teknologi hayati terapan tiara

11
Teknologi Hayati Terapan TANAMAN TRANSGENIK A. Resiko Tanaman Transgenik 1. Kesehatan Manusia a) Keracunan makanan transgenik Produk transgenik nyata-nyata berpotensi mengandung racun dan adalah sebuah ancaman kesehatan manusia. Di tahun 1989, salah satu merek makanan suplemen yang mengandung bahan transgenik telah mengakibatkan kematian 37 warga Amerika dan memperparah penyakit 5.000 orang lainnya yang sebelumnya telah menderita sakit sebelum mengkonsumsi makanan suplemen tersebut. Di tahun 1999, penelitian oleh Dr. Arpad Pusztai menunjukkan kentang transgenik yang tersisipi DNA suatu tanaman dan virus ‘’Cauliflower Mosaic Virus’’ (penunjang virus yang biasa digunakan dalam pembuatan tanaman transgenik), adalah beracun bagi mamalia. b) Meningkatnya resiko kanker Di AS, Monsanto menjual recombinant Bovine Growth Hormone (rBGH) transgenik, yang disuntikkan ke sapi perah agar dapat memproduksi lebig banyak susu. Susu serta produk-produk olahannya dapat menyebabkan gangguan pada jaringan payudara dan prostat manusia serta kanker usus besar. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa adanya kandungan yang tinggi dari produk samping hormon tersebut dalam tubuh manusia cenderung menyebabkan resiko kanker. c) Alergi terhadap makanan Memakan protein asing yang terkandung dalam produk makanan transgenik dapat membahayakan manusia. Pengujian keamanan pra- pemasaran yang ketat sangatlah penting untuk melindungi kesehatan masyarakat umum. Hukum pelabelan atas produk makanan transgenik juga penting agar konsumen yang alergi makanan dapat menghindarinya dan juga agar petugas kesehatan dapat melacak balik sumber bahan penyebab alergi tersebut jika terjadi kasus alergi makanan transgenik. d) Rusaknya kandungan gizi dan kualitas makanan

Upload: sucirakhmadanti-josapamungkas

Post on 31-Dec-2014

36 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teknologi Hayati Terapan Tiara

Teknologi Hayati Terapan

TANAMAN TRANSGENIK

A. Resiko Tanaman Transgenik

1. Kesehatan Manusia

a) Keracunan makanan transgenik

Produk transgenik nyata-nyata berpotensi mengandung racun dan adalah sebuah ancaman kesehatan manusia. Di tahun 1989, salah satu merek makanan suplemen yang mengandung bahan transgenik telah mengakibatkan kematian 37 warga Amerika dan memperparah penyakit 5.000 orang lainnya yang sebelumnya telah menderita sakit sebelum mengkonsumsi makanan suplemen tersebut. Di tahun 1999, penelitian oleh Dr. Arpad Pusztai menunjukkan kentang transgenik yang tersisipi DNA suatu tanaman dan virus ‘’Cauliflower Mosaic Virus’’ (penunjang virus yang biasa digunakan dalam pembuatan tanaman transgenik), adalah beracun bagi mamalia.

b) Meningkatnya resiko kanker

Di AS, Monsanto menjual recombinant Bovine Growth Hormone (rBGH) transgenik, yang disuntikkan ke sapi perah agar dapat memproduksi lebig banyak susu. Susu serta produk-produk olahannya dapat menyebabkan gangguan pada jaringan payudara dan prostat manusia serta kanker usus besar. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa adanya kandungan yang tinggi dari produk samping hormon tersebut dalam tubuh manusia cenderung menyebabkan resiko kanker.

c) Alergi terhadap makanan

Memakan protein asing yang terkandung dalam produk makanan transgenik dapat membahayakan manusia. Pengujian keamanan pra-pemasaran yang ketat sangatlah penting untuk melindungi kesehatan masyarakat umum. Hukum pelabelan atas produk makanan transgenik juga penting agar konsumen yang alergi makanan dapat menghindarinya dan juga agar petugas kesehatan dapat melacak balik sumber bahan penyebab alergi tersebut jika terjadi kasus alergi makanan transgenik.

