tb anak
DESCRIPTION
tb anakTRANSCRIPT
![Page 1: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/1.jpg)
Tinjauan Pustaka
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit granulomatosa kronis
menular yang disebabkan oleh MT. Penyakit ini biasanya mengenai paru, tetapi dapat
menyerang semua organ atau jaringan tubuh, misalnya pada lymph node, pleura dan area
osteoartikular. Biasanya pada bagian tengah granuloma tuberkel mengalami nekrosis
perkijuan.
Epidemiologi
Di Indonesia saat ini diperkirakan terdapat 450.000 penderita TB menular setiap
tahunnya (atau suatu prevalensi sebesar 300/100.000) dengan angka insidens 225.000 kasus
pertahunnya. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993
menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan
menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004,
angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000
penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
Imunisasi BCG (antituberkulosis) tidak menjamin anak bebas dari penyakit tersebut.
Kuman penyebab TBC yakni Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui percikan dahak.
Jika terkena kuman terus-menerus dari orang-orang dewasa di dekatnya, terutama orangtua,
maka anak tetap terkena. Di antara sesama anak kecil sendiri sangat kecil kemungkinan
menularkan. Interaksi orangtua sangat dekat dan intens dengan anak, apalagi yang masih
bayi, sehingga anak mendapat percikan dahak dari orangtua yang sakit TBC.
Oleh karena itu, angka anak penderita TBC sangat terpengaruh jumlah orang dewasa
yang dapat menularkan TBC. Tim External TB Monitoring Mission mencatat fakta umum,
setiap tahun di Indonesia ditemukan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000
kematian akibat penyakit tersebut. Indonesia merupakan negara ketiga terbesar yang
bermasalah dengan TBC, setelah India dan China.
Masalahnya orangtua sering kali malu mengakui dirinya terkena tuberkulosis atau
enggan berobat. Sedangkan penggunaan masker tidak efektif untuk memutus rantai
![Page 2: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/2.jpg)
penyebaran TBC kepada anak. Yang terpenting orangtua menyadari jika mendapat gejala
TBC segera memeriksakan diri serta menjalani pengobatan
Etiologi
Mycobacterium tuberculosis adalah suatu jenis kuman yang berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan . MTB memiliki dinding yang sebagian besar terdiri atas lipid,
kemudian peptidoglikan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan asam dan ia juga
lebih tahan terhdap gangguan kimia danfisis.Kuman dapat hidup dalam udara kering maupun
dalam keadaan dingin(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es) dimana kuman dalam
keadaan dormant. Dari sifat ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit
tuberkulosis menjadi aktif lagi.
Gambar1. Mikroskopik MTB.
Kuman hidup sebagai parasit intra selular yakni dalam sitoplasma makrofag di dalam
jaringan. Makrofag yang semula memfagositosis kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman
lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen
pada bagian apikal paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Patogenesis
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut sarang primer atau
afek primer. Sarang primer ini mugkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda
dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah
bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis
![Page 3: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/3.jpg)
regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya Salah satu contoh adalah
epituberkulosis, yaitu suatu kejadian dimana terdapat penekanan bronkus,
biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga
menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat
atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang tersumbat
ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada lobus yang
atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis
Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya.
Penyebaran ini juga terjadi ke dalam usus. Penyebaran secara hematogen dan limfogen.
Kejadian penyebaran ini sangat bersangkutan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi
basil. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak terdapat
imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti
tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga
dapat menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal,
genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan, sembuh
dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada anak setelah
mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau meninggal.
Untuk lebih memahami berbagai aspek tuberkulosis, perlu diketahui proses patologik
yang terjadi. Batuk yang merupakan salah satu gejala tuberkulosis paru, terjadi karena
kelainan patologik pada saluran pernapasan akibat kuman M.tuberculosis. Kuman tersebut
bersifat sangat aerobik, sehingga mudah tumbuh di dalam paru, terlebih di daerah apeks
karena pO2 alveolus paling tinggi.
