teori akuntansi-tugas individu bab 2

Upload: robert-daud

Post on 06-Jan-2016

36 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

My Homework-Accounting Theory

TRANSCRIPT

BAB 3MENERAPKAN TEORI YANG PADA PERATURAN AKUNTANSI

A. The Theories of Regulation Relevant to Accounting and Auditing Terdapat tiga teori berkaitan dengan akuntansi dan kegiatan audit yang dapat membantu untuk menjawab mengapa perusahaan harus mengumumkan informasi-informasi perusahaannya dalam bentuk laporan keuangan. Ketiga teori tersebut adalah : Theory of Efficient Markets / Efficient Market Hypothesis (EMH) Agency Theory Theories of Regulation A. Theory of Regulation

1. Theory of Efficient MarketsPara ekonom pasar bebas berpendapat bahwa, pasar akan berfungsi secara maksimal ketika tidak ada intervensi pemerintah. Tingkat efisiensi maksimal dapat dicapai dengan membiarkan kekuatan supply dan demand di pasar dapat membentuk perilaku pasar dengan sendirinya (secara alami). Bagaimanapun, intervensi pemerintah dalam pasar bebas akan tetap ada namun dengan tujuan yang berbeda. Tujuan intervensi pemerintah pada pasar bebas adalah untuk memantau perkembangan pasar dan sebagai usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam pasar bebas dengan persaingan sempurna, harga ditentukan oleh : (1) ketersediaan produk (supply); (2) keinginan untuk memiliki barang tersebut (demand). Besar harga dan jumlah barang yang akan diperjualbelikan akan ditentukan berdasarkan pertemuan antara supply dan demand tersebut di pasar. Namun, banyak kritik terhadap prinsip pasar bebas ini. Kritik tersebut mengatakan bahwa mekanisme pasar tidak dapat mencapai titik keseimbagan harga yang ideal karena beberapa hal berikut :a) Informasi akuntansi tidak dapat disamakan dengan barang-barang lainnya karena informasi akuntansi temasuk jenis public good. Ketika informasi diumumkan oleh perusahaan, maka informasi tersebut tersedia untuk siapa saja. b) Perusahaan memiliki kekuatan monopoli atas penyediaan informasi mengenai perusahaannya. Oleh karena itu, akan timbul kecenderungan bahwa perusahaan akan mengurangi informasinya (underproduce) dan menjual informasi tersebut pada harga yang tinggi. 1. Bentuk-bentuk Efficent Market Weak Form Dalam bentuk weak form, riwayat harga (historical price) atas saham akan menimbulkan estimasi yang bias terhadap perkiraan future price atas saham tersebut. Implikasi atas EMH dengan bentuk weak form adalah beberapa informasi yang disediakan oleh analis sekuritas tidak berguna karena informasi tersebut telah tergabung dalam proses penentuan harga pada pasar. Semi-strong Form Perbedaan antara weak, semistrong dan strong forms pada Teori Efisiensi Pasar adalah jumlah informasi yang tersedia untuk menentukan harga sekuritas. Pada semistrong form, informasi yang bersifat umum termasuk harga saham terdahulu diasumsikan menjadi hal yang penting untuk menentukan harga sekuritas. Implikasi dari semistrong form ini adalah bahwa pengungkapan footnote oleh akuntan bersifat sama relevannya dengan informasi yang ada pada laporan keuangan.

