tentang allah

47
  TENTANG ALLAH, TAUHID DAN MANUNGGALING KAWULA GUSTI SATU “All ah it u adal ah keadaanku, kenapa kawan- kawan pada mema kai penghalang? Sesungguhnya aku inilah haq Allah pun tiada wujud dua, nanti Allah sekarang Allah, tetap dzahir batin Allah, kenapa kawan-kawan masih memakai pelindung?” (Babad Tanah Sunda, Sulaeman Sulendraningrat, 1982, bagian XLIII). Ucapan spiritual Syekh Siti Jenar tersebut diucapkan pada saat para wali menghendaki diskusi yang membahas masalah Micara Ilmu tanpa Tedeng Al in g- al in g. Di skus i para wali di adak an setelah Dewan Wa li sang a mendengar bahwa Syekh Siti Jenar mulai mengajarkan ilmu ma’rifat dan haki kat. Sement ara dalam tugas resmi yang di beri kan ol eh Dewan Walisanga hanya diberi kewenangan mengajarkan syahadat dan tauhid. Sementara menurut Syekh Siti Jenar justru inti paling mendasar tentang tauhid adalah manunggal, di mana seluruh ciptaan pasti akan kembali menyatu dengan yang menciptakan. Pad a saat it u, Sun an Gun ung Jat i mengemu kakan, “Adap un Al lah itu adalah yang berwujud haq”; Sunan Giri berpendapat, “Allah itu adalah  jauhnya tanpa batas, dekatnya tanpa rabaan.”; Sunan Bonang berkata, “Allah itu tidak berwarna, tidak berupa, tidak berarah, tidak bertempat, tidak berbahasa, tidak bersuara, wajib adanya, mustahil tidak adanya.”; Sunan Kal ij aga men yat akan, “All ah it u ada lah seu mpama memain kan wayang.”; Syekh Maghribi berkata, “Allah itu meliputi segala sesuatu.”; Syekh Majagung menyatakan, “Allah itu bukan disana atau disitu, tetapi ini.”; Syekh Bentong menyuarakan, “Allah itu itu bukan disana sini, ya inilah.”; Setelah ungkapan Syekh Bentong inilah, tiba giliran Syekh Siti  Jenar dan mengungkapkan konsep dasar teologinya di atas. Hanya saja ungkapan Syekh Siti Jenar tersebut ditanggapi dengan keras oleh Sunan Kudus, yang salah menangkap makna ungkapan mistik tersebut, “Jangan suka terlanjur bahasa menurut pendapat hamba adapun Allah itu tidak bersekutu dengan sesama.” Mulai per sidangan itulah hubungan Syekh Si ti Jen ar dengan para wali memanas, sebab Syekh Siti Jen ar tet ap teguh pada pendirian tauhid sejatinya. Sementara para Dewan Wali mengikuti madzhab resmi yang digariskan oleh kerajaan Demak, Sunni-Syafi’i. Sampai masa persidangan penentuannya, Syekh Si ti Jenar tetap menyuarakan dengan lantang teol ogi manunggalnya bahwa, “Utawi Al lah iku nyatanin g sun kang sampurna kang tetep ing dalem dhohir batin,” (bahwa Allah itu nyatanya aku yang sempurna yang tetap di dalam dzahir dan batin) . Riwayat yang

Upload: imam-romli

Post on 10-Jul-2015

473 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 1/47

 

 TENTANG ALLAH, TAUHID DAN MANUNGGALING KAWULA GUSTI

SATU

“Allah itu adalah keadaanku, kenapa kawan-kawan pada memakaipenghalang? Sesungguhnya aku inilah haq Allah pun tiada wujud dua,nanti Allah sekarang Allah, tetap dzahir batin Allah, kenapa kawan-kawanmasih memakai pelindung?” (Babad Tanah Sunda, SulaemanSulendraningrat, 1982, bagian XLIII).

Ucapan spiritual Syekh Siti Jenar tersebut diucapkan pada saat para wali

menghendaki diskusi yang membahas masalah Micara Ilmu tanpa TedengAling-aling. Diskusi para wali diadakan setelah Dewan Walisangamendengar bahwa Syekh Siti Jenar mulai mengajarkan ilmu ma’rifat danhakikat. Sementara dalam tugas resmi yang diberikan oleh DewanWalisanga hanya diberi kewenangan mengajarkan syahadat dan tauhid.Sementara menurut Syekh Siti Jenar justru inti paling mendasar tentangtauhid adalah manunggal, di mana seluruh ciptaan pasti akan kembalimenyatu dengan yang menciptakan.

Pada saat itu, Sunan Gunung Jati mengemukakan, “Adapun Allah ituadalah yang berwujud haq”; Sunan Giri berpendapat, “Allah itu adalah

 jauhnya tanpa batas, dekatnya tanpa rabaan.”; Sunan Bonang berkata,“Allah itu tidak berwarna, tidak berupa, tidak berarah, tidak bertempat,tidak berbahasa, tidak bersuara, wajib adanya, mustahil tidak adanya.”;Sunan Kalijaga menyatakan, “Allah itu adalah seumpama memainkanwayang.”; Syekh Maghribi berkata, “Allah itu meliputi segala sesuatu.”;Syekh Majagung menyatakan, “Allah itu bukan disana atau disitu, tetapiini.”; Syekh Bentong menyuarakan, “Allah itu itu bukan disana sini, yainilah.”; Setelah ungkapan Syekh Bentong inilah, tiba giliran Syekh Siti Jenar dan mengungkapkan konsep dasar teologinya di atas. Hanya sajaungkapan Syekh Siti Jenar tersebut ditanggapi dengan keras oleh SunanKudus, yang salah menangkap makna ungkapan mistik tersebut, “Jangansuka terlanjur bahasa menurut pendapat hamba adapun Allah itu tidakbersekutu dengan sesama.”

Mulai persidangan itulah hubungan Syekh Siti Jenar dengan para walimemanas, sebab Syekh Siti Jenar tetap teguh pada pendirian tauhidsejatinya. Sementara para Dewan Wali mengikuti madzhab resmi yangdigariskan oleh kerajaan Demak, Sunni-Syafi’i. Sampai masa persidanganpenentuannya, Syekh Siti Jenar tetap menyuarakan dengan lantangteologi manunggalnya bahwa, “Utawi Allah iku nyataning sun kangsampurna kang tetep ing dalem dhohir batin,” (bahwa Allah itu nyatanya

aku yang sempurna yang tetap di dalam dzahir dan batin) . Riwayat yang

Page 2: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 2/47

 

agak sama juga tercantum dalam Babad Cerbon, terbitan Brandes (1911)pada Pupuh 23, Kinanti bait 1-8.

DUA

“Jika ada seorang manusia yang percaya kepada kesatuan lain selain dari Tuhan yang Mahakuasa, ia akan kecewa karena ia tidak akan memperolehapa yang ia inginkan.” (S. Soebardi, The Book of ebolek, hlm. 103).

Menurut beberapa sumber, di antaranya Soebardi (1975), beberapa saatsetelah Syekh Siti Jenar wafat, para wali mendengar suara yang berasaldari roh Syekh Siti Jenar yang berupa ungkapan mistik tersebut. Ungkapanmistik itu merupakan ungkapan terakhir dari sang sufi sebagai buktibahwa sampai sesudah wafatnya, dia memperoleh apa yangdiinginkannya, dan menjadi bukti kebenaran ajarannya, yakni kehidupansejati dalam kesatuan; manunggaling kawula-Gusti.

 TIGA

“… tidak usah kebanyakan teori semu, sesungguhnya ingsun inilah Allah.Nyata Ingsun Yang Sejati, bergelar Prabu Satmata, yang tidak ada lainkesejatiannya, yang disebut sebangsa Allah…” (R. Tanoyo: Walisanga,hlm. 124)Maksud bebas ungkapan tersebut adalah “tidak usah kebanyakan bicaratentang teori ketuhanan, sesungguhnya ingsun (aku sejati) inilah Allah. Yaitu Ingsun (Kedirian) Yang Sejati, juga bergelar Prabu Satmata (Tuhan

 Yang Maha Melihat, mengetahui segala-galanya), dan tidak boleh adayang lain yang penyebutannya mengarah kepada Allah sebagai Tuhan”.

EMPAT

“Mungguh sajatine ananing zdat kang sanyata iku muhung ana antepingtekat kita, tandhane ora ana apa-apa, ananging kudu dadi sabarang sedyakita kang satuhu” [Sebenarnya, keberadaan dzat yang nyata itu hanyaberada pada mantapnya tekad kita, tandanya tidak ada apa-apa, akantetapi harus menjadi segala niat kita yang sungguh-sungguh]. (SeratCandhakipun Riwayat Jati, hlm. 1).Menurut Syekh Siti Jenar, keberadaan dzat hanya ada besertakemantapan hati dalam merengkuh Tuhan. Dalam diri tidak ada apa-apakecuali menjadikan menunggal sebagai niat dan yang mewarnai segalahal yang berhubungan dengan asma, sifat dan af’al Pribadi. Inilah diantara maksud utama ungkapan di atas. Jadi pemahaman atas ungkapanitu harus tetap berada dalam lingkup kemanunggalan. Kemanunggalantidak akan berhasil jika hanya mengandalkan perangkat syari’at dantarekat. Apalagi sekedar syari’at lahiriyah (nominal). Kemanunggalanakan berhasil seiring dengan tekad hati dan keseluruhan Pribadi dalammerengkuh Allah, sebagaimana roh Allah pada awalnya ditiupkan atas

setiap pribadi manusia.

Page 3: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 3/47

 

LIMA

“…marilah kita berbicara dengan terus terang. Aku ini Allah. Akulah yangsebenarnya disebut Prabu Satmata, tidak ada lain yang bernama Allah…saya menyampaikan ilmu tertinggi yang membahas ketunggalan. Ini

bukan badan, selamanya bukan, karena badan tidak ada. Yang kitabicarakan ialah ilmu sejati dan untuk semua orang kita membuka tabir[artinya membuka rahasia yang paling tersembunyi.]” (Serat Siti JenarAsmarandana, hlm. 15, bait 20-22).

ENAM

“Tidak usah banyak tingkah, saya inilah Tuhan, Ya, betul-betul saya iniadalah Tuhan yang sebenarnya, bergelar Prabu Satmata, ketahuilahbahwa tidak ada bangsa Tuhan yang lain selain saya. …. Saya inimengajarkan ilmu untuk betul-betul dapat merasakan adanyakemanunggalan. Sedangkan bangkai itu selamanya kan tidak ada.Adapun yang dibicarakan sekarang ini adalah ilmu yang sejati yang dapatmembuka tabir kehidupan. Dan lagi, semuanya sama. Sudah tidak adatanda secara samar-samar, bahwa benar-benar tidak ada perbedaan lagi.  Jika ada perbedaan yang bagaimanapun, saya akan tetapmempertahankan tegaknya ilmu tersebut.” (Boekoe Siti Djenar, TanKhoen Swie, hlm. 18-20).

 TUJUH

“Jika Anda menanyakan dimana rumah Tuhan, jawabnya tidaklah sulit.Allah berada pada dzat yang tempatnya tidak jauh, yaitu bersemayam didalam tubuh. Tetapi hanya orang yang terpilih yang bisa melihatnya,yaitu orang yang suci.” (Suluk Wali Sanga, R. Tanaja, hlm. 42-46).Ungkapan no. 5, 6, dan 7.

Dinyatakan dalam sidang para wali yang dipimpin oleh Sunan Giribertempat di Giri Kedaton. Penjelasan Syekh Siti Jenar bahwa dirinyabukan badan menanggapi pernyataan Maulana Maghribi yang bertanya,“Tetapi yang kau tunjukkan itu hanya badan.” Syekh Siti Jenarmenyampaikan ajaran “ingsun” yang dikemukakan secara radikal, yangmengajarkan kesamaan tuntas antara san pembicara dengan Allah. Inisebagai efek dari berbagai pengalaman spiritualnya yang demikian tinggi,sehingga Manunggaling Kawula-Gusti juga meniscayakan adanyamanunggalnya kalam (pembicaraan, sabda, firman). Adapun gelar PrabuSatmata memilki makna sama dengan Hyang Manon atau Yang Maha Tahu. Gelar tersebut juga diberikan kepada para Walisanga kepada SunanGiri. Nampak bahwa Syekh Siti Jenar memiliki pendirian tegas, bahwa ilmuspiritual harus diajarkan kepada semua orang. Karena justru denganmembuka tabir itulah, orang akan mengetahui hakikat kehidupan danrahasia hidupnya.

DELAPAN

Page 4: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 4/47

 

“Syekh Lemah Abang namaku, Rasulullah ya aku, Muhammad ya aku,Asma Allah itu sesungguhnya diriku; ya Akulah yang menjadi Allah ta’ala.”(Wawacan Sunan Gunung Jati terbitan Emon Suryaatmana dan T.D.Sudjana, Pupuh 38 Sinom, bait 13).

Ungkapan mistik Syekh Siti Jenar tersebut menunjukkan, bahwa dalamteologi manunggaling kawula-Gusti, tidak hanya terjadi proses kefanaanantara hamba dan pencipta sebagaimana apa yang dialami oleh Bayazidal-Bustami dan Manshur al-Hallaj. Dalam kasus pengalaman mistik SyekhSiti Jenar, antara syahadat Rasul dan syahadat Tauhid ikut larut dalamkefanaan.

Sehingga dalam pengalaman mistik manunggal ini, terjadikemanunggalan diri, Rasul dan Tuhan. Suatu titik puncak pengalamanspiritual, yang sudah dialami oleh para ulama sufi sejak abad ke-9, yaknisejak fana’nya Bayazid al-Busthami, Junaid al-Baghdadi, “ana al-Haqq”-nya Manshur al-Hallaj, juga ‘Aynul Quddat al-Hamadani, dan Syaikh al-Isyraq Syuhrawardi al-Maqtul, dan akhirnya menemukan titik kulminasinyapada teologi Manunggaling Kawula-Gusti Syekh Siti Jenar.

SEMBILAN

“Sesungguhnyalah, Lapal Allah yaitu kesaksian akan Allah, yang tanparupa dan tiada tampak, membingungkan orang, karena diragukankebenarannya. Dia tidak mengetahui akan diri pribadinya yang sejati,sehingga ia menjadi bingung. Sesungguhnya nama Allah itu untuk

menyebut wakil-Nya, diucapkan untuk menyatakan yang dipuja danmenyatakan suatu janji. Nama itu ditumbuhkan menjadi kalimat yangdiucapkan: “Muhammad Rasulullah”. Padahal sifat kafir berwatak jisim,yang akan membusuk, hancur lebur bercampur tanah.” “Lain jika kitasejiwa dengan Zat Yang Maha Luhur. Ia gagah berani, naha sakti dalamsyarak, menjelajahi alam semesta. Dia itu Pangeran saya, yangmenguasai dan memerintah saya, yang bersifat wahdaniyah, artinyamenyatukan diri dengan ciptaan-Nya. Ia dapat abadi mengembaramelebihi peluru atau anak sumpitan, bukan budi bukan nyawa, bukanhidup tanpa asal dari manapun, bukan pula kehendak tanpa tujuan.” “Diaitu yang bersatu padu menjadi wujud saya. Tiada susah payah, kodrat dankehendak-Nya, pergi ke mana saja tiada haus, tiada lelah tanpapenderitaan dan tiada lapar. Kekuasan-Nya dan kemampuan-Nya tiadakenal rintangan, sehingga pikiran keras dari keinginan luluh tiadaberdaya. Maka timbullah dari jiwa raga saya kearif-bijaksanaan tanpasaya ketahui keluar dan masuk-Nya, tahu-tahu saya menjumpai Ia sudahada disana”. (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sastrawijaya, Pupuh IIIDandanggula, 45-48).

Pernyataan di atas adalah tafsir sederhana dari sasahidan yang menjadiintisari ajaran Syekh Siti Jenar, dan landasan mistik teologi

kemanunggalan. Kalimah syahadat yang hanya diucapkan dengan lisandan hanya dihiasi dengan perangkat kerja fisik (pelaksanaan fiqih Islam

Page 5: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 5/47

 

dengan tanpa aplikasi spiritual), hakikatnya adalah kebohongan.Pelaksanaan aspek fisik keagamaan yang tidak disertai dengan implikasikemanunggalan roh, sebenarnya jiwa orang itu mencuri, yakni mencuridari perhatiannya kepada aspek Allah dalam diri. Itulah sebenar-benarnyamunafik dalam tinjauan batin, dan fasik dalam kacamata lahir. Sebab

manusia sebagai khalifah-Nya adalah cermin Ilahiyah yang harusmenampak kepada seluruh alam. Sebagai alatnya adalah kemanunggalanwujudiyah sebagaimana terdapat dalam Sasahidan. Terdapatkesatupaduan antara Allah, Rasul dan manusia. Masing-masing bukanlahsesuatu yang saling asing mengasingkan.Kesejatian Hidup dan Kehidupan

SEPULUH.

“Rahasia kesadaran kesejatian kehidupan, ya ingsun ini kesejatian hidup,engkau sejatinnya Allah, ya ingsun sejatinya Allah; yakni wujud (yangberbentuk) itu sejatinya Allah, sir (rahsa=rahasia) itu Rasulullah, lisan(pangucap) itu Allah, jasad Allah badan putih tanpa darah, sir Allah, rasaAllah, rahasia kesejatian Allah, ya ingsun (aku) ini sejatinya Allah.”(Wejangan Walisanga: hlm. 5).Subtansi dari ungkapan spiritual tersebut adalah bahwa kesejatian hidup,rahasia kehidupan hanya ada pada pengalaman kemanunggalan antarakawula-Gusti. Dan dalam tataran atau ukuran orang ‘awam hal itu bisadiraih dengan memperhatikan uraian dan wejangan Syekh Siti Jenartentang “Shalat Tarek Limang Waktu”.

SEBELAS

“Adanya kehidupan itu karena pribadi, demikian pula keinginan hidupitupun ditetapkan oleh diri sendiri. Tidak mengenal roh, yang melestarikankehidupan, tiada turut merasakan sakit ataupun lelah. Suka dukapunmusnah karena tiada diinginkan oleh hidup. Dengan demikian hidupnyakehidupan itu, berdiri sendiri sekehendak.” (Serat Syaikh Siti Jenar KiSasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 32).

