teori permintaan islami

15
TEORI PERMINTAAN ISLAMI 1. Pengertian, Hukum dan Teori Permintaan. 1.1 Pengertian Permintaan Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu. Permintaan berkaitan dengan keinginan konsumen akan suatu barang dan jasa yang ingin dipenuhi. Dan kecenderungan permintaan konsumen akan barang dan jasa tak terbatas. 1.2 Hukum Permintaan Hukum permintaan adalah hokum yang menjelaskan tentang adanya hubungan yang bersifat negative antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta. Apabila harga naik jumlah barang yang diminta sedikit. Dan apabila harga rendah jumlah barang yang diminta semakin meningkat. Dengan demikian hokum permintaan berbunyi “semakin turun tingkat harga, maka semakin banyak jumlah barang yang tersedia diminta, dan sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin sedikit jumlah barang yang tesedia diminta”. Pada hukum permintaan berlaku asumsi ceteris paribus, artinya hukum permintaan tersebut berlaku jika keadaan atau factor- faktor selain harga tidak berubah (dianggap tetap) Pada dasarnya ada tiga alasan yang menerangkan hukum permintaan yaitu: 1. Pengaruh penghasilan (income effect)

Upload: afdal-fadli

Post on 23-Oct-2015

760 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori permintaan islami

TEORI PERMINTAAN ISLAMI

1. Pengertian, Hukum dan Teori Permintaan.

1.1 Pengertian Permintaan

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu

tertentu. Permintaan berkaitan dengan keinginan konsumen akan suatu barang dan jasa

yang ingin dipenuhi. Dan kecenderungan permintaan konsumen akan barang dan jasa tak

terbatas.

1.2 Hukum Permintaan

Hukum permintaan adalah hokum yang menjelaskan tentang adanya hubungan yang

bersifat negative antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta. Apabila harga

naik jumlah barang yang diminta sedikit. Dan apabila harga rendah jumlah barang yang

diminta semakin meningkat. Dengan demikian hokum permintaan berbunyi “semakin

turun tingkat harga, maka semakin banyak jumlah barang yang tersedia diminta, dan

sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin sedikit jumlah barang yang tesedia

diminta”.

Pada hukum permintaan berlaku asumsi ceteris paribus, artinya hukum permintaan

tersebut berlaku jika keadaan atau factor-faktor selain harga tidak berubah (dianggap

tetap)

Pada dasarnya ada tiga alasan yang menerangkan hukum permintaan yaitu:

1. Pengaruh penghasilan (income effect)

Apabila suatu harga barang naik, maka dengan uang yang sama orang akan mengurangi

jumlah barang yang akan dibeli. Sebaliknya, jika harga barang turun, dengan anggaran yang

sama orang bisa membeli lebih banyak barang.

2. Pengaruh substitusi (substitution effect)

Jika harga suatu barang naik, maka orang akan mencari barang lain yang harganya lebih

murah tetapi fungsinya sama. Pencarian barang lain itu merupakan substitusi.

3. Penghargaan subjektif (Marginal Utility)

Page 2: Teori permintaan islami

Tinggi rendahnya harga yang bersedia dibayar konsumen untuk barang tertentu

mencerminkan kegunaan atau kepuasan dari barang tersebut. Makin banyak dari satu macam

barang yang dimiliki, maka semakin rendah penghargaan terhadap barang tersebut. Ini

dinamakan Law of diminishing marginal utility.

 Perubahan pada tingkat harga akan memindahkan titik permintaan dalam suatu kurva permintaan,

sedangkan perubahan pada faktor selain harga (misalnya pendapatan) akan menggeser kurva

permintaan

Selain harga barang itu sendiri, faktor – faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan antara lain:

1. Harga barang lain.

Permintaan akan dipengaruhi juga oleh harga barang lain. Dengan catatan barang lain itu

merupakan barang substitusi (pengganti) atau pelengkap (komplementer). Apabila barang

substitusi naik, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan meningkat. Sebaliknya,

apabila harga barang substitusi turun, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan

turun.

2. Tingkat pendapatan.

Tingkat pendapatan konsumen akan menunjukkan daya beli konsumen. Semakin tinggi

tingkat pendapatan, daya beli konsumen kuat, sehingga akhirnya akan mendorong

permintaan terhadap suatu barang.

3. Selera, kebiasaan, mode

Selera, kebiasaan, mode atau musim juga akan memengaruhi permintaan suatu barang. Jika

selera masyarakat terhadap suatu barang meningkat, permintaan terhadap barang itu pun

akan meningkat.

4. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk mencerminkan jumlah pembeli. Sifat hubungan jumlah penduduk dengan

permintaan suatu barang adalah positif, apabila jumlah penduduk meningkat, maka

konsumen terhadap barangpun meningkat.

5. Perkiraan harga dimasa dating

Page 3: Teori permintaan islami

Apabila kita memperkirakan harga suatu barang di masa mendatang naik, kita lebih baik

membeli barang tersebut sekarang guna menghemat belanja di masa mendatang, maka

permintaan terhadap barang itu sekarang akan meningkat. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa hubungan antara permintaan dan perkiraan harga di masa mendatang

adalah positif.

Permintaan menurut Ekonomi Islam

Menurut Ibnu Taimiyyah, permintaan suatu barang adalah  hasrat terhadap sesuatu, yang

digambarkan dengan istilah raghbah fil al-syai. Diartikan juga sebagai jumlah barang yang diminta.

Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi konvensional, namun

ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu muslim dalam keinginannya.

Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang halal dan thayyib. Aturan

islam melarang seorang muslim memakan barang yang haram, kecuali dalam  keadaan darurat

dimana apabila barang tersebut tidak dimakan, maka akan berpengaruh terhadap nya muslim

tersebut. Di saat darurat seorang muslim dibolehkan mengkonsumsi barang haram secukupnya.

Selain itu, dalam ajaran islam, orang yang mempunyai uang banyak tidak serta merta

diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam jumlah berapapun

yang diinginkannya. Batasan anggaran (budget constrain) belum cukup dalam membatasi konsumsi.

Batasan lain yang harus diperhatikan adalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan ( israf), dan

harus mengutamakan kebaikan (maslahah).

Islam tidak menganjurkan permintaan terhadap suatu barang dengan tujuan kemegahan,

kemewahan dan kemubadziran. Bahkan islam memerintahkan bagi yang sudah mencapai nisab,

untuk menyisihkan dari anggarannya untuk membayar zakat, infak dan shadaqah.

Ibnu Taimiyyah  (1263-1328 M) dalam  kitab Majmu’ Fatawa menjelaskan, bahwa hal-hal

yang mempengaruhi terhadap permintaan suatu barang antara lain:

1. Keinginan atau selera masyarakat (Raghbah) terhadap berbagai jenis barang yang berbeda

dan selalu berubah-ubah. Di mana ketika masyarakat telah memiliki selera terhadap suatu

barang maka hal ini akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap barang tersebut.

2. Jumlah para peminat (Tullab) terhadap suatu barang. Jika jumlah masyarakat yang

menginginkan suatu barang semakin banyak, maka harga barang tersebut akan semakin

meningkat. Dalam hal ini dapat disamakan dengan jumlah penduduk, di mana semakin

Page 4: Teori permintaan islami

banyak jumlah penduduk maka semakin banyak jumlah para peminat terhadap suatu

barang.

3. Kualitas pembeli (Al-Mu’awid). Di mana tingkat pendapatan merupakan salah satu ciri

kualitas pembeli yang baik. Semakin besar tingkat pendapatan masyarakat, maka kualitas

masyarakat untuk membeli suatu barang akan naik. 

4. Lemah atau kuatnya kebutuhan terhadap suatu barang. Apabila kebutuhan terhadap suatu

barang tinggi, maka permintaan terhadap barang tersebut tinggi.

5. Cara pembayaran yang dilakukan, tunai atau angsuran. Apabila pembayaran dilakukan

dengan tunai, maka permintaan tinggi.

6. Besarnya biaya transaksi. Apabila biaya transaksi dari suatu barang rendah, maka besar

permintaan meningkat.

Perbedaan Teori Permintaan Konvensional dengan Permintaan Islami

Definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan, antara permintaan

konvensional dan islam mempunyai kesamaan. Ini dikarenakan bahwa keduanya merupakan hasil

dari penelitian kenyataan dilapangan (empiris) dari tiap-tiap unit ekonomi.