Strong Form Pada Teori Pasar Efisiensi dengan strong form, segala informasi termasuk tren harga sekuritas, informasi umum yang tersedia dan insider information telah terikat dalam harga sekuritas sehingga tidak ada kesempatan untuk mendapatkan excess return. Implikasi dari strong form ini adalah pasar akan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia, baik itu informasi eksternal maupun internl. Sehingga, dengan cepat orang-orang akan mengetahui setiap detail dari informasi tersebut. 2. Agency Theory Atkinson dan Feltham menyatakan bahwa teori agensi ini banyak membahas mengenai pelayanan terhadap kebutuhan informasi. Teori ini fokus terhadap hubungan antara satu orang yang mempercayakan haknya kepada orang lain, agen (manager). Atkinson dan Feltham menjelaskan bahwa permintaan atas informasi tersebut didasari oleh : 1) Motivasi egen 2) Pendistribusian risiko secara efisien Informasi dikatakan bernilai jika informasi tersebut dapat memperbaiki alokasi sumber daya dan risiko dalam perekonomian. Hal ini dilakukan dengan cara mengurangi ketidakpastian. Ketidakpastian dalam teori agensi ini dikalsifikasikan menjadi dua hal. Ex ante dan Ex post. Ex ante (sebelum) adalah ketidakjelasan yang terjadi pada saat keputusan akan dibuat. Sedangkan Ex post merupakan ketidakjelasan yang terjadi setelah keputusan dibuat dan hasilnya telah direalisasikan. Atkinson dan Feltham memandang peran standarisasi sebagai salah satu identifikasi situasi dimana peningkatan kesejahteraan dapat diperoleh dari aturan laporan keuangan yang telah diberikan. Oleh karena itu, dalam pandangan ini, konsekuensi ekonomi atas standar akuntansi memegang peranan penting.

3. Theories of Regulation Public Interest Theory Alasan ekonomi yang paling utama atas intervensi pemerintah pada operasi di berbagai pasar adalah kegagalan pasar. Dalam kerangka teori ini, aturan yang dibuat oleh legislatif cenderung untuk melindungi kepentingan konsumen dengan menstabilkan peningkatan kinerja ekonomi. Potensi kegagalan pasar terjadi ketika terdapat kegagalan pada salah satu kondisi yang diperlukan agar kegiatan operasi dalam pasar persaingan sempurna dapat tetap berjalan. Regulatory Capture Theory Teori ini menganggap bahwa walaupun tujuan asli dari dibuatnya peraturan adalah untuk melindungi kepentingan umum, namun tujuan ini sebenarnya tidak dapat tercapai karena dalam prosesnya, pihak pelaksana peraturan tersebut cenderung untuk mengatur atau mendominasi para pembuat peraturan itu sendiri. Private Interest Theory Teori ini mengasumsikan bahwa peraturan menjadi sebuah eksistensi sebagai hasil dari tanggapan pemerintah terhadap permintaan public untuk memperbaiki segala bentuk ketidakefisiensian atau ketidaksamaan praktik yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi. Teori ini percaya bahwa terdapat pasar dengan regulasi yang sama yaitu kekuatan supply dan demand yang beroperasi dalam pasar modal. Dalam pasar politik ini, banyak terdapat bidder (penawar). Namun hanya satu kelompok yang akan berhasil, yaitu keompok dengan penawaran tertinggi. Biasanya, produsen merupakan kelompok dengan tawaran (bid) tertinggi sehingga mereka dapat menggunakan kewenangan pemerintah untuk mengambil manfaat sendiri. B. How Theories of Regulation Apply to Accounting and Auditing Practices 1. Application of Public Interest Theory Kasus Enron dimana pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk mengeluarkan Sarbanas-Oxley Act (SOX) pada tahun 2002 agar meminimalisir terulangnya kasus semacam Enron. Selain itu, pemerintah Australia juga melindungi kepentingan pubik dengan mendirikan Accounting Standard Review Board (ASRB) pada tahun 1984. 