teori pengembangan wilayah
TRANSCRIPT
TEORI-TEORI PENGEMBANGAN WILAYAH :
Secara garis besar, teori perkembangan wilayah di bagi atas 4 (empat) kelompok
yaitu: Kelompok pertama adalah teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran
wilayah (local prosperity). Kelompok kedua menekankan pada sumberdaya
lingkungan dan faktor alam yang dinilai sangat mempengaruhi keberlanjutan sistem
kegiatan produksi di suatu daerah (sustainable production activity). Kelompok ini
sering disebut sebagai sangat perduli dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Kelompok ketiga memberikan perhatian kepada kelembagaan dan
proses pengambilan keputusan di tingkat lokal sehingga kajian terfokus kepada
governance yang bisa bertanggung jawab (resposnsible) dan berkinerja bagus (good).
Kelompok keempat perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang tinggal
di suatu lokasi (people prosperity).
1. Teori Keynes
Dalam aliran Keynes mengemukakan bahwa karena upah bergerak lamban,
sistem kapitalisme tidak akan secara otomatis menuju keseimbangan penggunaan tenaga
secara penuh (full employment equilibrium). Akibat yang ditimbulkan adalah justru
sebaliknya, equilibrium deemployment yang dapat diperbaiki melalui kebijakan fiskal
atau moneter untuk meningkatkan permintaaan agregat.
2. Teori Neoklasik
Salah satu teori pengembangan wilayah dan kota menyatakan bahwa salah satu
pertumbuhan ekonomi adalah satu proses yang gradual di mana pada satu saat kegiatan
manusia semuanya akan terakumulasi.
Dalam teori ini terdapat pernyataan sebagai berikut :
a. Pemenuhan pekerjaan yang terus menerus tidak dapat diterapkan pada sistem multi-
regional dimana persoalan regional timbul disebabkan karena perbedaan-perbedaan
geografis dalam hal tingkat penggunaan sumber daya.
b. Persaingan sempurna tidak dapat diberlakukan pada perekonomian regional dan
spasial.
c. Tingkat pertumbuhan terdiri dari 3 sumber: akumulasi modal, penawaran tenaga
kerja dan kemajuan teknologi.
d. Implikasi dari persaingan sempurna adalah modal dan tenaga kerja akan berpindah
apabila balas jasa faktor-faktor tersebut berbeda-beda.
e. Modal akan bergerak dari daerah yang mempunyai tingkat biaya tinggi ke daerah
yang mempunyai tingkat biaya rendah, karena keadaan yang terakhir memberikan
suatu penghasilan yang lebih tinggi.
f. Tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan akan pindah ke daerah lain yang
mempunyai lapangan kerja baru pendorong untuk pembangunan di daerah tersebut.
g. Dalam perkembangan ekonomi jangka panjang senantiasa akan muncul kekuatan
tandingan yang dapat menanggulangi ketidakseimbangan dan mengembalikan
penyimpangan kepada keseimbangan yang stabil sehingga tidak diperlukan
intervensi kebijakan secara aktif.
3. Teori “inter” dan “intra” wilayah oleh Mirdal (Era tahun 1950)
Dalam teori ini terdapat Pengertian ”backwash effects” dan ”spread effects”
Backwash effects contohnya adalah makin bertambahnya permintaan masyarakat suatu
wilayah kaya atas hasil-hasil dari masyarakat miskin berupa bahan makanan pokok
seperti beras yang sumbernya dari pertanian masyarakat wilayah miskin. Sementara
Spread effects contohnya adalah makin berkurangnya kualitas pertanian masyarakat
miskin akibat dampak negatif dari polusi yang disebabkan oleh masyarakat wilayah
kaya.
4. Teori Trickle down Effect (Hirschman) EraTahun 1950
Trickle down effects adalah perkembangnan meluasnya pembagian pendapatan.
Teori “trickle down effects” dari pola pembangunan yang diterapkan di wilayah miskin
di negara berkembang dirasa tidak berhasil memecahkan masalah pengangguran,
kemiskinan dan pembagian pendapatan yang tidak merata, baik di dalam negara
berkembang masing maupun antara negara maju dengan negara berkembang. Misalnya
yang terjadi antara negara Indonesia (dalam hal ini dikategorikan wilayah miskin) dan
negara Jepang (wilayah kaya). Indonesia merupakan salah satu pemasok bahan baku
untuk Jepang, sementara kenyataan yang terjadi Jepang semakin kaya dan Indonesia
semakin miskin. Maksudnya, tingkat kemiskinan di Indonesia lebih tinggi daripada
tingkat kemiskinan di Jepang.
5. Teori Tempat Sentral oleh Walter Christaller tahun 1933
Pada tahun 1933, Walter Christaller memusatkan perhatianya terhadap
penyebaran pemukiman, desa dan kota-kota yang berbeda-beda ukuran luasnya.
