tentang pengarusutamaan gender dalam...

13
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender antara laki-laki dan perempuan dalam pembangunan, sangat diperlukan pengarusutamaan gender, sehingga dapat berperan serta secara adil dan setara dalam proses pembangunan; b. bahwa seluruh proses pembangunan pengarusutamaan gender merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah di tingkat pusat dan daerah; c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas dan dalam rangka mendorong, mengefektifkan serta mengoptimalkan upaya pengarusutamaan gender secara terpadu dan terkoordinasi dipandang perlu mengeluarkan Peraturan Daerah tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Daerah; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO Mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan Dan Jabatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3836);

Upload: hoangkhue

Post on 03-May-2019

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

NOMOR 16 TAHUN 2013

TENTANG

PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUNINGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Kesetaraan dan KeadilanGender antara laki-laki dan perempuan dalampembangunan, sangat diperlukan pengarusutamaangender, sehingga dapat berperan serta secara adil dansetara dalam proses pembangunan;

b. bahwa seluruh proses pembangunan pengarusutamaangender merupakan bagian yang tidak terpisahkan darikegiatan fungsional semua lembaga pemerintah danlembaga non pemerintah di tingkat pusat dan daerah;

c. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas dandalam rangka mendorong, mengefektifkan sertamengoptimalkan upaya pengarusutamaan gender secaraterpadu dan terkoordinasi dipandang perlu mengeluarkanPeraturan Daerah tentang Pengarusutamaan Gender DalamPembangunan Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentangPembentukan Daerah-Daerah Kabupaten DalamLingkungan Propinsi Djawa Barat(Berita Negara RepublikIndonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentangPembentukan Kabupaten Purwakarta dan KabupatenSubang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerahKabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor2851);

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang PengesahanKonvensi Mengenai Penghapusan Segala BentukDiskriminasi Terhadap Wanita (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3277);

4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1999 tentang PengesahanKonvensi ILO Mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan DanJabatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3836);

2

5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak AzasiManusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 3886);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentangPenghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4419);

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4437); sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atasUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4844);

9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat danPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4438);

10. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentangPerkembangan Kedudukan dan Pembangunan Keluarga(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor161, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5080);

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5234);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentangDekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008tentang Pedoman Umum Pelaksanaan PengarusutamaanGender Di Daerah sebagaimana telah diubah denganPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman UmumPelaksanaan Pengarusutamaan Gender Di Daerah (BeritaNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 927);

14. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 3 Tahun2008 tentang Kewenangan Pemerintah Daerah KabupatenKuningan (Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun2008 Nomor 68 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah

3

Kabupaten Kuningan Tahun 2008 Nomor 70);

15. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 7 Tahun2008 tentang Keuangan Daerah (Lembaran DaerahKabupaten Kuningan Tahun 2008 Nomor 72 Seri E,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun2008 Nomor 74);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 5 Tahun2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka PanjangDaerah (RPJPD) Kabupaten Kuningan Tahun 2005-2025(Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2009 Nomor90 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah KabupatenKuningan Tahun 2009 Nomor 4);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 6 Tahun2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka MenengahDaerah (RPJMD) Kabupaten Kuningan Tahun 2009-2013(Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2009 Nomor91 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah KabupatenKuningan Tahun 2009 Nomor 5);

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

danBUPATI KUNINGAN

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGARUSUTAMAANGENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kuningan.

2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusanPemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurutazas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsipotonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksuddalam Undang-undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat daerahsebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebutDPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagaiunsur penyelenggara pemerintahan daerah.

5. Bupati adalah Bupati Kuningan.

6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkatSKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah.

7. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkatdaerah kabupaten.

4

8. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkatdaerah kabupaten di bawah kecamatan.

9. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memilikibatas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur danmengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkanasal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dandihormati dalam sistem pemerintahan Negara KesatuanRepublik Indonesia.

10.Gender adalah konsep yang mengacu pada pembedaanperan, fungsi dan tanggung jawab laki-laki dan perempuanyang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaansosial dan budaya masyarakat.

