teknik pemeriksaan ct scan kepala dengan kasus tumor otak
DESCRIPTION
Teknik yang digunakan untuk pemeriksaan CT-Kepala tanpa kontras dengan slice thicknes 10 mm. Pemeriksaan CT Scan kepala pada kasus tumor di Sub Instalasi Radiologi Rumah Sakit Tk. II 04.05.01 dr. Soedjono (RST) Magelang dilakukan dengan tanpa memakai media kontras dengan slice thicknes 10 mm. Dengan dilakukannya teknik pemeriksaan CT – Scan maka hasil gambaran radiograf akan memberikan informasi yang lebih jelas yang tidak didapat pada foto rontgen konvensional biasa.TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
CT-Scan Kepala adalah suatu pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan pesawat CT-Scan baik dengan atau tanpa menggunakan
media kontras guna mengetahui kelainan atau penyakit di daerah kepala
(cranium). Pada pemeriksaan ct scan kepala non kontras dilakukan dengan
dua tahapan yaitu pertama plan scanning kepala dibuat dengan posisi tabung
detektor berada di samping kepala pasien yang berbaring terlentang.
Kemudian di buatlah scan slice per slice menurut program, barulah dalam hal
ini pasien diatas meja pemeriksaan bergerak sesuai dengan gerakan tabung
detektor berputar mengelilingi sambil exposed ( Rasad, 1992 )
Salah satu kelainan patologi yang dapat dilihat melalui CT-Scan
kepala adalah Tumor otak.Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang
bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk dalam
ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). (Gillroy, 2002).Tumor otak dapat timbul di berbagai
bagian dari otak; dijaringan otak, selaput otak, sistim ventrikel, pleksus
koroid,glandula pinealis, hipofisis dan lain-lain. Tumor otak dapat
bersifat primer atau sekunder sebagai akibat metastasis dari tumor di
bagian lain.
Teknik yang digunakan untuk pemeriksaan CT-Kepala tanpa kontras
dengan slice thicknes 10 mm. Pemeriksaan CT Scan kepala pada kasus
tumor di Sub Instalasi Radiologi Rumah Sakit Tk. II 04.05.01 dr. Soedjono
(RST) Magelang dilakukan dengan tanpa memakai media kontras dengan
slice thicknes 10 mm. Dengan dilakukannya teknik pemeriksaan CT – Scan
maka hasil gambaran radiograf akan memberikan informasi yang lebih jelas
yang tidak didapat pada foto rontgen konvensional biasa.
1
Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai
Pemeriksaan CT Scan kepala dengan kasus tumor di Sub Instalasi Radiologi
RST Dr. Soedjono Magelang dan mengangkatnya sebagai laporan kasus
dengan judul ” TEKNIK PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA DENGAN
KASUS TUMOR OTAK DI SUB INSTALASI PENUNJANG DIAGNOSTIK
RUMAH SAKIT Tk II 04.05.01 Dr. SOEDJONO MAGELANG ”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah laporan kasus ini adalah :
Bagaimana teknik pemeriksaan CT Scan kepala non kontras dengan
kasus tumor di Sub Instalasi Radiologi RST Dr. Soedjono Magelang?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT Scan kepala non kontras
dengan kasus tumor di Sub Instalasi Radiologi RST Dr. Soedjono
Magelang.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan laporan kasus ini antara
lain:
1. Bagi Penulis
Penulis dapat menambah pengalaman dan dapat mengetahui lebih
lanjut tentang teknik pemeriksaan CT Scan kepala non kontras dengan
kasus tumor di Sub Instalasi Radiologi RST Dr. Soedjono Magelang.
2. Bagi Pembaca
Pembaca dapat memperoleh informasi dan pengetahuan tentang
teknik pemeriksaan CT-Scan dengan kasus tumor di Sub Instalasi
Radiologi RST Dr. Soedjono Magelang.
