teknik pewarnaan tekstil dengan bahan warna alami …
TRANSCRIPT
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
10
TEKNIK PEWARNAAN TEKSTIL DENGAN BAHAN WARNA ALAMI DAN
TEPUNG KANJI CAIR PADA KAIN KATUN
Aulia Irhami, Mukhirah, Fikriah Noer
Program Studi Pendidikan Vokasional Kesejahteraan Keluarga
Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh, Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Warna sangat mempengaruhi kehidupan manusia, tidak hanya panca indra manusia dan
kejiwaan manusia tapi, merubah, menambah/ menciptakan sesuatu menjadi lebih indah. Hal
tersebut juga mempengaruhi manusia mengenai tekstil dalam hal mengapresiasikan warna
sebagai bentuk seni pada bahan kain, teknik pewarnaan tekstil pada kain umumnya dikenal dan
dilakukan dengan metode pencelupan berupa jumputan, batik , dan teknik sprayer yang berarti
penyemprotan. Ada banyak teknik pewarnaan lain pada kain sesuai kretifitas masa kini dengan
tujuan menambah nilai seni atau bahan produksi lainnya. Salah satunya yang menjadi
percobaan adalah dengan menggunakan perantara tepung kanji untuk merintangi corak sebagai
inspirasi dari seni lukis pada kertas yang juga memanfaatkan pewarna alami sebagai tantangan
pewarnaan pada jenis kain katun yang umumnya digunakan prakstis untuk diwarnai. Penelitian
ini bertujuan untuk 1) Untuk mengetahui efek yang dihasilkan dari teknik pewarnaan tekstil
menggunakan bahan alami dan tepung kanji cair, 2) Untuk mengetahui corak yang ditimbulkan
dengan perbandingan dari masing-masing hasil dengan teknik pewarnaan, dan 3) Untuk
mengetahui hasil warna menggunakan keenam sampel ekstraksi setelah fiksasi. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan objek penelitian pada kain
katun jenis Toyobo, katun Ima, dan Aikon dengan ukuran 15cmx15cm sebagai hasil pertama.
Pengambilan data diperoleh dari eksperimen, dan dokumentasi yang dilakukan oleh penulis.
Teknik pewarnaan kain menggunakan bahan alami dan tepung kanji cair pada katun melalui
tetesan zat warna menggunakan pipet tetes atau pipet filler yang menghasilkan efek yang dilihat
dari kondisi kain menjadi kaku, warna yang memudar, selain itu corak yang ditimbulkan
menghasilkan bentuk akar yang menjalar seperti lumut, sedikit berubah disebabkan daya serap
zat warna alam yang dipadu dengan kain katun yang umumnya menjadi salah satu kain yang
mampu menyerap warna alam, dan sebagai hasil penelitian ini penulis menerapkan dalam
bentuk kerajinan lukisan desain ilustrasi yang menggambarkan hasil corak pada bagian bawah
gaun dengan ukuran 30cmx40cm .
Kata Kunci : Teknik, Pewarnaan, Bahan Alami, Tepung Kanji, Kain
ABSTRACT
Color greatly affects human life, not only the human senses and human psyche but, changing,
adding/creating something becomes more beautiful. It also affects humans about textiles in
terms of appreciating color as an art form on fabric, textile dyeing techniques on fabrics
generally known and performed by dyeing methods such as tye dye, batik, and sprayer
techniques which means spraying. There are many other staining techniques on the fabric
according to the present day cretifra- cy with the aim of adding value to art or other production
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
11
materials. One of the experiments is to use a starch flour to interfere with the style as an
inspiration from painting on paper which also utilizes natural dyes as a coloring challenge on
the type of cotton cloth commonly used for coloring. This research aims to 1) To know the
effect of textile dyeing technique using natural ingredients and liquid starch flour, 2) To know
the pattern caused by the comparison of each result with the coloring technique, and 3) To
know the result of the color using the sixth sample extraction after fixation. The method used
in this research is experimental method, with the object of research on cotton cloth type
Toyobo, cotton Ima, and Aikon with size 15cmx15cm as the first result. Data retrieval was
obtained from experiments, and documentation performed by the author. Fabric dyeing
technique using natural ingredients and liquid starch flour in cotton through dye droplets using
a dropper or dropper pipette that produces the effect seen from the condition of the fabric
becomes stiff, the color fades, in addition to the pattern generated resulting in the form of roots
that spread like moss, slightly changed due to the absorption of natural dyestuff combined with
cotton cloth that is generally one of the fabrics that is able to absorb the natural color, and as
the result of this research the writer apply in the form of illustration design painting illustration
depicting the pattern on the bottom of the dress with size 30cmx40cm.