Pernyataan tersebut menunjukkan adanya kebebasan manusia dalammenentukan jalan hidup. Manusia merdeka adalah manusia yang terbebasdari belenggu kultural maupun belenggu struktural. Dalam hidup ini, tidakboleh ada sikap saling menguasai antar manusia, bahkan antara manusiadengan Tuhanpun hakikatnya tidak ada yang menguasai dan yangdikuasai. Ini jika melihat intisari ajaran manunggalnya Syekh Siti Jenar.Sebab dalam manusia ada roh Tuhan yang menjamin adanya kekuasaanatas pribadinya dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Dan allah itulah satu-satunya Wujud. Yang lain hanya sekedar mewujud.Cahaya hanya satu, selain itu hanya memancarkan cahaya saja, ataupantulannya saja. Subtansi pernyataan Syekh Siti Jenar tersebut adalah

Qs. Al-Baqarah/2;115, “Timur dan Barat kepunyaan Allah. Maka ke manasaja kamu menghadap di situlah Wajah Allah. ” Wujud itu dalam Pribadi,

Page 6: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 6/47

 

dan di dunia atau alam kematian ini, memerlukan wadah bagi pribadiuntuk mengejawantah, menguji diri sejauh mana kemampuannyamengelola keinginan wadag, sementara Pribadinya tetap suci. Tuhan dan Kemanusiaan

DUA BELAS

“Zat wajibul maulana adalah yang menjadi pemimpin budi yang menujuke semua kebaikan. Citra manusia hanya ada dalam keinginan yangtunggal. Satu keinginan saja belum tentu dapat melaksanakan dengantepat, apa lagi dua. Nah, cobalah untuk memisahkan zat wab/jibulmaulana dengan budi, agar supaya manusia dapat menerima keinginanyang lain”. (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula,44).

Manusia yang mendua adalah manusia yang tidak sampai kepada derajatkemanunggalan. Sementara manusia yang manunggal adalah pemilik jiwayang iradah dan kodratnya telah pula menyatu dengan Ilahi. Sehinggaakibat terpecahnya jiwa dengan roh Ilahi, maka kehidupannya dikuasaioleh keinginan yang lain, yang dalam al-Qur’an disebut sebagai hawanafsu. Maka agar tidak terjadi split personality, dan tidak mengakibatkankerusakan dalam tatanan kehidupan, harus ada keterpaduan antara ZatWajibul Maulana dengan budi manusia. Dan sang Zat Wajibul Maulana iniberada di dalam kedirian manusia, bukan di luarnya.

 TIGA BELAS

“Hyang Widi, kalau dikatakan dalam bahasa di dunia ini, baka bersifatabadi, tanpa antara, tiada erat dengan sakit ataupun rasa tidak enak. Iaberada baik di sana, maupun di sini, bukan itu bukan ini. Oleh tingkahyang banyak dilakukan dan yang tidak wajar, menuruti raga, adalahsesuatu yang baru. Segala sesuatu yang berwujud, yang tersebar di duniaini, bertentangan dengan sifat seluruh yang diciptakan, sebab isi bumi ituangkasa yang hampa.” (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh IIIDandanggula, 30).

 Tuhan adalah yang maha meliputi. Keberadaannya, tidak dibatasi olehlingkup ruang dan waktu, keghaiban atau kematerian. Hakikatkeberadaan segala sesuatu adalah keberadaan-Nya. Oleh karenanyakeberadaan segala sesuatu di hadapan-Nya sama denganketidakberadaan segala sesuatu, termasuk kedirian manusia. Maka sikapyang selalu menuruti raga disebut sebagai “sesuatu yang baru” dalam artitidak mengikuti iradah-Nya. Raga seharusnya tunduk kepada jiwa yangdinaungi roh Ilahi. Sebab raga hanyalah sebagai tempat wadag bagikeberadaan roh itu. Jangan terjebak hanya menghiasi wadahnya, namunseharusnya yang mendapat prioritas untuk dipenuhi perhiasan dandicukupi kebutuhannya adalah isi dari wadah.

EMPAT BELAS

Page 7: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 7/47

 

“Gagasan adanya badan halus itu mematikan kehendak manusia.Dimanakah adanya Hyang Sukma, kecuali hanya diri pribadi. Kelilingilahcakrawala dunia, membumbunglah ke langit yang tinggi, selamilah dalambumi sampai lapisan ke tujuh, tiada ditemukan wujud yang Mulia.”

“Ke mana saja sunyi senyap adanya; ke utara, selatan, barat, timur dantengah, yang ada di sana-sana hanya di sini adanya. Yang ada di sinibukan wujud saya. Yang ada didalamku adalah hampa yang sunyi. Isidalam daging tubuh adalah isi perut yang kotor. Maka bukan jantungbukan otak yang pisah dari tubuh, laju pesat bagaikan anak panah lepasdari busur, menjelajah Mekah dan Madinah.”

“Saya ini bukan budi, bukan angan-angan hati, bukan pikiran yang sadar,bukan niat, bukan udara, bukan angin, bukan panas dan bukankekosongan atau kehampaan. Wujud saya ini jasad, yang akhirnyamenjadi jenazah, busuk bercampur tanah dan debu. Napas sayamengelilingi dunia, tanah, api, air dan udara kembali ke tempat asalnyaatau aslinya, sebab semuanya barang baru, bukan asli.”

“Maka saya ini Zat yang sejiwa, menyukma dalam Hyang Widi. Pangeransaya bersifat jalal dan jamal, artinya Mahamulia dan Mahaindah. Ia tidakmau shalat atas kehendak sendiri, tidak pula mau memerintahkan untukshalat kepada siapapun. Adapun orang shalat, itu budi yang menyuruh,budi yang laknat dan mencelakakan, tidak dapat dipercaya dan diturut,karena perintahnya berubah-ubah. Perkataannya tidak dapat dipegang,

tidak jujur, jika diturut tidak jadi dan selalu mengajak mencuri.” (SeratSyaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 33-36).

Menurut Syekh Siti Jenar, Allah bukanlah sesuatu yang asing bagi dirimanusia. Allah juga bukan yang ghaib dari manusia. Walaupun Iapenyandang asma al-Ghayb, namun itu hanya dari sudut materi atau ragamanusia. Secara rohiyah, Allah adalah ke-Diri-an manusia itu. Dalam dirimanusia terdapat roh al-idhafi yang membimbing manusia untukmengenal dan menghampirinya. Sebagai sarananya, dalam otak kecilmanusia, Allah menaruh God-spot (titik Tuhan) sebagai filter bagi kerjaotak, agar tidak terjebak hanya berpikir materialistik dan matematis.Inilah titik spiritual yang akan menghubungkan jiwa dan raga melalui rohal-idhafi. Dari sistem kerja itulah kemudian terjalin kemanunggalan abadi.Maka kalau ada anggapan bahwa Allah itu ghaib bagi manusia, sesuatuyang jauh dari manusia, pandangan itu keliru dan sesat.

Sekali lagi apa yang terurai di atas, adalah suatu kedaaan dan kesadaranyang sudah tidak ada tingkatan lagi. Jika masih ada terdapat tingkatanmaka sebaiknya disempurnakan lagi. Karena tingkatan itu telah dileburmenjadi satu dengan nama keyakinan, sehingga tidak ada perbedaanatau tingkatan. Semuanya berpulang kepada Allah, Tuhan sekalian Alam,

apa kata Alam ini ialah juga kehendak-Nya yang merupakan wujud ADAdalam kehidupan manusia beserta makhluk lainnya…allahu akbar.

Page 8: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 8/47

 

LIMA BELAS

“Syukur kalo saya sampai tiba di alam kehidupan yang sejati. Dalam alamkematian ini saya kaya akan dosa. Siang malam saya berdekatan dengan

api neraka. Sakit dan sehat saya temukan di dunia ini. Lain halnya apabilasaya sudah lepas dari alam saya kematian ini. Saya akan hidup sempurna,langgeng tiada ini itu.” (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh VIPangkur, 20-21).

Dalam prespektif kemanunggalan, dunia adalah alam kematian yangsesungguhnya, dikarenakan roh Ilahinya terpenjara dalam badanwadagnya. Dengan badan wadag yang berhias nafsu itulah, terjadi dosamanusia. Sehingga keberadaan manusia di dunia penuh dengan apineraka. Ini sangat berbeda kondisinya dengan alam setelah manusiamemasuki pintu kematian. Manusia akan manunggal di alam kehidupansejati setelah mengalami mati. Disanalah ditemukan kesejatian Diri yangtidak parsial. Dirinya yang utuh, sempurna, dengan segala kehidupanyang juga sempurna.

ENAM BELAS

“Menduakan kerja bukan watak saya! Siapa yang mau mati! Dalam alamkematian orang kaya akan dosa! Balik jika saya hidup yang tak kenal ajal,akan langgeng hidup saya, tidak perlu ini itu. Akan tetapi bila sayadisuruh milih hidup atau mati saya tidak sudi! Sekalipun saya hidup, biar

saya sendiri yang menentukan! Tidak usah Walisanga memulangkan sayake alam kehidupan! Macam bukan wali utama saya ini, mau hidup sajaminta tolong pada sesamanya. Nah marilah kamu saksikan! Saya akanpulang sendiri ke alam kehidupan sejati.” (Serat Syaikh Siti Jenar KiSasrawijaya, Pupuh VIII Dandanggula, 14-16).

Karena kematian hanya sebagai pintu bagi kesempurnaan hidup yangsesungguhnya, maka sebenarnya kematian juga menjadi bagian tidakterpisahkan dari keberadaan manusia sebagai pribadi. Oleh karena itu,kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan bukan sesuatu yang bisadipilih orang lain. Kematian adalah hal yang muncul dengan kehendakPribadi, menyertai keinginan pribadi yang sudah berada dalam kondisimanunggal. Oleh karena itu, dalam sistem teologi Syekh Siti Jenar,sebenarnya tidak ada istilah “dimatikan” atau “dipulangkan”, baik olehAllah atau oleh siapapun. Sebab dalam hal mati ini, sebenarnya tidak adaunsur tekan-menekan atau paksaan. Pintu kematian adalah sesuatu halyang harus dijalani secara sukarela, ikhlas, dan harus diselamipengetahuannya, agar ia mengetahui kapan saatnya ia menghendakikematiannya itu. Barulah jika seseorang memang tidak pernahmempersiapkan diri, dan tidak pernah mau mempelajari ilmu kematian,tanpa tau arahnya ke mana, dan tidak mengerti apa yang sedang dialami.

 TUJUH BELAS

Page 9: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 9/47

 

“…Betapa banyak nikmat hidup manfaatnya mati. Kenikmatan inidijumpai dalam mati, mati yang sempurna teramat oleklah dia. Manusiasejati-sejatinya yang sudah meraih puncak ilmu. Tiada dia mati, hidupselamanya. Menyebutkan mati syirik, lantaran tak tersentuh lahat, hanya

beralih tempatlah dia dengan memboyong kratonnya. Kenikmatan matitak dapat dihitung…” “…Tersasar, tersesat, lagi terjerumus, menjadikankecemasan, menyusahkan dalam patinya, justru bagi ilmu orangremeh…” (Babad Jaka Tingkir-Babad Pajang, hlm. 74).

Menurut penuturan Babad Jaka Tingkir, ungkapan mistik itu keluar dariucapan darah Syekh Siti Jenar, setelah dipenggal kepalanya oleh DewanWalisanga. Darah yang menyembur, jatuh ke tanah melukis kaligrafi lailaaha illallah, dan mengeluarkan ucapan-ucapan mistik tersebut. Parawali dan masyarakat yang menyaksikannya terkejut campur bingung.Setelah beberapa saat, dari lisan kepala yang sudah dipenggal, keluarucapan yang memerintahkan agar darah kembali ke jasadnya, demikianpula kepala menyatu dengan tubuh. Jelas bahwa kematian fisik takmampu menyentuh Syekh Siti Jenar. Mati ada dalam hidup, hidup adadalam mati.hidup selamanya tidak mati, kembali ke tujuan, langgengselamanya. Setelah berpamitan dan mengucapkan salam kepada semuayang menyaksikan, Syekh Siti Jenar dengan diliputi oleh semerbak bauharum terbungkus cahaya gemerlapan yang menyorot ke atas, kemudianlenyap terserap ke dalam al-Ghaib, Dia Yang Sudah Dimuliakan. Iringancahaya bersinar cemerlang, berkilau gemilang, berkobar menyala,menyuramkan sinar sang mentari, menyilaukan pandang semua orang

yang menyaksikan.\Adapun pelaksanaan hukuman atas dirinya, oleh Syekh Siti Jenar sengajadibiarkan terlaksana, guna memenuhi hukum duniawi, sekaligus sebagaimonumen kebenaran ajarannya. Tanpa bukti yang dinampakkan secaradzahir, maka kebenaran ajaran Manunggaling Kawula-Gusti tidak akanpernah terwujud. Sebab pembuktian itu –sebagaimana sudah terjadi padaMansur al-Hallaj, al-Syuhrawardi dan ‘Aynul Quddat al-Hamadani sebagaipendahulunya – memang menuntut jasad sang Guru sebagai martir atausyahid bagi kesufiannya. Dengan kemartirannya dan kesediannya sebagaisyuhada’ bagi sufisme di Tanah Jawa itulah ia disebut sebagai Syekh Jatimurni, Guru Pemilik Inti Kesejatian atau Pusar Ilmu Kasampurnan.AJARAN TENTANG PENERAPAN RUKUN IMAN, ISLAM DAN IHSANMateri Pokok Pengajaran Syekh Siti Jenar

DELAPAN BELAS

“…Kepada mereka, Siti Jenar pertama-tama mengajarkan akan asal usulkehidupan, kedua diberitahukan akan pintu kehidupan. Ketiga, tempatbesok bila sudah hidup kekal abadi, keempat alam kematian yaitu yangsedang dijalani sekarang ini. Lagipula mereka diberitahu akan adanya

 Yang Maha Luhur…” (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh IVSinom, 6-7).

Page 10: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 10/47

 

Kepada pada muridnya, Syekh Siti Jenar mengajarkan ilmu ma’rifat secatabertahap, yang harus dikuasai oleh seseorang, jika ingin menjadi manusiasempurna (al-insan al-kamil), serta bagi yang ingin menempuh lakumanunggal dengan Tuhan. (1) Pertama-tama Syekh Siti Jenar

mengajarkan tentang asal-usul manusia [ngelmu sangkan-paran]; (2)Langkah berikutnya, ia mengajarkan masalah yang berkaitan dengankehidupan, khususnya apa yang disebut sebagai pintu kehidupan; (3)Langkah ketiga Syekh Siti Jenar menunjukkan tempat manusia besokketika sudah hidup kekal abadi; (4) Taham keempat, ia menunjukkantempat alam kematian, yaitu yang sedang dialami dan dijalani manusiasekarang ini, di dunia ini, serta berbagai kiat cara menghadapinya; (5)Langkah terakhir Syekh Siti Jenar mengajarkan tentang adanya Tuhan Yang Maha Luhur yang menjadikan bumi dan angkasa, sebagai pelabuhanakhir bagi kemanunggalan dan keabadian.Sasahidan: Intisari Ajaran Syekh Siti Jenar

SEMBILAN BELAS

“Insun anakseni ing Datingsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran amungIngsun, lan nakseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun, iyasajatine kang aran Allah iku badan Ingsun, Rasul iku rahsaning-Sun,Muhammad iku cahyaning-Sun, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iyaIngsun kan langgeng ora kena owah gingsir ing kahanan jati, iya Ingsunkang waskitha ora kasamaran ing sawiji-wiji, iya Ingsun kang amurbaamisesa, kang kawasa wicaksana ora kukurangan ing pangerti, byar..

sampurna padhang terawang-an, ora karasa apa-apa, ora ana keton apa-apa, mung Insun kang nglimputi ing ngalam kabeh, kalawan kodrating-Sun.” (R. Ng. Ranggawarsita, WIRID Punika Serat Wirid Anyariyo-sakenWewejanganipun Wali VIII, Administrasi Jawi Kandha Surakarta, penerbitAlbert Rusche & Co., Surakarta, 1908, hlm.15-16).

 Terjemahan, “Aku angkat saksi di hadapan Dzat-Ku sendiri, sesungguhnyatidak ada Tuhan kecuali Aku, dan Aku angkat saksi sesungguhnyaMuhammad itu utusan-Ku, sesungguhnya yg disebut Allah Ingsun dirisendiri (badan-Ku), Rasul itu Rahsa-Ku, Muhammad itu cahaya-Ku, AkulahDzat yg hidup tidak akan terkena mati, Akulah Dzat yang selalu ingattidak pernah lupa, Akulah Dzat yg kekal tidak ada perubahan dalamsegala keadaan, (bagi-Ku) tidak ada yg samar sesuatupun, Akulah Dzatyang Maha Menguasai, yang Kuasa dan Bijaksana, tidak kekurangandalam pengertian, sempurna terang benerang, tidak terasa apa-apa, tidakkelihatan apa-apa, hanya Aku yg meliputi sekalian alam dengan kodrat-Ku.”

Ajaran tersebut disebut sebagai ajaran atau wejangan Sasahidan SeratWirid Hidayat Jati merupakan naskah paling terkenal hasil karya R. Ng.Ranggawarsita. Menurut R. Ng. Ranggawarsita, naskah tersebut

merupakan wejangan wali ke-8. wali VIII yang dimaksud adalah SunanKajenar atau Syekh Siti Jenar. Ini sesuai dengan pernyataan

Page 11: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 11/47

 

Ranggawarsita sendiri dalam naskah tersebut pada halaman 5 dan 6,dimana wejangannya adalah Sasahidan atau Penyaksian. OlehRanggawarsita, Sunan Kajenar disebut sebagai wali dalam dua angkatan,yakni angkatan pertama di awal Kerajaan Demak dan angkatan dua, yaknipada masa akhir Kerajaan Demak. Melihat pernyataan ini, logis jika tahun

wafatnya Syekh Siti Jenar ditetapkan pada tahun 1517, sebab setelahkekuasaan Raden Fatah usia Kerajaan Demak tidak berlangsung lama,disambung dengan Kerajaan Pajang.

Dari wejangan Sasahidan itu, nampaklah pengalaman spiritual dankeadaan kemanunggalan pada diri Syekh Siti Jenar terjadi dalam waktuyang lama, dan mendominasi keseluruhan wahana batin Syekh Siti Jenar.Nampak juga bahwa dalam intisari ajaran tersebut, konsistensi sikap batindan sikap dzahir dari ajaran Syekh Siti Jenar. Jika ilmu tidak ada yangdirahasiakan dalam pengajaran, maka demikian pula pengalaman batindari keagamaan juga tidak bisa disembunyikan. Dan pengalamankeagamaan yang terlahir tidak harus ditutup-tutupi walaupun dengandalih dan selubung syari’at. Dan akhirnya dalam ajaran Sasahidan itulah,semua ajaran Syekh Siti Jenar tersimpul.Kemanunggalan Ke-Iman-an

DUA PULUH

“Adapun manunggalnya keimanan, itu menjadi tempat berkumpulnya jauhar (mutiara) Muhammad, terdiri atas 15 perkara, seperti perincian dibawah ini:

a. Imannya imam, maksudnya adalah jangan ragu dan janganmensekutukan, engkau adalah keberadaan Allah.

b. Imannya tokide (tauhid), maksudnya adalah jangan ragu dan janganmensekutukan, engkau adalah panunggale (tempat manunggalnya) Allah.

c. Imannya syahadat, maksudnya adalah jangan ragu dan janganmensekutukan, engkau adalah sifatullah (sifatnya Allah).

d. Imannya ma’rifat, maksudnya adalah jangan ragu dan janganmensekutukan, engkau adalah kewaspadaan Allah.

e. Imannya shalat, maksudnya adalah jangan ragu dan janganmensekutukan, engkau adalah menghadap Allah.

f. Imannya kehidupan, maksudnya adalah jangan ragu dan janganmensekutukan, engkau adalah kehidupannya Allah.

g. Imannya takbir, maksudnya adalah jangan ragu dan janganmensekutukan, engkau adalah kepunyaan keangungan Allah.

h. Imannya saderah, maksudnya adalah jangan ragu dan janganmensekutukan, engkau adalah pertemuan Allah.

i. Imannya kematian, maksudnya adalah jangan ragu dan janganmensekutukan, engkau adalah kesucian Allah.

  j. Imannya junud, maksudnya adalah jangan ragu dan janganmensekutukan, engkau adalah wadahnya Allah.

k. Imannya jinabat, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan

mensekutukan, engkau adalah kawimbuhaning (bertambahnya ni’mat dananugerah) Allah.

