teknologi enzim ria
TRANSCRIPT
![Page 1: TEKNOLOGI ENZIM RIA](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100601/5571f9be49795991699051ad/html5/thumbnails/1.jpg)
Isolasi Enzim Laktase pada Bakteri Lactobacillus acidophilus
untuk Penderita Intoleransi Laktase Sekunder
OLEH
Nama : Wayan Ria Medisina
NIM : 0808505030
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2010
![Page 2: TEKNOLOGI ENZIM RIA](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100601/5571f9be49795991699051ad/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Susu merupakan sumber nutrisi yang penting untuk pertumbuhan bayi. Susu mengandung
karbohidrat,protein, lemak, mineral, dan vitamin. Laktosa merupakan satu-satunya karbohidrat
yang terdapay di dalam susu yang diproduksi oleh mammalia. Laktosa merupakan gabungan dari
monisakarida glukosa dengan galaktosa.
Laktosa akan dipecah menjadi dua penyusunnya yang berupa monosakarida untuk dapat
diserap melalui peredaran darah. Enzim laktase yang berfungsi memecah gula susu (laktosa)
terdapat di mukosa usus halus. Pada keadaan normal, tubuh dapat memecah laktosa menjadi gula
sederhana dengan bantuan enzim laktase. Tanpa laktase yang cukup manusia tidak dapat/mampu
mencerna laktosa sehingga akan mengalami gangguan pencernaan seperti sakit perut dan diare
yang dikenal sebagai intoleransi laktosa atau defisiensi laktase.
Apabila ketersediaan laktase tidak mencukupi, laktosa yang terkandung dalam susu tidak
akan mengalami proses pencernaan dan akan dipecah oleh bakteri di dalam usus halus. Proses
fermentasi yang terjadi dapat menimbulkan gas yang dapat menimbulkan gas dan rasa sakit di
bagian perut. Sedangkan sebagian laktosa yang tidak dicerna akan tetap berada di saluran cerna
dan tidak terjadi penyerapan air dari faeses sehingga penderita akan mengalami diare.
Untuk mengurangi angka kematian akibat diare khususnya karena intoleransi laktosa atau
defisiensi laktase, perlu dilakukan pemberian sediaan yang mengandung enzim laktase itu sendiri
mengingat individu tersebut tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan enzim laktase.
Untuk membuat suatu sediaan enzim, diperlukan suatu metode untuk mengidentifikasi dan
mengisolasi dari enzim laktase tersebut sehingga didapatkan enzim yang murni.
1.1. Rumusan Masalah
Bagaimana cara isolasi enzim laktase untuk mengatasi intoleransi laktosa sekunder
1.2. Tujuan
Tujuan umum :
Mengetahui metode isolasi untuk mendapatkan enzim laktase.
Tujuan khusus :
1. Mengetahui dampak dan penyebab intoleransi laktosa pada manusia.
![Page 3: TEKNOLOGI ENZIM RIA](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100601/5571f9be49795991699051ad/html5/thumbnails/3.jpg)
2. Mengetahui penanganan dalam bidang farmasi untuk pasien intoleransi laktosa.
3. Mengetahui manfaat isolasi enzim di bidang farmasi
![Page 4: TEKNOLOGI ENZIM RIA](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100601/5571f9be49795991699051ad/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa merupakan sebuah keadaan ketidakmampuan untuk mencerna laktosa
yang merupakan komponen utama dalam susu. Penyakit ini disebabkan karena defisiensi enzim
lactase yang diproduksi pada sel yang terdapat di dalam usus halus. Enzi mini memecah laktosa
pada susu menjadi dua bagian yaitu glukosa dan galaktosa yang nantinya akan diserap melalui
peredaran darah.
Orang yang memiliki penyakit ini biasanya mengalami ketidaknyamanan ketika
mengkonsumsi susu atau produk yang mengandung laktosa. Gejala umum yang muncul adalah
mual, keram pertu, kejang, kembung, gassing, dan diare. Gejala ini muncul kira-kira 30 menit
hingga 2 jam setelah mengkonsumsi produk yang mengandung laktosa. Tingkat keparahan gejala
bergantung pada seberapa besar kemampuan seseorang dapat mentoleransi laktosa dan umur, dan
kecepatan pencernaan. (Anonim, 2006).
Defisiensi laktosa dibagi menjadi tiga jenis yaitu primer, kongenital, dan sekunder.
