tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam … · 2019-07-05 · tempat berpijak lagi karya...
TRANSCRIPT
TEMA PROTES TERHADAP KERUSAKAN LINGKUNGAN
DALAM PUISI DAN LIRIK LAGU SERTA IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DI
SEKOLAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Dwi Noviyanti
11140130000032
Oleh:
Dwi Noviyanti
11140130000032
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
Dwi Noviyanti. NIM: 11140130000032. Tema Protes Terhadap Kerusakan
Lingkungan dalam Puisi dan Lirik Lagu serta Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah. Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Novi Diah Haryanti, M. Hum.
Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengetahui tema protes
terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik lagu serta implikasinya
dalam pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk
(1) mendeskripsikan tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi
Membaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail serta lirik lagu Isi Rimba Tak Ada
Tempat Berpijak Lagi karya Iwan Fals dan lirik lagu Langit terluka karya Ebiet G.
Ade; (2) implikasi puisi dan lirik lagu terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra di
Sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Adapun di dalamnya terdapat analisis struktur batin dan fisik puisi serta
pembahasan tema protes terhadap kerusakan lingkungan. Berdasarkan penelitian,
ditemukan tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi dan lirik lagu
lewat pengambaran kerusakan lingkungan. Diantaranya: kerusakan dan kebakaran
hutan, punahnya flora dan fauna, serangan hama, banjir dan tanah longsor,
pencemaran air dan udara, kekeringan, hingga pemanasan global. Melalui
pembelajaran puisi dengan tema protes terhadap kerusakan lingkungan diharapkan
siswa dapat memperoleh kesadaran yang lebih baik terhadap lingkungan sebagai
upaya pembentukan karakter peserta didik.
Kata Kunci: kerusakan lingkungan, puisi, lirik lagu, Taufik Ismail, Iwan Fals,
Ebiet G. Ade.
ii
ABSTRACT
Dwi Noviyanti (NIM: 11140130000032). The Theme of protest against
environmental damage in poetry and song lyrics and their implications for
language and literary learning at school. Department Indonesian language and
Literature of Education, Faculty of Tarbiya and Teachers Training, State Islamic
University of Syarif Hidayatullah Jakarta. Advisor: Novi Diah Haryanti, M. Hum.
The background of this research is to find out the theme of protests
against environmental damage in poetry and song lyrics and their implications in
language and literature learning in schools. This study aims to (1) describe the
theme of protests against environmental damage in poetry Reading the Signs of
works by Taufik Ismail and the lyrics of the contents of the Rimba song. (2) the
implications of poetry and song lyrics on learning Language and Literature in
Schools. The method used in this study is a qualitative descriptive method.
Whereas in it there is an analysis of the inner structure and physical poetry and
the discussion of the theme of the protest against environmental damage. Based
on the research, it was found the theme of protest against environmental damage
in poetry and song lyrics through the depiction of environmental damage. Among
them: damage and forest fires, extinction of flora and fauna, pest attacks, floods
and landslides, water and air pollution, drought, and global warming. Through
poetry learning with the theme of protest against environmental damage, students
are expected to be able to gain a better awareness of the environment as an effort
to shape the character of students.
Keywords: environmental damage, poetry, song lyrics, Taufik Ismail, Iwan Fals,
Ebiet G. Ade.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang tiada henti memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Tema Protes terhadap Kerusakan Lingkungan dalam Puisi dan Lirik
Lagu serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah”.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw, para
keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Penulis menyusun
skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana
pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini membutuhkan
bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa
hormat, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Novi Diah Haryanti, M. Hum., sebagai dosen pembimbing sekaligus
sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan, motivasi, dan
saran saat penyusunan skripsi ini;
4. Seluruh dosen dan staf Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta;
iv
5. Orang tua beserta keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan
dan doa terbaiknya kepada penulis.
6. Teman-teman semasa SMK (Dewi Setia Ningsih, Audina Nurmalia,
Evi Mulyani, Istari Yustia, dan Siti Nur Asiah Syabariyah) yang selalu
memberi dorongan semangat dan menjadi pewarna dalam kehidupan
saya.
7. Teman-teman sepermainan di kampus (Ade, Annisa, Afifah, Meta,
Ulfah) yang selalu mendukung satu sama lain, dan memberi semangat
untuk bisa bertahan sampai saat ini.
8. Teman seperjuangan semasa skripsi Dwina Dian Putri,
Shabrina,Subhan, dan teman lainnya.
9. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang bersama-sama berproses untuk menjadi mahasiswa yang
berprestasi tinggi, unggul, profesional, kompetitif, dan pribadi islami.
10. Teman-teman PPKT SMK 02 Kesehatan Nusantara. Sebuah
kebanggaan menjadi bagian dari tim yang hebat.
11. Keluarga SMPN 09 Kota Tangerang Selatan yang memberi dukungan
untuk menyelesaikan skripsi ini..
12. Segenap senior dan junior yang selalu menjadi contoh dan
kebanggaan. Serta teman-teman yang sudah berjasa dalam penelitian
ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya. Terimakasih
banyak tanpa kalian saya bukan apa-apa.
Jakarta, 25 Maret 2019
Dwi Noviyanti
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESEHAN BIMBINGAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ASBTRAK ............................................................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................................ 4
C. Batasan Masalah ............................................................................................................. 4
D. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 5
G. Metodologi Penelitian ..................................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORETIS ............................................................................................... 11
A. Puisi .............................................................................................................................. 11
1. Pengertian Puisi ........................................................................................................... 11
2. Struktur Fisik dan Batin Puisi ....................................................................................... 12
B. Lirik Lagu dan Musik ................................................................................................... 19
C. Protes Terhadap Kerusakan Lingkungan ...................................................................... 20
D. Hakikat Pembelajaran Bahasa dan Sastra ..................................................................... 23
vi
E. Penelitian Relevan ....................................................................................................... 26
BAB III Biografi dan Gagasan Pengarang .......................................................................... 29
A. Taufik Ismail ................................................................................................................. 29
1. Perjalanan Taufik Ismail .......................................................................................... 29
2. Gambara Umum Puisi Membaca Tanda-Tanda ....................................................... 32
B. Iwan Fals ....................................................................................................................... 34
1. Perjalanan Hidup Iwan Fals ..................................................................................... 34
2. Gambaran Umum Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi ................ 37
C. Ebiet G. Ade.................................................................................................................. 40
1. Perjalanan Ebiet G. Ade ........................................................................................... 40
2. Gambara Umum Lirik Lagu Langit Terluka ............................................................ 43
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................................... 45
A. Analisis Struktur Puisi dan Lirik Lagu ........................................................................ 45
1. Struktur Fisik Puisi Membaca Tanda-Tanda .......................................................... 45
2. Struktur Batin Puisi Membaca Tanda-Tanda .......................................................... 57
3. Struktur Fisik Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi ..................... 59
4. Struktur Batin Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi .................... 67
5. Struktur Fisik Lirik Lagu Langit Terluka .............................................................. 68
6. Struktur Batin Lirik Lagu Langit Terluka ............................................................... 75
B. Analisis Tema Protes Terhadap Kerusakan Lingkungan .............................................. 76
1. Kerusakan Hutan ...................................................................................................... 76
2. Banjir dan Tanah Longsor ........................................................................................ 80
3. Pencemaran Udara dan Air ...................................................................................... 82
4. Kekeringan ............................................................................................................... 84
vii
C. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah .................................... 86
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 89
A. Simpulan ..................................................................................................................... 89
B. Sarana .......................................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LEMBAR UJI REFERENSI
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Analisisis penggunaan gaya bahasa puisi Membaca Tanda-Tanda
Karya Taufik Ismail
Tabel 2. Kata konkret dalam puisi Membaca Tanda-Tanda Karya Taufik
Ismail
Tabel 3. Kata abstrak dalam puisi Membaca Tanda-Tanda Karya Taufik
Ismail
Tabel 4. Citraan dalam puisi Membaca Tanda-Tanda Karya Taufik Ismail
Tabel 5. Analisisis penggunaan gaya bahasa lirik lagu “Isi Rimba Tak Ada
Tempat Berpijak Lagi” Karya Iwan Fals
Tabel 6. Kata konkret dalam lirik lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat
Berpijak Lagi” Karya Iwan Fals
Tabel 7. Kata abstrak dalam lirik lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat
Berpijak Lagi” Karya Iwan Fals
Tabel 8. Citraan lirik lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi”
Karya Iwan Fals
Tabel 9. Analisisis penggunaan gaya bahasa lirik lagu “Langit Terluka
Karya Ebiet G. Ade
Tabel 10. Kata konkret dalam lirik lagu “Langit Terluka” Karya Ebiet G.
Ade
Tabel 11. Kata abstrak dalam lirik lagu “Langit Terluka” Karya Ebiet G.
Ade
Tabel 12. Citraan lirik lagu “Langit Terluka” Karya Ebiet G. Ade
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tema persoalan lingkungan menjadi hal menarik untuk dijadikan
bahasan pada karya sastra. Terlebih kerusakan lingkungan di Indonesia
semakin hari kian parah, kondisi kerusakan lingkungan dapat mengancam
kelangsungan hidup manusia. Tingkat kerusakan lingkungan pun dapat
meningkatkan resiko bencana alam. Penyebabnya terjadi karena dua faktor
yaitu akibat peristiwa alam dan akibat ulah manusia. Kerusakan
lingkungan hidup dapat diartikan sebagai penurunan mutu lingkungan
yang ditandai dengan hilangnya sumber daya tanah, air, udara, punahnya
flora dan fauna, serta kerusakan ekosistem. Kondisi lingkungan yang rusak
akan berpengaruh terhadap kondisi hidup manusia.
Tema persoalan lingkungan sering muncul dalam karya sastra.
Salah satu contohnya adalah puisi Membaca Tanda-Tanda karya Taufik
Ismail yang menampilkan tema protes terhadap kerusakan lingkungan,
selain itu tema persoalan lingkungan juga sering muncul dalam lirik lagu.
Iwan Fals dan Ebiet G. Ade merupakan sebagian musisi yang mengangkat
tema lingkungan dalam lagu yang mereka bawakan.
Perbedaan antara puisi dan lagu terletak pada pembawaan dan
pembuatannya. Dalam pembuatan puisi, gagasan yang dimiliki seorang
penyair dituangkan dalam bentuk tulisan. Waluyo mengemukakan bahwa
puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa.1 Sedangkan dalam
pembuatan sebuah lagu, langkah pertama adalah menentukan pemilihan
nada. Nada merupakan hal penting sebagai penggambaran suasana sebuah
1 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 25.
2
lagu. Setelah nada ditentukan barulah lirik atau syair lagu tersebut
disesuaikan dengan nada.2
Perbedaan lain antara puisi dan lagu juga dapat kita lihat dari
penggunaan gaya bahasanya. Gaya bahasa dapat dijadikan ciri khas setiap
penyair dan musisi, termasuk penggunaannya pada puisi Membaca Tanda-
Tanda karya Taufik Ismail serta lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak
Lagi karya Iwan Fals dan lagu Langit Terluka karya Ebiet G Ade. Taufik
Ismail merupakan penyair angkatan 60-an yang karya-karyanya masih
hidup hingga saat ini. Sajak-sajak yang ia tulis merupakan hasil dari
pengalaman pribadinya. Puisinya tidak hanya bertema sosial dan politik,
namun terdapat beberapa puisi yang ia tulis sebagai wujud protes terhadap
kondisi lingkungan. Lewat Karyanya, Taufik Ismail disebut sebagai
kritikus dan praktisi yang tajam. Salah satu karyanya yang paling terkenal
adalah antologi puisi Tirani dan Benteng yang ia tulis di tengah-tengah
pergolakan mahasiswa di tahun 1966. Tidak hanya Taufik Ismail, Iwan
Fals dan Ebiet G. Ade yang datang dari kalangan musisi juga
menyuarakan lagu terkait kondisi lingkungan. Kritik-kritik pedas dan
lugas sering dilontarkan Iwan Fals dalam setiap karyanya. Wacana kritik
dalam karyanya tersebut mampu mengambil simpati masyarakat terutama
lapisan bawah, karena dapat mewakili dan menyuarakan hati nurani
rakyat. Kebanyakan tema yang diangkat berhubungan dengan kritik sosial,
politik, ekonomi, keadilan, bahkan menyangkut tema lingkungan. Selain
Iwan Fals ada pula Ebiet G. Ade yang menciptakan lagu-lagu bertema
lingkungan dengan kemasan gaya bahasa yang sangat apik, lagu yang ia
nyanyikan merupakan coretan puisi yang ia tulis sendiri. Tema lagu yang
diangkat tidak hanya tentang lingkungan, tetapi ada juga lagu-lagu yang
bertemakan cinta, alam, sosial-politik, bencana, dan religius.
Melalui Puisi dan lirik lagunya, penyair dan musisi Indonesia dapat
membawa pesan baik untuk manusia dan kompleksitas di sekitarnya. Puisi
2 Hamdy Salad, Panduan Wacana & Apresiasi Musikalisasi Puisi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015), h. 116.
3
dan lirik lagu merupakan media yang bisa menanam kebaikan,
menyebarkan informasi kondisi masyarakat dan alam. Lewat Puisi dan
lagu kita dapat mengambil peran mengajak orang untuk merawat dan
melawan kebijakan yang rusak.
Terkait pembelajaran sastra dan bahasa di sekolah diharapkan tidak
hanya dapat memperkaya kemampuan siswa dalam berbahasa namun juga
dapat memudahkan siswa dalam memahami isi karya sastra, khususnya
puisi. Dengan tema protes terhadap lingkungan yang diambil diharapkan
siswa dapat mengenal puisi dan dapat memeroleh kesadaran yang lebih
baik terhadap lingkungan sebagai upaya pembentukan karakter peserta
didik.
Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti puisi dan lagu yang
berkaitan dengan tema protes terhadap kerusakan lingkungan yang
terdapat pada puisi Taufik Ismail serta lirik lagu Iwan Fals dan Ebiet G.
Ade. Dalam hal ini, peneliti hanya membahas persoalan lingkungan yang
terdapat dalam puisi dan lirik lagu. Objek yang digunakan merupakan
puisi Membaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail yang terdapat dalam
kumpulan puisi-puisi langit yang ditulisnya pada tahun 1982, serta lagu
milik Iwan Fals yang berjudul “Isi Rimba tak ada tempat berpijak lagi”
dalam album OPINI yang rilis tahun 1982 dan lagu yang ditulis Ebiet G.
Ade berjudul “Langit Terluka” dalam album Seraut Wajah yang rilis tahun
1990.
Pemilihan puisi dan lagu tersebut dirasa dapat memperlihatkan
representasi keadaan lingkungan yang ditampilkan penyair dan penyanyi
ditahun 80-an hingga 90-an. Sehingga dapat ditemukan perbedaan maupun
persamaan cara pandang penyair dan penyanyi dalam memprotes
persoalan lingkungan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik dan bermaksud
mengajukan proposal skripsi dengan judul “Tema Protes terhadap
Kerusakan Lingkungan dalam Puisi dan Lirik Lagu serta Implikasinya
Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah.”
4
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Tema protes tehadap kerusakan lingkungan yang tergambarkan
dalam puisi Taufik Ismail serta lirik lagu Iwan Fals dan Ebiet G.
Ade merupakan usaha penyair dan penyanyi untuk menguak fakta
tentang kondisi lingkungan pada zaman itu.
2. Puisi Taufik Ismail serta dan Lirik Lagu Iwan Fals dan Ebiet G. Ade
yang bertema lingkungan merupakan usaha penyair dan penyanyi
untuk memprotes kerusakan lingkungan yang terjadi pada tahun 80-
an hingga 90-an.
C. Batasan Masalah
Peneliti mengangkat permasalahan tersebut menjadi sebuah skripsi
dengan judul “Tema Protes terhadap Kerusakan Lingkungan dalam Puisi
dan Lirik Lagu serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan
Sastra di Sekolah.” Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, maka untuk
menghindari pembahasan yang terlalu meluas peneliti akan memfokuskan
pembahasan pada sebuah puisi dan dua buah lirik lagu dengan tema protes
terhadap kerusakan lingkungan.