d) Rusaknya kandungan gizi dan kualitas makanan

Kandungan zat-zat yang berguna untuk mencegah penyakit jantung dan kanker pada kedelai transgenik malahan lebih rendah dibanding kedelai tradisional. Hasil penelitian ini dan yang lainnya, termasuk penelitian Dr. Pusztai, menunjukkan bahwa makanan transgenik cenderung lebih rendah kualitas dan kandungan nutrisinya.

e) Kekebalan bibit penyakit terhadap antibiotika

Proses pembuatan produk transgenik seringkali dilakukan dengan menggunakan gen ‘’penanda’’ yang bersifat antibiotik. Gen penanda ini berfungsi sebagai tanda untuk menunjukkan apakah gen yang ditransfer/ dipindahkan sudah berhasil menyatu dengan inangnya atau tidak. Beberapa peneliti mengkhawatirkan bahwa gen penanda yang tahan antibiotic ini tanpa diduga dapat menyatu dengan kuman penyebab penyakit, baik di alam bebas maupun di dalam perut hewan ataupun manusia yang mengkonsumsi makanan trasgenik. Jika ini terjadi, akan menyebabkan bencana kesehatan bagi

Page 2: Teknologi Hayati Terapan Tiara

manusia dimana penyakit menjadi tahan antibiotic sehingga tak dapat diobati lagi dengan antibiotik biasa dan menyebabkan pembuatan obat yang lebih keras lagi.

f) Menigkatnya kandungan residu pestisida pada makanan

Perusahaan-perusahaan raksasa yang bergerak di bidang bioteknologi ini adalah perusahaan yang sama dengan perusahaan kimia yang memproduksi dan menjual racun kimia pestisida. Perusahaan-perusahaan ini merekayasa gen tanaman sehingga menjadi tahan terhadap herbisida yang mereka buat sehingga mereka dapat menjual lebih banyak herbisida lagi kepada petani yang akhirnya memaksa petani harus menggunakan lebih banyak herbisida lagi untuk mengendalikan gulma.

2. Ekologi

Adapun beberapa pengaruh negatif  dari produk tanaman transgenik yang dapat mengancam

lingkungan sebagai berikut:

1. Potensi erosi plasma nutfah

Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan

tembakau Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman,

plasma nutfah hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh,

dikembangkannya tanaman transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida,

misalnya jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja

(Danaus plexippus) sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan

ekosistem akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut (anonymous, 2010).

Hal ini terjadi karena gen resisten pestisida yang terdapat di dalam jagung Bt dapat

dipindahkan kepada gulma milkweed (Asclepia curassavica) yang berada pada jarak

hingga 60 m darinya. Daun gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-kupu raja

sehingga larva kupu-kupu raja yang memakan daun gulma milkweed yang telah

kemasukan gen resisten pestisida tersebut akan mengalami kematian. Dengan demikian,

telah terjadi kematian organisme nontarget, yang cepat atau lambat dapat memberikan

ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.

2.      Potensi pergeseran gen

Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera setelah

tahun ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme

tanah, misalnya cacing tanah.

Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami pergeseran gen karena

semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi kemudian dapat juga mematikan organisme

lainnya. Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan

perubahan struktur dan tekstur tanah di areal pertanamannya.

Page 3: Teknologi Hayati Terapan Tiara

3.      Potensi pergeseran ekologi

Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang

pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah

selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor

lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan

gangguan lingkungan yang dikenal sebagai gangguan adaptasi.

4.      Potensi terbentuknya barrier species

Adanya mutasi pada mikroorganisme transgenik menyebabkan terbentuknya barrier

spesies yang memiliki kekhususan tersendiri. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan

adalah terbentuknya superpatogenitas pada mikroorganisme.