2
3. Bagi Rumah Sakit
Dapat memberikan dorongan dalam meningkatkan pelayanan
diagnostik, khususnya pada pemeriksaan CT-Scan kepala dengan kasus
tumor di Sub Instalasi Radiologi RST Dr. Soedjono Magelang.
4. Bagi Akademi
Sebagai bahan masukan bagi penulisan laporan kasus dengan kasus
yang sama.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Otak Manusia
2.1.1. Otak ( Brain )
Otak merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh.Otak
merupakan bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga
tengkorak yang dibungkus oleh suatu lapisan yang kuat ( Syaifudin,
1997 ).
a. Otak besar (Cerebrum)
Otak mempunyai dua permukaan yaitu permukaan atas dan
permukaan bawah. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan
kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks cerebral dan zat
putih terdapat pada bagian dalam yang mengandung serabut
saraf. Fungsi Otak besar:
1) Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu.
2) Pusat persarafan yang menangani aktifitas mental, akal,
intelegensi, keinginan dan memori.
3) Pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil.
Gambar 1. Penampang Melintang Otak
(Syaiffudin, 1997)
4
Keterangan Gambar1. Medulla Oblongata 2. Pons3. Otak Tengah 4. Meningens5. Otak Depan6. Serebrum7. Konvolusi8. Dienchepalon9. Serebellum10. Hind Brain11. Medulla Spinalli
b. Batang Otak (Truncus Enchepali)
Batang otak terdiri dari:
1) Disenchepalon, bagian batang otakpaling atas terdapat
diantara cerebellum dengan mesenchepalon.
2) Mesensepalon, atap dari mesensepalon terdiri dari empat
bagian yang menonjol keatas, dua dsebelah atas disebut
korpus kuadrigeminus superior dan dua sebelah bawah
disebut korpus kuadrigeminus inferior.
3) Pons Varoli, brakium pontis yang menghubungkan
mesenhepalon dengan pons varoli dan cerebellum terletak di
depan cerebellum diantara otak tengah dan medulla
oblongata, disini terdapat premotoksid yang mengatur gerakan
pernafasan dan refleks.
4) Medulla oblongata, bagian batang otak paling bawah yang
menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis.
c. Otak Kecil (cerebellum)
Cerebellum terletak pada bagian paling bawah dan belakang
tengkorak, dipisahkan dengan cerebrum oleh fisura transversalis
dibelakangi oleh pons varoli dan diatas medulla oblongata. Otak
kecil terdiri dari:
1) Arkhiocerebellum (vestibulocerebellum).
2) Paleacerebellum ( spinocerebellum).
3) Neocerebellum (ponto cerebellum).
5
Gambar 2. Otak dengan piamater
(Syaifuddin, 1997 )
d. Meningen (selaput otak)
Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang
belakang, melindungi struktur saraf halus yang membawa
pembuluh darah dan cairan sekresi ( cairan serebro spinalis ).
Memperkecil benturan atau gerakan yang terdiri dari 3 ( tiga )
lapisan
1) Durameter ( lapisan sebelah luar)
2) Arakhnoid ( lapisan tengah )
3) Piameter ( lapisan sebelah dalam )
e. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal adalah hasil sekresi plexus khoroid ke
dalam ventrikel – ventrikel yang ada dalam otak, cairan tersebut
masuk ke dalam kanalis sentralis sumsum tulang belakang dan
juga ke dalam ruang subarakhnoid melalui celah – celah yang
terdapat pada ventrikel keempat
6
Keterangan Gambar:
1. Vena-vena serebri superior.
2. Lobus frontalis.3. Vena serebri media.4. Vena-vena serebri
inferior.5. Rolandi.6. Serebelum7. Medula oblongata.8. Lobus temporalis
2.2. Patologi Tumor Otak
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak
(benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk dalam ruang
tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). (Gillroy, 2002).
Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa
tumor primer maupun metastase.Apabila sel-sel tumor berasal dari
jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal
dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara,
prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.(Mayer. SA,
2002).