Keywords: Technique Coloring, Natural Materials, Tapioca Liquid Flour, Fabrics
PENDAHULUAN
Terinspirasi dari pewarnaan diatas
kertas dalam pelajaran kesenian anak kelas
3-4 sekolah dasar, pewarnaan tersebut
menggunakan media perantara tepung kanji
yang dicairkan namun menghasilkan corak
menjalar seperti lumut atau akar. Jika
diterapkan dalam sebuah media maka
bentuk itu bisa menggambarkan sebuah
motif. Menurut Chodijah (2001:22): motif
adalah corak yang terdapat pada bahan
misalnya corak bentuk bunga, binatang,
bola-bola, bergaris-garis atau kotak. Selain
itu Bentuk tersebut memiliki nilai seni
yang menarik untuk sebuah hasil
pewarnaan dan hasil pewarnaan tersebut
bisa dijadikan sebagai sebuah pajangan
lukisan. Pewarnaan menggunakan tepung
kanji yang dimaksudkan adalah pewarnaan
diatas kertas dilumuri tepung kanji yang
telah dilarutkan dalam air panas hingga
menjadi cairan kental, kemudian diwarnai
dengan teknik membubuhi titik-titik tetesan
warna pada kertas tersebut baik
menggunakan jari-jari tangan, lidi dan alat
lainnya, lalu jadilah titik-titik tetesan warna
tersebut membentuk motif menjalar seperti
akar sehingga terdapat corak-corak yang
tidak beraturan namun mempunyai nilai
seni tersendiri.
Purnamawati S (2010:11)
menyatakan: Tepung kanji merupakan
tepung/bahan yang terbuat dari
singkong/cassava. Bedasarkan
hubungannya dengan pembuatan
lem/perekat, kanji juga dapat diolah
menjadi cairan yang sedikit lebih cair dari
lem.Hasil dari olahan itulah yang
digunakan sebagai media pewarnaan pada
kertas dan bisa menciptakan corak seperti
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
12
akar dipermukaan kertas dengan berbagai
warna seolah menjadi lukisan.
Warna yang digunakan dapat
dikombinasikan dengan menggunakan
warna yang lain baik dua maupun tiga
warna. Warna yang dimaksudkan dalam
teknik pewarnaan diatas, dapat
dimanfaatkan dari pewarna buatan maupun
alami seperti dari ekstrak kunyit, cabai,
kopi dan lain-lain. Teknik pewarnaan diatas
kanji tersebut sebelumnya pernah dipelajari
oleh penulis pada mata pelajaran desain
busana kelas II, Sekolah Menengah
Kejuruan. Setelah menghasilkan corak
yang bagus untuk ukuran sebuah lukisan,
karya tersebut dapat dipajang sebagai
hiasan dinding dalam bentuk desain
ilustrasi atau lukisan abstrak.
Penulis memilih teknik pewarnaan
tersebut karena jenis teknik pewarnaan
tersebut belum pernah diterapkan pada
media kain sebelumnya dengan
memanfaatkan larutan kanji cair. Selain itu
pemilihan kain dengan jenis katun karena
kain katun tersebut memiliki serat alami
yang dapat menyerap warna dengan baik.
Menurut Poespo (2005:69) : Kain katun
adalah bahan yang paling ekonomis dari
segala bahan alami, sehingga kebanyakan
tipe katun pada kenyataannya 100%
memiliki serat katun salah satunya yaitu
dari serat kapas. Kain katun punya
karakteristik sebagai bahan yang selalu
berubah-ubah atau tidak tetap, sehingga
sifat dan penampilannnya pun susah
diketahui, tetapi katun tenunan punya sifat
sebagai bahan yang kaku, bertekstur
kusam, dan kuat.
Namun dikarenakan penggunaan
kanji sebagai cairan untuk mendapatkan
corak, maka kain tersebut tidak mengalami
proses fiksasi. Fiksasi yang biasanya
dilakukan pada kain yang diwarnai dengan
warna alami merupakan sebuah metode
untuk penguncian warna agar warna alami
tersebut dapat bertahan, biasanya
menggunakan campuran bahan kimia
berupa, tawas, kapur dan tunjung. Noor
Fitrihana (2007:5) mengatakan: proses
fiksasi (fixer) yaitu proses penguncian
warna setelah bahan dicelup dengan zat
warna alam agar warna memiliki ketahanan
luntur yang baik.
Bahan–bahan kimia tersebut dapat
juga digunakan dalam beberapa proses
pewarnaan alami salah satunya saat
mengambil ekstraksi atau pada saat teknik
pewarnaan dengan cara meneteskan zat
warna pada kain.
Penerapan teknik pewarnaan
tersebut akan dilakukan melalui proses
penelitian yang menggunakan pewarna
alami dengan melakukan eksperimen yang
sebelumnya belum pernah dilakukan dalam
pewarnaan menggunakan objek kertas atau
kain dengan warna sintetis. Penulis
menggunakan teknik yang sama dengan
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
13
memanfaat warna yang berbeda dari
eksperimen awal yaitu pewarna dari ekstrak
bahan alami. Berdasarkan permasalahan
yang peneliti telah kemukakan diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul berjudul “Teknik Pewarnaan
Tekstil dengan Bahan Alami Menggunakan
Kanji Cair pada Kain Katun”
Berdasarkan uraian diatas, maka
yang menjadi rumusan masalah adalah
bagaimana teknik pewarnaan tekstil dengan
bahan alami dan tepung kanji yang
dicairkan pada kain katun.