5.      Potensi mudah diserang penyakit

Tanaman transgenik di alam pada umumnya mengalami kekalahan kompetisi dengan

gulma liar yang memang telah lama beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan yang

buruk. Hal ini mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan

lebih disukai oleh serangga. Penggunaan tanaman transgenik yang resisten terhadap

herbisida akan mengakibatkan peningkatan kadar gula di dalam akar. Akibatnya, akan

makin banyak cendawan dan bakteri yang datang menyerang akar tanaman tersebut. Dengan

perkataan lain, terjadi peningkatan jumlah dan jenis mikroorganisme yang menyerang

tanaman transgenik tahan herbisida. Jadi, tanaman transgenik tahan herbisida justru

memerlukan penggunaan pestisida yang lebih banyak, yang dengan sendirinya akan

menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan.

3. Isu Budaya dan Agama

a. Sikap masyarakat tentang penggunaan tanaman transgenik di Indonesia

Penggunaan tanaman transgenik hingga saat ini, masih menuai sikap pro dan kontra di dalam masyarakat. Masyarakat yang pro pada penggunaan tanaman transgenik terutama melihat pada potensi pemanfaatan tanaman transgenik untuk mengatasi krisis pangan, dan cenderung berpendapat penggunaan transgenik tidak berbahaya. Sedangkan masyarakat yang kontra pada penggunaan transgenik karena menganggap tanaman transgenik belum dievaluasi mendetail untuk keamanan tingkat konsumsinya bagi manusia, bagi lingkungan dan mempertanyakan asal-usul gen yang diintroduksi ke dalam tanaman. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pro dan kontra yang terjadi di masyarakat mengenai penggunaan tanaman transgenik, berikut dipaparkan alasan masyarakat yang pro terhadap penggunaan tanaman transgenik dan alasan masyarakat yang kontra terhadap penggunaan tanaman transgenik yang merupakan sikap masyarakat non formal (non sekolah).

Page 4: Teknologi Hayati Terapan Tiara

Sikap Pro Penggunaan Tanaman Transgenik

Masyarakat yang pro pada penggunaan tanaman transgenik berdasarkan pada asumsi bahwa dalam dunia pertanian tanaman pangan dan kehutanan, transgenetika dapat dikatakan bertujuan mulia, yaitu demi keuntungan petani maupun pengolah hasil pertanian. Sebagian besar tanaman budidaya transgenik berupa tanaman-tanaman yang memiliki ketahanan terhadap hama serangga (Widodo, tanpa tahun). Ketahanan terhadap serangga dikarenakan tanaman ini mampu memproduksi toksin bakteri Bacillus thuringiensis, agen pengendali hama (serangga) secara organik, karena telah disisipi gen penghasil toksin tersebut. Adanya kemampuan ini menurunkan penggunaan herbisida, zat kimia pertanian (agrochemicals) yang biasa digunakan untuk mengendalikan tanaman pengganggu (gulma). Sehingga efisiensi pertanian menjadi meningkat. Contoh tanaman transgenik yang tahan hama ini misalnya kapas Bt, kedelai Bt dan jagung Bt (Widodo, tanpa tahun).

Kompas edisi Januari 2000 memuat prakiraan keuntungan penggunaan tanaman transgenik yaitu: 1) Panen tinggi: Tanaman hasil rekayasa genetik dapat membantu memperbaiki jumlah dan kualitas panen di lahan marjinal seperti tanah asam dan tandus, 2) Perbaikan nutrisi: Produk tanaman, kedelai misalnya, bisa dimodifikasi mengandung lebih banyak protein, zat besi, untuk mengatasi anemia. Baru-baru ini, ilmuwan Eropa berhasil memasukkan vitamin A pada padi. 3) Perbaikan kesehatan: Vaksin di dalam produk tanaman akan mempermudah pencapaian sasaran dan cakupan, dan 4) Sedikit bahan kimia: Tanaman rekayasa genetik yang sudah dibuat tahan hama dan gulma misalnya, tidak memerlukan lagi pestisida dan herbisida.

Karena alasan-asalan yang dikemukakan di atas, maka transgenik merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan publik. Teknologi ini potensial untuk mengatasi masalah masa depan ketahanan pangan yang akan dihadapi bangsa, karena masalah-masalah struktural sektor pertanian yang sulit diatasi, seperti terjadinya alih fungsi lahan, jenuhnya kesuburan tanah-tanah (terutama di Jawa) yang mengancam produktivitas pangan. Begitu juga teknologi ini bisa menjadi solusi untuk masalah over fishing sektor perikanan, yang menyebabkan jumlah dan keragaman ikan menjadi berkurang.