Namun terdapat perbedaan yang mendasar di antara keduanya,  diantaranya :

1. Perbedaan utama antara kedua teori tersebut tentunya adalah mengenai sumber hukum

dan adanya batasan syariah dalam teori permintaan Islami. Permintaan Islam berprinsip

pada entitas utamanya yaitu Islam sebagai pedoman hidup yang  langsung dibimbing oleh

Allah SWT. Permintaan Islam secara jelas mengakui bahwa sumber ilmu tidak hanya

berasal dari pengalaman berupa data-data yang kemudian mengkristal menjadi teori-teori,

tapi juga berasal dari firman-firman Tuhan (revelation), yang menggambarkan bahwa

ekonomi Islam didominasi oleh variabel keyakinan religi dalam mekanisme sistemnya.

Sementara itu dalam ekonomi konvensional filosofi dasarnya terfokus pada tujuan

keuntungan dan materialme. Hal ini wajar saja karena sumber inspirasi ekonomi

konvensional adalah akal manusia yang tergambar pada daya kreatifitas, daya olah

informasi dan imajinasi manusia. Padahal akal manusia merupakan ciptaan Tuhan, dan

memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan kemampuan

2. Konsep permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak semuanya bisa untuk

dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal maupun yang haram. Allah

telah berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 87, 88 :Hai orang-orang yang beriman,

janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan

Page 5: Teori permintaan islami

janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah

rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.

Oleh karenanya dalam teori permintaan Islami membahas permintaan barang halal,

barang haram, dan hubungan antara keduanya. Sedangkan dalam permintaan

konvensional, semua komoditi dinilai sama, bisa dikonsumsi atau digunakan.

3. Dalam motif permintaan Islam menekankan pada tingkat kebutuhan konsumen terhadap

barang tersebut sedangkan motif permintaan konvensional lebih didominasi oleh nilai-

nilai kepuasan (interest). Konvensional menilai bahwa egoisme merupakan nilai yang

konsisten dalam mempengaruhi seluruh aktivitas manusia.

4. Permintaan Islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau  kemenangan akhirat (falah)

sebagai turunan dari keyakinan bahwa ada kehidupan yang abadi setelah kematian yaitu

kehidupan akhirat, sehingga anggaran yang ada harus disisihkan sebagai bekal

untukkehidupan akhirat.

2. Kurva Permintaan.

Kurva permintaan adalah grafik yang menggambarkan sifat hubungan antara jumlah barang

dan/atau jasa yang diminta dan tingkat harga. Contoh kurva permintaan adalah sebagai berikut:

Kurva permintaan diatas dapat dijelaskan sebagai

berikut:

No Harga Jeruk (Per Kg) Pembelian

1 Rp. 4500 140 Kg

2 Rp. 4750 120 Kg

3 Rp. 5000 100 Kg

4 Rp. 5250 80 Kg

5 Rp. 5500 60 Kg

6 Rp. 5750 40 Kg

7 Rp. 6000 20 Kg

Page 6: Teori permintaan islami

Kurva Permintaan Barang Halal

Kurva permintaan diturunkan dari titik persinggungan antara kurva indiferensi dengan garis

anggaran. Katakanlah seorang konsumen mempunyai pendapatan I sebesar Rp. 1000.000,00 / bulan.

Kemudian menghadapi pilihan barang X dan barang Y yang kedua-duanya Halal. Katakanlah pula

bahwa diketahui harga barang X Rp.100.000,00 dan harga barang Y Rp.200.000,00. Titik A, A’, A”

menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang Y.

Dengan data ini, kita dapat membuat garis anggarandengan menarik garis lurus di antara dua titik :

Kombinasi Income Px Py X = I/ Px Y = I / Py X at tangency

A

B

1.000.000

1.000.000

100.000

100.000

200.000

200.000

10

0

0

5

3

3

Bila terjadi penurunan harga X menjadi Px = Rp.50.000,00 maka kaki garis anggaran pada

sumbu X akan bertambah panjang. Titik perpotongan sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik

perpotongan sumbu X berubah.

Kombinasi Income Px Py X = I/ Px Y = I / Py X at tangency

A

B

1.000.000

1.000.000

50.000

50.000

200.000

200.000

20

0

0

5

4

4

Bila harga X menjadi Px = Rp.25.000,00 maka kaki garis anggaran pada sumbu X akan

bertambah panjang. Titik perpotongan sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik perpotongan sumbu

X berubah.

Kombinasi Income Px Py X = I/ Px Y = I / Py X at tangency

A

B

1.000.000

1.000.000

25.000

25.000

200.000

200.000

40

0

0

5

5

5

Dengan simulasi harga barang X, akann didapatkan kurva yang menggambarkan antara

harga dengan jumlah barang X yang diminta.