Dengan batasan objek penelitian menggunakan puisi dari Taufik
Ismail yang berjudul “Membaca Tanda-Tanda” dalam kumpulan puisi-
puisi langit yang ia tulis tahun 1982 serta lirik lagu dari Iwan Fals yang
berjudul “Isi Rimba tak ada tempat berpijak lagi” dalam album OPINI
yang rilis tahun 1982 dan lirik lagu yang ditulis Ebiet G. Ade berjudul
“Langit Terluka” dalam album Seraut Wajah yang rilis tahun 1990.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tema protes terhadap kerusakan lingkungan pada puisi
Taufik Ismail serta lirik lagu Iwan Fals dan Ebiet G. Ade?
5
2. Bagaimana implikasi puisi Taufik Ismail serta lirik lagu Iwan Fals dan
Ebiet G. Ade dengan tema protes kerusakan lingkungan terhadap
pembelajaran sastra di sekolah?
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tema protes terhadap kerusakan lingkungan pada
puisi Taufik Ismail serta lirik lagu Iwan Fals dan Ebiet G. Ade.
2. Untuk mengetahui implikasi puisi Taufik Ismail serta lirik lagu Iwan
Fals dan Ebiet G. Ade dengan tema protes kerusakan lingkungan
terhadap pembelajaran sastra di sekolah.
F. Manfaat penelitian
Adapun dua kegunaan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas ilmu pengetahuan di
bidang kritik sosial, khususnya mengenai permasalahan lingkungan
di Indonesia sehingga bisa membentuk kesadaran akan kepedulian
lingkungan dan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia bagi para
guru bahasa dan sastra Indonesia, akademisi, dan masyarakat umum
yang menaruh minat terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
2. Praktis:
a) Mengetahui tema protes terhadap kerusakan lingkungan yang
terdapat dalam puisi Taufik Ismail serta lagu Iwan Fals dan
Ebiet G. Ade serta relevansinya terhadap kehidupan
masyarakat sehari-hari.
b) Sebagai bahan yang dapat digunakan dalam pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia.
c) Sebagai motivasi dan referensi bagi peneliti lain yang berminat
terhadap pembelajaran sastra Indonesia dalam melakukan
penelitian lebih lanjut, serta inovasi baru bagi pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia.
6
G. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah metode
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah “penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan
prosedur statistik atau dengan cara-cara kuantifikasi.”3 Metode kualitatif
dilakukan dengan cara memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan
menyajikannya dalam bentuk deskripsi.4 Tujuan dari penelitian kualitatif
ini adalah untuk menyajikan penafsiran secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antarfenomena
yang diselidiki.
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller pada mulanya
bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan
dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan
pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundametal bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
kawasannya maupun dalam peristilahannya.5
Berdasarkan karakteristiknya dapat dikemukakan bahwa penelitian
kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung kesumber
data dan peneliti adalah kunci. Penelitian kualitatif lebih bersifat
deskriptif, Penelitian kualitatif lebih menekankan proses daripada
produk, penelitian kualitatif melakukan analisis data secara
induktif, dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data
dibalik yang diamati).6
Dari kajian tentang definisi penelitian kualitatif tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain
secara utuh dengan pendeskripsian dalam bentuk kata-kata dan bahasa
3 M. Djunaidi Ghony, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz media, 2016), h.
25.
4 Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2007), h. 46.
5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016),
h. 3-4.
6 Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi, (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 15.
7
pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.
Selain metode kualitatif, penelitian ini juga menggunakan metode
sastra bandingan. Terdapat proses perbandingan antara hubungan lagu
dengan puisi. Sastra bandingan menurut Nada adalah suatu studi atau
kajian sastra suatu bangsa yang mempunyai kaitan kesejarahan dengan
sastra bangsa lain, bagaimana terjalin hubungan dengan sastra bangsa lain,
bagaimana terjadi proses saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya,
apa yang telah diambil oleh suatu sastra dan apa pula yang telah
disumbangkan.7 Sastra bandingan adalah perbandingan karya sastra yang
satu dengan yang lain atau beberapa karya sastra lain, serta perbandingan
karya sastra dengan ekspresi manusia dalam bidang lain.8
Berdasarkan pengertian sastra bandingan di atas, Clement melihat
sastra bandingan sebagai studi yang pendekatannya meliputi aspek (1)
tema/mitos, (2) jenis/bentuk, (3) aliran/zaman, (4) hubungan sastra dengan
seni dan bidang lain, dan (5) sastra sebagai gambaran sejarah kritik dan
teori sastra.9
Kajian sastra bandingan bertujuan untuk mengungkapkan proses
perpindahan dari satu sastra ke sastra lain. Peralihan ini mungkin saja
berlangsung dalam bentuk kata-kata, tema-tema, atau cara-cara penyajian
tema-tema tertentu karya sastra yang dilakukan sastrawan.10
Bisa juga
proses peralihan itu belangsung melalui perasaan atau emosi dari seorang
sastrawan kepada sastrawan lainnya mengenai suatu topik atau tema
kemanusiaan yang mempengaruhi perasaan sastrawan yang satu ke
sastrawan yang lain.11
Berdasarkan pengertian sastra bandingan di atas, penulis dapat
simpulkan bahwasannya sastra bandingan adalah proses membandingkan
7 Thaha Nada, Sastra Bandingan, (Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1999), h. 9.
8 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Bandingan, (Jakarta: bukupop, 2014), h.
109.
9Ibid., h. 110.
10
Nada, op., cit, h. 9.
11
Ibid., h. 10.
8
antara karya sastra yang satu dengan beberapa karya sastra lain, serta
perbandingan karya sastra dengan bidang lain. Dan bagaimana terjadi
proses saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang
terpenting sebab pendekatan apapun yang dilakukan pada dasarnya
bertumpu atas karya sastra itu sendiri. “Dalam pendekatan objektif yang
harus dicari dalam karya sastra seperti citra bahasa, stilistika, dan aspek-
aspek lain yang berfungsi untuk menimbulkan kualitas estetis.”12
Dengan
demikian pendekatan objektif memusatkan perhatian pada unsur yang
dikenal dengan analisis instrinsik.
1. Sumber Data
Lofland dalam Meleong menjelaskan bahwa “sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.”13
Sumber data dalam
penelitian ini adalah sebuah puisi dan dua lirik lagu. Puisi tersebut
berjudul “Membaca Tanda-Tanda” karya Taufik Ismail yang ia tulis tahun
1982 serta lirik lagu yang diambil dari album OPINI karya Iwan Fals
berjudul “Isi Rimba tak ada tempat berpijak lagi” yang rilis tahun 1982
dan lirik lagu yang ditulis Ebiet G. Ade berjudul “Langit Terluka” dalam
album Seraut Wajah yang rilis tahun 1990. Adapun data tambahan dalam
penelitian ini adalah berupa buku, jurnal, artikel, youtube dan lain-lain
yang masih relevan dengan penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah
studi pustaka, dengan teknik simak dan catat. Teknik pustaka merupakan
teknik yang menggunakan sumber-sumber data tertulis untuk memperoleh
data penelitian. Teknik simak dan catat digunakan sebagai instrumen kunci
dalam melakukan penyimakan secara cermat dan terarah terhadap sumber
12 Ratna, op.cit., h. 73-74.
13
Moleong, op.cit., h. 157.
9
data. Sumber-sumber tulis yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan
masalah dan tujuan pengkajian karya sastra yang diteliti.
Dalam penelitian ini, sumber-sumber tertulis yang digunakan
sesuai dengan analisis struktur yang membangun serta tema protes
terhadap kerusakan lingkungan yang terdapat dalam puisi Membaca
Tanda-Tanda karya Taufik Ismail serta lirik lagu Isi Rimba Tak Ada
Tempat Berpijak Lagi karya Iwan Fals dan lirik lagu Langit Terluka karya
Ebiet G. Ade. Peneliti melakukan penyimakan dan pencatatan secara
cermat terhadap sumber data primer, yaitu teks puisi “Membaca Tanda-
Tanda” karya Taufik Ismail serta lirik lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat
Berpijak Lagi karya Iwan Fals dan lirik lagu Langit Terluka karya Ebiet G.
Ade untuk memperoleh data yang diperlukan. Hasil Pencatatan tersebut
kemudian digunakan sebagai sumber data primer yang akan digunakan
sebagai sumber data primer yang akan digunakan dalam penyusunan hasil
penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan peneliti ini adalah teknik
membaca heuristik. Menurut Riffatere dalam Sangidu, pembacaan
heuristik merupakan cara kerja yang dilakukan oleh pembaca dengan
menginterpretasikan teks sastra secara referensial lewat tanda-tanda
linguistik.14
Langkah awal dalam menganalisis puisi Membaca Tanda-Tanda
karya Taufik Ismail serta lirik lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak
Lagi karya Iwan Fals dan lirik lagu Langit Terluka karya Ebiet G. Ade
adalah dengan membaca secara heuristik. Membaca dengan heuristik
bertujuan untuk mengetahui makna keseluruhan secara tersurat dari
kumpulan puisi dan lirik lagu bertema protes terhadap kerusakan
lingkungan hingga ditemukan sebuah puisi dan dua buah lagu yang
berbicara tentang kerusakan lingkungan yang ditulis pada masa yang
berdekatan. Adapun puisi dan lirik lagu tersebut adalah puisi Membaca
14 Ratna, op.cit., h. 45.
10
Tanda-Tanda karya Taufik Ismail serta lirik lagu Isi Rimba Tak Ada
Tempat Berpijak Lagi karya Iwan Fals dan lirik lagu Langit Terluka karya
Ebiet G. Ade.
Kemudian, peneliti menganalisis unsur batin dan fisik puisi dan
lirik lagu tersebut. Lalu, peneliti menganalisis data tersebut berdasarkan
pendekatan mimetik untuk mengetahui tema protes terhadap kerusakan
lingkungan yang terdapat dalam puisi dan lirik lagu tersebut.
Setelah puisi dan lirik lagu tersebut dianalisis dengan
menggunakan pendekatan mimetik, selanjutnya peneliti mengimplikasikan
ke dalam pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah.
4. Validitas Data
Validitas atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari
proses penelitian. Adapun trigulasi yang digunakan adalah trigulasi teori,
yaitu peneliti terhadap topik yang sama dengan menggunakan teori yang
berbeda dalam menganalisis data.
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan trigulasi
sumber. Hal ini dikarenakan peneliti menggunakan bermacam-macam
sumber atau dokumen untuk menguji data yang sejenis tentang tema protes
terhadap kritik sosial yang terkandung dalam puisi Taufik Ismail serta lagu
Iwan Fals dan Ebiet G. Ade tentang kerusakan lingkungan.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Pemaparan mengenai landasan teori yang menjadi pondasi dalam
menganalisis penelitian tentu amat diperlukan. Landasan teori berguna
agar peneliti tetap berada pada jalur sistematika ilmiah dan terhindar dari
kekeliruan dalam pembuatan karya ilmiah. Maka dari itu, sangat penting
untuk memaparkan terlebih dahulu teori-teori yang menjadi landasan
dalam penelitian tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi
dan lirik lagu dapat dipaparkan sebagai berikut.
A. Puisi
1. Pengertian Puisi
Puisi adalah karya sastra yang bersifat imajinatif. Secara etimologi,
istilah puisi berasal dari bahasa Yunani Poeima „membuat‟ atau poeisis
„pembuatan‟, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi
diartikan „membuat‟ dan „pembuatan‟ karena lewat puisi pada dasarnya
seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi
pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun
batiniah.1
Puisi merupakan karya sastra yang dipadatkan, dipersingkat, dan
diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias
(imajinatif). Walaupun singkat atau padat, namun berkekuatan. karena itu,
salah satu usaha penyair adalah memilih kata-kata yang memiliki kata-kata
yang memiliki persamaan bunyi (rima). Kata-kata itu mewakili makna
yang lebih luas dan lebih banyak. Karena itu, kata-kata dicarikan konotasi
atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figuratif.2 Hal
ini hampir serupa dengan pendapat dari Luxemburg dalam bukunya yang
berjudul Tentang Sastra, Luxemburg berpendapat bahwa puisi dianggap
1 Warsiman, Membumikan Pembelajaran Sastra yang Humanis, (Malang: UB Media, 2016),
h. 20. 2 Herman J. Waluyo, Apresiasi Puisi Panduan untuk pelajar dan mahasiswa, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 1.
12
sebagai informasi yang dipadatkan, yang mengungkapkan sebanyak
mungkin dengan sedikit kata. Maka dari itu sajak (lirik) sering kali
merupakan teks yang singkat.3
Winarko dan Ahmad Bahtiar mengemukakan pengertian puisi
adalah ungkapan jiwa yang bersifat emosional dengan efek keindahan
yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan
menggunakan irama, sajak, dan kata-kata kias yang penuh makna.4
Pendapat lain dikemukakan oleh Waluyo yang mengemukakan bahawa
puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkanpikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.5
Dari beberapa pengertian tersebut maka interpretasi penulis tentang
puisi adalah salah satu hasil seni sastra yang mencerminkan ekspresi jiwa
pengarangnya yang dituangkan dalam tulisan dengan menggunakan
bahasa yang indah.
2. Struktur Puisi
Puisi terbentuk dari unsur fisik dan batin yang memiliki keterkaitan
satu dengan yang lainnya dan membangun totalitas makna yang utuh.
A.) Unsur Fisik
a. Diksi
Diksi atau pilihan kata merupakan esensi dari penulisan puisi. Diksi
dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur seberapa jauh seorang
penyair mempunyai daya cipta yang asli.6 Siswanto mengungkapkan
bahwa diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair
dalam puisinya.7
Ada beberapa hal lain yang harus dipertimbangkan oleh penyair
dalam memilih kata-kata dalam puisinya, yaitu perbendaharaan kata,
3 Jan Van Luxemburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn, Tentang sastra, (Jakarta:
Intermasa, 1989), h. 87. 4 Aswinarko dan Ahmad Bahtiar, Kajian Puisi: Teori dan Praktik, (Jakarta: UNINDRA
Press), 2013, h. 8.
5 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 108. 6 Sigit Mangun Wardoyo, Teknik Menulis Puisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 23.
7 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 114.
13
ungkapan, urutan kata-kata, dan daya sugesti kata-kata. Berikut akan
dijelaskan secara lebih detail.
1) Perbendaharaan kata
Perbendaharaan kata penyair di samping sangat penting untuk
kekuatan ekspresi, juga menunjukan ciri khas penyair. Dalam
memilih kata-kata, di samping penyair memilih berdasarkan makna
yang akan disampaikan dan tingkat perasaan serta suasana
batinnya, juga dilatarbelakangi oleh faktor sosial budaya penyair.
Maka penyair satu berbeda dalam memilih kata dari peyair
lainnya.8
2) Urutan kata
Urutan kata dalam puisi tidak dapat dipindah-pindahkan
tempatnya meskipun maknaya tidak berubah oleh perpindahan
tempat itu. Di samping itu, urutan kata-kata juga mendukung
perasaan dan nada yang diinginkan penyair. Jika urutan katanya
diubah, maka perasaan dan nada yang ditimbulkan akan berubah
pula.9
3) Daya sugesti kata-kata
Daya sugesti kata-kata ditimbulkan oleh makna kata yang
dipandang sangat tepat mewakili perasaan penyair. Ketepatan
pilihan dan ketepatan penempatan itulah yang membuat kata-kata
itu seolah memancarkan daya gaib yang mampu memberikan
sugesti kepada pembaca untuk ikut sedih, terharu, bersemangat,
marah, dan sebagainya.10
b. Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan sarana sastra yang turut
menyumbangkan nilai kepuitisan atau estetik karya sastra, bahkan
seringkali nilai seni suatu karya sastra ditentukan oleh gaya
bahasanya. Slametmuljana mengungkapkan, gaya bahasa adalah
8 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 73.
9 Ibid.
10
Ibid.
