tbm axis 03

51
Berikut ini list ujian tulis buat calon anggota.... ILMU KEDOKTERAN DASAR : 1. Anatomi Dasar • Cardiovascular ... • Respiratory system • Musculoskeletal 2. Fisiologi • Jantung (mis: cara kerja jantung) • Paru-paru (mis: mekanisme pernapasan) • Homeostasis 3. Patofisiologi • Jenis-jenis fraktur & dislokasi • Jenis-jenis luka PENGETAHUAN DASAR TBM 1. Sejarah PTBMMKI 2. Sejarah TBM Axis 3. Divisi-divisi di TBM Axis 4. anggota PTBMMKI (di masing" wilayah pembagian) bwt list fisiologi jgn cm pelajari yg contoh misalnya di atas, akan lebih baik jika kaliant pelajari keseluruhan yang penting"x.. Tujuan PTBMMKI PTBMMKI sebagai wadah koordinasi antar Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran se- Indonesia bertujuan dalam hal : 1. Bantuan penanganan kesehatan kepada masyarakat dalam menanggulangi bencana dan kecelakaan pra rumah sakit 2. Pengabdian kepada masyarakat dalam ruang lingkup yaitu memberikan penyuluhan kesehatan dan bantuan kesehatan kepada masyarakat terutama yang berkaitan dengan kegawatdaruratan medis. 3. Penyaluran dan pengembangan minat mahasiswa kedokteran Indonesia dalam bidang ilmu penunjang pemberian bantuan kesehatan, kepencintaalaman dan lingkungan hidup dalam semangat persaudaraan. Profil PTBMMKI :

Upload: ihwaan-ukhrawii-alii

Post on 02-Dec-2015

271 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TEERY

TRANSCRIPT

Page 1: TBM AXIS 03

Berikut ini list ujian tulis buat calon anggota....

ILMU KEDOKTERAN DASAR :1. Anatomi Dasar • Cardiovascular... • Respiratory system• Musculoskeletal2. Fisiologi • Jantung (mis: cara kerja jantung)• Paru-paru (mis: mekanisme pernapasan)• Homeostasis3. Patofisiologi • Jenis-jenis fraktur & dislokasi • Jenis-jenis luka

PENGETAHUAN DASAR TBM1. Sejarah PTBMMKI2. Sejarah TBM Axis3. Divisi-divisi di TBM Axis4. anggota PTBMMKI (di masing" wilayah pembagian)

bwt list fisiologi jgn cm pelajari yg contoh misalnya di atas,akan lebih baik jika kaliant pelajari keseluruhan yang penting"x..

Tujuan PTBMMKI

PTBMMKI sebagai wadah koordinasi antar Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran se- Indonesia bertujuan dalam hal :

1. Bantuan penanganan kesehatan kepada masyarakat dalam menanggulangi bencana dan kecelakaan pra rumah sakit

2. Pengabdian kepada masyarakat dalam ruang lingkup yaitu memberikan penyuluhan kesehatan dan bantuan kesehatan kepada masyarakat terutama yang berkaitan dengan kegawatdaruratan medis.

3. Penyaluran dan pengembangan minat mahasiswa kedokteran Indonesia dalam bidang ilmu penunjang pemberian bantuan kesehatan, kepencintaalaman dan lingkungan hidup dalam semangat persaudaraan.

 

Profil PTBMMKI :

Perhimpunan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia (PTBMMKI) adalah suatu organisasi mahasiswa berbentuk perhimpunan yang anggotanya terdiri atas organisasi atau unit aktivitas mahasiswa Tim Bantuan medis di seluruh Fakultas Kedokteran yang ada di Indonesia, yang mana organisasi ini bergerak di bidang kegawat daruratan medis serta kegiatan kemanusian. Tujuan organisasi ini didirikan adalah menghimpun seluruh potensi dan kekuatan

Page 2: TBM AXIS 03

Tim Bantuan Medis di daerah-daerah dan sebagai wadah koordinasi dalam hal penanganan bencana, pengabdian masyarakat, minat dan bakat di bidang gawat darurat dan pecinta alam.

Organisasi yang didirikan pada tanggal 26 November 1996 di Padang ini, telah memasuki usianya yang ke dua belas pada tahun ini. Hal ini menandakan bahwa PTBMMKI bukan lagi ibarat bayi yang baru belajar berdiri tetapi merupakan sebuah organisasi yang siap berjalan tegak menyongsong kedewasaanya. Sebuah ironi kehidupan yang tidak dapat dipungkiri bahwa semakin lanjut usia sebuah organisasi maka semakin berat pula tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Demikian pula dengan PTBMMKI yang sekarang masih jauh dari harapan kita bersama.

PTBMMKI berperan sebagai mobilisator dan alokator TBM sebagai sumber potensi Sumber Daya Manusia dalam pengabdiannya pada masyarakat, baik berupa bantuan kesehatan dan bantuan sosial serta dalam penanggulangan bencana.

Bout dimas,,,,,,,,,,,,,

Penanggulangan bencana adalah proses dinamis terencana, terorganisir dan berlanjut untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan pengamatan dan analisa bahaya serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, restorasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan.

Kegiatan yang dapat dilakukan oleh PTBMMMKI atau perwakilan TBM yang berada di daerah bencana yaitu sebelum bencana dapat membuat peta rawan bencana, melakukan pendidikan dan pelatihan penanganan bencana, menyusun prosedur tetap penanggulangan bencana sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah, serta menyusun anggaran penangan bencana.

Pada saat bencana dapat mengadakan rapat koordinasi dan konsultasi dengan SATKORLAK PB, mengirimkan Tim Reaksi Cepat (TRC) dan memberikan bantuan di bidang medis dan sosial, berupa pertolongan medis, obat-obatan dan penyuluhan memotivasi kepada masyarakat yang terkena bencana.

 

ANGGOTA PTBMMKI

 

WILAYAH I (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan)

1. TBM FK Universitas Sumatera Utara Medan

2. TBM FK Universitas Islam Sumatera Utara Medan

3. TBM Hippocrates Emergency Team FK Universitas Andalas Padang

Page 3: TBM AXIS 03

4. TBM LAMDA Universitas Batam

5. TBM FK UMSU

6. TBM Emergency Rescue Team FK Universitas Sriwijaya Palembang

7. TBM FK Universitas Baiturrahmah Padang

8. TBM FK Universitas Riau

9. PMPATD Pakis Rescue Team Universitas Lampung

10. TBM Coronarius Universitas Malahayati

11. TBM ASET FK Universitas Jambi

 

 

 

WILAYAH II (Jawa Barat dan DKI Jakarta)

1. Trisakti FK UniversitasTrisakti Jakarta

2. TBM Pecinta Alam dan Kelestariannya Medical FK Univ. Tarumanegara Jakarta

3. UIN SYAHID MEDICAL RESCUE

4. CHRESTOTES FK UPH

5. TBM GALENUS SEMA FK U.K. Maranatha Bandung

6. KorpsBantuanKesehatan FK Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

7. TBM MEDISAR FK Universitas Katholik Atmajaya Jakarta

8. TBM MERIDIEN PSPD FKK UMJ

9. TBM UNISBA

10. TBM UNJANI

11. TBM UMS

Page 4: TBM AXIS 03

12. TBM UNIMUS

13. TBM SM IKM FK UI Jakarta

14. TBM Atlas Medical Pioneer FK Universitas Padjajaran Bandung

15. TBM FK Universitas YARSI Jakarta

 

WILAYAH III (Semarang, Solo, DI Yogyakarta)