Penyebaran tersebut kadang-kadang bergerombol atau berkelompok dan kadang-kadang
terpisah jauh satu sama lain. Atas dasar lokasi dan pola penyebaran pemukiman dalam
ruang ia mengemukakan teori yang disebut Teori Tempat Yang Sentral (Central Place
Theory) (Nursid Sumaatmadja, 1981).
Model ini dikembangkan untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Wilayahnya adalah daratan, semua adalah datar dan sama.
b. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah
c. Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh
wilayah.
d. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimalisasi jarak/biaya.
- Penerapan model ini sangat simple karena karakteristik, tingakt pendapatan
(daya beli) masyarakat hamper sama.
6. Teori Von Thunen
Membahas tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar
perbedaan sewa tanah (pertimbangan ekonomi). Asumsi-asumsi dalam model Von
Thunen:
a. Wilayah analisis bersifat terisolir sehingga tidak terdapat pengaruh pasar dari kota
lain.
b. Tipe pemukiman adalah padat di pusat wilayah (pusat pasar) dan makin berkurang
kepadatannya apabila menjauhi pusat wilayah.
c. Seluruh fasilitas model memiliki iklim, tanah dan topografi yang seragam.
d. Fasilitas pengangkutan adalah primitif (sesuai pada zamannya) dan relatif seragam.
e. Ongkos ditentukan oleh berat barang yang dibawa kecuali perbedaan jarak ke pasar,
semua faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan tanah adalah seragam dan
konstan.
7. Teori lokasi biaya minimum oleh Max Weber tahun 1929
Teori ini menganalisis lokasi kegiatan industri. Asumsi-asumsi yang digunakan
Weber:
a. Unit telaahan adalah suatu wilayah terisolasi, iklim yang homogen, konsumen
terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah persaingan sempurna.
b. Beberapa sumber daya alam seperti air, pasir dan batu bara tersedia dimana-mana
dalam jumlah yang memadai.
c. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara sporadis
dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas.
d. Tenaga kerja tidak tersebar merata tapi berkelompok pada beberapa lokasi dan
dengan mobilitas yang terbatas.
8. Teori lokasi pendekatan pasar (Losch)
Teori ini melihat persoalan dan sisi permintaan (pasar). Lokasi penjual sangat
berpengaruh terhadap jumlah konsumen. Makin jauh dari pasar, konsumen enggan
karena biaya transportasi tinggi.
9. Teori polarization effect dan Trickle down effect (Hirchmant)
Dalam teori ini berpandapat bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi
secara bersamaan. Dalam teori ini terdapat system polarisasi perkembangan suatu
wilayah yang kemudian akan memberikan efek ke wilayah lainnya, atau dengan kata
lain, suatu wilayah yang berkembang akan membuat wilayah di sekitarnya akan ikut
berkembang.
10. Teori pusat pertumbuhan (Friedman)
Teori ini lebih menekankan pada pembentukan hirarki guna mempermudah
pengembangan system pembangunan dengan asumsi bahwa dengan adanya pusat
pertumbuhan akan lebih memudahkan dan pembangunan akan lebih terencana.
11. Teori dari Ir. Sutami tahun 1970
Beliau berpendapat bahwa pembangunan infrastruktur yang intensif untuk
mendukung pemanfaatan potensi sumber daya alam akan mampu mempercepat
pengembangan wilayah. Era transisi meberikan kontribusi lahirnya konsep hirarki kota-
kota dan dan hirarki prasarana jalan melalui orde kota.
Perkembangan wilayah tergantung dari sumber daya alam yang terdapat di
daerah tersebut, karena pada umumnya wilayah dengan pusat industri akan manarik
masyarakat untuk dating karena potensi lapangan pekerjaan terbuka luas. Contohnya
adalah adanya pembangunan infrastruktur industri pertambangan nikel (PT. Inco) di
sorowako membuat daerah sorowako yang dulunya terpencil berubah menjadi kota
industri (kota yang tercipta karena adanya industri) contoh lainnya adalah Kabupaten
Asiki (papua) berkembang karena adanya industri tripleks di daerah tersebut (PT.
Korindo)
12. Teori Kutub Pertumbuhan oleh Perroux tahun 1955
Teori ini dikemukakan oleh Perroux pada tahun 1955, atas dasar pengamatan
terhadap proses pembangunan. Perroux mengakui kenyataan bahwa pembangunan tidak
terjadi dimana-mana secara serentak, tetapi muncul ditempat-tempat tertentu dengan
intensitas yang berbeda. Tempat-tampat itulah yang dinamakan titik-titik dan kutub-
kutub pertumbuhan. Dari titik-titik dan kutub-kutub pertumbuhan itulah pembangunan
akan menyebar melalui berbagai saluran dan mempunyai akibat akhir yang berlainan
pada perekonomian secara keseluruhan.