Adapun yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1.1.1 Untuk mengetahui efek tekstur dan
warna yang dihasilkan pada kain dari
teknik pewarnaan kain dengan ekstraksi
warna alami menggunakan perantara
kanji cair
1.1.2 Untuk mengetahui corak yang
ditimbulkan dari teknik tetes pada
bahan kertas dan tekstil
1.1.3 Untuk mengetahui warna yang
dihasilkan setelah fiksasi dari enam
sampel warna alami yang diambil.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode eksperimen. Adapun uji percobaan
dalam penelitian ini adalah kain dengan
teknik pewarnaan menggunakan kanji.
Noor Juliansyah (2011:111) menyatakan:
Metode eksperimen dapat didefenisikan
sebagai metode sistematis guna
membangun hubungan yang mengandung
fenomena sebab akibat.
Penelitian eksperiment merupakan
metode inti dari model pendekatan
kuantitatif .Jenis penelitian ini bersifat
deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan sifat atau karakteristik
dari suatu gejala, peristiwa, kejadian yang
terjadi saat ini.Penelitian deskriptif
memusatkan perhatian kepada masalah
actual dan penelitia berusaha
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian
yang menjadi pusat perhatian tanpa
memberikan perlakukan khusus.
Metode eksperimen yang
merupakan metode dalam kondisi buatan
penulis dengan mencari tujuan atas hasil
dari percobaan peneliti itu sendiri. Desain
penelitian pada metode eksperimen ini pada
tahap awal bersifat pre-eksperiment.
Menurut Navel (2012): Desain pre-
eksperiment merupakan jenis desain yang
digunakan untuk melakukan studi
pendahuluan sebelum dilakukan
eksperimen sebenarnya.Percobaan
dilakukan sesuai langkah-langkah yang
telah direncanakan sebelumnya.Dalam
metode eksperimen ini peneliti hanya
melakukan proses/teknik, menguraikan
perbandingan dalam memperoleh hasil
akhir yang diterapkan dalam tahap
ekperimen.
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
14
Objek pada penelitian ini adalah
sampel kain katun yang terdiri atas 3 jenis
kain katun untuk mengetahui kuantitas
warna melalui proses fiksasi dan
penggunaan kanji sebagai perintang corak
diatas kain. Ukuran masing-masing kain
diperkirakan 15cmx15cm atau lebih.Jenis
kain katun yang digunakan bermacam
berdasarkan karakter kain untuk percobaan
diantaranya katun Toyobo, Katun Ima dan
Katun Aikon.
Kain katun Aikon merupakan jenis
polycatoon produksi baru yang kita temui
dipasaran memiliki karateristik lembut,
tebal serat tidak terlalu terlihat, halus dan
lembut, agak kaku dan tidak tipis. Katun
Ima merupakan bagian jenis katun Jepang
polos. Katun Ima memiliki cirri-ciri
seratnya kasar secara horizontal,
permukaan timbul dari arah serat tersebut,
warna lebih putih terang, dan bahannya
tipis. Jenis katun ini dapat menyerap warna
dengan baik. Katun doyobo atau toyobo
merupakan jenis katun yang baru-baru ini
beredar dipasar tekstil. Jenis katun yang
merupakan bagian dari katun Jepang ini
memiliki karakteristik lebih tebal dan
berbeda dari katun lainnya yang juga
bersifat lembut dan mampu menyerap air.
Diihat dari penggunaannya, dalam sebuah
artikel blog Susi (2016) menyebutkan :
karakteristik kain toyobo bersifat adem,
tidak mudah kusut, nyaman dan tebal.
Data dikumpulkan berdasarkan
teknik observasi, dokumentasi dan
eksperimen kemudian dianalisis dengan
pemaparan secara naratif tentang hasil
pengamatan uji eksperiment yang diteliti
dalam bentuk uraian. Analisis
mendeskripsikan teknik, efek dan corak
yang menjadi hasil penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan dalam penelitian yaitu (1)
Untuk mengetahui efek yang dihasilkan
dari teknik pewarna tekstil alami
menggunakan kanji cair (2) Untuk
mengetahui corak yang ditimbulkan dengan
perbandingan dari teknik tetes dan bahan
lain dalam pewarnaan yang digunakan (3)
Untuk mengetahui warna yang dihasilkan
dari fiksasi keenam warna alami yang
digunakan.
Efek yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah dengan melihat hasil
warna pada kain dan tekstur kain setelah
mengering. Adapun hasil efek yang
ditimbulkan berdasarkan teknik pewarnaan
yang terinspirasi dari finger painting
menggunakan teknik pointless dengan
metode statiska fluida (fluida statis/diam)
yaitu dengan mengendapkan cairan
pewarna dalam perantara pipet dibawah
tekanan udara untuk diteteskan diatas kain
yang telah dilumuri kanji sebagai perantara
perintang corak atau motif. Definisi fluida
statis menurut Bagus (2015) adalah zat alir
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
15
yang berada dalam kondisi diam dan tidak
bergerak Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1. Menyediakan semua bahan dan alat
untuk teknik pewarnaan tekstil
menggunakan pewarna alami dan tepung
kanji pada kain katun
2. Lapisi papan atau meja dengan plastik
bening. Kemudian lentangkan kain yang
telah mengalami proses mordanting
sebelum melumuji kanji yang dicairkan.
