tanya jawab

10
LAMPIRAN Tanya Jawab Persentasi 1. (Wyananda Fiqi/23) : Dana pengelolaan pengadaan k3, apabila krisis tetap ada jaminan hari tua atau tidak? Pekerja yang di PHK karena perusahaan mengalami kepailitan. Mempunyai hak-hak yang harus dipenuhi oleh pihak perusahaan. Dalam hal pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh kurator, pemutusan tersebut harus sesuai dengan Pasal 165 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (UUTK) : “Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena perusahaan pailit dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).” (http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/ 123456789/10325/SKRIPSI%20LENGKAP-PERDATA-ULVA%20FEBRIANA %20RIVAI.pdf?sequence=1 ) Program Jaminan Hari Tua (JHT) ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.

Upload: heningputri

Post on 26-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SMK3

TRANSCRIPT

Page 1: Tanya Jawab

LAMPIRAN

Tanya Jawab Persentasi

1. (Wyananda Fiqi/23) : Dana pengelolaan pengadaan k3, apabila krisis tetap ada jaminan

hari tua atau tidak?

Pekerja yang di PHK karena perusahaan mengalami kepailitan. Mempunyai hak-hak

yang harus dipenuhi oleh pihak perusahaan. Dalam hal pemutusan hubungan kerja

dilakukan oleh kurator, pemutusan tersebut harus sesuai dengan Pasal 165 Undang-

Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (UUTK) :

“Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena

perusahaan pailit dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar

1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1

(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan

Pasal 156 ayat (4).”

(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10325/SKRIPSI

%20LENGKAP-PERDATA-ULVA%20FEBRIANA%20RIVAI.pdf?sequence=1)

Program Jaminan Hari Tua (JHT) ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan

tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem

tabungan hari tua.

Program Jaminan Hari Tua memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang

dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan

tertentu.

Jaminan Hari Tua akan dikembalikan/dibayarkan sebesar iuran yang terkumpul ditambah

dengan hasil pengembangannya, apabila tenaga kerja:

a. Mencapai umur 55 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap

b. Mengalami PHK setelah menjadi peserta sekurang-kurangnya 5 tahun dengan masa

tunggu 1 bulan apabila Saudara keluar dari perusahaan.

Apabila perusahaan bangkrut, harus ada surat keterangan berhenti dari kantor Dinas

Tenaga Kerja setempat yang menyatakan kalau perusahaan tersebut bangkrut.

(Inono Dahlan, Kepala Pemasaran PT Jamsostek wilayah Jateng-DIY

http://jateng.tribunnews.com/2014/01/28/pengambilan-jht-minimal-setelah-5-tahun )

Page 2: Tanya Jawab

2. (Zuhri/24) : Apakah sudah ada keserataan gender pada masing-masing pegawai?

Jawab :

Larangan non diskriminasi yang ada dalam UU Ketenagakerjaan berlandasakan pada

Pasal 27 UUD 1945 dimana dalam pasal tersebut mengenai kedudukan warga negara tanpa

adanya diskrimansi. Sebagai landasan operasional dari pasal 27 UUD 1945, selain UU

Ketenagakerajaan diatur juga lebih lanjut dalam PP No. 8 Tahun 1981 tentang

perlindungan upah, yang menegaskan bahwa dalam menetapkan upah tidak ada

diskriminasi antara buruh laki-laki dan buruh wanita untuk pekerjaan yang sama  nilainya.

Dalam hubungannya dengan UU No. 13 tahun 2003 Tentang Ketanagakerjaan pada 

Pasal 6 telah mengatur mengenai larangan adanya diskriminasi di dalam memperoleh

pekerjaan dan jabatan, walaupun di dalam ketentuan tersebut tidak diberikan penjabaran

lebih lanjut mengenai batasan-batasan terhadap diskriminasi tersebut. Sebenarnya dapat

diberikan terminologi terlebih dahulu terhadap beberapa hal mengenai diskriminasi dan

kesetaraan gender itu sendiri.

Perbedaan di dalam kesempatan dan perlakuan di lapangan kerja sering diisukan

sebagai sebagai isu gender, yang kemudian sering diasosiasikan sebagai perbedaan jenis

kelamin antara pria dan wanita di dalam berbagai bidang, juga dalam memperoleh

pekerjaan dan jabatan.

Untuk mengatasi isu gender ini pemerintah Indonesia meratifikasi CEDAW (konvensi

tentang masalag gender) melalui UU No. 7 Tahun 1984 tentang Pengehasan Konvensi

mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskiriminasi Terhadap Wanita, konvensi tersebut

memuat hak dan kewajiban berdasarkan persamaan hak wanita dengan pria sehingga

terciptanya kesetaraan gender.

Kesetaraan gender menurut Inpres Nomor 9 Tahun 2000 meliputi persamaan hak untuk

berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan

dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Dalam

melakukan kegiatan ekonomi pekerja wanita dan pria mempunyai kesempatan yang sama

untuk memperoleh jabatan, serta tidak adanya diskriminasi untuk jenis pekerjaan yang

sama.