(Sumber: http://agusfasis.blogspot.com/2010/11/teori-pengembangan-wilayah.html )
Salah satu dimensi perencanaan regional dalam bidang perkotaan ialah
bagaimana menggerakkan pertumbuhan kota-kota kecil agar dapat mencapai
pertumbuhan spontan yang mampu menyangga sendiri pembangunan kota-kota kecil
(spontaneous self-sustained growth). Dengan demikian pembangunan agropolis-
agropolis itu diusahakan tersusun dalam suatu jaringan kota secara regional yang
disertai dengan pembangunan dan perbaikan fasilitas perhubungan antar kawasan
agropolitan ke kota-kota besar. Menetapkan kota agropolis menjadi pusat jasa-jasa
pelayanan tertentu dan kegiatan-kegiatan lainnya yang membutuhkan tenaga kerja yang
lebih besar dari pada yang terdapat dalam suatu kawasan (Fu Chen Lo, 1976).
Menurut Bintoro (2002), pengembangan wilayah tidak luput dari kesenjangan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Sosial ekonomi rumha tangga atau masyarakat, khususnya kesenjangan pendapatan
antara rumah tangga diperkotaan dan perdesaan
b. Struktur kegiatan ekonomi sektoral yang menjadi dasar kegiatan poduksi rumah
tangga atau masyarakat, khususnya pada sektor-sektor ekonomi yang menjadi basis
ekspor dengan orientasi pasar dalam negeri (domestik)
c. Potensi regional (SDA, SDM, dana lingkungan dan infrastuktur yang
mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi. Pada daerah-daerah yang
beruntung memiliki sumber daya berbasis ekspor, maka daerah-daerah ini secara
relatif lebih makmur dibandingkan dengan daerah-daerah yang tidak memiliki
sumberdaya yang dapat dipasarkan keluar
d. Kondisi kelembagaan yang membentuk jaringan kerja produksi dan pemasaran
pada skala lokal, regional, dan global. Adanya kerangka kelembagaan yang kokoh
akan sangat mempengaruhi posisi tawar menawar dengn pihak pemasok maupun
pihak pembeli.
Dengan ditetapkannya UU No.22/1999 dan UU No.25/1999, paradigma
pembangunan daerah berubah menjadi paradigma daerah membangun yang didekati
dengan prinsip: (i) pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung
jawab; (ii) asas keseimbangan pertumbuhan antar daerah serta antar desa dan kota; (iii)
pemberdayaan masyarakat; serta (iv) pendayagunaan potensi sumber daya alam dengan
berpegang pada kelestarian lingkungan hidup. Lebih jauh diungkapkan bahwa
pemberian otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dari pemerintah pusat ke daerah
dimaksudkan untuk mempercepat pembangunan daerah agar dapat tercipta, antara lain:
(i) peningkatan pelayanan dan kesejahteraan seluruh masyarakat di daerah; (ii)
berkembangnya kehidupan yang demokratis yang disertai dengan peningkatan peran
serta masyarakat dalam perencanaan pembangunan di daerah; serta (iii) terpeliharanya
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antardaerah dalam rangka menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Bambang Bintoro Soedjito, 2002: 1-
2).
Dengan ditetapkannya UU No.22/1999 dan UU No.25/1999 yang ditindaklanjuti
dengan diundangkannya UU No.25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propenas) Tahun 2000-2004; mengisyaratkan adanya 4 (empat) pilar yang mendukung
pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu: (i) kapasitas aparat daerah;
(ii) kapasitas kelembagaan daerah; (iii) kapasitas keuangan daerah, dan (iv) kapasitas
lembaga nonpemerintah di daerah. Dari keempat pilar tersebut yang menjadi bahan
perdebatan adalah mengenai keuangan daerah, khususnya menyangkut jaminan dan
ketersediaan pendanaan yang memadahi bagi pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah
daerah (Bambang Bintoro Soedjito, 2002: 1).
TEORI PENGEMBANGAN WILAYAH MENURUT W.ROSTOW
Teori 5 Tahapan Pembangunan Menurut W. W Rostow
A. Latar Belakang
W. W Rostow adalah seorang ahli ekonomi ,Teori ini berawal dari artikel Rostow
yang dimuat dalam economics journal maret 1956. Dan kemudian dikembangkan lebih
lanjut dalam bukunya. Teori rostow ini dikelompokkan kedalam model jenjang linier
(linier stages moder).