Defisiensi laktosa primer disebabkan karena keturunan. Defisiensi laktosa kongenital, hal ini
biasanya jarang terjadi, yaitu ketika aktivitas enzim tidak terjadi atau minim ketika dalam
keadaan baru lahir. Bagian ketiga adalah tipe sekunder. yaitu ketika usus halus mengalami
kerusakan karena suatu penyakit, operasi, atau radiasi. Hal ini menyebabkan produksi lactase
sebagai pemecah laktosa menjadi terganggu (Bastin, 1997)
(Rusynyk dan Still, 2001)
Prevalensi penyakit intoleransi laktosa dapat dilihat pada tabel di bawah :
![Page 5: TEKNOLOGI ENZIM RIA](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100601/5571f9be49795991699051ad/html5/thumbnails/5.jpg)
(Rusynyk dan Still, 2001)
Diagnosis penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, Lactose Tolenrance
Test (LTT), Breath Hydrogen Test (BHT) dan mengukur aktivitas enzim lactase pada sampel
usus halus. Cara yang paling umum digunakan adalah dengan LTT. Pada pengujian dengan
metode LTT pengujian ini diawali dengan puasa sebelum dilakukan suatu pengujian, kemudian
pasien minum minuman yang mengandung laktosa. Darah pasien diambil setelah 2 jam untuk
mengetahui kadar glukosa di dalam darahnya yang mengindikasikan pencernaan laktosa di
dalam tubuh (Anonim , 2005).
Secara normal, ketika laktosa berada dalam sistem pencernaan, enzim lactase akan
mengubahnya menjadi dua molekul, yaitu glukosa dan galaktosa. Hati akan mengubah galaktosa
menjadi glukosa, yang akan menuju sistem peredaran darah dan meningkatkan kadar gula darah
seseorang. Jika laktosa tidak bekerja secara sempurna, kadar gula darah tidak akan meningkat
secara sigjifikan, atau tidak ada peningkatan sama sekali, ini akan ditunjukkan dalam pengujian
dengan metode LTT (Anonim , 2005).
Terapi penyakit ini dengan mengontrol gejala malabsorpsi laktosa pada pasien. Beberapa
penderita intoleransi laktosa dapat mengkonsumsi produk yang mengandung laktosa dalam skala
kecil, misalnya secangkir susu tanpa mengalami gejala defisiensi laktosa. Terdapat pula pasien
![Page 6: TEKNOLOGI ENZIM RIA](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100601/5571f9be49795991699051ad/html5/thumbnails/6.jpg)
yang harus menghindari konsumsi laktosa, jadi harus menghindari produk-produk susu dan harus
mengkonsumsi suplemen kalsium (Anonim , 2005)
Terapi yang lebih efektif adalah dengan mengkonsumsi enzim pencernaan. Biasanya
enzim pencernaan dibuat dalam bentuk tablet yang mengandung laktase, yang dapat memecah
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Tablet ini diminum sebelum mengkonsumsi makanan
atau minuman yang mengandung laktosa. Selain dalam bentuk tablet enzim lactase juga tersedia
dalam bentuk cair yang dicampur dalam susu cair siap minum. Kedua bentuk sediaan enzim ini
membantu penderita intoleransi laktosa agar dapat mengkonsumsi produk susu sehingga tidak
terjadi kekurangan kalsium yang dapat menyebabkan kerapuhan tulang (Anonim , 2005).
2.2. Laktosa
Laktosa merupakan disakariba (4- β-d- galactosyl- D- glukosa) yang hanya terdapat di
dalam produk susu mammalian. Kandungan laktosa pada susu manusia berkisar 7 gram dalam
100 ml dan pada susu sapi terkandung 4,8 gram per 100 ml. Setelah dikonsumsi, laktosa dipecah
di dalam usus menjadi dua molekul monosakarida yaitu glukosa dan galaktosa, yang dibantu
oleh enzim β-galaktosidase yang diproduksi pada membrane mukosa usus. Setelah pemecahan,
molekul monosakarida tersebut secara aktif diserap dan didistribusikan menuju hati melalui
pembuluh darah (Schaafsma, 1996). Galaktosa merupakan sneyawa yang penting untuk
pembentukan serebrosida. Serebrosida ini penting untuk perkembanggan dan fungsi otak.
