teori disorganisasi sosial dalam sosiologi permasalahan sosial

13
Sosiologi, Universitas Negeri Jakarta Umar Baihaqki, M.Si 2010

Upload: umarb

Post on 18-Jun-2015

3.498 views

Category:

Documents


73 download

DESCRIPTION

sosiologi, fungsional, disorganisasi sosial

TRANSCRIPT

Sosiologi, Universitas Negeri JakartaUmar Baihaqki, M.Si

2010

Materi ini merupakan hasil saduran dari sumber bacaan utama, yaitu:

Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008 :Bab 2 Perspektif Berdasarkan Teori Struktural Fungsional, Halaman 83 - 92

Seluruh pengutipan dari materi presentasi ini harap mengacu pada sumber utama tersebut

Perspektif ini menggunakan analogi masyarakat atau sistem sosial sebagai human organism

Perspektif ini melihat organisme sebagai struktur dan fungsi yang terorganisir (organized) atau yang tidak teratur (disorganized) atau terintegrasi (integrated) dan disintegrasi (disintegrated).

Menurut teori ini, perubahan sosial terjadi karena ada pergeseran social rule dan social value(Soetomo, 2008: 83)

Julian (dalam Soetomo, 2008: 83) Masyarakat menjadi teratur disamping

karena keserasian hubungan antar bagian juga didukung oleh seperangkat pengharapan / tujuan dan seperangkat aturan

Dalam sebuah struktur sosial, terkandung unsur nilai, status, posisi dan institusi.

Elliot & Merril : Bila mana pola tingkah laku dan

kepercayaan yang baru belum terbentuk sedang pola lama sudah ditinggalkan, maka hubungan antar kelompok akan mengalami ketegangan. Apabila prosesnya sudah sampai pada pertentangan dalam hubungan antarkelompok , maka terjadilah gejala disorganisasi sosial (Soetomo, 2008: 85).

Shanon (1991): dalam Soetomo, 2008: 89 Disorganisasi sosial disebabkan oleh proses

industrialisasi dan urbanisasi yang terjadi pada masyarakat perkotaan.

Sebagai konsekuensinya, muncul nilai-nilai baru dalam organisasi sosial, kebudayaan dan relasi sosial, dimana masyarakat tidak selalu berhasil melakukan penyesuaian terhadapnya.

Kondisi ini mengakibatkan berbagai masalah sosial baik pada level individu., kelompok maupun masyarakat.

Sumber: Shanon, 1991:67;, dalam Soetomo (2008, 90)

Ada tiga tipe disorganisasi sosial yang dakibatkan oleh pembangkangan atas norma atau aturan sosial (social rules), yaitu: (Soetomo, 2008: 86)

NormlessnessKetiadaan norma sebagai acuan bertindak karena norma lama dianggap tidak relevan, sementara norma yang baru belum ada.

Culture conflictada beberapa norma atau aturan untuk bertindak tetapi saling bertentangan .

BreakdownSuatu kondisi dimana pelanggaran aturan dianggap sebagai satu hal yang biasa, bahkan mengikuti aturan dianggap justru menghambat

Masyarakat atau kelompok yang tidak terorganisir mengakibatkan individu didalamnya berada dalam situasi yang tidak pasti.

Evaluasi atas kebiasaan dengan kenyataan sosial menimbulkan ketidakpastian nilai, yang melemahkan kontrol sosial. Pada kondisi ini, individu berpeluang untuk melakukan penyimpangan, atau terombang-ambing diantara berbagai nilai dan peran yang saling bertentangan. (Soetomo, 2008: 91)

Disorganisasi sosial merupakan keniscayaan zaman sebagai bagian dari proses terbentuknya spesialisasi-spesialisasi baru dalam masyarakat.

Oleh karena itu, penyelesaian masalah dilakukan dengan reestablishment of consensus melalui kompromi, atau dengan kekuasaan.

Sumber: Soetomo, 2008: 92

Aturan sosial merupakan suatu kesepakatan yang melekat dalam masyarakat.

Aturan sosial lah yang menentukan atau memberitahukan kepada individu mengenai perilaku yang dianggap normal untuk setiap kategori perilaku yang spesifik.

Contoh : aturan sosiallah yang memberikan petunjuk kepada laki-laki bagaimana berperilaku sebagai pria dan kepada perempuan bagaimana berperilaku layaknya wanita.

Nilai didefinisikan sebagai kriteria internal untuk evaluasi. Wujudnya bisa tertulis, bisa juga tidak tertulis atau disebut dengan konvensi (convention)

Ada dua kategori nilai: Nilai individual: sesuatu yang kita hargai. Nilai sosial: prinsip etika yang melekat pada

kelompok dimana individu berasosiasi, yang menentukan atau memodifikasi hasrat dan keinginan individu tersebut.

Social value : our desire modified acording to ethical principle or acording to the group we associate with: friends, family, or co-workers,