2. Application of Capture Theory Walker memberikan pendapatnya mengenai ASRB. Ia berpendapat bahwa terjadinya capture theory dalam proses pembuatan peraturan oleh ASRB. Ia menyimpulkan bahwa para profesi akuntan mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh ASRB. Hal ini terlihat karena ASRB mengadakan merger dengan AARF (Australian Accounting Research Foundation) dan setelah merger ini, 22 dari 23 standar yang dikeluarkan oleh ASRB datang dari profesi akuntan. Padahal, ASRB bebas menerima masukan standar dari sumber manapun. Menurut Walker, ASRB gagal dalam mendirikan fungsinya sebagai pembuat standar laporan keuangan yang netral dan tidak bias. 3. Application of Private Interest Theory Rahman memberikan komentar atas pendapat yang dikeluarkan oleh Walker. Rahmat berpendapat bahwa studi kasus yang dilakukan Walker kurang mendalam dan kurang luas karena pihak-pihak yang dapat mengintervensi keputusan ASRB tidak hanya datang dari profesi akuntan saja tetapi juga datang dari Ministerial Council Australia. Tugas Ministrial Council ini adalah menyetujui atau tidak menyetujui keputusan yang dibuat ASRB. Keputusan yang tidak disetujui adalah keputusan yang berisiko mebuat gejolak permasalahan politik. Selain itu, keputusan juga dapat dipengaruhi oleh National Companies and Securities Commission (NCSC) sekarang disebut Australian Securities and Investment Commission (ASIC). Rahman berpendapat bahwa bukan capture theory yang terjadi melainkan private interest theory. Rahman juga berpendapat bahwa Walker tidak memperhatikan siapa saja yang menduduki jabatan di dalam ASRB. Orang-orang yang menduduki posisi di ASRB sebagian besar adalah para corporate manager dan direktur perusahaanperusahaan yang akan sangat terpengaruhi atas keputusan yang dibuat ASRB. Menurut Rahman, memang para profesi akuntan terpengaruhi oleh standar yang dikeluarkan ASRB, tetapi yang terpengaruhi dalam kegiatan mereka adalah kegiatan dalam membuat laporan keuangan saja. Lain hal jika dibandingkan pengaruh yang di alami oleh para corporate manager dan direktur yang juga menduduki posisi di ASRB. Merekalah orang-orang yang harus dapat membuat perusahaan tetap memiliki performa baik di mata investor walaupun harus menghadapi standar laporan keuangan yang dikeluarkan ASRB. Maka ASRB sebenarnya membuat peraturan yang menguntungkan kepentingan pribadi para pejabat di ASRB. Standard Setting as a Political Process Proses pembuatan peraturan sering kali di pandang sebagai proses politik karena dampak yang dihasilkan cukup besar dan pihak-pihak yang terpengaruhi akan berusaha untuk turut campur dalam pembuatan peraturan itu. Menurut Watts dan Zimmerman, proses politik itu sebenarnya adalah pihak-pihak yang mengejar dan melindungi self-interest. Maka dalam membuat peraturan akuntansi yang tentu berdampak politik harus dapat melindungi kepentingan seluruh pihak terutama kepentingan pengguna laporan keuangan. Contoh dalam dunia nyata adalah joint project yang dilakukan oleh IASB dan FASB. Disini mereka sedang menentukan standar yang diberlakukan mengenai lease accounting. Karena banyak sekali perusahaan yang melakukan kontrak operating lease untuk menghindari penulisan debt di laporan keuangan mereka. Misal 90% perjanjian kontrak lease di Australia dilakukan dengan off-balance sheet atau operating lease. Bahkan di Amerika Serikat, pembayaran lease yang harus dilakukan oleh US-listed companies mencapai $1,4 Triliun dan semua ini off-balance sheet. Tentu saja ini sangat merugikan pengguna laporan keuangan karena mereka tidak mendapatkan gambaran yang sebenarnya mengenai perusahaan dimana mereka akan atau sudah berinvestasi. Contoh lain lagi adalah mengenai IAS 39 tentang Financial Instruments Recognition and Measurement di European Union (EU). Negara-negara di Eropa pada awalnya mengikuti standar GAAP masing-masing negara dalam metode pelaporan akuntansi. Tetapi sejak tahun 2002, mereka diharuskan untuk mengikuti IAS, minimal dalam pelaporan akun-akun konsolidasi. Perubahan ini sangat besar dan dramatis karena pada awalnya mereka menggunakan historical cost dalam pelaporan financial instrument dan menyatakan gain jika instrument tersebut dijual. Tetapi sekarang dengan IAS 39, mereka