14
susunan perkataan yang terjadi karena perasaan dalam hati
pengarang yang dengan sengaja atau tidak, menimbulkan suatu
perasaan yang tertentu dalam hati pembaca.11
Berikut akan
dijelaskan mengenai gaya bahasa metafora, perumpamaan,
personifikasi, hiperbola, anafora, metonimia, sinisme dan
mesodilopsis.
a) Metafora
Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang
sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan
persamaan atau perbandingan. Dalam metafora tidak dipakai
kata-kata seperti, bagai, dan laksana.12
Hal ini sejalan dengan
penjelasan Pradopo dalam bukunya yang menyatakan bahwa
metafora adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu sebagai
hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang
sesungguhnya tidak sama.13
Contoh: Gadis itu adalah bunga yang sedang mekar.
b) Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada
hakikatnya berlainan dan sengaja kita anggap sama.14
Menurut
Pradopo gaya bahasa perumpaan adalah bahasa kiasan yang
menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan
kata-kata pembanding. Seperti: bagai, sebagai, semisal,
laksana, dan kata pembanding yang lain.15
Contoh: Seperti air dengan minyak
c) Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat
insan kepada benda yang tidak bernyawa dan ide yang
11 Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2014), h. 94.
12
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Gaya Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2013), h. 15.
13
Pradopo, op., cit, h. 67.
14
Tarigan, op., cit, h. 9.
15
Pradopo, op. cit., h. 63.
15
abstrak.16
Personifikasi berarti mempersamakan benda dengan
manusia, benda mati dibuat dapat berbuat, berfikir, dan
sebagainya seperti manusia.17
Contoh: Pepohonan tersenyum riang.
d) Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan
yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya
dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan
atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan
pengaruhnya.18
Hal ini serupa dengan penjelasan Rachmat
Djoko Pradopo bahwa hiperbola merupakan sarana yang
melebih-lebihkan suatu hal atau keadaan.19
e) Anafora
Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan
kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat.20
Contoh: Tanpa iman yang teguh engkau akan mudah
terperosok kedalam jurang kenistaan. Tanpa iman yang teguh
engkau akan mudah tergoda wanita cantik di sekelilingmu.
Tanpa iman yang teguh engkau akan mudah tergoda oleh uang
dan harta. Tanpa iman yang teguh hidupmu tidak akan tentram
dan damai lahir batin.
f) Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau
nama hal yang diatutkan dengan nama orang, barang atau hal
sebagai penggantinya.21
Pradopo mengungkapkan, bahwa
metonimia sering disebut kiasan pengganti nama. Bahasa ini
berupa penggunaan sebuah atribut, sebuah objek atau
16
Tarigan, op. cit.,h. 17. 17
Pradopo, op. cit.,h. 76. 18
Tarigan, op. cit., h. 55. 19
Pradopo, op. cit.,h. 99. 20
Ibid., h. 184. 21
Tarigan, op. cit., h. 121.
16
penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan
dengannya untuk menggantikan objek tersebut.22
Contoh: Dalam pertandingan kemarin saya hanya mendapat
perunggu sedangkan teman saya emas.
g) Sinisme
Sinisme adalah gaya bahasa yang berupa sindiran yang
berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap
keikhlasan dan ketulisan hati.23
Contoh: Tidak dapat disangkal lagi bahwa bapaklah orangnya,
sehingga keamanan dan ketentraman di daerah ini akan ludes
bersamamu.
h) Mesodilopsis
Mesodilopsis adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang
berwujud perulangan kata atau frasa di tengah-tengah baris atau
beberapa kalimat berurutan.24
Contoh : anak merindukan orang tua
orang tua merindukan anak
aku merindukan pacarku
dia merindukan ketentraman batin
c. Kata Kongkrit
Kata kongkrit adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair
untuk merujuk kepada arti yang menyeluruh.25
Siswanto
mengungkapkan bahwa kata konkrit adalah kata-kata yang dapat
ditangkap oleh indera.26
d. Citraan (Pengimajian)
Citraan atau pengimajian adalah gambaran angan yang
terbentuk dan diekpresikan melalui medium bahasa yang
22
Pradopo, op. cit., h. 78. 23
Tarigan, op. cit., h. 91. 24
Ibid., h. 188. 25
Wardoyo, op., cit., h. 31. 26
Siswanto, op., cit., h. 119.
17
merupakan hasil dari pengalaman indera manusia.27
Imaji adalah
kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
inderawi, seperti visual (penglihatan), auditif (pendengaran), dan
taktil (perasaan).28
Imaji visual adalah imaji yang menyebabkan
pembaca seolah-olah melihat langsung tentang apa yang
diceritakan penyair. Imaji auditif adalah imaji yang menyebabkan
pembaca seolah-olah mendengar langsung tentang apa yang
diceritakan penyair. Sementara itu, imaji taktil adalah imaji rasa
kulit yang menyebabkan pembaca seolah-olah merasakan di bagian
kulit terasa nyeri, perih, panas, dingin, dan sebagainya.29
e. Versifikasi (Rima dan Ritma)
Versifikasi berkaitan dengan bunyi-bunyi yang diciptakan
dari dalam puisi. Rima adalah pengulang bunyi dalam puisi untuk
membentuk musikalitas atau orkestrasi. Sedangkan ritma sangat
erat kaitannya dengan bunyi dan berhubungan dengan pengulangan
bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Rima berbeda dari metrum (matra).
Metrum berupa pengulangan tekanan kata yang tetap. Slamet
Muljana dalam Herman J. Waluyo mengatakan bahwa ritma adalah
pertentangan bunyi: tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah,
yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga
membentuk keindahan. Membahas metrum dalam puisi Indonesia
sangatlah sulit, sebab dalam bahasa Indonesia, tekanan tidak
membedakan arti dan belum dilakukan, namun dalam deklamasi
puisi peranan metrum sangat penting.30
f. Tipografi (Perwajahan)
Tipografi atau perwajahan adalah pengaturan dan penulisan
kata, larik, dan bait pada puisi.31
Tipografi merupakan pembeda
27
Wardoyo, op., cit., h. 33. 28
Siswanto, op., cit., h. 119.
29
Waluyo, op., cit., h. 81.
30 Waluyo, op., cit., h. 94.
31
Siswanto, op., cit., h. 113.
18
yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi
tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun
membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan
berakhir di tepi kanan. Tepi kiri dan tepi kanan dari halaman yang
memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan.32
B) Unsur Batin
Selain mempunyai unsur fisik, puisi juga mempunyai unsur batin.
Berikut adalah penjelasan mengenai unsur batin dalam puisi.
a) Tema
Tema merupakan satu gagasan pokok atau ide pikiran
penyair tentang suatu hal.33
Secara umum, tema dapat
dikatakan sebagai dasar untuk mengembangkan suatu puisi atau
topik yang menjadi pokok utama yang disebut juga sebagai
gagasan pokok.34
b) Nada
Nada adalah bunyi yang memiliki getaran teratur tiap
diksi.35
Siswanto mengungkapkan bahwa nada dalam puisi
adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan nada.36
c) Suasana
Suasana adalah kondisi psikologi yang dirasakan oleh pembaca
yang tercipta akibat adanya interaksi antara pembaca dengan
puisi yang dibaca.37
Nada dan suasana puisi sangat
berhubungan, nada puisi menimbulkan suasana terhadap
pembacanya. Nada kritik yang diberikan penyair dapat
menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca.38
32 Waluyo, op., cit., h. 97.
33Ibid., h. 49.
34
Ahmad Bahtiar dan Aswinarko., op. cit., h. 53-54. 35
Ibid., h. 51. 36
Siswanto., op. cit., h. 125. 37
Wardoyo, op., cit., h. 52.
38 Ahmad Bahtiar dan Aswinarko., op. cit., h. 53-54.
19
d) Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang melalui karyanya.39
Puisi
mengandung amanat atau pesan yang disampaikan penyair
kepada pembaca. Setiap pembaca dapat menafsirkan sebuah
puisi secara individual. Pembaca yang satu dengan yang lain
mungkin akan berbeda dalam menafsirkan amanat yang
terdapat dalam puisi.40
B) Lirik Lagu dan Musik
Arti lirik menurut KBBI adalah karya sastra yang bersifat curahan
perasaan pribadi atau dapat juga dikatakan sebagai susunan kata sebuah
nyanyian.41
Lagu adalah bagian dari musik, musik merupakan salah satu
cabang kesenian yang berorientasi pada bunyi.42
Melalui musik, ekspresi
isi hati dikeluarkan secara teratur dalam bahasa bunyi atau lagu.
Lirik termasuk ke dalam puisi lirik, puisi lirik adalah jenis puisi
yang mengandung curahan rasa dan suasana hati, sebagai cetusan isi hati
penyairnya. Jenis puisi lirik misalnya elegi, serenada, dan ode. Elegi
adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Sebagai contoh puisi
“Elegi Jakarta” karya Asrul Sani. Serenada adalah sajak percintaan yang
dapat dinyanyikan.43
Sebagai contoh puisi “Serenada Biru” karya Rendra.
Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang atau sesuatu yang
dianggap luhur.44
Sebagai contoh adalah puisi “Diponegoro” karya Chairil
Anwar.
Berdasarkan tulisan diatas berarti lirik lagu dapat diartikan sebagai
karya sastra yang berisi curahan pribadi yang diungkapkan dengan suara
yang berirama, atau juga susunan kata sebuah nyayian. Lagu
39
Wardoyo, op., cit., h. 53.
40 Ahmad Bahtiar dan Aswinarko., op. cit., h. 55.
41 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 835.
42
Hamzah Busroh, Metoda Pendidikan Seni Musik, (Tugu: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1978), h. 3. 43
Ahmad Bahtiar dan Aswinarko., op. cit., h. 19. 44
Ibid., h. 18.
20
menyampaikan pesan-pesan lewat lirik. Lirik lagu biasanya dikemas
dengan ringan dan mudah diingat. Setiap lagu pasti memiliki cerita
tersendiri. Cerita inilah pesan yang akan disampaikan kepada orang lain.
Bahasa yang digunakan dalam lirik lagu merupakan bahasa yang
dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu.
Pencipta lagu menggunakan bahasa yang tepat untuk dijadikan lirik lagu
yang indah dan mudah dipahami sehingga bisa diresapi oleh pendengar
dan lirik lagu dapat dimanfaatkan dalam berbagai konteks kegiatan
manusia, termasuk kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah.
Musik dan puisi merupakan genre seni yang berbeda. Musik lebih
disebut sebagai karya seni yang terdiri dari susunan bunyi dan suara yang
mengandung unsur nada, irama, melodi, dan harmoni yang sengaja dicipta
dan diperdengarkan kepada orang lain dengan durasi, ruang dan waktu
tertentu. Sedangkan puisi merupakan bentuk karya seni yang terdiri dari
susunan huruf , kata, dan kalimat yang bersifat indah dan bermakna, serta
ditulis di atas kertas atau media lainnya.45
Dari pertemuan kreatif antara
puisi dan seni musik tersebut melahirkan nama musikalisasi puisi.
C) Protes Terhadap Kerusakan Lingkungan
Pada Hakikatnya masalah ekologi menjadi perhatian terkait
hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya,
permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan ekologi.
Pertumbuhan populasi telah mengakibatkan perubahan yang besar dalam
lingkungan hidup, terutama di negara yang sedang berkembang.
Kerusahan hutan, polusi udara, punahnya tumbuhan dan hewan, serta
pencemaran merupakan masalah lingkungan yang mencekam di negara
berkembang.
Permasalahan lingkungan hidup mendapat perhatian yang besar
dihampir semua negara. Ini Terutama terjadi dalam dasawarsa 1970-an
setelah diadakannya komperensi PBB tentang Lingkungan Hidup di
45
Hamdy Salad, Panduan Wacana & Apresiasi Musikalisasi Puisi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015), h. 111.
21
Stockholm dalam tahun 1972. Tanggal 5 Juni telah disepakati sebagai
hari lingkungan hidup sedunia. Di Indonesia perhatian tentang
lingkungan telah muncul di media massa sejak tahun 1960-an. Masalah
lingkungan yang diliput oleh media massa terutama mengenai
pencemaran.46
Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Haeckel, seorang ahli
ilmu hayat. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang
berarti rumah dan logos yang berarti ilmu. Karena itu secara harfiah
ekologi berarti ilmu tentang mahluk hidup dalam rumahnya atau dapat
diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga mahluk hidup.47
Hubungan alam dengan manusia harusnya saling berdampingan,
manusia harus dapat memahami alam yang telah lebih dulu memahami
manusia. Ilmu yang membahas mengenai interaksi manusia dengan
lingkungannya, yaitu ilmu ekologi manusia. Ekologi manusia adalah
disiplin ilmu yang bertanya ke dalam pola dan proses interaksi manusia
dengan lingkungan mereka. Nilai-nilai kemanusiaan, kekayaan, gaya
hidup, penggunaan sumber daya dan limbah, dan lain-lain harus
memengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan fisik-biotik.48
Realitas kemodernan yang mengatasnamakan pembangunan selalu
dibarengin dengan masalah lingkungan yang menyertainya. Kerusakan
lingkungan terjadi salah satu penyebabnya karena dominasi manusia
dalam penguasaan alam yang cenderung eksploitatif. Memandang
manusia sebagai subjek yang paling berkuasa dan alam sebagai objek
yang menjadi sasara pemanfaatan. Manusia sebagai subjek pelaku
bukannya memahami malah memanipulasi alam, manusia telah
menganggap dirinya sebagai tokoh sentral dari alam semesta yang
mengklaim bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai-nilai, sementara
46
Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Yogyakarta:
Djambatan, 1985), h. 1. 47
Ibid., h. 15. 48
Eko Siswono, Ekologi Sosial, (Yogyakarta: Ombak, 2015), h. 2.
22
alam hanya dijadikan alat bagi pemenuhan kebutuhan atau kepentingan
hidup manusia.
Contoh kasus yang dapat kita ambil dalam krisisnya ekosistem
adalah kasus pereklamasian Teluk Benoa di Bali Selatan yang
dikhawatirkan akan merusak biota laut, menghancurkan ekologi,
terjadinya abrasi, serta dapat menghilangkan mata pencarian nelayan.
Selain itukasus perusakan hutan yang ada di wilayah Kalimantan. Salah
satu krisis ekologi ditandai dengan naiknya suhu panas bumi yang dapat
dirasakan perbedaannya dalam sehari-hari atau yang lebih dikenal
dengan sebutan Global Warming atau pemanasan global. Pemanasan
global bisa terjadi salah satunya karena terlalu banyak kasus illegal
logging yang dilakukan manusia, sehingga peranan hutan sebagai suatu
ekosistem tidak berfungsi sebagai subsistem penyeimbang iklim
peningkatan karbon dioksida di atmosfer.49
Indonesia tercatat sebagi negara yang turut berperan besar dalam
meningkatkan pemanasan global. Salah satunya adalah perusakan hutan
dan cagar alam. Mengambil contoh perusakan hutan yang terdapat di
Kalimantan Barat, seperti yang terjadi di Cagar Alam Mandor yang
dahulunya telah dirusak sebab perambahan hutan, kini bertambah hancur
akibat penambangan emas tanpa izin. Hal yang sama terjadi di Taman
Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Gunung Palung. Hampir
diseluruh Kalimantan, situasi ini sudah menjadi seperti konvensi. Hutan
Kalimantan yang merupakan paru-paru dunia itu secara cepat sirna.
Bahkan reputasi sebagai perusak hutan tercepat yang (bakal) dimasukkan
ke Guinness Book of World Record itu pun masih belum memberikan
kesadaran memadai tentang kehancuran lingkungan di sekitar.50
Perusakan hutan di Indonesia termasuk penyumbang pembabatan paru-
paru dunia sehingga berakibat pada percepatan perubahan iklim yang
dirasakan secara global oleh penduduk dunia. Hal ini merupakan
49
Ibid., h. 6. 50
Ibid., h. 11.
23
ancaman serius bagi kelangsungan hidup manusia maka dari itu perlu
adanya penanganan yang matang.
Puisi dan Lagu menjadi satu sarana komunikasi yang digunakan
untuk menyampaikan rasa cinta dan kepedulian antar sesama manusia
dan dunia. Kepedulian terhadap lingkungan menjadi inspirasi dalam
penciptaan sebuah puisi dan lagu. Banyak penyair dan penyanyi
Indonesia yang mengangkat tema lingkungan untuk dijadikan puisi dan
lagu, karena puisi dan lagu dianggap dapat digunakan untuk menanam
kebaikan dan menyebarkan informasi masyarakat dan alam, terutama
informasi mengenai kerusakan lingkungan. Melalui puisi dan lagu kita
dapat menjaga, merawat, dan melawan kebijakan yang merusak.
