tb paru pada bumil
TRANSCRIPT
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
1/22
TUGAS
KEPERAWATAN MATERNITAS II
Ibu Hamil dengan TB Paru
Oleh :
Nama : Achmad Zakariya
NIM : 08060082
Kelas : PSIK B
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
2/22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai
focus primer dari ghon.
Penularan tuberculosis terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan
dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak
dan ludah penderita terdapat basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering dalam
bentuk spora lalu diterbangkan angin. Kuman yang terbawa angin dan jatuh ketanah
maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan
bersarang serta berkembangbiak di paru-paru.
Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salahsatunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta tidak semua penderita
mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan
dalam perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan
pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah
dan para pekerja di lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas
buangan.
Selain itu Tuberkulosis masih merupakan penyebab utama kematian di dunia.
Berdasarkan estimasi terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2005, 7,4 juta di antaranya terdapat di Asia dan sub-Sahara Afrika. Di Asia sendiri Akibat
Tuberkulosis 1,6 juta manusia meninggal, termasuk 195.000 pasien yang terinfeksi
HIV. Kematian akibat tuberkulosis di negara-negara kawasan South East Asia
Regional(SEARO) berkisar antara 4 sampai 98 per 100.000 penduduk. Seperti angka
prevalensi tuberkulosis, angka kematian tertinggi akibat tuberkulosis juga terjadi di
Timor Leste yaitu 98 kematian per 100.000 penduduk. Begitu pula dengan angka
terendah kematian akibat tuberkulosis terjadi di Maladewa (4 per 100.00 penduduk).
Namun, bila membandingkan angka kematian dengan 131 prevalensi, maka Indonesia
termasuk yang tertinggi di kawasan SEARO dan terendah adalah Myanmar. Di antara18 negara diAssociation South East Asian Nation (ASEAN) dan SEARO, Indonesia
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
3/22
termasuk negara dengan prevalensi tuberkulosis di bawah 300 per 100.000 penduduk
bersama 13 negara lainnya, bahkan 4 negara di antaranya yaitu Singapura, Maladewa,
Sri Lanka, dan Brunei Darussalam memiliki prevalensi di bawah 100. Empat negara
lainnya (Timor Leste, Kamboja, Filipina, dan Bangladesh) memiliki prevalensi di atas
300 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2008).
Penyakit ini perlu diperhatikan dalam kehamilan, karena penyakit ini masih
merupakan penyakit rakyat; sehingga sering kita jumpai dalam kehamilan. TBC paru
ini dapat menimbulkan masalah pada wanita itu sendiri, bayinya dan masyarakat
sekitarnya.
Kehamilan tidak banyak memberikan pengaruh terhadap cepatnya perjalanan
penyakit ini, banyak penderita tidak mengeluh sama sekali. Keluhan yang sering
ditemukan adalah batuk-batuk yang lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang,berat badan menurun, kadang-kadang ada batuk darah, dan sakit sekitar dada.
Pada penderita yang dicurigai menderita TBC paru sebaiknya dilakukan
pemeriksaan tuberkulosa tes kulit dengan PPD (purified protein derivate) 5u dan bila
hasilnya positif diteruskan dengan pemeriksaan foto dada. Perlu diperhatikan dan
dilindungi janin dari pengaruh sinar X. Pada penderita dengan TBC paru aktif perlu
dilakukan pemeriksaan sputum, untuk membuat dianosis secara pasti sekaligus untuk
tes kepekaan. Pengaruh TBC paru pada ibu yang sedang hamil bila diobati dengan baik
tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Pada janin jarang dijumpai TBC kongenital,janin baru tertular penyakit setelah lahir, karena dirawat atau disusui oleh ibunya.
1.2 TUJUAN
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
4/22
A. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah memberikan asuhan keperawatan pada Ibu Hamil dengan TB
paru.
B. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Definisi dan Etiologi TB paru
Untuk mengetahui tuberkulosis pada kehamilan
Untuk mengetahui Patofisiologi
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada penderita TB paru
BAB II
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
5/22
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah karena sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai
focus primer dari ghon, sedangkan batuk darah (hemoptisis) adalah salah satu
manifestasi yang diakibatkannya. Darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal
dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal, batuk
darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah tidak luas, sehingga
penutupan luka dengan cepat terjadi.