Laktase disintesis di retikulum endoplasma sebagai polipeptida tunggal dan mengalami
glikosilasi menjadi “high mannose” precursor. Setelah mengalami beberapa proses, laktase
ditransportasikan dan diinsersikan pada membran mikrovilus. Laktase merupakan salah satu dari
tiga enzim sel epitel usus dengan aktifitas ß-galaktosidase. Enterosit juga mengandung
Lysosomal acid ß-galaktosidase, membantu hidrolisa laktosa, dan cytosolic ß-galaktosidase yang
tidak memiliki kekhususan terhadap laktosa (Barlianto, 2005)
2.3 Isolasi Enzim Laktase dari Lactobacillus acidophilus (Alkolkar, 2004)
2.3.1 Lactobacillus acidophilus
Lactobacillus acidophilus adalah salah satu dari delapan genera umum dari bakteri asam
laktat. Tiap genus dan spesies nya mempunyai karakteristik yang berbeda. Namun, secara umum
mereka merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus atau batang, bersifat non motil, dan
nonspora yang memproduksi asam laktat sebagai produk utama dari metabolisme fermentasi dan
menggunakan laktosa sebagai sumber karbon utama dalam memproduksi energi. L. acidophilus
![Page 7: TEKNOLOGI ENZIM RIA](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100601/5571f9be49795991699051ad/html5/thumbnails/7.jpg)
dapat tumbuh baik dengan oksigen ataupun tanpa oksigen, dan bakteri ini dapat hidup pada
lingkungan yang sangat asam sekalipun, seperti pada pH 4-5 atau dibawahnya dan bakteri ini
merupakan bakteri homofermentatif yaitu bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai satu-
satunya produk akhir. Bakteri ini merupakan bakteri Lactobacillus yang dikenal sangat baik,
umumnya bakteri ini ditemukan di dalam gastro intestinal manusia, hewan, mulut, dan vagina.
Klasifikasi dari Lactobacillus acidophilus adalah :
Kerajaan : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Bacili
Famili : Lactobacillaceae
Genus : Lactobacillus
Spesies : Lactobacillus acidophilus
2.3.2 Metode Isolasi
Isolasi dari ragi
Ragi difermentasi selama 12 jam dan alikuotnya disuspensikan ke dalam larutan saline
psikologi dan media pada plat.
Identifikasi dan Karakterisasi Lactobacillus acidophilus
Identifikasi secara mikroskopik dilakukan dengan pengujian gram. Identifikasi secara
makroskopik dilakukan dengan uji katalase, uji reduktase nitrat, dan fermentasi dalam berbagai
jenis gula. Reagen yang digunakan adalah Media air fermentasi pepton ( Pepton Water Broth –
10 g pepton, 5 g NaCl, dan air hingga volume 1 liter). 2. Indikator Andrade’s -0,1 ml- (NaOH 0,1
M dicampurkan pada larutan asam fuschin 5% hingga warnanya menjadi kuning).
![Page 8: TEKNOLOGI ENZIM RIA](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100601/5571f9be49795991699051ad/html5/thumbnails/8.jpg)
Tabel 3. Karakterisasi Lactobasillus achidophilus
Fermentasi untuk memproduksi Laktase
Strain yang dikarekterisasi sebagai Lactobasillus acidophilus diinokulasikan untuk
memproduksi laktase selama 24 jam. Medium yang digunakan adalah MRS. Hsil dari fermentasi
dikeluarkan dalam MRS.
Instrumen
Analisa secara spektrofotometri dilakukan dengan Spektrofotometer Hitachi U 2001.
Untuk pemisahan biomassa digunakan cara sentrifugasi, yaitu dengan alat Eltek atau Beckman
Cold Centrifuge. Sedangkan untuk sonication digunaka alat Branson sonifier. Ultrafiltrasi
![Page 9: TEKNOLOGI ENZIM RIA](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100601/5571f9be49795991699051ad/html5/thumbnails/9.jpg)
dilakukan dengan Amicon. Untuk pengujian denga kromatografi dilakukan dengan pompa
peristaltik, pengumpul fraksi, dan spektrofotometri UV-Vis.
Pengujian aktivitas Enzim, Protein, dan Konstanta Kinetik
Pengujian aktivitas laktase dapat dilihat dari produksi o-nitophenyl galactopyranoside
(ONPG). Satu unit aktivitas enzim sebanding dengan pembentukan 1 mol o-nitophenol dalam
ml per menit. ONPG digunakan sebagai substrat pada rentang konsentrasi 0,4-5,4 m M untuk
mementukan konstanta kinetik. Tetapan Michaelis Mentern Km dan Vmak dihitung dengan plot
Lineweaver-Burk. Metode Folin Lowry merupakan metode yang digunakan untuk mengukur
perkiraan protein dengan BSA sebagai standar. Metode asam dinitrosalisilat digunakan untuk
memperkirakan jumlah laktase.
Pemurnian dan Karakterisasi Enzim
Pemurnian enzim laktase dilakukan dengan ultrafiltrasi dan kolom kromatografi.