harus melaporkan unrealized gain and losses yaitu menyatakan gain dan loss sesuai naik atau turunnya harga pasar walaupun mereka tidak menjual instrument tersebut. Negara-negar di Eropa terutama Perancis dan Jerman tidak setuju karena mereka tidak familiar dengan metode ini. Selain itu menurut mereka, IAS 39 sangat merugikan karena pergerakan tahunan laporan keuangan mereka akan tidak stabil. Lalu perusahaan-perusahaan, professional associations, industry representative, mereka akan peraturan IAS 39. Hasilnya adalah negara-negara di Eropa harus mengikuti peraturan IASB termasuk IAS 39 tetapi dengan beberapa pengecualian yaitu mereka tidak harus menghitung dengan fair value dan peraturan lain tentang hedging. Maka dapat terlihat bahwa kegiatan politik ini pun sukses dalam merubah arah standar akuntansi yang diberlakukan. Contoh yang terakhir adalah tentang IAS 38 mengenai Intangible Assets. IAS 38 menggunakan sistem intangible assets yang sangat berbeda dengan yang diberlakukan di Australia. Misal di IAS 38, intangible asset yang dibuat secara internal dan dan Europian representative bodies seperti FEE dan EFRAG menyuarakan ketidaksetujuan intengable asset yang tidak memiliki active market tidak boleh di laporkan di laporan keuangan. Australian Accounting Standard Board (AASB) berupaya untuk merubah keputusan International Accounting Standard Board (IASB) agar Australia tidak perlu memberlakukan IAS 38 ini. Tetapi berbeda kasusnya dengan yang terjadi di Eropa, IASB menolak permintaan AASB dan tetap mengharuskan Australia mengikuti IAS 38. Bahkan pemerintah Australia juga memilih untuk tidak ikut campur dalam permasalahan IAS 38 sehingga dapat kita lihat bahwa IASB berupaya untuk terlihat sebagai badan yang independen dan tidak dipengaruhi oleh keadaan politik apapun. Ini memperlihatkan bahwa pengaruh dari corporate sector dalam penentuan standar akuntansi sudah hilang. C.The Regulatory Framework for Financial ReportingAda beberapa pihak yang berperan aktif dalam pelaporan keuangan, yaitu: pihak yang menyiapkan laporan keuangan (direktur perusahaan, eksekutif, dan manajer) dan auditor eksternal perusahaan. Aktifitas dari pihak-pihak tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dimana laporan keuangan tersebut bertempat, seperti legal, ekonomi, politik, dan sosial. Beberapa fitur lingkungan yang spesifik menghasilkan suatu kerangka regulasi untuk pelaporan keuangan. Beberapa elemen yang terdapat dalam kerangka regulasi tersebut adalah: statutory requirements (persyaratan hukum), corporate governance (tata kelola perusahaan), auditors and oversight (auditor dan pengawasan), dan independent enforcement bodies (badan pelaksana independen). Statutory Requirements Partisipan utama dalam memproduksi laporan keuangan adalah direktur perusahaan (beserta para eksekutif dan manajer) dan auditor independen. Banyak sekali motivasi bagi para manajer untuk secara sukarela menyediakan informasi keuangan yang akan diverifikasi secara independen melalui proses audit. Sekarang, yang ingin dijelaskan adalah peran dari persyaratan hukum sebagai suatu insentif bagi perusahaan untuk menyediakan laporan keuangan yang diaudit. Dalam beberapa negara, hukum mewajibkan direktur untuk menyediakan laporan keuangan yang diaudit. Dengan demikian, motivasi utama bagi direktur dan auditor adalah memenuhi persyaratan hukum tersebut. Di lain sisi, peraturan perusahaan mungkin akan mewajibkan persyaratan dasar yang berkaitan dengan laporan mana yang harus disiapkan, frekuensi penyiapan, dan informasi apa yang harus dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, di Australia, perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan informasi mengenai performa lingkungan mereka. Persyaratan mengenai laporan keuangan berasal dari standar akuntansi yang spesifik dan bagi beberapa jurisdiksi, standar tersebut memiliki kekuatan hukum. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan European Union (EU) yang terdaftar di bursa saham wajib mengikuti standard IASB dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Sementara di Australia, peraturan perusahaan mensyaratkan semua pihak untuk mengikuti standar akuntansi IASB. Peraturan perusahaan sebagai bagian dari sistem legal yang luas mungkin juga memiliki cara untuk memonitor kesesuaian dengan persyaratan hukum tersebut. Selain itu, sistem tersebut juga menyediakan sanksi dan penalti yang mendukung kesesuaian dengan peraturan perusahaan. Corporate Governance Davis memiliki pandangan yang luas mengenai tata kelola perusahaan dan menyatakan bahwa tata kelola perusahaan adalah sebuah struktur, proses, dan institusi di dalam dan sekitar organisasi yang mengalokasikan kekuatan dan kontrol sumber daya di antara para partisipan. Beberapa praktik tata kelola perusahaan berasal dari hukum yang mensyaratkan direktur untuk mengambil tindakan spesifik yang berkaitan dengan manajemen perusahaannya. Sebagai contoh, persyaratan untuk melakukan rapat dengan pemegang saham dan pengungkapan informasi penting mengenai perusahaan merupakan salah satu tata kelola perusahaan yang tergolong dasar namun sudah memiliki kekuatan hukum. Bagaimanapun juga, sebuah kerangka regulasi dapat berisi tambahan pedoman dan peraturan tata kelola perusahaan yang timbul dari rekomendasi sektor swasta yang diberikan secara sukarela dan peraturan yang terdaftar dalam bursa saham (stock exchange). Pedoman tata kelola perusahaan dapat menjadi arahan yang baik bagi direktur untuk mengadopsi mekanisme perusahaan yang tepat dan sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan. The International Federation of Accountants merupakan salah satu contoh pedoman dari kode tata kelola perusahaan yang diterbitkan di Ingggris. Persyaratan perusahaan berkaitan dengan laporan keuangan dapat dilaksanakan oleh bursa saham atau badan pemerintah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan persyaratan pelaporan keuangan. Sebagai contoh, di Inggris dan Amerika, bursa saham yang disegani merekomendasikan kesesuaian dengan kode tata kelola perusahaan dan mewajibkan perusahaan yang tidak sesuai untuk menyediakan penjelasan mengenai alasan mengapa tidak sesuai. Aturan ini dikenal dengan nama if not, why not. Auditors and Oversight Di banyak negara, auditor memiliki peranan dan fungsi yang penting dalam menyediakan kepastian mengenai kualitas laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Bentuk regulasi yang paling dasar dari profesi auditor adalah membatasi anggota hanya untuk orang-orang yang memiliki kualifikasi tertentu dan pengalaman serta membutuhkan pendaftaran untuk berlatih. Bentuk regulasi lainnya adalah dibutuhkannya komitmen dari para anggota profesional terhadap kode etik. Hampir semua bentuk dari regulasi tersebut merupakan self-imposed, karena seorang profesional setuju mengikuti keseluruhan peraturan untuk menjaga keistimewaan posisi dan melindungi hak mereka untuk melakukan praktik sebagai seorang profesional. Sebagai contoh, sektor swasta yang membuat peraturan sendiri (self-regulation) mengenai profesi akuntan merupakan bentuk awal pengawasan terhadap auditor. Badan profesional telah mengambil peranan untuk mengawasi profesi auditor secara serius dengan menggunakan sumber daya yang tersedia demi mengembangkan standard profesi dalam level nasional dan internasional. Banyak badan nasional yang mewakili para auditor untuk mengadopsi International Standard of Auditing (ISA) sebagai sebuah indikasi dari komitmen mereka untuk menyediakan jasa berkualitas tinggi dan mendemonstrasikan sikap yang tepat kepada semua anggota profesi. Lingkup tanggung jawab untuk pengawasan auditor melalui badan hukum menyediakan regulasi yang lebih independen dibandingkan dengan melakukan self-regulation. Pilihan melalui peraturan hukum dibandingkan self-regulation dapat mencerminkan perbedaan ekonomi atau politik dalam mengelola pasar modal.