1. TBM MAPADOKS FK Universitas Islam Sultan Agung Semarang

2. TBM Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam VAGUS FK Univ. Sebelas Maret Solo

3. TBM PANACEA FK Universitas Gajah Mada DI Yogyakarta

4. TBM ALERT FK UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta

5. TBM Maladica FK UniversitasDiponegoro Semarang

6. TBM FK Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

7. TBM OSIPITAL FK UNSOED

 

 

WILAYAH IV (Surabaya, Malang, Jember, Bali)

1. TBM KPLA FK Universitas Airlangga Surabaya

2. TBMM Nurul Qolbi FK Universitas Muhammadiyah Malang Malang

3. TBM VERTEX FK Universitas Jember Jember

4. TBM JanarDutha FK UniversitasUdayana Denpasar

5. TBM LAKESMA FK UniversitasBrawijaya Malang

6. TBM SPINE UWK

7. TBM FK HANG TUAH

Page 5: TBM AXIS 03

8. TBM UNIZAR MATARAM5.

 

 

WILAYAH V (Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan)

1. TBM Calcaneus FK Universitas Hasanuddin Makassar

2. TBM 110 FK Universitas Muslim Indonesia Makassar

3. TBM AZYGOS FK UniversitasMulawarman Kalimantan Timur

4. TBM Calamus Scriptorius FK Univ. Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan

5. TBM AXIS FKIK UNTAD

6. TBM BUMI GORA FK UNRAM

7. TBM KHATULISTIWA Univ. Tanjung Pura

8. TBM ISCHIADICUS

TATA TERTIB UJIAN TULIS CALON ANGGOTA TBM AXIS ANGKATAN III1. Setiap peserta wajib tepat waktu (toleransi keterlambatan selama 5 menit)2. Setiap peserta wajib mengenakan pakaian kuliah (dilarang yang berbahan jeans)3. Setiap peserta wajib membawa alat tulis dan papan pengalas (tidak diperkenankan meminjam saat ujian sedang berlangsung)... 4. Setiap peserta diwajibkan mengenakan nametag yang berisi nama dan nomor peserta (nomor peserta akan diumumkan pada mading pengumuman hari Jumat sore atau dapat dilihat pada grup TBM Diklatsar pada facebook)5. Pelanggaran terhadap aturan no 1-4 akan mendapatkan sanksi berupa diskualifikasi dari ujian tulis.6. Setiap peserta tidak diperkenankan membuat keributan atau mengganggu peserta ujian lainnya.7. Apabila peserta membuat keributan atau mengganggu peserta ujian lainnya maka :1. Teguran pertama2. Teguran kedua disertai pengurangan poin sebanyak 10 poin3. Teguran ketiga dan dikeluarkan dari ruangan

Page 6: TBM AXIS 03

Assalamualaikum..Salam AXISdsampaikan kepada calon anggota TBM AXIS angk. III bhwa ujian tulis bsok di undur hngga sabtu depan 7 APRIL 2012. Dkarenakan kendala ujian blok dan teknis ujian.. AXIS for EXISTEXIST with AXIS..

Assalamualaikum..Salam AXIS....Dsampaikan kepada seluruh calon anggota TBM AXIS, bahwa plksanaan ujian akan dlaksanakan pada hari Minggu, 8 April 2012 pkul 09.00-selesai. Brtempat di lantai 3 RSP dan mohon utk menaati segala aturan yg telah ditetapkan.. Mohon maaf atas keterlambatan ini...For humanity, Glory for AXIS...

tolong pelajari baik" profil PTBMMKI dan TBM AXIS yaa..b'hhubung soalx esay untuk ujian profil tersebut..tenaang aja untuk profil PTBMMKIx bukan yanng pnjg" jawaban soalx ko' (yang jelas bukan latar belakangnya mu di taxkan..),khusus bwt profil TBMx tolong di ingat nama" pengurus dan sebagaix..

Profil TBM AXIS

 

 

 

LATAR BELAKANG

TBM Axis PSPD FKIK Untad

...

Page 7: TBM AXIS 03

Didirikan : 10 Januari 2010 di Gedung Olah Seni Taman Budaya Sulawesi Tengah Sifat : Organisasi profesi yang bersifat social dan kemanusiaan Status : Organisasi semi otonom yang dinaungi HMPD FKIK Untad

 

Visi TBM Axis PSPD FKIK Untad

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang adil dan merata dalam upaya pembangunan utamanya dalam hal kegawatdaruratan medis.

 

Misi TBM Axis PSPD FKIK Untad

Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Memberikan bantuan medis kepada masyarakat dalam menanggulangi bencana dan

kecelakaan pra rumah sakit. Penyaluran dan pengaplikasian minat  dan bakat mahasiswa dalam bidang ilmu

penunjang pemberian bantuan kesehatan serta kepencintaalaman dan lingkungan hidup. Berperan aktif dalam menopang pembangunan kesehatan nasional.

 

 

KETUA-KETUA TBM

 

 

 

 

DEWAN PENASEHAT

 

Page 8: TBM AXIS 03

 

 

 

 

 

KETUA, SEKRETARIS, BENDAHARA, & KETUA-KETUA DIVISI TBM AXIS 2012/2013

 

 

Page 9: TBM AXIS 03

 

 

Dari kiri ke kanan:

Ketua Bidang Kesekretariatan Ketua Bidang Pendidikan, penalaran dan pelatihan Ketua Bidang Humas Ketua Bidang Dana dan Usaha Ketua Bidang Kepencintaalaman dan lingkungan hidup Ketua Bidang Operasional Bantuan Medis Bendahara TBM AXIS Sekretaris TBM AXIS Ketua TBM AXIS

dan ini masukan dari dewan pembina TBM AXIS setelah kami mengkonsultasikan soal yang telaah kami bwt,beliau berkata alangkah baiknya jika calon anggota jg mengetahui masalah" yang sering ditemukan di lapangan..maka dengan memohon maaf yg sebesar"x kami dari div. diklat menambahkan 1, 2 atau 3 soal dari masing" topik yang ada di bawah ini...

1. kode warna international “TRIASE”... 2. asma3. shock4. dermatitis5. dyspepsia6. diare7. hipoglikemia8. epistaksis9. histeria

sekedar bocoran sdkit,soal dari topik penyakit" di atas yang kami angkat adalah seputaran definisi, etiologi (penyebab), manifestasi klinis (gambaran tanda & gejala), maupun penangananx (medikamentosa/terapi obat)...referensi yg dapat kalian gunakan yaitu internet maupun buku kapita selekta kedokteran (Mansjoer, A, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi Ketiga. Media Aesculapius FKUI. Jakarta)

selamat belajar yaa..semoga sukses dan semuax bisa lulus..agar kita semua dapat jadi satu keluarga besar di TBM AXIS di akhir nanti..amiien amiien amieen ya rabbaal alamiin..:)