Tumor Medulla spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat
terjadi pada daerah cervical I hingga sacral, yang dapat dibedakan
atas;
7
Gambar 3. Sirkulasi cairan serebrospinal ( Syaifuddin, 1997 )
1) Tumor primer yang berasal dari:
a) tulang; osteoma dan kondroma,
b) serabut saraf disebut neurinoma(Schwannoma),
c) berasal dari selaput otak disebut Meningioma;
d) jaringan otak ; Glioma, Ependinoma
2) Tumor sekunder: merupakan anak sebar (metastase) dari tumor
ganas di daerah rongga dada, perut, pelvis dan tumor payudara.
3) Lokasi tumor Gejala-gejala:
kelainan yang diakibatkan lokasi tumor
8
1. Lobus Frontalis (bagian depan
otak)
Menimbulkan gangguan mental
seperti;apatis,Perubahanperilaku
,Psikosis,
2. Fronto basal Gangguan penciuman (anosmia)
3. Basal Brain nerve palsies, kelainan
endokrin
4. Central Hemiparesis, kelainan
Somatosensoris, kejang motorik.
5. Parasagital Parese tungkai, kelainan gaya
berjalan.
6. Occipital Hemianopsia, Visual sensation
7.Brainstem (batang otak) Brain nerve palsies, Spastic
paresis, Vertigo.
8.Cerebellum -Vertigo, Ataxia
2.3 Dasar – Dasar CT-Scan
CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, computer
dan televisi sehingga mampu menmpilkan gambar anatomis tubuh
dalam manusia dalam bentuk irisan atau slice (Rasad, 1992 ).Pada
CT-Scan prinsip kerjanya hanya dapat men-scanning tubuh dengan
irisan melintang tuibuh (potongan axial). Namun dengan
memanfaatkan teknologi computer maka gambaran axial yang telah
didapatkan dapat diformat kembali sehingga didapatkan gambaran
coronal, sagital, oblique, diagonal bahkan bentuk tiga dimensi dari
objek tersebut. (Tortorici, 1995)
2.3.1 Komponen Dasar CT-Scan (Tortorici, 1995)
CT-Scan memiliki tiga komponen utama yaitu : Gantry,
meja pemeriksaan (couch), dan konsul. Gantry dan couch
berada di dalam ruang pemeriksaan sedanakan konsul
diletakkan terpisah dalam ruang control.
a. Gantry
Di dalam CT-Scan, pasien berada diatas meja
pemeriksaan dan meja tersebut dapat bergerak menuju
gantry. Gantry ini terdiri dari tabung sinar-x, kolimator dan
detector .
b. Tabung sinar-x
Berdasarkan strukturnya, tabung sinar-x sangat mirip
dengan tabung sinar-x konvensional namun perbedaanya
terletak pada kemampuannya untuk menahan panas dan
output yang tinggi.
9
c. Kolimator
Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur,
membatasi jumlah sinar-x yang sampai ke tubuh pasien
serta untuk meningkatkan kualitas gambaran.
d. Detektor
Selama eksposi, berkas sinar-x (foton) menembus pasien
dan mengalami perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang
telah ter-atenuasi kemudian ditangkap oleh detector
Detektor memiliki dua tipe yaitu detector solide state dan
detector isian gas
e. Meja pemeriksaan (couch)
Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk
memposisikan pasien. Meja ini biasanya terbuat dari fiber
karbon. Meja ini harus kuat dan kokoh mengigat fungsinya
untuk menopang tubuh pasien selama meja bergerak ke
dalam gantry.
f. Sistem konsul
Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model tang lama
masih menggunakan dua system konsul yaitu untuk
pengoperasian CT-Scan sendiri dan untuk perekaman dan
pencetakan gambar.
g. Sistem kontrol
Pada bagian ini petugas dapat nengontrol parameter-
parameter yang berhubungan dengan beroperasinya CT-
Scan seperti pengaturan kV, mA, waktu scanning, ketebalan
irisan (slice thicknes), dan lain-lain.
h. Sistem pencetakan gambar
Setelah gambaran CT-Scan diperoleh, gambaran
tersebut dipindahkan ke dalam bentuk film. Pemindahan ini
dengan menggunakan kamera multiformat. Cara kerjanya
10
yaitu kamera merekam gambaran di monitor dan
memindahkannya ke dalam film.
i. Sistem perekaman gambar
Merupakan bagian penting yang lain dari CT-Scan.