Independent Enforcement Body Peran badan pelaksana independen dalam regulasi pelaporan keuangan adalah mendukung kesesuaian dengan regulasi yang mengatur mengenai pelaporan keuangan, yang terdapat dalam hukum dan standar akuntansi. Badan pelaksana independen merupakan perpanjangan dari pengajuan pengawasan yang merupakan bagian dasar dalam kerangka regulasi. Pendirian badan pelaksana independen berkaitan dengan adopsi IFRS tahun 2005. Seorang regulator pasar sekuritas merupakan bentuk pengawasan yang paling sering digunakan untuk mengawasi badan pelaksana independen, contohnya adalah Security Exchange Commission di Amerika Serikat. Badan pelaksana independen dapat memiliki kewajiban dan kekuatan yang luas berkaitan dengan regulasi pasar sekuritas, yang jauh melebihi dari pengawasan laporan keuangan. Meskipun demikian, badan tersebut dapat secara aktif melaksanakan persyaratan pelaporan keuangan yang terdapat dalam hukum dan standard akuntasi yang berlaku. D. The Institutional Structure for Setting Accounting & Auditing Standards Dalam diskusi mengenai kerangka peraturan pelaporan keuangan (regulatory framework for financial reporting), kita mengetahui bahwa syarat pelaporan keuangan pada dasarnya berasal dari undang-undang hukum dan standar akuntansi. Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai perkembangan dari badan pembuat standar internasional (international standard setting body) dan proses pembentukan standar akuntansi dan audit internasional (process of setting international accounting and auditing standards). Background Perkembangan awal standar akuntansi dimulai ketika dibentuknya International Accounting Standards Committee (IASC) di London pada tahun 1973. Komite ini berisikan perwakilan dari badan akuntansi profesional dari sembilan negara, yaitu Australia, Kanada, Prancis, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris-Irlandia, Amerika Serikat, dan Jerman Barat. Tujuan komite ini adalah untuk mengembangkan standar akuntansi sektor swasta yang cocok untuk digunkan di negara-negara seluruh dunia. Sebelum tahun 2005, International Accounting Standards (IAS) berpengaruh di banyak negara. Papua New Guinea dan Indonesia mengadopsi IAS karena negaranegara tersebut belum memiliki struktur pembuat standar nasional. IAS juga digunakan oleh Singapur dan Hongkong dalam pengembangan standar akuntasi nasional mereka. Selain itu, ternyata IAS juga telah digunakan sejak awal tahun 1990 oleh Switzerland dan Jerman. Perusahaan-perusahaan negara tersebut menggunakan IAS untuk menyediakan informasi tambahan kepada paserta pasar modal dalam bentuk yang lebih transparan dan dapat dibandingkan (comparable). Karena IASC dibentuk oleh negara-negara yang memiliki praktik akuntansi dan pendekatan standar akuntansi yang berbeda, maka pada awalnya IAS sering memperbolehkan pilihan kebijakan akuntansi untuk memasukkan preferensi dari berbagai negara anggota. Oleh karen itu, selama akhir tahun 1980, IASC mulai mengerjakan Improvement Project, yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas IAS dan menghilangkan banyak perlakukan opsional (optional treatments). Pada tahun 2001, IASC direstrukturisasi karena dianggap tidak independen, sehingga dibentuk International Accounting Standards Board (IASB). IASB ini merupakan badan pembuat standar yang independen dan strukturnya berdasarkan Financial Accounting Standards Board (FASB). IASB ini beranggotakan empat belas orang dengan jam kerja penuh (full time members), yang ahli dan berpengalaman dalam akuntansi profesional dan pembuatan standar. IASB memiliki kewajiban untuk terus memperbaharui IAS yang sudah ada dan membuat International Financial Reporting Standards (IFRS). Aktivitas yang dilakukan oleh IASB menjadi semakin penting dan terus meningkat, terutama dimulai sejak tahun 2002. Pada tahun tersebut, European Commission (EC) memutuskan untuk mengadopsi standar IASB pada tahun 2005. Oleh karena itu, EC mengumumkan kepada seluruh perusahaan publik di negara-negara anggota European Union (EU) untuk bersiap-siap menggunakan standar IASB. Hal ini menjadi sebuah perubahan fundamental dalam langkah mempromosikan pembuatan informasi keuangan yang lebih transparan