W.W. Rostow merupakan seorang ekonom Amerika Serikat yang menjadi Bapak
Teori Pembangunan dan Pertumbuhan. Teorinya mempengaruhi model pembangunan di
hampir semua Dunia Ketiga. Pikiran Rostow pada dasarnya dikembangkan dalam
konteks perang dingin serta membendung pengaruh sosialisme. Itulah makanya, pikiran
Rostow pertama dituangkan dalam makalah yang secara jelas sebagai manifesto non-
komunis. Dalam tulisan yang berjudul The Stages of Economic Growth: A Non-
Communist Manifesto, Rostow membentangkan pandangannya tentang modernisasi
yang dianggapnya sebagai cara untuk membendung semangat sosialisme.
Menurut Rostow proses pembangunan ekonomi bisa dibedakan kedalam lima tahap.
Lima tahap tersebut adalah karakteristik perubahan keadaan ekonomi, social dan politik
yang terjadi.
B. Pembahasan
Menurut Rostow pembangunan ekonomi atau proses tranformasi suatu
masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan proses yang
multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan berarti hanya perubahan struktur
ekonomi suatu Negara tetapi juga ditunjukan oleh peranan sector pertanian dan peranan
sector industry . menurut rostow pembangunan ekonomi berarti pula sebagai suatu
proses yang menyebabkan antara lain :
1. Perubahan orientasi organisasi ekonomi , politik , dan social yang pada mulanya
berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi keluar.
2. Perubahan pandangan masyarakat menganai jumlah anak dalam keluarga yaitu dari
menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil.
3. Perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat, dari melakuakn investasi yang tidak
produktif (menumpuk emas , membeli rumah dan sebagainya) menjadi investasi yang
produktif.
4. Perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi , merangsang pembangunan
ekonomi ( misalnya penghargaan terhadap waktu , penghargaan terhadap prestasi
perorangan)
Proses pembangunan ekonomi menurut W.W Rostow bisa dibedakan dalam 5 tahap,
yaitu :
a. Masyarakat tradisional
Sistem ekonomi yang mendominasi masyarakat tradisional adalah pertanian, dengan
cara-cara bertani yang tradisional. Produktivitas kerja manusia lebih rendah bila
dibandingkan dengan tahapan pertumbuhan berikutnya. Masyarakat ini dicirikan oleh
struktur hirarkis sehingga mobilitas sosial dan vertikal rendah. Pada masyarakat
tradisional ilmu pengetahuan belum begitu banyak dikuasai , karena masyarakat pada
saat itu, masih mempercayai kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan diluar
kekuasaan menusia atau hal gaib . manusia yang percaya akan hal demikian, tunduk
kepada alam dan belum bias menguasai alam akibatnya produksi sangat terbatas
masyarakat tradisioanal itu cenderung bersifat statis (kemajuan berjalan sangat lamban)
produksi dipakai untuk konsumsi sendiri, tidak ada di investasi. Generasi ke generasi
tidak ada perkembangan , dalam hal ini yaitu antara orangtua dan anaknya, memilki
pekerjaan yang sama dan keduduakn yang sederajat .
Ciri-ciri tahap masyarakat tradisional adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Produksi terbatas, cara produksi masih primitif, dan tingkat produktifitas
masyarakat rendah.
2. Struktur sosial bersifat hierarkis, yaitu kedudukan masyarakat tidak berbeda dengan
nenek moyang mereka.
3. Kegiatan politik dan pemerintahan di daerah-daerah berada di tangan tuan tanah.
Contoh : Suku Baduy di Jawa Barat.
Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat
adat Sunda di wilayahKabupaten Lebak, Banten. Sebutan "Baduy" merupakan sebutan
yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari
sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan
kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah
(nomaden). Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten.
Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa
Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah.
Orang Kanekes 'dalam' tidak mengenal budaya tulis. Menurut kepercayaan yang mereka
anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa
atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan
Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan
keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik
(mandita) untuk menjaga harmoni dunia.
b. Pra-kondisi tinggal landas
Selama tahapan ini, tingkat investasi menjadi lebih tinggi dan hal itu memulai
sebuah pembangunan yang dinamis. Model perkembangan ini merupakan hasil revolusi
industri. Konsekuensi perubahan ini, yang mencakup juga pada perkembangan
pertanian, yaitu tekanan kerja pada sektor-sektor primer berlebihan. Sebuah prasyarat
untuk pra-kondisi tinggal landas adalah revolusi industri yang berlangsung dalam satu
abad terakhir.
Pembangunan ekonomi menurut Rostow sadalah suatu proses yang
menyebabkan perubahan karekteristik penting suatu masyarakat, misalnya perubahan
keadaan sistem politik, struktur social, system nilai dalam masyarakat dan struktur
ekonominya. Jika perubahan seperti itu terjadi, maka pertumbuhan ekonomi dapat
dikatakan sudah terjadi. Suatu masyarakat yang sudah mencapai proses pertumbuhan
yang demikian sifatnya, dimana pertumbuhan ekonomi sudah sering terjadi, boleh
dianggap sudah berada pada tahap prasyarat tinggal landas.