2.2 ETIOLOGI
Sebagaimana telah diketahui, TBC paru disebabkan oleh basil TB
(Mycobacterium tuberculosis humanis).
M. tuberculosis termasuk familie Mycobacteriaceae yang mempunyai berbagai
genus, satu di antaranya adalah Mycobacterium, yang salah satu speciesnya adalah
M. tuberculosis. M. tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia adalah type humanis
(kemungkinan infeksi type bovinus saat ini diabaikan, setelah higiene peternakan
makin ditingkatkan).
Basil TB mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam, sifat ini
dimanfaatkan oleh Robert Koch untuk mewarnai secara khusus. Oleh karena itu,
kuman ini disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).
Karena sebetulnya Mycobacterium pada umumnya tahan asam, secara teoritis BTA
belum tentu identik dengan basil TB. Tetapi karena dalam keadaan normal
penyakit paru yang disebabkan oleh Mycobacterium lain (y.i. M. atipik) jarang
sekali ditemukan, dalam praktek BTA dianggap identik dengan basil TB. Di negara
dengan prevalensi AIDS/infeksi HIV yang tinggi, penyakit paru yang disebabkan
M. atipic (=Mycobacteriosis) makin sering ditemukan, sehingga dalam kondisi
seperti ini, perlu sekali diwaspadai bahwa BTA belum tentu harus identik dengan
basil TB. Malahan mungkin saja BTA belum tentu harus identik dengan basil TB,
mungkin saja BTA yang ditemukan adalah M. atipic yang menjadi penyebab
Mycobacteriosis.
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
6/22
Kalau untuk bakteri-bakteri lain hanya diperlukan beberapa menit sampai 20 menit
untuk mitosis, basil TB memerlukan waktu 12 sampai 24 jam. Hal ini
memungkinkan pemberian obat secara intermiten (2 3 hari sekali).
Basil TB sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa menit
saja akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap gelombang cahayaultraviolet. Basil TB juga rentan terhadap panas-basah, sehingga dalam 2 menit
saja basil TB yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati bila terkena air
bersuhu 1000 C. basil TB juga akan terbunuh dalam beberapa menit bila terkena
alkohol 70%, atau lisol 5%.
2.3 TUBERKULOSIS PADA KEHAMILAN
A. Efek tuberculosis terhadap kehamilan
Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu
hamil. Stressor tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu
hamil. Lebih dari 50 persen kasus TB paru adalah perempuan dan data RSCM pada
tahun 1989 sampai 1990 diketahui 4.300 wanita hamil,150 diantaranya adalah
pengidap TB paru .
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe,
letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan
antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status
imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB.
Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis
maternal merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.
Usia kehamilan saat wanita hamil mendapatkan pengobatan antituberkulosa
merupakan factor yang penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam
kehamilan dengan TB.
Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis dimana peningkatan
diafragma akibat kehamilan akan menyebabkan kavitas paru bagian bawah
mengalami kolaps yang disebut pneumo-peritoneum. Pada awal abad 20, induksi
aborsi direkomondasikan pada wanita hamil dengan TB.
Selain paru-paru, kuman TB juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti
usus, selaput otak, tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman menyebar hingga
organ reproduksi, kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas)
seseorang. Bahkan, TB pada samping kiri dan kanan rahim bisa menimbulkan
kemandulan. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran pada pengidap TB atau yang
pernah mengidap TB, khususnya wanita usia reproduksi. Jika kuman sudah
menyerang organ reproduksi wanita biasanya wanita tersebut mengalami kesulitan
untuk hamil karena uterus tidak siap menerima hasil konsepsi.
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
7/22
Harold Oster MD,2007 mengatakan bahwa TB paru (baik laten maupun
aktif) tidak akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun,
jika kuman menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan.
Tapi tidak berarti kesempatan untuk memiliki anak menjadi tertutup sama sekali,
kemungkinan untuk hamil masih tetap ada. Idealnya, sebelum memutuskan untukhamil, wanita pengidap TB mengobati TB-nya terlebih dulu sampai tuntas. Namun,
jika sudah telanjur hamil maka tetap lanjutkan kehamilan dan tidak perlu
melakukan aborsi.