Harga X Jumlah X (X pada saat tangency / jumlah optimal X)

100.000

50.000

25.000

3

4

5

Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta. Dengan demikian

didapatkan kemiringan kurva permintaan yang negative untuk barang halal sebagaimana lazimnya

kurva permintaan yang dipelajari dalam ekonomi konvensional.

Page 7: Teori permintaan islami

3. Konsumsi intertemporal.

Teori Konsumsi dalam Perspektif Konvensional

Dalam ekonomi konvensional, konsumen diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh

kepuasan(utility) dalam kegiatan konsumsinya semata. Utility secara bahasa berarti berguna,

membantu atau menguntungkan.

Menurut Samuelson (2000) konsumsi adalah kegiatan menghabiskan utility (nilai guna)

barang dan jasa. Barang meliputi barang tahan lama dan barang tidak tahan lama. Barang konsumsi

menurut kebutuhannya, yaitu : kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier.

Teori konsumsi biasa dikatakan pula yaitu seluruh pengeluaran baik rumah tangga atau

masyarakat maupun pemerintah.

Teori Konsumsi dalam Perspektif Islam

Dalam pendekatan ekonomi islam, menurut MA Manan(1997;44) konsumsi adalah

permintaan sedangkan produksi adalah penawaran atau penyediaan. Menurut beliau perbedaan ilmu

ekonomi konvensional dan ekonomi islam dalam hal konsumsi terletak pada cara pendekatannya

dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui kegemaran materialistis semata-mata

dari pola konsumsi konvensional.

Islam adalah agama yang ajarannya mengatur segenap prilaku manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia

dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi kemashlahatan

hidupnya. Seluruh aturan Islam mengenai aktivitas konsumsi terdapat dalam al-Qur’an dan as-

Sunnah. Prilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan as-Sunnah ini akan

membawa pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.

Perbandingan Perilaku dan Prinsip Konsumsi antara Konvensional dan Islam

Prinsip Konsumsi

Dalam ekonomi konvensional tujuan konsumsi ditunjukkan oleh bagaimana konsumen berperilaku

(consumer behavior).

Dalam perspektif islam, menurut M.A Manan:

1. Prinsip keadilan

2. Prinsip kebersihan

3. Prinsip keseederhanaan

4. Prinsip kemurahan hati  

5. Prinsip moralitas

Page 8: Teori permintaan islami

Menurut yusuf qardhawi:

1. Belanjakan harta dalam kebaikan dan menjauhi sifat kikir

2. Tidak melakukan kemubaziran

3. Menjauhi berutang

4. kesederhanaan

Perbedaan perilaku konsumsen muslim  dengan konsumen konvensional

1. konsumen muslim memiliki keunggulan bahwa harta yang mereka peroleh

semata mata untuk memenuhi kebutuhan individual (materi) tetapi juga

kebutuhan social (spiritual).

2. Selain itu islam memandang harta bukan sebagai tujuan, tapi juga sebagai alat

untuk memupuk pahala demi tercapainya falah (kebahagiaan dunia dan akhirat).

Harta merupakan pokok kehidupan Surat An-Nisa (4) : 5, yang merupakan

karunia Allah surat an-Nisa(4):32. Islam memandang segala yang ada di bumi

dan seisinya hanyalah milik Allah, sehingga apa uang dimiliki adalah amanah.

3. Dalam perspektif konvensional, harta merupakan hak pribadi, asalkan tidak

melanggar hukum atau undang undang, maka harta merupakan hak penuh

pemiliknya

Fungsi Konsumsi Intertemporal dalam Konvensional dan Ekonomi Islam

Konsumsi Intertemporal dalam ekonomi konvensional

Menurut Karim(2002;65-66) yang dimaksud dengan konsumsi intertemporal(dua periode)

adalah konsumsi yang dilakukan dalam dua waktu yaitu masa sekarang(periode pertama) dan masa

yang akan datang(periode kedua). Menurut Mankiw(2000;403-409) untuk mempermudah kajian

yang dihadapi konsumen yang hidup selama dua periode. Periode satu menunjukkan masa muda

konsumen, dan periode dua menunjukkan masa tua konsumen. Misalkan pendapatan, konsumsi, dan

tabungan pada periode pertama adalah , ,  dan pendapatan, konsumsi, dan tabungan pada

periode kedua adalah , , , maka persamaan diatas dapat dinotasikan sebagai berikut.