DAFTAR NOMOR PESERTA

CALON ANGGOTA TBM AXIS ANGKATAN III

No

Page 10: TBM AXIS 03

Nama Peserta

No. Peserta

1

FARAMITA NURANI

C.AXIS.III.10.001

2

MAULIDA ARINI

C.AXIS.III.11.002

3

NURJAYA MARTASARI

C.AXIS.III.09.003

4

DEWI LARASARI

C.AXIS.III.09.004

5

ABD. HALIM MUSAHIB

C.AXIS.III.09.005

6

BULAN PUTRI PERTIWI

C.AXIS.III.11.006

7

RISNASARI

C.AXIS.III.11.007

Page 11: TBM AXIS 03

8

IKA RAHMA WIDYANTI

C.AXIS.III.11.008

9

UYUN NUSYUR SUDARMAN

C.AXIS.III.11.009

10

FADJRIANSYAH WAHID

C.AXIS.III.11.010

11

INCE RIZKI AMALIA

C.AXIS.III.10.011

12

HARDIYANTI ASRANI

C.AXIS.III.10.012

13

AMELIA ANGELIN LIGIANTO

C.AXIS.III.10.013

14

YUDA THESI L.G

C.AXIS.III.10.014

15

CATHERINE SHINTA T

Page 12: TBM AXIS 03

C.AXIS.III.10.015

16

NURAFNI OKTAVIA

C.AXIS.III.10.016

17

EGI NOVITA NINGRUM

C.AXIS.III.11.017

18

LYA ANGRAENI RUSDIN

C.AXIS.III.11.018

19

INDAH PURNAMASARI

C.AXIS.III.11.019

20

NURLAILA ASMAN

C.AXIS.III.11.020

21

NURUL SYAFITRAH

C.AXIS.III.11.021

22

SITI INNAS STASSIA

C.AXIS.III.11.022

23

Page 13: TBM AXIS 03

RENI ARIANI PAWAN

C.AXIS.III.10.023

24

SYAHRIANA PRATIWI

C.AXIS.III.11.024

25

KADEK AGUS ARSANA

C.AXIS.III.10.025

26

MITRAS. C. LABIRO

C.AXIS.III.11.026

27

RESKA PERDANA

C.AXIS.III.11.027

28

MAYA RISKA

C.AXIS.III.11.028

29

ANGRIANA H. HIMRAN

C.AXIS.III.11.029

30

KARIN KURNIATI NURFATIMAH

C.AXIS.III.11.030

Page 14: TBM AXIS 03

31

LINDA MUTIAH

C.AXIS.III.11.031

32

AMELIA TIRO

C.AXIS.III.11.032

33

ANGGUN WIWI SULISTIN

C.AXIS.III.11.033

34

NURUL AULIA ABDULLAH

C.AXIS.III.11.034

35

FANDHY P. ANDILOLO

C.AXIS.III.11.035

36

EILEEN EUIDES

C.AXIS.III.11.036

37

ITA INDAH

C.AXIS.III.11.037

38

KEVYN RENALDY

Page 15: TBM AXIS 03

C.AXIS.III.11.038

39

ARDANA INDRAWAN

C.AXIS.III.11.039

40

ERICH YONALIANTO

C.AXIS.III.09.040

41

PUTU WAHYU ADI

C.AXIS.III.11.041

42

GEDE ADITYA

C.AXIS.III.11.042

43

RIZKY NALDI

C.AXIS.III.11.043

44

RISQA RASMAN

C.AXIS.III.11.044

45

SITI CHAIRUNNISA

C.AXIS.III.11.045

46

Page 16: TBM AXIS 03

MUTIA NUR RAHMI

C.AXIS.III.11.046

47

FINA OKTAVIANA

C.AXIS.III.11.047

48

LIDYA ARIASTUTI

C.AXIS.III.11.048

49

SULISTYAWATI

C.AXIS.III.10.049

50

RIRIS SUTRISNO

C.AXIS.III.11.050

51

AGUNG JAYA NUGROHO

C.AXIS.III.11.051

52

MARHAMA

C.AXIS.III.11.052

53

RICKA FAUZIA

C.AXIS.III.11.053

Page 17: TBM AXIS 03

54

JEINUN GEMINI JAMADI

C.AXIS.III.11.054

55

ANDI NUR ARDIAH

C.AXIS.III.11.055

56

NURMANSYAH

C.AXIS.III.11.056

57

HANRY P. BASO MANGEDONG

C.AXIS.III.11.057

58

ADITYA FEBRIANSYAH

C.AXIS.III.11.058

59

ALFREDO ROCKY

C.AXIS.III.11.059

60

DAVID M TODING

C.AXIS.III.11.060

61

IHWAN UKHRAWI ALY

Page 18: TBM AXIS 03

C.AXIS.III.11.061

62

MUH. REZAH RAHIM

C.AXIS.III.10.062

Page 19: TBM AXIS 03

refleksi tentang triage (baca : triase)Posted on 6 October 2011

1 Vote

Akhir pekan a diminta untuk refleksi tentang emergency saat conference morning di IGD. Bingung juga nie mau nyampaikan apa, karena yang disampaikan bukan materi melainkan sebuah refleksi yang evidence based practice setelah seminggu training di IGD. Pesertanya adalah perawat yang dinas malam n pagi termasuk koordinator, kepala ruangan dan ketua tim.

So, a coba terus memutar otak, mencari referensi dan inspirasi (agak-alay.com )  

Akhirnya inspirasi kudapat, referensi pun terkumpul. Tentang triage lah ntar yang a mau sampaikan. Mohon masukannya ya sebelum a sampaikan besok sabtu. Berikut ini draftnya yang a sarikan dari blogny puskesmas-oke   dan webnya  Divisi manajemen bencana PMPK FK UGM serta ditambah dari pengetahuan n pengalaman yang a dapat selama ini.

Dari blognya puskesmas oke kudapatkan bahwa Triage berasal dari kata Perancis “ Trier “ yaitu membagi dalam 3 group. Di kembangkan di medan pertempuran juga konsep ini digunakan bila terjadi bencana. Dilaksanakan di ruang gawat darurat dari 1950 / 1960 karena 2 alasan yaitu meningkatkan kunjungan dan meningkatkan penggunaan untuk non urgen. 

Untuk selanjutnya berikut ini lanjutan tulisannya bang Erfandi  yang ditampilkan di blog puskesmas-oke

Triage adalah suatu proses yang mana pasien digolongkan menurut tipe dan tingkat kegawatan kondisinya

Hal itu diatur untuk mendapatkan :- Pasien yang benar ke ….- Tempat yang benar pada ….

Page 20: TBM AXIS 03

- Waktu yang benar dengan ….- Tersedianya perawatan yang benar ….

> SISTEM TRIAGENon Disaster :Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap individu pasienDisaster :Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk pasien dalam jumlah banyak

>TYPE-TYPE TRIAGE DI RUMAH SAKITType 1 : Traffic Director or Non Nurse- Hampir sebagian besar berdasarkan system triage- Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah- Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa sakitnya- Tidak ada dokumentasi- Tidak menggunakan protocol

Type 2 : Cek Triage Cepat- Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat beregristrasi atau dokter- Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama- Evaluasi terbatas- Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera mendapat perawatan pertama

Type 3 : Comprehensive Triage- Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan berpengalaman- 4 sampai 5 sistem kategori- Sesuai protokol

Page 21: TBM AXIS 03

> KONSEP TRIAGETujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawaTujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien menurut ke akutannyaPengkategorian mungkin ditentukan sewaktu-waktuJika ragu, pilih prioritas yang lebih tinggi untuk menghindari penurunan triage

Klasifikasi TriageKlasifikasi berdasarkan pada :- pengetahuan- data yang tersedia- situasi yang berlangsung

Sistem KlasifikasiSistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun klasifikasinya sebagai berikut :Prioritas 1 atau EmergensiPasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi segera- Pasien dibawa ke ruang resusitasi- Waktu tunggu 0 (Nol)Prioritas 2 atau Urgent- Pasien dengan penyakit yang akut- Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki- Waktu tunggu 30 menit- Area Critical carePrioritas 3 atau Non Urgent- pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal- luka lama- kondisi yang timbul sudah lama- area ambulatory / ruang P3Prioritas 0 atau 4 Kasus kematian- tidak ada respon pada segala rangsangan- tidak ada respirasi spontan- tidak ada bukti aktivitas jantung- hilangnya respon pupil terhadap cahaya

3 (tiga) Kategori Sistem Triage :Format asli dari triage adalah :- Prioritas tertinggi- Prioritas kedua- Prioritas terendah

4 (empat) Kategori Sistem Triage :- Prioritas tertinggiSegera, klas 1, berat, emergency- Prioritas tinggi