B. Efek tuberculosis terhadap janin
Menurut Oster,2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada
sedikit risiko terhadap janin.Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-
obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol.
Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan
jaringan limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit
sebelum melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah
setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha, Subhas
C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999 tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis,
didapatkan hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap
kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi. Namun jika dibandingkan dengan
kelompok wanita sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama hamil
mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR
skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan lahir rendah (
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
8/22
dikeluarkan si penderita. Hal yang penting adalah bagaimana menjaga kondisi
tubuh agar tetap sehat.
Seseorang yang terpapar kuman TB belum tentu akan menjadi sakit jika
memiliki daya tahan tubuh kuat karena sistem imunitas tubuh akan mampu
melawan kuman yang masuk. Diagnosis TB bisa dilakukan dengan beberapa cara,seperti pemeriksaan BTA dan rontgen (foto torak). Diagnosis dengan BTA mudah
dilakukan,murah dan cukup reliable.
Kelemahan pemeriksaan BTA adalah hasil pemeriksaan baru positif bila
terdapat kuman 5000/cc dahak. Jadi, pasien TB yang punya kuman 4000/cc dahak
misalnya, tidak akan terdeteksi dengan pemeriksaan BTA (hasil negatif). Adapun
rontgen memang dapat mendeteksi pasien dengan BTA negatif, tapi kelemahannya
sangat tergantung dari keahlian dan pengalaman petugas yang membaca foto
rontgen. Di beberapa negara digunakan tes untuk mengetahui ada tidaknya infeksi
TB, melalui IGRAs (Interferon-Gamma Release Assays) yang konon lebih baikdari tuberkulin tes.bekerja dengan cara menilai respon imunologis seseorang yang
terinfeksi Micobacterium tuberculosis. Sel-sel darah putih dari sebagian besar
orang yang terinfeksi TB akan mengeluarkan interferon-gamma (IFN-g) lalu
kemudian diukur kadar IFN-g tersebut.
Diagnosis dengan interferon gamma bisa mengukur secara lebih jelas
bagaimana beratnya infeksi dan berapa besar kemungkinan jatuh sakit. Diagnosis
TB pada wanita hamil dilakukan melalui pemeriksaan fisik (sesuai luas lesi),
pemeriksaan laboratorium (apakah ditemukan BTA?), serta uji tuberkulin.
Uji tuberkulin hanya berguna untuk menentukan adanya infeksi TB,
sedangkan penentuan sakit TB perlu ditinjau dari klinisnya dan ditunjang foto
torak. Pasien dengan hasil uji tuberkulin positif belum tentu menderita TB. Adapun
jika hasil uji tuberkulin negatif, maka ada tiga kemungkinan, yaitu tidak ada infeksi
TB, pasien sedang mengalami masa inkubasi infeksi TB, atau terjadi anergi.
Kehamilan tidak akan menurunkan respons uji tuberkulin. Untuk
mengetahui gambaran TB pada trimester pertama, foto toraks dengan pelindung di
perut bisa dilakukan, terutama jika hasil BTA-nya negatif.
D. Peran Perawat dalam Kehamilan dengan TB
Dalam perawatan pasien hamil dengan TB perawat harus mampu
memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga tentang penyebaran penyakit dan
pencegahannya, tentang pengobatan yang diberikan dan efek sampingnya, serta hal
yang mungkin terjadi jika penyakit TB tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat. Pasien dan keluarga harus tahu sistem pelayanan pengobatan TB sehingga
pasien tidak mengalami drop out selama pengobatan dimana keluarga berperan
sebagai pengawas minum obat bagi pasien. Pemantuan kesehatan ibu dan janin
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
9/22
harus selalu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang mungkin
terjadi akibat TB.
Perbaikan status nutrisi ibu dan pencegahan anemia sangat penting
dilakukan untuk mencegah keparahan TB dan meminimalkan efek yang timbul
terhadap janin.
Pendidikan tentang sanitasi lingkungan pada keluarga dan pasien penting
diberikan untuk menghindari penyebaran penyakit lebih luas.
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
10/22
2.4 Patofisiologi
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
11/22
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
12/22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan metode proses keperawatan
yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 4 tahap yaitu : Pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (H. Lismidar, 1990).