D) Hakikat Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah adalah untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Seiring dengan tujuan tersebut
pembelajaran sastra harus dapat mewujudkan empat prinsip untuk dapat
mengemban fungsinya dengan baik. Keempat prinsip itu ialah:
1) Pembelajaran sastra hendaknya memberikan kebebasan kepada
siswa untuk menampilkan respons dan reaksinya.
2) Pembelajaran sastra hendaknya memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mempribadikan dan mengkristalisasikam rasa
pribadinya pada cipta sastra yang dibaca dan dipelajarinya.
3) Pembelajaran sastra hendaknya memberikan kesempatan kepada
guru untuk menemukan butir-butir kontak di antara pendapat
para siswa.
4) Pembelajaran sastra hendaknya memberikan kesempatan kepada
guru untuk mewujudkan fungsinya sebagai motivator terhadap
penjelajah pengaruh vital yang melekat (inheren) di dalam sastra
itu sendiri.
Berdasarkan keempat prinsip tersebut pembelajaran sastra
seyogyanya diselenggarakan melalui pola pembelajaran yang kooperatif,
24
yakni suatu pola pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada anak untuk mengaktualisasikan dirinya.51
Pembelajaran sastra menuntut guru agar mampu menanamkan
kegemaran akan sastra dan lebih jauh lagi memberi bekal untuk siswanya
agar mampu mengapresiasi karya sastra, guru bahasa harus terlebih
dahulu mampu mengapresiasi sastra khususnya puisi.52
Pembelajaran sastra adalah pembelajaran yang mencoba untuk
mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses
kreatif sastra. Kompetensi apresiasi yang diasah dalam pendidikan ini
adalah kemampuan menikmati dan menghargai karya sastra. Melalui
pendidikan semacam ini, peserta didik diajak untuk langsung membaca,
memahami, menganalisis, dan menikmati karya sastra secara langsung.
Mereka berkenalan dengan sastra tidak melalui hafalan nama-nama judul
karya sastra atau sinopsisnya saja, tetapi langsung berhadapan dengan
karya sastranya.53
Kegiatan pembelajaran apresiasi sastra berhubungan dengan
pembelajaran puisi. Apresiasi yang dimaksud Disick dalam Waluyo
membagi empat tingkatan, yakni tingkat menggemari, tingkat menikmati,
tingkat mereaksi, dan tingkat produktif.54
Tujuan pembelajaran puisi di
sekolah adalah agar siswa memperoleh kesadaran yang lebih terhadap
dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar dan memperoleh
kesenangan dan pengetahuan dasar tentang puisi. Salah satu tujuan
pengajaran puisi kepada siswa adalah agar siswa memperoleh
kesenangan dari pembaca dan mempelajari puisi sehingga tumbuh
keinginan membaca dan mempelajari puisi pada waktu senangnya.
51 Warsiman, Pengantar Pembelajaran Sastra, (Malang: UB Press, 2017), h. 1-2.
52 Sumardi, Pedoman Pengajaran Apresiasi Puisi, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, 1985), h. 10. 53
Siswanto, op. cit., h. 168. 54
Emzir dan Saifur Rohman, Teori dan pengajaran sastra, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.
247.
25
Dalam pembelajaran pemahaman puisi di sekolah, guru berperan
sebagai pembimbing dan fasilitator. Berikut langkah-langkah yang dapat
ditempuh dalam mengajarkan puisi:
1. Tahap pemahaman struktur global puisi.
2. Tahap pemahaman penyiar dan kenyataan sejarah.
3. Tahap telaah unsur-unsur puisi yang meliputi struktur fisik dan
struktur batin puisi.
4. Tahap sintesis dan interpretasi.55
Proses pengajaran apresiasi puisi meliputi 3 tahap, yaitu: (1) tahap
penikmatan puisi, (2) tahap pemahaman puisi, serta (3) tahap
pengungkapan pengalaman puitis. Tahap penikmatan puisi berkaitan
dengan keterlibatan guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk memperoleh pengalaman puitis (pengalaman keindahan).
Tahap pemahaman puisi berkaitan dengan keterlibatan guru dalam
membimbing siswa merumuskan pikiran penyair tentang kehidupan,
pengalaman yang disajikannya, dan penemuan nilai-nilai kehikmahan
dalam pengalaman itu. Tahap pengungkapan pengalaman puistis berkaitan
dengan upaya guru membimbing dan menumbuhkan kemampuan
ekspresi.56
Berikut akan dibahas mengenai pengajaran apresiasi puisi di
sekolah mulai dari materi, proses sampai pada penilaian.
a. Materi
Cakupan materi atau kegiatan apresiasi puisi meliputi 3 kegiatan yaitu:
1. Kegiatan langsung, yang terdiri dari: mengidentifikasi suasana,
tema, dan makna beberapa puisi yang terkandung dalam antologi
puisi (KD. 3.17), menganalisis unsur pembangun puisi (KD. 3.17),
menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya (KD. 4.17),
dan mendemonstrasikan (membacakan atau memusikalisasikan) satu
puisi dari antologi puisi (KD. 4.17).
55 Ibid., h. 249.
56
Sumardi, op., cit., h. 38.
26
2. Kegiatan yang tak langsung yaitu mempelajari teori sastra.
3. Kegiatan kreatif meliputi: menulis puisi dan mendemonstrasikan puisi
(KD. 4.17).
Apresiasi puisi berkaitan dengan kegiatan mendengar atau
membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh, menulis
puisi, mendeklamasikan, dan menulis resensi puisi. Kegiatan ini
menyebabkan seseorang memahami puisi secara mendalam. Apresiasi
puisi sebagai penghargaan hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran,
penghayatan, dan penikmatan atas karya tersebut harus didukung oleh
kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam puisi itu.
Terdapat empat tingkatan dalam mengapresiasi yaitu: tingkat
menggemari, tingkat menikmati, tingkat mereaksi, dan tingkat
produktif.57
E) Penelitian Relevan
Sebelum melakukan penelitian dan penulisan proposal ini, peneliti
telah terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Ternyata belum ada
skripsi yang berjudul “Tema Protes terhadap Kerusakan Lingkungan
dalam Puisi dan Lirik Lagu serta Impilikasinya Terhadap Pembelajaran
Bahasa dan Sastra di Sekolah”. Namun, ada beberapa skripsi yang
berkaitan dengan penelitian tersebut, di antaranya:
Penelitian yang berkaitan dengan usaha membandingkan puisi
dengan lirik lagu pernah dilakukan oleh Fahrudin Mualim dengan judul
“Perbandingan Gaya Bahasa Pada Puisi Ibu Karya Mustofa Bisri dengan
Lirik Lagu Kramat Karya Rhoma Irama serta Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia”. Hasil penelitiannya
menunjukan adanya persamaan dan perbedaan gaya bahasa pada puisi Ibu
karya A. Mustofa Bisri dan lirik lagu Kramat karya Rhoma Irama. Hal
tersebut dapat dilihat dari gaya bahasa pada tiap pilihan katanya.
Keduanya sama-sama banyak menggunakan istilah alam. Perbedaan
terletak pada fungsi dari istilah alam yang digunakan. Jika Gus Mus
57 Waluyo, op.,cit. h. 45.
27
menggunakan istilah alam untuk menggambarkan pengorban seorang ibu
atau sebagai gambaran kekaguman akan keagungan seorang ibu,
sedangkan bang Haji memposisikan istilah alam yang ia gunakan sebagai
bentuk penolakan atau kritikan kepada perilaku masyarakat yang keliru.
Penelitian yang berkaitan dengan karya Iwan Fals pernah
dilakukan oleh Ronald Albert Michael Wijaya dan M. Shoim dengan
judul “Kritik sosial dalam lirik lagu Iwan Fals periode tahun 1980-1992”.
Penelitian ini membahas mengenai kritik sosial yang diangkat dalam
lagu-lagu Iwan Fals, diantaranya: kritik dalam pembangunan, kritik dalam
ketidak adilan, kritik terhadap penguasa yang otoriter, kritik di bidang
hukum, kritik terhadap budaya korupsi, kritik terhadap anggota dewan
yang tidak memperjuangkan hak-hak rakyat, kritik terhadap
menyempitnya lapangan kerja, dan kritik terhadap pemerintah yang tak
memperhatikan sosok guru. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Ronald dan M. Shoim menunjukan bahwa adanya persaingan dalam dunia
politik dan dunia ekonomi yang sangat kongkrit, dalam hal ini pencipta
lagu mengemukakan rakyat yang menjadi korban dalam persaingan itu.
Selanjutnya terdapat penelitian dari Isabella Beta Maharani
mahasiswi Universitas Petra Cristian dengan judul “Konstruksi realitas
lingkungan hidup dalam lagu-lagu Ebiet G. Ade.” Penelitian ini
membahas mengenai lingkungan hidup yang terdapat dalam lagu-lagu
Ebiet G. Ade, hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa kerusakan
lingkungan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh manusia termasuk
pemerintah itu sendiri, dan perusak lingkungan terbesar adalah golongan
elit. Adapun temuan dalam penelitian ini adalah kerusakan lingkungan
yang terjadi di Indonesia dikonstruksikan Ebiet G. Ade melalui isi
lagunya yang disebabkan oleh manusia termasuk pemerintah dan
golongan elit. Selain itu dalam penelitian ini ternyata ditemukan bahwa
lagu yang mengangkat pesan-pesan lingkungan juga laku di pasaran.
Berdasarkan paparan tersebut peneliti bermaksud mengambil tema
protes terhadap kerusakan lingkungan sebagai fokus dari objek yang
28
dipilih. Adapun puisi dan lirik lagu yang dipilih, yaitu: Puisi Taufik
Ismail yang berjudul “Membaca Tanda-Tanda” dalam kumpulan puisi-
puisi langit yang ia tulis tahun 1982 serta lirik lagu Iwan Fals yang
berjudul “Isi Rimba tak ada tempat berpijak lagi” dalam album OPINI
yang rilis tahun 1982 dan lirik lagu yang ditulis Ebiet G. Ade berjudul
“Langit Terluka” dalam album Seraut Wajah yang rilis tahun 1990.
29
BAB III
BIOGRAFI DAN GAGASAN PENGARANG
A. Taufik Ismail
1) Riwayat Hidup Taufik Ismail
Taufik Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada tanggal
25 Juni 1935. Taufik dibesarkan di Perkalongan. Ia tumbuh dalam
keluarga guru dan wartawan. Sejak SMA, ia telah bercita-cita menjadi
sastrawan. Dengan pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan dan ahli
peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi
cita-cita kesusastraannya. Ia menamatkan pendidikannya di KHP-UI
Bogor pada tahun 1963.1
Sejak kecil memang Taufiq Ismail sudah gemar membaca. Dia
sendiri hidup pada lingkungan keluarga yang suka membaca. Ayahnya,
A. Gaffar Ismail, adalah seorang Kyai pejuang yang mendirikan
PERMI. Ibunya, Sitti Nur Muhammad Nur, sangat fasih dalam
menafsir al-Qur‟an. Mereka berdua suka membaca dan memiliki
perpustakaan di rumahnya. Di perpustakaan keluarganya itulah, dirinya
mulai terbiasa membaca berbagai buku. Kegemaran membaca inilah
yang akhirnya mengantarkan dirinya menjadi seorang penyair dan
pengarang.2
Ia sering membaca puisi di depan umum. Di luar negeri, ia
telah membaca puisi di berbagai festival. Baginya, puisi baru
„memperoleh tubuh yang lengkap‟ jika setelah ditulis, dibaca di depan
orang.3 Sajak-sajak yang ia tulis melukiskan peristiwa-peristiwa dan
pikiran-pikiran yang timbul dalam latar belakang sejarah. Pikiran dan
1 Pratiwi, Dian Ika. Sastrawan Angkatan 1966-1970. Depok: Logika Galileo. 2011.
2 Team 1001indonesia.net, Taufik Ismail Penyair angkatan 66,
https://1001indonesia.net/taufiq-ismail-penyair-angkatan-66/, diakses pada tanggal 23 April 2019,
pukul 22:17 WIB.
3 Pratiwi, op., cit.
30
peristiwa yang disajakkan Taufik dapat menggugah rangsangan-
rangsangan emosional pembacanya secara meluas.4
Ketika kita membaca kumpulan sajak Taufik Ismail mulai dari
Tirani yang terbit menjelang runtuhnya Orde Lama sampai Malu (Aku)
Jadi Orang Indonesia yang terbit setelah Orde Baru, maka kita akan
menemukan begitu banyak tema yang digarap. Tentang tema cinta,
pemandangan alam, pemuja tanah air, kerusakan lingkungan,
ketimpangan sosial, maupun tema sejarah atau politik.5
Bagi Taufik Ismail menulis sajak adalah upaya mengingat
kembali berbagai peristiwa dalam kehidupan dengan cara
menyingkatnya. Dengan demikian inspirasi menulis sajak bisa datang
kapan serta dari mana saja. Peristiwa-peristiwa aktual yang
berlangsung disekitar maupun dikejauhan, yang secara langsung
dialami atau hanya ditonton, baginya sudah dapat menjadi bahan untuk
memulai bersajak. Terlepas bagaimana proses dan teknis penulisannya,
yang jelas menulis sajak merupakan sesuatu yang membahagiakan.
Apabila selesai menulis sajak misalnya, ia akan merasakan kenikmatan
yang sulit dijelaskan.6
Sutardji Calzoum Bachri dalam esainya di harian Indonesia
Raya mengatakan bahwa Taufik Ismail adalah penyair yang sederhana.
Ia tidak meminta agar sajak-sajak yang dipublikasikanmya punya nilai
dimensi yang dalam atau bertahan lama. Ia juga tidak memperduikan
apakah sajak-sajaknya akan menimbulkan kesan yang mendalam atau
tidak pada pembaca. Ia juga tidak mepedulikan bahasa yang
dipakainya. Bahkan ia tidak peduli apakah baris-baris yang dipakainya
cenderung pada prosa atau puisi. Jamal D. Rahman dalam catatan
kebudayaan di majalah Horison tahun 2008 menyatakan bahwa puisi-
4 Ajip Rosidi, Ikhtisar Sejarah Sastera Indonesia, (Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya, 2013), h.
201.
5 Jamal D. Rahman, dkk., 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, ( Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), h. 454.
6 Ibid,.
31
puisi sosial Taufik yang tajam, memang sering kali hadir tanpa begitu
peduli pada capaian estetika tinggi yang justru merupakan obsesi
terbesar dari kebanyakan penyair.7
Semasa mahasiswa Taufiq Ismail aktif dalam berbagai
kegiatan. Tercatat, ia pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa FKHP
UI (1960–1961) dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa (1960–1962).
Ia pernah mengajar sebagai guru bahasa di SMA Regina Pacis, Bogor
(1963-1965), guru Ilmu Pengantar Peternakan di Pesantren Darul
Fallah, Ciampea (1962), dan asisten dosen Manajemen Peternakan
Fakultas Peternakan, Universitas Indonesia Bogor dan IPB (1961-
1964).8
Ia menulis di berbagai media, jadi wartawan, salah seorang
pendiri Horison (1966), ikut mendirikan DKJ dan jadi pimpinannya,
Pj. Direktur TIM, Rektor LPKJ dan Manajer Hubungan Luar Unilever.