11.Pengarusutamaan Gender di daerah yang selanjutnyadisebut PUG adalah strategi yang dibangun untukmengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integraldari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan,dan evaluasi atas kebijakan dan Program PembangunanDaerah.

12.Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-lakidan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan danberpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial,budaya, pertahanan dan keamanan, dan kesamaan dalammenikmati hasil pembangunan.

13.Keadilan Gender adalah suatu proses untuk menjadi adilterhadap laki-laki dan perempuan.

14.Analisis Gender adalah proses analisis data gender secarasistematis tentang kondisi laki-laki dan perempuankhususnya berkaitan dengan tingkat akses, partisipasi,kontrol dan perolehan manfaat dalam prosespembangunan untuk mengungkapkan akar permasalahanterjadinya ketimpangan kedudukan, fungsi, peran dantanggung jawab antara laki-laki dan perempuan.

15.Perencanaan Responsif Gender adalah perencanaan untukmencapai kesetaraan dan keadilan gender, yang dilakukanmelalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan,potensi, dan penyelesaian permasalahan perempuan danlaki-laki.

16.Anggaran Responsif Gender yang selanjutnya disingkatARG adalah anggaran yang respon terhadap kebutuhanperempuan dan laki-laki yang tujuannya untukmewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.

17.Isu Gender adalah suatu kondisi yang menunjukkankesenjangan laki-laki dan perempuan atau ketimpangangender, yaitu kesenjangan antara kondisi sebagaimanayang dicita-citakan dengan kondisi gender sebagaimanaadanya.

18.Diskriminasi Gender adalah pembedaan perlakuan,fasilitas, prioritas, hak, kesempatan yang diberikan kepadalaki-laki karena ia laki-laki atau yang diberlakukan padaperempuan karena ia perempuan.

5

19.Kesadaran Gender digunakan dalam pengertiankemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan masalahketimpangan gender dan upaya untuk memecahkannya.

20.Lembaga Non Pemerintah adalah lembaga yang dibentukoleh masyarakat dalam rangka menumbuhkan danmengembangkan keswadayaan atau kemandirianmasyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan sertamencapai kehidupan yang lebih baik sesuai dengan yangdiharapkan.

21.Harkat dan martabat perempuan adalah derajat danpotensi perempuan.

22.Pemberdayaan perempuan adalah proses peningkatankualitas sumber daya perempuan dalam segala aspekpembangunan.

23.Sensitif Gender adalah kemampuan memahamiketimpangan gender, utamanya dalam pembagian kerjadan pembuatan keputusan yang telah mengakibatkankurangnya kesempatan dan rendahnya status sosialperempuan dibandingkan laki-laki.

24.Focal Point Pengarusutamaan Gender adalah aparaturSKPD yang mempunyai kemampuan untuk melakukanpengarusutamaan gender di unit kerjanya masing-masing.

25.Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender yangselanjutnya disebut Pokja PUG adalah wadah konsultasibagi pelaksana dan penggerak pengarusutamaan genderdari berbagai instansi atau lembaga pemerintah.

BAB II

AZAS, MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Pengarusutamaan gender berazaskan pada penghormatanterhadap harkat dan martabat manusia.

(2) Maksud Pengarusutamaan Gender adalah upayamenciptakan kesetaraan dan keadilan gender.

(3) Tujuan Pengarusutamaan Gender sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah:

a. memberikan acuan bagi aparatur Pemerintah Daerahdalam menyusun strategi pengintegrasian genderyang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan,penganggaran, pemantauan dan evaluasi ataskebijakan, program dan kegiatan pembangunan didaerah;

b. mewujudkan perencanaan berperspektif gendermelalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi,kebutuhan, potensi dan penyelesaian permasalahanlaki-laki dan perempuan;

c. mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalamkehidupan berkeluarga, berbangsa dan bernegara;

6

d. mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yangresponsif gender;

e. meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalamkedudukan, peranan dan tanggung jawab laki-lakidan perempuan sebagai insan dan sumberdayapembangunan; dan

f. meningkatkan peran dan kemandirian lembaga yangmenangani pemberdayaan perempuan.