Melapisi papan dengan plastik bening dan
meletakkan kain sebelum melumuri kanji
3. Lumuri kanji yang telah dicairkan keatas
permukaan kain dengan menggunakan
sendok sebanyak 2-3 sendok makan.
Kemudian diratakan sebaiknya dengan
rol. Boleh juga menggunakan tangan
agar mudah mengetahui permukaan kain
yang dilumuri kanji merata atau tidak.
hal ini dapat mempengaruhi
merintangnya corak dari cairan warna
yang diteteskan. Hasil kanji cairpun
tidak boleh terlalu kental juga tidak
boleh terlalu cair.
Melumuri kanji diatas kain dan meratakan kanji
4. Mengambil ekstraksi zat warna untuk
meneteskan warna alami tersebut keatas
kain dengan melakukan proses statiska
fluida, menahan cairan warna yang akan
diteteskan tersebut sampai keatas
permukaan
Mengambil pewarna alami dan meneteskan
zat warna keatas kain
5. Cairan yang telah diteteskan
menimbulkan corak yang mirip seperti
lumut atau akar. Menahan cairan warna
dalam pipet kemudian melepas jari-jari
yang semula menutupi bagian atas pipet
dan dilakukan secara berulang
Meneteskan zat warna tersebut keatas kain
dengan menahan zat warna dalam pipet
Berdasarkan pengambilan warna
tersebut, maka hasil corak yang muncul
menjadi bentuk yang memiliki nilai
tersendiri.Zat warna yang telah diambil
dikeluarkan diatas kain, namun tidak boleh
melepaskan pipet tersebut terlebih
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
16
dahulu.Ini dilakukan agar diantara bentuk
corak yang telah muncul terdapat lingkaran
ditengahnya membuat corak tersebut
menjadi jelas.
Hasil pewarnaan dalam keadaan basah
Hasil pewarnaan dalam keadaan kering
Perubahan warna yang terjadi pada
bahan penelitian ini dikarenakan kurangnya
kekuatan warna oleh ekstrak alami,
sehingga warna tersebut ketika mengering
mengalami perubahan lain, hal ini dapat
dilihat pada uraian sebelumnya. Objek
beserta warna dan corakmenjadi berbeda
baik dalam keadaan basah maupun kering
yang terdapat pada kain tersebut. Selain itu
pewarna alami memang memiliki beberapa
kelemahan, seperti yang dinyatakan Noor
Fitrihana, (2007:2): Salah satu kendala
pewarnaan tekstil menggunakan zat warna
alam adalah ketersediaan bahannya yang
tidak siap pakai sehingga diperlukan
proses-proses khusus untuk dapat dijadikan
larutan pewarna tekstil. Oleh karena itu zat
warna alam sering dianggap kurang praktis
penggunaannya.Meskipun zat warna telah
didukung oleh penggunakan bahan-bahan
yang telah dilarutkan seperti tawas dan
kapur, namun penggunaan bahan tersebut
pada akhirnya hanya bisa digunakan
sebagai variasi warna yang mengalami
perubahan dari warna asli tanpa campuran
dari bahan-bahan tersebut.
Hasil teknik pewarnaan diatas
menggunakan ekstraksi kayu secang
dengan penambahan bahan sintetis kapur
dan kunyit dengan penambahan tawas yang
dikombinasikan.Selain untuk mengetahui
tingkat kecerahan warna, beberapa pada
tujuan ini juga perlu melihat perbandingan
yang dihasilkan sebelumnya yang
diterapkan pada kertas, yang menggunakan
pewarna tekstil atau alami.Terdapat
perbedaan efek dari warna yang digunakan.
(a) (b)
a) Perbandingan pewarnaan pada kertas
menggunakan kanji cair dan cat lukis b)
Pewarnaan pada kerta menggunakan kanji
cair dan pewarna alami dari kayu
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
17
Gambar diatas menunjukkan beberapa
perbedaan dengan beberapa penerapan
pewarnaan pada bahan-bahan sebelumnya
yang digunakan, diantaranya hasil
pewarnaan pada bahan kertas
menggunakan pewarna cat lukis,
pewarnaan pada kertas menggunakan
pewarna alami, mengingat sebelumnya
pewarna alami juga digunakan dalam
teknik melukis. Seperti yang disebutkan
Ega Shintia (2017:1-2) :Proses penggunaan
zat pewarna alami dalam teknik melukis
sudah dilakukan oleh nenek moyang secara
turun menurun. Zat pewarna alami tersebut
akan diproses dengan dilarutkan pada
minyak zaitun dan air dengan teknik
melukis.
Kemudian dilanjutkan dengan
percobaan pewarnaan pada kain
menggunakan pewarna alami juga. Pada
hasil penelitian, warna yang muncul diatas
kain dalam keadaan basah maupun kering
memiliki perbedaan.Warna yang dari
memanfaatkan ekstraksi bahan alami
sebelumnya memiliki pigmen yang jelas,
namun setelah mengering dan melalui
tahap-tahap lain, warna dalam bentuk corak
yang ditimbulkan menjadi pudar atau
berbeda dari sebelumnya. Sedangkan
tekstur kain berdasarkan pengamatan
setelah mengering menjadi lebih kaku
disebabkan penggunaan kanji cair yang
bersifat kental.
