teknik pengelolaan skor evaluasi

8
TEKNIK PENGELOLAAN SKOR EVALUASI Proses penilaian adalah suatu prroses membandingkan skor yang diperoleh tiap siswa dengan acuan yang dipakai penilaian aturan patokan atau penilaian aturan normal (PAN atau PAP), yang hasilnya berbentuk nilai dengan skala 0 – 10 atau A – E. dalam proses tersebut dapat dilihat bahwa penskoran atau scoring adalah pemberian angka-angka terhadap prestasi seseorang sesudah melaksanakan suatu tugas tertentu. Setelah selesai pengukuran yang salah satu alatnya biasa disebut tes, barulah dilakukan perbandingan hasil pengukuran yang berbentuk biji/ skor dengan acuan yang dipakai yang dihasilkan nilai tersebut kita kenal dengan pemberian nilai atau granding. Dalam pelaksanaan sehari-hari scoring dan granding disatukan atau tidak mengenal pemisahan ; pemberian biji/skor sekaligus berarti pemberian nilai. Sebagai hasilnya ialah bahwa penilaian tersebut tidak comparable dan penafsiran terhadap nilai yang diberikan dapat berbeda-beda. Untuk dapat melakukan evaluasi yang lebih memadai maka kedua kegiatan tersebut harus dipisahkan artinya; granding baru dapat dilaksanakan setelah skoring selesai, sehingga nilai tiap siswa dapat dibandingkan, penafsiran terhadap nilai sama, sifat terbuka dapat terpenuhi, obyektivitas lebih terjamin. Menurut Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada empat langkah pokok yang harus ditempuh. Pertama, menskor, yaitu member skor pada hasil tes yang dapat dicapai oleh peserta didik. Untuk memperoleh skor mentah diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci scoring, dan pedoman konversi. Kedua , mengubah skor mentah menjadi skor

Upload: prastowo-dwi-atmoko

Post on 15-Sep-2015

47 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Teknik Pengelolaan Skor Evaluasi

TRANSCRIPT

TEKNIK PENGELOLAAN SKOR EVALUASIProses penilaian adalah suatu prroses membandingkan skor yang diperoleh tiap siswa dengan acuan yang dipakai penilaian aturan patokan atau penilaian aturan normal (PAN atau PAP), yang hasilnya berbentuk nilai dengan skala 0 10 atau A E. dalam proses tersebut dapat dilihat bahwa penskoran atau scoring adalah pemberian angka-angka terhadap prestasi seseorang sesudah melaksanakan suatu tugas tertentu. Setelah selesai pengukuran yang salah satu alatnya biasa disebut tes, barulah dilakukan perbandingan hasil pengukuran yang berbentuk biji/ skor dengan acuan yang dipakai yang dihasilkan nilai tersebut kita kenal dengan pemberian nilai atau granding.

Dalam pelaksanaan sehari-hari scoring dan granding disatukan atau tidak mengenal pemisahan ; pemberian biji/skor sekaligus berarti pemberian nilai. Sebagai hasilnya ialah bahwa penilaian tersebut tidak comparable dan penafsiran terhadap nilai yang diberikan dapat berbeda-beda. Untuk dapat melakukan evaluasi yang lebih memadai maka kedua kegiatan tersebut harus dipisahkan artinya; granding baru dapat dilaksanakan setelah skoring selesai, sehingga nilai tiap siswa dapat dibandingkan, penafsiran terhadap nilai sama, sifat terbuka dapat terpenuhi, obyektivitas lebih terjamin.

Menurut Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada empat langkah pokok yang harus ditempuh.Pertama,menskor, yaitu member skor pada hasil tes yang dapat dicapai oleh peserta didik. Untuk memperoleh skor mentah diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci scoring, dan pedoman konversi.Kedua, mengubah skor mentah menjadi skor standart sesuai dengan norma tertentu.Ketiga, mengkonversikan skor standart kedalam nilai, baik dalam bentuk huruf ataupun angka.Keempat, melakukan alalisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda.

1. Pengelolaan Skor jadi Nilai Huruf

Selaian menggunakan angka, pemberian nilai dapat dilakukan dengan huruf A,B,C,D, dan E (ada juga yang menggunakan sampai dengan G tetapi pada umumnya 5 huruf lain). Sebenarnya sebutan skala diatas ini ada yang mempersoalkan. Jarak antara huruf A dan B tidak dapat digambarkan sama dengan jarak antara B dan C, atau antara C dan D.Dalam menggunakan angka dapat dibuktikan dengan gratis bilangan bahwa jarak antara 1 dan 2 sama dengan jarak antara 2 dan 3. Demikian pula jarak antara 3 dan 4, serta antara 4 dan 5. Akan tetapi justru alasan inilah lalu timbul pikiran untuk menggunakan huruf sebagai alat penilaian. Untuk menggambarkan kelemahan dalam menggunkan angka adalah bahwa dengan angka dapat ditafsirkan sebagai nilai perbandingan. Siswa A yang memperoleh angka 8 dalam sejarah tidak berarti memiliki kecakapan sebanyak dua kali lipat kecakapan siswa B yang memperoleh angka 4 dalam rapor. Demikian pula siswa A tersebut tidaklah mempunyai 8/9 kali kecakapan C yang mendapat nilai 9. Jadi sebenarnya menggunakan angka hanya merupakan simbul yang menunjukkan urutan tingkatan. Siswa A yang memperoleh angka 8 yang memiliki prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa B yang memperoleh angka 4, tetapi kecakapannya itu lebih rendah jika dibandingkan dengan kecakapan C. jadi dalam tingkatan prestasi sejarah urutan adalah C,A lalu B.