Data-data pasien yang telah ada disimpan dan dapat
dipanggil kembali dengan cepat.
Gambar 4 Gantry dan Couch (meja pemeriksaan)
( Bontrager, 2001 )
Gambar 5 Komputer dan console ( Bontrager, 2001 )
2.3.2 Parameter CT-Scan
Gambar pada CT-Scan dapat terjadi sebagai hasil dari
berkas-berkas sinar-x yang mengalami perlemahan setelah
menembus objek, ditangkap detector, dan dilakukan pengolahan
dalam computer. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam
11
CT-Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan
eksposi dan output gambar yang optimal.
a. Slice Thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari
objek yang diperiksa. Pada umumnya ukuran yang tebal
akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah
sebaliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan gambaran
dengan detail yang tinggi.
b. Range
Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa
slice thickness. Sebagai contoh untuk CT-Scan kepala,
range yang digunakan adalah dua. Pemanfaatan dari range
adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda
pada satu lapangan pemeriksaan.
c. Volume Investigasi
Volume investigasi adalah keseluruhan lapangan dari objek
yang diperiksa. Lapangan objek ini diukur dari batas awal
objek hingga batas akhir objek yang akan diiris semakin
besar.
d. Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap eksposi meliputi tegangan tabung (kV), arus
tabung (mA) dan waktu eksposi (s). Besarnya tegangan
tabung dapat dipilih secara otomatis pada tiap-tiap
pemeriksaan.
e. Field of View (FOV)
Field of view adalah diameter maksimal dari gambaran
yang akan direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya
berada pada rentang 12-50 cm. FOV yang kecil akan
12
meningkatkan resolusi gambaran karena dengan FOV yang
kecil maka akan mereduksi ukuran pixel (picture element).
f. Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang
vertical dengan gantry (tabung sinar-x dan detector).
Rentang penyudutan antara -25 derajat sampai +25 derajat.
Penyudutan dari gantry bertujuan untuk keperluan diagnosa
dari masing-masing kasus yang dihadapi.
g. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari
picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian
gambar. Rekonstriksi matriks ini berpengaruh terhadap
resolusi gambar yang akan dihasilkan. Semakin tinggi
matriks yang dipakai maka semakin tinggi resolusi yang
akan dihasilkan.
h. Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis
(algorithma) yang digunakan dalam merekonstruksi gambar.
Semakin tinggi resolusi algorithma yang dipilih maka akan
semakin tinggi pula resolusi gambar yang akan dihasilkan.
i. Window Width
Window Width adalah rentang nilai computed
tomography yang dikonversi menjadi gray levels untuk
ditampilkan dalam TV monitor. Setelah computer
menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi
matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi
menjadi skala numeric yang dikenal dengan nama nilai
computed tomography
13
Tipe jaringan Nilai CT (HU) Penampakan
Tulang
Otot
Materi putih
Materi abu-abu
Darah
CSF
Air
Lemak
Paru
Udara
+1000
+50
+45
+40
+20
+15
0
-100
-200
-1000
Putih
Abu-abu
Abu-abu menyala
Abu-abu
Abu-abu
Abu-abu
Abu-abu gelap ke hitam
Abu-abu gelap ke hitam
Hitam
Nilai CT pada jaringan yang berbeda penampakannya pada layar
monitor (Bontrager, 2000)\
j. Window Level
Window level adalah nilai tengah dari window yang
digunakan untuk penampilan gambar. Window level ini
menentukan densitas gambar yang dihasilkan.