BAB IIIRUANG LINGKUP

Pasal 3Ruang lingkup pengarusutamaan gender dalam PeraturanDaerah ini meliputi seluruh perencanaan, penyusunan,pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan, danprogram pembangunan daerah.

BAB IVTANGGUNGJAWAB

Pasal 4

(1) Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun kebijakan,program dan kegiatan pembangunan responsif genderyang dituangkan dalam Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah atau RPJMD, Rencana Strategis SKPD,dan Rencana Kerja SKPD.

(2) Penyusunan kebijakan, program dan kegiatanpembangunan responsif gender sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan melalui analisis gender.

(3) Hasil analisis gender menjadi dasar SKPD dalammenyusun kegiatan.

BAB VPELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER

Pasal 5(1) Bupati adalah penanggungjawab umum pelaksanaan

Pengarusutamaan Gender di Kabupaten.

(2) Tanggung jawab Bupati sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat dilimpahkan kepada Wakil Bupati.

(3) Untuk mengoptimalkan pelaksanaan pengarusutamaangender, Bupati menetapkan unit kerja di lingkunganSekretariat Daerah atau Instansi dan LembagaPemerintah Daerah yang membidangi tugaspemberdayaan perempuan sebagai koordinatorpenyelenggaraan pengarusutamaan gender di Kabupaten.

(4) Dalam rangka percepatan melembaganyapengarusutamaan gender di seluruh instansi danLembaga Pemerintah Daerah dibentuk kelompok kerjadan focal point atau gugus tugas atau sebutan lain yangsejenis.

7

(5) Bupati menetapkan Kepala Badan PerencanaanPembangunan Daerah sebagai Ketua Pokja PUGKabupaten dan Kepala Lembaga Pemerintah Daerah yangmembidangi tugas Pemberdayaan Perempuan sebagaiSekretariat Pokja PUG Kabupaten.

Pasal 6Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 ayat (3) lembaga pemerintah daerah yangditetapkan:a. Mengkoordinasikan kegiatan penyusunan perencanaan,

monitoring dan evaluasi serta pengendalian kegiatandalam melaksanakan pengarusutamaan gender;

b. Menyelenggarakan komunikasi, informasi, dan edukasiadvokasi dan sosialisasi tentang pelaksanaanpengarusutamaan gender;

c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sensitifgender dan pengarusutamaan gender.

Pasal 7(1) Lembaga Non Pemerintah berhak ikut serta dalam

pengarusutamaan gender meliputi : perencanaan,penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasikebijakan dan program pembangunan daerah.

(2) Perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnyaberfungsi sebagai pusat rujukan, informasi, kajian,advokasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitandengan upaya melaksanakan pengarusutamaan gender.

BAB VITUGAS DAN FUNGSI

Bagian KesatuKelompok Kerja Pengarusutamaan Gender

Pasal 8(1) Tugas Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender :

a. mempromosikan dan memfasilitasi PUG kepadamasing-masing SKPD;

b. melaksanakan sosialisasi dan advokasi PUG kepadacamat, kepala desa, dan lurah;

c. menyusun program kerja setiap tahun;d. mendorong terwujudnya Perencanaan dan

Penganggaran yang Responsif Gender;e. menyusun rencana kerja POKJA PUG setiap tahun;f. bertanggung jawab kepada bupati melalui wakil

bupati;g. merumuskan rekomendasi kebijakan kepada bupati;h. menyusun Profil Gender kabupaten;i. melakukan pemantauan pelaksanaan PUG di masing-

masing instansi;j. menetapkan tim teknis untuk melakukan analisis

terhadap anggaran daerah;k. menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) PUG di

Kabupaten; dan

8

l. mendorong dilaksanakannya pemilihan danpenetapan Focal Point di masing-masing SKPD.

