tanya jawab
DESCRIPTION
SMK3TRANSCRIPT
![Page 1: Tanya Jawab](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022110214/5695cf441a28ab9b028d53e1/html5/thumbnails/1.jpg)
LAMPIRAN
Tanya Jawab Persentasi
1. (Wyananda Fiqi/23) : Dana pengelolaan pengadaan k3, apabila krisis tetap ada jaminan
hari tua atau tidak?
Pekerja yang di PHK karena perusahaan mengalami kepailitan. Mempunyai hak-hak
yang harus dipenuhi oleh pihak perusahaan. Dalam hal pemutusan hubungan kerja
dilakukan oleh kurator, pemutusan tersebut harus sesuai dengan Pasal 165 Undang-
Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (UUTK) :
“Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena
perusahaan pailit dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar
1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1
(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan
Pasal 156 ayat (4).”
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10325/SKRIPSI
%20LENGKAP-PERDATA-ULVA%20FEBRIANA%20RIVAI.pdf?sequence=1)
Program Jaminan Hari Tua (JHT) ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan
tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem
tabungan hari tua.
Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang
dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan
tertentu.
Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul ditambah
dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:
a. Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap
b. Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan masa
tunggu 1 bulan apabila Saudara keluar dari perusahaan.
Apabila perusahaan bangkrut, harus ada surat keterangan berhenti dari kantor Dinas
Tenaga Kerja setempat yang menyatakan kalau perusahaan tersebut bangkrut.
(Inono Dahlan, Kepala Pemasaran PT Jamsostek wilayah Jateng-DIY
http://jateng.tribunnews.com/2014/01/28/pengambilan-jht-minimal-setelah-5-tahun )
![Page 2: Tanya Jawab](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022110214/5695cf441a28ab9b028d53e1/html5/thumbnails/2.jpg)
2. (Zuhri/24) : Apakah sudah ada keserataan gender pada masing-masing pegawai?
Jawab :
Larangan non diskriminasi yang ada dalam UU Ketenagakerjaan berlandasakan pada
Pasal 27 UUD 1945 dimana dalam pasal tersebut mengenai kedudukan warga negara tanpa
adanya diskrimansi. Sebagai landasan operasional dari pasal 27 UUD 1945, selain UU
Ketenagakerajaan diatur juga lebih lanjut dalam PP No. 8 Tahun 1981 tentang
perlindungan upah, yang menegaskan bahwa dalam menetapkan upah tidak ada
diskriminasi antara buruh laki-laki dan buruh wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya.
Dalam hubungannya dengan UU No. 13 tahun 2003 Tentang Ketanagakerjaan pada
Pasal 6 telah mengatur mengenai larangan adanya diskriminasi di dalam memperoleh
pekerjaan dan jabatan, walaupun di dalam ketentuan tersebut tidak diberikan penjabaran
lebih lanjut mengenai batasan-batasan terhadap diskriminasi tersebut. Sebenarnya dapat
diberikan terminologi terlebih dahulu terhadap beberapa hal mengenai diskriminasi dan
kesetaraan gender itu sendiri.
Perbedaan di dalam kesempatan dan perlakuan di lapangan kerja sering diisukan
sebagai sebagai isu gender, yang kemudian sering diasosiasikan sebagai perbedaan jenis
kelamin antara pria dan wanita di dalam berbagai bidang, juga dalam memperoleh
pekerjaan dan jabatan.
Untuk mengatasi isu gender ini pemerintah Indonesia meratifikasi CEDAW (konvensi
tentang masalag gender) melalui UU No. 7 Tahun 1984 tentang Pengehasan Konvensi
mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskiriminasi Terhadap Wanita, konvensi tersebut
memuat hak dan kewajiban berdasarkan persamaan hak wanita dengan pria sehingga
terciptanya kesetaraan gender.
Kesetaraan gender menurut Inpres Nomor 9 Tahun 2000 meliputi persamaan hak untuk
berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Dalam
melakukan kegiatan ekonomi pekerja wanita dan pria mempunyai kesempatan yang sama
untuk memperoleh jabatan, serta tidak adanya diskriminasi untuk jenis pekerjaan yang
sama.
Persamaan upah dan penempatan tenaga kerja terkait dengan penyerataan gender
merupakan dua issu yang menarik untuk dibahas, karena dalam fenomena yang terjadi
kedua hal tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan.
Data dari LBH APIK Jakarta mengungkapkan bahwa seorang buruh perempuan
dipotong gajinya oleh karena kehamilannya dianggap menurunkan kualitas kerja. Aturan
mengenai cuti haid pun banyak perusahaan yang mengabaikan, menolak (dengan
![Page 3: Tanya Jawab](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022110214/5695cf441a28ab9b028d53e1/html5/thumbnails/3.jpg)
memotong gaji pekerja selama ia mengambil cuti haid) atau kalaupun menyetujui,
perusahaan melakukan pemeriksaan secara fisik terlebih dahulu.