Untuk mendapatkan corak penulis
menggunakan teknik pewarnaan
menggunakan kanji dengan berbagai
kombinasi variasi warna-warna alam dari
ekstraksi bahan alami pada kain katun.
beberapa hasil corak yang dengan
memanfaatkan beberapa warna alami dan
variasinya berdasarkan penambahan bahan
campuran sintetis yang diterapkan pada 3
jenis katun untuk mengetahui
perbedaannya diantaranya pada 1) katun
Aikon yaitu campuran warna ekstraksi
daun Ketapang (tunjung berwarna hitam
)+daun suji (penambahan kapur siri
berwarna hijau tua), ekstraksi Kunyit
(penambahan tawas berwarna kuning
kecoklatan)+warna ekstraksi kayu Secang
(penambahan tunjung menjadi hitam), 2)
katun Ima dengan warna ekstraksi dari
Kunyit (penambahan kapur menjadi kuning
kemerahan)+ekstrak daun Ketapang
(penambahan tawas menjadi hijau
kekuningan), ekstrak kayu Secang
(penambahan tawas menjadi merah
tua)+ekstrak kulit Manggis (penambahan
tunjung menjadi hitam), ekstrak Kunyit
(penambahan tunjung menjadi
coklat)+daun Suji (penambahan tawas
menjadi hijau tua), 3) Katun Toyobo
dengan paduan warna ekstrak daun Suji
(penambahan tawas menjadi hijau tua) +
ekstraksi kulit manggis (penambahan
tunjung menjadi hitam), ekstraksi daun
Ketapang (penambahan kapur siri menjadi
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
18
hijau kekuningan)+ekstraksi kayu Secang
(penambahan tunjung menjadi hitam).
Jika pada kertas yang tekstur justru
mengendapkan warna tapi menimbukan
corak persis seperti lumut maka, pada kain
yang justru menyerap warna menimbulkan
corak yang berbeda. Hal ini disebabkan
pemilihan objek adalah berbagai macam
jenis kain katun yang meiliki zat warna
alami dan menggunakan pewarna alami
sebagai zat warna .
Corak hasil eksperimen pada kain
menggunakan pewarna alami yang
ditimbulkan menjadi samar dan tidak
membentuk lumut sepenuhnya yang
disebabkan karakter warna alami sangat
menyerap pada kain yang terbuat dari serat
alami juga yaitu katun.
Gambar: 29 Gambar: 30
Pada gambar 29, hasil corak
pewarnaan menggunakan kanji cair dan
ekstraksi alami dari daun Ketapang
penambahan bahan sintetis tunjung (hitam)
dan ekstraksi daun Suji penambahan bahan
sintetis kapur siri (hijau tua) pada katun
Aikon. Bila diperhatikan corak yang
muncul justru berasal dari ekstraksi
ketapang, sedangkan corak dari daun Suji
justru samar. Hal ini disebabkan ekstraksi
zat warna daun suji tidak halus sempurna
meskipun ada penambahan tawas, tunjung
atau kapur.
Selanjutnya pada gambar 30, hasil
corak pewarnaan menggunakan kanji cair
dan ekstraksi alami dari kunyit
penambahan bahan sintetis/fiksasi tawas
(kuning kecoklatan) dengan ekstraksi kayu
Secang penambahan tunjung (hitam) pada
katun Aikon.Pada hasil tersebut zat warna
ekstraksi dari kunyit dapat membentuk
corak sedangkan zat warna dari kayu
Secang hanya menyerapi, tidak mengikuti
corak dari kunyit tersebut.
Gambar: 31 Gambar 32
Selain itu pada gambar 31 hasil
corak pewarnaan menggunakan kanji cair
dan ekstraksi alami dari kunyit
penambahan kapur (kuning kemerahan)
ekstraksi daun Ketapang dengan
penambahan tawas (hijau kekuningan) pada
katun Ima. Pada hasil tersebut zat warna
dari ekstraksi kunyit dapat membentuk
corak sedangkan daun ketapang menjadi
samar. Kemudian pada gambar 32, hasil
corak pewarnaan manggis sedikit
membentuk corak, sedangkan corak zat
warna dari ekstraksi kayu secang hanya
menyerap kedalam kain tanpa mengikuti
corak dari warna ekstraksi kulit manggis
tersebut.
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
19
Gambar: 33 Gambar: 34
Pada gambar 33 hasil corak
pewarnaan menggunakan kanji cair pada
katun Ima menjelaskan bahwa kedua zat
warna dapat membentuk corak namun
menimbulkan warna diluar corak.Hal ini
sebabkan oleh daya serap warna kunyit
yang kuat.