Sebelum membahas pengelolaan skor kita buat perumpamaan terlebih dahulu. Terdapat 60 item soal pilihan ganda pelajaran bahasa Arab, tiap item yang benar berbobot 1. Skor mentah yang diperoleh 20 siswa adalah 32, 36, 27, 50, 22, 34, 35, 37, 43, 17, 21, 42, 46, 32, 31, 28, 57, 57, 54, 51.Prosedur yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut: a.Mencari skor ideal, yaitu skor yang mungkin dicapai jika semua item dapat dijawab dengan benar. Skor ideal diperoleh dengan jalan menghitung jumlah item yang diberikan serta bobot dari tiap-tiap item.Dari contoh diatas diketahui skor idealnya adalah 60b. Mencari rata-rata ideal (id) dengan rumus:= x skor ideal=x60=30c.Mencari deviasi (SD) ideal dengan cara:SD=1/3xSD=1/3x30 = 10d.Menyusun kebutuhan konversi sesuai dengan yang dibutuhkan.

Adapun pedoman konversi dengan huruf adalah: + 1,5(SD)= 30 + 1,5 x 10 =45 = A

+ 0,5(SD)= 30 + 0,5 x 10 =35 = B

-0,5(SD)= 30 -0,5 x 10 =25 = C

-1,5(SD)= 30 -1,5 x 10 =15 = D

Daridata tersebut dapat kita simpulkan bahwa siswa yang mendapat skor 45 60 mendapat nilai A, 35 44 = B, 25 34 = C, 15 24 = D, 0 14 = E.

Pemberiannilai dengan menggunakan huruf disesuaikan dengan huruf yang terdapat dalam urutan abjad. Huruf tidak hanya menunjukkan kuantitas, tetapi dapat juga digunakan sebagai simbol untuk menggambar kualitas. Skor angkaNilai hurufPredikat

50

37

33

22

5A

B

C

D

ESangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat kurang

2. Pengelolaan Skor Berskala 5, 9, 11, 100a) Pengubahan skor berskala lima (stanfive)

Mengatur, menyusun dan menyajikan skor-skor mentah hasil ujian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Mencari, menghitung nilai rata-rata hitung yang melambangkan prestasi kelompok, dan deviasi standar yang mencerminkan variasi dari skor-skor mentah hasil ujian yang dicapai oleh peserta didik.

Mengubah skor-skor mentah menjadi nilai standar skala lima.

Mengkonversi skor-skor mentah yang dimiliki oleh masing-masing individu mahasiswa menjadi nilai standar berskala lima (nilai huruf A, B, C, D dan E).

Pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala lima atau nilai huruf, menggunakan patokan sebagai berikut:

-----------------------> A

Mean + 1,5 SD

-----------------------> B

Mean + 0,5 SD

-----------------------> C

Mean - 0,5 SD

-----------------------> D

Mean 1,5 SD

-----------------------> E

b) Mengubah skor berskala sembilan (stannine)

Jika skor-skor mentah hasil tes itu akan diubah menjadi nilai standar berskala sembilan, maka patokan yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

-----------------------> 9

Mean + 1,75 SD

-----------------------> 8

Mean + 1,25 SD

-----------------------> 7

Mean + 0,75 SD

-----------------------> 6

Mean + 0,25 SD

-----------------------> 5

Mean 0,25 SD

-----------------------> 4

Mean 0,75 SD

-----------------------> 3

Mean 1,25 SD

-----------------------> 2

Mean 1,75 SD

-----------------------> 1

Nilai standar berskala sembilan adalah nilai standar yang meniadakan nilai 0 dan nilai 10. Nilai standar tersebut tidak lazim digunakan di Indonesia.

c) Pengubahan skor berskala sebelas (standar eleven)

Nilai standar berskala sebelas adalah rentangan nilai standar mulai dari 0 sampai dengan 10. Jadi di sini akan kita dapati 11 butir nilai standar, yaitu nilao 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.

Di Indonesia, nilai standar berskala sebelas ini umumnya digunakan pada lembaga pendidikan tingkat dasar dan tingkat menengah. Pengubahan skor mentah menjadi stanel itu menggunakan patokan sebagai berikut:

-----------------------> 10

Mean + 2,25 SD

-----------------------> 9

Mean + 1,75 SD

-----------------------> 8

Mean + 1,25 SD

-----------------------> 7

Mean + 0,75 SD

-----------------------> 6

Mean + 0,25 SD

-----------------------> 5

Mean 0,25 SD

-----------------------> 4

Mean 0,75 SD

-----------------------> 3

Mean 1,25 SD

-----------------------> 2

M 1,75 SD

-----------------------> 1

M 2,25 SD

-----------------------> 0d) Pengubahan skor berskala 100

Memang diseyogyakan bahwa angka itu merupakan bilangan bulat. Dengan menggunakan skala 1-10 maka bilangan bulat yang ada masih menunjukkan penilaian yang agak kasar. Ada sebenarnya hasil prestasi yang berada diantara kedua angka bulat itu. Untuk itulah maka dengan menggunakan skala 1-100, dimungkinkan melakukan penilaian yang lebih halus karena terdapat 100 bilangan bulat. Nilai 5,5 dan 6,4 dalam skala 1-10 yang biasanya dibulatkan menjadi 6, dalam akala 1-100 ini boleh dituliskan dengan 55 dan 64.