Page 22: TBM AXIS 03

Sekunder, klas 2, sedang dan urgent- Prioritas rendahDapat ditunda, klas 3, ringan, non urgent- MeninggalMungkin meninggal, klas 4, klas 0

Kode Warna International Dalam Triage :Warna HITAM : Priority 0 (DEAD)Warna MERAH : Priority 1Warna JINGGA : Priority 2Warna HIJAU : Priority 3

> KLASIFIKASI TRIAGE DALAM GAMBARAN KASUSPrioritas 1 – Kasus Berat- Perdarahan berat- Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla- Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat- Fraktur terbuka dan fraktur compound- Luka bakar > 30 % / Extensive Burn- Shock tipe apapun

Prioritas 2 – Kasus Sedang- Trauma thorax non asfiksia- Fraktur tertutup pada tulang panjang- Luka bakar terbatas ( <>- Cedera pada bagian / jaringan lunak

Prioritas 3 – Kasus Ringan- Minor injuries- Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan

Prioritas 0 – Kasus Meninggal- Tidak ada respon pada semua rangsangan- Tidak ada respirasi spontan- Tidak ada bukti aktivitas jantung- Tidak ada respon pupil terhadap cahaya

Diatas itulah tulisan bang Efendi sedangkan berikut ini adalah draft SOP IGD tentang triage saat bencana yang ditulis oleh vanta dan ditampilkan di web Divisi manajemen bencana PMPK FK UGM.

Page 23: TBM AXIS 03

TINDAKAN TRIASE SAAT KEADAAN BENCANA

PENGERTIAN:Triase (Triage) adalah Tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia.TUJUAN:Tujuan triase pada musibah massal adalah bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin.KEBIJAKAN:1. Memilah korban berdasar:a. Beratnya ciderab. Besarnya kemungkinan untuk hidupc. Fasilitas yang ada / kemungkinan keberhasilan tindakan2. Triase tidak disertai tindakan3. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan harus dilakukan sesegera mungkin.PROSEDUR:1. Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD.2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya. Oleh paramedis yang terlatih / dokter.3. Namun bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna :

Segera- Immediate (I)- MERAH. Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya : Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal vasa besar dsb.

Tunda-Delayed (II)-KUNING. Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas=”" permukaan=”" tubuh=”" dsb=”" br=”">

Minimal (III)-HIJAU. Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.

Expextant (0)-HITAM. Pasien menglami cedera mematikan dan akan meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.

5. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah, kuning, hijau, hitam.6. Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang tindakan IGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.7. Penderita/korban dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.8. Penderita/korban dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah

Page 24: TBM AXIS 03

memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.9. Penderita/korban kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.

http://enkripsi.wordpress.com/2011/10/06/refleksi-tentang-triage-baca-triase/

PRINSIP PENANGGULANGAN BENCANAJul 28

Kali ini,,aq mau share bahan kuliah “Nursing Disaster”..nih bahanQ ngajar di AKPER PemKab Tapteng..

Sekedar buat nambah koleksiQ di blog and info tuk para mahasiswa keperawatan di kawasan dunia maya…

check it out^^

Defenisi

Penanggulangan bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanganan bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang mencakup pencegahan, pengurangan (mitigasi), kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan.

Tujuan

Page 25: TBM AXIS 03

Melindungi masyarakat dari bencana alam dan melindungi dari dampak yang ditimbulkannya

Prinsip-Prinsip Penanggulangan Bencana (UU No.24 tahun 2007:

Cepat dan tepat Prioritas Koordinasi dan keterpaduan Berdaya guna dan berhasil guna Transparansi dan akuntabilitas Kemitraan Pemberdayaan Nondiskriminatif Nonproletisi

Tahapan Penanggulangan Bencana

Tahap Pencegahan & Mitigasi Tahap Kesiapsiagaan Tahap Tanggap Darurat Tahap Pasca Darurat

Pencegahan

Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi  ancaman.

Contoh:

Pembuatan hujan buatan untuk mencegah terjadinya kekeringan di suatu wilayah Melarang atau menghentikan penebangan hutan Menanam tanaman bahan pangan pokok alternatif Menanam pepohonan di lereng gunung

MitigasiMitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau meredam risiko.

Contoh :

Membuat bendungan, tanggul, kanal untuk mengendalikan banjir; pembangunan tanggul sungai dan lainnya

Penetapan dan pelaksanaan peraturan, sanksi; pemberian penghargaan mengenai penggunaan lahan, tempat membangun rumah, aturan bangunan

Penyediaan informasi, penyuluhan, pelatihan, penyusunan kurikulum pendidikan penanggulangan bencana

Kesiapsiagaan

Page 26: TBM AXIS 03

Kesiapsiagaan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi bencana

Contoh tindakan kesiapsiagaan:

Pembuatan sistem peringatan dini Membuat sistem pemantauan ancaman Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman Pembuatan rencana evakuasi Membuat tempat dan sarana evakuasi Penyusunan rencana darurat, rencana siaga Pelatihan, gladi dan simulasi atau ujicoba Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini

Tanggap daruratTanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera setelah bencana terjadi untuk mengurangi dampak bencana, seperti penyelamatan jiwa dan harta benda.

Contoh tindakan tanggap darurat:

Evakuasi Pencarian dan penyelamatan Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD) Pengkajian cepat kerusakan dan kebutuhan Penyediaan kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan, sandang, papan, kesehatan,

konseling Pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi, transportasi, listrik, pasokan air untuk

mendukung kelancaran kegiatan tanggap darurat

Tahapan Pasca DaruratTahap rehabilitatif (pemulihan)

Contoh :

Memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan, kejiwaan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, prasarana transportasi, penyusunan kebijakan dan pembaharuan struktur penanggulangan bencana di pemerintahan.

Tahap rekonstruksi (pembangunan berkelanjutan)Contoh :

Membangun prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, pembaharuan rencana tata ruang wilayah, sistem pemerintahan dan lainnya yang memperhitungkan faktor risiko bencana.

Page 27: TBM AXIS 03

Defenisi Sistem TriaseTriase merupakan kegiatan pemilahan korban-korban menurut kondisinya dalam kelompok untuk mengutamakan perawatan bagi yang paling membutuhkan.

Defenisi lain

Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan klinis segera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan).

Tindakan ini berdasarkan Prioritas ABCDE yang merupakan proses yang sinambung sepanjang pengelolaan gawat darurat medik.

Tag TriaseTag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap korban. Triase dan pengelompokan berdasarkan Tagging

Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi. Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan penilaian cepat serta

tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup (misal : gagal nafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).

Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan, namun dengan cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan yang luas (misal : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher tidak berat, serta luka bakar ringan).

Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien dengan cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang berkala (cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat darurat psikologis).

Prioritas Keempat (Biru): Kelompok korban dengan cedera atau penyakit kritis dan berpotensi fatal yang berarti tidak memerlukan tindakan dan transportasi

Metode Triase

Sistem METTAG (Triage tagging system) Sistem Triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation). Sistem Kombinasi METTAG dan START Triase Sistim METTAG

Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritasikan tindakan atas korban. Resusitasi ditempat.

Triase Sistem Penuntun Lapangan START

Page 28: TBM AXIS 03

Berupa penilaian pasien 60 detik dengan mengamati ventilasi, perfusi, dan status mental (RPM : R= status Respirasi ; P = status Perfusi ; M = status Mental) untuk memastikan kelompok korban (lazimnya juga dengan tagging) yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan atau mati. Ini memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport segera. Resusitasi diambulans.

Triase Sistem Kombinasi METTAG dan START

Sistem METTAG atau sistem tagging dengan kode warna yang sejenis bisa digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START.Resusitasi di ambulans atau di Area Tindakan Utama sesuai keadaan.