(2) Fungsi Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender :

a. Sebagai koordinator mengembangkan ide danpemikiran para focal point di lingkungan unit-unitkerja masing-masing tentang responsif gender padaproses pengambil keputusan, khususnya dalamperencanaan kebijakan dan program serta isu genderyang berkembang di lingkungannya;

b. Sebagai wadah komunikasi penyelenggaraanpertemuan dengan para pengambil keputusan dimasing-masing atau antar instansi, lembaga,organisasi dan unit organisasi dalam berbagai bentukpertemuan dan diskusi mengenai pengarusutamaangender.

(3) Tata kerja kelompok kerja diatur sesuai dengankewenangan Sekretaris Daerah guna melaksanakanprogram pemberdayaan perempuan sebagaimana telahditetapkan dalam Rencana Kerja Satuan KerjaPemerintah Daerah dan Rencana Pembangunan JangkaMenengah.

(4) Sekretaris kelompok kerja adalahDinas/Badan/Lembaga yang ditugaskan menanganipemberdayaan perempuan.

(5) Ketua Kelompok Kerja Pengarusutamaan Genderbertanggungjawab kepada pimpinan instansinya.

Bagian KeduaFocal Point atau Gugus Tugas

Pasal 9(1) Tugas Focal Point Pengarusutamaan Gender :

f. memfasilitasi penyusunan data gender pada masing-masing SKPD;

(2)Fungsi Focal Point atau Gugus Tugas PengarusutamaanGender :

a. Sebagai salah satu sumber informasi tentang konsepgender, pengarusutamaan gender, kesetaraan dankeadilan gender dan program pembangunan;

a. mempromosikan pengarusutamaan gender pada unit

kerja;

b. memfasilitasi penyusunan rencana kerja dan

penganggaran SKPD yang responsif gender;

c. melaksanakan pelatihan, sosialisasi, advokasi

pengarusutamaan gender kepada seluruh pejabat dan

staf di lingkungan SKPD;

d. melaporkan pelaksanaan PUG kepada pimpinan

SKPD;

e. mendorong pelaksanaan analisis gender terhadap

kebijakan, program, dan kegiatan pada unit kerja;

dan

9

b. Sebagai penggerak atau perintis terbentuknyajejaring pengarusutamaan gender di lingkungankerjanya, dan atau sektor di daerahnya;

c. Sebagai pelaksana dari setiap kegiatan pembangunanyang responsif gender.

BAB VIIKERJASAMA

Pasal 10

Pemerintah Daerah dalam upaya melaksanakanPengarusutamaan Gender dapat melakukan kerjasamadengan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, atau denganPemerintah Kabupaten / Kota lainnya

BAB VIIIPARTISIPASI MASYARAKAT

Pasal 11

Setiap orang, kelompok, organisasi masyarakat, LembagaSwadaya Masyarakat, berhak berpartisipasi dalam berbagaikegiatan pengarusutamaan gender.

BAB IXANGGARAN

Pasal 12

(1) Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaanpengarusutamaan gender di daerah dibebankan kepadaAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(2) Pembiayaan pelaksanaan pengarusutamaan gender yangberasal dari pihak lain yang tidak mengikat, selain dariAPBD Kabupaten dapat dilakukan sepanjang sesuaidengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XPENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 13

Dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalianterhadap Peraturan Daerah ini, Bupati dapat menunjukpejabat tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

10

11

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

NOMOR 16 TAHUN 2013

TENTANG

PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

I UMUM

Di Era Otonomi Daerah saat ini, Pengarusutamaan Gender di dalamPembangunan Daerah sangat memberikan pengaruh yang sangat besarkhususnya yang berkaitan dengan pemberlakuan Undang-undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danPemerintah Daerah. Pengarusutamaan Gender ini merupakan strategipembangunan yang tepat untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gendermelalui kebijakan dan program pembangunan yang responsif gender di masayang akan datang khususnya di Kabupaten Kuningan. Oleh karenanya,pelaksanaan Pengarusutamaan Gender melalui kebijakan yang responsif gendertersebut harus didasarkan kepada karakteristik sosial, ekonomi dan ciri budayadari Kabupaten Kuningan. Kabupaten Kuningan telah memiliki usia yang relatiftidak muda lagi, dengan potensi yang cukup besar baik alam maupun sumberdaya manusia. Kabupaten Kuningan dengan luas wilayah 1.195,71 km2,mempunyai jumlah penduduk 1.280.158 jiwa dengan perincian 651.937 laki-laki dan 628.221 perempuan. Jika dilihat dari jumlah penduduk dan letakgeografis Kabupaten Kuningan yang sangat strategis serta sumber daya yangdimiliki, tentu saja ini merupakan potensi tersendiri dan sangat berpeluanguntuk menjadi kabupaten yang makmur dan sejahtera. Jika kesejahteraanmasih menjadi persoalan, maka kelompok yang paling merasakan penderitaanadalah perempuan.