Tahap prasyarat tinggal landas ini didefinisikan Rostow sebagai suatu masa
transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas
kekuatan sendiri (self-sustainable growth). Menurut Rostow, pada tahap ini dan
sesudhnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis.
Tahap prasyarat tinggal landas ini mempunyai 2 corak. Pertama adalah tahap
prasyarat lepas landas yang dialami oleh Negara Eropa, Asia, Timur tengah, dan Afrika,
dimana tahap ini dicapai dengan perombakann masyarakat tradisional yang sudah lama
ada. Corak yang kedua adalah tahap prasyarat tinggal landas yang dicapai oleh Negara-
negara Born free (menurut Rostow) seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dimana
Negara-negara tersebut mencapai tahap tinggal landas tanpa harus merombak system
masyarakat yang tradisional. Hal ini disebabkan oleh sifat dari masyarakat Negara-
negara tersebut terdiri dari imigran yang telah mempunyai sifit-sifat yang dibutuhkan
oleh suatu masyarakat untuk tahap prasyarat tinggal landas.
Seperti telah diungkapkan dimuka, Rostow sangat menekankan perlunya
perubahan-perubahan yang multidimensional, karena ia tak yakin akan kebenaran
pandangan yang menyatakan bahwa pembangunan akan dapat dengan mudah dicipkatan
hanya jika jumlah tabungan ditingkatkan. Menurut pendapat tersebut tingkat tabungan
yang tinggi akan mengakibatkan tingkat investasi tinggi pula sehingga mempercepat
pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional. Namun
menurut Rostow pertumbuhan ekonomi hanya akan tercapai jika diikuti oleh perubahan-
perubahan lain dalam masyarakat. Perubahan-perubahan itulah yang akan
memungkinkan terjadinya kenaikan tabungan dan penggunaan tabungan itu sebaik-
baiknya.
Perubahan-perubahan yang dimaksud Rostow misalnya kemampuan masyarakat
untuk menggunakan ilmu pengetahuan modern dan membuat penemuan-penemuan baru
yang bisa menurunkan biaya produksi. Disamping itu harus ada pula orang-orang yang
menggunakan penemuan baru tersebut untuk memodernisir cara produksi dan harus
didukung pula dengan adanya sekelompok masuyarakat yang menciptakan tabungan
dan meminjamkannya kepada wiraswasta, yang inovativ untuk meningkatkan porduksi
dan menaikkan produktivitas. Singkatnya, kenaikan investasi yang akan menciptakan
pembangunan ekonomi yang lebih cepat dari sebelumnya bukan semata-mata
tergantung pada kenaikkan tingkat tabungan, tetapi juga kepada perubahan radikal
dalamsikap masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, perubahan teknik produksi,
pengambilan resiko dan sebagainya.
Selain hal-hal diatas, Rostow menekankan pula kenaikan tingkat investasi hanya
mungkin terjadi jika terjsdi perubahan dalam struktur ekonomi. Kemajuan disektor
pertanian, pertambangan dan prasarana harus terjadi semata-mata dengan proses
peningkatan investasi. Pembangunan ekonomi hanya dimungkinkan oleh adanya
kenaikan produktivitas di sector pertanian dan perkembangan di sector pertambangan.
Menurut Rostow, kemajuan sector pertanian mempunyai peranan penting dalam
masa peralihan sebelum mencapai tahap tinggal landas. Peranan sector pertanian
tersebut antara lain, pertama, kemajuan pertanian menjamin penyediaan bahan makanan
bagi penduduk di pedesaan maupun diperkotaan. Hal ini menjamin penduduk agar tidak
kelaparan dan menghemat devisa kerena import bahan makanan dapat dihindari. Kedua,
kenaikan produktivitas di sector pertanian akan memperluas pasar dari berbagai
kegiatan industri. Kenaikan pendapatan petani akan memperluas pasar industri barng-
barang konsumsi, kenaikan produktivitas pertanian akan memperluas pasar industri-
industri penghasil input pertanian modern seperti mesin-mesin pertanian dan pupuk
kimia, kenaikan pendapatan disektor pertanian akan menciptakan tabungan yang bias
digunakan sector lain (terutama industri) sehingga bias meningkatkan investasi di
sector-sektor lain tersebut.
Biasanya kondisi pada saat ini terjadi karena adanya campur tangan dari luar,
dari masyarakat yang lebih sudah maju. Masyarakat didalmnya tidak mampu untuk
mengubah dirinya sendiri, atau bukan karena factor internal dari masyarakat itu sendiri.