Page 12: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 12/47

 

l. Imannya wudlu, maksudnya adalah jangan ragu dan janganmensekutukan, engkau adalah asma (Nama) Allah.

m.Imannya kalam (perkataan), maksudnya adalah jangan ragu dan janganmensekutukan, engkau adalah ucapan Allah.

n. Imannya akal, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan,

engkau adalah juru bicara Allah.o. Imannya nur, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan,

engkau adalah wujudullah, yaitu tempat berkumpulnya seluruh jagat(makrokosmos), dunia akhirat, surga neraka, ‘arsy kursi, loh kalam (lauhal-kalam), bumi langit, manusia, jin, belis (iblis) laknat, malaikat, nabi,wali, orang mukmin, nyawa semua, itu berkumpul di pucuknya jantungyang disebut alam kiyal (‘alam al-khayal), maksudnya adalah angan-angannya Tuhan, itulah yang agung yang disebut alam barzakh, yangdimaksudnya adalah pamoring gusti kawula, yang disebut alam mitsal,yang dimaksudnya adalah awal pengetahuan, yaitu kesucian dzat sifatasma af’al, yang disebut alam arwah, maksudnya berkumpulnya nyawayang adalah dipenuhi sifat kamal jamal.” (Wedha Mantra, hlm. 54-55).

Ajaran tersebut terkenal dengan sebutan panunggaling iman. Dari aplikasiiman dalam bentuk keimanan Manunggaling Kawula-Gusti tersebuttampak, bahwa fungsi manusia sebagai khalifatullah (wakil real Allah) dimuka bumi betul-betul nyata. Manusia adalah cermin dan pancaran wujudAllah, dengan fungsi iradah dan kodrat yang berimbang. Semua bentuksyari’at agama ternyata memiliki wujud implementasi bagi tekad hatinya,sekaligus ditampakkan melalui tingkah lahiriyahnya.

 Jelas sudah bahwa dalam sistem sufisme Imannya kehidupan, maksudnyaadalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalahkehidupannya Allah, ajaran “langit” Allah berhasil “dibumikan” olehImannya kehidupan, maksudnya adalah jangan ragu dan janganmensekutukan, engkau adalah kehidupannya Allah. Melalui doktrin utamaManunggaling Kawula-Gusti. Manusia diajak untuk membuktikankeberadaan Allah secara langsung, bukan hanya memahami“keberadaan” dari sisi nalar-pikir (ilmu) dan rasa sentimen makhluk(perasaan yang dipaksa dengan doktrin surga dan neraka). Imannyakehidupan, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan,engkau adalah kehidupannya Allah. Mengajarkan dan mengajak manusiabersama-sama “merasakan” Allah dalam diri pribadi masing-masing.

DUA PULUH SATU

Adapun yang menjadi maksud:a. Iman, adalah pangandeling (pusaka andalan), roh.b. Tokid (tauhid), panunggale (saudara tak terpisah, tempat manunggal)

roh.c. Ma’rifat, penglihatan roh.d. Kalbu, penerimaan (antena penerima) roh.

e. Akal, pembicaraannya roh.f. Niat, pakaremaning roh.

Page 13: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 13/47

 

g. Shalat, menghadapnya roh.h. Syahadat, keadaan roh.” (Wedha Mantra, hlm. 54).

Pernyataan Syekh Siti Jenar tersebut mempertegas maksudManunggalnya Iman di atas. Di dalam hal ini, Syekh Siti Jenar menjelaskan

maksud dari masing-masing doktrin pokok tauhid dan fiqih ketikadikaitkan dengan spiritual. Iman, tauhid, ma’rifat, qalbu, dan akal adalahdoktrin pokok dalam wilayah tauhid; dan niat, shalat serta syahadatadalah doktrin pokok fiqih. Oleh Syekh Siti Jenar semua itu sirangkaimenjadi bentuk perbuatan roh manusia, sehingga masing-masingmemiliki peran dan fungsi yang dapat menggerakkan seluruh kepribadianmanusia, lahir dan batin, roh dan jasadnya. Itulah makna keimanan yangsesungguhnya. Sebab rukun iman, rukun Islam dan ihsan pada hakikatnyaadalah suatu kesatuan yang utuh yang membentuk kepribadian illahiyahpada kedirian manusia.

DUA PULUH DUA

“Yang disebut kodrat itu yang berkuasa, tiada yang mirip atau yangmenyamai. Kekuasaannya tanpa piranti, keadaan wujudnya tidak ada baikluar maupun dalam merupakan kesantrian yang beraneka ragam.Iradatnya artinya kehendak yang tiada membicarakan, ilmu untukmengetahui keadaan, yang lepas jauh dari pancaindera bagaikan anakgumpitan lepas tertiup.” (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh IIIDandangula, 31).

Bagi Syekh Siti Jenar, kodrat dan iradat bukanlah hal yang terpisah darimanusia, dan bukan mutlak milik Allah. Kodrat dan iradat menurut SyekhSiti Jenar terkait erat dengan eksistensi sang Pribadi (manusia). Pribadiadalah eksistensi roh. Maka jika roh adalah pancaran cahaya-Nya, pribadiadalah tajalli-Nya, penjelmaan Diri-Nya. Pribadi adalah Allah yangmenyejarah. Maka Syekh Siti Jenar mengemukakan bahwa dirinya adalahsang pemilik dua puluh sifat ketuhanan. Oleh karena itu kodratmerupakan kuasa pribadi, sifat yang melekat pada pribadi sejak zamanazali dan itu langgeng. Demikian pula adanya iradat, kehendak ataukeinginan.Antara karsa, keinginan dan kuasa, adalah hal yang selalu berkelindanbagi wujud keduanya. Tentu menyangkut kehendak, setiap pribadimemiliki karsa yang mandiri dan yang berhak merumuskan hanyalah“perundingan” antara pemilik iradah dengan Yang Maha Memiliki Iradah.

Kemudian untuk mewujudkan rasa cipta itu, perlu juga pelimpahan kodratAllah pada manusia. Untuk itu semua, Syekh Siti Jenar mendidik manusiauntuk mengetahui Yang Maha Kuasa, dan mengetahui letak pintukehidupan serta kematian. Tujuannya jelas, agar manusia menjadi PribadiSejati, pemilik iradah dan kodrat bagi dirinya sendiri.Syahadat

DUA PULUH TIGA

Page 14: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 14/47

 

“Inilah maksud syahadat: ‘Ashadu;jatuhnya rasa, ilaha;kesejatian rasa,illallah; bertemu rasa. Muhammad hasil karya yang maujud, Pangeran;kesejatian kehidupan.”

Dalam hal syahadat ini, Syekh Siti Jenar mengajarkan berbagai macamsyahadat dan hal itu selaras dengan konsep utama ajarannya,manunggaling kawula-Gusti, serta tetap di atas fondasi ajaran shalatdaim. Syahadat dalam hal ini, adalah menjadi keadaan roh, bukansekedar ucapan lisan, dan hasil pengolahan nalar-pikiran, atau bisikanhati. Susunan kalimat syahadat adalah campuran bahasa Arab danbahasa Jawa. Hal ini menjadi kebiasaan Syekh Siti Jenar dalammengajarkan ajaran-ajarannya, sehingga dengan mudah dan gamblangmurid serta pengikutnya mampu memahami dan mengamalkan ajarantersebut, tanpa kesulitan akibat kendala bahasa.

Beberapa wali di Jawa, selain Syekh Siti Jenar juga memiliki danmengajarkan syahadat. Misalnya syahadat Sunan Giri,“Bismillahirrahmanirrahim, syahadat kencana sinarawedi, sahaduminangka kencana sinarawedi, dzat sukma kang ginawa mati, kurunganmas ilang tanpa kerana, sira muliha maring kubur.” Syahadat SunanBonang, “Bismillahirrahmanirrahim, syahadat kencana, linggih ing maligimas, ulir sjroh-ning geni muskala, ilang ing kawulat aja kari, ya hu ya huya hu, sirna kurungan tanpa kerana.” Dan syahadat Sunan Kalijaga,“Bismillahirrahmanirrahim, syahadat kencana, kurungan mas, kuliting jatisajatining sukma, ginawa mati, sirna tan ana kari, sukma ilang jiwa ilang,

kang lunga padha rupane, dap lap ilang,” (Wejangan Walisanga, hlm. 50).

Dibawah ini adalah aplikasi syahadat menurut Syekh Siti Jenar. Sebagiansyahadat yang ada merupakan dzikir dan wirid ketika Syekh Siti Jenarmengajarkan cara melepaskan air kehidupan (tirta nirmaya) untukmembuka pintu kematian menuju kehidupan sejati di alam akhirat.Syahadat-syahadat sejenis juga diajarkan oleh Ki Ageng Pengging kepadaSunan Kudus, sebelum wafatnya. Jatunya rasa (tibaning rasa) maksudnya adalah meresapnya Allah dalamkehendak dan kedalaman jiwa. Ini kemudian dipupuk dengan lakuspiritual yang melahirkan sajatining rasa (kesejatian rasa), di mana ruangkeseluruhan jiwa telah terdominasi oleh al-Haqq (Allah). Kemudian lahirlahungkapan illallah sebagai puncak, yakni pertemuan rasa, manunggalnyayang mengungkapkan “asyhadu” dengan sarana ungkapan, yakni Allah.Kemanunggalan ini memunculkan tenaga dan energi kreativitas positif,dalam bentuk karya yang berbentuk nyata, bermanfaat dan berdayaguna, serta bersifat langgeng, yang diidentifikasikan dengan sebutanMuhammad (Yang Memiliki Segala Keterpujian) sebagai perwujudan riildari sang Wajib al-Wujud. Maka diri manusia sebagai”Pangeran” (Tuhan) itulah yang perupakan kesejatian hidup ataukehidupan. Syahadat dalam sistem ajaran Syekh Siti Jenar bukanlah

hanya sekedar bentuk pengakuan lisan yang berupa syahadat tauhid dansyahadat rasul. Namun syahadat adalah persaksian batin, yang teraplikasi

Page 15: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 15/47

 

dalam tindakan dzahir sebagai wujud kemanunggalan kawula-Gusti.Dengan demikian syahadat mampu melahirkan karya-karya yangbermanfaat.

DUA PULUH EMPAT

“Mengertilah, bahwa sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak taumaka sekaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinyahanya seperti hewan. Lafalnya mengucapkan adalah : “Syahadat SakaratSajati, iya Syahadat Sakarat, wus gumanang waluya jati sirne eling mulyamaring tunggal, waluya jati iya sajatining rasa, lan dzat sajatining dzatpesthi anane langgeng tan kenaning owah, dzat sakarat roh madhep atimuji matring nyawa, tansah neng dzatullah, kurungan mas melesat, elingraga tan rusak sukma mulya Maha Suci.” (Mantra Wedha, bab 205, hlm.53).

(Syahadat Sakarat Sejati adalah Syahadat Sakarat [Menjelang dan prosesdatangnya pintu kematian], sudah nyata penuh kesempatan hilangnyaingatan kemuliaan kepada yang tunggal, keselamatan dan kesentosaanitu adalah sejatinya kehidupan, tunggal sejatinya hidup, hidup sejatinyarasa dan sejatinya rasa dan dzat sejatinya dzat pasti dalam keberadaankelanggengan tidak terkena perubahan, dzat sekarat roh menghadap hatimemuji nyawa, selalu berada dalam dzatullah, sangkar mas hilang,mengingat raga tidak terkena kerusakan sukma mulia Maha Suci).

Syahadat Sakarat adalah syahadat atau persaksian menjelang kematian.

Sebagaimana diketahui, bahwa salah satu ajaran Syekh Siti Jenar adalahkemampuan memadukan iradah dan qudrat diri dengan iradah dan qudratIlahi, sebagai efek kemanunggalan. Sehingga apa yang menjadi ilmuAllah, maka itu adalah ilmu diri manusia yang manunggal. Maka orangyang sudah meninggal mencapai al-Insan al-Kamil, juga mengetahuikapan saatnya dia meninggalkan alam kematian di dunia ini, menuju alamkehidupan sejati di akhirat, untuk menyatu selamanya dengan Allah.

Syahadat sekarat yang terpapar di atas, adalah syahadat sakarat yangbersifat umum, sebab nanti masih ada beberapa syahadat. Semuasyahadat yang diajarkan Syekh Siti Jenar menjadi lafal harian atau dzikir,terutama saat menjelang tidur, agar dalam kondisi tidur juga tetap beradadalam kondisi kemanunggalan iradah dan qodrat. Namun syahadat-syahadat yang ada tidak hanya sekedar ucapan, sebab saat pengucapanharus disertai dengan laku (meditasi) dan paling tidak mengheningkandaya cipta, rasa dan karsa, sehingga lafal-lafal yang berupa syahadattersebut, menyelusup jauh ke dalam diri atau dalam sukma.

DUA PULUH LIMA

“Syahadat Allah, Allah, Allah lebur badan, dadi nyawa, lebur nyawa dadi

cahya, lebur cahya dadi idhafi, lebur idhafi dadi rasa, lebur rasa dadi sirnamulih maring sajati, kari amungguh Allah kewala kang langgeng tan kena

Page 16: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 16/47

 

pati.” (syahadat Allah, Allah, Allah badan lebur menjadi (roh) idhafi, (roh)idhafi lebur menjadi rasa, rasa lebur sirna kembali kepada yang sejati,tinggallah hanya Allah semata yang abadi tidak terkena kematian).[Mantra Wedha, hlm. 53).

Syahadat paleburan diucapkan ketika (menjalani keheningan = samadhi),menyatukan diri kepada Allah. Lafal tersebut lahir dari pengalaman SyekhSiti Jenar ketika memasuki relung-relung kemanunggalan, di mana jasadfisiknya ditinggalkan rohnya, sesudah semua nafs dalam dirinyamengalami kasyaf.

DUA PULUH ENAM

“Ashadu-ananingsun, la ilaha rupaningsun, illallah – Pangeransun,satuhune ora ana Pangeran angging Ingsun, kang badan nyawa kabeh”(ashadu-keberadaanku, la ilaha – bentuk wajahku, illallah – Tuhanku,sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku, yaitu badan dan nyawaseluruhnya).Inilah yang disebut Syahadat Sajati. Pengakuan sejati ini adalah ungkapanyang sebenarnya bersifat biasa-biasa saja, di mana ungkapan tersebutlahir dari hati dan rohnya, sehingga dari ungkapan yang ada dapatdiketahui sampai di mana tingkatan tauhidnya (tauhid dalam artipengenalan akan ke-Esaan Allah), bukan sekedar pengenalan akan nama-nama Allah.

DUA PULUH TUJUH

“Sakarat pujine pati, maksude napas pamijile napas, kaketek meneng-meneng, iya iku sing ameneng, pati sukma badan, mulya sukmasampurna, mulih maring dzatullah, Allah kang bangsa iman, iman kangbangsa nur, nur kang bangsa Rasulullah, iya shalat albar, Muhammadtakbirku, Allah Pangucapku, shalat jati asembahyang kalawan Allah, oraana Allah, ora ana Pangeran, amung iku kawula tunggal, kang agung kangkinasihan.” (mantra Wedha, hlm. 53).“Sekarat ku kemuliaan kematian, maksudnya adalah napas munculnyanapas, yang hilang berangsur-angsur secara diam-diam, yaitu yangkemudian diam, kematian sebagai sukma badan-wadag, kemuliaan sukmakesempurnaan, kembali kepada dzatullah, Allah sebagai labuhan iman,iman yang berbentuk cahaya, cahaya yang berwujud Rasulullah, yaituadalah shalat yang agung,Muhammad sebagai takbirku, Allah sebagai ucapanku, shalat sejatimenyembah Allah, tidak adaAllah tidak ada Tuhan, hanyalah aku (kawula) yang tunggal saja, yangagung dan dikasihi.”Ini adalah Syahadat Sakarat Permulaan Kematian. Ketika seseorang sudahmelihat akhir hayatnya, maka orang tersebut diajarkan untukmemperbanyak melafalkan dan mengamalkan “syahadat sakarat

wiwitane pati” ini.

Page 17: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 17/47

 

DUA PULU DELAPAN

“Ashadu ananingsun, anuduhake marga kang padhang, kang urip tankenaning pati, mulya tan kawoworan, elinge tan kena lali, iya rasa iyarasulullah, sirna manjing sarira ening, sirna wening tunggal idhep

 jumeneng langgeng amisesa budine, angen-angene tansah amadhep ingPangeran.” (mantra Wedha, hlm. 54).

(Ashadu keberadaanku, yang menunjukkan jalan yang terang, yang hiduptidak terkena kematian, yang mulia tanpa kehinaan, kesadaran yang tidakterkena kematian, yang mulia tanpa kehinaan, kesadaran yang tidakterkena lupa, itulah rasa yang tidak lain adalah Rasulullah, selesailahberada di alam terang, itulah hakikat Rasulullah, hilang musnah ketempatwujud yang hening, hilang keheningan menyatu-tunggal menempatisecara abadi memelihara budi, angan-angan selalu menghadap Tuhan).