Persamaan upah dan penempatan tenaga kerja terkait dengan penyerataan gender

merupakan dua issu yang menarik untuk dibahas, karena dalam fenomena yang terjadi

kedua hal tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan.

Data dari LBH APIK Jakarta mengungkapkan bahwa seorang buruh perempuan

dipotong gajinya oleh karena kehamilannya dianggap menurunkan kualitas kerja. Aturan

mengenai cuti haid pun banyak perusahaan yang mengabaikan, menolak (dengan

Page 3: Tanya Jawab

memotong gaji pekerja selama ia mengambil cuti haid) atau kalaupun menyetujui,

perusahaan melakukan pemeriksaan secara fisik terlebih dahulu.

Fenomena ini tidak hanya terjadi pada pekerja di sektor formal bahkan di sektor

informal, biasanya hal ini lebih parah oleh karena undang-undang ketenagakerjaan kita

belum mengatur perlindungan bagi pekerja di sektor informal. UU No. 13/2003 tentang

Ketenagakerjaan dalam beberapa pasalnya memang meberikan keistimewaan” terhadap

pekerja perempuan, selain aturan cuti haid dan cuti hamil yang memang khusus

diperuntukkan bagi perempuan, juga adanya larangan bekerja malam hari bagi pekerja

wanita di bawah 18 tahun. Wanita yang bekerja malam hari juga diatur secara khusus harus

memenuhi ketentuan diantar jemput oleh perusahaan.

(http://zriefmaronie.blogspot.co.id/2012/03/kesetaraan-gender-dalam-uu.html)

3. (Ferri/06) : Bagaimana cara pengolahan pada limbah tekstil?

Jawab :

Metode Pengolahan Limbah Industri Tekstil

Dalam mengolah air limbah tekstil, dilakukan 3 proses, yaitu:

a. Proses Pre-Treatment : Proses ini bertujuan mengkondisikan karakteristik air limbah

yang akan diolah, mulai dari : penyaringan partikel kasar, penghilangan warna

(decolouring), equalisasi (penyeimbangan debit), penyaringan halus, dan penyesuaian

suhu.

b. Proses Primer : Dalam proses ini dilakukan main treatment (pengolahan utama), bisa

secara biologis dan diikuti proses pengendapan (sedimentasi).

c. Proses Sekunder : Proses ini merupakan tahap lanjutan proses biologi dan sedimentasi

dalam rangka mempersiapkan air limbah olahan memasuki badan air penerima, sesuai

dengan baku mutu yang ditetapkan.

Proses Pre-Treatment

a) Penyaringan partikel kasar

Tujuan dari tahap penyaringan partikel kasae ini adalah menahan sisa benang dan kain

yang memungkinkan ada dalam aliran air limbah. Saringan kasar ini berdiameter 50-20

mm. Air limbah yang tidak berwarna bias lanjut ke tanki berikutnya, sementara air

limbah yang berwarna spesifik harus melalui proses decolouring terlebih dahulu

b) Penghilangan warna (decolouring),

Fitriani(2012) mengatakan bahwa “Air limbah yang berwarna akan mengalami

koagulasi dengan koagulan khusus (biasanya FeSO4 – Ferro sulphate, konsentrasi =

Page 4: Tanya Jawab

600-700 ppm) untuk mengikat warna, lalu air limbah mengalami penyesuaian pH

dengan penambahan kapur (lime, konsentrasi = 150-300 ppm) akibat pencampuran

koagulan Ferro Sulphate sebelumnya. Dan kemudian air limbah masuk ke tangki

flokulasi dengan penambahan polymer (konsentrasi = 0,5-0,2 ppm) sehingga terbentuk

flok-flok yang dapat mengendap dalam tangki sedimentasi.”

c) Penyesuaian suhu

Penyesuaian suhu air limbah dari pencelupan/pencapan mutlak dilakukan dalam

Cooling Tower. Karakteristik limbah produksi tekstil umumnya bersuhu 350-400oC,

sehingga Cooling Tower dibutuhkan untuk menurunkan suhu agar kerja bakteri (proses

biologis) dapat optimal.

Proses Primer

a) Proses Biologis

Apabila digunakan proses biologis sebagai proses primer pengolahannya, beberapa

proses yang terbukti efektif antara lain : lumpur aktif, laguna aerob, dan parit oksidasi.

Hal ini disebabkan karena sistem dalam bak aerasi ini berjalan dengan laju aliran rendah

dan penggunaan energi rendah sehingga biaya operasi dan pemeliharaanpun rendah.

