tentang wilayah pertambangan presiden · pdf filemengenai lingkungan sosial dan lingkungan...

Download TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN PRESIDEN · PDF filemengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup. 8. Wilayah ... dan/atau informasi geologi. 10. Wilayah ... untuk menunjang penyiapan

If you can't read please download the document

Upload: lamxuyen

Post on 06-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

    TENTANG

    WILAYAH PERTAMBANGAN

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

  • 1

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010

    PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

    PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

    TENTANG

    WILAYAH PERTAMBANGAN

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang : Pasal 12, Pasal 19, Pasal 25, Pasal 33, dan Pasal 89 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Wilayah Pertambangan;

    Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

  • 2

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN.

    BAB I KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

    1. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

    2. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.

    3. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan.

    4. Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah.

    5. Pertambangan batubara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.

  • 3

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010

    6. Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.

    7. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.

    8. Wilayah Pertambangan yang selanjutnya disebut WP, adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari rencana tata ruang nasional.

    9. Wilayah Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut WUP, adalah bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi.

    10. Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut WIUP, adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang Izin Usaha Pertambangan.

    11. Wilayah Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut WPR, adalah bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat.

    12. Wilayah Pencadangan Negara yang selanjutnya disebut WPN, adalah bagian dari WP yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional.

    13. Wilayah Usaha Pertambangan Khusus yang selanjutnya disebut WUPK, adalah bagian dari WPN yang dapat diusahakan.

  • 4

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010

    14. Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus dalam WUPK yang selanjutnya disebut WIUPK, adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus.

    15. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    16. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertambangan mineral dan batubara.

    Pasal 2

    (1) WP merupakan kawasan yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara, baik di permukaan tanah maupun di bawah tanah, yang berada dalam wilayah daratan atau wilayah laut untuk kegiatan pertambangan.

    (2) Wilayah yang dapat ditetapkan sebagai WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki kriteria adanya:

    a. indikasi formasi batuan pembawa mineral dan/atau pembawa batubara; dan/atau

    b. potensi sumber daya bahan tambang yang berwujud padat dan/atau cair.

    3) Penyiapan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui kegiatan:a. perencanaan WP; danb. penetapan WP.

  • 5

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010

    BAB IIPERENCANAAN WILAYAH PERTAMBANGAN

    Bagian Kesatu Umum.

    Pasal 3

    Perencanaan WP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a disusun melalui tahapan:a. inventarisasi potensi pertambangan; danb. penyusunan rencana WP.

    Bagian KeduaInventarisasi Potensi Pertambangan

    Pasal 4

    (1) Inventarisasi potensi pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a ditujukan untuk mengumpulkan data dan informasi potensi pertambangan yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana penetapan WP.

    (2) Potensi pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan atas:a. pertambangan mineral; danb. pertambangan batubara.

    (3) Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelompokkan ke dalam 5 (lima) golongan komoditas tambang:a. mineral radioaktif;b. mineral logam;c. mineral bukan logam;

  • 6

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010

    d. batuan; dane. batubara.

    (4) Pengaturan mengenai komoditas tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah tersendiri.

    Pasal 5

    (1) Inventarisasi potensi pertambangan dilakukan melalui kegiatan penyelidikan dan penelitian pertambangan.

    (2) Penyelidikan dan penelitian pertambangan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi.

    (3) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat:

    a. formasi batuan pembawa mineral logam dan/atau batubara;

    b. data geologi hasil evaluasi dari kegiatan pertambangan yang sedang berlangsung, telah berakhir, dan/atau telah dikembalikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya;

    c. data perizinan hasil inventarisasi terhadap perizinan yang masih berlaku, yang sudah berakhir, dan/atau yang sudah dikembalikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya; dan/atau

    d. interpretasi penginderaan jauh baik berupa pola struktur maupun sebaran litologi.

  • 7

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010

    Pasal 6

    (1) Penyelidikan dan penelitian pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan oleh:

    a. Menteri, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah:1. lintas wilayah provinsi;2. laut dengan jarak lebih dari 12 (dua belas) mil

    dari garis pantai; dan/atau3. berbatasan langsung dengan negara lain;

    b. gubernur, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah:1. lintas wilayah kabupaten/kota; dan/atau2. laut dengan jarak 4 (empat) sampai dengan 12

    (dua belas) mil dari garis pantai;

    c. bupati/walikota, untuk penyelidikan dan penelitian pada wilayah:1. kabupaten /kota; dan/atau2. laut sampai dengan 4 (empat) mil dari garis

    pantai.

    (2) Dalam hal wilayah laut berada di antara 2 (dua) provinsi yang berbatasan dengan jarak kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, wilayah penyelidikan dan penelitian masing-masing provinsi dibagi sama jaraknya sesuai prinsip garis tengah.

    (3) Kewenangan bupati/walikota pada wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sejauh 1/3 (sepertiga) dari garis pantai masing-masing wilayah kewenangan gubernur.

  • 8

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010

    Pasal 7

    Penyelidikan dan penelitian pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilaksanakan secara terkoordinasi oleh Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

    Pasal 8

    (1) Dalam melakukan kegiatan penyelidikan dan penelitian pertambangan, Menteri atau gubernur dapat memberikan penugasan kepada lembaga riset negara dan/atau lembaga riset daerah.

    (2) Penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk menunjang penyiapan WP dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertambangan.

    (3) Dalam hal tertentu, lembaga riset negara dapat melakukan kerja sama dengan lembaga riset asing setelah mendapat persetujuan dari Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 9

    (1) Lembaga riset negara dan/atau lembaga riset daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) wajib:

    a. menyimpan, mengamankan, dan merahasiakan data dan informasi potensi pertambangan hasil penyelidikan dan penelitian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan; dan

    b. menyerahkan seluruh data dan informasi potensi pertambangan yang diperolehnya kepada Menteri atau gubernur yang memberi penugasan.

  • 9

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2010

    (2) Lembaga riset asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) wajib:

    a. menyimpan, mengamankan, dan merahasiakan data dan informasi potensi pertambangan hasil penyelidikan dan penelitian sesuai dengan ketentuan peratu