A. Pengkajian
Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan, pengkajian terbagi dalam tiga tahap yaitu, pengumpulan data, analisa data dan
diagnosa keperawatan (Lismidar, 1990).
1. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan-urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat
tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah
dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan
pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain (Hendrawan
Nodesul, 1996).
Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita
untuk mencari pengobatan.
Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura
serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
13/22
Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain (Hendrawan
Nodesul, 1996).
Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak-
desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal
dirumah yang sumpek (Hendrawan Nodesul, 1996)
b) Pola nutrisi dan metabolic
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan
menurun (Marilyn. E. Doenges, 1999).
c) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi
maupun defekasi
d) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu
aktivitas (Marilyn. E. Doegoes, 1999).
e) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat (Marilyn. E.
Doenges, 1999).
f) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit
menular (Marilyn. E. Doenges, 1999).
g) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan.
h) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya (Marilyn. E. Doenges, 1999).
i) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah
karena kelemahan dan nyeri dada.
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
14/22
j) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan
stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap
pengobatan (Hendrawan Nodesul, 1996).
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya
aktifitas ibadah klien.
2. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem-sistem tubuh :
a) Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun.
b) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai :
Inspeksi : Adanya tanda-tanda penarikan paru, diafragma,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah (Purnawan
Junadi dkk, 1982).
Palpasi : Fremitus suara meningkat (Alsogaff, 1995).
Perkusi: Suara ketok redup. (Soeparman, 1998).
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,
kasar dan yang nyaring (Purnawan. J. dkk, 1982. Soeparman, 1998).
c) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan.
d) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 yang mengeras
(Soeparman, 1998).e) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun (Soeparman,
1998).
f) Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan
sehari-hari yang kurang meyenangkan (Alsogaff, 1995)
g) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposmentis dengan GCS : 456
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
15/22
h) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
3. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Radiologi
Tuberkulosis paru mempunyai gambaran patologis, manifestasi dini berupa
suatu koplek kelenjar getah bening parenkim dan lesi resi TB biasanya terdapat
di apeks dan segmen posterior lobus atas paru-paru atau pada segmen superior
lobus bawah (Soeparman. 1998).
b) Pemeriksaan laboratorium
Darah
Adanya kurang darah, ada sel-sel darah putih yang meningkatkan serta laju
endap darah meningkat terjadi pada proses aktif (Alsogaff, 1995).
Sputum
Ditemukan adanya Basil Tahan Asam (BTA) pada sputum yang terdapat
pada penderita tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada pagi hari
(Soeparman dkk, 1998. Barbara. T. Long, 1996)
Test Tuberkulosis
Test tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telahmengalami infeksi atau belum. Tes menggunakan dua jenis bahan yang
diberikan yaitu : Old tuberkulosis (OT) dan Purifled Protein Derivative
(PPD) yang diberikan dengan sebuah jarum pendek (1/2 inci) no 24 26,
dengan cara mecubit daerah lengan atas dalam 0,1 yang mempunyai
kekuatan dosis 0,0001 mg/dosis atau 5 tuberkulosis unit (5 TU). Reaksi
dianggap bermakna jika diameter 10 mm atau lebih reaksi antara 5 9 mm
dianggap meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil akan diketahui selama
48 72 jam tuberkulosis disuntikkan (Soeparman, 1998. Barbara. T. Long,
1996).
B. AnalisaData
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
16/22
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan
masalah klien. Masalah klien yang timbul yaitu, sesak napas, batuk, nyeri dada, nafsu
makan menurun, aktivitas, lemas, potensial, penularan, gangguan tidur, gangguan
harga diri.
Contoh format:
No Data Etiologi Masalah
1. DO:
DS:
C. DiagnosaKeperawatan
Tahap akhir dari perkajian adalah merumuskan Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah
kesehatan klien yang dapat diatas dengan tindakan keperawatan (Lismidar, 1990).