Fenomena ini tidak hanya terjadi pada pekerja di sektor formal bahkan di sektor
informal, biasanya hal ini lebih parah oleh karena undang-undang ketenagakerjaan kita
belum mengatur perlindungan bagi pekerja di sektor informal. UU No. 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan dalam beberapa pasalnya memang meberikan keistimewaan” terhadap
pekerja perempuan, selain aturan cuti haid dan cuti hamil yang memang khusus
diperuntukkan bagi perempuan, juga adanya larangan bekerja malam hari bagi pekerja
wanita di bawah 18 tahun. Wanita yang bekerja malam hari juga diatur secara khusus harus
memenuhi ketentuan diantar jemput oleh perusahaan.
(http://zriefmaronie.blogspot.co.id/2012/03/kesetaraan-gender-dalam-uu.html)
3. (Ferri/06) : Bagaimana cara pengolahan pada limbah tekstil?
Jawab :
Metode Pengolahan Limbah Industri Tekstil
Dalam mengolah air limbah tekstil, dilakukan 3 proses, yaitu:
a. Proses Pre-Treatment : Proses ini bertujuan mengkondisikan karakteristik air limbah
yang akan diolah, mulai dari : penyaringan partikel kasar, penghilangan warna
(decolouring), equalisasi (penyeimbangan debit), penyaringan halus, dan penyesuaian
suhu.
b. Proses Primer : Dalam proses ini dilakukan main treatment (pengolahan utama), bisa
secara biologis dan diikuti proses pengendapan (sedimentasi).
c. Proses Sekunder : Proses ini merupakan tahap lanjutan proses biologi dan sedimentasi
dalam rangka mempersiapkan air limbah olahan memasuki badan air penerima, sesuai
dengan baku mutu yang ditetapkan.
Proses Pre-Treatment
a) Penyaringan partikel kasar
Tujuan dari tahap penyaringan partikel kasae ini adalah menahan sisa benang dan kain
yang memungkinkan ada dalam aliran air limbah. Saringan kasar ini berdiameter 50-20
mm. Air limbah yang tidak berwarna bias lanjut ke tanki berikutnya, sementara air
limbah yang berwarna spesifik harus melalui proses decolouring terlebih dahulu
b) Penghilangan warna (decolouring),
Fitriani(2012) mengatakan bahwa “Air limbah yang berwarna akan mengalami
koagulasi dengan koagulan khusus (biasanya FeSO4 – Ferro sulphate, konsentrasi =
![Page 4: Tanya Jawab](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022110214/5695cf441a28ab9b028d53e1/html5/thumbnails/4.jpg)
600-700 ppm) untuk mengikat warna, lalu air limbah mengalami penyesuaian pH
dengan penambahan kapur (lime, konsentrasi = 150-300 ppm) akibat pencampuran
koagulan Ferro Sulphate sebelumnya. Dan kemudian air limbah masuk ke tangki
flokulasi dengan penambahan polymer (konsentrasi = 0,5-0,2 ppm) sehingga terbentuk
flok-flok yang dapat mengendap dalam tangki sedimentasi.”
c) Penyesuaian suhu
Penyesuaian suhu air limbah dari pencelupan/pencapan mutlak dilakukan dalam
Cooling Tower. Karakteristik limbah produksi tekstil umumnya bersuhu 350-400oC,
sehingga Cooling Tower dibutuhkan untuk menurunkan suhu agar kerja bakteri (proses
biologis) dapat optimal.
Proses Primer
a) Proses Biologis
Apabila digunakan proses biologis sebagai proses primer pengolahannya, beberapa
proses yang terbukti efektif antara lain : lumpur aktif, laguna aerob, dan parit oksidasi.
Hal ini disebabkan karena sistem dalam bak aerasi ini berjalan dengan laju aliran rendah
dan penggunaan energi rendah sehingga biaya operasi dan pemeliharaanpun rendah.