Kelainan jaringan terjadi sebagai respons tubuh terhadap kuman. Reaksi jaringan
yang karakteristik ialah terbentuknya granuloma, kumpulan padat sel makrofag. Respons
![Page 4: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/4.jpg)
awal pada jaringan yang belum pernah terinfeksi ialah berupa sebukan sel radang, baik sel
leukosit polimorfonukleus (PMN) maupun sel fagosit mononukleus. Kuman berproliferasi
dalam sel, dan akhirnya mematikan sel fagosit. Sementara itu sel mononukleus bertambah
banyak dan membentuk agregat. Kuman berproliferasi terus, dan sementara makrofag (yang
berisi kuman) mati, sel fagosit mononukleus masuk dalam jaringan dan menelan kuman yang
baru terlepas. Jadi terdapat pertukaran sel fagosit mononukleus yang intensif dan
berkesinambungan. Sel monosit semakin membesar, intinya menjadi eksentrik,
sitoplasmanya bertambah banyak dan tampak pucat, disebut sel epiteloid. Sel-sel tersebut
berkelompok padat mirip sel epitel tanpa jaringan diantaranya, namun tidak ada ikatan
interseluler dan bentuknya pun tidak sama dengan sel epitel.
Sebagian sel epiteloid ini membentuk sel datia berinti banyak, dan sebagian sel datia
ini berbentuk sel datia Langhans (inti terletak melingkar di tepi) dan sebagian berupa sel
datia benda asing (inti tersebar dalam sitoplasma). Lama kelamaan granuloma ini dikelilingi
oleh sel limfosit, sel plasma, kapiler dan fibroblas. Di bagian tengah mulai terjadi nekrosis
yang disebut perkijuan, dan jaringan di sekitarnya menjadi sembab dan jumlah mikroba
berkurang. Granuloma dapat mengalami beberapa perkembangan , bila jumlah mikroba terus
berkurang akan terbentuk simpai jaringan ikat mengelilingi reaksi peradangan. Lama
kelamaan terjadi penimbunan garam kalsium pada bahan perkijuan. Bila garam kalsium
berbentuk konsentrik maka disebut cincin Liesegang . Bila mikroba virulen atau resistensi
jaringan rendah, granuloma membesar sentrifugal, terbentuk pula granuloma satelit yang
dapat berpadu sehingga granuloma membesar. Sel epiteloid dan makrofag menghasilkan
protease dan hidrolase yang dapat mencairkan bahan kaseosa. Pada saat isi granuloma
mencair, kuman tumbuh cepat ekstrasel dan terjadi perluasan penyakit.
Reaksi jaringan yang terjadi berbeda antara individu yang belum pernah terinfeksi dan
yang sudah pernah terinfeksi. Pada individu yang telah terinfeksi sebelumnya reaksi jaringan
terjadi lebih cepat dan keras dengan disertai nekrosis jaringan. Akan tetapi pertumbuhan
kuman tretahan dan penyebaran infeksi terhalang. Ini merupakan manifestasi reaksi
hipersensitiviti dan sekaligus imuniti.
![Page 5: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/5.jpg)
Faktor resiko infeksi TB dan faktor resiko penyakit TB
Faktor resiko infeksi TB
Anak-anak yang terekspose dengan orang dewasa resiko tinggi
Orang asing yang lahir di negara prevalensi tinggi
Orang-orang yang miskin dan kumuh, terutama di kota-kota besar
Orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal
Orang-orang pengguna obat-obatan suntik
Petugas kesehatan yang merawat pasien beresiko tinggi
Faktor resiko penyakit TB
Bayi dan anak-anak usia ≤ 4 tahun, terutama usia < 2 tahun
Dewasa dan dewasa muda
Pasien dengan infeksi penyertanya HIV
Orang dengan tes kulit konversi 1 – 2 tahun yang lalu
Orang dengan imunokompromais, terutama kasus keganasan dan tranplantasi
organ, pengobatan imunosupresif, diabetes melitus, gagal ginjal kronik, silikosis dan
malnutrisi.
( Dikutip dari : Nelson textbook of pediatrics. 17th ed. Philadelphia : saunders, 2004; 197 : 958-72 )
Cara penularan
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-
anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering
masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama
pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar
getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu
paru-paru.
Saat Mycobacterium tuberculosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera
akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian
reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat
![Page 6: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/6.jpg)
jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant
(istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada
pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak.
Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang
nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi
sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif
terinfeksi TBC.