Penerima beasiswa AFS International Scholarship, sejak 1958 aktif di
AFS Indonesia, pernah Ketua Yayasan Bina Antar Budaya.Taufiq
terpilih menjadi anggota Board of Trustees AFSIS di New York, 1974-
1976.9
Pada tahun 1993 Taufiq diundang menjadi pengarang tamu di
Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, Malaysia. Sebagai
penyair, Taufik telah membacakan puisinya di berbagai tempat, baik di
luar negeri maupun di dalam negeri. Dalam setiap peristiwa yang
bersejarah di Indonesia Taufiq selalu tampil dengan membacakan
puisi-puisinya, seperti jatuhnya Rezim Soeharto, peristiwa Trisakti,
dan peristiwa Pengeboman Bali.10
Taufik Ismail dikenal sebagai seorang penandatangan Manifes
Kebudayaan. Sajak-sajak perlawanan dan kritik sosial yang ditulisnya
7 Ibid., h. 457-458
8 Rony Wijaya, Biografi Taufik Ismail, http://bio.or.id/biografi-taufiq-ismail/, diakses pada
tanggal 23 April 2019, pukul 22:34. 9 Taufik Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, (Jakarta:Yayasan Indonesia, 2004)
10 Ibid
32
dalam suasana penuh ketegangan politik ketika itu telah memikat hati
H.B. Jassin untuk mengukuhkannya sebagai sastrawan Angkatan ‟66.11
Karena menandatangani Manifes Kebudayaan yang dinyatakan
terlarang oleh Presiden Soekarno, ia batal dikirim untuk studi lanjutan
ke Universitas Kentucky dan Florida. Ia kemudian dipecat sebagai
pegawai negeri pada tahun 1964. Taufiq menjadi kolumnis Harian
KAMI pada tahun 1966-1970. Kemudian, Taufiq bersama Mochtar
Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arief Budiman mendirikan Yayasan
Indonesia, yang kemudian juga melahirkan majalah sastra Horison
(1966). Sampai sekarang ini ia memimpin majalah itu.12
Atas kerja sama dengan musisi sejak 1974, terutama dengan
Himpunan Musik Bimbo (Hardjakusumah bersaudara), Chrisye, Ian
Antono, dan Ucok Harahap, Taufiq telah menghasilkan sebanyak 75
lagu. Ia pernah mewakili Indonesia baca puisi dan festival sastra di 24
kota di Asia, Amerika, Australia, Eropa, dan Afrika sejak 1970.
Puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, Sunda, Bali,
Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina.13
Sejumlah penghargaan pernah ia dapatkan, seperti: Anugerah
Seni dari Pemerintah (1970), Cultural Visit Award Pemerintah
Australia (1977), South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand
(1994), Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994). 2 kali ia
menjadi penyair tamu di Universitas Iowa, AS (1971-1972 dan 1991-
1992), lalu pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala
Lumpur (1993).14
2) Gambaran Umum Puisi Membaca Tanda-Tanda
Puisi Membaca Tanda-Tanda ditulis oleh Taufik Ismail pada tahun
1982, puisi ini terdapat dalam kumpulan Puisi-Puisi Langit yang terbit
11 Rahman , op., cit, h. 467-468.
12
Ismail, op., cit.
13
Wink, Biografi Taufik Ismail, https://www.biografiku.com/biografi-taufik-ismail/#comments, diakses pada tanggal 23 April 2019, pukul 23: 22
14 Ismail, op., cit.
33
tahun 1990. Puisi ini berisi protes terhadap kerusakan lingkungan yang
mulai tampak, dalam puisinya Taufik Ismail mengajak pembaca untuk
bisa membaca gejala-gejala kerusakan alam yang terdapat disekitar
kita. Pembaca diajak untuk sadar dan juga peka terdahap kondisi
lingkungan yang memprihatinkan. Dalam puisi ini terdapat gambaran
bencana-bencana yang telah terjadi sebagai bentuk dari kerusakan
alam. Alam yang dulunya indah dan asri, kini telah dirusak oleh tangan
manusia yang tidak bertanggung jawab. Dalam puisi ini pula terdapat
curahan penyair tentang kerinduannya terhadap lingkungan alam yang
asri dan indah. Puisi ini seolah mengajak pendengarnya untuk mengerti
terhadap kerusakan lingkungan lewat teguran-teguran yang telah alam
berikan, lewat bencana yang terjadi diharapkan manusia sadar
sehingga bisa bebenah diri untuk merawat dan menjaga alam yang
mulai tidak seimbang.
B. Iwan Fals
1) Riwayat Hidup Iwan Fals
Virgiawan Listanto Harsoyo atau yang akrab dipanggil Iwan Fals
lahir di Jakarta pada tanggal 3 September 1961. Iwan lahir dari
pasangan Haryoso dan Lies Suudijah.15
Iwan menikahi Rosana yang
akrab disapa "Mbak Yos", hasil dari pernikahannya Iwan memiliki tiga
anak yaitu, Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu
Bassae, dan Raya Rambu Rabbani.
Lewat lirik lagunya Iwan Fals dikenal sebagai seorang musisi yang
berkualitas yang karyanya tetap diakui sampai sekarang. Kepandaian
Iwan Fals dalam meramu lirik dan nada membuat karyanya patut
diacungi jempol, isi lirik lagunya banyak mengandung kepekaan sosial.
Mulai dari masalah penindasan, ketidakadilan, kesejahteraan, bahkan
lingkungan tidak luput menjadi mejadi tema lagunya.
Semasa kecilnya Iwan Fals pernah sekolah di Jeddah, Arab Saudi,
di KBRI selama 8 bulan. Waktu pulang dari Jeddah ketika musim haji
15 Asriat Ginting, dkk., Musisiku, (Jakarta: Republika, 2007), h. 286.
34
disaat kebanyakan orang membawa air zam-zam Iwan kecil menenteng
gitar kesayangannya. Dalam perjalanan pesawat dari Jeddah ke
Indonesia seorang pramugari menghampirinya dan meminjam gitar.
Tapi begitu baru akan memainkan pramugari itu heran karena suara
gitar fals. Waktu itu Iwan Fals belum bisa nyetem gitar. Pramugari itu
membetulkan dan mengajari memainkan lagu Blowing in the Wind
milik Bob Dylan.16
Iwan Fals memulai karier musiknya sebagai pengamen. Di tahun
1978 bersama Toto Gunarto, Bambang Bule, dan Helmy. Iwan
membentuk kelompok musik humor Amburadul yang ikut mendukung
empat album musik humor yang digagas oleh Lembaga Humor
Indonesia-nya Arwah Setiawan.17
Dalam pergaulannya Iwan tidak
memilah-milih dan membedakan teman. Mulai dari nongkrong,
bermain sepak bola, sampai ngebolang naik kereta api beramai-ramai
pun pernah ia lakukan. Bahkan ia sering pergi sampai berhari-hari.
Pada saat ini ia sudah mulai memainkan gitar walaupun belum mahir,
perhatian lebih banyak tercurah pada gitar.
Saya belajar main gitar dari teman-teman nongkrong. Kalau
mereka main gitar, saya suka memperhatikan. Tapi mau nanya malu.
Suatu hari saya nekad memaikan gitar itu. Tapi malah senarnya putus.
Saya pun dimarahi. Sejak itulah gitar seperti terekam kuat dalam
ingatan saya. Kejadian itu begitu membekas dalam ingatan saya.18
Teman-teman Iwan Fals biasanya memainkan lagu-lagu Rolling
Stones tetapi Iwan Fals lebih memilih memainkan lagu sendiri. Dengan
memegang prinsip hidup mengalir dan memandang hidup dengan
sederhana maka tercipta lagu-lagu yang liriknya lucu, humor,
bercanda-canda, membuat orang bahagia. Jelek-jelek yang penting
16
Manajementigarambu, Situs resmi Iwan Fals dalam album OPINI,
http://www.iwanfals.co.id/article/our-story, diakses pada tanggal 14 November 2018, pukul 16:57
WIB.
17
Ginting, op., cit., h. 288. 18
Tigarambu, Iwan Fals menurut Iwan Fals, dari www-iwan-fals-blogspot.co.id, diakses
pada 19 November 2018, pukul 23:56 WIB.
35
lagu ciptaan sendiri, ujar Iwan Fals. Kalau ada hajatan, kawinan, atau
sunatan, Iwan Fals datang untuk menyanyi. Dulu yang menemaninya
adalah Engkus seorang tukang bengkel sepeda motor. Karena di
bengkel selalu banyak pengunjung maka Engkus tahu jika ada orang
yang punya hajatan.19
Ada dulu teman yang buka bengkel motor. Engkus namanya. Dia
jadi manajer-manajeran saya gitu. Kalau ada yang datang ke
bengkelnya dia suka nguping, dimana ada kawinan. „Oh ini di
Pagarsih ada yang kawinan.‟ Terus dia ngomong ke saya. Kita
main yuk. Saya suka bawain lagu-lagu kocak dan bercanda yang
dirusak-rusakin. Dia bilang “Ahh, iyeu budak fales oge yieh...”
(Red: anak ini fals juga nih ternyata). Dari sejak itu dipakai nama
Iwan Fals terus. Terus dia yang promosi „Iwan Fals dari Dago‟.
Saya mau nambahin soal fals tadi. Dia memang yang mencetuskan
nama itu. Tapi saya setuju karena nama itu melindungi saya. Kan
saya ingin tampil bagus nggak ingin jelek. Kalau mau nama Iwan
Bagus sementara saya jelek ya gimana? Makanya saya pakai fals,
kalau ternyata saya fales ya saya tenang, karena memang namanya
Fals. Jadi kalau salah atau fales-fales dikit ya maklum.
Berangkatnya dari situ, karena saya nggak yakin waktu itu dengan
diri saya sendiri. Digitar saya waktu itu Yamaha ditempelin pakai
lakban. Waktu itu masih FALES. Belum Fals. Jadi pernah juga
pakai nama PALES juga hahaha. Saya males ngikutin gimana terus
sampai Musica ngusulin nama Fals.20
Bambang Bule dari Jakarta datang ke Bandung mencari tahu
keberadaan Iwan Fals. Beliau datang membawa tawaran rekaman
karena sebelumnya mendengar Iwan Fals dari Radio 8 EH milik ITB.
Mahasiswa ITB aktif berdemonstrasi sering mengajak Iwan Fals di
mimbar mahasiswa. Saat itu Iwan Fals masih sekolah di SMAK BPK
Bandung. Bambang Bule berhasil bertemu Iwan Fals. Bermodalkan
uang hasil menjual sepeda motor untuk membuat master, Iwan Fals
bersama Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam
Amburadul memutuskan rekaman di Istana Music Records Jakarta.
Rekaman Amburadul ternyata kasetnya tidak laku. Iwan Fals ngamen
19 Manajementigarambu,op. cit. 20
Adib Hidayat, Iwan Fals, The Rolling Stone Interview, Redaksi majalah Rolling Stone,Edisi
#15, 2007, Jakarta.
36
lagi dan kadang-kadang ikut festival. Setelah meraih juara di festival
musik country, Iwan Fals mengikuti festival lagu humor yang
diselenggarakan Lembaga Humor Indonesia. Oleh Arwah Setiawan
lagu-lagu humor Iwan Fals lalu direkam, dan diproduseri oleh
Handoko. Tetapi rekaman ini pun tidak sukses tetap minoritas
dinikmati kalangan tertentu seperti anak-anak muda.21
Memasuki tahun 1980 mulailah Iwan bersolo karier ketika diajak
bergabung oleh Musica Studio dengan merilis album Sarjana Muda
dengan musik yang digarap oleh Willy Soemantri. Dalam album ini
Iwan menulis lagu dengan semangat menggugat yang terkadang
disusupi humor serta lagu bertema asmara.22
Iwan Fals memiliki kepekaan, lembut, dan mudah tersentuh oleh
potret kehidupan di sekitarnya. Empati dalam diri Iwan Fals
merupakan pengaruh didikan sang ibu yang merupakan seorang
pimpinan Yayasan Yatim Piatu, sehinga ia memperoleh kepekaan
sosial yang tinggi seiring dengan seringnya ia bergaul dengan anak-
anak panti. Iwan Fals menulis syair dengan kedalaman hati. Kebenaran
ada di hati dan masuklah sampai ruang terdalam maka dengarkanlah
suara beningnya. Suara hati lebih jujur dan bebas mengekspresikan
diri. Bagi Iwan Fals, menulis syair adalah rutinitas. Ibarat petani dari
subuh dia bangun ambil pacul langsung pergi ke sawah dan
mencangkul. Tidak pernah berpikir harus mencangkul yang mana dan
tidak pernah berpikir mau tumbuh atau bahkan terserang hama.
Begitupun Iwan Fals dalam menulis syair, tidak mesti menunggu
mood. Yang Iwan Fals lakukan ambil gitar, memetik gitar, bernyanyi
dan entah seperti apa jadinya.23
Di masa Orde Baru, lagu-lagu Iwan Iwan sempat dicekal dan ia
dilarang melakukan pertunjukan di beberapa daerah. Tetapi pecekalan
tersebut tidak serta merta mengakibatkan nama Iwan Fals surut, akan
21 Manajemen tiga rambu,op.,cit.
22 Ginting, op., cit., h. 288.
23 Tigarambu, op., cit.
37
tetapi justru semakin melambung. Disebabkan syair dan musiknya
yang kritis tersebut Iwan Fals secara sadar atau tidak telah membuat
“musuh bersama”, yaitu birokrasi orde baru yang dipenuhi nuasa
korupsi, kolusi, dan nepotisme.24
Sentuhan musik Iwan Fals banyak dipengaruhi irama country yang
kental nuansa folk-nya. Pada perkembangan selanjutnya warna musik
Iwan Fals tidak segan untuk mengelaborasi dengan warna lain seperti
pop, rock, dan bahkan jazz.25
Karya yang telah dilahirkan Iwan Fals, membuat dirinya pantas
menerima berbagai macam penghargaan diantaranya: juara satu
Festival Musik Country (1980), penghargaan dari Anugrah Musik
Indonesia sebagai penyanyi solo terbaik country/balada (1999),
penghargaan album dan penyanyi terbaik oleh AMI Award sebanyak 6
kali berturut-turut, penghargaan penyanyi dan album paling ngetop
dari SCTV Music Award, dan penghargaan Satyalancana Kebudayaan
Pemerintah Republik Indonesia (2010).
2) Gambaran Umum Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
Lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” adalah lagu yang
terinspirasi dari maraknya kasus penebangan hutan yang dilakukan
secara ilegal. Ide pembuatan lagu bertema lingkungan muncul ketika
alam tak lagi bersahabat. Dari lagu ini kita bisa memetik pesan bahwa
merawat alam bukan hanya celoteh melainkan harus ada tindakan yang
nyata.
Itu mengelitik saya untuk terus belajar. Saya juga tahu kalau pohon
dan hutan ditebangi tidak ada air. Saya jalani hidup saya saja.
Kalau enggak, saya akan ngomong. Bentuk omongan saya,
24 Dharmo Budi Suseno, Nasionalisme Cinta Iwan Fals, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2004),
h. 2.
25
Ibid., h. 11.
38
kebetulan kerja saya dari musik yang saya tuangkan dalam sebuah
lagu. Kalau itu menjadi apa, Allah yang atur. Wallahu A‟lam.26
Lewat karyanya Iwan berharap akan memberikan manfaat untuk
semua orang, terutama ketika mendengar lagu-lagunya orang akan
sadar terhadap rusaknya lingkungan sehingga menimbulkan rasa agar
bertindak ikut serta menangangi kerusakan yang terjadi. Salah satu
usaha Iwan untuk dapat memberi manfaat bagi orang banyak adalah
lewat lagu-lagu yang ia ciptakan. Bagi Iwan Fals, “prinsip hidupnya
yang terpenting adalah bermanfaat bagi orang lain.” Kalau tangan saya
masih bisa meraih untuk memberi manfaat kenapa enggak. Tapi saya
tidak bisa merangkul semua.”27
Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi termasuk lagu yang
ada dalam album OPINI, lagu ini rilis pada tahun 1982 bebarengan
dengan lagu Galang Rambu Anarki. Lagu ini terinspirasi dari moment
kenaikan harga BBM yang dianggap tinggi saat itu bersamaan dengan
kelahiran anak pertamanya hingga menyebabkan harga-harga menjadi
melonjak. Album merupakan sebuah kritikan yang pas pada zamannya
sehingga tak aneh kalau albumnya meledak di pasaran. Adanya
penaikan harga BBM merupakan salah satu tanda krisis ekonomi di
tahun 80-an. Iwan Fals seakan sudah membaca keadaan alam yang
akan terjadi. Krisis ekonomi menyebabkan tuntutan hidup manusia
menjadi tinggi hal ini pula dapat mempengaruhi pemanfaatan alam
yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Secara keseluruhan lirik lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak
Lagi” yang terdapat dalam album OPINI memberikan kritikan terhadap
lingkungan terutama mengenai kerusakan hutan yang diakibatkan oleh
ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Lagu ini bercerita tentang
angkuhnya para pemegang modal yang mengambil hasil hutan
26
Arbi Sumandoyo, Hikayat karya-karya Iwan Fals,
https://www.merdeka.com/peristiwa/hikayat-karya-karya-iwan-fals.html, diakses pada tanggal 2
Desember 2018, pukul 8:06 WIB. 27
Ibid
39
sembarangan tanpa memiliki surat izin penebangan hutan dari
pemerintah. Lagunya berupa sindiran yang ditunjukan kepada
pemerintah yang hanya membuat janji kosong terhadap kelestarian
hutan.