Sikap Kontra Penggunaan Tanaman Transgenik

Masyarakat yang kontra terhadap penggunaan transgenik karena mengkahwatirkan dampak yang ditimbulkan konsumsi tanaman transgenik terhadap kesehatan dan lingkungan. Hal ini terjadi karena tanaman transgenik belum dievaluasi penggunaannya secara mendetail dalam jangka panjang sebelum dilepaskan ke pasaran.Terhadap kesehatan manusia, tanaman transgenik tahan hama diduga dapat menimbulkan keracunan bagi konsumennya. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa tanaman tahan serangga yang diintroduksi dengan gen Bt yang bersifat racun terhadap serangga, juga akan berakibat racun pada manusia.Tanaman transgenik juga diduga dapat menimbulkan kemungkinan alergi jenis baru akibat ditambahkannya protein tertentu ke dalam tanaman, misalnya pada kedelai transgenik yang diintroduksi dengan gen penghasil protein metionin dari tanaman brazil nut, diduga menimbulkan alergi terhadap manusia. Lewat uji skin prick-test menunjukkan kedelai transgenik positif sebagai alergen. Bantahan kedelai transgenik bertindak sebagai alergen adalah karena alergen memiliki sifat stabil dan membutuhkan waktu yang lama untuk terurai dalam sistem pencernaan, sedangkan protein bersifat tidak stabil dan mudah terurai oleh panas pada suhu >65 0C yang jika dipanaskan tidak berfungsi lagi. Sehingga protein kedelai yang telah mengalami proses pemanasan tidak bertindak sebagai alergen. Dalam hal ini,

Page 5: Teknologi Hayati Terapan Tiara

lagi-lagi pendapat tersebut masih berupa asumsi. Akan tetapi, memang saat ini belum ada cara yang dapat diandalkan untuk menguji makanan RG yang bersifat allergen, sehingga kasus ini masih berupa prediksi yang belum jelas kesimpulannya. Tanaman golden rice yang diklaim sangat bermanfaat pun ternyata setelah diuji tidak hanya memproduksi beta karoten, tetapi juga lutein dan zeaxanthin, dua senyawa yang belum diketahui pengaruhnya terhadap kesehatan (Nestle, 2003 dalam Cahyadi, 2006 ).

Secara ringkas, Kompas edisi Januari 2000, memperkirakan resiko kerugian akibat penggunaan tanaman transgenik yang disitir dari Asiaweek sebagai sumbernya yaitu: 1) Timbulnya alergi baru: Manipulasi genetik sering memanfaatkan protein dari organisme yang tidak pernah dimakan. Padahal diketahui banyak penyebab alergi berasal dari protein, 2) Resistensi antibiotik: Gen yang resisten terhadap antibiotik yang sering digunakan sebagai penanda untuk menyeleksi sel-sel transgenik, mungkin saja pindah ke manusia atau organisme lain yang bisa menimbulkan masalah kesehatan, 3) Virus baru : Gen virus pada tanaman untuk membuatnya tahan terhadap serangan virus, bisa saja bergabung dengan mikroba baru yang menginfeksi tumbuhan itu, sehingga bisa menghasilkan hibrid baru yang lebih ganas, 4) Gulma baru: Pada lingkungan yang lebih luas, mungkin saja gen tahan herbisida yang diintroduksi ke tanaman pindah melalui serbuk sari yang menyerbuki gulma sekitarnya. Muncullah gulma super yang sulit ditangani dan menghancurkan ekosistem, dan 5) Hama resisten : Pemaparan terus-menerus dari tanaman yang bisa menghasilkan pestisida sendiri bisa menyebabkan hama menjadi kebal dan membuat racun pestisida itu akhirnya tidak efektif. Selain itu menurut Goya dkk, (2009) Ada empat jenis resiko yang mungkin ditimbulkan oleh produk transgenik yaitu: (1) Efek akibat gen asing yang diintroduksi ke dalam organisme transgenik, (2) Efek yang tidak diharapkan dan tidak ditargetkan akibat penyisipan gen secara random dan interaksi antara gen asing dan gen inang di dalam organisme transgenik, (3) Efek yang dikaitkan dengan sifat konstruksi gen artifisial yang disisipkan ke dalam organisme transgenik, dan (4) Efek dari aliran gen, terutama penyebaran secara horizontal dan sekunder dari gen dan konstruksi gen dari organisme transgenik ke spesies yang tidak berkerabat.