Periode pertama, tabungan sama dengan pendapatan dikurangi konsumsi. Yaitu;

 = -

Dimana S1 adalah tabungan . Dalam periode kedua, konsumsi sama dengan akumulasi tabungan

termasuk bunga tabungan, ditambah pendapatan periode kedua, yaitu;

==(1+r)  +

Dimana r adalah tingkat suku bunga riil karena tidak ada periode ketiga, konsumen tidak menabung

pada periode kedua.

Page 9: Teori permintaan islami

Jika konsumsi periode pertama kurang dari pendapatan periode pertama, konsumen berarti

menabung, dan S lebih besar dari nol. Jika konsumsi pertama melebihi pendapatan periode pertama,

konsumen meminjam, dan S kurang dari nol.

Untuk menderevasi batas anggaran konsumen dari persamaan diatas dan digabungkan, maka

diperoleh persamaan;

=(1+r)( - )+

(1+r) + =(1+r) +

+ /1+r= + /1+r

Konsumsi Intertemporal dalam Ekonomi islam

Monzer Kahf berusaha mengembangkan pemikiran konsumsi intertemporal islami dengan memulai

membuat asumsi sebagai berikut:

a.          Islami dilaksanakan oleh masyarakat

b.         Zakat hukumnya wajib

c.          Tidak ada riba dalam perekonomian

d.         Mudharabah merupakan wujud perekonomian

e.          Pelaku ekonomi mempunyai perilaku memaksimalkan

Konsep konsumsi intertemporal dijelaskan oleh hadits Nabi Muhammad SAW yakni :

“Tidak ada sedikit pun diantara yang kami punyai ( yakni harta dan penghasilan) benar-

benar jadi milikmu kecuali yang kamu makan dan gunakan habis, yang kamu pakai dan kamu

tanggalkan, dan yang kamu belanjakan untuk kepentingan bersedekah, yang imbalan pahalanya

kamu simpan untukmu”. (H.R. Muslim dan Ahmad).

Maknanya yaitu yang kamu miliki adalah apa yang telah kamu makan dan apa yang telah kamu

infakkan.

Secara makro Islam, perekonomian terdiri dari dua karakteristik yang berbeda, yaitu muzakki dan

mustahiq. Muzakki adalah golongan pembayar zakat. Sedangkan, mustahiq adalah golongan

penerima zakat. Dua golongan ini mempunyai model konsumsi yang berbeda. Golongan pertama,

final spendingnya adalah Cz (total konsumsi muzakki) dikurangi Zy (zakat pendapatan), In (infak),

Sh (Shadaqah), dan Wf (Wakaf). Golongan kedua, final spendingnya adalah Z (zakat yang diterima)

atau Y (pendapatan) ditambah Z. Jika dibuat persamaan adalah sebagai berikut.

Page 10: Teori permintaan islami

FS = Cz – (Zy + In + Sh + Wf) …(1)

FS = Z …(2)

FS = Y + Z…(3)

FS= Final Spending (konsumsi terakhir)

Persamaan (2) adalah model konsumsi bagi mustahiq kategori fakir, ibnussabil, dan

fisabilillah. Tiga kategori ini tidak memiliki pendapatan sehingga Co (konsumsi primer)-nya sama

dengan zakat yang diterima. Sedangkan persamaan (3) adalah model konsumsi bagi mustahiq

kategori miskin. Kategori ini memiliki pendapatan tetapi tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhannya sehingga harus dipenuhi oleh zakat.Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

zakat yang diterima oleh mustahiq menentukan tingkat konsumsinya. Sedangkan bagi muzakki,

zakat akan mengurangi final spending-nya. Tetapi hal itu dirasa tidak memberatkan karena faktor

keimanan para muzakki tersebut di mana perilaku konsumsi mereka sangat dipengaruhi. Motif

utama konsumsi mereka tidak hanya memenuhi kebutuhan primer, sekunder, tersier, tetapi juga

kebutuhan untuk beramal shaleh.

Dalam ekonomi islam tidak mengenal adanya variable bunga, jadi fungsi intertemporal

dalam islam menjadi;

 +  =  +  -  -  -  –

Dimana, y=pendapatan total, rr=tingkat bagi hasil, z=besarnya zakat 2,5%, t=tingkat pajak

Bagi orang yang mendapat bantuan zakat, persamaannya;

 + = +  +  –

Jika konsumen benar benar tidak memiliki penghasilan,maka konsumsinya sebesar bagian

zakatnya(konsumsi=zakat yang diterimanya);

 +  =  +