Jenis2 bencana/ancaman

Gempa bumi Tsunami Banjir Gunung meletus Longsor Kekeringan Kebakaran hutan dan gedung Cuaca ekstrim Teroris

Organisasi terhadap Sistem Pertolongan Bencana (dahulu)

Di tingkat nasional ada Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana(Bakornas PB) sebagai lembaga antar kementerian yang bertugas mengkoordinir seluruh kegiatan penanggulangan bencana.

SATKORLAK PB (Satuan Koordinasi Pelaksana PB) di tingkat propinsi merupakan lembaga antar dinas propinsi yang mengkoordinir kegiatan PB.

SATLAK PB (Satuan Pelaksana PB) pada tingkat kabupaten; SATGAS (Satuan Tugas) pada tingkat kecamatan LINMAS (Perlindungan Masyarakat) pada tingkat desa. Organisasi PB menurut UU No. 24 Tahun 2007 (sekarang) Pada tingkat nasional, dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang setingkat

dengan menteri. Untuk daerah, dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) baik ditingkatan

propinsi maupun kabupaten/kota.

Lembaga lain yang berperan penting dalam penanggulangan bencana di Indonesia adalahLembaga-lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB, misalnya UNICEF, UNESCO, WHO, UNDP, UNHCR, UN-OCHA/UNORC, WFP), LSM lokal dan internasional dan organisasi seperti PMI (Palang Merah Indonesia), Yayasan IDEP, MPBI (Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia), Oxfam,CARE.

SEMOGA BERMANFAAT..

Page 29: TBM AXIS 03

^____^

Source: Berbagai Sumber

Draft SOP IGD There are no translations available.

TINDAKAN TRIASE SAAT KEADAAN BENCANAPENGERTIAN:Triase (Triage) adalah Tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia.

TUJUAN:Tujuan triase pada musibah massal adalah bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin.

KEBIJAKAN:1. Memilah korban berdasar: a. Beratnya cidera b. Besarnya kemungkinan untuk hidup c. Fasilitas yang ada / kemungkinan keberhasilan tindakan2. Triase tidak disertai tindakan3. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan harus dilakukan sesegera mungkin.

PROSEDUR:1. Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD.2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya. Oleh paramedis yang terlatih / dokter.3. Namun bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna :

o Segera- Immediate (I)- MERAH. Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya : Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal vasa besar dsb.

Page 30: TBM AXIS 03

o Tunda-Delayed (II)-KUNING. Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas="" permukaan="" tubuh="" dsb="" br="">

o Minimal (III)-HIJAU. Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.

o Expextant (0)-HITAM. Pasien menglami cedera mematikan dan akan meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.

5. Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah, kuning, hijau, hitam.6. Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang tindakan IGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.7. Penderita/korban dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.8. Penderita/korban dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.9. Penderita/korban kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.

PENGGUNAAN RADIO KOMUNIKASIPENGERTIAN:Alat komunikasi yang digunakan dengan menggunakan gelombang radio dengan frekuensi tertentu yang telah disepakati bersama, untuk hubungan antar rumah sakit.

TUJUAN:Untuk memperlancar jalur komunikasi dalam menyampaikan atau menerima berita, dalam keadaan sehari-hari atau dalam keadaan darurat (bencana/musibah massal).

KEBIJAKAN:1. Radio Komunikasi selalu pada frekuensi 718.2. Radio Medik hanya digunakan untuk menyampaikan / menerima berita yang penting.

PROSEDUR:1. Mengecek kondisi radio medik setiap operan dan melakukan timbang terima mengenai berita yang masuk dan yang keluar.2. Cara menggunakannya :

o Cek frekuensi yang ditujuo Cek power dan radioo Pegang extramix, arahkan pada mulut dengan jarak + 10 cm.o Vokal suara jelas dan singkat (tiap pembicaraan tidak boleh lebih dari 10 kata)

Page 31: TBM AXIS 03

o Bila memanggil, sebut nama yang dituju, baru nama pengirim. Contoh : RS Dr.Soetomo, IGD Sidoarjo memanggil.

o Bila memanggil masih ada pembicaraan di radio, tunggu nada sela, baru memanggil dengan kata ”KONTEK” (2x)

o Bila ada yang mempersilahkan sebut nama atau institusi. Contoh : Ya disini IGD Sidoarjo dengan operator....... Mau menghubungi IGD Dr. Soetomo.

o Tiap pembicaraan (tidak boleh dari 10 kata) diakhiri dengan kata ”GANTI” untuk memberi kesempatan kepada yang dituju untuk menulis pesan dan atau memberikan kesempatan kepada pemanggil untuk masuk karena sifat beritanya lebih penting (gawat).

3. Melakukan absensi tiap hari dengan:

o IGD Dr.Soetomo (07.30)o RSSA Malang (14.30)

4. Setiap kali mengirim / menerima pesan harus ditulis pada buku laporan serta ditandatangani dan nama jelas operator.5. Segera tindak lanjut isi pesan.6. Bila selesai jangan dimatikan tetapi radio harus selalu dalam posisi standby.

PETUGAS:Perawat IGDAMBULANCE

PENGERTIAN:Sarana transportasi untuk mengangkut penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai..

TUJUAN:Untuk memindahkan penderita/korban bencana dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita/korban ke sarana kesehatan yang memadai.

KEBIJAKAN:1. Ambulance digunakan untuk memindahkan korban dari lokasi bencana ke RS atau dari RS yang satu ke RS lain.2. Pada setiap ambulans minimal terdiri dari 2 orang para medik dan satu pengemudi (bila memungkinkan ada 1 orang dokter).

PROSEDUR:Saat di Rumah SakitA. Kru ambulans harus mulai menyiapkan ambulans untuk pengiriman berikutnya.1. Bersihkan dengan cepat ruang pasien dengan menggunakan sarung tangan industri.2. Bersihkan darah, muntahan, dan cairan tubuh lainnya yang mengering di lantai.

Page 32: TBM AXIS 03

3. Seka perlengkapan apapun yang terkena percikan. Masukkan handuk yang digunakan untuk membersihkan darah dan cairan tubuh langsung ke dalam kantung merah.4. Buang sampah-sampah seperti bungkus perban, balut yang sudah dibuka walaupun belum dipakai, dan barang-barang sejenis.5. Kain linen dan selimut besar yang kotor dapat dicuci dan digunakan kembali.6. Gunakan pengharum ruangan untuk menetralisir bau muntah, urin, atau tinja.

B. Siapkan perlengkapan pernafasan.1. Bersihkan dan disinfeksi benda-benda yang tidak sekali pakai (non disposable) dengan cara yang benar, bersihkan pula unit masker bag-valve yang telah digunakan dan alat-alat pembantu pernafasan lain serta alat untuk terapi inhalasi untuk mencegah alat-alat tersebut menjadi tempat perkembangan agen infeksi yang dapat dengan mudah mengkontaminasi pasien berikutnya. Lakukan juga disinfeksi untuk unit suction.2. Letakkan barang-barang sekali pakai yang telah digunakan ke kantung plastik dan bungkus. Ganti barang-barang serupa dengan cadangan yang dibawa dalam ambulans.

C. Ganti barang-barang yang telah digunakan1. Segera ganti barang-barang yang telah terpakai di ambulans dengan barang serupa yang diambil dari ruang logistik rumah sakit berdasarkan prinsip -satu untuk satu - seperti balut steril, perban, handuk, masker oksigen sekali pakai, sarung tangan sekali pakai, air steril, dan airways (alat bantu jalan nafas) oral.2. Tukar barang-barang seperti bidai dan spinal board yang digunakan oleh pasien dengan barang serupa dari ruang logistik rumah sakit.3. Jika perlengkapan memang bisa ditukar, segera periksa kelengkapan dan fungsi perlengkapan dengan cepat. Beberapa bagian biasanya hilang atau rusak, biasanya ketika alat-alat imobilisaasi dilepaskan dari pasien.4. Jika menemukan bahwa ada bagian perlengkapan yang rusak atau tidak lengkap, beritahu otoritas rumah sakit untuk mengetahui apakah alat tersebut dapat diperbaiki atau diganti.