Contoh:

Upaya menghasilkan beras transgenik yang rendah glutelin ternyata pada saat bersamaan memunculkan karateristik lain, yaitu meningkatnya kandungan prolamin. Rendahnya glutelin berdampak positip pada protein yang tersimpan pada beras (rice protein storage). Namun, meningkatnya prolamin akan mengakibatkan perubahan kualitas gizi dan bahaya alergi bagi siapa pun yang mengonsumsinya. Kedelai kaya lysine (salah satu asam amino esensial), maka ternyata dampak ikutannya adalah kadar lemak kedelai menjadi turun. Hal ini jelas tidak dikehendaki, apabila maksud dikembangkannya tanaman kedelai adalah sebagai bahan baku minyak goreng. Demikian pula beras kaya beta-karoten, menghasilkan karakteristik ikutan berupa meningkatnya xantophyll.

Resiko di atas menimbulkan potensi bahaya bagi lingkungan dan manusia yaitu: (1) Pemindahan DNA transgenik secara horisontal ke mikroorganisme tanah, yang dapat mempengaruhi ekologi tanah, (2) Kerusakan organisme tanah akibat toksin dari transgenik yang bersifat pestisida, (3) Gangguan ekologis akibat transfer transgen kepada kerabat liar tanaman, (4) Kerusakan pada serangga yang menguntungkan akibat transgenik bersifat pestisida, (5) Timbulnya virus baru, (6) Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik, termasuk dan terutama pada manusia yang memakan produk transgenik, dan (7) Meningkatnya kecenderungan allergen, sifat toksik atau menurunnya nilai gizi pada pangan transgenik.

Page 6: Teknologi Hayati Terapan Tiara

Kajian Sosial Budaya Mengenai Tanaman Transgenik

Kajian tentang untung ruginya penggunaan tanaman transgenik dilihat dari unsur sosial-budaya masyarakat berkaitan erat dengan unsur ekonomi dan politik. Vandana Shiva, ahli keanekaan hayati dari India seperti dikutip Asiaweek mengatakan, produk rekayasa genetik yang dipatenkan oleh perusahaan (industri besar) dan diklaim dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan petani, sebaliknya justru berpotensi untuk meningkatkan kelaparan dan kemiskinan petani karena paten yang dilakukan akan membuat petani sulit mengakses benihnya. Semua harus dibayar mahal akibat ada royaltinya. Kemiskinan dan kelaparan lebih merupakan dampak ketimpangan konsumsi antara negara kaya dan miskin.

Dari segi politik, tanaman transgenik yang banyak dikembangkan di negara maju yang memiliki tingkat teknologi lebih tinggi membuat masyarakat di negara agraris yang sebagian besar adalah negara berkembang (developing countries) memiliki ketergantungan yang sangat besar pada negara maju. Hal ini juga yang menjadi pertimbangan para ilmuwan di negara berkembang untuk berhati-hati pada penggunaan tanaman transgenik. Selain itu, perdebatan masyarakat dalam menggunakan tanaman transgenik juga berkaitan dengan adanya kearifan lokal terhadap penjagaan plasma nutfah di lokal daerahnya. Manusia merupakan agian dari ekosistem. Dan seperti halnya spesies lain, manusia merupakan obyek dari hukum-hukum alam yang tidak akan pernah berubah. Nilai moral inilah yang menyebabkan manusia sangat menjaga hubungannya dengan alam sekitar. Pada hakekatnya perbuatan yang membahayakan eksistensi alam, akan membahayakan eksistensi manusia itu sendiri.