Dari analisa data diatas yang ada dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada klien
dengan tuberkulosis paru komplikasi haemaptoe sebagai berikut :
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan permukaan
membrane respirasi.( Judith M. Wilkinson, 186)
2) Ketidakefektifan pembersihan jalan napas berhubugan dengan sekresi
mukopurulen.( Judith M. Wilkinson, 16)
3) Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
(Judith M. Wilkinson, 319)
4) Gangguan perfusi ke jaringan otak
5) Gangguan keseimbangan suhu tubuh: Resiko hyperthermia b/d peningkatan
suhu tubuh (38)
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum: otot (2)
7) Ganggguan pola tidur berhubungan dengan dispnea.( Judith M. Wilkinson,
474)
8) Gangguan konsep diri b/d stress hospitalisasi
9) Gangguan konsep diri b/d body image
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
17/22
10) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (20)
11) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap
sumber-sumber informasi.( Judith M. Wilkinson, 270)
12) Potensial Komplikasi: penyebaran infeksi terhadap lingkungan sekitar
(Judith M. Wilkinson, 261)
13) Potensial Komplikasi: Dehidrasi
D. Intervensi
Setelah mengumpulkan data, mengelompokan dan menentukan diagnosa
keperawatan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun perencaan. Dalam tahapperencanaan ini dengan melihat diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana
keperawatan sebagai berikut :
NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan
(NOC)
Kriteria
Standart
Intervensi
(NIC)Rasional
1 Gangguan
pertukaran gas
berhubungan
denganperubahan
permukaan
membrane
respirasi
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatanselama 1x24
jam klien
dapat:
menunjukkan
pola
pernapasan
efektif,
menunjukkan
status
pernapasan
ditandai
dengan
indikator 1-5
(ekstrem,
kuat, sedang,
ringan, tidak)
a) Menunj
ukkan
pernapasan
yangoptimal saat
terpasang
ventilator
mekanis
b) Menunj
ukkan status
pernapasan
ditandaidengan
indikator 3
(sedang)
c) Menunj
ukkan
ekspansi
dada yang
simetris
a) Pemantaua
n pernapasan;
memantau
kecepatan,kedalaman,
usaha respirasi,
kegelisahan,
dan bunyi
napas.
b) Anjurkan
napas dalam
melaluiabdomen
selama periode
distress
pernapasan
a) Untuk
mengetahui
pola
pernapasannya,apakah
masih
menggunaka
n otot
respirasi dan
untuk
mengetahui
volume
secret pada
klien.
b) Agar
otot respirasi
tidak bekerja
terlalu keras
sehingga
tidak
mengganggu
pola
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
18/22
c) Mengkolab
orasikan dalam
Memberikantindakan
nebulizer
ultrasonik dan
udara pelembab
d) Melaporka
n perubahan
sensori,bunyi
napas, polapernapasan,
nilai GDA,
sputum, sesuai
dengan
kebutuhan
pernapasan
c) Untuk
mengencerka
n sekret danmelembabka
n oksigen
yang masuk
ke paru klien
d) Untuk
mengetahui
perkembanga
n klienselama
dilakukan
proses
perawatan
2 Ketidakefektifan
pembersihan
jalan napasberhubugan
dengan sekresi
mukopurulen.
Setelah
dilakukan
tindakankeperawatan
selama 1x24
jam klien
dapat:
menunjukkan
pembersihan
jalan napas
yang efektif
dan
dibuktikan
dengan status
pernapasan:
pertukaran
gas dan
ventilasi
tidak
berbahaya,
mudah untuk
bernapas,kegelisahan,
a) Mempu
nyai jalan
napas yangpaten
b) Mengel
uarkan
sekresi
secara
efektif
c) Mempu
nyai fungsi
paru dalam
batas normal
d) Mempu
nyai irama
dan
frekuensi
pernapasan
dalam
a) Mengausku
ltasi bagian
dada anteriordan posterior
b) Mencatat
tipe dan jumlah
sekresi yang
dikumpulkan
c) Menginfor
masikan kepada
klien sebelum
memulai
a) Untuk
mengetahui
adanyapenurunan
atau tidak
adanya
ventilasi dan
adanya bunyi
tambahan.
b) Untuk
mengetahuitipe dan jenis
sekresi yang
dihasilkan
dengan
membawa ke
lab.
c) Agar
klien tidakcemas dan
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
19/22
sianosis, dan
dispnea tidak
ada, saturasi
O2 dalam
batas normal.
rentang yang
normal.
prosedur
d) Mengkolab
orasikan dalam
pemberian
aerosol,
nebulizer
ultrasonic, dan
perawatan paru
lainnya.
dapat
mengntrol
dirinya
d) Untukmengsingkro
nkan hasil
analisa dari
para petugas
kesehatan
agar dalam
penangannya
tepat.