DEKONTAMINASI KORBAN BENCANAPENGERTIAN:Dekontaminasi adalah langkah pertama menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi. Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh staf sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivikasi HBV, HBC dan HIV) dan mengurangi tapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi.

TUJUAN:Sebagai acuan dalam melakukan dekontaminasi saat terjadi bencana.

KEBIJAKAN:1. Dilakukan pada korban masal terutama pd korban yg terkontaminasi bahan kimia.2. Prinsip dekontaminasi di rumah sakit adalah bahwa setiap pasien yang datang dan terpapar bahan

Page 33: TBM AXIS 03

kimia harus didekontaminasi sebelum masuk keruangan yang ada di rumah sakit.3. Dekontaminasi dilakukan di tempat yang telah dipersiapkan, terpisah dan tertutup, tersedia air mengalir dan sebaiknya dekat dengan UGD/IRD .

PROSEDUR:1. Setelah memakai alat proteksi diri petugas medik melakukan dekontaminasi, pastikan korban dalam keadaan stabil atau telah dilakukan stabilisasi fungsi vitalnya.2. Buka seluruh pakaian korban (mengurangi 70-80% kontaminant)3. Cuci dari ujung kepala sampai ujung kaki dalam 1 menit dgn 6 galon air ( 25 ltr air/ 4-5 ember air) dan diperlukan area 22 inches² (66 cm²) per-orang.4. Lakukan dgn cepat pencucian / penyiraman seluruh tubuh korban.5. Gunakan cairan pembersih untuk seluruh tubuh. Cairan baru 0,5 % Sodium hypochlorite (HTH chlorine) efektif utk kontaminant biologi atau kimia.6. Utk kontaminant biologi perlu waktu 10 menit (hal ini sulit utk korban masal).7. Bersihkan kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe).8. Yakinkan korban sudah dicuci dengan bersih, bila perlu periksa dan bersihkan kembali dengan air dari ujung kepala sampai ujung kaki.9. Keringkan tubuh pasien dan ganti/ berikan pakaian kering dan bersih.10. Korban di masukkan ke ruang UGD/ IRD sesuai kriteria triage (dapat dilakukan triage ulang walaupun sudah dilakukan triage di lapangan.11. Penanganan dilakukan berdasarkan skala prioritas kegawat daruratan korban bencana.12. Pelayanan medik yang diberikan sesuai standar kemampuan rumah sakit.

Catatan:1. Pasien bisa yang bisa berjalan sendiri dan gejala jelas segera lakukan dekontaminasi.2. Pasien masih bisa berjalan, tetapi tanpa gejala jelas pindahkan dari area tindakan, pakaian dibuka dan observasi (medical evaluation).3. Pasien tidak bisa bergerak, lakukan evaluasi klinis , berikan prioritas dekontaminasi.

PERMINTAAN / BANTUAN TENAGAPENGERTIAN:Tenaga adalah orang atau petugas baik medis ataupun non medis yang membantu dalam melakukan pertolongan pada para korban bencana.

TUJUAN:Sebagai acuan dalam penambahan jumlah tenaga medis ataupun non medis saat terjadi suatu bencana.

KEBIJAKAN:Penambahan jumlah tenaga medis ataupun nonmedis saat terjadi bencana dapat diperoleh dari internal rumah sakit dan eksetrnal rumah sakit.

PROSEDUR:

Page 34: TBM AXIS 03

1. Dokter jaga IGD sebagai leader saat terjadi bencana menghubungi tim siaga bencana yang saat itu sedang tidak jaga / tidak berada di tempat.2. Dokter jaga IGD beserta tim siaga bencana memprediksi tingkat kegawatan dan jumlah korban.3. Meminta bantuan tenaga yang sedang tidak jaga di rumah sakit dengan menghubungi tiap perorangan lewat telephon.4. Apabila tenaga internal rumah sakit tidak mencukupi/tidak sebanding dengan jumlah korban yang terlalu banyak, maka pihak rumah sakit segera meminta bantuan tenaga dari luar rumah sakit. Segera koordinasikan kebutuhan tersebut kepada Komandan Siaga Bencana serta pihak luar yang dimintai perbantuan.5. Setelah tenaga bantuan telah datang di RS, maka dokter jaga sebagai leader menginformasikan seluruh informasi baik tingkat kegawatan dan jumlah korban kepada tim tersebut dan memberikan instruksi langkah-langkah yang harus dilakukan.

PEMBERIAN TERAPI BAGI KORBAN BENCANA

PENGERTIAN:Terapi adalah tindakan medis yang dilakukan oleh petugas medis kepada korban/penderita sesuai dengan kondisi/keadaan penderita tersebut.

TUJUAN:Meminimalisir luka dan kecacatan serta menyembuhkan penyakit penderita/korban bencana.

KEBIJAKAN:Pemberian terapi bagi korban tanpa membeda-bedakan status sosial,suku/ras, agama dan golongan.

PROSEDUR:Penanganan medis.1. Penanganan korban di RS neliputi tindakan resusitasi sampai dengan tindakan definitif.2. Sistim pelimpahan wewenang berlaku dengan pengawasan dan tanggung jawab Tim Penanggulangan Bencana.3. Perkiraan jumlah korban yang akan dirawat adalah berdasar pada jumlah korban yang pernah dirawat pada bencana terdahulu, atau berdasar pada skenario terburuk, dan dengan mempertimbangkan jumlah korban berdasarkan intensitas perawatan yang diperlukan.4. Tehnis penanganan korban dilakukan sesuai dengan Standar Pelayanan Medis yang dibuat oleh Staf Medik Fungsional ( SMF ).

TRANSPORTASI PASIEN / HELPER SAAT KEADAAN BENCANAPENGERTIAN:Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit. Serangkaian tugas harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam ambulans hingga diambil alih oleh pihak rumah sakit.

TUJUAN:

Page 35: TBM AXIS 03

Memindahkan penderita/korban bencana dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita/korban ke sarana kesehatan yang memadai.

KEBIJAKAN:Sarana transportasi terdiri dari:1. Kendaraan pengangkut (ambulance)2. Peralatan medis dan non medis.3. Petugas (medis/paramedis)4. Obat-obatan life saving dan life support.

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk transportasi penderita/korban bencana adalah:a. Sebelum Diangkat 1.Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi. 2.Perdarahan telah dihentikan 3.Luka-luka telah ditutup 4.Patah tulang telah difiksasib. Selama perjalanan harus dimonitor 1.Kesadaran 2.Pernafasan 3.Tekanan Darah 4.Denyut nadi 5.Keadaan luka

PROSEDUR:Memindahkan pasien ke ambulans1. Pada saat ambulans datang anda harus mampu menjangkau pasien sakit atau cedera tanpa kesulitan, memeriksa kondisinya, melakukan prosedur penanganan emergensi di tempat dia terbaring, dan kemudian memindahannya ke ambulans.2. Pada beberapa kasus tertentu, misalnya pada keadaan lokasi yang berbahaya atau pasien yang memerlukan prioritas tinggi maka proses pemindahan pasien harus didahulukan sebelum menyelesaikan proses pemeriksaan dan penanganan emergensi diselesaikan.3. Jika dicurigai adanya cedera spinal, kepala harus distabilkan secara manual dan penyangga leher (cervical collar) harus dipasang dan pasien harus diimobilisasi di atas spinal board.4. Pemindahan pasien ke ambulans dilakukan dalam 4 tahap berikut

o Pemilihan alat yang digunakan untuk mengusung pasien.o Stabilisasi pasien untuk dipindahkano Memindahan pasien ke ambulanso Memasukkan pasien ke dalam ambulans