Resiko terinfeksi akan menjadi lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai
produksi sputum yang banyak dan encer, batuk produktif dan kuat, serta faktor lingkungan
yang kurang sehat dan sirkulasi udara yang tidak baik.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan
dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum
optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang
tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya
tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang
memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Anak-anak juga dapat tertular tuberkulosis dari susu atau daging sapi. Mycobacterium
bovis menginfeksi sapi yang menghasilkan susu, kemudian susu tersebut diminum tanpa
dimasak. M. bovis tersebut akan menginvasi mukosa usus atau kelenjar limfe di oropharing,
terjadilah infeksi primer pada usus atau pada amandel. Pasien tuberkulosis anak jarang
menularkan kuman pada anak-anak atau orang dewasa yang lain. Hal ini disebabkan karena
basil-basil tuberkulosis hanya sedikit jumlahnya dalam sekret endobronkial dan jarang
terdapat batuk.
Gambaran Klinik
![Page 7: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/7.jpg)
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan
fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau
gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik
• batuk ≥ 3 minggu
• batuk darah
• sesak napas
• nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup
berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada saat medical check
up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada
gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari
organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang
lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat
gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang
nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
2. Gejala sistemik
• Demam
• gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun
Gejala sistemik/umum:
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
![Page 8: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/8.jpg)
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Gejala ini
sering ditemukan.Batuk terjadi karena ada iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang keluar produk – produk radang. Karena terlibatnya
bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu–minggu atau
berbulan – bulan sejak awal peradangan . Sifat batuk dimulai dari batuk kering
( non-produktif ) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadipada ulkus dinding bronkus.
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Nafsu makan berkurang.
Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, dan tidak
naik setelah penanganan gizi adekuat.
Diare kronik yang tidak ada perbaikan setelah ditangani.
Gejala khusus:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah
yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura, dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
![Page 9: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/9.jpg)
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan –
5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
Petunjuk WHO untuk diagnosis TB pada anak:
1. Dicurigai TB ( suspected TB )
- Anak sakit dengan riwayat kontak penderita TB dengan BTA positif.
- Anak dengan :
i. Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita campak atau batuk
rejan
ii. Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, batuk dan mengi yang
tidak membaik dengan pengobatan antibiotika untuk penyakit
pernafasan
iii. Pembesaran kelenjar superfisial yang tidak sakit
2. Mungkin TB ( probable TB ) anak yang dicurigai TB
- Uji tuberculin positif ( 10 mm atau lebih )
-Foto roentgen paru sugestif TB
- Pemeriksaan histopatologis biopsy sugestif TB
- Respon yang baik pada pengobatan dengan OAT
3. Pasti TB ( confirmed TB )
Ditemukan basil TB pada pemeriksaan langsung atau biakan.
Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat.
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada
permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan
kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah
apex dan segmen posterior , serta daerah apex lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat
![Page 10: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/10.jpg)
ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum.
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya cairan di
rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah
sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah
leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran
kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang
sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini
dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan
lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturutturut atau dengan cara:
• Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
• Dahak Pagi ( keesokan harinya )
• Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung dalam pot yang
bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan
tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas
objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.
Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek atau untuk
kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim
ke laboratorium. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke
![Page 11: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/11.jpg)
dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah tertulis
identitas penderita yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium.
Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan penderita, spesimen
dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos.Cara pembuatan dan pengiriman
dahak dengan kertas saring:
- Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian tengahnya
- Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari kertas
saring sebanyak + 1 ml
- Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung yang
tidak mengandung bahan dahak
- Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal di
dalam dus
- Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong plastik kecil
- Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisi
kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi
- Di atas kantong plastik dituliskan nama penderita dan tanggal pengambilan dahak
- Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium.
Diagnosis
Diagnosis TB pada anak sulit sehingga terjadi misdiagnosis, baik overdiagnosis maupun
underdiagnosis. Pada anak, batuk bukan merupakan gejala utama. Diagnosis pasti TB
ditegakkan dengan ditemukannya M.tuberculosis pada pemeriksaan sputum atau bilasan
lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura atau pada biopsi jaringan. Kesulitan
menegakkan diagnosis pasti pada anak disebabkan oleh 2 hal, yaitu sedikitnya jumlah kuman
dan sulitnya pengambilan spesimen sputum.