Syahadat Sekarat Hati pada hakikatnya adalah syahadat Nur Muhammad.Suatu penyaksian bahwa kedirian manusia adalah bagian dari NurMuhammad. Dari inti syahadat ini, jelas bahwa kematian manusiabukanlah jenis kematian pasif, atau kematian negatif, dalam arti kematianyang bersifat memusnahkan. Kematian dalam pandangan sufisme SyekhSiti Jenar hanya sebagai gerbang menuju kemanunggalan, dan itu harusmemasuki alam Nur Muhammad. Bentuk konkretnya, dalam pengalamankematian itu, orang tersebut tidaklah kehilangan akan kesadaranmanunggal-Nya. Ia melanglang buana menuju asal muasal hidup. Olehkarenanya keadaan kematiannya bukanlah suatu kehinaan sebagaimana

kematian makhluk selain manusia. Di sinilah arti penting adanya syafa’atsang Utusan (Rasulullah) dalam bentuk Nur Muhammad atau hakikatMuhammad. Nur Muhammad adalah roh kesadaran bagi tiap Pribadidalam menuju kemanunggalannya. Sehingga dengan Nur Muhammaditulah maka pengalaman kematian oleh manusia, bagi Syekh Siti Jenarbukan sejenis kematian yang pasif, atau kematian yang negatif, dalamarti kematian dalam bentuk kemusnahan sebagaimana yang terjaditerhadap hewan.

Kematian itu adalah sesuatu aktivitas yang aktif. Sebab ia hanyalah pintumenuju keadaan manunggal. Dalam ajaran Syekh Siti Jenar yangdiperuntukkan bagi kaum ‘awam (orang yang belum mampu mengalamiManunggaling Kawula-Gusti secara sempurna) di atas, nampak bahwadalam kematian itu, seseorang tetap tidak kehilangan kesadarankemanunggalannya. Dengan hakikat Muhammadnya ia tetap sadar dalampengalaman kematian itu, bahwa ia sedang menempuh salah satu lorongmanunggal. Melalui lorong itulah kediriannya menuju persatuan denganSang Tunggal. Kematian manusia adalah proses aktif sang al-Hayyu (YangMaha Hidup), sehingga hanya dengan pintu yang dinamakan kematianitulah, manusia menuju kehidupan yang sejati, urip kang tan kena pati,hidup yang tidak terkena kematian.

DUA PULUH SEMBILAN

Page 18: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 18/47

 

“Syahadat Panetep panatagama, kang jumeneng roh idlafi, kang anatelenging ati, kang dadi pancere urip, kang dadi lajere Allah, madhepmarang Allah, iku wayanganku roh Muhammad, iya, iku sajatiningmanusia, iya iku kang wujud sampurna. Allahumma kun walikun, jukat

astana Allah, pankafatullah ya hu Allah, Muhammad Rasulullah.” (mantraWedha, hlm. 54).(Syahadat Penetap Panatagama, yang menempati roh idlafi, yang ada dikedalaman hati, yang menjadi sumbernya kehidupan, yang menjadibertempatnya Allah, menghadap kepada Allah, bayanganku adalah rohMuhammad, yaitu sejatinya manusia, yaitu wujudnya yang sempurna.Allahumma kun walikun jukat astana Allah, pankafatullah ya hu Allah,Muhammad Rasulullah).

Syahadat ini adalah sejenis syahadat netral, yakni yang memiliki fungsidan esensi yang umum. Pengucapannya tidak berhubungan denganwaktu, tempat, dan keadaan tertentu sebagaimana syahadat yang lain.Hakikat syahadat ini hanyalah berfungsi untuk meneguhkan hati akantauhid al-wujud.

 TIGA PULUH

“Ini adalah syahadat sakaratnya roh (pecating nyawa), yang meliputiempat perkara :

1. Ketika roh keluar dari jasad, yakni ketika roh ditarik sampai pada pusar,maka bacaan syahadatnya adalah, “la ilaha illalah, Muhammad

rasulullah.”2. Kemudian, ketika roh ditarik dari pusar sampai ke hati, syahadat rohnya

adalah “la ilaha illa Anta”.3. Kemudian roh ditarik sampai otak, maka syahadatnya “la ilaha illa

Huwa”.4. Maka kemudian roh ditarik dengan halus. Saat itu sudah tidak

mengetahui jalannya keluar roh dalam proses sekarat lebih lanjut.Sekaratnya manusia itu sangat banyak sakitnya, seakan-akan hidupnyasekejap mata, sakitnya sepuluh tahun. Dalam keadaan seperti itulahmanusia kena cobaan setan, sehingga kebanyakkan kelihatan bahwakalau tidak melihat jalan keluarnya roh menjadi lama dalam prosessekaratnya. Jika rohnya tetap mendominasi kesadarannya, tidak kalaholeh sifat setan, maka syahadatnya roh adalah “la ilaha illa Ana”. (MantraWedha, bab 211, hlm. 57).

Ajaran tentang syahadat pecating nyawa tersebut diberikan oleh SyekhSiti Jenar bagi orang yang belum mampu menempuh laku manusiamanunggal, sehingga diperlukan prasyarat lahiriyah yang berupasyahadat pecating nyawa tersebut. Bagi yang sudah mampu menempuhlaku manunggal, maka prosesnya seperti yang dilakukan Syekh Siti Jenar,kematian bukan masalah kapan ajalnya datang, juga bukan masalah

waktu. Kematian termasuk dalam salah satu agenda manunggalnyairadah dan qudrat kawula Gusti dan sebaliknya.

Page 19: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 19/47

 

Kalau diperhatikan secara seksama, ajaran Syekh Siti Jenar yangdikhususkan bagi kalangan ‘awam (yang tidak mampu mengalamiManunggaling Kawula Gusti secara sempurna) tersebut hampir samadengan ajaran Syuhrawardi.

Shalat (tarek dan Daim)

Syekh Siti Jenar mengajarkan dua macam bentuk shalat, yang disebutshalat tarek dan shalat daim. Shalat tarek adalah shalat thariqah, diatassedikit dari syari’at. Shalat tarek diperuntukkan bagi orang yang belummampu untuk sampai pada tingkatan Manunggaling Kawula Gusti, sedangshalat daim merupakan shalat yang tiada putus sebagai efek darikemanunggalannya. Sehingga shalat daim merupakan hasil daripengalaman batin atau pengalaman spiritual. Ketika seseorang belumsanggup melakukan hal itu, karena masih adanya hijab batin, maka yangharus dilakukan adalah shalat tarek. Shalat tarek masih terbatas denganadanya lima waktu shalat, sedang shalat daim adalah shalat yang tiadaputus sepanjang hayat, teraplikasi dalam keseluruhan tindakankeseharian ( penambahan, mungkin efeknya adalah berbentuk suci hati,suci ucap, suci pikiran ); pemaduan hati, nalar, dan tindakan ragawi.

Kata “tarek” berasal dari kata Arab “tarki” atau “tarakki” yang memilikiarti pemisahan. Namun maksud lebih mendalam adalah terpisahnya jiwadari dunia, yang disusul dengan tanazzul (manjing)-nya al-Illahiyah dalam jiwa. Shalat tarek yang dimaksud di sini adalah shalat yang dilakukanuntuk dapat melepaskan diri dari alam kematian dunia, menuju

kemanunggalan. Sehingga menurut Syekh Siti Jenar, shalat yang hanyasekedar melaksanakan perintah syari’at adalah tindakan kebohongan, danmerupakan kedurjanaan budi.

Pengambilan shalat tarek ini berasal dari Kitab Wedha Mantra bab 221;Shalat Tarek Limang Wektu. (Sang Indrajit: 1979, hlm. 63-66).

Keterangan bagi yang mengamalkan ilmu shalat tarek lima waktu ini.(Semua hal yang berkaitan dengan shalat tarek ini diterjemahkan denganapa adanya dari Kitab Wedha Mantra. Makna terjemahan yang bertandakutip hanyalah arti untuk memudahkan pemahaman. Adapun maksud dansubstansi yang ada dalam kalimat-kalimat asli dalam bahasa Jawa-Kawi,lebih mendalam dan luas dari pemahaman dan terjemahan diatas.(penulisnya wanti-wanti banget). Pelaksanaan shalat tarek bisa sajadiamalkan bersamaan dengan shalat syari’at sebagaimana biasa, bisa juga dilaksanakan secara terpisah. Hanya saja terdapat perbedaan dalamhal wudlunya. Jika dalam shalat syari’at, anggota wudhu yang harusdibasuh adalah wajah, tangan, sebagian kepala, dan kaki, sementaradalam shalat tarek adalah di samping tempat-tempat tersebut, harus jugamembasuh seluruh rambut, tempat-tempat pelipatan anggota tubuh,pusar, dada, jari manis, telinga, jidat, ubun-ubun, serta pusar tumbuhnya

rambut (Jawa; unyeng-unyengan). Walhasil wudlu untuk shalat tarek samahalnya dengan mandi besar (junub/jinabat).

Page 20: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 20/47

 

Bahwa kematian orang yang menerapkan ilmu ini masih terhenti padakeduniaan, akan tetapi sudah mendapatkan balasan surga sendiri. Makapaling tidak ujaran-ujaran shalat tarek ini hendaknya dihafalkan, jangansampai tidak, agar memperoleh kesempurnaan kematian.

Bagi yang akan membuktikan, siapa saja yang sudah melaksanakan ilmuini, dapat saja dibuktikan. Ketika kematian jasadnya didudukkan didaratan (di atas tanah), di kain kafan serta diberi kain lurub (penutup)serta selalu ditunggu, kalau sudah mendapatkan dan sampai tujuh hari,bisa dibuka, niscaya tidak akan membusuk, (bahkan kalau iradah danqudrahnya sudah menyatu dengan Gusti), jasad dalam kafan tersebutsudah sirna. Kalau dikubur dengan posisi didudukkan, maka setelahmendapat tujuh hari bisa digali kuburnya, niscaya jasadnya sudah sirna,dan yang dikatakan bahwa sudah menjadi manusia sempurna. Makakarena itu, orang yang menerapkan ilmu ini, sudah menjadi manusiasejati.

Sedangkan tentang ilmu ini, bukanlah manusia yang mengajarkan, caramendapatkannya adalah hasil dari laku-prihatin, berada di dalam khalwat(meditasi, mengheningkan cipta, menyatu karsa dengan Tuhansebagaimana diajarkan Syekh Siti Jenar).

 Tentang anjuran untuk pembuktian di atas, sebenarnya tidak diperlukan,sebab yang terpenting adalah penerapan pada diri kita masing-masing. Justru pembuktian paling efektif adalah jika kita sudah mengaplikasikan

ilmu tersebut. Apalagi pembuktian seperti itu jika dilaksanakan akanmemancing kehebohan, sebagaimana terjadi dalam kasus kematianSyekh Siti Jenar serta para muridnya.

 TIPULUH SATU

Shalat SubuhNiat yang paling awal, “Niyatingsun shalat, roh Kudus kang shalat, iya ikurohing Allah. Allah iku lungguh ana ing paningal, shalat iku sajrone shalatana gusti, sajroning gusti ana sukma, sajroning sukma ana nyawa,sajroning nyawa ana urip, sajro-ning urip ana eling, pardhu ta’ala Allahuakbar, tetep mantep weruh ing awakku.”

(Aku berniat shalat, roh Kudus yang melaksanakan shalat, yaitulah rohnyaAllah. Allah yang menempati penglihatan, shalat yang di dalam shalat ituada gusti, di dalam gusti ada sukma, di dalam sukma ada nyawa, di dalamnyawa terdapat kehidupan, di dalam kehidupan terdapat kesadaranmenyeluruh, kewajiban dari Allah ta’ala, Allahu akbar tetap mantapmengerti akan diriku sendiri).

Malaikatnya adalah Haruman (malaikat Rumman), memujinya dengan “Ya

Hu, Ya Hu.” Seratus kali.

Page 21: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 21/47

 

Niatnya, “Niyatingsun shalat, sirku kang shalat, pardlu ta’ala Allahu akbar,tetep madhep langgeng weruh ing sirku.”(Aku berniat shalat, sir [rahasia]-ku yang shalat, wajib dari Allah ta’ala,Allahu akbar, tetap menghadap dengan abadi mengerti akan sir [rahasia]-ku).

Malaikatnya Haruman, pepujiannya, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.Kemudian memuji; “ya Rajamu, ya Rajaku.” (Arab; Ya maliku al-Mulku).Seratus kali.Dilanjutkan, “Sirrullah, darajatullah, sifatullah”. Seratus kali.Dilanjutkan lagi, “Lah giri-giri Allah, sir jumeneng Allah, nur gumulung,gumulung agawe jagat,” (Sungguh puncak dari segala puncak adalahAllah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulungmembuat semesta). Seratus kali.

Kemudian berdzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ingAllahku.” (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena padaAllahku).Seratus kali.Dilanjutkan dengan dzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ingAllahku”, (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata padaAllahku), Seratus kali.

 TIGA PULUH DUA

Shalat LuhurNiat yang paling awal, “Niyatingsun shalat, roh idlafi kang shalat, iya iku

rohing Pangeran. Pangeran iku lungguhe ana ing kaketek, shalat ikusajroning sukma, sajroning sukma ana nyawa, sajroning nyawa ana urip,sajroning urip ana eling, pardhu ta’ala Allahu akbar, tetep mantep weruhing Pangeranku.” (Aku berniat shalat, roh Idlafi yang melaksanakanshalat, yaitulah rohnya Tuhan. Tuhan yang menempati ketiak, shalat yangdi dalam sahalat itu ada gusti, didalam gusti terdapat sukma, di dalamsukma terkandung nyawa, di dalam nyawa adanya kehidupan, di dalamkehidupan terdapat kesadaran menyeluruh, kewajiban dari Allah ta’ala,Allahu akbar, tetap mantap mengerti akan Tuhanku). Malaikatnya adalah Jabarail (malaikat Jibril), memujinya dengan, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.

Niatnya, “Niyatingsun shalat, kang shalat osikku, pardlu ta’ala Allahuakbar, tetep mantep madhep langgeng weruh ing osikku.” (Aku berniatshalat, yang shalat bisikan dan gerak hatiku, wajib dari Allah ta’ala, Allahuakbar, tetap mantap menghadap dengan abadi mengerti akan bisikannuraniku).

Malaikatnya Jabarail, pepujiannya, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.Kemudian memuji; “Ya Rajamu, ya rajaku.” (Arab; Ya Maliku al-Mulku).Seratus kali.Dilanjutkan, “Sirrullah, darajatullah, sifatullah”. Seratus kali.

Dilanjutkan lagi, “Lah giri-giri Allah, sir jeneng, sir jumeneng Allah, nurgumulung, gumulung agawe jagat,” (Sungguh puncak dari segala puncak

Page 22: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 22/47

 

adalah Allah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulungmembuat semesta). Seratus kali.

Kemudian berdzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ingAllahku.”

(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena padaAllahku).Seratus kali.Dilanjutkan dengan dzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ingAllahku”,(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata pada Allahku),Seratus kali.

 TIGA PULUH TIGA

Shalat ‘AsharNiat yang paling awal, “Niyatingsun shalat, roh Abadi kang shalat, iya ikurohing Rasul. Rasul iku lungguhe ana ing poking ilat, shalat iku sajroningsukma, sajroning sukma ana nyawa, sajroning nyawa ana urip, sajroningurip ana eling, pardhu ta’ala Allahu akbar, tetep mantep weruh ingRasulku.”

(Aku berniat shalat, roh keabadian yang melaksanakan shalat, yaitulahrohnya Utusan. Utusan Tuhan yang menempati ujung lidah, shalat yang didalam sahalat itu ada gusti, didalam gusti terdapat sukma, di dalamsukma terkandung nyawa, di dalam nyawa adanya kehidupan, di dalamkehidupan terdapat kesadaran menyeluruh, kewajiban dari Allah ta’ala,

Allahu akbar, tetap mantap mengerti akan Utusanku).

Malaikatnya adalah Mikail, memujinya dengan, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratuskali.Niatnya, “Niyatingsun shalat, angen-angenku kang shalat, pardlu ta’alaAllahu akbar, tetep mantep madhep langgeng weruh ing angen-angenku.”(Aku berniat shalat, angan-anganku yang shalat, wajib dari Allah ta’ala,Allahu akbar, tetap mantap menghadap dengan abadi mengerti akanangan-anganku).

Malaikatnya Mikail, pepujiannya, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.Kemudian memuji; “Ya Rajamu, ya rajaku.” (Arab; Ya Maliku al-Mulku).Seratus kali.Dilanjutkan, “Sirrullah, darajatullah, sifatullah”. Seratus kali.Dilanjutkan lagi, “Lah giri-giri Allah, sir jeneng, sir jumeneng Allah, nurgumulung, gumulung agawe jagat,” (Sungguh puncak dari segala puncakadalah Allah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulungmembuat semesta). Seratus kali.

Kemudian berdzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ingAllahku.” (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena pada

Allahku).Seratus kali.

Page 23: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 23/47

 

Dilanjutkan dengan dzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ingAllahku”, (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata padaAllahku), Seratus kali.

 TIGA PULUH EMPAT

Shalat MaghribNiat yang paling awal, “Niyatingsun shalat, rokhani kang shalat, iya ikurohing Muhammad. Muhammad iku lungguhe ana ing talingan, shalat ikusajroning sukma, sajroning sukma ana nyawa, sajroning nyawa ana urip,sajroning urip ana eling, pardhu ta’ala Allahu akbar, tetep mantep weruhing Muhammadku.”

(Aku berniat shalat, rohani yang melaksanakan shalat, yaitulah rohnyaMuhammad. Muhammad yang menempati ujung telinga, shalat yang didalam sahalat itu ada gusti, didalam gusti terdapat sukma, di dalamsukma terkandung nyawa, di dalam nyawa adanya kehidupan, di dalamkehidupan terdapat kesadaran menyeluruh, kewajiban dari Allah ta’ala,Allahu akbar, tetap mantap mengerti akan Muhammadku).

Malaikatnya adalah Israfil, memujinya dengan, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratuskali.Niatnya, “Niyatingsun shalat, tekadku kang shalat, pardlu ta’ala Allahuakbar, tetep mantep madhep langgeng weruh ing tekadku.”(Aku berniat shalat, tekadku yang shalat, wajib dari Allah ta’ala, Allahuakbar, tetap mantap menghadap dengan abadi mengerti akan tekadku).

Malaikatnya Israfil, pepujiannya, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.Kemudian memuji; “Ya Rajamu, ya rajaku.” (Arab; Ya Maliku al-Mulku).Seratus kali.Dilanjutkan, “Sirrullah, darajatullah, sifatullah”. Seratus kali.Dilanjutkan lagi, “Lah giri-giri Allah, sir jeneng, sir jumeneng Allah, nurgumulung, gumulung agawe jagat,” (Sungguh puncak dari segala puncakadalah Allah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulungmembuat semesta). Seratus kali.

Kemudian berdzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ingAllahku.”(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena padaAllahku).Seratus kali.Dilanjutkan dengan dzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ingAllahku”, (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata padaAllahku), Seratus kali.