Untuk memperoleh BOD, COD, DO, Jumlah Padatan Tersuspensi, Warna dan beberapa

parameter lain dengan kadar yang sangat rendah, telah digunakan pengolahan yang

lebih unggul yaitu dengan menggunakan Karbon Aktif, Saringan Pasir, Penukar Ion dan

Penjernihan Kimia. Parameter-parameter tersebut dijaga kestabilannya sehingga

penguraian polutan dalam limbah oleh bakteri dapat maksimal. Adapun DO, MLSS dan

Suhu yang dibutuhkan bakteri pengurai adalah 0,5-2,5 ppm, 4000-6000, dan 290-

300oC.

b) Proses Sedimentasi

Bak sedimentasi didisain sedemikian rupa untuk memudahkan proses pengendapan

partikel dalam air. Biasanya mempunyai bentuk bundar di bagian atas dan

konis/kerucut di bagian bawah. Desain ini untuk mempermudah pengeluaran endapan

lumpur di dasar bak. Sistem return sludge cukup optimal dilakukan pada pengolahan

limbah, sehingga sebagian besar sludge akan dikembalikan ke bak aerasi. Pemantauan

ketinggian endapan lumpur dari permukaan air dan MLSS selalu dilakukan.

Proses Sekunder

Proses ini merupakan tahap lanjutan proses biologi dan sedimentasi dalam rangka

mempersiapkan air limbah olahan memasuki badan air penerima, sesua dengan baku mutu

Page 5: Tanya Jawab

yang ditetapkan. Beberapa parameter yang dicek pada outlet bak sedimentasi menjadi

tolok ukur boleh tidaknya air limbah olahan ini dibuang ke badan air penerima. Beberapa

kasus memerlukan penambahan Aluminium sulphate Al2(SO4)3 konsentrasi 150-33 ppm,

Polymer konsentrasi 0,5-2,0 ppm dan Antifoam (silicon base) untuk mengurangi padatan

tersuspensi yang masih terdapat dalam air.

(http://loveriasigit.blogspot.co.id/2013/09/pengolahan-limbah-industri-tekstil.html)

4. (Reza/20) : Bagaimana perusahaan memberikan kompensasi pada waktu libur? (v)

Jawab :

Perusahaan memberikan kompensasi kerja pada waktu libur atau yang biasa disebut

dengan kerja lembur dengan memberikan upah lembur. Berikut penjelasannya :

Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari untuk 6 hari kerja

dan 40 jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 8 hari kerja dan 40 jam dalam

seminggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi

yang ditetapkan Pemerintah (Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004).

Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam dalam

1 minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi.

Perhitungan Upah Lembur didasarkan upah bulanan dengan cara menghitung upah

sejam adalah 1/173 upah sebulan.

Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004 ,

Rumus perhitungan upah lembur adalah sebagai berikut:

a) Perhitungan Upah Lembur Pada Hari Kerja

PERHITUNGAN UPAH LEMBUR PADA HARI KERJA

Jam

LemburRumus Keterangan

Jam

Pertama

1,5  X 1/173 x

Upah

Sebulan

Upah Sebulan adalah 100% Upah bila upah yang berlaku di

perusahaan terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap.

Jam Ke-2

& 3

2   X 1/173 x

Upah

Sebulan

Atau 75% Upah bila Upah yang berlaku di perusahaan terdiri dari

upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Dengan

ketentuan Upah sebulan tidak boleh lebih rendah dari upah

minimum

Page 6: Tanya Jawab

b) Perhitungan Upah Lembur Pada Hari Libur/Istirahat

PERHITUGAN UPAH LEMBUR PADA HARI LIBUR/ISTIRAHAT

JAM LEMBURKETENTUAN

UPAH LEMBURRUMUS

6 Hari Kerja per minggu (40 Jam/Minggu)

7 Jam pertama 2 Kali Upah/Jam 7 jam x 2 x 1/173 x upah sebulan

Jam Ke 8 3 Kali Upah/jam 1 jam x 3 x 1/173 xupah sebulan

Jam Ke-9 s/d Jam ke-10 4 Kali Upah/Jam 1 jam X 4 x 1/173 x upah sebulan

Hari Libur Resmi Jatuh Pada Hari Kerja Terpendek misal Jum’at

5 Jam pertama 2 X Upah/jam 5 jam x 2 x 1/173 x upah sebulan

Jam ke-6 3 X Upah/jam 1 jam x 3 x 1/173 xupah sebulan

Jam Ke-7 & 8 4 X Upah/jam 1 jam X 4 x 1/173 x upah sebulan

5 Hari Kerja per minggu (40 Jam/Minggu)

8 Jam pertama 2 Kali Upah/Jam 8 jam x 2 x 1/173 x upah sebulan

Jam ke-9 3 Kali Upah/jam 1 jam x 3 x 1/173 xupah sebulan

Jam ke-10 s/d Jam ke-11 4 Kali Upah/Jam 1 jam X 4 x 1/173 x upah sebulan

(http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/kompensasi/jam-kerja/pertanyaan-

mengenai-jam-kerja-di-indonesia)