Dikarenakan adanya goncangan campur tangan dari luar maka timbullah berkembang
ide pembaharuan.
Contoh :
Seperti yang terjadi di jepang ,dengan di bukanya masyarakat ini pada saat itu
terjadi nya peningkatan tabungan masyarakat ,kemudian tabungan itu dipakai untuk
melakukan investasi pada sector-sektor produktif yang menguntungkan,misalnya
pendidikan ,investasi yang dilakukan baik perorangan maupun oleh Negara , maka
terbentuklah Negara tradisional yang sentralistis . Singkatnya, usaha dalam
meningkatkan produksi mulai bergerak pada saat itu.
c. Tinggal landas (Lepas Landas)
Tahapan ini dicirikan dengan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Karakteristik
utama dari pertumbuhan ekonomi ini adalah pertumbuhan dari dalam yang
berkelanjutan yang tidak membutuhkan dorongan dari luar. Seperti, industri tekstil di
Inggris, beberapa industri dapat mendukung pembangunan. Secara umum “tinggal
landas” terjadi dalam dua atau tiga dekade terakhir. Misalnya, di Inggris telah
berlangsung sejak pertengahan abad ke-17 atau di Jerman pada akhir abad ke-17.
Pada tahap ini telah tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi
pertumbuhan ekonomi, serta tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5%
menjadi 10 % dari pendapatan nasional atau lebih. Industry-industripun mulai
berkembang dengan sangat pesat keuntungan nya sebagian besar ditanamkan ke
industry yang baru. Dan sector modern dalam perekonomian pun berkembang.
Pada tahap tinggal landas, pertumbuhan ekonomi selalu terjadi. Pada awal tahap
ini terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat seperti seperti revolusi politik,
terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar baru.
Sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut secara teratur akan tercipta inovasi-
inovasi dan peningkatan investasi. Investasi yang semakin tinggi ini akan mempercepat
laju pertumbuhan pendapatan nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.
Denga demikian tingjat pendapatan perkapita semakin besar.
Untuk mengetahui apakah sesuatu negara sudah mencapai tahap tinggal landas
atau belum, Rostow mengemukakan tiga ciri dari masa tinggal landas yaitu:
1. Berlakunya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari 5 persen atau
kurang menjadi 10 persen dari Produk Nasional Netto atau NNP.
2. Berlakunya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat laju
perkembangan yang tinggi.
3. Adanya atau segera terciptanya suatu rangka dasar politik, sosial, dan kelembagaan
yang bisa menciptakan perkembangan sektor modern dan eksternalitas ekonomi yang
bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi terus terjadi.
Contohnya :
Teknik-teknik pertanian yang mulai tumbuh dan berkembang. Pertanian menjadi
usaha kormesial untuk mencari keuntungan bukan sekedar konsumsi sendiri. Karena
peningkatan dalam produkfitas pertanian merupakan sesuatu yang penting dalam proses
lepas landas, sebab proses modernisasi membutuhkan hasil pertanian yang banyak
supaya proses perubahan dapat dijangkau. Teknik penanaman jamur yang telah
dikembangkan oleh ahli-ahli dalam bidang pertanian, agar produksi jamur lebih
diminati dan lebih memiliki pasar yang luas,
Budidaya jamur tiram putih yaitu, proses pengomposan, proses pembungkusan,
proses sterilisasi, teknik penanama bibit (inokulasi), pemeliharaan dan
inkubasi,pembukaan polibek, pemanenan jamur. Budidaya jamur yang dapat dimakan
(edible mushroom) merupakan salah satu cara mengatasi kekurangan pangan dan gizi
serta menganekaragamkan pola komsumsi pangan rakyat. Dari analisa menunjukkan
bahwa kandungan mineral jamur lebih tinggi daripada gading sapi dan domba, bahkan
hampir dua kali lipat jumlah garam mineral dalam sayuran. Jumlah proteinnya dua kali
lipat protein asparagus, kol, kentang dan empat kali lipat daripada tomat dan wortel
serta enam kali lipat dari jeruk. Selain itu jamur juga mengandung zat besi, tembaga,
kalium dan kapur, kaya vitamin B dan D, sejumlah enzim tripsin yang berperan sangat
penting pada proses pencernaan, kalor dan kolesterolnya rendah.
d. Menuju Kedewasaan
Setelah lepas landas akan terjadi proses kemajuan yang terus bergerak ke depan,
meskipun kadang-kadang terjadi pasang surut. Pendapatan asional selalu di investasikan
kembali sebesar 10% sampai 20%, untuk mengatasi persoalan pertambahan penduduk.