Untuk memperoleh BOD, COD, DO, Jumlah Padatan Tersuspensi, Warna dan beberapa
parameter lain dengan kadar yang sangat rendah, telah digunakan pengolahan yang
lebih unggul yaitu dengan menggunakan Karbon Aktif, Saringan Pasir, Penukar Ion dan
Penjernihan Kimia. Parameter-parameter tersebut dijaga kestabilannya sehingga
penguraian polutan dalam limbah oleh bakteri dapat maksimal. Adapun DO, MLSS dan
Suhu yang dibutuhkan bakteri pengurai adalah 0,5-2,5 ppm, 4000-6000, dan 290-
300oC.
b) Proses Sedimentasi
Bak sedimentasi didisain sedemikian rupa untuk memudahkan proses pengendapan
partikel dalam air. Biasanya mempunyai bentuk bundar di bagian atas dan
konis/kerucut di bagian bawah. Desain ini untuk mempermudah pengeluaran endapan
lumpur di dasar bak. Sistem return sludge cukup optimal dilakukan pada pengolahan
limbah, sehingga sebagian besar sludge akan dikembalikan ke bak aerasi. Pemantauan
ketinggian endapan lumpur dari permukaan air dan MLSS selalu dilakukan.
Proses Sekunder
Proses ini merupakan tahap lanjutan proses biologi dan sedimentasi dalam rangka
mempersiapkan air limbah olahan memasuki badan air penerima, sesua dengan baku mutu
![Page 5: Tanya Jawab](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022110214/5695cf441a28ab9b028d53e1/html5/thumbnails/5.jpg)
yang ditetapkan. Beberapa parameter yang dicek pada outlet bak sedimentasi menjadi
tolok ukur boleh tidaknya air limbah olahan ini dibuang ke badan air penerima. Beberapa
kasus memerlukan penambahan Aluminium sulphate Al2(SO4)3 konsentrasi 150-33 ppm,
Polymer konsentrasi 0,5-2,0 ppm dan Antifoam (silicon base) untuk mengurangi padatan
tersuspensi yang masih terdapat dalam air.
(http://loveriasigit.blogspot.co.id/2013/09/pengolahan-limbah-industri-tekstil.html)
4. (Reza/20) : Bagaimana perusahaan memberikan kompensasi pada waktu libur? (v)
Jawab :
Perusahaan memberikan kompensasi kerja pada waktu libur atau yang biasa disebut
dengan kerja lembur dengan memberikan upah lembur. Berikut penjelasannya :
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari untuk 6 hari kerja
dan 40 jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam dalam
seminggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi
yang ditetapkan Pemerintah (Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004).
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam dalam
1 minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi.
Perhitungan Upah Lembur didasarkan upah bulanan dengan cara menghitung upah
sejam adalah 1/173 upah sebulan.
Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004 ,
Rumus perhitungan upah lembur adalah sebagai berikut:
a) Perhitungan Upah Lembur Pada Hari Kerja
PERHITUNGAN UPAH LEMBUR PADA HARI KERJA
Jam
LemburRumus Keterangan
Jam
Pertama
1,5 X 1/173 x
Upah
Sebulan
Upah Sebulan adalah 100% Upah bila upah yang berlaku di
perusahaan terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap.
Jam Ke-2
& 3
2 X 1/173 x
Upah
Sebulan
Atau 75% Upah bila Upah yang berlaku di perusahaan terdiri dari
upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Dengan
ketentuan Upah sebulan tidak boleh lebih rendah dari upah
minimum
![Page 6: Tanya Jawab](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022110214/5695cf441a28ab9b028d53e1/html5/thumbnails/6.jpg)
b) Perhitungan Upah Lembur Pada Hari Libur/Istirahat
PERHITUGAN UPAH LEMBUR PADA HARI LIBUR/ISTIRAHAT
JAM LEMBURKETENTUAN
UPAH LEMBURRUMUS
6 Hari Kerja per minggu (40 Jam/Minggu)
7 Jam pertama 2 Kali Upah/Jam 7 jam x 2 x 1/173 x upah sebulan
Jam Ke 8 3 Kali Upah/jam 1 jam x 3 x 1/173 xupah sebulan
Jam Ke-9 s/d Jam ke-10 4 Kali Upah/Jam 1 jam X 4 x 1/173 x upah sebulan
Hari Libur Resmi Jatuh Pada Hari Kerja Terpendek misal Jum’at
5 Jam pertama 2 X Upah/jam 5 jam x 2 x 1/173 x upah sebulan
Jam ke-6 3 X Upah/jam 1 jam x 3 x 1/173 xupah sebulan
Jam Ke-7 & 8 4 X Upah/jam 1 jam X 4 x 1/173 x upah sebulan
5 Hari Kerja per minggu (40 Jam/Minggu)
8 Jam pertama 2 Kali Upah/Jam 8 jam x 2 x 1/173 x upah sebulan
Jam ke-9 3 Kali Upah/jam 1 jam x 3 x 1/173 xupah sebulan
Jam ke-10 s/d Jam ke-11 4 Kali Upah/Jam 1 jam X 4 x 1/173 x upah sebulan
(http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/kompensasi/jam-kerja/pertanyaan-
mengenai-jam-kerja-di-indonesia)