Anamnesis :
- Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal
tumbuh
- Demam tanpa sebab yang jelas, terutama berlanjut sampai 2 minggu
- Batuk kronik lebih dari 3 minggu dengan atau tanpa wheeze
![Page 12: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/12.jpg)
- Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa
Pemeriksaan fisis:
- Pembesaran kelenjar limfe leher, aksila, inguinal
- Pembengkakan progresif atau deformitas tulang, sendi, lutu, falang
- Uji tuberkulin. Biasanya positif pada anak dengan TB paru
Untuk memudahkan penegakkan diagnosis TB anak, IDAI merekomendasikan diagnosis TB
anak dengan menggunakan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda
klinis yang dijumpai.
Skoring TB
Parameter 0 1 2 3
Kontak TB tidak jelas
Laporan keluarga
BTA (-)
Tidak tahu
Kavitas (+)
BTA tidak jelas
BTA (+)
Uji Tuberkulin negatif Positif (≥ 10mm
atau ≥5mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat badan / keadaan gizi
BB/TB <90%
BB/U <80%
Klinis gizi buruk
BB/TB <70%
BB/U <60%
Demam tanpa sebab jelas
≥2 minggu
Batuk ≥3 minggu
Pembesaran KGB colli, axilla, inguinal
≥1 cm
Jumlah >1
Tidak nyeri
Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang
Ada pembengkakan
![Page 13: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/13.jpg)
Foto rontgen N / tidak jelas
Infiltrat
Pembesaran KGB
Konsolidasi segmental/lobar
Atelektasis
Kalsifikasi+infiltrat
Pembesaran KGB+infiltrat
Pemeriksaan Penunjang
Uji tuberkulin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan sering digunakan
dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin
adalah lebih dari 90%.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin
positif 100%, umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun
51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji
tuberkulin semakin kurang spesifik.
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux
lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan
bawah kiri bagian depan, dengan menyuntikkan PPD (Purified Protein Derivate) 5 IU
sebanyak 0,1 cc secara intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72
jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
Interpretasi hasil test Mantoux
1. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm, uji mantoux negatif.
Arti klinis : tidak ada infeksi M. tuberculosis.
2. Pembengkakan (Indurasi) : 3–9mm, uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi
silang dengan M. atipik atau setelah
![Page 14: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/14.jpg)
vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan (Indurasi) : ≥ 10mm, uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi M.
tuberculosis.
Pada reaksi uji tuberculin dapat terjadi reaksi local yang cukup kuat bagi individu
tertentu dengan derajat sensitivitas yang tinggi, berupa eritema, vesikel dan ulsera pada
tempat suntikan. Limfangitis, limfadenopati regional dan konjungtivitis fliktenularis yang
dapat disertai panas, walaupun jarang terjadi.
Pada anak, kontak erat dengan pasien TB dewasa aktif dan BTA positif atau anak
dengan immunokompromais misalnya gizi buruk, keganasan dan lain-lain, diameter indurasi
≥ 5 mm harus dicurigai telah terinfeksi TB. Pada anak tanpa resiko tetapi tinggal di daerah
endemis TB, uji tuberculin perlu dilakukan pada umur 1 tahun, 4 – 6 tahun dan 11 – 16 tahun.
Tetapi pada anak dengan resiko tinggi di daerah enemis TB, uji tuberculin perlu dilakukan
setiap tahun.
Uji tuberculin positif dapat dijumpai pada 3 keadaan sebagai berikut :
1. Infeksi TB alamiah
a. Infeksi TB tanpa sakit
b. Infeksi TB dan sakit TB
c. Pasca terapi TB
2. Imunisasi BCG ( infeksi TB buatan )
3. Infeksi mikrobakterium atipik / M. leprae.
Uji tuberculin negatif pada 3 kemungkinan keadaan berikut :
Tidak ada infeksi TB
Dalam masa inkubasi infeksi TB
Anergi
Alergi adalah keadaan penekanan system imun oleh berbagai keadaan sehingga tubuh
tidak memberikan reaksi terhadap tuberculin walaupun sebenarnya sudah terinfeksi TB.
![Page 15: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/15.jpg)
Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan anergi adalah gizi buruk, keganasan, penggunaan
steroid jangka panjang, sitostatika, penyakit campak, pertusis, varisela, influenza ( bukan
batuk-pilek-panas biasa, yang biasanya disebabkan oleh rhinovirus ), TB yang berat, serta
pemberian vaksinasi dengan vaksin virus hidup.