Kedewasaan pembangunan ditandai oleh investasi yang terus-menerus antara 40
hingga 60 persen. Dalam tahap ini mulai bermunculan industri dengan teknologi baru,
misalnya industri kimia atau industri listrik. Ini merupakan konsekuensi dari
kemakmuran ekonomi dan sosial. Pada umumnya, tahapan ini dimulai sekitar 60 tahun
setelah tinggal landas. Di Eropa, tahapan ini berlangsung sejak tahun 1900.
Kedewasaan dimulai ketika perkembangan industry terjadi tidak saja meliputi
teknik-tiknik produksi, tetapi juga dalam aneka barang yang diproduksi. Yang
diproduksikan bukan saja terbatas pada barang konsumsi, tetapi juga barang modal.
Contoh :
Industry berkembang dengan pesat, Negara menetapkan posisinya dalam
perekonomian global. Barang-barang yang tadinya di impor sekarang di produksikan
didalam negari, impor baru menjadi kebutuhan, jadi untuk mengimbangi barang impor
maka barang-barang ekspor harus berkualitas.
Misalnya saja ekspor dan impor batik di Indonesia, batik di indonsia mempunyai
potensi dan kualitas yang bagus jika dibandingkan dengan impor batik yang ada di
Indonesia, kebanyakan dari Negara Malaysia dan Negara Srilanka, jadi ekspor batik
Indonesia lebih berkualitas dari impor batik yang ada di Indonesia.
e. Era konsumsi tinggi
Ini merupakan tahapan terakhir dari lima tahap model pembangunan Rostow.
Pada tahap ini, sebagian besar masyarakat hidup makmur. Orang-orang yang hidup di
masyarakat itu mendapat kemakmuran dan keseberagaman sekaligus. Menurut Rostow,
saat ini masyarakat yang sedang berada dalam tahapan ini adalah masyarakat Barat atau
Utara.
Pada tahap ini perhatian masyarakat sudah lebih menekankan pada masalah-
masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan lagi
kepada masalah produksi.
Terdapat 3 macam tujuan masyarakat atau negara yaitu:
1. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan ini bisa
berakhir pada penjajahan terhadap bangsa lain.
2. Menciptakan negara kesejahteraan dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian
pendapatan yang lebih merata melalui sistem pajak yang progresif
3. Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok yang meliputi pula
barang yang tahan lama dan barang mewah.
Selain itu juga, investasi untuk menigkatkan produksi tidak lagi menjadi tujuan yang
utama. Pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambugan yang bias
menopang kemajuan secara terus-menerus. Pada masa ini rostow juga berbicara tentang
keperluan akan adanya sekelompok wiraswastawan yakni orang-orang yang berani
melakukan tindakan pembaharuan meskipun ada resiko. Terdapat dua kondisi social
yang menyebabkan lahirnya para wiraswastawan ini, yaitu :
1. Adanya masyarakat modern yang ingin mencapai kekuasaan melalui cara-cra
konvensional. Tetapi masyarakat tradisional tidak memberikan hak kepada masyarakat
modern karena masyarakat tradisional itu premitif.
2. Masyarakat tradisional cukup fleksibel atau memberikan kebebasan kepada warganya
untuk mencari kekayaan atau kekuasaan politik untuk menaikkan statusnya ditengah-
tengah masyarakat.
Kelompok ini lah yang akan menjadi tenaga pendorong untuk melakukan
pembaharuan, melupakan kelompok yang, memiliki semangat tinggi karena tatanan
social politik tidak mengekang dirinya.
Contoh :
Pengguna sepeda motor yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan mobil,
setiap kenaikan satu juta kiloliter berarti menambah subsidi Rp1,9 triliun. Karena itu,
pemerintah akan mengarahkan kebijakan penghematan subsidi BBM bagi pengendara
sepeda motor.
Penerapan Keseluruhan Teori W.W Rostow :
Di Indonesia teori Rostow pada masa Soeharto dilaksanakan sebagai landasan
pembangunan jangka panjang Indonesia yang ditetapkan secara berkala untuk waktu 5
tahunan , yang terkenal dengan pembangunan 5 tahun ,dengan demikian implementasi
teori Rostow berdasarkan 5 tahap teori Rostow yaitu ; masyarakat tradisional ->
Prakondisi tinggal landas -> masyarakat tinggal landas -> menuju kedewasaan -> High
konsumsi. Maka soeharto mengaplikasikan agar pembangunan merata dengan
menerapkan 5 tahap pembangunan Teori W.W Rostow.