dan dapat dibandingkan. Tujuan keputusan ini adalah menciptakan sebuah pasar modal terpadu di Eropa. Tentunya penerapan standar IASB ini tidak bisa secara instan, tetapi membutuhkan proses. Oleh karena itu, dalam menghadapi keputusan penerapan standar IASB ini, IASB dan negara-negara anggota EU melakukan berbagai aktivitas persiapan seperti : 1. IASB diminta untuk membuat standar yang stabil dan selesai pada tanggal 1 Maret 2004. Standar ini kemudian ditinjau ulang oleh Accounting Regulatory Committee (ARC) dari EC dan komite ini akan merekomendasikan standar tersebut kepada EC. 2. Setiap negara anggota EU harus menyiapkan diri untuk mengadopsi standar internasional dengan mempertimbangkan bagaimana IFRS akan diintegrasikan dengan standar pelaporan keuangan nasional masing-masing Negara. 3. Profesi akuntansi (baik auditor internal maupun eksternal) harus bersiap menghadapi adopsi dan penggunaan IFRS. Oleh karena itu, dilakukanlah pelatihan-pelatihan untuk mempelajari standar internasional tersebut. Perusahaan juga harus mempersiapkan para karyawannya untuk mengerti standar internasional tersebut dan perusahaan juga harus menyampaikanninformasi kepada para investor mengenai dampak dari adopsi IFRS kepada laporan keuangan mereka.The IASB & FASB Convergence Program Pada tahun 2002, dibentuk program konvergensi IASB/FASB yang dinamakan dinamakan Norwalk Agreement. Program konvergensi tersebut mengharuskan FASB dan IASB untuk mengidentifikasi perbedaan antara masing-masing standar, untuk meninjau solusi yang tersedia dan untuk mengadopsi perlakuan yang lebih baik. Dalam praktiknya, proses konvergensi ini sangat rumit. Beberapa perbedaan muncul karena perbedaan dasar antara kedua standar. US GAAP dikenal sebagai standar yang berdasarkan aturan (rule-based standards), sedangkan IAS merupakan standar yang berdasarkan prinsip (principle-based standards). Di Indonesia, konvergensi antara PSAK dan IAS/IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi konvergensi IFRS 2012 yang dilakukan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesai (DSAK IAI) adalah gradual (bertahap) dengan melakukan evaluasi terhadap dampak (impact) dan melakukan peningkatan dalam penerapan konvergensi (improve). Accounting Standards for Public SectorTelah dinyatakan sebelumnya bahwa IASB menetapkan standar untuk sektor swasta. Standar yang berbeda-beda mungkin saja diterapkan di sektor pemerintahan karena organisasi pemerintahan memiliki tujuan dan pemangku kepentingan yang berbeda dibandingkan dengan perusahaan swasta. Di Indonesia, sektor pemerintahan menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan. Namun, penerapannya masih sangat lemah. Mengutip perkataan Bapak Deddi Nordiawan, dosen Akuntansi Pemerintahan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, sektor pemerintahaan masih belum menganggap akuntansi sebagai alat pengambilan keputusan pemerintahaan. Hal ini terbukti dengan tidak dipermasalahkannya laporan keuangan pemda-pemda di Indonesia, yang diberikan opini tidak wajar terkait karena tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. International Auditing Standards Pada awal sejarahnya, audit merupakan self-regulated, artinya tidak ada standar internasional yang baku untuk digunakan. Pada abad ke -19, Companies Act terjadi di Inggris dan mengharuskan audit dilakukan. Di Amerika Serikat, American Institute of Accountants menetapkan standar audit untuk pertama kalinya pada tahun 1939. Sejak terjadinya kasus Enron dan Worldcom, dibuatlah sebuah aturan yang disebut Sarbanes-Oxley Act (2002). Sejak saat itu, peninjauan kepada kantor audit di Amerika Serikat dilakukan oleh badan pemerintah yang disebut Public Company Accounting and Oversight Board (PCAOB). PCAOB juga bertanggung jawab dalam menetapkan standar audit untuk perusahaan publik. International Standards on Audit (ISA) dikembangkan oleh International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB). IAASB beroperasi dibawah International Federation of Accountant (IFAC). IFAC kemudian membentuk Public Interest Oversight Board (PIOB) pada tahun 2005 dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan pada standar yang diterbitkan oleh IAASB dan IFAC.