Pada gambar 34 hasil corak
pewarnaan menggunakan kanji cair dan
ekstraksi alami dari kulit Manggis
penambahan tunjung (hitam) dengan
ekstraksi daun suji penambahan bahan
sintetis tawas (tanpa perubahan/hijau tua)
pada katun toyobo menjelaskan bahwa
kedua corak tidak membentuk dengan baik
yang disebabkan oleh larutan ekstraksi
yang tidak sempurna.
Gambar: 35
Gambar 35 hasil corak pewarnaan
menggunakan kanji cair dan ekstraksi alami
dari daun Ketapang dengan penambahan
kapur siri (hijau kekuningan) dengan
ekstraksi kayu Secang dengan penambahan
tunjung (hitam) pada katun Toyobo.Kedua
ekstraksi dengan penambahan bahan
campuran kimia dapat menhasilkan warna
yang kuat namun saat diteteskan tidak
menimbulkan corak yang baik.
Berdasarkan uraian penjelasan
diatas penulis menyimpulkan bahwa warna
yang kuat menimbulkan corak pada
penggunaan kanji diperoleh dari zat warna
kunyit, ketapang dan suji.Pada pembuatan
hasil penulis tetap menggunakan ketiga
jenis kain yaitu toyobo, ima dan aikon.
Selanjutnya pada tujuan untuk
mengetahui warna yang dihasilkanAda
enam sample yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya memanfaatkan
ekstraksi daun ketapang, daun suji, kayu
secang, kulit manggis, kunyit dan pinang.
Ke enam ekstrak tersebut menjadi
bahan warna alami dengan menguji hasil
warna pada kain katun melalui fiksasi
menggunakan bahan tunjung, tawas dan
kapur siri.Berikut hasil warna pada sampel
kain melalui metode pencelupan kedalam
ekstraksi warna alam yang telah
dicampurkan bahan fiksasi seperti tunjung,
Tawas dan kapur sirih.
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
20
Table : warna yang dihasilkan setelah
fiksasi 6 sample warna pada kain
Ekstraksi warna yang digunakan
yaitu, ekstraksi daun Ketapang, ekstraksi
daun Suji, ekstraksi kulit Manggis,
ekstraksi kayu Secang, ekstraksi rimpang
Kunyit dan ekstraksi Pinang.
Berdasarkan hasil penelitian untuk
beberapa tujuan diantaranya: mengetahui
efek, corak dan hasil warna, kain yang
mengalami pewarnaan menggunakan kanji
cair tersebut belum bisa digunakan sebagai
produksi bahan kain, tetapi sebagai wujud
dari penggunaan berbagai warna alami
yang menimbulkan corak yang unik, maka
jenis pewarnaan pada kain menggunakan
kanji cair dan memanfaatkan warna alam
tersebut dapat diterapkan dalam bentuk
pajangan dinding.
Sebelumnya penulis telah
memerhatikan dan juga memilih ekstraksi
yang menimbulkan corak terbaik pada kain
diantaranya ekstraksi daun Ketapang
dengan penambahan tunjung (hitam),
ekstrak kunyit dengan penambahan kapur
siri (kuning kemerahan ), kunyit dengan
penambahan tunjung tidak terlalu banyak
(coklat), daun Ketapang dengan
penambahan tawas (hijau kekuningan), dan
daun suji tanpa penambahan bahan
campuran atau penggunaan tawas (hijau
tua).
Secara keseluruhan ekstraksi yang
tidak digunakan adalah ekstraksi pinang
disebabkan oleh kurangnya pigmen
meskipun telah menggunakan bahan
fiksasi. Kurangnya pigmen pinangpun
diketahui dari ekstraksi asli pinang tanpa
penambahan bahan fiksasi dengan warna
asli coklat pudar atau bening. jadi untuk
menghasilkan sebuah karya penulis
menggunakan ekstraksi dengan pigmen
yang kuat dalam pewarnaan. Penulis
mengaplikasikan lukisan tersebut dalam
bentuk desain ilustrasi dengan melihat hasil
warna yang dihasilkan pada bentuk
jatuhnya busana desain, melihat bentuk
corak dan warnanya.
Table sebelumnya menunjukan
hasil warna pada sample kain katun
melakukan pencelupan menggunakan
bahan fiksasi dan warna alami diantaranya,
ekstraksi daun Ketapang dengan
penambahan tawas menghasilkan warna
kuning kehijauan, ektraksi daun Suji tidak
menghasilkan warna dengan penggunaan
semua bahan fiksasi. Daun suji memang
sulit menghasilkan warna pada kain, karena
pada umumnya penggunaan ekstraksi daun
Suji hanya dipakai pada pengolahan
makanan.
Ekstraksi Kayu secang fiksasi
menggunakan tunjung menhasikan warna
ungu, fiksasi menggunakan tawas menjadi
merah muda, dan fiksasi menggunakan
kapur siri tidak memaparkan warna yang
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
21
jelas dalam arti tidak menghasilkan warna.
Kemudian ekstraksi kulit manggis setelah
fiksasi tidak menghasilkan warna, ekstraksi
pinang fiksasi kapur siri menhasilkan
warna coklat namun agak pudar, ekstraksi
kunyit fiksasi dengan kapur siri
menghasilkan warna coklat kuning
kecoklatan.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa
ekstraksi menghasilkan warna, dan
beberapa ekstraksi tidak menghasilkan
warna yang jelas setelah fiksasi diantaranya
adalah daun suji, pinang dan manggis.