Pembangunan daerah Kabupaten Kuningan yang menjadi tanggungjawabPemerintah, merupakan langkah strategis untuk mewujudkan keadilan dankesetaraan gender. Jika KKG sudah terwujud, maka proses dan hasilpembangunan akan dirasakan secara merata baik laki-laki maupun perempuan.Sedangkan hasil evaluasi pelaksanaan Pengarusutamaan Gender terakhir padatahun 2012, ditemukan bahwa 95% dari jumlah keseluruhan Satuan KerjaPerangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Kuningan belum melaksanakankajian responsif gender dalam perencanaan program dan kegiatannya.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka sudah saatnya di KabupatenKuningan dibentuk Peraturan Daerah tentang Pengarusutamaan Gender dalamPembangunan yang mengatur secara jelas, tegas, dan komprehensif untukmewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender serta sekaligus memberikanpemahaman tentang pentingnya Pengarusutamaan Gender sebagai sebuahstrategi analisis gender dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, danevaluasi pembangunan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Pasal ini dimaksudkan untuk menjelaskan arti beberapa istilah yangdigunakan dalam Peraturan Daerah ini, sehingga dengan demikian dapatdihindarkan kesalahpahaman dalam menafsirkannya.

12

Pasal 2Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 3Yang dimaksud dengan perencanaan dalam Peraturan Daerah ini adalahproses Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang partisipatif denganmelibatkan unsur masyarakat dan memperhatikan keterwakilanperempuan.

Pasal 4Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelas

Pasal 5Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Cukup jelasAyat (4)

Cukup jelasAyat (4)

Cukup jelasAyat (5)

Cukup jelas

Pasal 6Huruf a

Yang dimaksud dengan kegiatan penyusunan perencanaan dalamPeraturan Daerah ini adalah penyusunan program melalui prosesMusyawarah Rencana Pembangunan pada semua tingkatan denganmenggunakan Pendekatan Analysis Gender agar menghasilkan ProgramResponsif Gender.

Huruf bYang dimaksud dengan Advokasi dalam peraturan ini adalah usahasistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkanterjadinya perubahan kebijakan publik berkaitan dengan Kesetaraandan Keadilan Gender.

Huruf cCukup jelas

Pasal 7Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasPasal 8

Ayat (1)Cukup jelas

13

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Pasal 9Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelas

Pasal 10Cukup Jelas

Pasal 11Yang dimaksud dalam berhak berpartisipasi dalam Peraturan Daerah iniadalah adalah ikut serta dalam proses pembangunan, baik pada prosesperencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Selain itu berhakikut serta juga dalam kegiatan-kegiatan seperti pelatihan, advokasi,sosialisasi dan lain sebagainya.

Pasal 12Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Yang dimaksud pihak lain yang tidak mengikat antara lainpemerintah pusat, lembaga donor dan lain sebagainya yangbertujuan bagi pelaksanaan Pengarusutamaan Gender diKabupaten Kuningan.

Pasal 13Yang dimaksud pengawasan dana pengendalian dalam Peraturan Daerahini adalah pengawasan mengenai penetapan dan penggunaan dana bagipelaksanaan Pengarusutamaan Gender. Sedangkan yang dimaksudPejabat tertentu dalam Peraturan Daerah ini adalah pejabat yangmemiliki kewenangan dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender danpejabat yang memiliki kewenangan dalam pengawasan dana danprogram pembangunan.

Pasal 14Cukup jelas

Pasal 15Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2013 NOMOR 15