2.4. Teknik pemeriksaan CT-Scan kepala
2.4.1. Indikasi Pemeriksaan (Bontrager, 2001)
a. Tumor,massa dan lesi
b. Metastase otak
c. Perdarahan intra cranial
d. Aneurisma
e. Abses
f. Atrophy otak
g. Kelainan post trauma (epidural dan subdural hematom)
h. Kelainan congenital
14
2.4.2. Persiapan pemeriksaan
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksui-
instruksi yang menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus
diketahui
2.4.3. Teknik Pemeriksaan
a. Posisi pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan
posisi kepala dekat dengan gantry.
b. Posisi Objek : Kepala hiperfleksi dan diletkkan pada head
holder. Kepala
diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh
sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan
interpupilary line sejajar dengan lampu indikator
horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut
atau disamping tubuh. Untuk mengurangi
pergerakan dahi dan tubuh pasien sebaiknya
difikasasi dengan sabuk khusus pada head
holder dan meja pemeriksaan. Lutut diberi
pengganjal untuk kenyamanan pasien ( Nesseth,
2000 ).
Gambar 6. Posisi pasien pada pemeriksaan CT-scan kepala
15
c. Scan Parameter
1) Scanogram : kepala lateral
2) Range : range I dari basis cranii sampai
pars petrosum dan range II dari
pars petrosum sampai verteks.
3) Slice Thickness : 2-5 mm ( range I ) dan 5-10 mm
( range II )
4) FOV : 24 cm
5) Gantry tilt : sudut gantry tergantung besar
kecilnya sudut yang terbentuk
oleh orbito meatal line dengan
garis vertical.
6) kV : 120
7) mA : 250
8) Reconstruksion Algorithma : soft tissue
9) Window width : 0-90 HU ( otak supratentorial )
110-160 HU ( otak pada fossa
posterior )
2000-3000 HU ( tulang )
10) Window Level : 40-45 HU ( otak
supratentorial )
30-40 HU ( otak pada fossa
posterior )
200-400 HU ( tulang )
d. Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-scan kepala
pada umumnya:
1) Potongan Axial I
Merupakan bagian paling superior dari otak yang
disebut hemisphere. Kriteria gambarnya adalah tampak :
a) Bagian anterior sinus superior sagital
b) Centrum semi ovale (yang berisi materi cerebrum)
c) Fissura longitudinal (bagian dari falks cerebri)
16
d) Sulcus
e) Gyrus
f) Bagian posterior sinus superior sagital
Gambar 7. Posisi Irisan Otak (Bontrager, 2001)
Gambar 8. Gambar Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak (Bontrager,
2001)
2) Potongan Axial IV
Merupakan irisan axial yang ke empat yang disebut
tingkat medial ventrikel. Criteria gambarnya tampak :
a) Anterior corpus collosum
b) Anterior horn dari ventrikel lateral kiri
c) Nucleus caudate
d) Thalamus
e) Ventrikel tiga
f) Kelenjar pineal (agak sedikit mengalami kalsifikasi)
g) Posterior horn dari ventrikel lateral kiri
17
Gambar 9. Posisi Irisan otak (Bontrager, 2001)
Gambar 10. Gambar Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak
(Bontrager, 2001)
3) Potongan Axial V
Menggambarkan jaringan otak dalam ventrikel medial
tiga. Kriteria gambar yang tampak :
a) Anterior corpus collosum
b) Anterior horn ventrikel lateral kiri
c) Ventrikel tiga
d) Kelenjar pineal
e) Protuberantia occipital interna
18
Gambar 11. Posisi Irisan Otak (Bontrager, 2001)
Gambar 12. Gambar Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak
(Bontrager, 2001)
4) Potongan Axial VII
Irisan ke tujuh merupakan penggambaran jaringan dari
bidang orbita. Struktur dalam irisan ini sulit untuk ditampakkan
dengan baik dalam CT-scan. Modifikasi-modifikasi sudut posisi
kepala dilakukan untuk mendapatkan gambarannya adalah
tampak :
a) Bola mata / occular bulb
b) Nervus optic kanan
c) Optic chiasma
d) Lobus temporal
e) Otak tengah
f) Cerebellum
g) Lobus oksipitalis
h) Air cell mastoid
19
i) Sinus ethmoid dan atau sinus sphenoid
Gambar 13 Posisi Irisan Otak (Bontrager, 2001)
Gambar 14. Gambar Irisan CT-Scan dan Jaringan Otak
(Bontrager, 2001)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1Paparan Kasus
Untuk memberikan deskriptif yang jelas, maka penulis akan
menguraikan tentang pelaksanaan pemeriksaan CT-Scan
kepala pada kasus tumor otak di Sub Instalasi Radiologi RST Dr.