Keunggulan Teori Rostow
1. Memberikan kejelasan tahapan-tahapan pencapaian kemajuan yang meliputi : 1)
masyarakat tradisional, 2) masyarakat pra kondisi tinggal landas, 3) masyarakat tinggal
landas, 4) masyarakat kematangan pertumbuhan dan 5) masyarakat dengan konsumsi
biaya tinggi. Tahapan tersebut memberikan tawaran secara terperinci pada pengambil
kebijakan di sebuah Negara tentang tahapah dan prasyarat dari pencapaian tahapan yang
harus dilalui untuk menjadikan sebuah Negara menjadi lebih maju. Kejelasan teori yang
disampaikan oleh Rostow itulah yang melatarbelakangi banyak Negara berkembang
menerapkan teori ini dalam pembangunan mereka.
2. Petunjuk jelas yang disampaikan oleh Rostow tentang cara praktis dalam memperoleh
sumberdaya modal untuk mencapai tingkat investasi produktif yang tinggi. Cara
tersebut disajikan dalam berbagai alternatif yaitu:
a) Dana investasi dari pajak yang tinggi
b) Dana invesatasi dari pasar uang atau pasar modal
c) Melalui perdagangan internasional
d) Investasi langsung modal asing
Kelemahan teori Rostow
Adapun kelemahan teori rostow adalah sebagai berikut:
1. Sering terjadi pertumbuhan ekonomi yang semu tidak seperti yang diharapkan oleh
teori ekonomi ini. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi tertutupi oleh
pertumbuhan penduduk akibat penurunan angka kematian. Akibat lanjutannya adalah
sebuah Negara menjadi sulit untuk berkembang dan melalui tahap tinggal landas.
2. Dengan dasar teori ini, seringkali Negara harus melakukan mobilisasi seluruh
kemampuan modal dan sumber daya alamnya sehingga mencapai tingkat investasi
produktif sebesar 10% dari pendapatan nasionalnya. Efek dari teori itu adalah terjadi
eksploitasi besar-besaran terhadap sumber alam dan bahan-bahan mentah, tanpa
mempertimbangkan kelestarian alam dan pembangunan berkelanjutan di masa yang
akan dating. Kerusakan alam justru berakibat pada penurunan ekonomi masyarakat
tradisional, penurunan kesehatan, merebaknya penyakit, kerawanan sosial, dsb.
3. Negara yang menerapkan teori ini seringkali memperoleh sumberdaya modal dari
investasi langsung modal asing yang ditanamkan pada bidang pembangunan prasarana,
pembukaan tambang, dan struktur produktif yang lain. Investasi ini biasanya dalam
bentuk pinjaman, baik dari Negara, kreditor, maupun dari lembaga-lembaga
internasional seperti bank dunia, IMF atau dari MNC (Multi Natioanl Corporation).
Pinjaman juga sering diberikan pada pemerintah Negara berkembang untuk mendanai
proyek-proyek pembangunan. Dari pola itu terlihat terdapat ketidak seimbangan posisi
karena Negara berkembang tersebut berposisi sebagai debitor, sedangkan Negara asing
atau lembaga asing adalah kreditor. Negara berkembang selanjutnya sering ditekan
sehingga yang tampak, pemerintah Negara berkembang tersebut tidak lebih hanyalah
tangan kanan dari Negara asing atau lembaga asing yang ingin mensukseskan agenda-
agenda politik maupun ekonominya di Negara yang sedang berkembang. Negara
berkembang juga seringkali terjerat utang dan sulit untuk menyelesaikan persoalan
utang sehingga menjadikan mereka sulit menuju kemajuan yang diharapkan.
4. Tahap tinggal landas merupakan tahap yang sangat kritis. Dalam teori yang disampaikan
oleh Rostow, justru tidak memberikan penekanan pada bagaimana mengatasi
problematika yang kritis dalam tahap tinggal landas. Rostow tidak memberikan
pembahasan yang mendalam bagaimana cara mengatasi efek negatif dari sebuah
pertumbuhan ekonomi yang dipercepat, seperti misalnya efek kesenjangan sosial,
distabilitas sosial dan distabilitas politik yang seringkali justru berakibat pada
kehancuran yang mendalam seperti yang misalnya terjadi di Indonesia.
Menurut W.W. Rostow, proses pembangunan dikatakan berhasil apabila
masyarakat telah
a. berhasil memproduksi kebutuhannya sendiri
b. memasuki tahapan lepas landas
c. memiliki tingkat konsumsi tinggi
d. memasuki tahap kedewasaan ekonomi
e. melakukan perdagangan lintas Negara
Beberapa Implikasi Teknis Penerapan UU Penataan Ruang oleh Budhy Tjahjati.
Menurutnya implikasi teknis penerapan UUPR, perlu dikembalikan pada azas dan
tujuan penataan ruang, yaitu:
a. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan berlandasakan
wawasan nusantara dan ketahanan nasional, terselengaraanya pengaturan
pemanfatatan ruang berkualitas.
b. Tujuan penataan ruang tersebut berazaskan pada keterbukaan, persamaan,
keadilan dan perlindungan hukum.