 TIGA PULUH LIMA

Shalat ‘Isya’

Niat yang paling awal, “Niyatingsun shalat, roh Robbi kang shalat, iya iku

Page 24: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 24/47

 

rohing urip. urip iku lungguhe ana ing napas, shalat iku sajroning sukma,sajroning sukma ana nyawa, sajroning nyawa ana urip, sajroning urip anaeling, pardhu ta’ala Allahu akbar, tetep mantep weruh ing uripku.”(Aku berniat shalat, roh Pembimbing yang melaksanakan shalat, yaitulahrohnya kehidupan. Utusan Tuhan yang menempati napas, shalat yang di

dalam sahalat itu ada gusti, didalam gusti terdapat sukma, di dalamsukma terkandung nyawa, di dalam nyawa adanya kehidupan, di dalamkehidupan terdapat kesadaran menyeluruh, kewajiban dari Allah ta’ala,Allahu akbar, tetap mantap mengerti akan kehidupanku).

Malaikatnya adalah Izrail, memujinya dengan, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratuskali.Niatnya, “Niyatingsun shalat, karepku kang shalat, pardlu ta’ala Allahuakbar, tetep mantep madhep langgeng weruh ing karepku.”

(Aku berniat shalat, keinginanku yang shalat, wajib dari Allah ta’ala,Allahu akbar, tetap mantap menghadap dengan abadi mengerti akankeinginanku).

Malaikatnya Izrail, pepujiannya, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.Kemudian memuji; “Ya Rajamu, ya rajaku.” (Arab; Ya Maliku al-Mulku).Seratus kali.Dilanjutkan, “Sirrullah, darajatullah, sifatullah”. Seratus kali.Dilanjutkan lagi, “Lah giri-giri Allah, sir jeneng, sir jumeneng Allah, nurgumulung, gumulung agawe jagat,” (Sungguh puncak dari segala puncakadalah Allah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulung

membuat semesta). Seratus kali.

Kemudian berdzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ingAllahku.”(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena padaAllahku).Seratus kali.Dilanjutkan dengan dzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ingAllahku”, (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata padaAllahku), Seratus kali.

 TIGA PULUH ENAM

“Inilah shalat satu raka’at salam, yang dilaksanakan setiap tanggal (bulanpurnama), dengan waktu tengah malam tepat :

a. Inilah niatnya, “Ushalli urip dzatullah Allahu akbar” (Aku berniatmelaksanakan shalat kehidupan dzatullah, Allahu akbar).

b. Membaca surat al-Fatihah, kemudian membaca ayat dengan menyebut,“aku pan Sukma” (Aku sang pemilik Sukma).

c. Melakukan ruku’ dengan menyebut, “langgeng urip dzatullah” (Kehidupanabadi dzatullah).

d. Sujud dengan mengucapkan, “ibu bumi dzatullah”.

e. Duduk di antara dua sujud dengan doa, “langgeng urip dzatullah tan kenapati” (kehidupan abadi dzatullah yang tidak terkena kematian).

Page 25: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 25/47

 

f. Sujud lagi dengan bacaan, “Ibu bumi dzatullah”.g. Tahiyat dengan membaca, “Urip dzatullah”.h. Membaca syahadat dengan bacaan, “Ashadu uripingsun lan sukma”

(Ashadu kehidupanku dan Sukma).I. Salam dengan bacaan, “Ingsun kang agung, ingsun kang memelihara

kehidupan yang tidak terkena kema-tian. j. Membaca doa, “Allahumma papan tulis hadhdhari langgeng urip tan kena

pati” (Allahumma papan tulis segala sesuatu yang abadi hidup yang takpernah terkena mati).

k. Kemudian berdoa dalam hati, “Ingsun kang agung ingsun kang wisesasuci dhiriningsun” (ingsun yang Agung, ingsun yang memelihara, sucidiriku sendiri [ingsun]).

Dalam Islam dikenal shalat satu raka’at, namun itu hanya sebagian darishalat witir (shalat penutup akhir malam dengan raka’at yang ganjil).

Shalat satu raka’at salam dalam ajaran Syekh Siti Jenar bukanlah shalatwitir, namun shalat ngatunggal, atau shalat yang dilaksanakan dalamrangka mencapai kemanunggalan diri dengan Gusti.

Bacaan-bacaan shalat ngatunggal tidak semuanya memakai bahasa Arab,hanya lafazh takbir dan al-Fatihah serta ayat-ayat yang dibaca satumadzhab fiqih Islam sekalipun (yakni madzhab Imam Hanafi, dan diIndonesia terutama madzhab Hasbullah Bakri), bacaan dalam shalatselain takbir dan al-Fatihah boleh diucapkan dengan bahasa ‘ajam (selainbahasa Arab).

 TIGA PULUH TUJUH

“Shalat lima kali sehari, puji dan dzikir itu adalah kebijaksanaan dalamhati menurut kehendak pribadi. Benar atau salah pribadi sendiri yangakan menerima, dengan segala keberanian yang dimiliki.” (Serat SyaikhSiti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 33).

Syekh Siti Jenar menuturkan bahwa sebenarnya shalat sehari-hari ituhanyalah bentuk tata krama dan bukan merupakan shalat yangsesungguhnya, yakni shalat sebagai wahana memasrahkan diri secaratotal kepada Allah dalam kemanunggalan. Oleh karenanya dalamtingkatan aplikatif, pelaksanaannya hanya merupakan kehendak masing-masing pribadi.

Demikian pula, masalah salah dan benarnya pelaksanaan shalat yanglima waktu dan ibadah sejenisnya, bukanlah esensi dari agama. Sehinggamerupakan hal yang tidak begitu penting untuk menjadi perhatianmanusia. Namanya juga sebatas krama, yang tentu saja masing-masingorang memiliki sudut pandang sendiri-sendiri.

 TIGA PULUH DELAPAN

Page 26: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 26/47

 

“Pada waktu saya shalat, budi saya mencuri, pada waktu saya dzikir, budisaya melepaskan hati, menaruh hati kepada seseorang, kadang-kadangmenginginkan keduniaan yang banyak. Lain dengan Zat Allah yangbersama diriku. Nah, saya inilah Yang Maha Suci, Zat Maulana yang nyata,

yang tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibayangkan.” (Serat SyaikhSiti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 37).

Pada kritik yang dikemukakan Syekh Siti Jenar terhadap Islam formalWalisanga tersebut, namun jelas penolakan Syekh Siti Jenar atas modeldan materi dakwah Walisanga. Pernyataan tersebut sebenarnyaberhubungan erat dengan pernyataan-pernyataan pada point 37 diatas,dan juga pernyataan mengenai kebohongan syari’at yang tanpaspiritualitas di bawah.Menurut Syekh Siti Jenar, umumnya orang yang melaksanakan shalat,sebenarnya akal-budinya mencuri, yakni mencuri esensi shalat yaitukeheningan dan kejernihan busi, yang melahirkan akhlaq al-karimah. Sifatkhusyu’nya shalat sebenarnya adalah letak aplikasi pesan shalat dalamkehidupan keseharian.

Sehingga dalam al-Qur’an, orang yang melaksanakan shalat namun tetapmemiliki sifat riya’ dan enggan mewujudkan pesan kemanusiaan disebutmengalami celaka dan mendapatkan siksa neraka Wail. Sebab iamelupakan makna dan tujuan shalat (QS. Al-Ma’un/107;4-7). Sedangdalam Qs.Al-Mukminun/23; 1-11 disebutkan bahwa orang yangmendapatkan keuntungan adalah orang yang shalatnya khusyu’. Dan

shalat yang khusyu’ itu adalah shalat yang disertai oleh akhlak berikut :(1) menghindarkan diri dari hal-hal yang sia-sia dan tidak berguna, jugatidak menyia-siakan waktu serta tempat dan setiap kesempatan; (2)menunaikan zakat dan sejenisnya; (3) menjaga kehormatan diri daritindakan nista; (4) menepati janji dan amanat serta sumpah; (5) menjagamakna dan esensi shalat dalam kehidupannya. Mereka itulah yangdisebutkan akan mewarisi tempat tinggal abadi; kemanunggalan.

Namun dalam aplikasi keseharian, apa yang terjadi? Orang muslim yangmelaksanakan shalat dipaksa untuk berdiam, konsentrasi ketikamelaksanakan shalat. Padahal pesan esensialnya adalah, agar pikiranyang liar diperlihara dan digembalakan agar tidak liar. Sebab pikiran yangliar pasti menggagalkan pesan khusyu’ tersebut. Khusyu’ itu adalah buahdari shalat. Sedangkan shalat hakikatnya adalah eksperimen manunggaldengan Gusti. Manunggal itu adalah al-Islam, penyerahan diri <Wong  Jowo ngomonge’ Pasrah Bongkoan>. Sehingga doktrin manunggalbukanlah masalah paham qadariyah atau jabariyah, fana’ atau ittihad.

Namun itu adalah inti kehidupan. Khusyu’ bukanlah latihan konsentrasi,bukan pula meditasi. Konsentrasi dan meditasi hanya salah satu alatlatihan menggembalaan pikiran. Wajar jika Syekh Siti Jenar menyebut

ajaran para wali sebagai ajaran yang telah dipalsukan dan menyebutshalat yang diajarkan para Wali adalah model shalatnya para pencuri.

Page 27: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 27/47

 

Puasa Zakat dan Haji

 TIGA PULUH SEMBILAN

“Syahadat, shalat dan puasa itu, sesuatu yang tidak diinginkan, jadi tidak

perlu. Adapun zakat dan naik haji ke Mekah, itu semua omong kosong(palson kabeh). Itu seluruhnya kedurjanaan budi, penipuan terhadapsesama manusia. Orang-orang dungu yg menuruti aulia, karena diberiharapan surga di kelak kemudian hari, itu sesungguhnya keduanya orangyang tidak tahu. Lain halnya dengan saya, Siti Jenar. Tiada pernah sayamenuruti perintah budi, bersujud-sujud di mesjid mengenakan jubah,pahalanya besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala berbelulang.Sesungguhnya hal ini tidak masuk akal! Di dunia ini semua manusiaadalah sama. Mereka semua mengalami suka-duka, menderita sakit danduka nestapa, tiada beda satu dengan yang lain. Oleh karena itu saya, Siti Jenar, hanya setia pada satu hal saja, yaitu Gusti Zat Maulana.” <SeratSyaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 38-39>.

Syekh Siti jenar menyebutkan bahwa syariat yang diajarkan para waliadalah “omong kosong belaka”, atau “wes palson kabeh”(sudah tidak adayang asli). Tentu istilah ini sangat amat berbeda dengan anggapan orangselama ini, yang menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar menolak syari’atIslam. Yang ditolak adalah reduksi atas syari’at tersebut. Syekh Siti Jenarmenggunakan istilah “iku wes palson kabeh”, yg artinya “itu sudahdipalsukan atau dibuat palsu semua.” Tentu ini berbeda pengertiannyadengan kata “iku palsu kabeh” atau “itu palsu semua.”

 Jadi yang dikehendaki Syekh Siti Jenar adalah penekanan bahwa syari’atIslam pada masa Walisanga telah mengalami perubahan dan pergeseranmakna dalam pengertian syari’at itu. Semuanya hanya menjadi formalitasbelaka. Sehingga manfaat melaksanakan syariat menjadi hilang. Bahkanmenjadi mudharat karena pertentangan yang muncul dari aplikasi formalsyariat tsb.

Bagi Syekh Siti Jenar, syariat bukan hanya pengakuan dan pelaksanaan,namun berupa penyaksian atau kesaksian. Ini berarti dalam pelaksanaansyariat harus ada unsur pengalaman spiritual. Nah, bila suatu ibadah telahmenjadi palsu, tidak dapat dipegangi dan hanya untuk membohongi oranglain, maka semuanya merupakan keburukan di bumi. Apalagi sudah tidakmenjadi sarana bagi kesejahteraan hidup manusia. Ditambah lagi, justrusyariat hanya menjadi alat legitimasi kekuasaan (seperti sekarang ini  juga).Yang mengajarkan syari’at juga tidak lagi memahami makna danmanfaat syari’at itu, dan tidak memiliki kemampuan mengajarkan aplikasisyari’at yg hidup dan berdaya guna. Sehingga syari’at menjadi hampamakna dan menambah gersangnya kehidupan rohani manusia.

Nah, yg dikritik Syekh Siti Jenar adalah shalat yg sudah kehilangan makna

dan tujuannya itu. Shalat haruslah merupakan praktek nyata bagikehidupan. Yakni shalat sebagai bentuk ibadah yg sesuai dgn bentuk

Page 28: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 28/47

 

profesi kehidupannya. Orang yg melakukan profesinya secara benar,karena Allah, maka hakikatnya ia telah melaksanakan shalat sejati, shalatyg sebenarnya. Orientasi kepada yang Maha Benar dan selalu berupayamewujudkan Manunggaling Kawula Gusti, termasuk dalam karya, karsa-cipta itulah shalat yg sesungguhnya. Itulah pula yang menjadi rangkaian

antara iman, Islam, dan Ihsan. Lalu bagaimana posisi shalat lima waktu?Shalat lima waktu dalam hal ini menjadi tata krama syari’at atau shalatnominal.Makna Ihsan

EMPAT PULUH

“Itulah yang dianggap Syekh Siti Jenar Hyang Widi. Ia berbuat baik danmenyembah atas kehendak-NYA. Tekad lahiriahnya dihapus. Tingkahlakunya mirip dengan pendapat yg ia lahirkan. Ia berketetapan hati untukberkiblat dan setia, teguh dalam pendiriannya, kukuh menyucikan diri darisegala yg kotor, untuk sampai menemui ajalnya tidak menyembahkepada budi dan cipta. Syekh Siti Jenar berpendapat dan menggangapdirinya bersifat Muhammad, yaitu sifat rasul yg sejati, sifat Muhammad ygkudus.”

EMPAT PULUH SATU

“Gusti Zat Maulana. Dialah yg luhur dan sangat sakti, yg berkuasa mahabesar, lagipula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas kehendak-NYA. Dialahyg maha kuasa, pangkal mula segala ilmu, maha mulia, maha indah,

maha sempurna, maha kuasa, rupa warna-NYA tanpa cacat sepertihamba-NYA. Di dalam raga manusia Ia tiada nampak. Ia sangat saktimenguasai segala yg terjadi dan menjelajahi seluruh alam semesta,Ngidraloka”.

Dua kutipan di atas adalah aplikasi dari teologi Ihsan menurut Syekh Siti  Jenar, bahwa sifatullah merupakan sifatun-nafs. Ihsan sebagaimanaditegaskan oleh Nabi dalam salah satu hadistnya (Sahih Bukhari, I;6),beribadah karena Allah dgn kondisi si ‘Abid dalam keadaan menyaksikan(melihat langsung) langsung adanya si Ma’bud. Hanya sikap inilah ygakan mampu membentuk kepribadian yg kokoh-kuat, istiqamah, sabardan tidak mudah menyerah dalam menyerukan kebenaran.

Sebab Syekh Siti Jenar merasa, hanya Sang Wujud yg mendapatkan haquntuk dilayani, bukan selain-NYA. Sehingga, dgn kata lain, Ihsan dalamaplikasinya atas pernyataan Rasulullah adalah membumikan sifatullahdan sifatu-Muhammad menjadi sifat pribadi.Dengan memiliki sifat Muhammad itulah, ia akan mampu berdiri kokohmenyerukan ajarannya dan memaklumkan pengalamannya dalam“menyaksikan langsung” ada-NYA Allah. “Persaksian langsung” itulahterjadi dalam proses manunggal.

EMPAT PULUH DUA

Page 29: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 29/47

 

“Bonang, kamu mengundang saya datang di Demak. Saya malas untukDatang, sebab saya merasa tidak di bawah atau diperintah oleh siapapun,kecuali oleh hati saya. Perintah hati itu yang saya turutinya, selain itutidak ada yang saya patuhi perintahnya. Bukankah kita sesama mayat?

Mengapa seseorang memerintah orang lain? Manusia itu sama satudengan yang lain, sama-sama tidak mengetahui siapa Hyang Sukma itu. Yang disembah itu hanya nama-Nya saja. Meskipun demikian ia bersikapsombong, dan merasa berkuasa memerintah sesama bangkai.” <SeratSyaikh Siti Jenar, Ki Sasrawijaya, Pupuh VII Asmarandana, 50-51>.

Ihsan berasal dari kondisi hati yg bersih. Dan hati yg bersih adalahpangkal serta cermin seluruh eksistensi manusia di bumi. Keihsananmelahirkan ketegasan sikap dan menentang ketundukan membabi-butakepada makhluk. Ukuran ketundukan hati adalah Allah atau Sang Pribadi.Oleh karena itu, sesama manusia dan makhluk saling memilikikemerdekaan dan kebebasan diri. Dan kebebasan serta kemerdekaan itusifatnya pasti membawa kepada kemajuan dan peradaban manusia, sertatatanan masyarakat yg baik, sebab diletakkan atas landasan Ke-Ilahianmanusia.

Penjajahan atas eksistensi manusia lain hakikatnya adalah bentuk dariketidaktahuan manusia akan Hyang Widhi…Allah (seperti Rosul seringsekali mengatakan bahwa “Sesungguhnya mereka tidak mengerti”).

Karena buta terhadap Allah Yang Maha Hadir bagi manusia itulah, maka

manusia sering membabi-buta merampas kemanusiaan orang lain. Danhal ini sangat ditentang oleh Syekh Siti Jenar. Termasuk upaya sakralisasikekuasaan Kerajaan Demak dan Sultannya, bagi Syekh Siti Jenar harusditentang, sebab akan menjadi akibat tergerusnya ke-Ilahian ke dalamkedzaliman manusia yang mengatasnamakan hamba Allah yg shalih danmengatasnamakan demi penegakan syari’at Islam.

EMPAT PULUH TIGA

“Hyang Widi, wujud yg tak nampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri,sifat-sifatnya mempunyai wujud, seperti penampakan raga yg tiadatampak. Warnanya melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahayaatau teja, halus, lurus terus-menerus, menggambarkan kenyataan tiadaberdusta, ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yg meniadakanpermulaan, karena asal dari diri pribadi.”

Pribadi adalah pancaran roh, sebagai tajalli atau pengejawantahan Tuhan.Dan itu hanya terwujud dengan proses wujudiyah, Manuggaling Kawula-Gusti, sebagai puncak dan substansi tauhid. Maka manusia merupakanwujud dari sifat dan dzat Hyang Widi itu sendiri. Dengan manusia ygmanunggal itulah maka akan menjadikan keselamatan yg nyata bukan

keselamatan dan ketentraman atau kesejahteraan yg dibuat olehrekayasa manusia, berdasarkan ukurannya sendiri.

Page 30: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 30/47

 

Namun keselamatan itu adalah efek bagi terejawantah-NYA Allah melaluikehadiran manusia.Sehingga proses terjadinya keselamatan dan kesejahteraan manusiaberlangsung secara natural (sunnatullah), bukan karena hasil sublimasi

manusia, baik melalui kebijakan ekonomi, politik, rekayasa sosial dansemacamnya sebagaimana selama ini terjadi.