Soedjono Magelang.
3.1.1 Identitas Pasien
20
Nama : Ny. S
Umur : 49 Tahun
Jenis Kelamin : wanita
Alamat : Nglempong Tirto Salam
Tanggal pemeriksaan : 4 Januari 2012
Permintaan foto : Head CT-Scan
Diagnosa : Tumor Fronto Parietal Sinistra
NO RM : 1449
3.1.1 Riwayat Pasien
Pasien datang ke bagian Bangsal Gawat Darurat pada tanggal 20
Desember 2011 dengan keluhan nyeri dan benjolan di kepala. Karena
pasien akan melakukan pemeriksaan CT Scan kemudian dokter
menyarankan untuk mondok terlebih dahulu, pasien akhirnya mondok
di ruang Bougenvil. Setelah itu oleh dokter pemeriksa dikirim ke Sub
Instalansi Radiologi untuk melakukan pemeriksaan CT-Scan dengan
dugaan Tumor Fronto Parietal Sinistra.
3.1.3 Prosedur pemeriksaan
a. Persiapan alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan CT-Scan
kepala dengan kasus Tumor Fronto Parietal Sinistra di RST Dr.
Soedjono Magelang, yaitu :
1) Pesawat CT-Scan siap pakai dengan spesifikasi data sebagai
berikut :
21
Gambar.15 Komputer, console, Pesawat CT dan Dry View
8700
Nama pesawat : CT Scan X-vision/GX
Merk : Toshiba, console model CKCN-
00BB
Serial : A5602050
Kondisi : baik
2) Selimut.
3) Head cleam.
4) Pengganjal kepala
b. Persiapan pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi pasien, hanya benda-
benda yang dapat mengganggu radiograf dilepas, seperti
kacamata, anting-anting. Pasien diberi selimut agar tidak
dingin dan terasa nyaman. Komunikasi dengan keluarga
pasien sangat diperlukan mengenai prosedur pemeriksaan
yang dilakukan.
c. Teknik Pemeriksaan
1) Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan den-
gan kepala dekat dengan gantry.
2) Posisi objek : Kepala fleksi dan diletakan pada head
holder. Kepala diposisikan sehingga Mid Sagital
Plane kepala sejajar dengan lampu indicator longitu-
dinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indi-
cator horizontal. Selanjutnya kepala difiksasi dengan
22
head clem. Lengan pasien diatur disamping tubuh
dan difiksasi dengan sabuk khusus. Kemudian
bagian tubuh diberikan selimut. Batas atas pemerik-
saan adalah vertek dan batas bawah basis cranii.
3) Click patient registration
4) Isi data pasien sampai selesai (nama, umur, jenis
kelamin, dokter pengirim dan lain-lain)
5) Bila data benar,di ok
6) Masukkan pasien kemudian atur posisinya dan
difiksasi
7) Tekan tombol program yang akan diperiksa, yaitu
tekan tombol HEAD.
8) Pilih pemeriksaan kepala Non Kontras.
9) Kemudian tunggu sebentar sampai tombol start
menyala, kemudian tekan tombol start.