Namun demikian, pada keadaan-keadaan di atas, uji tuberculin dapat positif sehingga
pada pasien-pasien dengan dugaan anergi tetap dilakukan uji tuberculin jika dicurigai TB. Uji
tuberculin positif palsu dapat juga ditemukan pada keadaan penyuntikan salah dan
interpretasi salah, demikian juga negative palsu, disamping penyimpanan tuberculin yang
tidak baik sehingga potensinya menurun.
Definisi positif uji tuberculin pada bayi, anak dan dewasa
Indurasi ≥ 5 mm
Kontak dengan penderita atau suspek penyakit TB
Anak-anak dengan tanda klinis dan gambaran radiologi penyakit TB
Anak-anak dengan keadaan imunosupresi seperti HIV dan tranplantasi organ
Pasien dalam pengobatan immunosupresif seperti kortikosteroid ( ≥ 15 mg/24
jam prednison atau sejenisnya selama ≥ 1 bulan )
Indurasi ≥ 10 mm
Bayi dan anak-anak usia ≤ 4 tahun
Anak-anak dengan kondisi medis lemah yang meningkatkan resiko ( penyakit
ginjal, gangguan hematologi, diabetes melitus, malnutrisi, pengguna obat
suntik )
Anak-anak yang kontak erat dengan orang dewasa yang beresiko tinggi TB
Lahir atau baru pindah ( ≤ 5 tahun ) dari negara dengan angka prevalensi TB
tinggi
Indurasi ≥15 mm
Anak-anak usia > 4 tahun atau lebih tanpa ada faktor resiko
( Dikutip dari : Nelson textbook of pediatrics. 17th ed. Philadelphia : saunders, 2004;
197 : 958-72
Penyebab hasil positif palsu dan negative palsu uji tuberculin mantouks.
![Page 16: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/16.jpg)
Positif palsu
o Penyuntikan salah
o Interpretasi tidak betul
o Reaksi silang dengan Mycobacterium atipik
Negatif palsu
o Masa inkubasi
o Penyimpanan tuberculin tidak baik dan penyuntikan salah
o Interpretasi tidak betul
o Menderita tuberculosis luas atau berat
o Disertai infeksi virus ( campak, rubella, cacar air, influenza atau HIV )
o Imunokompetensi selular, termasuk pemakaian kortikosteroid
o Kekurangan komplemen
o Demam
o Leukositosis
o Malnutrisi
o Sarkoidosis
o Psoriasis
o Jejunoileal by pass
o Terkena sinar ultraviolet ( matahari, solaria )
o Defisiensi zinc
o Anemia perniosa
o Uremia
( Dikutip dari rahajoe, N. Nastiti. Tatalaksana Tuberkulosis pada Anak. Sari
pediatric Vol3 No1, juni 2001 : 24 – 35 )
Uji tuberculin merupakan alat diagnosis TB yang sudah sangat lama dikenal, tetapi
hingga saat ini masih mempunyai nilai diagnostic yang tinggi terutama pada anak dengan
sensitivitas dan spesifisitas di atas 90%. Tuberkulin yang tersedia di Indonesia saat ini adalah
PPD RT-23 2TU ( tuberculin unit ) buatan Statents Serum Institute Denmark dan PPD S
5TU.
Radiologis
![Page 17: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/17.jpg)
Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih 95% infeksi primer
terjadi di paru-paru maka secara rutin foto thorax harus dilakukan. Komplek primer lebih
banyak ditemukan pada foto torax paru bayi dan anak kecil daripada dewasa. Gambaran
rontgen paru pada TB tidak khas. Kelainan radiologis tersebut dapat juga dijumpai pada
penyakit lain. Sebaliknya foto rontgen paru yang normal (tidak terdeteksi) tidak dapat
menyingkirkan diagnosis TB jika klinis dan pemeriksaan penunjang lain mendukung. Akan
tetapi, pemeriksaan rontgen paru saja tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis
tuberkulosis.
Secara umum gambaran radiologis yang sugestif TB adalah sebagai berikut :
pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan / tanpa infiltrate
konsolidasi segmental / lobar
milier
klasifikasi
atelektasis
kavitas
efusi pleura
Foto rontgen paru sebaiknya dilakukan PA dan lateral. Jika dijumpai tidak
ketidaksesuaian antara gambaran klinis ( ringan ) dengan gambaran radiologis ( berat ) , harus
dicurigai TB. Pada keadaan foto rontgen paru tidak jelas, bila perlu dilakukan pemeriksaan
pencintraan lain seperti CT- scan toraks.