Dalam lirik lagu ini Iwan Fals, menuliskan kekecewaannya
terhadap kerusakan hutan yang disebabkan oleh ulah manusia yang tak
bertanggung jawab, yang hanya mementingkan kepentingan diri
sendiri tanpa berpikir panjang akan dampak yang dirasakan generasi
yang akan datang. Mengingat, hutan adalah paru-paru bumi sebagai
penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas. Jika
hutan semakin rusak, maka tidak ada oksigen yang dihasilkan dan hal
ini dapat menimbulkan berbagai dampak yang berbahaya. Seperti:
bencana erosi, tanah kering, banjir, pemanasan global, efek rumah kaca
yang pasti merugikan semua pihak. Tidak hanya itu rusaknya hutan
juga membuat para penghuni hutan kehilangan tempat tinggalnya
sehingga keberadaannya terancam.
Pembahasan yang utama dari lagu ini adalah masalah krisis hutan,
hutan yang merupakan organ penting kehidupan dan bermanfaat bagi
seluruh penduduk bumi namun keberadaannya diusik dan dirusak
dengan cara ditebang terus-terusan untuk memenuhi kepuasan pribadi
sehingga merampas hak generasi masa depan bangsa untuk menikmati
manfaatnya.
Selain lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi”, lagu-lagu
yang bertema lingkungan juga terdapat dalam album yang lain salah
satunya dalam album KESEIMBANGAN yang dirilis pada tahun
2010. Hutan Ku, Pohon Kehidupan, dan Tanah Sisir Tanam merupakan
judul dari lagu bertema lingkungan dalam album ini. Namun pemilihan
lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” merupakan lagu yang
menurut penulis sesuai dengan tema yang diambil yaitu mengenai
kerusakan lingkungan.
40
3. Ebiet G. Ade
1) Perjalanan Ebiet G. Ade
Pemilik nama lengkap Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far ini dikenal
dengan lagu-lagunya yang bertemakan alam dan duka derita kelompok
tersisih. Lewat lagu-lagunya yang bergenre balada, ia antara lain
“memotret” suasana bencana dengan syair religius.28
Lagu-lagunya
pun selalu melekat di telinga masyarakat hingga sekarang. Pria
kelahiran Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah pada 21 April 1954
ini merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara dari pasangan Aboe
Dja'far dan Saodah. Ayahnya seorang PNS, sedangkan ibunya adalah
pedagang kain. Ebiet menempuh pendidikannya hanya sampai SMA
karena keterbatasan biaya.29
Sama seperti Iwan Fals yang tidak sengaja menggunakan nama
Fals, Ebiet G. Ade pun juga begitu. Nama tersebut ia dapati saat
mengikuti kursus Bahasa Inggris, bermula dari kebiasaan sang guru
yang merupakan orang asing kesulitan memanggilnya „Abid‟ Ghoffar
kata Abid menjadi Ebiet. Panggilan tersebut sampai sekarang melekat
bersama Ebiet.
“Dengan logat bulenya, Abid selalu dipanggil Ebiet karena dalam
Bahasa Inggris „A‟ dibaca „E‟.
Lama-kelamaan nama tersebut menjadi melekat dalam dirinya,
teman-temannya pun mulai terbiasa memanggil dengan nama
Ebiet. Singkatan G. diambil dari nama keduanya yaitu Ghoffar,
sedangkan „Ade‟ adalah inisial nama ayahnya „Aboe Dja'far‟.”30
Saat usianya 17 tahun, Ebiet sering berkumpul dengan seniman
muda Yogyakarta. Kemampuannya dalam menciptakan syair semakin
berkembang setelah bersahabat dengan Emha Ainun Nadjib (penyair),
Eko Tunas (cerpenis), dan E.H.Kartanegara (penulis). Meski bisa
28
Selamat Ginting, Berita Kepada Kawan,
https://www.google.co.id/amp/s/m.republika.co.id/amp/nhjk5h, diakses pada tanggal 2 Desember
2018, pukul 00.44 WIB 29
Ebiet G. Ade Management, Ebiet G. Ade Official Website,
http://www.ebietgade.com/page1.html, diakses pada tanggal 15 November 2018, pukul 22:48WIB. 30
Ibid
41
menciptakan puisi, namun Ebiet tak ingin hanya sekadar
membacakannya. Ia pun mengambil alternatif dengan menyanyikan
puisi-puisi tersebut, atau biasa disebut musikalitas puisi.31
Ebiet G.
Ade adalah seorang musisi yang tidak ingin dirinya dijuluki sebagai
seorang penyanyi meski dia dikenal masyarakat lewat lagu-lagunya.
Dia bersih keras menganggap dirinya sebagai seorang penyair.32
Dalam lirik-lirik yang terpancar lewat lagu-lagu Ebiet G. Ade memang
terasa sekali sentilan yang puitis
Keahlian bermain gitar ia pelajari dari kakaknya yaitu Ahmad
Mukhodam untuk pertama kali. Ia pun terus mengasah kemampuan
bergitar dengan belajar bersama Kusbini. Ia sering tampil dalam pentas
seni di Senisono, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta dan juga di
Jawa Tengah. 33
Pada awalnya, Ebiet hanya menganggap kegiatan pentas seni
tersebut hanyalah hobi. Namun, atas dorongan teman-temannya, Ebiet
pun memutuskan untuk terjun ke belantika musik Indonesia. Ia
diterima oleh Jackson Record tahun 1979 dengan mengeluarkan album
pertamanya Camelia. Pada usia 25 tahun inilah, karier profesionalnya
dimulai.34
Suami dari Koespudji Rahayu Sugianto ini pun hijrah ke ibukota
dan melakukan berbagai rekaman. Ebiet bahkan sempat rekaman di
Filipina untuk album Camelia III. Tak tanggung-tanggung, Ebiet juga
pernah rekaman di Capitol Records, Amerika Serikat untuk album ke-8
bertajuk Zaman dengan menggandeng Addie M.S. dan Dodo Zakaria.35
Lagu-lagu yang diciptakannya berhasil memberi warna baru dalam
belantika musik Indonesia. Bahkan, ia telah menjadi tren di tengah
masyarakat. Dalam perjalanannya, Jackson Record terpaksa tutup
31
Ibid
32
Tengsoe Tjahjono Libertus, Sastra Indonesia Pengantar Teori & Apresiasi. (Flores: Nusa
Indah. 1998), h. 86. 33
Ibid 34
Ibid 35
Ibid
42
setelah 7 tahun mengiringi kesuksesan Ebiet G. Ade. Untuk
menghadapi problema ini, Ebiet pun membuat dapur rekamannya
sendiri yang diberi nama EGA Recods. Ia telah memproduksi 3 album
dengan dapur rekaman miliknya tersebut di antaranya album
Menjaring Matahari, Sketsa Rembulan Emas, dan Seraut Wajah.36
Lirik-liriknya banyak bercerita tentang alam, keluarga, dan
romansa. Lebih khusus lagi tentang alam: kontemplasi atas bencana
yang terjadi. Simak, misalnya, penggalan Untuk Kita Renungkan:
Anak menjerit-jerit//asap panas membakar//Lahar dan badai menyapu
bersih//Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat//Bahwa kita mesti
banyak berbenah. ”Kemampuan saya ya hanya seperti ini, memotret
keadaan sekeliling saya dan menerjemahkannya dalam musik yang
sederhana dan mudah dicerna.”37
Kembali produktif, Ebiet G. Ade pun kembali merilis album Aku
Ingin Pulang, sedangkan di tahun 1998 Ebiet merilis album bertajuk
Gamelan yang berisi 5 lagu lawas yang diarasemen ulang dengan
musik gamelan. Setelah merilis album Balada Sinetron Cinta (2000)
dan Bahasa Langit (2001), Ebiet kembali vakum untuk albumnya
sendiri. Namun, lagu-lagunya tetap hadir bersama album-album
kompilasi di antaranya yaitu Nyanyian Cinta (2003), Tembang
Renungan Hati (2003), Kumpulan Lagu-Lagu Terbaik (2004), dan
Yogyakarta (2006).38
Pada tahun 2007, Ebiet kembali merilis album bertajuk In Love:
25th Anniversary untuk memperingati ulang tahun pernikahannya yang
ke-25 tahun. Ia memasukan 13 lagu dengan arasemen lama, 2 lagu
lama dengan arasemen baru, dan 1 lagu baru. Pembuatan album ini
dibantu oleh Anto Hoed, suami dari Melly Goeslaw. Sebagai seniman,
36
Ibid 37
Elsy Maisany, Memotret Keadaan Sekitar, Menerjemahkannya dalam Musik. Konsistensi
Ebiet G Ade Melagukan Puisi yang Berbuah Satyalencana Kebudayaan,
https://padek.co/koran/padangekspres.co.id/cetak/berita/113082/Memotret_Keadaan_Sekitar,_Men
erjemahkannya_dalam_Musik, diakses pada tanggal 03 Desember 2018, pukul 12:13 WIB 38
Ibid
43
ia tak kenal henti untuk terus berkarya meskipun sudah memasuki
kepala enam. Pada tahun 2013, Ebiet merilis album bertajuk Serenade
dengan lagu-lagu baru di dalamnnya. Album tersebut diciptakan untuk
istrinya dan masyarakat Indonesia.39
Dari karyanya Ebiet mendapat banyak apresiasi dari semua
kalangan, tapi hal tersebut tidak membuatnya besar kepala. Baginya
yang terpenting adalah lagu-lagu yang dia ciptakan bisa memberi
manfaat bagi para pendengar.
Saya berharap apa yang telah saya lakukan dalam karya saya bisa
menginspirasi generasi muda dalam melakukan terobosan,
terutama di bidang kesenian," ujar Ebiet. Penghargaan yang
diraihnya baru-baru ini, tidak disangka-sangka olehnya. Ebiet
mengaku itu di luar dugaannya sama sekali. Namun, ia ikut senang
jika karya dan kariernya memdapat apresiasi dari pihak lain.40
Bahkan memasuki usia 63 tahun, ia tetap aktif di panggung-
pangung musik tanah air. Konsistensi pada di genre baladanya tetap
menarik penikmat musik di tengah maraknya genre musik lainnya,
pop, rock, dangdut, R&B, Jazz, dan K-pop. Sekalipun, Ebiet tak
mengeluarkan lagu baru, tapi lagu-lagu lamanya tetap tak lekang oleh
waktu.41
Atas karyanya, Ebiet diganjar sejumlah penghargan, Penghargaan
Lomba Cipta Lagu Pembangunan (1987), Penyanyi Solo dan Balada
Terbaik Anugerah Musik Indonesia (1997), Planet Muzik Awards
Singapura (2002), dan Penghargaan Peduli Award Forum Indonesia
Muda (2006).42
2) Gambaran Umum Lagu Langit Terluka
Lagu Langit Terluka merupakan lagu yang ditulis oleh Ebiet G.
Ade. Lagu ini terdapat dalam album seraut wajah yang rilis pada tahun
39
Ibid 40
Wachyu Ap, Ebiet G. Ade Konsistensi Jadi Kekuatan Berkarier, / www.koran-
jakarta.com/ebiet-g-ade-konsistensi-jadi-kekuatan-berkarier/ diakses pada tanggal 02 Desember
2018, pukul 05:42 WIB. 41
Ebie G. Ade Management, op.,cit. 42
Ibid
44
1990. Lagunya bercerita mengenai rapuhnya alam akibat oleh manusia.
Lagu ini terispirasi dari isu bencana pemanasan global dan efek rumah
kaca yang terdapat di Indonesia.
Lewat lagu ini Ebiet menggambarkan bagaimana bumi kesakitan
menahan luka. Pohon-pohon enggan tumbuh, sumber air mulai krisis,
dan penduduk bumi pun enggan berbahagia. Ini semua akibat ulah
manusia dengan sikap tamaknya. Manusia hanya memanfaatkan alam
tanpa memberi balasan untuk merawat alam. Dalam lagu ini Ebiet G.
Ade seolah mengajak manusia menjadi penyelamat dunia dengan
berbagai usahanya. Melakukan penyelamatan dan menyingkirkan hal-
hal buruk. Bagi Ebiet G. Ade selama masih ada usaha baik dan ridho
dari yang kuasa bumi bisa kembali pulih.
Lagu “Langit terluka” terinspirasi dari isu bencana pemanasan
global dan efek rumah kaca yang terjadi di Indonesia. Harapan
mengenai bumi yang bisa pulih dari kesakitannya Ebiet G. Ade
tertuang dalam lirik lagu ini. Bumi bisa pulih kembali sehinga unsur
didalamnya (tumbuhan, hewan, sumber air) bisa tetap abadi.
Kerusakan lingkungan bisa ditangani bila adanya usaha memperbaiki
bersama-sama. Bukan hal yang asing jika dalam lagunya Ebiet G. Ade
selalu membawa nama Tuhan disetiap liriknya. Seperti pada lagunya
yang berjudul “Berita Kepada Kawan”, dalam lagu “Langit Terluka”
juga terdapat kata Tuhan. Menurut Ebiet G. Ade dalam kehidupan
campur tangan Tuhan selalu berperan dan berpengaruh besar. Lirik
lagu Ebiet G. Ade banyak bercerita tentang alam, keluarga, dan
romansa. Konsistensi Ebiet G. Ade terlihat dalam penulisan liriknya,
lagu-lagunya bisa dibilang merupakan puisi-puisi yang dinyanyikan
atau yang sering kita sebut musikalisasi puisi.
89
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis tema protes terhadap kerusakan lingkungan
dalam puisi dan lirik lagu serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa
dan sastra di sekolah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Puisi Membaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail serta lirik lagu Isi
Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi karya Iwan Fals dan lirik lagu
Langit Terluka karya Ebiet G. Ade menampilkan berbagai tema protes
terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia pada tahun
80-90 an. Kelahiran puisi dan lirik lagu yang mengangkat tema protes
terhadap kerusakan lingkungan dilatarbelakangan dari keadaan sosial-
politik pada masa itu. Kebijakan politik yang ada di Indonesia pada
saat itu diyakini berkaitan dengan persoalan lingkungan, karena
hampir semua kerusakan lingkungan terjadi akibat kebijakan-
kebijakan yang keluar dari berbagai kepentingan dan arah politik.
Maka dari itu, ditahun 80 hingga 90 –an berbagai kalangan kerap
mengajukan protes lewat karyanya terhadap kerusakan lingkungan,
termasuk dalam puisi Membaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail,
lirik lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi karya Iwan Fals,
dan lirik lagu Langit Terluka karya Ebiet G. Ade. Dalam puisi dan
lirik lagu ini menampilkan potret kerusakan lingkungan yang terjadi
di Indonesia. Mulai dari bencana alam yang sering terjadi, kebakaran
hutan, punahnya flora dan fauna, kekeringan, banjir dan longsor,
gempa bumi, kekeringan, lapisan ozon yang menipis, serta dampak
kerusakan lingkungan lainnya baik yang disebabkan oleh manusia
maupun alam. Lewat istilah-istilah alam yang digunakan Taufik
Ismail, Iwan Fals, dan Ebiet G. Ade memberikan gambaran yang
konkret kepada pembaca dan pendengar, sehingga pembaca dan
pendengar dapat mengetahui kondisi yang terjadi pada masa itu.