Ketiga warna tersebut belum cukup efektif
dalam penerapan pewarnaan, salah satunya
teknik jumputan, sedangkan ketiga warna
lainnya yakni secang, kunyit dan ketapang
menimbulkan warna yang jelas tergantung
proses pengolahan. Namun beberapa dari
ekstraksi tersebut dapat digunakan dalam
hasil dari teknik pewarnaan yang lain salah
satunya pembuatan desain ilustrasi.
Sebagai salah satu alternatif dalam
menghasilkan karya dengan teknik
pewarnaan menggunakan kanji dengan cara
meneteskan zat warna, penulis
mengaplikasikan pewarnaan ini dalam
bentuk pajangan desain ilustrasi.
Salah satu kerajinan yang bisa
diterapkan oleh penulis dalam memanfaat
bahan, alat dan teknik dalam penelitian ini
adalah sebuah lukisan dengan tampilan
desain ilustrasi yang terletak pada bentuk
samar dari desain yang digambarkan.
Soekarno dan Basuki Lanawati (2004:3)
menguraikan desain ilustrasi busana adalah
: Desain busana yang tidak menampilkan
detail busana dengan jelas, tetapi lebih
menekankan kepada jatuhnya pakaian
tubuh, siluet, keindahan dan keluwesan
desain.
Hal ini menjelaskan bahwa dari
hasil berdasarkan pewarnaan tersebut dapat
mengkreasikan pewarnaan dengan cairan
kanji pada titik-titik tertentu yang menjadi
focus dalam sebuah desain termasuk bentuk
lengan dan jatuhnya pakaian. Selain itu
bentuk corak juga menjadi daya tarik
tersendiri sebagai hiasan pada desain yang
menjadi pendukung dalam sebuah ilustrasi
busana. Berikut hasil kerajinan berupa
pajangan dinding dari teknik pewarnaan
tekstil menggunakan bahan alami dan janji
cair, dengan mengaplikasikan pewarnaan
tersebut dalam bentuk desain ilustrasi.
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
22
Hasil pewarnaan yang di aplikasikan pada
desain ilustrasi menggunakan kanji cair dan
ekstraksi alami dari daun suji kapur (hijau tua
/tanpa perubahan) dan daun ketapang
penambahan tunjung (hitam) pada katun toyobo
Hasil pewarnaan yang di aplikasikan pada
desain ilustrasi menggunakan kanji cair dan
ekstraksi alami dari kunyit penambahan
kapur (kuning kemerahan) dan daun
ketapang penambahan tunjung (hitam) pada
Katun ima
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
23
Hasil pewarnaan yang di aplikasikan pada
desain ilustrasi menggunakan kanji cair dan
ekstraksi alami dari kunyit penambahan
tawas (kuning terang) dan kunyit
penambahan tunjung(coklat) pada katun
aikon
Penggunaan warna yang digoreskan
dengan teknik tertentu bisa memanfaatkan
salah satunya warna alam atau penggunaan
media lain untuk menciptakan kreasi dalam
menimbulkan corak atau hiasan pada
desain yang dikerjakan. Pada desain diatas
dapat dijelaskan bahwa penggunaan warna
tersebut diperoleh dengan meneteskan dan
memadukan ekstraksi suji dan kunyit,
selain itu terciptanya corak dihasilkan dari
penggunaan kanji cair yang telah diratakan
dipermukaan kain.
Hasil eksperimen pewarnaan menggunakan
warna alami dan tepung kanji cair pada kain
katun
Hasil penelitian dalam bentuk
pajangan desain ilustrasi diperoleh sebagai
wujud eksperimen akhir menggunakan
teknik pewarnaan tersebut yang
sebelumnya belum pernah
dilakukan.Secara keseluruhan hasil
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
24
pewarnaan belum bisa diciptakan dalam
bentuk bahan kain karena hasil percobaan
ini tidak bisa bertahan dalam penguncian
warna, selain itu kendala kualitas kain
berbeda-beda kadang sulit menemukan
jenis katun yang sama dipasaran, warna
ekstraksi yang terbatas, dan hasil corak
tidak sama (abstrak).
Hal ini mengalihkan penulis untuk
menciptakan sebuah karya lain dalam yang
masih berkaitan dalam pewarnaan, yaitu
dalam bentuk pajangan desain ilustrasi
busana. Ketiga objek hasil pewarnaan
diberi penambahan hiasan paet kemudian
dibingkai untuk hasil berupa pajangan
dinding desain ilustrasi busana yang
memanfaatkan warna alami dan tepung
kanji.