Tata-laksana
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah
pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinil maupun pemeriksaan penunjang.
Evaluasi klinik pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walupun gambaran radiologi tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap dihentikan
Panduan obat TB pada anak
![Page 18: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/18.jpg)
Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal (2 bulan pertama) dan
sianya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat
pada fase awal dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase lanjutan. OAT pada anak
diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun lanjutan.
Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan dalam bentuk
paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket OAT berisi
obat untuk tahap awal yaitu, Rifampisin , Isoniazid, Pirazinamid, sedangkan untuk tahap
lanjutan yaitu Rifampisin dan Isoniazid.
Dosis
INH : 5-15mg/kgBB/hari dosis maksimal 300mg/hari
Rifampisin : 10-20mg/kgBB/hari dosis maksimal 600mg/hari
Pirazinamid : 15-30mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2000mg/hari
Etambutol : 15-20mg/kgBB/hari dosis maksimal 1250mg/hari
Strepstomisisn : 15-40mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1000mg/hari
Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis
TB, TB sendi dan tulang
- Pada tahap awal diberikan 4 macam obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol
atau Streptomisin)
- Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10 bulan
- Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB
endobronkial, meningitis TB dan peritonistis TB diberikan kortikosteroid (prednison)
dengan dosis 1-2mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama pemberian 2-4 minggu
dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu 2-6minggu. Tujuan
pemeberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadi
perlekatan jaringan.
Isoniazid (INH)
INH adalah obat antituberkulosis yang sangat efektif saat ini, bersifat bakterisid dan sangat efektif
terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang dan bersifat
![Page 19: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/19.jpg)
bakteriostatik terhadap kuman yang diam. Obat ini efektif pada intrasel dan ekstrasel kuman. INH
cukup murah dan sangat efektif untuk mencegah multiplikasi basil tuberkulosis. Terdapat dalam
sediaan oral dan intramuskuler (i.m). Dalam sediaan oral, kadar obat dalam plasma, sputum dan
cairan seresrospinal dapat dicapai dalam beberapa jam saja dan bertahan minimal 6 – 8 jam. INH
diberikan secara oral, dosis harian yang biasa diberikan (5 – 15 mg/kgbb/hari), maksimal 300 mg/hari,
diberikan satu kali pemberian.
Efek toksik:
Neuritis perifer, ini terjadi karena inhibisi kompetitif pada piridoksin. Pada orang-orang
malnutrisi dan orang-orang dengan diit tidak adekuat perlu diberikan supplemen
piridoksin. Dosis supplemen piridoksin adalah 25 – 50 mg/hari atau 10 mg piridoksin
setiap 100 mg INH.
Hepatotoksik, jarang terjadi pada anak-anak. Sebaiknya kita memantau kadar
transaminase dari hepar (SGOT & SGPT).
Intoleransi traktus digestivus; ini akan menimbulkan rasa mual dan ingin muntah.
Rifampisin
Rifampisin bersifat bakterisid pada intrasel dan ektrasel, dapat memasuki semua jaringan, dapat
membunuh kuman semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh INH. Obat ini diserap tubuh saat
lambung kosong. Ekskresi yang utama lewat traktus biliaris. Pada kebanyakan pasien yang memakai
rifampisin, air mata, ludah, urin, faeces akan menjadi berwarna merah. Ini disebabkan oleh metabolit
dari rifampisin. Rifampisin diberikan dalam bentuk oral dengan dosis 10 – 20 mg/kgbb/hari, dosis
maksimal 600 mg/hari, dengan dosis pemberian satu kali perhari.
Efek toksik:
Hepatitis
Leukopenia
Trombositopenia
Perlu diingat bahwa ketiga efek toksik rifampisin di atas sangat jarang terjadi. Jika menghendaki
memberikan Rifampisin bersama dengan INH, maka salah satu dosis dari obat diatas harus dikurangi
menjadi ½ dosis agar tidak mengganggu fungsi hepar (hepatotoksik).