10) Setelah muncul gambar topogram, Klik sudut
kemiringan gantry sehingga antara MAE dan OML
tegak lurus.
11) Tunggu sebentar hingga muncul perintah ”press
start”, tekan tombol bertanda x-ray untuk memulai
(untuk scanogram).
12) Setelah muncul gambaran slice 1, tekan tombol stop
manual, kemudian tekan tombol Vari Area untuk
”moving”, kemudian tekan scan redo, last scan
redo.kemudian di tunggu sebentar sampai tombol
start menyala hijau.
13) Kemudian tekan tombol ”start” (untuk scan dengan
potongan axial sampai slice ke 14 kemudian tekan
tombol rod stop dan scan quick).
23
14) Setelah selesai kembalikan gantry pada sudut 0,
kemudian keluarkan pasien.
15) Scan Parameter
Topogram : Kepala
Range : range mulai dari basis cranii
sampai vertex
Slice thicknes : 10 mm
WW : 222 mm
WL : 105 mm
KV : 120
mA : 150 mA
second : 2,5
Gantry tilt : 7,0 º
3.2 Hasil Radiograf
24
Gambar.16 Hasil Radiograf
3.3. Hasil Pembacaan Foto
Clinis : Tumor fronto parietal
Oste destruksi caluovia frontale sinistra dengan infiltrasi softissue
vergio frontalis sinistra , Suspect osteosavcoma
3.4. Pembahasan
Prosedur pemeriksaan CT-Scan kepala dengan diagnosa
tumor otak di RST Dr. Soedjono Magelang dilakukan sesuai dengan
teori yaitu dengan posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan
dengan posisi kepala pada head holder yang sudah berisi bantal
kepala terlebih dahulu.Posisikan pasien dengan mengatur meja
pemeriksaan sehingga Mid Sagital Plane ( MSP ) kepala sejajar
terhadap lampu indikator longitudinal dan lampu indikator
25
horizontal 2 jari diatas kepala sehingga gambaran akan menjadi
simetris.
Secara teori pemeriksaan CT Scan kepala non kontras
menggunakan 2 range yaitu untuk base dan cerebrum. Pada
pemeriksaan CT Scan kepala non kontras pada kasus Tumor di Sub
Instalasi Radiologi RST Dr. Soedjono Magelang dilaksanakan hanya
dengan menggunakan satu range yaitu dari basis crani’i sampai vertex.
Penggunaan jumlah slice pada pemeriksaan ini 10 mm menyesuaikan
bentuk anatomi kepala pasien.
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
4.1.1 Pelaksanaan pemeriksaan CT Scan kepala dengan kasus
Tumor otak di Sub Instalasi Radiologi RST Dr. Soedjono Magelang
pemeriksaan dilakuka tanpa media kontras sudah dapat
memperlihatkan kelainan(Tumor otak)yang ada.
26
4.1.2 Teknik pemeriksaan CT Scan kepala di Sub Instalasi Radiologi
RST Dr. Soedjono Magelang dilakukan dengan posisi pasien
supine dengan protokol pemeriksaan kepala head seq , slice
tickness 10 mm dan batas bawah pada basis cranii serta batas
atas pada vertek.
4.2 Saran
4.2.1. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan menggunakan media kontras
supaya tumor terlihat lebih jelas ukurannya.
4.2.2. Sebaiknya petugas dapat meminimalkan pergerakan kepala
pasien dengan memberi pengganjal pada kanan dan kiri pasien
sehingga pemeriksaan berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager, 2001. Text Book Of Radiography Positioning and Related
Anatomy, fithh Edition. Mosby Inc, St. Louiss. Amerika.
Hardy, Marryann. Stephen Boynes, 2003. Paediatric Radiography.
Blackwell Science Ltd. UK.
Grainger, Ronald G. David J. Allison
27
Sjamjuhidajat R dan de Jong, Wim(editor). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
2.Jakarta: EGC 2005
http://www.domeclinic.com
http://doctorology.net/xmlrpc.php
28