KESIMPULAN
1. Berbagai macam teknik pewarnaan
untuk bahan tekstil yang umumnya
digunakan melalui metode pencelupan
untuk bahan dasar, atau jumputan, spray,
dan batik untuk mendapatkan warna
sebagai hiasan pada kain. dalam teknik
pewarnaan secara umum ada banyak
teknik salah salah satunya dengan teknik
penetesan zat warna dengan
mengendapkan zat warna dalam
perantara pipet yaitu metode fluida stasis
ke permukaan kain yang telah dilumuri
kanji yang dicairkan. Efek yang
dihasilkan pada kain diantaranya
kualitas kain pada bagian yang dilumuri
kanji menjadi kaku, cairan warna saat
mengering mengalami perubahan
menjadi sedikit pudar, dan mengalami
kelunturan zat warna disebabkan
penggunaan kanji yang menghalangi
pewarnaan kain menggunakan ekstraksi
zat warna alam.
2. Corak yang dihasilkan mengalami
perbedaan diantara keadaan kain setelah
diwarnai basah dan ketika mengering.
Corak atau bentuk dari warna yang telah
diteteskan menjadi samar dan sedikit
diluar bentuk seperti akar menjalar yang
diinginkan penulis. Namun dapat diatasi
dengan pengulangan penetesan zat
warna yang disesuaikan bentuk corak
pertama serta kombinasi warna yang
ditambahkan.
3. Beberapa ekstraksi menghasilkan warna
setelah fiksasi diantaranya daun
ketapang dengan fiksasi tawas berwarna
kuning kehijauan, kayu secang fiksasi
tunjung menghasilkan warna ungu, dan
kunyit fiksasi menggunakan kapur siri
mengahsilkan warna kuning kecoklatan.
Sedangkan ekstraksi lainnya belum
menghasilkan warna dengan
maksimal.Setelah melakukan ekperimen
teknik pewarnaan tekstil dengan bahan
alami dan tepung kanji cair pada kain
katun, secara keseluruhan pewarnaan
hampir memuaskan namun tidak dapat
dijadikan bahan produksi kain,
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
25
disebabkan penggunaan tepung kanji
yang notabennya menghalangi
pewarnaan, warna alami yang tidak
begitu kuat, pengulangan warna untuk
menyesuaikan corak dan daya serap/
terima jenis kain katun yang berbeda
juga memperngaruhi pewarnaan.
Pemilihan katun yang digunakan pada
akhirnya adalah jenis katun Toyobo, Ima
dan Aikon yang diwujudkan dalam hasil
kerajinan berupa lukisan sederhana yang
menggambarkan ilustrasi busana dengan
warna-warna alami yang dikreasikan.
SARAN
1. Kepada mahasiswa konsentrasi tata
busana jurusan PKK FKIP Unsyiah,
tentunya mempelajari bagian-bagian
dari ruang lingkup ilmu tentang busana,
baik dari mengenal bahan tekstil,
pewarnaannya, bahkan pembuatannya,
selain itu ruanglingkup busana juga
mempelajari tentang pembuatan busana
yang dilatar belakangi sebuah model
atau sketsa yang bisa diwujudkan dalam
bentuk jadi busana melalui proses –
proses tertentu. Pembuatan sketsa
ilustrasi salah satunya menjadi daya
tarik dalam sebuah karya yang bisa
diterapkan dimana saja, memanfaatkan
bahan apa saja, hingga menciptakan
suatu pajangan yang memiliki nilai
seni. Oleh karena itu untuk mahasiswa
agar lebih dapat mengembangkan
sebuah kreasi yang belum banyak
diminati atau diketahui sebagai inovasi
–inovasi lain dalam menciptakan karya
nyata salah satunya desain lukisan
dengan memanfaatkan bahan sekitar
seperti yang telah dilakukan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Aprianto Bagus. 2015. Pengertian dan
Defenisi Fluida Statis. (online)
http://bagusaprianto1010.blogspot.
com/2015/11/pengertian-dan
definisi-fluida-statis.html. Diakses
pada tanggal 28 des 2017
Chodijah dan Alim Zaman. 2001. Desain
Mode Tingkat Dasar. Jakarta :
Carina Indah Sarana
Ega Shintia GP. 2017. Eksplorasi Serbuk
Pwarna Alami Sebagai Media dalam
Melukis. Unesa: Surabaya
Poespo Goet. 2005. Pemilihan Bahan
Tekstil. Yogyakarta. Kanisius
Purnamawati.S. 2010. Kue-kue
Istimewa dari Singkong. Surabaya :
SIC
Juliansyah Noor. 2011. Metodologi
Penelitian. Jakarta :Kencana
Prenada Media Group
Soekarno dan Basuki Lanawati.2004.
Panduan Membuat Ilustrasi
Busana. Jakarta : PT Kawan
Pustaka
Susi. 2016. Gamis dari Kain Toyobo.
(online) http://www.rumah-jahit
haifa.html/2016/12/diakses pada
tanggal 8 Agustus 2017
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
VOLUME 2 NOMOR 4 NOVEMBER 2017 Hal: 10-26
26
Navel Mangale. 2012. Metode Penelitian
Eksperimen. (online)http://
wordpress.com
/2012/02/27/diakses pada tanggal
15 Januari 2017
Noor Fitrihana. 2017. Jurnal. Teknik
Eksplorasi Zat Pewarna Alam dari
Tanaman Disekitar
Kita untuk Pencelupan Bahan Tekstil. Fakultas Teknik PKK UNY Yogyakart