Maka dapat diketahui bahwa teologi Manuggaling Kawula Gusti adalahteologi bumi yg lahir dengan sendirinya sebagai sunnatullah. Sehinggaketika manusia mengaplikasikannya, akan menghasilkan manfaat ygnatural juga dan tentu pelecehan serta perbudakan kemanusiaan tidakakan terjadi, sifat merasa ingin menguasai, sifat ingin mencari kekuasaan,memperebutkan sesama manusia tidak akan terjadi. Dan tentu sajapertentangan antar manusia sebagai akibat perbedaan pahamkeagamaan, perbedaan agama dan sejenisnya juga pasti tidak akanterjadi.

EMPAT PULUH EMPAT

“Sabda sukma, adhep idhep Allah, kang anembah Allah, kang sinembahAllah, kang murba amisesa.” <Kitab Mantra Yoga, hlm. 63>.Pernyataan Syekh Siti Jenar di atas sengaja penulis nukilkan dalambahasa aslinya, dikarenakan multi-interpretasi yang dapat muncul darimutiara ucapan tersebut. Secara garis besar maknanya adalah,“Pernyataan roh, yang bertemu-hadapan dengan Allah, yang menyembah

Allah, yang disembah Allah, yang meliputi segala sesuatu.”

Inilah adalah salah satu sumber pengetahuan ajaran Syekh Siti Jenar yangmaksudnya adalah sukma (roh di kedalaman jiwa) sebagai pusat kalam(pembicaraan dan ajaran). Hal itu diakibatkan karena di kedalaman rohbatin manusia tersedia cermin yang disebut mir’ah al-haya’ (cermin yangmemalukan). Bagi orang yang sudah bisa mengendalikan hawa nafsunyaserta mencapai fana’ cermin tersebut akan muncul, yang menampakkankediriannya dengan segala perbuatan tercelanya. Jika ini telah terbukamaka tirai-tirai rohani juga akan tersingkap, sehingga kesejatian dirinyaberadu-satu (adhep-idhep), “aku ini kau, tapi kau aku”. Maka jadilah diayang menyembah sekaligus yang disembah, sehingga dirinya sebagaikawula-Gusti memiliki wewenang murba amisesa, memberi keputusanapapun tentang dirinya, menyatu iradah dan kodrat kawula-Gusti.

EMPAT PULUH LIMA

“Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan pancaindera. Pancainderaini merupakan barang pinjaman yang jika sudah diminta oleh yangempunya, akan menjadi tanah dan membusuk, hancurlebur bersifat najis.Oleh karena itu pancaindera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup.

Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal daripancaindera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapat

Page 31: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 31/47

 

menjadi gila, sedih, bingung, lupa tidur, dan seringkali tidak jujur. Akal itupula yang siang malam mengajak dengki, bahkan merusak kebahagiaanorang lain. Dengki dapat pula menuju perbuatan jahat, menimbulkankesombongan, untuk akhirnya jatuh dalam lembah kenistaan, sehinggamenodai nama dan citranya. Kalau sudah sampai sedemikian jauhnya,

baru orang menyesalkan perbuatannya.” <Serat Syaikh Siti Jenar KiSasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 42-44>.

Menurut Syekh Siti Jenar, baik pancaindera maupun perangkat akal tidakdapat dijadikan pegangan dan pedoman hidup. Sebab semua itu bersifatbaru, bukan azali. Satu-satunya yang bisa dijadikan gondhelan dangandhulan hanyalah Zat Wajibul Maulana, Zat Yang Maha Melindungi.Pancaindera adalah pintu nafsu, dan akal adalah pintu bagi ego.Semuanya harus ditundukkan di bawah Zat Yang Wajib Memimpin.

Karena itu Dialah yang menunjukkan semua budi baik. Jadi pencainderaharus dibimbing oleh budi dan budi dipimpin oleh Sang Penguasa Budiatau Yang Maha Budi.Sedangkan Yang Maha Budi itu tidak terikat dalam jeratan dan jebakannama tertentu. Sebab nama bukanlah hakikat. Nama itu bisa Allah, HyangWidhi, Hyang Manon, Sang Wajibul Maulana, dan sebagainya. Semua ituproduk akal sehingga nama tidak perlu disembah. Jebakan nama dalamsyari’at justru malah merendahkan Nama-Nya.

EMPAT PULUH LIMA

“Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang,sungsum, bisa rusak dan bagaimana cara Anda memperbaikinya? Biarpunbersembahyang seribu kali setiap harinya akhirnya mati juga. Meskipunbadan Anda, Anda tutupi akhirnya menjadi debu juga. Tetapi jikapenampilan bentuknya seperti Tuhan, Apakah para Wali dapat membawapulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini baru. Tuhantidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuattatanan baru, dalilnya layabtakiru hilamuhdil yang artinya tidak membuatsesuatu wujud lagi tentang terjadinya alam semesta sesudah diamembuat dunia.” <Suluk Wali Sanga R. Tanaja, hlm. 44, 51>.

Dari pernyataan Syekh Siti Jenar tersebut, nampak bahwa Syekh Siti Jenarmemandang alam semesta sebagai makrokosmos sama denganmikrokosmos (manusia). Sekurangnya kedua hal itu merupakan barangbaru ciptaan Tuhan yang sama-sama akan mengalami kerusakan, tidakkekal dan tidak abadi.

Pada sisi yang lain, pernyataan Syekh Siti Jenar tersebut juga memilikimuatan makna pernyataan sufistik, “Barangsiapa mengnal dirinya, makaia pasti mengenal Tuhannya.” Sebab bagi Syekh Siti Jenar, manusia yangutuh dalam jiwa raganya merupakan wadag bagi penyanda, termasuk

wahana penyanda alam semesta. Itulah sebabnya pengelolaan alamsemesta menjadi tanggungjawab manusia. Maka, mikrokosmos manusia

Page 32: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 32/47

 

tidak lain adalah blueprint dan gambaran adanya jagat besar termasuksemesta.

Bagi Syekh Siti Jenar, manusia terdiri dari jiwa dan raga yang intinya ialah  jiwa sebagai penjelmaan dzat Tuhan (sang Pribadi). Sedangkan raga

adalah bentuk luar dari jiwa yang dilengkapi pancaindera, berbagai organtubuh seperti daging, otot, darah dan tulang. Semua aspek keragaan atauketubuhan adalah barang pinjaman yang suatu saat setelah manusiaterlepas dari pengalaman kematian di dunia ini, akan kembali berubahmenjadi tanah. Sedangkan rohnya yang menjadi tajalli Ilahi, manunggalke dalam keabadian dengan Allah.Manusia tidak lain adalah ke-Esa-an dalam af’al Allah. Tentu ke-Esa-anbukan sekedar af’al, sebab af’al digerakkan oleh dzat. Sehingga af’al yangmenyatu menunjukkan adanya ke-Esa-an dzat, ke mana af’al itudipancarkan.

EMPAT PULUH LIMA

“Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini pada hakikatnya adalahaf’al (perbuatan) Allah. Berbagai hal yang dinilai baik maupun buruk padahakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi keliru dan sesat pandangan yangmengatakan bahwa yang baik dari Allah dan yang buruk selain Allah.”

“…Af’al Allah harus dipahami dari dalam dan luar diri. Saat manusiamenggoreskan pena misalnya, di situlah terjadi perpaduan duakemampuan kodrati yang dipancarkan oleh Allah kepada makhluk-Nya,

yakni kemampuan kodrati gerak pena. Di situlah berlaku dalil Wa Allahukhalaqakum wa ma ta’malun (QS. Ash-Shaffat:96), yang maknanya Allahyang menciptakan engkau dan segala apa yang engkau perbuat. Di siniterkandung makna mubasyarah. Perbuatan yang terlahir dari itu disebutal-tawallud. Misalnya saya melempar batu. Batu yang terlempar daritangan saya itu adalah berdasar kemampuan kodrati gerak tangan saya.Di situ berlaku dalil Wa ma ramaitaidz ramaita walakinna Allaha rama (QS.Al-Anfal:17), maksudnya bukanlah engkau yang melempar, melainkanAllah jua yang melempar ketika engkau melempar. Namun padahakikatnya antara mubasyarah dan al-tawallud hakikatnya satu, yakniaf’al Allah sehingga berlaku dalil la haula wa la quwwata illa bi Allahial-‘aliyi al-adzimi. Rasulullah bersabda la tataharraku dzarratun illa bi idzniAllahi, yang maksudnya tidak bergerak satu dzarah pun melainkan atasizin Allah.” <Suluk Syekh Siti Jenar, I, hlm. 182-283>.

EMPAT PULUH DELAPAN

Menurut Syekh Siti Jenar, bahwa al-Fatihah adalah termasuk salah satukunci sahnya orang yang menjalani laku manunggal (ngibadah). Makaseseorang wajib mengetahui makna mistik surat al-Fatihah. Sebabmenurut Syekh Siti Jenar, lafal al-Fatihah disebut lafal yang paling tua dari

seluruh sabda-Sukma. Inilah tafsir mistik al-Fatihah Syekh Siti Jenar.<Primbon Sabda Sasmaya; hlm. 26-27>.

Page 33: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 33/47

 

Bis………………………… kedudukannya…………. ubun-ubun.Millah………………………kedudukannya….. ………rasa.Al-Rahman-al-Rahim…….kedudukannya……………penglihatan (lahir batin).Al-hamdu…………………kedudukannya………… …hidupmu (manusia).

Lillahi………………………kedudukannya…. ……….cahaya.Rabbil-‘alamin…………….kedudukannya…………..n yawa dan napas.Al-Rahman al-Rahim…….kedudukannya……………leher dan jakun.Maliki……………………..kedudukannya…… ………dada.  Yaumiddin………………..kedudukannya……… ……jantung (hati).Iyyaka……………………kedudukannya…….. …….hidung.Na’budu…………………..kedudukannya…….. …….perut.Waiyyaka nasta’in………kedudukannya…………….dua bahu.Ihdinash………………….kedudukannya…….. ……..sentil (pita suara).Shiratal…………………..kedudukannya……. ………lidah.Mustaqim…………………kedudukannya……… ……tulang punggung (ula-ula).Shiratalladzina…………..kedudukannya……… …….dua ketiak.An’amta…………………..kedudukannya…….. ……..budi manusia.‘alaihim……………………kedudukannya…… ………tiangnya (pancering)hati.Ghairil…………………….kedudukannya…… ……….bungkusnya nurani.Maghdlubi………………..kedudukannya……… …….rempela/empedu.‘alaihim……………………kedudukannya…… ……….dua betis.Waladhdhallin……………kedudukannya………. ……mulut dan perut(panedha).

Amin………………………kedudukannya……. ………penerima.

  Tafsir mistik Syekh Siti Jenar tetap mengacu kepada ManunggalingKawula-Gusti, sehingga baik badan wadag manusia sampai kedalamanrohaninya dilambangkan sebagai tempat masing-masing dari lafal suratal-Fatihah. Tentu saja pemahaman itu disertai dengan penghayatan fungsitubuh seharusnya masing-masing, dikaitkan dengan makna surahi dalammasing-masing lafadz, maka akan ditemukan kebenaran tafsir tersebut,apalagi kalau sudah disertai dengan pengalaman rohani/spiritual yangsering dialami.

Konteks pemahaman yang diajukan Syekh Siti Jenar adalah, bahwa al-Qur’an merupakan “kalam” yang berarti pembicaraan. Jadi sifatnyaadalah hidup dan aktif. Maka taksir mistik Syekh Siti Jenar bukan semataharfiyah, namun di samping tafsir kalimat, Syekh Siti Jenar menghadirkantafsir mistik yang bercorak menggali makna di balik simbol yang ada(dalam hal ini huruf, kalimat dan makna historis).

EMPAT PULUH SEMBILAN

“Di di dunia ini kita merupakan mayat-mayat yang cepat juga akan

menjadi busuk dan bercampur tanah…Ketahuilah juga, apa yangdinamakan kawula-Gusti tidak berkaitan dengan seorang manusia biasa

Page 34: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 34/47

 

seperti yang lain-lain. Kawula dan Gusti itu sudah ada dalam diriku, siangmalam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya untuksaat ini nama kawula-Gusti itu berlaku, yakni selama saya mati. Nanti,kalau saya sudah hidup lagi, gusti dan kawula lenyap, yang tinggal hanyahidupku sendiri, ketentraman langgeng dalam Ada sendiri. Bila kau belum

menyadari kebenaran kata-kataku maka dengan tepat dapat dikatakan,bahwa kau masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memangterdapat banyak hiburan aneka warna. Lebih banyak lagi hal-hal yangmenimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanyaakibat pancaindera. Itu hanya impian yang sama sekali tidak mengandungkebenaran dan sebentar lagi akan cepat lenyap. Gilalah orang yangterikat padanya. Saya tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalamkerajaan kematian. Satu-satunya yang kuusahakan, ialah kembali kepadakehidupan.” <Serat Syekh Siti Jenar, Sinom, Widya Pustaka; hlm. 25-26bait 30-36>.

Syekh Siti Jenar menyatakan secara tegas bahwa dirinya sebagai Tuhan,ia memiliki hidup dan Ada dalam dirinya sendiri, serta menjadi Pangeranbagi seluruh isi dunia. Sehingga didapatkan konsistensi antara keyakinanhati, pengalaman keagamaan, dan sikap perilaku dzahirnya. Jugaditekankan satu satu hal yang selalu tampil dalam setiap ajaran Syekh Siti Jenar. Yakni pendapat bahwa manusia selama masih berada di dunia ini,sebetulnya mati, baru sesudah ia dibebaskan dari dunia ini, akan dialamikehidupan sejati. Kehidupan ini sebenarnya kematian ketika manusiadilahirkan. Badan hanya sesosok mayat karena ditakdirkan untuk sirna.(bandingkan dengan Zotmulder; 364). Dunia ini adalah alam kubur, di

mana roh suci terjerat badan wadag yang dipenuhi oleh berbagai goda-nikmat yang menguburkan kebenaran sejati, dan berusaha menguburkesadaran Ingsun Sejati.

LIMA PULUH

“Syekh Siti Jenar berpendapat dan mengganggap dirinya bersifatMuhammad, yaitu sifat Rasul yang sejati, sifat Muhammad yang kudus. Iaberpendapat juga, bahwa hidup itu bersifat baru dan dilengkapi denganpancaindera. Pancaindera ini merupakan barang pinjaman, yang jikasudah diminta oleh empunya akan menjadi tanah dan membusuk, hancur-lebur bersifat najis. Oleh karena itu pancaindera tidak dapat dipakaisebagai pedoman hidup.”

“Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal daripancaindera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapatmenjadi gila, sedih, bingung, lupa tidur, dan sering kali tidak jujur. Akal itupula yang siang malam mengajak dengki, bahkan merusak kebahagiaanorang lain. Dengki dapat pula menuju perbuatan jahat, menimbulkankesombongan, untuk akhirnya jatuh dalam lembah kenistaan, sehinggamenodai nama dan citranya.” <Serat Syekh Siti Jenar, Ki Sasrawijaya,

Pupuh III : Dandang Gula, 27-28; Falsafah Sitidjenar, hlm. 33>.

Page 35: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 35/47

 

“Kalau kamu ingin berjumpa dengan dia, saya pastikan kamu tidak akanmenemuinya, sebab Kyai Ageng berbadan sukma, mengheningkan pujaghaib. Yang dipuja dan yang memuja, yang dilihat dan melihat yangbersabda sedang bertutur, gerak dan diam bersatu tunggal. Nah, buyung

yang sedang berkunjung, lebih baik kembali saja.” <Pupuh XIII Sinom, 29;Falsafah Sitidjenar, hlm. 34>.

Ini adalah pandangan Syekh Siti Jenar tentang psikologi dan pengetahuan.Menurut Syekh Siti Jenar, sumber ilmu pengetahuan itu terdiri atas tigamacam; pancaindera, akal-nalar, dan intuisi (wahyu). Hanya sajapancaindera dan nalar tidak bisa dijadikan pedoman pasti. Hanya intuisiyang berasal dari orang yang sudah manunggallah yang betul-betuldiandalkan sebagai pengetahuan.

Oleh karenanya, konsistensi dengan pendapat tersebut, Syekh Siti Jenarmenegaskan bahwa baginya Muhammad bukan semata sosok utusanfisik, yang hanya memberikan ajaran Islam secara gelondongan, dansetelah wafat tidak memiliki fungsi apa-apa, kecuali hanya untuk diimani. Justru Syekh Siti Jenar menjadikan Pribadi Rasulullah Muhammad sebagairoh yang bersifat aktif.

Dalam memahami konsep syafa’at, Syekh Siti Jenar berpandangan bahwasyafa’at tidak bisa dinanti dan diharap kehadirannya kelak di kemudianhari. Justru syafa’at Muhammad hanya terjadi bagi orang yangmenjadikan dirinya Muhammad, me-Muhammad-kan diri dengan

keseluruhan sifat dan asmanya. Rahasia asma Allah dan asma Rasulullahadalah bukan hanya untuk diimani, tetapi harus merasuk dalam Pribadi,menyatu-tubuh dan rasa. Itulah perlunya Nur Muhammad, untuk menyatucahaya dengan Sang Cahaya. Dan itu semua bisa terjadi dalam prosesManunggaling Kawula-Gusti.

LIMA PULUH SATU

“Bukan kehendak, angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawanafsu pun bukan, bukan juga kekosongan atau kehampaan. Penampilankubagai mayat baru, andai menjadi gusti jasadku dapat busuk bercampurdebu, napasku terhembus ke segala penjuru dunia, tanah, api, air,kembali sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi baru. Syekh Siti Jenarbelum mau menuruti perintah sultan. Hal ini disebabkan karena bumi,langit, dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia. Manusialahyang memberikan nama. Buktinya sebelum saya lahir tidak ada.

Syekh Siti Jenar menghubungkan antara alam yang diciptakan Allah,dengan konteks kebebasan dan kemerdekaan manusia. Kebebasan alammencerminkan kebebasan manusia. Segala sesuatu harus berlangsungdan mengalami hal yang natural (alami), tanpa rekayasa, tanpa

pemaksaan iradah dan qudrah. Maka ketidakmauannya memenuhipenggilan sultan, dikarenakan dirinya hanyalah milik Dirinya Sendiri. Jadi

Page 36: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 36/47

 

seluruh manusia masing-masing mamiliki hak mengelola alam. Alambukan milik negara atau raja, namun milik manusia bersama. Maka setiaporang harus memiliki dan diberi hak kepemilikan atas alam. Ada yangharus dimiliki secara privat dan ada juga yang harus dimiliki secarakolektif.