5. Pasien sakit atau cedera harus distabilkan agar kondisinya tidak memburuk.6. Perawatan luka dan cedera lain yang diperlukan harus segera diselesaikan, benda yang menusuk

Page 36: TBM AXIS 03

harus difiksasi, dan seluruh balut serta bidai harus diperiksa sebelum pasien diletakkan di alat pengangkut pasien.7. Jangan menghabiskan banyak waktu untuk merawat pasien dengan cedera yang sangat buruk atau korban yang telah meninggal. Pada prinsipnya, kapanpun seorang pasien dikategorikan dalam prioritas tinggi, segera transpor dengan cepat.8. Penyelimutan pasien membantu menjaga suhu tubuh, mencegah paparan cuaca, dan menjaga privasi.9. Alat angkut (carrying device) pasien harus memiliki tiga tali pengikat untuk menjaga posisi pasien tetap aman. Yang pertama diletakkan setinggi dada, yang kedua setinggi pinggang atau panggul, dan yang ketiga setinggi tungkai. Kadang-kadang digunakan empat tali pengikat di mana dua tali disilangkan di dada.10. Jika penderita/korban tidak mungkin diangkut dengan tandu misalnya pada penggunaan spinalboard dan hanya bisa diletakkan di atas tandu/usungan ambulans (ambulance stretcher),maka disyaratkan untuk menggunakan tali kekang yang dapat mencegah pasien tergelincir ke depan jika ambulans berhenti mendadak.

Mempersiapkan Pasien untuk Transportasi1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat bantu jalan nafas (airway), pastikan bahwa pasien mendapat pertukaran aliran yang cukup saat diletakkan di atas usungan.2. Amankan posisi tandu di dalam ambulans. Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI aman selama perjalanan ke rumah sakit. Tandu pasien dilengkapi dengan alat pengunci yang mencegah roda usungan brgerak saat ambulans tengah melaju.3. Posisikan dan amankan pasien. Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat ke usungan. Perubahan posisi di dalam ambulans dapat dilakukan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi penyakit atau cederanya. Pada pasien tak sadar yang tidak memiliki potensi cedera spinal, ubah posisi ke posisi recovery (miring ke sisi) untuk menjaga terbukanya jalan nafas dan drainage cairan. Pada pasien dengan kesulitan bernafas dan tidak ada kemungkinan cedera spinal akan lebih nyaman bila ditransport dengan posisi duduk. Pasien syok dapat ditransport dengan tungkai dinaikkan 8-12 inci. Pasien dengan potensi cedera spinal harus tetap diimobilasasi dengan spinal board dan posisi pasien harus diikat erat ke usungan.4. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat keamanan digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan aman tetapi tidak terlalu ketat yang dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi atau bahkan menyebabkan nyeri.5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans dijalankan. Ini dilakukan agar tidak perlu membuang banyak waktu untuk meletakkan dan memposisikan papan seandainya jika benar terjadi henti jantung.6. Melonggarkan pakaian yang ketat. Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi dan pernafasan. Longgarkan dasi dan sabuk serta buka semua pakaian yang menutupi leher. Luruskan pakaian yang tertekuk di bawah tali ikat pengaman. Tapi sebelum melakukan tindakan apapun, jelaskan dahulu apa

Page 37: TBM AXIS 03

yang akan Anda lakukan dan alasannya, termasuk memperbaiki pakaian pasien.7. Periksa perbannya. Perban yang telah di pasang dengan baik pun dapat menjadi longgar ketika pasien dipindahkan ke ambulans. Periksa setiap perban untuk memastikan keamanannya. Jangan menarik perban yang longgar dengan enteng. Perdarahan hebat dapat terjadi ketika tekanan perban dicabut secara tiba-tiba.8. Periksa bidainya. Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur selama pemindahan ke ambulans. Periksa perban atau kain mitella yang menjaga bidai kayu tetap pada tempatnya. Periksa alat-alat traksi untuk memastikan bahwa traksi yang benar masih tetap terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai perihal denyut nadi bagian distal, fungsi motorik, dan sensasinya.9. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Bila tidak ada cara lain bagi keluarga dan teman pasien untuk bisa pergi ke rumah sakit,biarkan mereka menumpang di ruang pengemudi-bukan di ruang pasien- karena dapat mempengaruhi proses perawatan pasien. Pastikan mereka mengunci sabuk pengamannya.10. Naikkan barang-barang pribadi. Jika dompet, koper, tas, atau barang pribadi pasien lainnya dibawa serta, pastikan barang tersebut aman di dalam ambulans. Jika barang pasien telah Anda bawa, pastikan Anda telah memberi tahu polisi apa saja yang dibawa. Ikuti polisi dan isilah berkas-berkas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.11. Tenangkan pasien. Kecemasan dan kegelisahan seringkali menerpa pasien ketika dinaikkan ke ambulans. Ucapkan beberapa patah kata dan tenangkan pasien dengan cara yang simpatik. Perlu diingat bahwa mainan seperti boneka beruang dapat berarti banyak untuk menenangkan pasien anak yang ketakutan. Senyum dan nada suara yang menenangkan adalah hal yang penting dan dapat menjadi perawatan kritis yang paling dibutuhan oleh pasien anak yang ketakutan.12. Ketika anda merasa bahwa pasien dan ambulans telah siap diberangkatkan, beri tanda kepada pengemudi untuk memulai perjalanan ke rumah sakit. Jika yang Anda tangani ini adalah pasien prioritas tinggi, maka tahap persiapan, melonggarkan pakaian, memeriksa perban dan bidai, menenangkan pasien, bahkan pemeriksaan vital sign dapat ditangguhkan dan dilakukan selama perjalanan daripada harus diselesaikan tetapi menunda transportasi pasien ke rumah sakit.

Perawatan Pasien selama Perjalanan1. Lanjutkan perawatan medis emergensi selama dibutuhkan. Jika usaha bantuan hidup (life support) telah dimulai sebelum memasukkan pasien ke dalam ambulans, maka prosedur tersebut harus dilanjutkan selama perjalanan ke rumah sakit. Pertahankan pembukaan jalan nafas, lakukan resusitasi, berikan dukungan emosional, dan lakukan hal lain yang diperlukan termasuk mencatat temuan baru dari usaha pemeriksaan awal (initial assesment) pasien.2. Gabungkan informasi tambahan pasien. Jika pasien sudah sadar dan Anda telah mempertimbangkan bahwa perawatan emergensi selanjutnya tidak akan terganggu, maka Anda dapat mulai mencari informasi baru dari pasien.3. Lakukan pemeriksaan menyeluruh dan monitor terus vital sign. Peningkatan denyut nadi secara tiba-tiba misalnya, dapat menandakan syok yang dalam. Catat vital sign dan laporkan perubahan yang terjadi pada anggota staf bagian emergensi segera setelah mencapai fasilitas medis. Lakukan penilaian ulang vital sign setiap 5 menit untuk pasien tidak stabil dan setiap menit untuk pasien stabil.4. Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda. Beberkan informasi hasil pemeriksaan dan

Page 38: TBM AXIS 03

penanganan pasien yang sudah Anda lakukan, dan beri tahu perkiraan waktu kedatangan Anda.5.Periksa ulang perban dan bidai.6. Bicaralah dengan pasien, tapi kendalikan emosi Anda. Bercakap-cakap terkadang berguna untuk menenangkan pasien yang ketakutan.7. Jika terdapat tanda-tanda henti jantung, minta pengemudi untuk menghentikan ambulans sementara Anda melakukan Resusitasi dan memberikan AED (defibrilator). Beri tahu pengemudi untuk menjalankan ambulans lagi setelah memastikan bahwa henti jantung telah teratasi. Pastikan bahwa UGD mengetahui adanya henti jantung. Adalah hal yang sangat membantu jika Anda memang secara rutin selalu meletakkan bantalan keras di antara matras pelbet (cot) dan punggung pasien yang memiliki resiko tinggi mengalami henti jantung.