Unltrafiltrasi dilakukan terhadap ekstrak intraseluler dengan 50kDa, terdapat pemotongan
membrane dan pengujian komponen protein dan aktivitas enzim laktase. Pemisahan selanjutnya
dengan kolom kromatogradi Sephadex G-200, dengan panjang kolom 15 cm,n
2.4 Penanganan Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa sekunder biasanya bersifat sementara dan dapat diatasi dengan
intoleransi primer. Pasien harus membatasi konsumsi produk susu yang mengandung laktosa
hingga penyebab utama penyakit hilang. Dengan mengeliminasi konsumsi produk susu,
penderita kemungkinan akan mengalami kekurangan kalsium yang menyebabkan osteoporosis
dan mengkonsumsi suplemen kalsium untuk menghindari kerapuhan tulang. Selain itu,
mengkonsumsi yogurt dan keju masih dimungkinkan karena kedua produk tersebut lebih
ditoleransi daripada susu (Rusynyk and Still, 2001).
- Selain itu konsumsi enzim juga termasuk terapi dalam intoleransi laktosa. Produk-produk
enzim dalam sediaan tablet ataupun cair dapat digunakan dalam mengatasi intoleransi laktosa.
Sediaan enzim ini dapat dikonsumsi sebelum makan, dapat pula dicampurkan dalam makanan,
atau dicampur ke dalam produk susu untuk menghidrolis laktosa terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi. Dengan suplemen enzim ini diharapakan penderita laktosa intolerant dapat
memperoleh nutrisi yang cukup dari produk-produk susu tanpa terganggu dengan adanya gejala
intoleransi laktosa (Bastin, 1997).
![Page 10: TEKNOLOGI ENZIM RIA](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100601/5571f9be49795991699051ad/html5/thumbnails/10.jpg)
Enzim yang telah diperoleh dari proses isolasi enzim dari bakteri Lactobacillus
acidophilus digunakan dalam terapi penyembuhan intoleransi sekunder. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam memformulasi enzim adalah karakteristik enzim, bahan-bahan obat selain
enzim tidak boleh mengganggu mekanisme kerja enzim. Selain faktor sifat psikokimia dan
interaksi bahan obat, parameter farmakokinetik suatu sediaan juga haris diperhatikan untuk
tujuan terapi yang diinginkan dan kenyamanan pasien.
![Page 11: TEKNOLOGI ENZIM RIA](https://reader037.vdocuments.pub/reader037/viewer/2022100601/5571f9be49795991699051ad/html5/thumbnails/11.jpg)
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas kesimpulan yang didapat adalah
1. Isolasi enzim laktase dari bakteri Lactobacillus achidophylus dilakukan dari fermentasi
ragi
2. Manfaat isolasi enzim dari bakteri Lactocacillus achidophylus adalah untuk memperoleh
enzim laktase yang akan digunakan sebagai terapi penyakit intoleransi laktosa
3. Intoleransi laktosa dengan defesiensi laktosa sekunder yaitu ketika usus halus mengalami
kerusakan karena suatu penyakit, operasi, atau radiasi. Hal ini menyebabkan produksi
lactase sebagai pemecah laktosa menjadi terganggu Intoleransi laktosa dapat
menyebabkan diare akut.
4. Penanganan intoleransi laktosa dengan defisiensi laktosa sekunder dapat dilakukan
dengan pemberian suplemen enzim laktase dalam bentuk tablet maupun cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Alkorkar, S.K., Sajgure, A., Lele, S.S. 2004. LactaseProduction from Lactobacillus acidophilus
World Journal of Microbiology & Biotechnology (2005) 21: 1119–1122
Anonim. 2005. Diagnosis and Test For Lactose Intolerance (cited 25 November 2010).
Available at http://www.foodreactions.org/intolerance/lactose/diagnosis.html.
Anonim. 2006. Lactose Intolerance. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Diseases NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH. USA
Barlianto, Wisnu. 2005. Terapi Sinbiotik Terhadap Diare Akut dengan Intoleransi Laktosa
Sekunder. Available at : http://eprints.undip.ac.id/17773/1/Wisnu_Barlianto.pdf . Opened on
: November 25,2010.
Bastin, S. 1997. Lactose Intolerance.University of Kentucky Cooperative Extention Service.
Rusynyk, R.A., Still, C.D. 2001. Lactose Intolerance. S10 • JAOA • Vol 101 • No 4 • Supplement
to April 2001
Schaafsma, G. 1996. Lactose intolerance : Nutritional Implications. TNO-Nutrition and Food
Research Institute.