Pirazinamid
Pirazinamid adalah derivat dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada jaringan dan cairan tubuh
termasuk SSP, LCS, bakterisid hanya pada intrasel pada suasana asam, diresorbsi baik pada saluran
![Page 20: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/20.jpg)
pencernaan. Obat ini juga resisten terhadap kuman Mycobacterioum bovis. Obat ini juga dapat
mencapai cairan serebrospinal. Efek dari pirazinamid sudah dapat dilihat pada awal bulan ke 2
menjalani terapi. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemakaian dosis tinggi tetapi jarang pada dosis
normal. Pirazinamid juga dapat mengakibatkan meningkatnya asam urat serum. Pemberian secara oral
denga dosis 15 – 30 mg/kgbb/hari dengan dosis maksimal 2 gram/hari.
Efek toksik:
Flushing
Hipersensitivitas pada kulit
Athralgia
Gout
Iritasi saluran cerna
Etambutol
Etambutol jarang diberikan pada anak karena potensi toksisitasnya pada mata. Peran utama dari obat
ini adalah untuk mencegah resistensi obat lain. Dengan dosis 15 – 20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal
1,25 gram/hari. Sifat etambutol adalah bakteriostatik dan bakterisidal. Toksisitas utama adalah
neuritis optika berupa kebutaan terhadap warna merah-hijau ( red-green color blindness). Efek ini
cukup sering dijumpai pada orang dewasa. Insidensi dari toksisitas optalmologika cukup rendah. Oleh
karena pemeriksaan lapang pandang dan warna pada anak-anak cukup sulit dilakukan maka etambutol
tidak direkomendasikan untuk terapi rutin pada anak-anak.
Streptomisin
Streptomisin bersifat bakteriosid dan bakteriostatik kuman ekstraselular pada keadaan basa atau
netral, jadi efektif membunuh kuman intraseluler. Streptomisin dapat diberikan secara intramuskular
dengan dosis 15 – 40 mg/kgBB/hari, maksimal dosis 1 gram/hari. Obat ini dapat melewati selaput
otak yang meradang, berdifusi dengan baik pada jaringan dan cairan pleura, diekskresi melalui ginjal.
Toksisitas utama dari streptomisin terjadi pada nervus kranial VIII yang mengganggu keseimbangan
dan pendengaran berupa tinismus dan pusing.
Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal
perhari INH tidak melebihi 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.
![Page 21: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/21.jpg)
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal dua macam obat dan diberikan dalam waktu relatif lama
(6 – 12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam dua fase yaitu fase intensif (2 bulan pertama) dan sisanya
sebagai fase lanjutan. Pemberian panduan obat ini ditujukan untuk mencegah terjadinya resistensi
obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler. Sedangkan pemberian obat jangka
panjang selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya relaps.
Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:
TB tidak berat
INH : 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari
TB berat (milier dan meningitis TBC)
INH : 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
Fixed Dose Combination (FDC)
FDC adalah sediaan obat kombinasi dalam dosis yang telah ditentukan. Untuk menjaga
kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang relatif lama dengan jumlah obat yang
banyak.
Dosis kombinasi FDC TBC pada anak.
Berat badan (kg)2 bulan
RHZ (75/50/150 mg)
4 bulan
RH (5/50 mg)
5 – 9 1 tablet 1 tablet
10 – 19 2 tablet 2 tablet
20 – 32 4 tablet 4 tablet
![Page 22: TB ANAK](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052513/577cc7781a28aba711a10702/html5/thumbnails/22.jpg)
Tabel Dosis kombinasi FDC TBC
Catatan:
Bila BB ≥33 kg dosis sesuai tabel yang sebelumnya.
Bila BB < 5 kg sebaikna dirujuk ke RS.
Obat harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah).
DAFTAR PUSTAKA
Nasti R, Darmawan B S, dkk. Tuberkulosis. Bab 4. Buku ajar respirologi anak, edisi pertama. IDAI
2008. 169-176.
Nelson LJ, Schneider E, Wells CD, and Moore M.Nelson Textbook of Pediatrics. Chapter XVII
Infection : Section III Bacterial Infection: Tuberculosis. 18th edition. Philadelphia: W.B.Saunders
Company, 2007.
NN.PedomanNasionalPenanggulanganTuberkulosis.27Juli2009.Availablefrom
htt p ://ww w .tbindo n esia.o r . id/pdf/BPN_2007.pdf
Rahajoe, Nastiti N., dkk, Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. UKK Pulmonologi PP IDAI, Juni,
2005.