Memindahkan Pasien Ke Unit Gawat Darurat1. Dampingi staf UGD bila dibutuhkan dan berikan laporan lisan atas kondisi pasien Anda. Beritahu setiap perubahan kondisi pasien yang telah Anda amati.2. Segera setelah Anda tidak lagi menangani pasien, siapkan laporan perawatan pra rumah sakit.3. Serahkan barang-barang pribadi pasien ke pihak rumah sakit.. Jika benda-benda berharga pasien dipercayakan penuh pada penjagaan anda, segera serahkan kepada staf UGD yang bertanggung jawab.4. Minta diri untuk meninggalkan rumah sakit. Bertanyalah kepada dokter atau perawat UGD apakah layanan anda masih dibutuhkan.

EVAKUASI KORBAN BENCANAPENGERTIANMemindahkan korban/penderita bencana dari lokasi bencana ke tempat yang lebih aman dan mengusahakan penderita/korban yang masih bernyawa untuk dapat diselamatkan.

TUJUANMenyelamatkan nyawa penderita/korban yang masih hidup dan memindahkan penderita/korban yang sudah tidak bernyawa.

KEBIJAKAN1. Mendahulukan korban yang masih bernyawa dan kemungkinan besar dapat diselamatkan.2. Korban yang tingkat kegawatannya tinggi dan beresiko mati, lebih baik ditinggalkan terlebih dahulu.

PROSEDUR:1. Petugas evakuasi harus membekali diri dengan segala keperluan pribadi serta membekali diri dengan membawa alat dan obat untuk pertolongan pertama.2. Menentukan skalasi bencana;luas wilayah,jumlah korban,jenis penyakit,sarana dan prasarana yang tersisa, sisa SDM dan akses jalan menuju lokasi bencana.3. Menyampaikan hasil survey awal ke rumah sakit, sehingga rumah sakit dapat mempersiapkan diri.4. Petugas lapangan menilai tingkat kegawatan korban untuk korban luka ringan dan sedang di beri pertolongan pertama di tempat kejadian atau pos kesehatan lapangan.5. Korban luka ringan dan sedang diperlakukan sama seperti masyarakat umum.

Page 39: TBM AXIS 03

6. Korban luka berat segera dievakuasi ke RS rujukan wilayah/RS Polri / RS TNI terdekat.7. Korban yang memerlukan perawatan lebih lanjut dapat dievakuasi ke pusat rujukan melalui jalan darat/sungai/laut/udara sesuai sarana yang dimiliki.

Memindah Dan Mengangkat Penderita/Korban1. Sebelum mengangkat penderita perlu memperhatikan beberapa hal seperti berapa berat objek, apakah memerlukan bantuan tambahan dalam mengangkat dsb.2. Komunikasikan rencana untuk mengangkat dan mengangkut dengan rekan anda.3. Pada saat mengangkat penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk mencegah cedera. Diantaranya:

o Posisikan kaki dengan baik. Kaki harus kokoh, menapak pada permukaan dan diposisikan sepanjang lebar bahu.

o Ketika mengangkat, gunakan kaki anda, bukan punggung anda untuk mengangkat.o Ketika mengangkat, jangan berputar atau membuat gerakan lain selain mengangkat. Usaha

untuk berbelok atau berputar ketika mengangkat merupakan penyebab utama cedera.o Ketika mengangkat dengan satu tangan, jangan mengkompensasi.o Hindari bersandar ke sisi manapun. Jaga punggung anda tetap lurus dan terkunci.o Jaga beban sedekat mungkin dengan tubuh anda. Semakin jauh beban dari tubuh anda, semakin

besar kemungkinan anda cedera.o Ketika membawa penderita pada tangga, jika memungkinkan gunakan kursi tangga daripada

tandu.

4. Pada saat menjangkau penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk mencegah cedera. Diantaranya:

o Jaga punggung tetap dalam posisi lurus/ terkunci.o Hindari berputar ketika menjangkau.o Hindari menjangkau lebih dari 15-20 inchi di depan tubuh anda.o Hindari menjangkau yang berkepanjangan ketika diperlukan usaha yang besar

5. Pada saat mendorong atau menarik penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk mencegah cedera. Diantaranya:

o Lebih baik dorong daripada tarik, jika memungkinkan.o Jaga punggung tetap lurus/terkunci.o Jaga garis tarikan melalui pusat tubuh anda dengan menekuk lutut.o Jaga beban dekat dengan tubuh anda.o Jika beban dibawah pinggang, dorong atau tarik dari posisi berlutut.o Hindari mendorong atau menarik melebihi kepala.

http://bencana-kesehatan.net/index.php?option=com_content&view=article&id=101%3Adraft-sop-igd&catid=44%3Ahasil-poa-diskusi&Itemid=106&lang=id

Page 40: TBM AXIS 03

Medical Triage: Code Tags and Triage Terminology

Medical Author: Melissa Conrad Stoppler, MD Medical Editor: William C. Shiel, Jr., MD, FACP, FACR

Triage refers to the evaluation and categorization of the sick or wounded when there are insufficient resources for medical care of everyone at once. Historically, triage is believed to have arisen from systems developed for categorization and transport of wounded soldiers on the battlefield. Triage is used in a number of situations in modern medicine, including:

In mass casualty situations, triage is used to decide who is most urgently in need of transportation to a hospital for care (generally, those who have a chance of survival but who would die without immediate treatment) and whose injuries are less severe and must wait for medical care.

Triage is also commonly used in crowded emergency rooms and walk-in clinics to determine which patients should be seen and treated immediately.

Triage may be used to prioritize the use of space or equipment, such as operating rooms, in a crowded medical facility.

In a walk-in clinic or emergency department, an interview with a triage nurse is a common first step to receiving care. He or she generally takes a brief medical history of the complaint and measures vital signs (heart rate, respiratory rate, temperature, and blood pressure) in order to identify seriously ill persons who must receive immediate care.

In a hospital, triage might prevent an operation for an elective facelift from being performed if there are numerous emergent cases requiring use of operating facilities and surgical nursing staff.

In a disaster or mass casualty situation, different systems for triage have been developed. One system is known as START (Simple Triage and Rapid Treatment). In START, victims are grouped into four categories, depending on the urgency of their need for evacuation. If necessary, START can be implemented by persons without a high level of training. The categories in START are:

the deceased, who are beyond help

the injured who could be helped by immediate transportation

the injured with less severe injuries whose transport can be delayed

those with minor injuries not requiring urgent care.

Another system that has been used in mass casualty situations is an example of advanced triage implemented by nurses or other skilled personnel. This advanced triage system involves a color-coding scheme using red, yellow, green, white, and black tags:

Page 41: TBM AXIS 03

Red tags - (immediate) are used to label those who cannot survive without immediate treatment but who have a chance of survival.

Yellow tags - (observation) for those who require observation (and possible later re-triage). Their condition is stable for the moment and, they are not in immediate danger of death. These victims will still need hospital care and would be treated immediately under normal circumstances.

Green tags - (wait) are reserved for the "walking wounded" who will need medical care at some point, after more critical injuries have been treated.

White tags - (dismiss) are given to those with minor injuries for whom a doctor's care is not required.

Black tags - (expectant) are used for the deceased and for those whose injuries are so extensive that they will not be able to survive given the care that is available.

Last Editorial Review: 2/21/2007

http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=79529