Dari wejangan Syekh Siti Jenar tersebut, juga diketahui bahwa hakikatseluruh alam semesta adalah tajaliyat Tuhan (penampakan wajah Tuhan).Adapun mengenai alam yang kemudian memiliki nama, bukanlah namayang sesungguhnya, sebab segala sesuatu yang ada di bumi ini,manusialah yang memberi nama, termasuk nama Tuhanpun, dalampandangan Syekh Siti Jenar, diberikan oleh manusia. Dan nama-nama ituseluruhnya akan kembali kepada Sang Pemilik Nama yang sesungguhnya.<Untuk sejarah pemberian nama Tuhan, lihat buku Karen Armstrong, TheHistory of God: The 4.000 Quest of Judaism, Christianity and Islam. New York: Ballatine, 1993>. Maka memang nama itu perlu, namun jangansampai menjebak manusia hanya untuk memperdebatkan nama.

 Tarekat dan Jalan Mistik Syekh Siti Jenar

LIMA PULUH DUA

“Adapun asalnya kehidupan itu, berdasar kitab Ma’rifat al’iman, sepertidijelaskan di bawah ini, terbebani 16 macam titipan;  Yang dari Muhammad : roh, napas.  Yang dari Malaikat : budi, iman.

 Yang dari Tuhan : pendengaran, penciuman, pengucapan, penglihatan.  Yang dari Ibu : kulit, daging, darah, bulu. Yang dari Bapak : tulang, sungsum, otot, otak.

Inilah maksud dari lafal “kulusyaun halikun ilawajahi”, maksudnya semuaitu akan rusak kecuali dzat Allah yang tidak rusak. <Sang Indrajit, WedhaMantra : 1979, Bab 203, hlm. 51>.Kitab Ma’rifat al-Iman adalah karya dari Maulana Ibrahim al-Ghazi, al-Samarqandi, yang menjadi salah satu sumber bacaan Syekh Siti Jenar.

Kalimat “kulusyaun halikun ilawajahi” lebih tepatnya berbunyi “kullu syai-in halikun illa wajhahu” (Segala sesuatu itu pasti hancur musnah, kecualiwajah-Nya (penampakan wajah Allah)) [QS : Al-Qashashash / 28:88]. Darikalimat inilah Syekh Siti Jenar mengungkapkan pendapatnya, bahwabadan wadag akan hancur mengikuti asalnya, tanah. Sedangkan IngsunSejati (Jiwa) mengikuti “illa wajhahu”, (kecuali wajah-Nya). Ini jugamenjadi salah satu inti dan kunci dalam memahami teori kemanunggalanSyekh Siti Jenar. Maka kata wajhahu di sini diberikan makna Dzatullah.

Bagi Syekh Siti Jenar, antara Nur Muhammad, Malaikat, dan Tuhan,bukanlah unsur yang saling berdiri sendiri-sendiri sebagaimana umumnya

dipahami manusia. Nur Muhammad dan malaikat adalah termasuk dalamIngsun Sejati. Ini berhubungan erat dengan pernyataan Allah, bahwa

Page 37: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 37/47

 

segala sesuatu yang diberikan kepada manusia (seperti pendengaran,penglihatan dan sebagainya) akan dimintakan pertanggungjawabannyakepada Allah, maksudnya adalah apakah dengan alat titipan itu, manusiabisa manunggal dengan Allah atau tidak. Sedangkan proses kejadianmanusia yang melalui orangtua, adalah sarana pembuatan jasad fisik,

yang di alam kematian dunia, roh berada dalam penjara badan wadagtersebut.

LIMA PULUH TIGA

“Kehilangan adalah kepedihan. Berbahagialah engkau, wahai musafirpapa, yang tidak memiliki apa-apa. Sebab, engkau yang tidak memilikiapa-apa maka tidak pernah kehilangan apa-apa.” <Suluk Syekh Siti Jenar,I, hlm. 292>.

Hakikat Zuhud bukanlah meninggalkan atau mengasingkan diri dari dunia.Zuhud adalah perasaan tidak memiliki apa-apa terhadap makhluk lain,sebab teologi kepemilikan itu hakikatnya tunggal. Manusia baru memilikisegalanya ketika ia telah berhasil Manunggal dengan Gustinya, sebabGusti adalah Yang Maha Kuasa, otomatis Yang Maha Memiliki. Sehinggadalam menjalani kehidupan di dunia ini, sikap yang realistis adalahperasaan tidak memiliki, karena sebatas itu antara makhluk (manusia)dengan makhluk lain (apa pun yang bisa ‘dimiliki’ manusia) tidak bisasaling memiliki dan dimiliki. Karena semua itu merupakan aspek dariketunggalan.

Orang yang masih selalu merasa ‘memiliki’ akan makhluk lain, pasti tidakakan berhasil menjadi salik (penempuh jalan spiritual) yang akan sampaike tujuan sejatinya, yakni Allah Yang Maha Tunggal, karena memang iabelum mampu untuk manunggal. Nah, zuhud dalam pandangan Syekh Siti Jenar adalah menjadi satu maqamat menuju kemanunggalan dan menjadisalah satu poros keihsanan dan keikhlasan.

LIMA PULUH EMPAT

“Jika engkau kagum kepada seseorang yang engkau anggap Wali Allah, janganlah engkau terpancang pada kekaguman akan sosok dan perilakuyang diperbuatnya. Sebab saat seseorang berada pada tahap kewalianmaka keberadaan dirinya sebagai manusia telah lenyap, tenggelam kedalam al-Waly. Kewalian bersifat terus-menerus, hanya saja saat SangWali tenggelam dalam al-Waly. Berlangsungnya Cuma beberapa saat. Dansaat tenggelam ke dalam al-Waly itulah sang wali benar-benar menjadipengejawantahan al-Waly. Lantaran itu, sang wali memiliki kekeramatanyang tidak bisa diukur dengan akal pikiran manusia, di mana karamah itusendiri pada hakikatnya adalah pengejawantahan dari kekuasaan al-Waly.Dan lantaran itu pula yang dinamakan karamah adalah sesuatu di luarkehendak sang wali pribadi. Semua itu semata-mata kehendak-Nya

mutlak.

Page 38: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 38/47

 

Kekasih Allah itu ibarat cahaya. Jika ia berada di kejauhan, kelihatan sekaliterangnya. Namun jika cahaya itu di dekatkan ke mata, mata kita akansilau dan tidak bisa melihatnya dengan jelas. Semakin dekat cahaya itu kemata maka kita akan semakin buta tidak bisa melihatnya. Engkau bisa

melihat cahaya kewalian pada diri seseorang yang jauh darimu. Namun,engkau tidak bisa melihat cahaya kewalian yang memancar dari diriorang-orang yang terdekat denganmu.” <Suluk Syekh Siti Jenar, II, hlm.246-248>.

Doktrin kewalian Syekh Siti Jenar sangat berbeda dengan doktrin kewalianorang Islam pada umumnya. Bagi Syekh Siti Jenar, yang menentukanseseorang itu wali atau bukan hanyalah pemilik nama al-Waliy, yaituAllah. Sehingga seorang wali tidak akan pernah peduli dengan berbagaitetek-bengek pandangan manusia dan makhluk lain terhadapnya.Demikian pula terhadap orang yang memandang kewalian seseorang.

Syekh Siti Jenar menasihatkan agar jangan terkagum-kagum danmenetukan kewalian hanya karena perilaku serta kewajiban yang munculdarinya. Yang harus diingat adalah bahwa para auliya’ Allah adalahpengejawantahan dari Allah al-Waliy. Sehingga apapun yang lahir dariwali tersebut, bukanlah perilaku manusia dalam wadagnya, namun ituadalah perbuatan Allah. Seorang wali dalam pandangan Syekh Siti Jenartidak lain adalah manusia yang manunggal dengan al-Waliy dan ituberlangsung terus-menerus. Hanya saja perlu diingat, setiap tajalliyat-Nyaadalah bagian dari si Wali tersebut, namun tidak semua sisi dan

perbuatan si wali adalah perbuatan atau af’al al-Waliy.

Oleh karena itu sampai di sini, kita harus menyikapi dengan kritisterhadap sebagian naskah-naskah Jawa Tengahan yang menyatakanbahwa Syekh Siti Jenar pernah mengungkapkan pernyataan, “di sini tidakada Syekh Siti Jenar, yang ada hanya Allah,” serta ungkapan sebaliknya

“di sini tidak ada Allah, yang ada hanya Siti Jenar.” Kisah yangberhubungan dengan pernyataan tersebut, hanya anekdot atau kisahkonyol dan bukan kisah yang sebenarnya. Dan itu merupakan bentukpenggambaran ajaran anunggaling Kawula Gusti yang salah kaprah.Pernyataan pertama

“di sini tidak ada Syekh Siti Jenar, yang ada hanya Allah,” memang benaradanya. Namun pernyataan kedua, “di sini tidak ada Allah, yang adahanya Siti Jenar,” tidak bisa dianggap benar, dan jelas keliru.

  Teologi Manunggaling Kawula Gusti bukanlah teologi Fir’aun yangmenganggap kedirian-insaniyahnya menjadi Tuhan, sekaligus dengankeberadaan manusia sebagai makhluk di dunia ini. Jadi kita harus ekstrahati-hati dalam memilah dan memilih naskah-naskah tersebut., sebab

banyak juga pernyataan yang disandarkan kepada Syekh Siti Jenar,namun nyatanya itu bukan berasal dari Syekh Siti Jenar.

Page 39: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 39/47

 

Ajaran Syekh Siti Jenar menurut Ki Lonthang Semarang

“Kalau menurut wejangan guru saya, orang sembahyang itu siang malamtiada putusnya ia lakukan. Hai Bonang ketahuilah keluarnya napasku

menjadi puji. Maksudnya napasku menjadi shalat. Karena tuturpenglihatan dan pendengaran disuruh melepaskan dari angan-angan, jadikalau kamu shalat masih mengiaskan kelanggengan dalam alamkematian ini, maka sesungguhnyalah kamu ini orang kafir.”

“Jika kamu bijaksana mengatur tindakanmu, tanpa guna orangmenyembah Rabbu’l ‘alamien, Tuhan sekalian alam, sebab di dunia initidak ada Hyang Agung. Karena orang melekat pada bangkai, meskipundicat dilapisi emas, akhirnya membusuk juga, hancur lebur bercampurdengan tanah. Bagaimana saya dapat bersolek?”

“Menurut wejangan Syekh Siti Jenar, orang sembahyang tidakmemperoleh apa-apa, baik di sana, maupun di sini. Nyatanya kalau iasakit, ia menjadi bingung. Jika tidur seperti budak, disembarang tempat. Jika ia miskin, mohon agar menjadi kaya tidak dikabulkan. Apalagi bila iasakaratul maut, matanya membelalak tiada kerohan. Karena ia seganmeninggalkan dunia ini. Demikianlah wejangan guru saya yangbijaksana.”

“Umumnya santri dungu, hanya berdzikir dalam keadaan kosong darikenyataan yang sesungguhnya, membayangkan adanya rupa Zat u’llahu,

kemudian ada rupa dan inilah yang ia anggap Hyang Widi.”

“Apakah ini bukan barang sesat? Buktinya kalau ia memohon untukmenjadi orang kaya tidak diluluskan. Sekalipun demikian saya disuruhmeluhurkan Dzat’llahu yang rupanya ia lihat waktu ia berdzikir, mengikutisyara’ sebagai syari’at, jika Jum’at ke mesjid berlenggang mengangguk-angguk, memuji Pangeran yang sunyi senyap, bukan yang di sana, bukanyang di sini.”

“Saya disuruh makbudullah, meluhurkan Tuhan itu, serta akan ditipudiangkat menjadi Wali, berkeliling menjual tutur, sambil mencari nasigurih dengan lauknya ayam betina berbulu putih yang dimasak bumburujak pada selamatan meluhurkan Rasulullah. Ia makan sangat lahap,meskipun lagaknya seperti orang yang tidak suka makan. Hal itulahgambaran raja penipu!”

“Bonang, jangan berbuat yang demikian. Ketahuilah dunia ini alamkematian, sedang akhirat alam kehidupan yang langgeng tiada mengenalwaktu. Barang siapa senang pada alam kematian ini, ia terjerat goda,terlekat pada surga dan neraka, menemui panas, sedih, haus, dan lapar”.<Serat Syaikh Siti Jenar, Ki Sastrawijaya, Pupuh XI Pangkur, 9-20>.

“Tiada usah merasa enggan menerima petuahku yang tiga buah

Page 40: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 40/47

 

 jumlahnya. Pertama janganlah hendaknya kamu menjalankan penipuanyang keterlaluan, agar supaya kamu tidak ditertawakan orang di kelakkemudian hari. Yang kedua, jangan kamu merusak barang-barangpeninggalan purba, misalnya : lontar naskah sastra yang indah-indah,tulisan dan gambar-gambar pada batu candhi. Demikian pula kayu dan

batu yang merupakan peninggalan kebudayaan zaman dulu, jangan kamuhancur-leburkan. Ketahuilah bagi suku Jawa sifat-sifat Hindu-Budha tidakdapat dihapus. Yang ketiga, jika kamu setuju, mesjid ini sebaiknya kamubuang saja musnahkan dengan api. Saya berbelas kasihan kepadaketurunanmu, sebab tidak urung mereka menuruti kamu, mabuk do’a,tersesat mabuk-tobat, berangan-angan lam yakunil.”

“…orang menyembah nama yang tiada wujudnya, harus dicegah. Makadari itu jangan kamu terus-teruskan, sebab itu palsu.” <Serat Syaikh Siti Jenar, Ki Sastrawijaya, Pupuh XI Pangkur, 25-36>.Khotbah Perpisahan Sunan Panggung

“Banyak orang yang gemar dengan ksejatian, tapi karena belum pernahberguru maka semua itu dipahami dalam konteks dualitas. Yang satudianggap wjud lain. Sesungguhnya orang yng melihat sepeti ini akankecewa. Apalagi yang ditemui akan menjadi hilang. Walaupun diaberkeliling mencari, ia tidak akan menemukan yang dicari. Padahal yangdicari, sesungguhnya telah ditimang dan dipegang, bahkan sampaikeberatan membawanya. Dan karena belum tahu kesejatiannya, ciptanyatanpa guru menyepelekan tulisan dan kesejatian Tuhan.”

“Walaupun dituturkan sampai capai, ditunjukkan jalannya, sesungguhnyadia tidak memahaminya karena ia hanya sibuk menghitung dosa besardan kecil yg diketahuinya. Tentang hal kufur kafir yang ditolaknya itu,bukti bahwa ia adalah orang yang masih mentah pengetahuannya.Walaupun tidak pernah lupa sembahyang, puasanya dapat dibangga-banggakan tanpa sela, tapi ia terjebak menaati yang sudah ditentukan Tuhan.

Sembah puji dan puasa yang ditekuni, membuat orang justru lupa akansangkan paran (asal dan tujuan). Karena itu, ia lebih konsentrasi melihatdosa besar-kecil yang dikhawatirkan, dan ajaran kufur kafir yang dijauhi justru membuat bingung sikapnya. Tidak ada dulu dinulu. Tidak merasa,tidak menyentuh. Tidak saling mendekati, sehingga buta orang itu. Takdirdianggap tidak akan terjadi, salah-salah menganggap ada dualismeantara Maha Pencipta dan Maha Memelihara. Jika aku punya pemikiran yang demikian, lebih baik aku mati saja ketikamasih bayi. Tidak terhitung tidak berfikir, banyak orang yang merasamenggeluti tata lafal, mengkaji sembahyang dan berletih-letih berpuasa.Semua itu dianggap akan mampu mengantarkan. Padahal salah-salahmenjadikan celaka dan bahkan banyak yang menjadi berhala.”

“Pemikiran saya sejak kecil, Islam tidak dengan sembahyang, Islam tidakdengan pakaian, Islam tidak dengan waktu, Islam tidak dengan baju dan

Page 41: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 41/47

 

Islam tidak dengan bertapa. Dalam pemikiran saya, yang dimaksud Islamtidak karena menolak atau menerima yang halal atau haram.Adapun yang dimaksud orang Islam itu, mulia wisesa jati, kemuliaanselamat sempurna sampai tempat tinggalnya besok. Seperti buluselembar atau tepung segelintir, hangus tak tersisa. Kehidupan di dunia

seperti itu keberadaannya.”

“Manusia, sebelum tahu makna Alif, akan menjadi berantakan….Alif menjadi panutan sebab uintuk semua huruf, alif adalah yang pertama. Alif itu badan idlafi sebagai anugerah. Dua-duanya bukan Allah. Alif merupakan takdir, sedangkan yang tidak bersatu namanya alif-lapat.Sebelum itu jagat ciptaan-Nya sudah ada. Lalu alif menjadi gantinya, yangmemiliki wujud tunggal. Ya, tunggal rasa, tunggal wujud. Ketunggalan iniharus dijaga betul sebab tidak ada yang mengaku tingkahnya. ALif wujudadalah Yang Agung. Ia menjadi wujud mutlak yang merupakan kesejatianrasa. Jenisnya ada lima, yaitu alif mata, wajah, niat jati, iman, syari’at.”

“Allah itu penjabarannya adalah dzat Yang Maha Mulia dan Maha Suci.Allah itu sebenarnya tidak ada lain, karena kamu itu Allah. Dan Allahsemua yang ada ini, lahir batin kamu ini semua tulisan merupakan gantidari alif, Allah itulah adanya.”

“Alif penjabarannya adalah permulaan pada penglihatan, melihat yangbenar-benar melihat. Adapun melihat Dzat itu, merupakan cerminketunggalan sejati menurun kepada kesejatianmu. Cahaya yang keluar,kepada otak keberadaan kita di dunia ini merupakan cahaya yang terang

benderang, itu memiliki seratus dua puluh tujuh kejadian. Menjadipenglihatan dan pendengaran, napas yang tunggal, napas kehidupanyang dinamakan Panji. Panji bayangan dzat yang mewujud padakebanyakkan imam. Semua menyebut dzikir sejati, laa ilaaha illallah.”<Serat Suluk Malang Sumirang, Pupuh 4>.

Kematian di Mata Sunan Geseng

“Banyak orang yang salah menemui ajalnya. Mereka tersesat tidakmenentu arahnya, pancaindera masih tetap siap, segala kesenangansudah ditahan, napas sudah tergulung dan angan-angan sudahdiikhlaskan, tetapi ketika lepas tirta nirmayanya belum mau. Maka iamenemukan yang serba indah.”

“Dan ia dianggap manusia yang luar biasa. Padahal sesungguhnya iaadalah orang yang tenggelam dalam angan-angan yang menyesatkan dantidak nyata. Budi dan daya hidupnya tidak mau mati, ia masih senang didunia ini dengan segala sesuatu yang hidup, masih senang ia akan rasadan pikirannya. Baginya hidup di dunia ini nikmat, itulah pendapatmanusia yang masih terpikat akan keduniawian, pendapat gelandanganyang pergi ke mana-mana tidak menentu dan tidak tahu bahwa besok ia

akan hidup yang tiada kenal mati. Sesungguhnyalah dunia ini neraka.”