3 Nutrisi: kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
anoreksia.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24
jam klien
dapat:
menunjukkan
status gizi
dengan
indicator 1-5
(tidak
adekuat,
ringan,
sedang, kuat,
dan adekuat
total),
pemberian
makanan
lewat
selang(parent
eral total).
a) Menunj
ukkan status
gizi dengan
indikator 2
(ringan)
b) Member
ikan
makananlewat selang
c) Toleran
si terhadap
diet yang
dianjurkan
a) Memberika
n informasi
yang tepat
kepada klien
tentang
kebutuhan
nutrisi dan
bagaimana
memenuhinya.
b) Tentukan
kemampuan
klien untuk
memenuhi
kebutuan
nutrisinya
c) Menciptaka
n lingkungan
yang
menyenangkan
untuk makan
dengan
memindahkan
barang-barangyang tidak enak
a) Agar
klien dapat
memenuhi
kebutuhan
nutrisinya
b) Untuk
menyesuaika
n dengankondisi
ekonomi
klien
sehingga
dapat
memenuhi
kebutuhan
nutrisinya
c) untuk
memberikan
rasa nyaman
saat klien
menyantap
makanannya
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
20/22
dipandang.
d) Mendiskusi
kan dengan ahli
gizi dalammenentukan
kebutuhan
protein untuk
klien dengan
ketidakadekuat
an asupan
protein atau
kehilangan
protein.
e) Merujuk ke
dokter untuk
menentukan
penyebab
perubahan
nutrisi
d) agar
kebutuhan
nutrisi danproteinnyany
a dapat
tercapai
secara
optimal
e) untuk
mengetahui
penyebab
perubahan
nutrisi klien.
BAB IV
PENUTUP
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
21/22
Kesimpulan
Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah
satunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta tidak semua penderita mengerti
benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam
perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para
pekerja di lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan.
Karena prevalensi TBC paru di Indonesia masih tinggi, dapat diambil asumsi
bahwa frekuensinya pada wanita akan tinggi. Diperkirakan 1% wanita hamil menderita TB
paru. Menurut Prawirohardjo dan Soemarno (1954), frekuensi wanita hamil yang
menderita TB paru di Indonesia yaitu 1,6%. Dengan bertambahnya jumlah penduduk tiap
tahunnya, dapat diperkirakan penyakit ini juga mengalami peningkatan berbanding lurus
dengan tingkat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Pada umumnya, penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan dan
persalinan nifas, kecuali penyakitnya tidak terkonrol, berat, dan luas yang disertai sesak
napas dan hipoksia. Walaupun kehamilan menyebabkan sedikit perubahan pada sistem
pernapasan, karena uterus yang membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru ke
atas serta sisa udara dalam paru-paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu menjadi
lebih parah. TBC paru merupakan salah satu penyakit yang memerlukan perhatian yang
lebih terutama pada seorang wanita yang sedang hamil, karena penyakit ini dapat dijumpai
dalam keadaan aktif dan keadaan tenang. Karena penyakit paru-paru yang dalam keadaan
aktif akan menimbulkan masalah bagi ibu, bayi, dan orang-orang disekelilingnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M., 1999. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya . Airlangga Univerciti Press
Carpenito, L.J., 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2Jakarta : EGC
-
8/2/2019 TB Paru Pada Bumil
22/22
(2000). Diagnosa Keperawatan. Ed. 8. Jakarta : EGC
Danusastro, Halim. 2000. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Hipokrates : Jakarta.
Doengoes, (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas KedokteranUI : Media Aescullapius
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : obstetri fisiologi, obstetri patologi.
Jakarta. EGC
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria NOC. Jakarta. EGC
http://khanzima.wordpress.com/2010/04/11/tbc-pada-ibu-hamil/
http://khanzima.wordpress.com/2010/04/11/tbc-pada-ibu-hamil/http://khanzima.wordpress.com/2010/04/11/tbc-pada-ibu-hamil/