90
2. Pembahasan tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi
dan lirik lagu serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan
sastra di sekolah dapat memenuhi kompetensi Dasar (KD) yang
berkaitan dengan sikap spiritual, kritis, bertanggungjawab, dan sosial
dalam Kurikulum 2013 (KURTILAS). KD yang berkaitan dengan
materi pokok bahasan sastra, yaitu memahami struktur pembangunan
dan nilai-nilai dalam puisi yang terdapat pada kelas X SMA semester
II (genap). Kegiatan menganalisis dan nilai-nilai yang terdapat dalam
puisi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap teori analisis
puisi, menumbuhkan sikap dan minat membaca, menumbuhkan
kepekaan terhadap realita sosial, serta membuka pandangan tentang
kondisi sosial manusia dan negara Indonesia. Selanjutnya, dalam
kegiatan menganalisis struktur puisi, siswa akan mempraktikkan
empat keterampilan bahasa, yaitu menyimak, membaca, menulis, dan
berbicara. Penggunaan tema kerusakan lingkungan yang diambil
dalam materi pembelajaran ini, diharapkan dapat menumbuhkan
kesadaran siswa untuk lebih peduli dengan lingkungan.
B. Saran
1. Tema protes terhadap kerusakan lingkungan dalam puisi Membaca
Tanda-Tanda serta lirik lagi Isi Rimba Tak Ada Tempat berpijak lagi
dan Langit Terluka ini dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran
sastra di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam puisi dan lirik lagu
tersebut terdapat nilai-nilai sosial dan sejarah yang dapat dipelajari
oleh peserta didik. Melalui puisi dan lirik lagu tersebut, selain siswa
dapat mengetahui keadaan lingkungan di Indonesia pada tahun 80
hinga 90-an, diharapkan siswa juga dapat memperoleh kesadaran agar
peduli terhadap lingkungan.
2. Puisi dan lirik lagu tentang tema protes terhadap kerusakan lingkungan
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam menganalisis
karya sastra. Melalui kegiatan menganalisis karya sastra berupa puisi
91
dan lirik lagu yang membahas tema kerusakan lingkungan di Indonesia
pada tahun 80 sampai 90-an ini siswa dapat mengetahui hubungan
manusia yang dalam hal ini adalah keadaan lingkungan di Indonesia
pada tahun 80 sampai 90-an.
98
DAFTAR PUSTAKA
Aswinarko dan Ahmad Bahtiar. Kajian Puisi: Teori dan Praktik. Jakarta:
UNINDRA Press, 2013.
Busroh, Hamzah. Metoda Pendidikan Seni Musik. Tugu: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1978.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta:
bukupop, 2014.
Ghony, M. Djunaidi . Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz media,
2016.
Ginting, Asriat, dkk. Musisiku. Jakarta: Republika, 2007.
Ismail, Taufik. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia. Jakarta:Yayasan Indonesia,
2004.
Luxemburg, Jan Van., Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn. Tentang sastra.
Jakarta: Intermasa, 1989.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2016.
Nada, Thaha. Sastra Bandingan. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia,
1999.
Pradopo, Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2014.
Pratiwi, Dian Ika. Sastrawan Angkatan 1966-1970. Depok: Logika Galileo, 2011.
Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
Rahman, Jamal D. dkk. 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia, 2014.
Rohman, Saifur dan Emir. Teori dan pengajaran sastra. Jakarta: Rajawali Pers,
2016.
99
Rosidi, Ajip. Ikhtisar Sejarah Sastera Indonesia. Bandung: PT. Dunia Pustaka
Jaya. 2013.
Salad, Hamdy. Panduan Wacana & Apresiasi Musikalisasi Puisi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015.
Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo, 2008.
Siswono, Eko. Ekologi Sosial. Yogyakarta: Ombak. 2015.
Soemarwoto, Otto. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Yogyakarta:
Djambatan, 1985.
Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi. Bandung:
Alfabeta, 2011.
Sumardi. Pedoman Pengajaran Apresiasi Puisi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, 1985.
Suseno, Dharmo Budi. Nasionalisme Cinta Iwan Fals. Yogyakarta: Kreasi
Wacana, 2004.
Tarigan, Hendry Guntur. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa, 2013.
Libertus, Tengsoe Tjahjono. Sastra Indonesia Pengantar Teori & Apresiasi.
Flores: Nusa Indah. 1998.
Waluyo, Herman J . Apresiasi Puisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Wardoyo, Sigit Mangun. Teknik Menulis Puisi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Warsiman.Membumikan Pembelajaran Sastra yang Humanis. Malang: UB
Media, 2016.
Warsiman. Pengantar Pembelajaran Sastra. Malang: UB Press, 2017.
Situs Resmi
Situs resmi Iwan Fals. Manajemen tiga rambu, Situs resmi Iwan Fals dalam
album OPINI, http://www.iwanfals.co.id/article/our-story,
diaksespadatanggal 14 November 2018,pukul 16:57.
Situs resmi Ebiet G. Ade Management. Ebiet G. Ade Official website.
http://www.ebietgade.com/page1.html.diunduh tanggal 15 November 2018,
pada pukul 22:48WIB.
100
Nauman, Indra Jaya. Makalah Kongres Bahasa Indonesia X di Jakarta, Puisi
sebagai Media Pendidikan Berbasis Lingkungan Hidup, 2015.
Surat Kabar
Ap, Wachyu. Ebiet G Ade Konsistensi Jadi Kekuatan Berkarier. www.koran-
jakarta.com/ebiet-g-ade-konsistensi-jadi-kekuatan-berkarier/. diakses pada
tanggal 02 Desember 2018, pukul 05:42 WIB.
Ginting, Selamat. Berita Kepada Kawan.
https://www.google.co.id/amp/s/m.republika.co.id/amp/nhjk5h, diakses
pada tanggal 2 Desember 2018, pukul 00.44 WIB
Hadjar, Nasril. Mendeteksi Kebakaran Hutan dengan “Thermal Scanner”,
Kompas edisi Minggu, 27 September 1987.
Harun, Ady Surya. Hujan Asam, Peringatan bagi Pencemaran Udara, dimuat
dalam surat kabar kompas edisi, 10 Agustus 1986.
Ira, Laporan Banjir dari Berbagai Daerah, (dimuat dalam berita kompas edisi
Selasa, 16 Januari 1979.
Maisany, Elsy.Memotret Keadaan Sekitar, Menerjemahkannya dalam Musik.
Konsistensi Ebiet G Ade Melagukan Puisi yang Berbuah Satyalencana
Kebudayaan.https://padek.co/koran/padangekspres.co.id/cetak/berita/11308
2/Memotret_Keadaan_Sekitar,_Menerjemahkannya_dalam_Musik, diakses
pada tanggal 03 Desember 2018, pukul 12:13 WIB
Man, Kelaparan di Jayawijaya, Kompas edisi Selasa, 30 September 1997.
Mang Usil, Pojok Kompas: Banjir di Larantuka, Kompas edisi Senin, 5 Maret
1979.
Mang Usil, Pojok Kompas Berita Banjir, Kompas edisi Senin, 24 Mei 1982.
Nal, Dihentikan, Pencarian Korban Longsor, Kompas edisi Minggu, 12
Desember 1999.
NN, Banjir Ciamis Makin Luas, Kompas edisi Senin, 30 November 1981.
NN, Dampak Kekeringan Mulai Menggelisahkan, Kompas edisi Sabtu, 15
Agustus 1987.
NN, Kekeringan Sudah Kritis, Kompas edisi Kamis, 9 September 1976.
101
Rio, Efek Rumah Kaca Bisa Naikkan Permukaan Laut Teluk Jakarta, Kompas
edisi Rabu, 15 November 1989.
Subrata, Subagio. Masalah Macan Tutul Masuk Desa dan Ekspor Monyet,
Kompas edisi Senin, 8 Desember 1980.
Sumandoyo, Arbi. Hikayat karya-karya Iwan Fals.
https://www.merdeka.com/peristiwa/hikayat-karya-karya-iwan-fals.html.
diakses pada tanggal 2 Desember 2018, pukul 8:06 WIB.
Wgt, Tungro Masih Menyerang Tanaman Padi di Kalsel, Kompas edisi Selasa, 2
September 1986.
Artikel Maya
Team 1001indonesia.net. Taufik Ismail Penyair angkatan 66.
https://1001indonesia.net/taufiq-ismail-penyair-angkatan-66/. diakses pada
tanggal 23 April 2019, pukul 22:17 WIB.
Wijaya, Rony. Biografi Taufik Ismail. http://bio.or.id/biografi-taufiq-ismail/.
diakses pada tanggal 23 April 2019, pukul 22:34 WIB.
Wink. Biografi Taufik Ismail. https://www.biografiku.com/biografi-taufik-
ismail/#comments, diakses pada tanggal 23 April 2019, pukul 23: 22 WIB.
Lampiran 1
Membaca Tanda-Tanda oleh Taufik Ismail
Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari kita
Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas
Tapi kini kita mulai merindukannya
Kita saksikan udara abu-abu warnanya
kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya
burung-burung kecil tak lagi berkicau di pagi hari
Hutan kehilangan ranting
Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan
Kita saskikan zat asam didesak asam arang
dan karbon dioksiditu menggilas paru-paru
Kita saksikan gunung memompa abu
abu membawa batu
batu membawa lindu
lindu membawa longsor
longsor membawa air
air membawa banjir
banjir membawa air
air mata
Kita telah saksikan seribu tanda-tanda
Bisakah kita membaca tanda-tanda?
ALLAH ...
Kami telah membaca gempa
Kami telah disapu banjir
Kami telah dihalau api dan hama
Kami telah dihujani abu dan batu
ALLAH ...
Ampunilah dosa-dosa kami
Beri kami kearifan membaca tanda-tanda
Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepasdari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari kita
Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas
tapi kini kami mulai merindukannya. (1982)1
Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
Karya Iwan Fals
Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Berpadu dengan jerit isi rimba raya
Tawa kelakar badut badut serakah
Tanpa HPH berbuat semaunya
Lestarikan alam hanya celoteh belaka
Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu
Oh mengapa
Oh jelas kami kecewa
Menatap rimba yang dulu perkasa
Kini tinggal cerita
Pengantar lelap si buyung
Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia
Lestarikan hutan hanya celoteh belaka
Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu
Saja
Oh jelas kami kecewa
Mendengar gergaji tak pernah berhenti
Demi kantong pribadi
Tak ingat rejeki generasi nanti2
1 Nauman, Indra Jaya. Makalah Kongres Bahasa Indonesia X di Jakarta, Puisi sebagai Media
Pendidikan Berbasis Lingkungan Hidup, 2013.
2Manajemen tiga rambu, Situs resmi Iwan Fals dalam album OPINI,
http://www.iwanfals.co.id/discography/album/4-opini, diakses tanggal 29 Oktober 2018, pukul
21:30 WIB.
Langit Terluka
Karya Ebiet G. Ade
Jala api, lidahnya terjulur menyengat wajah bumi
Awan terbakar, langit berlubang menganga
menyeringai bagaikan terluka
Pohon-pohon terkapar letih tanpa daya
Mata air terengah-engah, dahaga
Burung-burung hanya basa-basi berkicau
Lapisan jagat terkelupas
Semua karena ulah kita
Warisan untuk anak cucu nanti ho ho ho ho
Jala api, lidahnya berkelit saat ingin kutangkap
Terlampau naif angan-angan yang kurajut
untuk menyelamatkan dunia
Setiap detik ingin kutanam pepohonan
Mata air kuluahi embun surgawi
Burung-burung kuajari bernyanyi-nyanyi
Kuhapus semua mimpi buruk
dan mekarlah bunga-bunga
Masa depan buat mereka ho ho
Bila matahari bangkit dari tidur
aku mulai berfikir, bagaimanakah caranya hu hu
bila sinar rembulan mulai merah menyala?
Aku masih berharap kearifan Yang Kuasa
Dari jendela kamarku dapat aku dengar
Gemercik suara air kali yang tak pernah berhenti
Jangan sampai terhenti biarpun langit terluka3
3 Adi Adrian, Seraut Wajah (1990), http://www.ebietgade.com/page1.html, diakses pada
tanggal 13 November 2018, pukul 11:45 WIB.
Lampiran 2
Tabel I
Tabel Gaya Bahasa Puisi Membaca Tanda-Tanda
DATA DESKRIPSI GAYA BAHASA
1 Kita saskikan zat asam didesak asam arang
Personifikasi
2 dan karbon dioksida itu menggilas paru-paru
3 Kita saksikan gunung memompa abu
4 abu membawa batu
5 batu membawa lindu
6 lindu membawa longsor
7 longsor membawa air
8 air membawa banjir
9 banjir membawa air
10 Kami telah disapu banjir
11 Kami telah dihalau api dan hama
12 Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan
Metafora dan meluncur lewat sela-sela jari kita
13 Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas
Perumpamaan Tapi kini kita mulai merindukannya
14 banjir membawa air
Hiperbola air mata
15 Ada sesuatu yang rasanya ....
Anafora
Ada sesuatu yang mulanya ....
16 kita saksikan udara abu-abu warnanya
kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya
17
Kami telah membaca gempa
kami telah disapu banjir
kami telah dihalau api dan hama
kami telah dihujani abu dan batu
18
Hutan kehilangan ranting
Mesodilopsis
ranting kehilangan daun
daun kehilangan dahan
dahan kehilangan hutan
19
abu membawa batu
batu membawa lindu
lindu membawa longsor
longsor membawa air
air membawa banjir
banjir membawa air mata
Tabel II
Kata Konkret Puisi Membaca Tanda-Tanda
Bait Larik Kata Konkret Banyaknya
I 1 Tangan 2
2 Sela-sela jari 2
II
1 Udara abu-abu warnanya 1
2 Air danau semakin surut 1
3 Burung-burung kecil 1
4 Hutan 1
5 Ranting 2
6 Daun 2
7 Dahan 2
III 2 Paru-paru 1
IV
1 Gunung 1
2 Abu, batu 2
4 Lindu, longsor 2
6 Air, banjir 2
7 Air mata 1
V 5 Dihujani 1
Tabel III
Kata Abstrak dalam Puisi Membaca Tanda-Tanda
Bait Larik Kata Konkret Banyaknya
I
1 Sesuatu, rasanya 4
2 Meluncur 2
4 Tak begitu jelas 2
II 4 s.d. 7 Kehilangan 4
III 1 Zat asam, asam arang 1
2 Karbon dioksida 1
V 1 Tanda-tanda 2
VII 1 Ampunilah 1
2 Kearifan 1
Tabel IV
Tabel Imaji dalam puisi Membaca Tanda-Tanda
Bait Imaji Banyak Keterangan
II, III,
V Penglihatan 5 Saksikan
II Pendengaran 1 Berkicau
I, VII Perasaaan 2 Rasanya,
merindukannya
Tabel V
Tabel Gaya Bahasa Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
DATA DESKRIPSI GAYA BAHASA
20 Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Personifikasi Berpadu dengan jerit isi rimba raya
21 Menatap rimba yang dulu perkasa
22 Bencana erosi selalu datang menghantui
23 Tawa kelakar badut-badut serakah Metafora
24 Demi kantong pribadi
25 Lestarikan alam hanya celoteh belaka
Anafora Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu
26 Lestarikan hutan hanya celoteh belaka
Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja
27 Kini tinggal cerita pengantar lelah si buyung Metonimia
Tabel VI
Kata Konkret Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
Bait Larik Kata Konkret Banyaknya
I 1 Buldozer 1
Pohon Tumbang 1
I, III, VI 2, 2, 3 Rimba 3
I 3 Tawa Kelakar 1
Badut 2
II 1, 2 Alam 2
VI
1 Bencana Erosi 1
2 Tanah Kering 1
Banjir 1
4 Manusia 1
V 1, 2 Hutan 2
VI 2 Gergaji 1
Tabel VII
Kata Abstrak Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
Bait Larik Kata Abstrak Banyaknya
I 3 Serakah 1
4 Semauanya 1
II, V 1, 2 Lestarikan 4
III 1 Kecewa 1
IV 1 Menghantui 1
4 Rakus 1
VI 4 Rejeki 1
Tabel VIII
Tabel Imaji Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
Bait Imaji Banyak Keterangan
I, VI Pendengaran 4 Raung buldozer, jerit isi rimba,
tawa kelakar, mendengar gergaji
I
Penglihatan 9
Tawa kelakar, badut-badut serakah,
III perkasa, menatap, menghantui,
IV tanah kering kerontang, banjir
IV isi rimba, punah
VI Perasaan 1 Kecewa
Tabel IX
Tabel Gaya Bahasa Lirik Lagu Langit Terluka
DATA DESKRIPSI GAYA BAHASA
28 Jala api, lidahnya terjulur
Personifikasi
menyengat wajah bumi
29 Awan terbakar, langit berlubang menganga
menyeringai bagaikan terluka
30 Pohon-pohon terkapar letih
tanpa daya
31 Mata air terengah-engah, dahaga
Burung-burung hanya basa-basi berkicau
32 Bila matahari bangkit dari tidur
33 Jangan sampai terhenti biarpun langit terluka
32 Awan terbakar, langit berlubang menganga
Perumpamaan menyeringai bagaikan terluka
33
Pohon-pohon terkapar letih tanpa daya
Sinisme Mata air terengah-engah, dahaga
Burung-burung hanya basa-basi berkicau
Lapisan jagat terkelupas, semua karena ulah kita
Warisan untuk anak cucu nanti ho ho ho ho
34 Setiap detik ingin kutanam pepohonan
Metafora Mata air kuluahi embun surgawi
35 Burung-burung kuajari bernyanyi-nyanyi
Hiperbola Kuhapus semua mimpi buruk
Tabel X
Kata Konkret Lirik Lagu Langit Terluka
Bait Larik Kata Konkret Banyaknya
I 1 Lidahnya terjulur 1
4 Pohon-pohon 1
I, II 5 Mata air 2
I, II 6 Burung-burung 2
II 8 Bunga-bunga 1
III
1 Matahari 1
3 Sinar rembulan 1
5 Jendela kamarku 1
Tabel XI
Kata Abstrak dalam Lirik Lagu Langit Terluka
Bait Larik Kata Konkret Banyaknya
I,I
1
Jala api 1
I
Menyengat 1
Wajah bumi 1
3 Menyeringai 1
Terluka 1
5 Terengah-engah 1
II
1 Kutangkap 1
2 Terlampau 1
3 Menyelematkan 1
5 Kuluahi 1
7 Kuhapus 1
Mimpi buruk 1
III
2 Berfikir 1
4 Berharap 1
Kearifan 1
7 Langit terluka 1
Tabel XII
Tabel Imaji dalam Lirik Lagu Langit Terluka
Bait Imaji Banyak Keterangan
I Penglihatan 8
Jala api, lidahnya terjulur
menyengat wajah bumi
Awan terbakar, langit berlubang menganga
menyeringai bagaikan terluka
Pohon-pohon terkapar letih tanpa daya
Lapisan jagat terkelupas
mekarlah bunga-bunga
Bila matahari bangkit dari tidur
sinar rembulan mulai merah menyala?
