwan yang baik harus dapat menerima kritikan itu untuk

perbaikan hasil penelitian atau teorinya, serta mau mengakui kesalahannya jika terdapat titik-titik

kesalahan dalam teorinya.

Kritis, peneliti atau calon ilmuwan bahkan seorang ilmuwan juga perlu memiliki sikap kritis. Kritis

terhadap teori-teori lama maupun baru. Selain menjadi objek kritikan sebagai penemu teori,

ilmuwan juga harus kritis dalam menanggapi teori-teori yang ada tetapi juga merasa pasti bahwa

pendapat terdahulu tersebut telah mencapai suatu kepastian, sehingga diperlukan kejelian dalam

25

Page 26: Tantangan dan masa depan ilmu

melihat teori-teori tersebut. Pun dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus kritis, bahwa

semua yang ada didepannya tidak semuanya baik dan diperlukan sebagai bahan penelitiannya,

sehingga peneliti dengan kekritisannya ini bersikap selektif pula.

Percaya diri, saat penelitian selesai dilakukan dan teorinya ditemukan dan disampaikan pada

khalayak, maka seorang ilmuwan harus memiliki sikap convident (pecaya diri). Dalam

penyampaian teorinya ilmuwan tidak boleh merasa takut dengan kritikan yang akan diterimanya,

jangan ketika dikritik malahan menjadi inkonsisten terhadap apa yang dihasilkannya, walaupun

memang harus mengakui jika terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penelitiannya, tetapi

setidaknya seorang ilmuwan dapat menyampaikan argumen yang kuat untuk meyakinkan orang lain

bahwa teori yang dihasilkannya mencapai suatu kepastian.

Etis, seorang ilmuwan juga dituntut memiliki sikap etis yang selalu berkehendak untuk

mengembangkan ilmu, sikap etis ini juga menjadi batasan bagi ilmuwan terutama ilmuwan-

ilmuwan spesialisasi, dengan taat terhadap batasan etik tersebut diharapkan akan menghilangkan

kegelisahan dan ketakutan manusia terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

Peka, sebagai seorang peneliti sekaligus ilmuwan yang peduli terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan demi kebahagiaan umat manusia. Maka seorang ilmuwan harus peka terhadap kondisi

yang ada disekitarnya, seorang ilmuwan dituntut memeliki rasa sensitif terhadap perkembangan dan

kemajuan iptek. Dengan sikap demikian, maka ilmuwan merasa terpanggil naluri ilmiahnya untuk

melakukan penelitian-penelitian baru lagi dengan harapan mendapatkan teori-teori baru pula,

dimana temuan baru ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin besar

mengikuti pola perkembangan zaman.

26

Page 27: Tantangan dan masa depan ilmu

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai

hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat

dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara

empiris, riset dan eksperimen.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa perkembangan peradaban manusia yang ada pada saat ini merupakan

bentuk desakan dari pengaruh berkembangnya aspek-aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan alam

pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular serta

membentuk sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena ini akan membawa kita kepada masa depan

manusia yang berbeda dan lebih kompleks.

Prediksi pada ilmuwan Barat yang menyatakan bahwa agama formal (organized religion) akan lenyap,

atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi, ketika iptek dan filsafat semakin berkembang, ternyata tidak

terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang terjadi proses artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai

jalur sosial, politik, ekonomi, bahkan dalam teknologi.

Manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsur-unsur

pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber,

hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat.

Mengutip sebuah kalimatnya Einstein, bahwa agama tanpa ilmu lumpuh namun ilmu tanpa agama

buta. Kebutaan moral dari ilmu itu mungkin membawa manusia kejurang malapetaka. Jadi dalam

kehidupan ini kedua bidang itu tak usah berseberangan, bahkan sebaliknya justru harus melengkapi satu

sama lainnya. Ilmu pengetahuan dipelajari guna memperoleh penjelasan-penjelasan dari fenomena

kehidupan ini, sedangkan agama memberikan kita akan tujuan makna atau arti kehidupan (fenomena) itu.

Kemudian, ilmu itu berusaha menganalisa kehidupan memecah-mecah kehidupan jadi berkeping-keping

memperdalam suatu masalah kehidupan ini, sedangkan agama memberikan pemahaman tunggal (sintesa)

dari keberagaman fenomena yang terpampang didepan kita.

27

Page 28: Tantangan dan masa depan ilmu

Ilmu dan teknologi harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia. Artinya ilmu dan

teknologi menjadi instrumen penting dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk mewujudkan

kemaslahatan hidup manusia seluruhnya. Untuk mencapai sasaran tersebut maka perlu dilakukan suatu

upaya bahwa dalam mempelajari  ilmu pengetahuan dan menggunakan teknologi setiap individu perlu

ditanamkan nilai-nilai moral( agama), sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan

manfaat bagi kehidupan manusia tersebut, tidak bebas nilai atau sekuler. Agar perkembangan ilmu yang

ada tidak menimbulkan krisis pada kemanusiaan terutama mengenai kemerosotan agama yang mencakup

nilai etika, moral, norma yang ada, dan agar perkembangan ilmu itu sendiri dapat menjadi manfaat bagi

kehidupan dalam segala bidang.

B. Saran

Makalah ini tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang sangat membangun dalam

penulisan makalah ini sangat penulis butuhkan.

Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat memahami mengenai tantangan

dari perkembangan ilmu dan masa depan kita menyangkut perkembangan ilmu tersebut . Kemudian untuk

lebih maksimalnya dalam memahami tentang pembahasan ini diharapkan kepada mahasiswa lainnya

untuk mencari bahan-bahan bacaan lain yang berkenaan dengan hal ini, Sehingga diharapkan dapat

menambah pengetahuan sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan.

28

Page 29: Tantangan dan masa depan ilmu

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta. Kanisius

Bakhtiar A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Mangunwijaya YB. 1999. Pasca Indonesia Pasca Einstein; Eseiesei Tentang

Kebudayaan IndonesiaAbad ke-21. Yogyakarta. Kanisius

http://sites.google.com/site/filsafatindonesia/Home/b/budaya/ 14 nov/ 21.36

http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/agama-krisis.pdf

http://meetabied.wordpress.com/2009/11/01/kedudukan-filsafat-ilmu-dalam-islamisasi-ilmu-

pengetahuan-dan-kontribusinya-dalam-krisis-masyarakat-modern/

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/teori-ilmu

Anonim. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan. http://elearning.gunadarma.ac.id. 20/11/2009.

Sastrapratedja. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta. Kanisius

Anonim. Cultural Relativism.

http://www.collegetermpapers.com/TermPapers/Philosophy/Cultural_Relativism.shtml

Anonim, Ethical (Moral, Cultural) Relativism. http://www.owlnet.rice.edu/~spac205/February_11-2.pdf

Muchdhor M. Krisis Kemanusiaan dan Etika Global. Sinar Harapan 26/10/2002

Daruni,EA. 1991. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan dalam Majalah Jurnal Filsafat. Fakultas Filsafat

UGM Yogyakarta. Seri 8

Ma’arif S. 1997. Dalam “Kata Pengantar” Buku Agama dan krisis Kemanusiaan Modern oleh Nashir H.

1997. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Irfan LA. 2009. Kajian Terhadap Islamizing Curicula Al- Faruqi. http://iptekita.com. Diunduh 22/11/09.

Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996

29