Kajian Agama Mengenai Tanaman Transgenik

Kajian agama yang ditemukan mengenai penggunaan tanaman transgenik adalah dari kajian agama Islam, agama Hindu dan dari kajian agama Yahudi. Pemeluk agama Islam pada dasarnya tidak keberatan dengan penggunaan tanaman transgenik, mengingat manfaatnya yang lebih besar daripada mudharatnya. Namun penggunaan itu harus dilakukan hati-hati mengingat gen yang ditransfer dapat berasal dari organisme tanaman lain atau justru hewan lain. Sepanjang gen asal tidak berasal dari hewan yang diharamkan, akan diperbolehkan. Tidak seperti kasus penyedap rasa (monosodium glutamat) yang diproduksi dengan menggunakan enzim yang diisolasi dari gen babi pada awal tahun 2001 yang dikategorikan sebagai haram. Adapun MUI sendiri belum mengeluarkan fatwa mengenai penggunaan tanaman transgenik, namun prinsip kehati-hatian selalu diutamakan. Status GMO akan halal sepanjang sumber gen dan seluruh proses rekayasanya halal (Republika, 2004 dalam Cahyadi, 2006).

Menurut kajian agama Hindu bahwa tanaman transgenik salah satunya disinyalir dapat menyebabkan terputusnya rantai ekosistem karena sifatnya yang resisten, ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan. Ketidakseimbangan lingkungan atau terganggunya homeostasis sangat bertentangan dengan konsep “Tri Hita Karana“ yaitu suatu konsep yang merupakan ajaran dalam agama Hindu yang pada prinsipnya mengajarkan adaya keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Ini berarti ada tingkat tropik tertentu yang mati atau berkurang, dengan demikian berarti membunuh organisme tertentu yang tidak diharapkan. Ini juga bertentangan dengan konsep ajaran “ Ahimsa “ dalam agama Hindu yang berarti tidak boleh membunuh organisme secara sembarangan tanpa tujuan yang jelas, apalagi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan lingkungan yang akan membawa

Page 7: Teknologi Hayati Terapan Tiara

malapetaka dan bencana bagi umat manusia (Karmana, 2009). Agama Yahudi yang mensyaratkan pemeluknya untuk mengkonsumsi makanan yang kosher (Kosher law) , mengijinkan penyisipan gen dari sumber makanan yang non-kosher sepanjang tidak merubah rasa dan penampakan.

Aturan-aturan tentang Tanaman Transgenik

Kelompok konsidarasi  dari badan international dunia Food and Agriculture Organization (FAO) memberikan beberapa petunjuk dan rekomendasi mengenai bioteknologi dan keamanan pangan, yaitu :

1.   Peraturan mengenai keamanan pangan yang komprehensif dan diterapkan dengan      baik merupakan hal yang penting untuk melindungi kesehatan konsumen dimana semua negara harus dapat menempatkan peraturan tersebut seimbang dengan perkembangan teknologi.

2.   Penilaian kesamaan untuk produk rekayasa genetika hendaknya berdasarkan konsep substansial equivalen. 3.   Pemindahan gen dari pangan yang menyebabkan alergi hendaknya dihindari kecuali telah

terbukti bahwa gen yang dipindahkan tidak menunjukkan alergi. 4.   Pemindahan gen dari bahan pangan yang mengandung alergen  ke organisme lain tidak

boleh dikomersialkan.5. Senyawa alergen pangan dan sifat dari alergen yang menetapkan immuno genicity dianjurkan untuk diidentifikasi.

6.   FAO akan mengadakan lokakarya untuk membahas dan memutuskan bilamana ada beberapa gen  marka ketahanan antibiotik  yang harus dihindarkan dari tanaman pangan komersial.

7.   Perlu ada pangkalan data (data base) tentang pangan dari tanaman, mikroorganisme pangan, dan pakan.

8.   Validasi metoda sangat diperlukan 9.   Negara berkembang harus dibantu dalam pendidikan dan pelatihan tentang keamanan

pangan dan komponen pangan yang ditimbulkan oleh modifikasi genetik 10. Perlu ditingkatkan riset untuk pengembangan metode untuk meningkatkan kemampuan

dalam melakukan penilaian  keamanan pangan unt8uk produk rekayasa genetik..