Page 42: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 42/47

 

“Maka pendapat Kyai Siti Jenar betul, saya setuju dan tuan benar-benarseorang mukmin yang berpendapat tepat dan seyogyanya tuan jadicermin, suri tauladan bagi orang-orang lain. Tarkumasiwalahu (Arab asli :tarku ma siwa Allahu), di dunia ini hamba campur dengan kholiqbta,

hambanya di surga, khaliknya di neraka agung.” <Serat Syaikh Siti JenarKi Sasrawijaya, Pupuh VIII Dandanggula, 29-31>

Syari’at Palsu Para Wali Menurut Ki Cantula

“Menurut ajaran guruku Syekh Siti Jenar, di dunia ini alam kematian. Olehkarena itu, dunia yang sunyi ini tidak ada Hyang Agung serta malaikat.Akan tetapi bila saya besok sudah ada di alam kehidupan saya akanberjumpa dan kadang kala saya menjadi Allah. Nah, di situ saya akanbersembahyang.”

“Jika sekarang saya disuruh sholat di mesjid saya tidak mau, meskipunsaya bukan orang kafir. Boleh jadi saya orang terlantar akan Pangeran Tuhan. Kalau santri gundul, tidak tahunya yang ada di sini atau di sana. Iaberpengangan kandhilullah, mabuk akan Allah, buta lagi tuli.”

“Lain halnya dengan saya, murid Syekh Siti Jenar. Saya tidakmenghiraukan ujar para Wali, yang mengkukuhkan Syari’at palsu, yangmerugikan diri sendiri. Nah, Syekh Dumba, pikirkanlah semua yang sayakatakan ini. Dalam dadamu ada Al-Qur’an. Sesuai atau tidak yang sayatuturkan itu, kanda pasti tahu.” <Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya,

Pupuh V Pangkur, 8-18>. Jawaban Ki Bisono Tentang Semesta, Tuhan dan RohKi Bisana menyanggupi kemudian menjawab pertanyaan dari SultanDemak:

“Pertanyaan pertama : Pertanyaan, bahwa Allah menciptakan alamsemesta itu adalah kebohongan belaka. Sebab alam semesta itu barangbaru, sedang Allah tidak membuat barang yang berwujud menurut dalil :layatikbiyu hilamuhdil, artinya tiada berkehendak menciptakan barangyang berwujud. Adapun terjadinya alam semesta ini ibaratnya :drikumahiyati : artinya menemukan keadaan. Alam semesta ini : la awali.Artinya tiada berawal. Panjang sekali kiranya kalau hamba menguraikanbahwa alam semesta ini merupakan barang baru, berdasarkan yangditulis dalam Kuran.”

“Pertanyaan yang kedua : Paduka bertanya di mana rumah Hyang Widi.Hal itu bukan merupakan hal yang sulit, sebab Allah sejiwa dengan semuazat. Zat wajibul wujud itulah tempat tinggalnya, seumpamanya Zattanahlah rumahnya. Hal ini panjang sekali kalau hamba terangkan. Olehkarena itu hamba cukupkan sekian saja uraian hamba.”

“Selanjutnya pertanyaan ketiga : berkurangnya nyawa siang malam,sampai habis ke manakah perginya nyawa itu. Nah, itu sangat mudah

Page 43: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 43/47

 

untuk menjawabnya. Sebab nyawa tidak dapat berkurang, maka nyawaitu bagaikan jasad , berupa gundukan, dapat aus, rusak dimakan anai-anai. Hal inipun akan panjang sekali untuk hamba uraikan. Meskipunhamba orang sudra asal desa, akan tetapi tata bahasa kawi hambamengetahui juga, baik bahasa biasa maupun yang dapat dinyanyikan.

Lagu tembang sansekerta pun hamba dapat menyanyikan juga denganmenguraikan arti kalimatnya, sekaligus hamba bukan seorang empu ataupujangga, melainkan seorang yang hanya tahu sedikit tentang ilmu.”

“Itu semua disebabkan karena hamba berguru kepada Syekh Siti Jenar, diKrendhasawa, tekun mempelajari kesusasteraan dan menuruti perintahguru yang bijaksana. Semua murid Syekh Siti Jenar menjadi orang yangcakap, berkat kemampuan mereka untuk menerima ajaran guru merekasepenuh hati.”

“Adapun pertanyaan yang keempat : paduka bertanya bagaimanakahrupa Yang Maha Suci itu. Kitab Ulumuddin sudah memberitahukan :walahu lahir insan, wabatinul insani baitu-baytullahu (Arab asli : wa Allahudzahir al-insan, wabathin, al-insanu baytullahu), artinya lahiriah manusiaitulah rupa Hyang Widi. Batiniah manusia itulah rumah Hyang Widi.Banyak sekali yang tertulis dalam Kitab Ulumuddin, sehingga apabilahamba sampaikan kepada paduka, Kanjeng Pangeran Tembayat tentubingung, karena paduka tidak dapat menerima, bahkan mungkin padukamengira bahwa hamba seorang majenun. Demikianlah wejangan SyekhSiti Jenar yang telah hamba terima.”

“Guru hamba menguraikan asal-usul manusia dengan jelas, mudahditerima oleh para siswa, sehingga mereka tidak menjadi bingung.Diwejang pula tentang ilmu yang utama, yang menjelaskan tentang dankegunaan budi dalam alam kematian di dunia ini sampai alam kehidupandi Akhirat. Uraiannya jelas dapat dilihat dengan mata dan dibuktikandengan nyata.”

“Dalam memberikan pelajaran, guru hamba Syekh Siti Jenar, tiadamemakai tirai selubung, tiada pula memakai lambang-lambang. Semuapenjelasan diberikan secara terbuka, apa adanya dan tanpamengharapkan apa-apa sedikitpun. Dengan demikian musnah segala tipumuslihat, kepalsuan dan segala perbuatan yang dipergunakan untukmelakukan kejahatan. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan paraguru lainnya. Mereka mengajarkan ilmunya secara diam-diam danberbisik-bisik, seolah-olah menjual sesuatu yang gaib, disertai denganharapan untuk memperoleh sesuatu yang menguntungkan untuk dirinya.”

“Hamba sudah berulang kali berguru serta diwejang oleh para walimu’min, diberitahu akan adanya Muhammad sebagai Rosulullah sertaAllah sebagai Pangeran hamba. Ajaran yang dituntunkan menuntun sertamembuat hamba menjadi bingung dan menurut pendapat hamba ajaran

mereka sukar dipahami, merawak-rambang tiada patokan yang dapatdijadikan dasar atau pegangan. Ilmu Arab menjadi ilmu Budha, tetapi

Page 44: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 44/47

 

karena tidak sesuai kemudian mereka mengambil dasar dan peganganKanjeng Nabi. Mereka mematikan raga, merantau kemana-mana sambilmenyiarkan agama. Padahal ilmu Arab itu tiada kenal bertapa, kecualiberpuasa pada bulan Romadan, yang dilakukan dengan mencegahmakan, tiada berharap apapun.”

“Jadi jelas kalau para wali itu masih manganut agama Budha, buktinyamereka masih sering ketempat-tempat sunyi, gua-gua, hutan-hutan,gunung-gunung atau tepi samudera dengan mengheningkan cipta,sebagai laku demi terciptanya keinginan mereka agar dapat bertemudengan Hyang Sukma. Itulah buktinya bahwa mereka masih dikuasaisetan ijajil. Menurut cerita Arab Ambiya, tiada orang yang dapatmencegah sandang pangan serta tiada untuk kuasa berjaga mencegahtidur kecuali orang Budha yang mensucikan dirinya dengan jalandemikian. Nah, silahkan memikirkan apa yang hamba katakan, sebagai  jawaban atas empat pertanyaan paduka.”<Serat Syaikh Siti Jenar KiSasrawijaya, Pupuh V Pangkur, 22-45>.

Wasiat dan Ajaran Syekh Amongraga

”Syekh Amongraga adalah salah seorang pewaris ajaran Syekh Siti Jenarpada masa Sultan Agung Hanyokusumo (1645). Mengenai rinciankehidupan dan ajaran Syekh Amongraga dapat dibaca di serat Centini”.

Syekh Amongraga mewasiatkan berbagai inti ajaran yang meliputi(Primbon Sabda Sasmaya; hlm. 24):

1. Rahayu ing Budhi (selamat akhlak dan moral).2. Mencegah dan berlebihnya makanan.3. Sedikit tidur.4. Sabar dan tawakal dalam hati.5. Menerima segala kehendak dan takdir Tuhan.6. Selalu mensyukuri takdir Tuhan.7. Mengasihi fakir dan miskin.8. Menolong orang yang kesusahan.9. Memberi makan kepada orang yang lapar.10. Memberi pakaian kepada orang yang telanjang.11. Memberikan payung kepada orang yang kehujanan.12. Memberikan tudung kepada orang yang kepanasan.13. Memberikan minum kepada orang yang haus.14. Memberikan tongkat penunjuk kepada orang yang buta.15. Menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat.16. Menyadarkan orang yang lupa.17. Membenarkan ilmu dan laku orang yang salah.18. Mengasihi dan memuliakan tamu.19. Memberikan maaf kepada kesalahan dan dosa sanak-kandung, saudara,

dan semua manusia.

20. Jangan merasa benar, jangan merasa pintar dalam segala hal, janganmerasa memiliki, merasalah bahwa semua itu hanya titipan dari Tuhan

Page 45: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 45/47

 

yang membuat bumi dan langit, jadi manusia itu hanyalah sudarma(memanfaatkan dengan baik dengan tujuan dan cara yang baik pula) saja.Pakailah budi, syukur, sabar, menerima, dan rela. <Ajaran SyekhAmongraga itu sebenarnya meliputi semua tindakan manusia di dalammenyelami kehidupan di bumi ini, yang disebut Syekh Siti Jenar sebagai

alam kematian. Dalam memahami 20 ajaran tersebut, hendaknya janganterjebak dalam segi kontekstualnya saja, namun hendaknya diselamidengan segenap nalar dan rasa batin.

Ajaran Syekh Siti Jenar Menurut Pangeran Panggung“….Saya mencari ilmu sejati yang berhubungan langsung dengan asal dantujuan hidup, dan itu saya pelajari melalui tanajjul tarki. Menurut saya ,untuk mengharapkan hidayah hanyalah bias didapat dengan kesejatianilmu. Demi kesentausaan hati menggapai gejolak jiwa, saya tidak inginterjebak dalam syariat.”

“Jika saya terjebak dalam syariat, maka seperti burung sudah bergerak,akan tetapi mendapatkan pikiran yang salah. Karena perbuatan salahdalam syariat adalah pada kesalahpahaman dalam memahami larangan.Bagi saya kesejatian ilmu itulah yang seharusnya dicari dan disesuaikandengan ilmu kehidupan. Kebanyakan manusia itu, jika sudah sampai pada  janji maka hatinya menjadi khawatir, wataknya selalu was-was…senantiasa takut gagal….Alam dibawah kolong langit, diatas hamparanbumi dan semua isi didalamnya hanyalah ciptaan Yang Esa, tidak adakeraguan. Lahir batin harus bulat, mantap berpegang pada tekad.” (SeratSuluk Malang Sumirang, Pupuh 1-2).

“Yang membuat kita paham akan diri kita, Pertama tahu akan datang ajal,karena itu tahu jalan kemuliaannya, Kedua, tahu darimana asalnya adakita ini sesungguhnya, berasal dari tidak ada. Kehendak-Nya pasti jadi,dan kejadian itu sendiri menjadi misal. Wujud mustahil pertandanyasebagai cermin yang bersih merata keseluruh alam. Yang pasti dzatnyakosong, sekali dan tidak ada lagi. Dan janganlah menyombongkan diri,bersikaplah menerima jika belum berhasil. Semua itu kehendak SangMaha Pencipta. Sebagai makhluk ciptaan, manusia didunia ini hanya saturepotnya. Yaitu tidak berwenang berkehendak, dan hanya pasrah kepadakehendak Allah.”“Segala yang tercipta terdiri dari jasad dan sukma, serta badan dannyawa. Itulah sarana utama, yakni cahaya, roh, dan jasad. Yang tidak tahudua hal itu akan sangat menyesal. Hanya satu ilmunya, melampaui SangUtusan. Namun bagi yang ilmunya masih dangkal akan mustahilmencapai kebenaran, dan manunggal dengan Allah. Dalam hidup ini, iatidak bisa mengaku diri sebagai Allah, Sukma Yang Maha Hidup. Kufur jikamenyebut diri sebagai Allah. Kufur juga jika menyamakan hidupnyadengan Hidup Sang Sukma, karena sukmaitu adalah Allah.” <Serat SulukMalang Sumirang, Pupuh 2>.

” Waktu shalat merupakan pilihan waktu yang sesungguhnya berangkatdari ilmu yang hebat. Mengertikah Anda, mengapa shalat dzuhur empat

Page 46: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 46/47

 

raka’at? Itu disebabkan kita manusia diciptakan dengan dua kaki dan duatangan. Sedang shalat ‘Ashar empat raka’at juga, adalah kejadianbersatunya dada dengan Telaga al-Kautsar dengan punggung kanan dankiri. Shalat Maghrib itu tiga raka’at, karena kita memiliki dua lubanghidung dan satu lubang mulut. Adapun shalat ‘Isya’ enjadi empat raka’at

karena adanya dua telinga dan dua buah mata. Adapun shalat Subuh,mengapa dua raka’at adalah perlambang dari kejadian badan dan rohkehidupan. Sedangkan shalat tarawih adalah sunnah muakkad yang tidakboleh ditinggalkan dua raka’atnya oleh yang melakukan, men-jadiperlambang tumbuhnya alis kanan dan kiri.”

“Adapun waktu yang lima, bahwa masing-masing berbeda-beda yangmemilikinya. Shalat Subuh, yang memiliki adalah Nabi Adam. Ketikaditurunkan dari surga mulia, berpisah dengan istrinya Hawa menjadi sedihkarena tidak ada kawan. Lalu ada wahyu dari melalui malaikat Jibril yangmengemban perintah Tuhan kepada Nabi Adam, “Terimalah cobaan  Tuhan, shalat Subuhlah dua raka’at”. Maka Nabi Adampun siapmelaksanakannya. Ketika Nabi Adam melaksanakan shalat Subuh padapagi harinya, ketika salam. Telah mendapati istrinya beradadibelakangnya, sambil menjawab salam. Shalat Dzuhur dimaksudkanketika Kanjeng Nabi Ibrahim pada zaman kuno mendapatkan cobaanbesar, dimasukkan ke dalam api hendak dihukum bakar. Ketika itu NabiIbrahim mendapat wahyu ilahi, disuruh untuk melaksanakan shalatDzuhur empat raka’at. Nabi Ibrahim melaksanakan shalat, api padamseketika. Adapun shalat Ashar, dimaksudkan ketika Nabi Yunus sedangnaik perahu dimakan ikan besar. Nabi Yunus merasakan kesusahan ketika

berada di dalam perut ikan. Waktu itu terdapat wahyu Ilahi, Nabi Yunusdiperintahkan melaksanakan shalat Ashar empat raka’at. Nabi Yunussegera melaksanakan, dan ikan itu tidak mematikannya. Malah ikan itumati, kemudian Nabi Yunus keluar dari perut ikan. Sedangkan shalatMaghrib pada zaman kuno yang memulainya adalah Nabi Nuh. Ketikamusibah banjir bandang sejagat, Nabi Nuh bertaubat merasa bersalah.Dia diterima taubatnya disuruh mengerjakan shalat. Kemudian Nabi Nuhmelaksanakan shalat Maghrib tiga raka’at, maka banjirpun surut seketika.Shalat ‘Isya sesungguhnya Nabi Isa yang memulainya. Ketika kalahperang melawan Raja Harkiyah (Juga disebut Raja Herodes, atasanGubernur Pontius Pilatus) semua kaumnya bingung tidak tahu utara,selatan, barat, timur dan tengah. Nabi Isa merasa susah, dan tidak lamakemudian datang malaikat Jibril membawa wahyu dengan uluk salam.Nabi Isa diperintahkan melaksanakan shalat ‘Isya. Nabi Isamenyanggupinya, dan semua kaumnya mengikutinya, dan malaikat Jibrilberkata, “Aku yang membalaskan kepada Pendeta Balhum.” <Serat SulukMalang Sumirang, Pupuh 2>.

“Menurut pemahaman saya, sesuai petunjuk Syekh Siti Jenar dahulu,anasir itu ada empat yang berupa anasir batin dan ansir lahir. Pertama,anasir Gusti. Perlu dipahami dengan baik dzat, sifat, asma dan af’al

(perbuatan) kedudukannya dalam rasa. Dzat maksudnya adalah bahwadiri manusia dan apapun yang kemerlap di dunia ini tidak ada yang

Page 47: Tentang Allah

5/11/2018 Tentang Allah - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tentang-allah-55a0c93fc2d20 47/47

 

memiliki kecuali Tuhan Yang Maha Tinggi, yang besar atau yang keciladalah milik Allah semua. Ia tidak memiliki hidupnya sendiri. Hanya Allahyang Hidup, yang Tunggal. Adapun sifat sesungguhnya segala wujud yangkelihatan yang besar atau kecil, seisi bumi dan langit tidak ada yangmemiliki hanya Allah Tuhan Yang Maha Agung. Adapun asma

sesungguhnya, nama semua ciptaan seluruh isi bumi adalah milik TuhanAllah Yang Maha Lebih Yang Maha Memiliki Nama. Sedangkan artinya af’aladalah seluruh gerak dan perbuatan yang kelihatan dari seluruh makhlukisi bumi ini adalah tidak lain dari perbuatan Allah Yang Maha Tinggi,demikian maksud anasir Gusti.”

“Anasir roh, ada empat perinciannya yang berwujud ilmu yang dinamaicahaya persaksian (nur syuhud). Maksudnya adalah sebagai berikut :pertama, yang disebut wujud sesungguhnya adalah hidup sejati atauamnusia sejati seperti pertempuran yang masih perawan itulah yangdimaksud badarullah yang sebenarnya. Kedua, yang disebut ilmu adalahpengetahuan batin yang menjadi nur atau cahaya kehidupan atau rohidhafi, cahaya terang menyilaukan seperti bintang kejora. Ketiga, yangdimaksud syuhud adalah kehendak batin kejora. Ketiga, yang dimaksudsyuhud adalah kehendak batin tatkala memusatkan perhatian terutamaketika mengucapkan takbir. Demikianlah penjelasan tentang anasir roh,percayalah kepada kecenderungan hati.”

“Anasir manusia maksudnya hendaklah dipahami bahwa manusia ituterdiri dari bumi, api, angin dan air. Bumi itu menjadi jasad, api menjadicahaya yang bersinar, angin menjadi napas keluar masuk, air, menjadi

darah. Keempatnya bergerak tarik menarik secara ghaib. Demikianlahpenjelasan saya tentang anasir. <Serat Suluk Malang Sumirang, Pupuh3>.Nuwun