I, II Pendengaran 3
Berkicau, bernyanyi-nyanyi,
III Gemercik suara air kali
II Perabaan 2 Kutangkap, kurajut
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMK Nusantara 02 Kesehatan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : X / 2
Materi Pokok : Teks Puisi
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit (2 JP)
A. Kompetensi Inti
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
peyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.17 Menganalisis unsur pembangun puisi. 3.17.1 Menganalisis kata konkret dalam
puisi.
3.17.2 Menganalisis gaya bahasa dalam
puisi
3.17.3 Menganalisis rima dalam puisi
3.17.4 Menganalisis tipografi dalam puisi
3.17.5 Menganalisis tema dalam puisi
3.17.6 Menganalisis rasa dalam puisi
3.17.7 Menganalisis nada dalam puisi
3.17.8 Menganalisis amanat dalam puisi
C. Tujuan Pembelajaran 1. Mengindentifikasi unsur fisik dan batin pembangun puisi
D. Materi Pembelajaran Rekaman puisi atau pembacaan langsung:
E. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran Pendekatan : Pedagogi genre, Saintifik approach
Model : Discovery learning (pertemuan pertama),
Penugasan dan diskusi (pertemuan ke 2)
Metode : Penugasan, tanya jawab, diskusi.
F. Media/Alat Bahan 1. Media/Alat : LCD, Laptop
2. Bahan : Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi karya
Iwan Fals, Lagu Bali Tolak Reklamasi dipopulerkan oleh Superman
Is Dead, Lagu Bebal karya Sisir Tanah, dan lagu Langit Terluka
karya Ebiet G. Ade
G. Sumber Belajar
Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2017 buku siswa.
Video (Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi, Lagu Bali Tolak
Reklamasi, Lagu Bebal, dan lagu Langit Terluka)
Buku/ sumber lain yang relevan.
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
(2 X 40 menit)
Tahap
Langkah-langkah pembelajaran
Alokasi waktu
1. Pendahuluan:
Peserta didik merespon salam dan mensyukuri
anugerah Tuhan dengan berdoa bersama.
Peserta didik menerima apersepsi yang diberikan
guru dengan mendengarkan lagu dan musikalisasi
puisi yang disajikan.
Peserta didik memprediksi materi yang akan
dipelajarinya
Peserta didik menerima informasi tentang materi
dan tujuan yang akan dipelajari serta kegiatan
pembelajaran yang akan dipelajari dalam teks
biografi.
10 menit
INTI
DISCOVERY
1 Stimulation (pemberian rangsangan) Peserta didik membaca lirik lagu Isi Rimba Tak
Ada Tempat Berpijak lagi dan lirik lagu Bebal.
2. Problem Statement (identifikasi masalah) Peserta didik menyimak penjelasan Pendidik
tentang analisis unsur pembangun puisi yang
meliputi:
diksi;
70 menit
imaji;
kata konkret;
gaya bahasa;
rima/irama;
tipografi;
tema/makna (sense);
rasa (feeling);
nada (tone);dan
amanat/tujuan/maksud (itention).
3. Data collection (Pengumpulan Data) Peserta didik mencari informasi dari berbagai
sumber untuk mengetahui (pengertian, teknik
analisis) unsur pembangun puisi yang meliputi:
diksi;
imaji;
kata konkret;
gaya bahasa;
rima/irama;
tipografi;
tema/makna (sense);
rasa (feeling);
nada (tone);dan
amanat/tujuan/maksud (itention).
4. Data Processing (Pengolahan Data) Peserta didik mendiskusikan lirik lagu Isi Rimba
Tak Ada Tempat Berpijak lagi dan lirik lagu
Bebal.
5. Verification (Pemeriksaan data) Kelompok dengan secara bergantian
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
dalam diskusi kelas untuk memverifikasikan
hasil kerjanya; kelompok lain memberikan
tanggapan
.
6. Generalisation (penarikan kesimpulan) Di bawah bimbingan Pendidik, peserta didik
menyimpulkan hasil analisis unsur pembangun
puisi
.
3. PENUTUP
Kegiatan pendidik bersama peserta didik yaitu:
Menghubungkan isi puisi dengan menunjukkan
perilaku unggul dalam kehidupan sehari-hari.
Mengajukan pertanyaan tentang materi yang
belum dikuasai.
Meringkas hasil pembelajaran secara lisan .
10 menit
Merefleksi hasil pembelajaran
Kegiatan guru yaitu:
Menyampaikan tugas yang harus dikerjakan
peserta didik untuk pertemuan kedua.
(menganalis unsur pembangun puisi dalam lirik
lagu Bali Tolak Reklamasi atau lirik lagu Langit
Terluka)
Menjelaskan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
G. Penilaian
1. Kompetensi keagamaan dan sosial
a. Teknik penilaian : Observasi/ pengamatan
b. Bentuk : Catatan hasil observasi
2. Kompetensi Pengetahuan
a. Teknik penilaian : Tes
b. Bentuk Penilaian : Tes tulis
c. Instrumen penilaian : Tes uraian
3. Kompetensi keterampilan
a. Teknik penilaian : Penugasan.
b. Bentuk : Tugas tertulis
c. Instrumen penilaian : Lembar kerja
4. Remedial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi Peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas
b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau
tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.
Ciputat, April 2019
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,
NIP/NIK. NIP/NIK.
Lampiran 2
Tabel I
Tabel Gaya Bahasa Puisi Membaca Tanda-Tanda
DATA DESKRIPSI GAYA BAHASA
1 Kita saskikan zat asam didesak asam arang
Personifikasi
2 dan karbon dioksida itu menggilas paru-paru
3 Kita saksikan gunung memompa abu
4 abu membawa batu
5 batu membawa lindu
6 lindu membawa longsor
7 longsor membawa air
8 air membawa banjir
9 banjir membawa air
10 Kami telah disapu banjir
11 Kami telah dihalau api dan hama
12 Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan
Metafora dan meluncur lewat sela-sela jari kita
13 Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas
Perumpamaan Tapi kini kita mulai merindukannya
14 banjir membawa air
Hiperbola air mata
15 Ada sesuatu yang rasanya ....
Anafora
Ada sesuatu yang mulanya ....
16 kita saksikan udara abu-abu warnanya
kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya
17
Kami telah membaca gempa
kami telah disapu banjir
kami telah dihalau api dan hama
kami telah dihujani abu dan batu
18
Hutan kehilangan ranting
Mesodilopsis
ranting kehilangan daun
daun kehilangan dahan
dahan kehilangan hutan
19
abu membawa batu
batu membawa lindu
lindu membawa longsor
longsor membawa air
air membawa banjir
banjir membawa air mata
Tabel II
Kata Konkret Puisi Membaca Tanda-Tanda
Bait Larik Kata Konkret Banyaknya
I 1 Tangan 2
2 Sela-sela jari 2
II
1 Udara abu-abu warnanya 1
2 Air danau semakin surut 1
3 Burung-burung kecil 1
4 Hutan 1
5 Ranting 2
6 Daun 2
7 Dahan 2
III 2 Paru-paru 1
IV
1 Gunung 1
2 Abu, batu 2
4 Lindu, longsor 2
6 Air, banjir 2
7 Air mata 1
V 5 Dihujani 1
Tabel III
Kata Abstrak dalam Puisi Membaca Tanda-Tanda
Bait Larik Kata Konkret Banyaknya
I
1 Sesuatu, rasanya 4
2 Meluncur 2
4 Tak begitu jelas 2
II 4 s.d. 7 Kehilangan 4
III 1 Zat asam, asam arang 1
2 Karbon dioksida 1
V 1 Tanda-tanda 2
VII 1 Ampunilah 1
2 Kearifan 1
Tabel IV
Tabel Imaji dalam puisi Membaca Tanda-Tanda
Bait Imaji Banyak Keterangan
II, III,
V Penglihatan 5 Saksikan
II Pendengaran 1 Berkicau
I, VII Perasaaan 2 Rasanya,
merindukannya
Tabel V
Tabel Gaya Bahasa Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
DATA DESKRIPSI GAYA BAHASA
20 Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Personifikasi Berpadu dengan jerit isi rimba raya
21 Menatap rimba yang dulu perkasa
22 Bencana erosi selalu datang menghantui
23 Tawa kelakar badut-badut serakah Metafora
24 Demi kantong pribadi
25 Lestarikan alam hanya celoteh belaka
Anafora Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu
26 Lestarikan hutan hanya celoteh belaka
Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja
27 Kini tinggal cerita pengantar lelah si buyung Metonimia
Tabel VI
Kata Konkret Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
Bait Larik Kata Konkret Banyaknya
I 1 Buldozer 1
Pohon Tumbang 1
I, III, VI 2, 2, 3 Rimba 3
I 3 Tawa Kelakar 1
Badut 2
II 1, 2 Alam 2
VI
1 Bencana Erosi 1
2 Tanah Kering 1
Banjir 1
4 Manusia 1
V 1, 2 Hutan 2
VI 2 Gergaji 1
Tabel VII
Kata Abstrak Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
Bait Larik Kata Abstrak Banyaknya
I 3 Serakah 1
4 Semauanya 1
II, V 1, 2 Lestarikan 4
III 1 Kecewa 1
IV 1 Menghantui 1
4 Rakus 1
VI 4 Rejeki 1
Tabel VIII
Tabel Imaji Lirik Lagu Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
Bait Imaji Banyak Keterangan
I, VI Pendengaran 4 Raung buldozer, jerit isi rimba,
tawa kelakar, mendengar gergaji
I
Penglihatan 9
Tawa kelakar, badut-badut serakah,
III perkasa, menatap, menghantui,
IV tanah kering kerontang, banjir
IV isi rimba, punah
VI Perasaan 1 Kecewa
Tabel IX
Tabel Gaya Bahasa Lirik Lagu Langit Terluka
DATA DESKRIPSI GAYA BAHASA
28 Jala api, lidahnya terjulur
Personifikasi
menyengat wajah bumi
29 Awan terbakar, langit berlubang menganga
menyeringai bagaikan terluka
30 Pohon-pohon terkapar letih
tanpa daya
31 Mata air terengah-engah, dahaga
Burung-burung hanya basa-basi berkicau
32 Bila matahari bangkit dari tidur
33 Jangan sampai terhenti biarpun langit terluka
32 Awan terbakar, langit berlubang menganga
Perumpamaan menyeringai bagaikan terluka
33
Pohon-pohon terkapar letih tanpa daya
Sinisme Mata air terengah-engah, dahaga
Burung-burung hanya basa-basi berkicau
Lapisan jagat terkelupas, semua karena ulah kita
Warisan untuk anak cucu nanti ho ho ho ho
34 Setiap detik ingin kutanam pepohonan
Metafora Mata air kuluahi embun surgawi
35 Burung-burung kuajari bernyanyi-nyanyi
Hiperbola Kuhapus semua mimpi buruk
Tabel X
Kata Konkret Lirik Lagu Langit Terluka
Bait Larik Kata Konkret Banyaknya
I 1 Lidahnya terjulur 1
4 Pohon-pohon 1
I, II 5 Mata air 2
I, II 6 Burung-burung 2
II 8 Bunga-bunga 1
III
1 Matahari 1
3 Sinar rembulan 1
5 Jendela kamarku 1
Tabel XI
Kata Abstrak dalam Lirik Lagu Langit Terluka
Bait Larik Kata Konkret Banyaknya
I,I
1
Jala api 1
I
Menyengat 1
Wajah bumi 1
3 Menyeringai 1
Terluka 1
5 Terengah-engah 1
II
1 Kutangkap 1
2 Terlampau 1
3 Menyelematkan 1
5 Kuluahi 1
7 Kuhapus 1
Mimpi buruk 1
III
2 Berfikir 1
4 Berharap 1
Kearifan 1
7 Langit terluka 1
Tabel XII
Tabel Imaji dalam Lirik Lagu Langit Terluka
Bait Imaji Banyak Keterangan
I Penglihatan 8
Jala api, lidahnya terjulur
menyengat wajah bumi
Awan terbakar, langit berlubang menganga
menyeringai bagaikan terluka
Pohon-pohon terkapar letih tanpa daya
Lapisan jagat terkelupas
mekarlah bunga-bunga
Bila matahari bangkit dari tidur
sinar rembulan mulai merah menyala?
I, II Pendengaran 3
Berkicau, bernyanyi-nyanyi,
III Gemercik suara air kali
II Perabaan 2 Kutangkap, kurajut
BIODATA PENULIS
Dwi Noviyanti, dilahirkan pada hari Sabtu Pahing di
Jakarta, tanggal 23 November 1996 dari ibu Rustinah.
Wanita perpaduan Yogyakarta dan Jakarta ini adalah anak
kedua dari dua bersaudara. Bercita-cita menjadi seorang
guru, bagi penulis menjadi guru merupakan panggilan jiwa
dan pekerjaan yang mulia. Peneliti yang menyukai dunia
anak dan musik ini menempuh pendidikan awal di TPA AL-
Barakah (2002-2004), SDN Kampung Bali 02 petang (2003-
2008), SMPN 273 Jakarta (2008-2011), dan SMK Jakarta
Pusat 1 (2011/2014), kemudian melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014. Bidang studi yang dipilih adalah Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
Semasa kuliah, ia sempat bergelut di beberapa organisasi legal kampus. Organisasi
kampus yang dinaunginya adalah Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia (PBSI) dan Organisasi Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa
(HIQMA) dalam devisi shalawat.
Salah satu keinginan penulis saat ini adalah menjadi manusia yang bermanfaat
terhadap orang lain sehingga bisa berbagi terhadap sesama, menjadi guru yang profesional
dan berharap bisa menginspirasi peserta didik untuk mencintai karya sastra serta mengambil
manfaat sebagai pembentukan karakter peserta didik.